bab ii landasan teori a. 1. hakekat...

Download BAB II LANDASAN TEORI A. 1. Hakekat Olahragaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308035_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab

If you can't read please download the document

Upload: hoangdien

Post on 06-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Hakekat Olahraga

    a. Pengertian Olahraga

    Olahraga saat ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gaya

    hidup sebagian besar umat manusia. Olahraga yang sebelumnya hanya dipandang

    sebelah mata oleh para masyarakat lambat laun memperoleh nilai tersendiri di

    dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari mulai banyaknya para peneliti maupun

    ilmuwan yang menciptakan temuan-temuan terbarunya dalam bidang olahraga,

    tak hanya itu saja olahraga lambat laun mempunyai peranan tersendiri dalam

    bidang industri dan yang paling pokok adalah olahraga dapat dijadikan sebuah

    sarana untuk membentuk manusia yang utuh.

    Olahraga menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia

    pada dasarnya diciptakan untuk selalu bergerak dalam mencukupi segala macam

    kebutuhan hidupnya. Olahraga mempunyai unsur pokok berupa gerakan tubuh

    yang berarti itu sesuai dengan kodrat manusia yang ingin selalu bergerak, namun

    olahraga mempunyai sebuah kriteria tersendiri yang membedakan olahraga

    dengan gerakan tubuh pada umumnya. Olahraga merupakan serangkaian gerakan

    tubuh yang teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan

    kemampuan gerak yang bertujuan untuk meningkatkan derajat sehat dinamis

    (sehat dalam gerak) dan sehat statis (sehat dikala diam).

    Prestasi dalam kegiatan olahraga menjadi salah satu alasan seseorang tekun

    untuk terus berolahraga. Sejalan dengan Undang-Undang RI nomor 3 Tahun 2005

    tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1 ayat 4 yang menyatakan

    bahwa Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,

    membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Olahraga

    merupakan sebuah kegiatan fisik yang bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun

    dan dimanapun. Tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras dan

    sebagainya. Olahraga mempunyai peran penting dalam pembangunan sebuah

    bangsa. Di dalam kegiatan olahraga tergambar aspirasi dan nilai-nilai luhur suatu

  • 10

    masyarakat, yang tercermin melalui hasrat untuk mewujudkan diri melalui

    prestasi olahraga. Indikator kemajuan prestasi olahraga dapat tercermin dari

    keberhasilan negara tersebut dalam meningkatkan prestasi olahraganya,

    harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan alat untuk mendorong gerakan

    kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul baik secara fisik, mental,

    intelektual, sosialnya serta mampu membentuk manusia seutuhnya.

    Pemahaman tentang konsep olahraga dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan

    dan teknologi. Kosasih (1980: 20) istilah sport berasal dari bahasa latin

    disportare atau deporate dalam Bahasa Italia menjadi diporte yang artinya

    penyenangan, pemeliharaan, atau menghibur untuk bergembira. Istilah olahraga

    dan sport berubah sepanjang waktu, namun memiliki pengertian yang sama yaitu

    inti dari pengertiannya mengandung tiga unsur yaitu bermain, latihan fisik, dan

    kompetisi. Wirjasantosa (1984: 21) berpendapat bahwa olahraga berarti

    memperkembangkan, memasak, mematangkan, menyiapkan manusia sedimikian

    rupa, sehingga dapat melaksanakan gerakan-gerakan dengan efektif dan efisien.

    Nuansa usaha keras mengandung ciri permainan dan konfrontasi melawan

    tantangan tercermin dalam definisi UNESCO tentang sport yaitu: setiap aktifitas

    fisik berupa permainan yang berisiskan perjuangan melawan unsur-unsur dan

    orang lain ataupun diri sendiri. Dari definisi di atas dapat ditarik sebuah

    kesimpulan bahwa olahraga tidak digunakan untuk dalam pengertian olahraga

    kompetitif yang sempit, karena pengertiannya bukan hanya sebagai himpunan

    aktifitas fisik yang resmi terorganisasi dan tidak resmi yang tampak dalam

    kebanyakan cabang-cabang olahraga namun juga dalam bentuk yang mendasar

    seperti senam, latihan kebugaran jasmani atau aerobik.

    Olahraga mengandung unsur pokok berupa gerakan tubuh manusia. Gerak

    merupakan kebutuhan hakiki bagi manusia. Kebutuhan gerak ini adalah gerak

    spesifik dan dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan yang jelas. Gerak

    adalah kebutuhan dasar manusia, sama halnya seperti makan dan minum. Salah

    satu karakteristik mahkluk hidup di dunia ini termasuk manusia adalah melakukan

    gerakan. Olahraga dan aktivitas fisik merupakan dua hal yang sulit untuk

    dibedakan karena keduanya mempunyai unsur pokok yang sama berupa gerakan

    tubuh manusia. Neilson (1978: 3) menyatakan bahwa manusia berubah sangat

  • 11

    sedikit selama 50.000 tahun yang berkaitan dengan organisasi tentang struktur dan

    fungsi yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa

    perubahan utama bukan terjadi pada manusianya tetapi pada kemampuan manusia

    untuk selalu beradaptasi menghadapi perubahan yang terjadi pada lingkungannya.

    Manusia berusaha untuk selalu merubah keadaan lingkungannya agar nyaman

    ditinggali. Pada jaman primitif gerakan pada mulanya berupa naluri untuk

    mempertahankan diri dari ancaman yang datang dari luar dan juga untuk dapat

    mendapatkan makanan. Lambat laun gerakan itu berubah dari pelaksanaan gerak

    yang tidak terencana menjadi gerakan yang terencana.

    b. Ruang Lingkup Olahraga

    Undang-undang nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional

    Bab II Pasal 4 menetapkan bahwa keolahragaan naisonal bertujuan untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebugaran, prestasi, kualitas manusia,

    menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan

    membina persatuan dan kesatuan bangsa memperkokoh ketahanan nasional, serta

    mengangkat, harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Kemudian pada Bab VI

    Pasal 17 ruang lingkup olahraga itu sendiri mencakup tiga pilar yaitu olahraga

    pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Ketiga pilar olahraga ini

    dilaksanakan melalui pembinaan dan pengembangan olahraga secara terencana,

    sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan, yang dimulai dengan pembudayaan

    pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan olahraga dengan menjadikan

    olahraga sebagai sebuah gaya hidup pemassalan olahraga dilakukan melalui media

    maupun sebuah kebijakan pemerintah yang mendorong berkembangnya olahraga,

    selanjutnya pembibitan dengan penelusuran bakat dan pemberdayaan pusat-pusat

    keolahragaan, serta peningkatan prestasi dengan pembinaan olahraga unggulan

    nasional sehingga olahragawan andalan dapat meraih puncak prestasi.

    1). Olahraga Pendidikan

    Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang

    dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk

    memperoleh pengetahuan kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan

  • 12

    kebugaran jasmani. Olahraga pendidikan sebagai bagian dari proses

    pendidikan secara umum yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan baik

    satuan pendidikan formal maupun non formal, biasanya dilakukan oleh satuan

    pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, guru pendidikan jasmani dengan

    dibantu oleh tenaga olahraga membimbing terselenggaranya kegiatan

    keolahragaan.

    Di sekolah atau satuan pendidikan penjasorkes berperan penting, hal ini

    berkaitan dengan dua hal yakni sisi pendidikan jasmani yang bersifat edukatif

    dan dari sisi olahraga yang mengarah kepada aspek prestasi. Kedua hal ini

    merupakan hal yang terkandung dalam penjasorkes, karena disitulah ditempa

    pribadi peserta didik agar memiliki jasmani dan rohani yang sehat, bugar,

    segar, dan sekaligus memungkinkan untuk meraih prestasi, tentu saja

    termasuk prestasi dibidang olahraga. Disamping itu, masih ada dimensi

    terpendam pendidikan jasmani yang bisa mengembangkan dan membentuk

    kemampuan serta kepribadian setiap individu misalnya sikap semangat,

    pantang menyerah, emosi, kejiwaan, tanggung jawab, toleransi, dan

    sebagainya.

    Penjasorkes merupakan pilar dalam membangun tingkat kebugaran,

    karena dimensi gerak sebagai aktivitas utamanya memiliki implikasi nyata

    bagi penumbuhan kesehatan baik itu individu, kelompok, maupun masyarakat

    luas. Dengan demikian penjasorkes dapat menjadi salah satu alat untuk

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang

    sehat dan bugar baik dari aspek jasmani maupun rohani. Di sisi lain,

    penjasorkes pada satuan pendidikan menjadi penting terutama jika dikaitkan

    dengan proses pembibitan dan pembinaan dalam rangka peningkatan prestasi

    olahraga. Melalui satuan pendidikan ini, jenjang-jenjang pembibitan dan

    pembinaan prestasi olahraga akan terukur secara sistematis dan terfokus. Hal

    ini penting diperhatikan karena dari proses yang panjang ini dapat melahirkan

    juara sejati dari cabang olahraga yang menjadi fokus perhatiannya. Jika

    pembibitan dan pembinaan dilakukan sejak usia dini, yakni sejak usia sekolah

    dasar secara konsisten, terencana, dan berkelanjutan, bukan hal yang tidak

  • 13

    mungkin dapat lahir atlet-atlet terbaik dari setiap cabang olahraga yang ada

    dalam kurikulum pendidikan jasmani.

    Menurut Standar Isi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

    Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk tingkat

    SMA-MA disebutkan bahwasannya ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan

    Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek-aspek sebagi berikut:

    a). Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan

    manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola

    basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan bela

    diri, serta aktivitas lainnya.

    b). Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta

    aktivitas lainnya.

    c). Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta

    aktivitas lainnya.

    d). Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, senam aerobic, serta aktivitas lainnya.

    e). Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan di air, keterampilan bergerak di air, dan renang, serta aktivitas lainnya.

    f). Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

    g). Kesehatan, meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan

    tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih

    makanan dan minuman yang sehat yang sehat, mencegah dan

    merawat cedera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan

    aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan

    aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

    (Permendiknas No 22. 2006: 649).

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap Pendidikan Jasmani

    dan Olahraga penting karena dapat mendukung bagi pencapaian Millenium

    Development Goals (MDGs) dibidang kesehatan, pendidikan, dan

    kemiskinan, dalam hal ini penjasorkes dapat menjadi instrumen yang efektif

    bagi peningkatan secara tidak langsung kesehatan dan kemiskinan. Misalnya,

    olahraga dapat berpengaruh terhadap meningkatnya kebugaran masyarakat.

    Di Indonesia lebih dikenal dengan nama Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

    Kesehatan (Penjasorkes). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di

  • 14

    dalamnya terkandung 3 komponen isi yang seharusnya ada, yaitu:

    Pendidikan Jasmani, Pendidikan Olahraga, dan Pendidikan Kesehatan.

    a). Pendidikan Jasmani

    Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang

    terdapat dalam program pendidikan umum. Pendidkan jasmani

    merupakan suatu proses pendidikan seorang individu maupun sebagai

    anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui

    berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan

    kemampuan dan keterampilan jasmani, perumbuhan, kecerdasan dan

    pembentukan watak. Dengan demikian dapat dikatakan di sini bahwa

    pendidikan jasmani di sekolah bukan semata-mata ditekankan pada

    pencapaian kesegaran fisik, pengembangan keterampilan, namun juga

    menanamkan pentingnya hidup sehat dan pembentukan watak manusia

    sejak masih kanak-kanak.

    Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang melibatkan

    aktivitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut

    Lutan (1998: 113) menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani adalah

    proses pendidikan via aktivitas jasmani, permainan dan/atau cabang

    olahraga yang terpilih dengan maksud untuk mencapai tujuan

    pendididkan. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup

    aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral. Berkenaan dengan

    aspek fisik, tujuan utama pendidikan jasmani adalah untuk memperkaya

    perbendaharaan gerak dasar anak-anak dengan aktivitas fisik, sesuai

    dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhannya.

    Sebagai alat pendidikan, pendidikan jasmani bukan hanya

    bertujuan untuk mengembangkan kemampuan jasmani siswa, tetapi

    memlalui aktivitas jasmani dikembangkan pola potensi lainnya, seperti

    kognitif, afektif dam psikomotor anak. Pendidikan jasmani berperan

    penting terhadap pencapaian tujuan belajar mengajar secara keseluruhan.

    Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang

    perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa, merangsang

    perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang serta

  • 15

    keterampilan gerak siswa. Pendidikan jasmani lebih menekankan proses

    pemebelajarannya pada penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang

    lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalnya

    melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru

    lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk

    memungkinkan anak belajar secara efektif.

    Tidak dipungkiri bahwa dalam menjalankan proses pendidikan

    jasmani di sekolah, guru mengalami banyak kendala misalnya

    keterbatasan sarana dan prasarana olahraga. Dengan kondisi tersebut,

    guru penjasorkes dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif. Model-model

    pembelajaran pun banyak dibuat untuk menanggulangi keterbatasan

    tersebut. Salah satu bentuk pembelajaran tersebut berkonsep pada joyfull

    learning atau belajar yang menyenangkan. Desain atau rancangan

    pembelajaran tersebut kemudian dielaborasi konsepnya menjadi konsep

    PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

    Menyenangkan (Kristiyanto, 2012: 15-16).

    b). Pendidikan Olahraga

    Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil

    pengembangan dari Penjasorkes diamana memiliki tujuan yang lebig

    spesifik yaitu mengarah pada prestasi olahraga peserta didik. Hal tersebut

    sejalan dengan pendapat Siedentop yang dikutip Sugiyanto dalam Lauh

    (2013: 30) yang berpendapat bahwa, model pendidikan olahraga dinilai

    memiliki tujuan yang lebih ambisius dibanding dengan program olahraga

    di dalam pendidikan jasmani. Pendidikan olahraga berusaha mendidik

    murid untuk menjadi olahragawan yang kompeten, cerdas dan antusias.

    Selanjutnya dijelaskan bahwa olahraga yang kompeten berarti memiliki

    keterampilan yang memadai untuk berpartisispasi dalam pertandingan,

    memahami dan dapat melakasanakan strategi sesuai dengan kompleksitas

    permainan dan sebagi pemain yang berpengetahuan.

    Olahragawan yang cerdas berarti mudah untuk memahami

    peraturan, tatacara dan tradisi dalam olahraga serta dapat membedakan

    anatara praktek olahraga yang baik dan yang buruk, baik pada anak-anak

  • 16

    maupun olahragawan profesional. Olahragawan yang antusias berarti

    berpartisipasi dan berperilaku dalam cara memelihara, melindungi dan

    mempertinggi budaya olahraga. Sebagai anggota kelompok olahraga

    turut mengembangkan olahraga pada tingkat lokal, nasional dan

    internasional.

    Jika mengevaluasi dan menganalisisis dalam berbagai kejuaraan

    dunia menunjukan bahwa hanya atlet tertentu cocok untuk olahraga

    tertentu dan harus juga memiliki karakteristik psikologi dan mental yang

    diperlukan. Selain itu juga memiliki kondisi fisik yang prima, memiliki

    kecerdasan yang tinggi, memiliki teknik maupun taktik yang tinggi, serta

    mempunyai pengalaman dalam berbagai tingkatan kompetisi. Prestasi ini

    hanya didapat apabila pada masa kanak-kanak mempunyai pengalaman

    gerak yang lengkap.

    Pembinaan olahraga dilakukan secara sistematis, tekun dan

    berkelanjutan pada pelajar SD, SMP dan SMA diharapakan member

    pengalam gerak yang kompleks untuk bekal kehidupan kedepan nantinya

    dan dapat menghasilkan prestasi yang tinggi. Dengan dimulainya

    pembinaan olahraga pada usia muda, akan terwujud dalam proses awal

    dari pembinaan olahraga sendiri yang dimulai dari pembinaan pelajar.

    Usia anak SMP merupakan masa anak besar dan menginjak pada masa

    adolosence dan merupakan masa yang ideal untuk menanamkan

    kegemaran berolahraga pada cabang-cabang olahraga tertentu, karena

    pada masa ini anak-anak masih mepunyai waktu dan kesempatan yang

    cukup panjang, sehingga dapat meraih prestasi yang setinggi-tingginya.

    Dalam penerapan olahraga pendidikan seorang guru Penjasorkes harus

    memperhatikan porsi latihan yang akan diberikan kepada peserta didik.

    Pada usia anak-anak, aktivitas fisik atau porsi latihan fisiknya harus

    benar-benar diperhatikan dengan baik karena jika porsi yang diberikan

    berlebihan hal ini dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan

    anak itu sendiri. Program latihan atau pembelajaran aktivitas fisik yang

    diberikan harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan masing-masing

    anak. Rekomendasi yang diberikan oleh Federasi Sports Medicine

  • 17

    Australia dalam Giriwijoyo dan Sidik (2012: 76) untuk olahraga (lari)

    aerobik bagi anak-anak sebagai berikut:

    Tabel 2.1. Rekomendasi Aktivitas Fisik Aerobik (lari)

    Usia di Bawah Jarak Lari Tidak Boleh Lebih Dari

    12 tahun

    15 tahun

    15-16 tahun

    16-18 tahun

    18 tahun

    5 km

    10 km

    20 km

    30 km

    Marathon

    Sumber : Federasi Sports Medicine Australia

    dalam Giriwijoyo dan Sidik (2012: 76)

    c). Pendidikan Kesehatan

    Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap aktivitas

    kehidupan dimana kesehatan harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Cara

    termurah untk menjaga kesehatan adalah dengan berolahraga dan

    menjaga pola hidup sehat. Menurut Lutan dkk (1992: 50-51) bahwa

    upaya pembinaan kesehatan pada dasarnya hanya terdiri atas dua bidang

    garapan yaitu: (1) pembinaan kesehatan pada faktor manusia dan (2)

    pembinaan kesehatan pada faktor lingkungan.

    Slogan yang berbunyi kesehatan merupakan harta yang paling

    berharga adalah benar adanya. Banyak orang yang tidak perduli akan

    kesehatan bahkan tidak mementingkan kesehatan untuk dirinya sendiri.

    Ketidaktahuan akan cara yang benar untuk menjaga kesehatan menjadi

    salah satu faktor penyebabnya. Kehidupan sekolah yang terlalu

    membebankan kepada tugas-tugas berkombinasi pula dengan kehidupan

    di rumah yang tidak menekankan pentingnya hidup sehat akan

    berdampak buruk pada kesehatan itu sendiri. Kemajuan teknologi yang

    semakin tidak terkendali akan memberikan efek yang buruk jika tidak

    diimbangi dengan kemawasan diri akan pentingnya hidup sehat sehingga

    anak-anak akan terfokus pada kemajuan teknologi dan tidak

    menyediakan waktu luang untuk berolahraga. Hal ini dapat menyebabkan

    kebugaran tubuh anak-anak sekarang akan cenderung semakin rendah.

  • 18

    Seiring semakin rendahnya kesegaran jasmani, kian meningkat

    kemalasan seseorang dalam melakukan gerak tubuh, lambat laun hal ini

    dapat menimbulkan gejala penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan

    gerak (hipokinetik) seperti kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing

    manis, nyeri pinggang bagian bawah. Selain itu penyakit jantung yang

    biasanya menyerang manusia pada saat dewasa bisa saja beralih

    menyerang pada masa kanak-kanak. Sejalan dengan itu, pengetahuan dan

    kebiasaan makan yang tidak sehatpun semakin memperburuk masalah

    kesehatan anak-anak. Dengan pola gizi yang tidak seimbang, mereka

    menhadapkan diri mereka sendiri pada resiko penyakit degenerative

    (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar. Sangat penting untuk

    menjaga kesehatan baik jasmani maupun rohani oleh karena itu

    pendidikan kesehatan menjadi krusial khsusunya untuk pelajar di

    sekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Giriwijoyo dan Sidik

    (2012: 28) bahwa

    olahraga kesehatan meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat

    dalam gerak), pasti juga sehat statis ( sehat dikala diam), tetapi

    tidak pasti sebaliknya, gemar berolahraga : mencegah penyakit,

    hidup sehat dan nikmat. Malas berolahraga : mengundang

    penyakit. Tidak berolahraga : menelantarkan diri.

    Sugiyanto (2013: 34) menyatakan bahwa, pendidikan kesehatan

    pada dasarnya merupakan kajian yang bersifat multi disiplin. Isinya

    diambil dari banyak bidang ilmu lain kedokteran, kesehatan masyarakat,

    kejasmanian, psikologi, biologi dan sosiologi. Lingkup kajiannya pun

    luas yang mencakup antara lain hakekat sehat dan penyakit, kegizian,

    pencegahan cedera, pertolongan pertama pada kecelakaan, pencegahan

    penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang, hakekat perilaku dan

    kebiasaan hidup sehat dan pemeliharaan kesehatan. Aspek layanan yang

    termasuk di dalamnya meliputi penanganan kehidupan sekolah yang

    sehat melalui pembelajaran pendidikan kesehatan dan diaplikasikan

    dalam bentuk organisasi UKS dan PMR.

  • 19

    2). Olahraga Prestasi

    Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan

    olahragawan secara khusus, terprogram, berjenjang dan berkelanjutan melalui

    kompetisi yang dilakukan selanjutnya para olahragawan yang memiliki

    potensi untuk dapat ditingkatakan prestasinya akan dimasukan kedalam

    asrama maupun tempat pelatihan khusus agar dapat dibina lebih lanjut guna

    mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dan dengan didukung bantuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang lebih modern. Pengembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas

    maupun kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan

    kaedah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk

    peningkatan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi

    yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru bagi kegiatan keolahragaan.

    Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kristiyanto (2012: 12) yang

    menyatakan bahwa, Dalam lingkup olahraga prestasi, tujuannya adalah

    untuk menciptakan prestasi yang setinggi-tingginya. Artinya bahwa berbagai

    pihak seharusnya berupaya untuk mensinergikan hal-hal dominan yang

    berpengaruh terhadap peningkatan prestasi di bidang olahraga.

    Sudut pandang teknologi berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip

    teknik, termasuk mekanika gerak yang terbungkus dalam kajian ilmu

    biomekanika olahraga, dalam bentuk efisiensi gerak, momentum, akselerasi,

    dan sebagainya. Teknologi juga berarti pemutakhiran peralatan-peralatan

    olahraga yang sesuai dengan kaidah mekanika gerak tubuh manusia agar

    menimbulkan keamanan pada gerakan yang dilakukan oleh seorang

    olahragawan. Telaahan penting yang diperlukan dalam peningkatan prestasi

    olahraga juga berkaitan dengan kajian ilmu sosiologis. Kajian ilmu sosiologis

    perlu dilakukan dalam upaya membantu mensosialisasikan olahraga kepada

    berbagai tingkatan usia dan golongan. Teori struktural fungsionalisme,

    konflik dan kritik perlu dimanfaatkan untuk memantapkan posisi olahraga di

    dalam masyarakat sehingga masyarakat dapat mengakses dengan mudah

    segala kebutuhan untuk berolahraga. Gerakan sosialisasi olahraga ini perlu

  • 20

    dilakukan agar masyarakat dapat memahami makna dan tujuan berolahraga

    yang sebenarnya.

    Teori-teori psikologi juga perlu dilakukan dalam peningkatan prestasi

    olahraga nasional terutama mendorong atau memicu motivasi berprestasi

    dalam bidang olahraga. Selain itu, pembelajaran kepribadian atlet juga perlu

    dilakukan untuk memahami para atlet, sehingga pada saat yang sama atlet

    dapat dikokohkan kepribadiannya melalui kekuatan fisik, emosionl, dan

    intelektual secara utuh. Pedagogi dapat diperbantukan dalam peningkatan

    prestasi olahraga melalui kaidah-kaidah didaktik dan metodik yang akurat

    pada pembinaan olahraga usia dini dan olahraga di sekolah secra

    proporsional, selain itu juga perlu penerapannya dalam olahraga masyarakat.

    Karena itu, perlu diproporsikan secara tepat kedudukannya aktivitas jasmani

    dan olahraga yang ada di sekolah dan di masyarakat.

    Olahraga merupakan salah satu cara untuk mencapai kejayaan dan

    kebanggaan suatu bangsa. Kejayaan olahraga nasional pernah ditorehkan

    Indonesia pada perhelatan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta dengan

    menduduki peringkat kedua setelah Jepang. Namun beberapa tahun

    belakangan ini kejayaan olahraga di Indonesia mulai mengalami kemunduran

    prestasi. Bahkan ditingkat regional Asia Tenggara prestasi olahraga Indonesia

    mengalami kemunduran dari tahun-ketahun.

    Untuk mendapatkan atlet olahraga yang berprestasi, disamping proses

    latihan yang terprogram dan terencana dengan menerapkan prinsip-prinsip

    latihan, juga harus memperhatikan asupan gizi para atlet, selain itu harus pula

    di barengi dengan pengadaan kompetisi-kompetisi secara rutin agar atlet

    dapat menerapkan teknik dan taktik yang diperoleh selama pelatihan di arena

    sesungguhnya dan itu dapat mengasah mental para atlet itu sendiri dalam

    menghadapi kompetisi yang sesungguhnya. Semakin banyak jam terbang atlet

    dalam suatu kompetisi maka akan semakin berpengalaman pula atlet itu

    dalam megnhadapi situasi yang berubah-ubah dalam pertandingan.

    Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk mengembangkan olahragawan

    secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk

    mencapai yang prestasi yang tinggi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan

  • 21

    teknologi keolahragaan. Keterbatasan dari pemerintah menuntut cabang-

    cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan pemerintah,

    perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta. Para pemerhati

    olahraga di Indonesia perlu menyatukan suara guna membangun kejayaan

    olahraga. Salah satunya dengan menetapkan sebuah badan yang benar-benar

    independen dan hanya berfokus pada pembangunan olahraga di Indonesia

    serta bebas dari segala kepentingan politik di dalamnya.

    Pembinaan olahraga prestasi berbentuk segitiga atau sering disebut pola

    piramida adan berporos pada proses pembinaan yang berkelanjutan.

    Dikatakan berkelanjutan karena pola itu harus didasari cara pandang yang

    utuh dalam memaknai program pemassalan dan pembibitan dengan program

    pembinaan prestasinya. Program tersebut memandang arti penting

    pemassalan dan pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program

    pendidikan jasmani yang baik, diperkuat dengan program pengembangannya

    dalam kegiatan klub olahraga sekolah, dimatangkan dalam berbagai aktivitas

    kompetisi intramural dan idealnya tergodok dalam program kompetisi

    intersklastik, serta dimantapkan melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk

    training camp bagi para bibit atlet yang terbukti berbakat.

    Pola ini dapat dipastikan agak berbeda dari yang ditempuh dalam

    pembinaan olahraga di Indonesia pada umumnya, misalnya program PPLP

    dan Ragunan, yang biasanya melupakan arti penting dari program penjas dan

    program olahraga rekreasi, tetapi langsung diorientasikan kepada puncak

    tertinggi model piramid. Secara tradisional, program pengajaran pendidikan

    jasmani digambarkan sebagai lantai dasar dari sebuah segitiga sama kaki, atau

    yang sering disebut sebagai bentuk piramid. Tepat di atasnya terdapat

    program olahraga rekreasi, atau lazim pula disebut program klub olahraga,

    sedangkan di puncak segitiga terletak program olahraga prestasi.

    Membangun strategi pembinaan olahraga secara nasional memerlukan

    waktu dan penataan sistem secara terpadu. Pemerintah dalam hal ini adalah

    Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak dapat bekerja sendiri tanpa sinergi

    dalam kelembagaan lain yang terkait dengan pembinaan sistem keolahragaan

    secara nasional. Penataan olahraga prestasi harus dimulai dari pemassalan

  • 22

    olahraga dimasyarakat yang diharapkan memunculkan bibit-bibit atlet

    berpotensi dan ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia sekolah.

    Pembinaan olahraga prestasi harus berjangka waktu kehidupan atlet, dimulai

    pada saat merekrut seorang anak untuk dikembangkan menjadi seorang atlet.

    Dalam merekrut calon atlet, postur dan struktur tubuhnya harus dilihat apakah

    tubuh (termasuk kemampuan jantung dan paru-paru) calon atlet itu bisa

    dibentuk dengan latihan-latihan untuk menjadi kuat, cepat dan punya

    endurance atau daya tahan.

    Intelegensi juga harus diteliti pada saat merekrut calon atlet yang masih

    anak-anak. Apakah anak itu cukup cerdas dalam menghadapi situasi yang

    berubah-ubah dan dalam tempo waktu yang singkat serta dalam kondisi

    tertekan pada saat pertandingan. Selain itu, apakah aspek psikologinya

    tangguh untuk mendukungnya mempunyai mental juara sejati, bukan mental

    pecundang yang sombong dan hanya berorientasi pada materi belaka. Setelah

    semua aspek itu terpenuhi, pembinaan dilakukan menggunakan teknologi

    olahraga untuk pembentukan fisik, psikologi dan rohani. Harus ada

    keseimbangan juga antara latihan yang keras dan istirahat. Oleh karena itu

    penataan harus dilakukan secara terpadu dan berjenjang sehingga hasil yang

    dicapai merupakan produk yang sangat optimal.

    Untuk dapat menggerakan pembinaan olahraga harus diselenggarakan

    dengan berbagai cara yang dapat mengikutsertakan atau memberi kesempatan

    seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan

    olahraga secara aktif, berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan

    olahraga yang sebenarnya. Pembinaan olahraga seperti ini hanya dapat

    terselenggara apabila ada suatu sistem pengelolaan keolahragaan nasional

    yang terencana, terpadu, dan berkesinambungan dalam semangat

    kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat. Pembinaan atlet usia pelajar

    sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga

    prioritas. Hal ini bisa dilihat dari berbagai cabang olahraga yang merupakan

    andalan untuk meraih medali emas tidak dibina secara berjenjang. Untuk itu

    perlu dilakukan penyusunan program pembibitan atlet usia dini dengan

    cabang olahraga yang menjadi prioritas. Sebagai langkah berikutnya perlu

  • 23

    melakukan kerja sama antara Menteri Pemuda dan Olahraga dengan Komite

    Olahraga Nasional Indonesia Pusat serta induk organisasi cabang olahraga

    untuk membicarakan cabang-cabang olahraga yang menjadi prioritas utama

    baik didaerah, nasional maupun internasional.

    3). Olahraga Rekreasi

    Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat

    dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai

    dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan,

    kebugaran dan kegembiraan. Pada pasal 19 Bab VI UU Nomor 3 Tahun 2005

    dinyatakan bahwa olahraga rekreasi bertujuan untuk memperoleh kesehatan,

    kebugaran jasmani dan kegembiraan, membangun hubungan sosial dan atau

    melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional.

    Selanjutnya dinyatakan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat

    berkewajiban menggali, mengembangkan dan memajukan olahraga rekreasi.

    Kristiyanto (2012: 6) berpendapat bahwa olahraga rekreasi terkait erat

    dengan aktivitas waktu luang dimana orang bebas dari pekerjaan rutin. Waktu

    luang merupakan waktu yang ridak diwajibkan dan terbebas dari berbagai

    keperluan psikis dan sosial yang telah menjadi komitmennya. Kegiatan yang

    umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan

    hobi dan kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Kegiatan

    rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia.

    Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan ke suatu

    tempat dan sebagainya. Secara psikologi banyak orang yang di lapangan

    merasa jenuh dengan adanya beberapa kesibukan dari masalah, sehingga

    mereka membutuhkan istirahat dari bekerja, tidur dengan nyaman, bersantai

    sehabis latihan, keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan,

    mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan untuk hidup bebas, dan

    merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa pernyataan di atas, maka

    rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sebagai

    pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan, diantaranya untuk

  • 24

    kesenangan, kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan

    kekuatan baik fisik maupun mental.

    Beragam jenis olahraga rekreasi yang merupakan kekayaan asli dan jati

    diri bangsa Indonesia perlu dilestarikan, dipelihara dan diperkenalkan kepada

    generasi muda penerus, serta didokumentasikan dengan serius dan cermat,

    sehingga aset budaya dan jati diri bangsa Indonesia tidak hilang atau diakui

    oleh bangsa lain. Disamping itu, gerakan sport for all, yang menjadikan

    olahraga sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan kualitas

    sumber daya manusia, pendidikan, kesehatan dan kebugaran masayarakat

    serta aspek lain yang dibutuhkan oleh pembentukan karakter dan jati diri

    suatu bangsa, menjadikannya sebagai kekuatan yang ampuh dalam upaya

    memepersatukan bangsa Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan

    Republik Indonesia.

    Sejalan dengan semboyan sport for all di dunia internasional telah

    semakin maju dan berkembang menjadi suatu gerakan global, yang

    dampaknya secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi

    perkembangan olahraga di Indonesia, dan ini terbukti dengan semakin subur

    dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan olahraga,

    baik itu yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.

    Atas dasar pemikiran bahwa potensi, manfaat dan kekayaan dari olahraga

    rekreasi dan gerakan sport for all, tidak hanya dari aspek olahraga , kesehatan

    dan budaya, akan tetapi juga dari aspek terkait yang lain dalam kehidupan

    bangsa Indonesia, maka pengembangan olahraga rekreasi dan gerakan sport

    for all di Indonesia, harus ditangani dengan serius baik oleh pemerintah pusat

    maupun pemerintah daerah, maupun oleh organisasi olahraga dan masyarakat

    sendiri, melalui penetapan visi Indonesia Bugar 2020

    Guna mendukung upaya dan semangat kebangkitan bangsa Indonesia

    yang dimulai sejak peringatan 100 tahun Kebangkitan nasional tahun 2008,

    maka Kebangkitan Olahraga Nasional melalui upaya pemberdayaan dan

    pengembangan olahraga rekreasi dan gerakan sport for all di Indonesia,

    menjadi salah satu pemecahan masalah dan cara tepat untuk mendorong

    percepatan Kebangkitan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sehat, bugar,

  • 25

    produktif, kuat, mandiri, demokratis, berjati diri dan berdaya saing tinggi

    dalam menghadapi era globalisasi.

    Atas dasar pemikiran tersebut visi Indonesia Bugar 2020 harus

    dijabarkan melalui penyelenggaraan even berskala nasional yaitu Kongres

    Nasional Pengembangan Olahraga Rekreasi dan sport for all di Indonesia dan

    sekaligus didukung oleh seluruh jajaran dan jejaring Olahraga Rekreasi di

    Indonesia yang terhimpun dalam Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat

    Indonesia (FORMI), yang akan mengidentifikasi dan menginventarisasi

    segenap potensi yang terkait, serta menentukan peran, arah dan sasaran

    pengembangan olahraga rekreasi dan sport for all di Indonesia.

    2. Kebijakan Pembangunan Olahraga

    a. Kebijakan

    Setiap saat pemerintah selalu dihadapkan pada berbagai macam masalah mulai

    dari yang sederhana sampai permasalahan yang rumit. Dibutuhkan sebuah kebijakan

    untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Syarat untuk memecahkan masalah yang

    rumit adalah tidak sama dengan syarat untuk memecahkan masalah yang mudah.

    Masalah yang sederhana memungkinkan analisis menggunakan metode-metode

    konvensional, sementara masalahmasalah yang rumit menuntut analisis untuk

    mengambil bagian aktif dalam mendefinisikan hakekat dari masalah itu sendiri.

    Gambaran tentang pemecahan masalah bertolak belakang dari pandangan bahwa

    kerja kebijakan bermula dari masalah-masalah yang sudah terartikulasi dan ada

    dengan sendirinya. Semestinya, kebijakan bermula ketika masalah-masalah yang

    telah diketahui kemudian membuat hipotesis tentang serangkaian tindakan yang

    mungkin untuk dilakukan melalui kajian-kajian yang cermat tentang masalah-

    masalah tersebut agar dapat merumuskan kebijakan yang harus ditetapkan dan

    mengimplementasikan kebijakan tersebut dalam sebuah tindakan nyata.

    Pendefinisian kebijakan mempunyai pengertian apa yang sebenarnya dilakukan,

    ketimbang apa yang disuslkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu.

    Hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula

    tahap implementasi dan evaluasi sehingga definisi kebijakan yang hanya

    menekankan pada apa yang diusulkan kurang memadai. Definisi kebijakan publik

  • 26

    akan lebih tepat bila definisi tersebut mencakup pula arah tindakan atau apa yang

    dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan (Winarno, 2014: 21).

    Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn, Charles Jones,

    Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah publik policy dan publik police

    analysis dalam pengertian yang tidak jauh berbeda. Istilah kebijaksanaan atau

    kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan

    keputusan pemerintah, karena pemerintah yang mempunyai wewenang atau

    kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab melayani

    kepentingan umum. Sejalan dengan pengertian publik itu sendiri dalam bahasa

    Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum. Kebijakan (policy)

    adalah solusi atas suatu masalah. Kebijakan seringkali tidak efektif akibat tidak

    cermat dalam merumuskan masalah. Dengan kata lain, kebijakan mirip sebuah obat

    yang menyembuhkan akan tetapi bisa mematikan akibat diagnose masalah atau

    penyakitnya keliru.

    Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan dalam Islamy (2002: 17) member arti

    kebijakan sebagai a projected program of goals, value and practice (suatu

    program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah). Sedangkan

    Carl Friedrich dalam Wahab (2001: 3) menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu

    tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau

    pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-

    hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau

    mewujudkan sasaran yang diinginkan.

    Kajian tentang ilmu kebijakan menjadi penting untuk dipahami karena ilmu

    kebijakan salah satunya diimplementasikan untuk kepentingan publik. James E.

    Anderson dalam Bambang S. (1994: 23) mengatakan bahwa publik policies are

    those policies developed by governmental bodies and officials (kebijakan publik

    adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-

    pejabat pemerintah). Selanjutnya Anderson menjelaskan implikasi dari pengertian

    kebijakan publik sebagi berikut:

    1). Bahwa kebijakan publik itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan

    tindakan yang berorientasi pada tujuan.

  • 27

    2). Bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-

    pejabat pemerintah.

    3). Bahwa kebijakan itu adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah

    jadi bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud akan melakukan sesuatu

    atau menyatakan akan melakukan sesuatu.

    4). Bahwa kebijakan publik itu bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa

    bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat

    negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak

    melakukan sesuatu.

    5). Bahwa kebijakan pemerintah dalam arti yang positif didasarkan atau selalu

    dilandaskan pada peraturan perundang-undangan yang bersifat memaksa

    (otoritif).

    Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan

    tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang yang

    merupakan produk dari sebuah kebijakan disahkan. Menurut Winarno (2014: 147)

    Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-

    undang di mana untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-

    tujuan kebijakan atau program-program. Implementasi pada sisi yang lain

    merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu

    proses, suatu keluaran maupun suatu dampak.

    b. Bentuk-Bentuk Kebijakan

    Pemerintah haruslah mampu membuat kebijakan yang baik dan bermanfaat bagi

    khalayak umum. Pada prinsipnya pemerintah ialah perwujudan rakyat yang

    mempunyai tugas menjalankan pemerintahan atas dasar kehendak dan kebutuhan

    rakyat dalam sebuah wilayah. Oleh karena itu, semua tindakan dan keputusan harus

    dilatarbelakangi oleh kepentingan rakyat itu sendiri. Menurut kamus Besar Bahasa

    Indonesia (2010) arti kebijakan adalah kepandaian dan kemahiran. Kebijakan

    sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana

    pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak

    (Pemerintah/Organisasi), pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai

    garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran atau garis haluan.

  • 28

    Easton dalam Santosa (2008: 27) menjelaskan bahwa kebijakan adalah

    pengaplikasian nilai-nilai kepada seluruh masyarakat secara keseluruhan. Pendapat

    ini memperkuat definisi kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karena

    mengisyaratkan adanya sifat otoritarif yang dimiliki pemerintah. Kebijakan

    pemerintah pada dasarnya tidak hanya berupa sebuah tindakan yang diambil dalam

    sebuah kasus namun bisa bermakna lebih luas lagi. Kebijakan tersebut bisa berupa

    ucapan seseorang pimpinan, dukungan, perhatian dan lain sebagainya. Setiap respon

    atau tindakan yang dilakukan oleh seorang pimpinan bisa diartikan sebagai kebijakan

    yang dia tetapkan bahkan meskipun pemerintah tidak melakukan sesuatu terkait

    sebuah kasus namun dalam hal itu akan tetap menjadi sebuah kebijakan dimana akan

    sangat mempengaruhi atau memberi dampak terhadap masyarakat. Hogwod dan

    Gunn dalam Wahab (2001: 16), mengelompokan kebijakan ke dalam sepuluh

    macam yaitu :

    1). Policy as a Label for a Feld of Activity (Kebijakan sebagai Sebuah Label

    atau Merk bagi Suatu Bidang Kegiatan Pemerintah).

    2). Policy as an Expression of General Purpose ar Desired State of Affairs

    (Kebijakan sebagai Suatu Pernyataan Mengenai Tujuan Umum atau

    Keadaan Tertentu yang Dikehendaki).

    3). Policy as Specific Proposals (Kebijakan sebagai Usulan-Usulan Khusus).

    4). Policy as Decision of Government (Kebijakan sebagai Keputusan-

    Keputusan Pemerintah).

    5). Policy as Formal Authorization (Kebijakan sebagai Bentuk Otorisasi

    atau Pengesahan Formal).

    6). Policy as Programme (Kebijakan sebagai Program).

    7). Policy as Output (Kebijakan sebagai Keluaran).

    8). Policy as Outcome (Kebijakan sebagai Hasil Akhir).

    9). Policy as Theory or model (Kebijakan sebagai Teori atau Model).

    10). Policy as Process (Kebijakan sebagai Proses).

    Proses pembuatan kebijakan merupakan proses kompleks yang melibatkan

    banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli

    politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses

    penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tahap-tahapan kebijakan

    publik menurut Dunn (1999: 24-25) dibagi menjadi tahap penyusunan agenda, tahap

    formulasi kebijakan, tahap adopsi kebijakan, tahap implementasi kebijakan, dan

    tahap evaluasi kebijakan.

  • 29

    Kebijakan pemerintah yang telah disahkan, tidak akan bermanfaat apabila tidak

    diimplementasikan. Tujuan utama dari adanya kebijakan pemerintah adalah usaha

    untuk mewujudkan kebijakan yang masih bersifat abstrak ke dalam realita nyata

    sehingga apa yang menjadi permasalahan dalam kehidupan nyata dapat dipecahkan

    dengan implementasi secara tepat dari kebijakan yang telah dibuat. Suatu kebijakan

    pemerintah akan berhasil apabila dilaksanakan dan menghasilkan dampak positif

    bagi masyarakat banyak. Kebijakan itu sendiri secara umum dapat dibedakan dalam

    tiga tingkatan, yaitu:

    1). Kebijakan Umum

    Kebijakan umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk

    pelaksanaan baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif yang meliputi

    keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan. Suatu hal yang perlu

    diingat adalah pengertian umum di sini bersifat relatif. Maksudnya, untuk

    wilayah negara, kebijakan umum mengambil bentuk undang-undang atau

    keputusan presiden dan sebagainya. Sementara untuk provinsi, selain dari

    peraturan yang diambil dari tingkat pusat juga ada keputusan gubernur atau

    peraturan daerah yang diputuskan oleh DPRD. Agar suatu kebijakan umum

    dapat menjadi pedoman bagi tingkatan kebijakan dibawahnya ada beberapa

    kriteria yang harus dipenuhi.

    Pertama, cakupan kebijakan itu meliputi keseluruhan wawasan. Artinya,

    kebijakan itu tidak hanya meliputi dan ditujukan pada aspek tertentu. Kedua,

    tidak berjangka pendek. Masa berlakunya atau tujuan yang ingin dicapai dengan

    kebijakan tersebut berada dalam jangka panjang dan tidak mempunyai batasan

    waktu tertentu. Ketiga, strategi kebijakan umum tidak bersifat operasional.

    Seperti halnya pada pengertian umum, pengertian operasional atau teknis juga

    bersifat relatif. Sesuatu yang dianggap umum untuk tingkat kabupaten mungkin

    dianggap teknis atau operasional untuk tingkat provinsi dan sangat operasional

    dalam pandangan tingkat nasional.

    2). Kebijakan Pelaksanaan

    Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan

    umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu

    undang-undang atau keputusan menteri menjabarakan pelaksanaan keputusan

  • 30

    presiden adalah contoh dari kebijakan pelaksanaan. Untuk tingkat provinsi,

    keputusan bupati atau keputusan seorang kepala dinas yang menjabarkan

    keputusan gubernur atau peraturan daerah bisa jadi suatu kebijakan pelaksanaan.

    3). Kebijakan Teknis

    Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada dibawah

    kebijakan pelaksanaan itu. Secara umum dapat disebutkan bahwa kebijakan

    umum adalah kebijakan tingkat pertama, kemudian pelaksanaan adalah

    kebijakan tingkat kedua, dan kebijakan teknis adalah kebijakan tingkat terbawah.

    Wewenang membuat kebijakan hanya ada pada jabatan-jabatan yang

    tinggi, Ini bisa dimengerti karena pada jabatan-jabatan tersebut terdapat fungsi

    mengatur (regulasi) masyarakat. Pada jabatan-jabatan yang lebih rendah terdapat

    fungsi pelaksanaan atau teknis. Meskipun birokrasi harus bersikap netral atau

    bebas dari politik namun dalam kenyataannya mereka yang menduduki jabatan

    tinggi tidak mudah begitu saja melepaskan diri dari politik. Tanpa pertimbangan

    politik dapat timbul kelemahan dalam memperoleh dukungan masyarakat bagi

    kebijakan yang dibuatnya. Seorang birokrat tidak boleh mewakili kepentingan

    suatu partai, golongan, maupun kelompoknya namun dia harus dapat memahami

    orientasi politik partai-partai yang ada, sehingga dapat mengambil keputusan

    yang mewakili semua aspirasi dalam masyarakat. Sikap netral seorang pejabat

    tidak boleh diartikan bahwa keputusan yang diambil harus lepas dari semua

    kepentingan partai, karena ini akan berakibat ruang gerak untuk

    mengindentifikasi alternatif kebijakan menjadi sempit, bahkan mungkin menjadi

    tidak ada. Misalnya, jika dalam masyarakat ada perbedaan pendapat antara dua

    atau tiga partai supaya netral maka dia mengambil kebijakan diluar ketiga

    pendirian itu. Jika demikian halnya, tentu saja akan semakin parah, karena dalam

    sistem multi partai yang ada, variasi perbedaan pendapat makin banyak.

    c. Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Olahraga

    Kebijakan pemerintah dibidang olahraga merupakan upaya-upaya memotivasi

    dan memfasilitasi masyarakat agar menjadikan olahraga tidak hanya sebagai pengisi

    waktu luang akan tetapi menjadikan olahraga sebagai sebuah gaya hidup dan

    olahraga prestasi. Dalam rangka meningkatkan budaya berolahraga sebagai bagian

  • 31

    dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional, keberadaan dan peran

    olahraga dalam kehidupan masyarakat harus mendapatkan kedudukan sejajar dengan

    sektor pembangunan lainnya terutama untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran,

    pergaulan sosial, dan kesejahteraan masyarakat.

    Dengan terbitnya Undang-undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2005

    tentang Sistem Keolahragaan Nasional, merupakan dasar bagi setiap Pemerintah

    Daerah untuk selalu menaati dan melaksanakan isinya sehingga apa yang dicita-

    citakan oleh Pemerintah Indonesia, khususnya dalam bidang olahraga dapat dicapai

    secara maksimal. Sehingga dapat menjadikan bangsa Indonesia yang memiliki

    kebugaran jasmani yang baik serta memiliki etos kerja tinggi. Hal inilah yang akan

    mampu menyokong bangsa Indonesia agar tidak kalah saing dengan bangsa asing

    dalam menghadapi era globalisasi seperti yang berjalan pada saat ini.

    Selain Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005, Pemerintah

    Pusat juga memiliki beberapa kebijakan yang tertuang baik itu dalam undang-

    undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, maupun ADART KONI. Dibawah

    ini dijabarkan beberapa dasar hukum yang menjadi landasan bagi pemerintah

    maupun pelaku olahraga untuk membina olahraga prestasi menurut KONI (2014:

    19):

    1). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    2). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

    3). Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan.

    4). Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga

    5). Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pendanaan Keolahragaan

    6). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Program Indonesia Emas

    7). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KONI Tahun 2013.

    Pembangunan pemuda melalui olahraga merupakan hal penting yang harus

    dilakukan oleh pemerintah karena pemuda merupakan tulang punggung masa depan

    bangsa apabila pemudanya sehat dan memiliki karakter yang kuat maka dapat

    dipastikan bangsa memiliki masa depan yang cerah. Pembangunan olahraga dapat

    dilakukan dengan mengembangkan olahraga rekreasi, mengembangkan olahraga

  • 32

    prestasi, mengembangkan olahraga untuk difabel, mengembangkan olahraga

    tradisional, melakukan pembinaan usia dini, kelas olahraga klub olahraga pelajar dan

    mahasiswa, dan kelompok berlatih olahraga, serta melakukan bimbingan dan

    kompetisi olahraga pelajar secara berjenjang dan teratur dalam rangkan menanamkan

    disiplin, nilai-nilai sportifitas dan menggali bakat olahraga, meningkatkan kepedulian

    masyarakat dan dunia usaha mengenai pentingnya dukungan pendanaan olahraga

    terutama olahraga prestasi, meningkatkan keterrampilan dan keahlian tenaga kerja

    pemuda, mengembangkan kewirausahaan pemuda, meningkatkan partisipasi

    lembaga kepemudaan dalam pembangunan ekonomi, memperluas kesempatan

    pemuda terdidik untuk berpartisispasi dalam pembangunan di pedesaan,

    mengembangkan jaringan kerjasama pemuda antar daerah, antar provinsi dan antar

    bangsa, meningkatkan peran aktif pemuda dalam penanggulangan masalah

    penyalahgunaan narkoba, minuman keras (miras), penyakit HIV/AIDS serta penyakit

    menular seksual, dan kriminalitas di kalangan pemuda.

    d. Peraturan Daerah Tentang Olahraga

    Otonomi berasal dari bahasa Yunani, Yaitu autos dan nomos. Autos artinya

    sendiri, sedangkan nomos berarti hukum atau aturan. Sebagai istilah, pengertian

    otonomi autos nomos atau autonomous dalam bahasa Inggris kata sifat yang berarti :

    (1) keberadaan atau keberfungsian secara bebas atau independen (functioning or

    existing independently); dan (2) memiliki pemerintahan sendiri (of or self-

    government, as a state, group, etc.). Sedangkan pengertian otonomi (autonomy)

    sebagai kata benda (noun) adalah (1) keadaan atau kualitas yang bersifat independen,

    khususnya kekuasaan atau hak memiliki pemerintahan sendiri (the power or right of

    having self-government); dan atau (2) negara, masyarakat, atau kelompok yang

    memiliki pemerintahan sendiri yang independen (a self-governing state, community

    or group). Beranjak dari rumusan pengertian otonomi tersebut dapat disimpulkan

    bahwa otonomi daerah adalah kewenangan suatu daerah untuk menyelenggarakan

    pemerintahan sendiri.

    Indonesia pada dasarnya menganut pemahaman otonomi daerah yang bersifat

    administratif, yaitu kebebasan untuk menyelenggarakan adminitrasi pemerintahan

    sendiri yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Sistem Adminitrasi Negara

  • 33

    Republik Indonesia (SANKRI). Dengan demikian dalam konteks Indonesia,

    pengertian otonomi daerah menunjukkan hubungan keterikatan antara daerah yang

    memiliki hak untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan kesatuan lebih

    besar yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bukan berarti daerah

    otonom yang merdeka dan bebas berdiri sendiri bebas dari ikatan NKRI. Dengan

    berlakunya otonomi daerah maka pemerintah daerah berhak untuk mengatur

    daerahnya sendiri dan membuat kebijakan lokal yang bertujuan untuk pembangunan

    dan pengembangan daerahnya. Salah satunya yaitu dengan menerbitkan Peraturan

    Daerah (PERDA). Peraturan Daerah merupakan bentuk nyata implementasi

    kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah dalam mengatasi permasalahan yang

    ada maupun untuk mengembangkan potensi daerahnya.

    Sejak disahkannya Undang-Undang No. 2 Tahun 1999 tentang Pemerintah

    Daerah (direvisi pada tahun 2004) yang diimplementasikan sejak januari 2001, maka

    beberapa kewenangan daerah dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah daerah

    (PEMDA). Mulai saat itulah PEMDA mempunyai kewenangan yang luar biasa untuk

    merencanakan, merumuskan, melaksanakan, serta mengevaluasi kebijakan-kebijakan

    yang sesuai dengan keperluan dan tuntutan masyarakat setempat (Agustino, 2011:

    69). Sejak masa itu Pemerintah Daerah (PEMDA) tidak lagi sekedar sebagai

    pelaksana operasional kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan ditentukan oleh

    pusat seperti pada zaman orde baru yang bersifat top-down policy, tetapi telah

    menjadi agen penggerak pembangunan. Sekarang, melalui otonomi daerah apapun

    yang dilaksanakan pemerintah daerah dapat dengan mudah dinilai bahkan dikritisi

    oleh masyarakat sendiri. Dalam konteks kebijakan publik, misalnya dapat ditanyakan

    apakah kebijakan yang diformulasi dan diimplementasi mampu mengatasi persoalan-

    persoalan yang dihadapi oleh daerah atau justru sebaliknya memutarbalikkan

    keadaan masyarakat kearah yang lebih buruk. Berbicara kebijakan publik di daerah

    tentu saja dituangkan dalam bentuk peraturan daerah.

    Peraturan daerah merupakan bentuk legitimasi Pemda untuk mencapai tujuan

    pembangunan daerah secara sah terhadap masyarakat lokal. Tujuantujuan

    pembangunan daerah yang dilakukan untuk mengatasi persoalan masyarakat yang

    dianggap penting sebagai contohnya yaitu pembinaan dan penyediaan sarana

    prasarana olahraga prestasi di Kabupaten Pacitan. Dalam Undang-Undang 32 tahun

  • 34

    2004 tentang Pemerintahan daerah, setidaknya ada 3 (tiga) jenis produk hukum

    daerah otonom. Dua produk hukum hasil pengaturan sebuah produk hasil

    pengurusan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pakar otonomi daerah Hoessein

    (2009: 151-156), bahwa:

    Produk hukum hasil pengaturan adalah peraturan daerah (perda) dan

    Peraturan kepala daerah, sedangkan sebuah produk hukum hasil pengurusan

    adalah keputusan kepala daerah. Perda adalah keputusan kepala daerah dengan

    persetujuan DPRD, sedangkan peraturan kepala daerah adalah keputusan

    kepala daerah tanpa persetujuan DPRD. Kedua produk hukum tersebut sebagai

    norma hukum umum dan abstrak. Keputusan kepala daerah sebagai produk

    hukum pengurusan adalah keputusan yang bersifat penetapan.

    Dalam hukum positif di Indonesia dibedakan beberapa produk hukum daerah

    otonom, namun baik jenis maupun hierarkinya diatur secara berbeda dalam peraturan

    perundang-undangan. Jenis dan kedudukan Perda dalam hierarki perundang-

    undangan diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

    Pembentukan Perundang-undangan. Dalam ayat (1) pasal 7 mengatur jenis hierarki

    Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut:

    1). Undang-Undang dasar Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

    2). Undang-undang (UU)/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

    3). Peraturan Pemerintah (PP)

    4). Peraturan Presiden (Perpres)

    5). Peraturan Daerah (Perda)

    Kelima produk diatas merupakan bentuk pertama kebijakan publik, yaitu

    peraturan perundag-undangan yang terkodifikasi secara formal dan legal. Setiap

    peraturan dari tingkat Pusat atau Nasional hingga tingkat lokal desa atau

    kelurahan adalah kebijakan publik karena mereka adalah aparat publik atau

    administrator yang dibayar oleh uang publik melalui uang pajak dan penerimaan

    negara lainnya (Penerimaan Negara Bukan Pajak), dan karenanya secara hukum

    formal bertanggung jawab kepada publik (Nugroho, 2008: 62). Pada hakekatnya

    peraturan daerah dan kebijakan publik itu memiliki pengertian yang hampir sama.

    Dimana keduanya merupakan suatu alat intervensi pemerintah (lokal) yang bertujuan

    untuk mengubah kondisi yang ada atau mempengaruhi arah dan kecepatan dari

    perubahan kondisi yang sedang berlangsung dalam masyarakat guna mewujudkan

  • 35

    kondisi yang dicita-citakan. Intervensi itu dilakukan melalui suatu atau serangkaian

    strategi kebijakan.

    Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Perda adalah produk hukum

    daerah otonom yang bersifat pengaturan. Dalam hal ini perda dibuat untuk mengatur

    orang atau sekelompok orang untuk mencapai keadaan yang diinginkan. Secara

    prosedural, pembentukan perda didahului dengan penyampaian rancangan peraturan

    daerah (Raperda) atas prakarsa kepala daerah atau prakarsa DPRD.

    3. Pembinaan Olahraga

    Model pembinaan bentuk segi tiga atau sering disebut pola piramid berporos pada

    proses pembinaan yang berkesinambungan. Dikatakan berkesinambungan,karena pola

    itu harus didasari cara pandang yang utuh dalam memaknai program pemassalan dan

    pembibitan dengan program pembinaan prestasinya. Artinya, program tersebut

    memandang penting arti pemassalan dan pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam

    program pendidikan jasmani yang baik, diperkuat dengan program pengembangannya

    dalam kegiatan klub olahraga sekolah, dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi

    didalamnya dan idealnya terbentuk dalam program kompetisi, serta dimantapkan

    melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk pemusatan latihan bagi para bibit atlet yang

    sudah terbukti berbakat.

    Dengan demikian, corak ini dapat dipastikan berbeda dari yang ditempuh dalam

    pembinaan olahraga di Indonesia umumnya, misalnya program PPLP dan Ragunan,

    yang biasanya melupakan arti penting dari program penjas dan program olahraga

    rekreasi, tetapi langsung diorientasikan kepada puncak tertinggi dari model piramid.

    Secara tradisional, program pengajaran pendidikan jasmani digambarkan sebagai lantai

    dasar dari sebuah segitiga sama kaki, atau yang sering disebut sebagai bentuk piramid.

    Tepat di atasnya terdapat program olahraga rekreasi, atau lazim pula disebut program

    klub olahraga, sedangkan di puncak segitiga terletak program olahraga prestasi.

    Program pengajaran pendidikan jasmani adalah tempat untuk mengajarkan

    keterampilan, strategi, konsep-konsep, serta pengetahuan esensial yang berkaitan

    dengan hubungan antara kegiatan fisik dengan perkembangan fisik, otot dan syaraf,

    kognitif, sosial serta emosional anak. Ini berarti bahwa program pendidikan jasmani

  • 36

    yang baik bertindak sebagai dasar yang kokoh dan solid untuk seluruh program olahraga

    dan aktivitas fisik di sekolah dan masyarakat.

    Pada tahap kedua, program olahraga yang bersifat rekreasi (dalam klub olahraga

    sekolah) merupakan upaya pengembangan dan perluasan program pendidikan jasmani

    yang sifatnya inklusif untuk semua anak. Pada program rekreasi inilah para siswa

    diperkenankan untuk memilih cabang olahraga yang diminatinya, serta disesuaikan

    dengan potensi atau bakat dirinya. Program ini di Indonesia lazim disebut program

    ekstra-kurikuler, yang seharusnya menyediakan kegiatan-kegiatan olahraga di luar

    struktur kurikulum dan program pendidikan jasmani.

    Pada sekolah-sekolah di negara-negara yang menganut sistem olahraga melalui

    persekolahan, program olahraga ekstra-kurikuler ini dikelola oleh klub-klub olahraga

    yang dikembangkan di sekolah dengan sistem voluntir dan sekaligus bersifat wirausaha.

    Klub tersebut didirikan oleh organisasi sosial yang beragam, dari mulai perkumpulan

    orang tua, kepemudaan, klub olahraga murni, hingga para guru penjas sekolah yang

    bersangkutan, yang mengelola klubnya dengan format kewirausahaan bekerja sama

    dengan pihak sekolah. Dengan format tersebut, para pengelola menggalang kerjasama

    dengan sekolah. Mereka mengajukan proposal kepada sekolah untuk menggunakan

    fasilitas sekolah, dengan perjanjian kerjasama bagi hasil atau sewa kontrak, sedangkan

    pihak pengelola menyediakan program, pelatih, serta mengelola dana yang dibayarkan

    anak/siswa anggota klubnya. Dengan demikian, di sekolah tersebut bisa berdiri

    bermacam-macam klub olahraga, dari mulai olahraga individual seperti atletik, senam

    dan renang, olahraga beregu seperti cabang permainan (voli, basket, sepak bola, bola

    tangan), olahraga beladiri hingga olahraga petualangan atau pencinta alam.

    Program yang ditawarkan oleh klub-klub tersebut bervariasi dari yang sifatnya

    rekreatif hingga ke tingkat persiapan untuk memasuki olahraga prestasi. Hal ini

    biasanya ditunjang oleh kurikulum pengembangan yang jelas, yang biasanya merupakan

    pengadopsian dari sistem pembinaan yang dikembangkan oleh setiap induk organisasi

    olahraga. Dengan demikian, pada program klub olahraga ini setiap pesertanya secara

    jelas terpetakan posisinya, apakah ia masuk level pemula, level lanjutan, atau level

    mahir. Dengan sistem semacam itu, yang mana setiap level menunjukkan tingkat

    penguasaan keterampilan tertentu yang juga sudah ditentukan, akan cukup jelas kapan

    siswa dapat meningkat atau memperbaiki levelnya ke level berikut, serta persyaratan

  • 37

    kompetensi apa yang harus dilewatinya melalui sebuah mekanisme ujian kenaikan

    tingkat atau melalui kejuaraan. Di samping itu, cukup jelas juga kewenangan pelatih dan

    penguji (wasit), yang untuk mampu menjalankan fungsinya pada level tertentu pun

    harus pula memiliki kompetensi dan kewenangan pada peringkat tertentu, apakah ia

    pelatih atau wasit pemula, pelatih atau wasit lanjutan, atau termasuk pelatih atau wasit

    tingkat mahir (nasional) dan bahkan tingkat internasional. Tidak kalah pentingnya dari

    sistem yang diberlakukan pada klub-klub sekolah di atas adalah (menciptakan) sistem

    kompetisi yang teratur dan tersistem.

    Kompetisi merupakan sebuah kewajiban bagi klub yang ada di sekolah, untuk

    minimal menyelenggarakan kompetisi antar kelas di lingkungan sekolah tersebut,.

    Bahkan kalau mungkin klub yang bersangkutan mampu menyelenggarakan program

    kompetisi antar sekolah melalui cara kerja sama dengan klub cabang olahraga sejenis

    yang ada di sekolah-sekolah lain untuk bertindak sebagai penyelenggara. Sifat

    kompetisi dirancang dalam format yang sangat sederhana, sehingga tidak perlu

    mengeluarkan biaya tinggi, tetapi mampu membangkitkan nilai kebanggaan pada para

    pesertanya, serta yang paling penting adalah dimanfaatkannya kompetisi itu sebagai

    ajang untuk membina nilai dan sifat-sifat luhur keolahragaan bagi para peserta. Dengan

    demikian, siswa mampu menyelami dan menginternalisasi nilai-nilai sportivitas, fair

    play, kejujuran, semangat pantang menyerah, menghargai keunggulan diri sendiri dan

    lawan, serta membina semangat kerja sama, korp, serta menjunjung sikap hormat pada

    orang lain. Pada tataran terakhir, program olahraga prestasi sebenarnya merupakan

    kelanjutan dari dua program sebelumnya. Pada tataran ini, para guru penjas dan para

    pelatih memanfaatkan tersedianya data mengenai potensi dan bakat anak dari masing-

    masing sekolahnya untuk disalurkan pada program pemuncakan dalam bentuk tempat

    pelatihan.

    Tempat pelatihan adalah suatu program yang dirancang atas inisiatif masyarakat

    olahraga, untuk menyediakan program yang selaras dengan misi peningkatan prestasi

    tanpa harus kehilangan dasar pengembangan dan menelantarkan landasan di tahap

    paling dasar, pendidikan jasmani. Program ini disediakan dalam bentuk sport centers,

    yang formatnya bisa bervariasi di antara kabupaten atau kota, sesuai dengan

    kemampuan dan ketersediaan fasilitas serta sumber daya manusianya. Idealnya tempat

    pelatihan dalam format sport center ini dimiliki oleh setiap kota atau kabupaten,

  • 38

    didasarkan pembagian wilayah. Maksudnya, jika sebuah kabupaten atau kota terdiri dari

    empat wilayah, maka minimal di satu wilayah terdapat satu sport centers, yang masing-

    masing sport centers tersebut mampu menyediakan beberapa program tempat pelatihan

    untuk cabang olahraga yang dijadikan andalan kabupaten atau kota tersebut. Setiap

    sport centers dikelola oleh para profesional di bidangnya masing-masing, dengan

    program dan kegiatan yang selalu direncanakan dan diperbaiki secara berkala, sehingga

    mampu menampung para siswa potensial dan berbakat dari setiap jenjang sekolah.

    Program tempat pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai sebuah elite stream, yang

    mendampingi dan melanjutkan program dari klub olahraga yang bisa juga disebut

    sebagai recretional stream.

    Istilah recreational stream dan elite stream sudah lama dikenal dalam sistem

    pengembangan suatu cabang olahraga di negara maju. Recreational stream adalah

    sebuah program yang disediakan bagi seluruh siswa yang berminat memasuki suatu

    klub cabang olahraga tertentu, dengan tujuan memberikan pengenalan terhadap dasar-

    dasar keterampilan gerak olahraga sekaligus menanamkan rasa kesukaan dan kecintaan

    anak terhadap cabang olahraga yang diikutinya. Mengingat programnya ditujukan bagi

    mayoritas anak, maka program yang ditawarkan pun dirancang agar bisa sesuai dengan

    mayoritas anak; tidak terlalu sulit, dan memungkinkan anak bergerak maju sesuai

    dengan tingkat kemampuannya tanpa harus dipaksakan. Peningkatan peringkat anak

    ditentukan oleh tingkat penguasaannya terhadap paket yang sudah disediakan pada

    peringkat itu. Jika seorang anak dipandang sudah mampu menguasai 70 s/d 80 persen

    dari keterampilan yang disyaratkan, maka anak itu dapat meningkat ke peringkat

    selanjutnya.

    Di pihak lain, elite stream adalah program yang dirancang khusus untuk anak-

    anak yang dianggap berbakat, terutama setelah diyakini berbakat melalui pengujian

    pemanduan bakat, baik secara antropometrik, biomotorik, serta psikologik dari cabang

    olahraga yang diikutinya. Program yang dirancang pada elite stream ini harus

    memungkinkan anak meningkat prestasinya secara meyakinkan, karena programnya

    sudah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan prinsip-prinsip training, termasuk pula

    dalam hal intensitas, volume, durasi, serta frekuensinya. Dengan demikian, anak-anak

    yang akan dilibatkan dalam elite stream adalah anak-anak atau siswa yang sudah

    dipastikan mampu mengikuti secara ketat dan teratur program yang disediakan.

  • 39

    Jika proses pembinaan di Indonesia sudah mengikuti alur seperti yang diuraikan

    di atas, barulah kita bisa mengatakan bahwa pola pembinaan kita mengikuti pola

    piramid. Dan hanya dengan cara seperti itulah prestasi olahraga Indonesia dapat

    dibangkitkan kembali. Untuk itu, kualitas program pendidikan jasmani di sekolah perlu

    diperbaiki, program pendidikan kepelatihan harus pula diperbaiki, terutama supaya para

    lulusannya tidak terlalu bertumpu pada keharusan menjadi guru dan pegawai negeri. Di

    samping itu, setiap induk organisasi pun harus diberdayakan, sehingga mereka mampu

    mengerti dan sanggup membuat sistem bagi cabang olahraganya masing-masing, dan

    yang terlebih penting dari itu semua, cara pandang kita terhadap pengelolaan olahraga

    harus bersifat memberdayakan serta mensinergikan semua pihak guna memperoleh atlet

    yang berkualitas tinggi dalam setiap cabang olahraga sangat perlu diadakan pembinaan

    atlet. Peran ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam bidang olahraga telah

    terbukti memberikan kontribusi yang cukup besar. Oleh karena itu sistem pembinaan

    olahraga prestasi harus dilakukan melalui pendekatan ilmiah dan upaya untuk

    memajukan atau menyempurnakan atlet agar dapat berprestasi dengan baik.

    Karakteristik utama dari pembinaan olahraga prestasi, selalu berorientasi jauh

    kedepan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya menuju ke taraf internasional.

    Perencanaan tersebut dapat dikembangkan dengan baik, apabila ditunjang dan

    ditumbuhkan dalam suatu sistem pembinaan mantap, yang diorganisasikan untuk

    pembinaan olahraga secara terpadu dan kesinambungan.

    Aspek-aspek yang terkait dalam pembinaan olahraga menurut Soeharsono yang

    dikutip Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 88):

    1). Aspek Olahraga Menyangkut permasalahan: a) Pembinaan Fisik; b) Pembinaan Teknik; c)

    Pembinaan Taktik; d) Kematangan Bertanding; e) Pelatih; f) Program

    Latihan dan Evaluasi.

    2). Aspek Medis Menyangkut permasalahan; a) Fungsi organ tubuh meliputi : jantung, paru-

    paru, syaraf, otot, indera dan lainnya; b) Gizi; c) Cidera; d) Pemeriksaan

    Medis.

    3). Aspek Psikologi ` Menyangkut permasalahan : a) Ketahanan Mental; b) Kepercayaan Diri; c)

    Penguasaan Diri; d) Disiplin dan Semangat juang; Ketenangan, Ketekunan,

    dan Kecermatan; e) Motivasi.

    Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka untuk penanganan pembinaan

    olahraga diperlukan pakar-pakar yang berkualitas sesuai dengan bidangnya, yaitu: pakar

  • 40

    dibidang keolahragaan, pakar dibidang psikologi keolahragaan dan pakar-pakar

    dibidang ilmu lainnya yang sesuai untuk pembinaan keolahragaan. Karakteristik utama

    untuk pembinaan olahraga prestasi, selalu berorientasi jauh kedepan untuk mencapai

    prestasi tinggi menuju ketaraf internasional. Perencanaan dapat dikembangkan dengan

    baik, apabila ditunjang dan ditumbuhkan dalam satu sistem pembinaan yang berkualitas,

    serta terorganisasi untuk penyelenggaraan pembinaan olahraga secara terpadu dan

    berkesinambungan.

    Pembibitan atlet merupakan upaya untuk menemukan individu-individu yang

    memiliki potensi untuk mencapai prestasi yang tinggi dikemudian hari. Jika

    mengevaluasi dan menganalisa dalam berbagai kejuaraan dunia, menunjukkan bahwa

    atlet tertentu yang cocok untuk olahraga tertentu, memiliki potensi fisik yang handal,

    memiliki kemampuan teknik dan taktik yang baik dan memiliki pengalaman dalam

    berbagai kompetisi. Ada baiknya sebelum membina atlet lebih lanjut, atlet diberikan

    kesadaran bahwa prestasi puncak tidak akan tercapai bila atlet tersebut tidak

    mempunyai kemampuan untuk mencapainya. Meskipun faktor-faktor yang lain sebagai

    faktor pendukung mempunyai sumbangan atau peranan yang sangat penting, tetapi

    sumbangan terbesar datang dari atlet itu sendiri menurut Soeharsono dalam buku

    Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 92). Diperkirakan sumbangan tersebut adalah

    sebagai berikut:

    a. Dari atlet sekitar : 60-70%

    b. Faktor penunjang lain : 30-40%

    Pembinaan yang dilakukan secara sistematik, tekun dan berkelanjutan, diharapkan

    akan mencapai prestasi yang maksimal. Proses pembinaan memerlukan waktu yang

    cukup lama, yakni dari masa kanak-kanak atau usia dini hingga anak mencapai tingkat

    efisiensi kompetisi yang tinggi. Menurut Harre sebagaimana dikutip Adisasmita dan

    Syariffudin (1996: 70) Pembinaan dimulai dari program umum mengenai latihan dasar

    mengarah kepada pengembangan efisiensi olahraga secara komperhensif dan kemudian

    berlatih yang dispesialisasikan pada cabang olahraga yang ditekuninya.Pembinaan

    prestasi olahraga merupakan suatu program yang terencana dan terstruktur secara rapi

    serta berkelanjutan untuk mendapatkan atlet yang benar-benar matang sesuai usia

    perkembangan atlet itu sendiri. Tanpa adanya pembinaan yang terstruktur dengan baik

    dan dilakukan sepanjang waktu mustahil dapat diperoleh atlet yang dapat bertahan lama

  • 41

    di puncak prestasi. Husdarta (2010: 75) menyatakan bahwa atlet-atlet yang mampu

    menghasilkan prestasi yang intensif hanyalah atlet-atlet yang :

    a). Memiliki fisik prima b). Menguasai teknik yang sempurna c). Memiliki karakteristik psikologis dan moral yang diperlukan oleh cabang

    olahraga yang ditekuninya

    d). Cocok untuk cabang olahraga yang dilakukannya. e). Sudah berpengalaman berlatih dan bertanding bertahun-tahun.

    Untuk mendapatkan atlet yang berkualitas itulah diperlukan sebuah pembinaan.

    Pembinaan Olahraga prestasi biasanya dibagi melalui tahapan-tahapan yang

    berjenjang untuk mendapatkan atlet yang terbaik. Ambarukmi et.al, (2007: 5).

    Pembinaan atlet menuju puncak prestasi dilakukan berdasarkan piramida prestasi

    olahraga terdiri atas 3 tahapan : (1) pemassalan (2) pembibitan (3) prestasi . Hal

    tersebut juga diperkuat dengan gambaran piramida pembinaan olahraga yang

    digambarkan oleh Hidayatullah (2002: 5) di bawah ini.

    Gambar 2.1.Piramida Pembinaan Olahraga

    (Sumber : Hidayatullah, 2002: 5)

    a. Pemassalan.

    Pemassalan adalah mempolakan keterampilan dan kesegaran jasmani

    secara multilateral dan landasan spesialisasi. Pemassalan olahraga bertujuan

    untuk mendorong dan menggerakkan masyarakat agar lebih memahami dan

  • 42

    menghayati langsung hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup,

    khususnya jenis olahraga yang bersifat mudah, murah, menarik, bermanfaat dan

    massal. Kaitannya dengan olahraga prestasi, tujuan pemassalan adalah

    melibatkan atlet sebanyak-banyaknya sebagai bagian dari upaya peningkatan

    prestasi olahraga. Pemassalan olahraga merupakan dasar dari teori piramida dan

    sekaligus merupakan landasan dalam proses pembibitan dan pemanduan bakat

    atlet.

    Pemassalan olahraga berfungsi untuk menumbuhkan kesehatan dan

    kesegaran jasmani manusia Indonesia dalam rangka membangun manusia yang

    berkualitas dengan menjadikan olahraga sebagai bagian dari pola hidup bangsa

    Indonesia. Oleh karena itu, dalam pembangunan olahraga perlu selalu

    meningkatkan dan memperluas pemassalan di kalangan bangsa Indonesia dalam

    upaya membangun kesehatan dan kesegaran jasmani, mental dan rokhani

    masyarakat serta membentuk watak dan kepribadian, displin dan sportivitas

    yang tinggi, yang merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia

    Indonesia. Pemassalan dapat pula berfungsi sebagai wahana dalam penelusuran

    bibit-bibit untuk membentuk atlet berprestasi. Memasyarakatkan olahraga dan

    mengolahragakan masyarakat merupakan bentuk upaya dalam melakukan

    pemassalan olahraga. Dalam olahraga prestasi, pemassalan seharusnya dimulai

    pada usia dini.

    Pemassalan juga olahraga dapat diartikan sebagai upaya untuk

    memperkenalkan suatu cabang olahraga kepada khalayak umum baik anak

    anak maupun dewasa sehingga mendorong terciptanya suatu ajang kompetisi

    maupun kejuaraan di dalam masyarakat dan di situ akan terlihat para pemain

    yang mempunyai bakat di bidang tersebut untuk selanjutnya dibina dalam suatu

    klub atau organisasi untuk dapat mengembangkan kemampuannya sehingga

    menghasilkan atlet yang dapat berprestasi di tingkat dunia. Berikut ini pendapat

    para ahli antara lain, Ambarukmi et.al (2007: 6) berpendapat Pemassalan

    adalah menggerakan anak usia dini untuk berolahraga secara menyeluruh agar

    diperoleh bibit-bibit olahragawan handal. Sedangkan, menurut Adisasmita dan

    Syarifuddin (1996: 36), Pemassalan olahraga adalah suatu proses dalam upaya

    mengikutsertakan peserta sebanyak mungkin supaya mau terlibat dalam kegiatan

  • 43

    olahraga dalam rangka pencarian bibit-bibit atlet yang berbakat yang dilakukan

    dengan cara teratur dan terus-menerus.

    Dalam pemassalan olahraga diperlukan strategi pemassalan, adapun

    strategi pemassalan menurut Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 39) dapat

    dilakukan dengan cara:

    1). Menyediakan sarana dan prasarana olahraga yang memadai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Apabila pemassalan olahraga ini akan

    diterapkan di sekolah-sekolah, maka di sekolah-sekolah itu perlu

    disediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan

    kemampuan untuk masing-masing tingkatnya.

    2). Menyiapkan pengadaan tenaga pengajar atau pelatih olahraga yang benar-benar memiliki kemampuan untuk menggerakkan olahraga pada

    anak-anak usia muda di sekolah-sekolah.

    3). Mengadakan berbagai bentuk pertandingan cabang olahraga bagi anak-anak sekolah, baik dalam pertandingan antarklas, sekolah,

    maupun antar perkumpulan.

    4). Mengadakan domontrasi pertandingan antar atlet-atlet yang berprestasi

    5). Mengadakan kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa. 6). Memberikan motivasi kepada para siswa untuk mau berolahraga. 7). Merangsang minat para siswa dengan melaui media masa, vidio,

    televisi, radio dan lain-lain.

    Dengan strategi pemassalan yang tepat akan dapat dilihat para calon bibit

    atlet yang benar-benar berkualitas untuk selanjutnya diarahkan untuk dapat

    berprestasi ke tingkat yang lebih tinggi. Karena pemassalan olahraga merupakan

    dasar dari pembinaan prestasi olahraga maka diperlukan kebijakan yang tepat

    dari pemerintah sebagai dasar dan diterapkan secara tepat oleh pelaku olahraga.

    b. Pembibitan

    Pembibitan atlet adalah upaya mencari dan menemukan individu-individu

    yang memiliki potensi untuk mencapai prestasi olahraga di kemudian hari,

    sebagai langkah atau tahap lanjutan dari pemassalan olahraga.Pembibitan yang

    dimaksud adalah menyemaikan bibit, bukan mencari bibit. Ibaratnya seorang

    petani yang akan menanam padi, ia tidak membawa cangkul mencari bibit ke

    hutan, tetapi melakukan penyemaian bibit atau membuat bibit dengan cara

    tertentu, misalnya dengan memetak sebidang tanah sebagai tempat pembuatan

    bibit yang akan ditanam.

  • 44

    Pembibitan dapat dilakukan dengan melaksanakan identifikasi bakat

    (Talent Identification), kemudian dilanjutkan dengan tahap pengembangan bakat

    (Talent Development). Dengan cara demikian, maka proses pembibitan

    diharapkan akan lebih baik. Ditinjau dari sudut pertumbuhan dan perkembangan

    gerak anak, merupakan kelanjutan dari akhir masa kanak-kanak, yaitu masa

    adolesensi. Pelaksanaan pembibitan atlet ini menjadi tanggung jawab pengelola

    olahraga pada tingkat eksekutif-taktik dan sekaligus bertanggung jawab pada

    pembinaan di tingkat di bawahnya, yaitu pada tahap pemassalan olahraga. Di

    sini disusun program yang mampu memunculkan bibit-bibit, baik di tingkat

    kotamadya/kabupaten maupun di tingkat propinsi. Adanya kejuaraan-kejuaraan

    yang teratur merupakan salah satu cara untuk merangsang dan memacu

    munculnya atlet-atlet agar berlatih lebih giat dalam upaya meningkatkan

    prestasinya.

    Pembibitan atlet merupakan tahap lanjutan setelah terjadi pemassalan

    olahraga. Dalam pembibitan atlet seorang pelatih harus dapat dengan jeli melihat

    kemampuan tiap calon atlet mana yang berpotensi lebih untuk dapat

    dikembangkan kemampuannya sehingga menghasilkan prestasi yang tinggi

    nantinya. Karakteristik atlit bibit unggul menurut Adisasmita dan Syarifuddin

    (1996: 60) adalah :

    1). Tingkat atau derajat atau mutu (kualitas) bawaan sejak lahir. 2). Bentuk tubuh (poster tubuh) yang baik, sesuai dengan cabang olahraga

    yang diminatinya.

    3). Fisik dan mental yang sehat 4). Fungsi organ-organ tubuh yang baik seperti jantung, paru-paru, otot,

    syaraf, dan lain-lain.

    5). Kemampuan gerak dasar yang baik seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi, daya ledak, dan sebagainya.

    6). Penyesuaian yang cepat dan tepat baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman yang baru dan dapat membuat

    pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk

    dipergunakan apabila dihadapkan pada fakta-fakta atau kondisi-kondisi

    yang baru atau dengan istilah lain intelegensi tinggi

    7). Sifat-sifat kejiwaan (karakter) bawaan sejak lahir yang dapat mendukung terhadap pencapaian prestasi yang prima, antara lain watak

    berkompetitif tinggi, kemauan keras, tabah, ulet, tahan uji, pemberani,

    dan semangat juangnya tinggi.

    8). Kegemaran untuk berolahraga.

  • 45

    Untuk memperoleh atlet yang dapat berprestasi tinggi dimulai dengan

    pembibitan sejak usia dini dan pembibitan itu haruslah disesuaikan dengan

    karakteristik cabang olahraga yang akan digelutinya. Di dalam pembibitan atlet

    terdapat identifikasi bakat dan sebagian besar identifikasi bakat dilakukan pada

    tingkat anak usia muda (yunior), meskipun kadang-kadang dilakukan pada tahun

    awal pada saat individu memasuki atlet senior. Proses pengidentifikasian atlet-atet

    berbakat harus menjadi perhatian tiap cabang olahraga.

    Pembibitan dan pemanduan bakat hendaknya dilakukan pada usia dini karena

    pada usia tersebut anak memasuki fase pengenalan, latihan dan spesialisasi dalam

    olahraga, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut:

    Tabel 2.2. Usia Permulaan Berolahraga, Spesialisasi, dan Prestasi Puncak

    Menurut Berbagai Jenis Cabang Olahraga

    Jenis Olahraga Mulai latihan

    (dalam tahun)

    Mulai spesialisasi

    (dalam tahun)

    Prestasi puncak

    (dalam tahun)

    Atletik 10-12 13-14 18-23

    Senam (wanita) 6-7 10-11 14-18

    Senam (pria) 6-7 12-14 18-24

    Renang 3-7 10-12 16-18

    Bola basket 7-8 10-12 20-25

    Bola voli 11-12 14-15 20-25

    Sepak bola 10-12 11-13 18-24

    Tenis 6-8 12-14 22-25

    Tinju 13-14 15-16 20-25

    Anggar 7-8 10-12 20-25

    Sumber: Bompa dalam Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 64)

    c. Pembinaan Prestasi

    Prestasi olahraga merupakan puncak penampilan atlet yang dicapai dalam

    suatu pertandingan atau perlombaan, setelah melalui berbagai macam latihan

    maupun uji coba. Pertandingan/perlombaan tersebut dilakukan secara periodik

    dan dalam waktu tertentu. Pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya

  • 46

    merupakan puncak dari proses pembinaan , baik melalui pemassalan maupun

    pembibitan. Dari hasil proses pembibitan yang baik akan terpilih atlet yang

    berkualitas dengan indikasi terus meningkat prestasi olahraganya. Di sini peran

    klub-klub olahraga untuk membina atlet agar dapat meningkatkan prestasinya di

    kancah pertandingan olahraga yang lebih tinggi

    Para pengelola olahraga pada dasarnya bertanggung jawab terhadap sistem

    pembangunan olahraga secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengorganisasian

    program pembinaan jangka panjang dapat dikemukakan bahwa (1) masa kanak-

    kanak berisi program latihan pemula (junior awal) yang merupakan usia mulai

    berolahraga dalam tahap pemassalan, (2) masa adolesensi berisi program latihan

    junior lanjut yang merupakan usia spesialisasi dalam tahap pembibitan, dan (3)

    masa pasca adolesensi berisi program latihan senior yang merupakan usia

    pencapaian prestasi puncak dalam tahap pembinaan prestasi.

    Pembinaan atlet berprestasi harus memperhatikan tahapan umur dari calon

    atet tersebut. Setiap tahapan mempunyai spesifikasi tersendiri dan juga terdapat

    perbedaan umur dalam perlakuan yang diperuntukan bagi calon atlet laki-laki

    maupun perempuan. Hal tersebut merupakan pola pembinaan atlet jangka

    panjang untuk memperoleh atlet-atlet berkualitas. Pembagian tahapan tersebut

    dikenal dengan istilah l