bab ii landasan teori a. 1. a. pengertian pembudidayaan ... · 8 bab ii landasan teori a. tinjauan...

43
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan tambak 1) Pembudidayaan udang adalah kegiatan membiakkan, membesarkan, memelihara, dan memanen udang (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak). 2) Tambak adalah tempat usaha pemeliharaan ikan yang mendapat air dari laut, air tawar, atau air payau (Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor 24 Tahun 1964 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah-Tanah yang Sudah Ditanami dengan Tanaman Keras dan Tanah-Tanah yang Sudah Diusahakan Sebagai Tambak). b. Persyaratan umum lokasi budidaya udang di tambak Penentuan lokasi tambak merupakan salah satu hal yang paling mendasar dan penting dalam pemenuhan berhasil atau tidaknya budidaya udang di tambak. Pemilihan lokasi usaha budidaya udang dimaksud untuk menjamin kebutuhan biologi udang, keseimbangan lingkungan antara lokasi pengembangan usaha budidaya dengan pembangunan wilayah di daerah, dan keadaan sosial di lingkungan sekitar tambak (Anonim, 2015 c : 4). 1) Persyaratan teknis lokasi tambak untuk budidaya udang Menurut Badudrin (2014: 6), Yuna (2011: 16), Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004, dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34 Tahun 2002, persyaratan umum dalam rangka memilih lokasi tambak secara teknis untuk budidaya udang adalah sebagai berikut: a) Memenuhi kemampuan daya dukung ruang. Kemampuan daya dukung ruang yang dimaksud adalah seberapa besar ruang tersebut dapat berproduksi secara optimal dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga kelestarian tetap terjamin.

Upload: others

Post on 01-Sep-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pedoman budidaya udang di tambak

a. Pengertian pembudidayaan udang dan tambak

1) Pembudidayaan udang adalah kegiatan membiakkan, membesarkan,

memelihara, dan memanen udang (Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 28 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang

di Tambak).

2) Tambak adalah tempat usaha pemeliharaan ikan yang mendapat air dari

laut, air tawar, atau air payau (Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria

Nomor 24 Tahun 1964 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah-Tanah yang

Sudah Ditanami dengan Tanaman Keras dan Tanah-Tanah yang Sudah

Diusahakan Sebagai Tambak).

b. Persyaratan umum lokasi budidaya udang di tambak

Penentuan lokasi tambak merupakan salah satu hal yang paling

mendasar dan penting dalam pemenuhan berhasil atau tidaknya budidaya udang

di tambak. Pemilihan lokasi usaha budidaya udang dimaksud untuk menjamin

kebutuhan biologi udang, keseimbangan lingkungan antara lokasi

pengembangan usaha budidaya dengan pembangunan wilayah di daerah, dan

keadaan sosial di lingkungan sekitar tambak (Anonim, 2015c: 4).

1) Persyaratan teknis lokasi tambak untuk budidaya udang

Menurut Badudrin (2014: 6), Yuna (2011: 16), Keputusan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004, dan Keputusan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor 34 Tahun 2002, persyaratan umum dalam

rangka memilih lokasi tambak secara teknis untuk budidaya udang adalah

sebagai berikut:

a) Memenuhi kemampuan daya dukung ruang. Kemampuan daya dukung

ruang yang dimaksud adalah seberapa besar ruang tersebut dapat

berproduksi secara optimal dengan tidak memberikan dampak negatif

terhadap lingkungan, sehingga kelestarian tetap terjamin.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

9

b) Sesuai dengan tata ruang yang diperuntukkan bagi usaha budidaya

udang dan telah mempunyai kekuatan hukum minimal dalam bentuk

peraturan daerah (Perda).

c) Lokasi usaha budidaya tidak dibangun pada lahan mangrove yang kritis

dan jalur formasi geologi material tambang. Lokasi ideal untuk

budidaya udang terdapat di jalur hijau yang ditumbuhi hutan mangrove

dengan panjang minimal 100 meter dari garis pantai.

d) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses budidaya harus diperhatikan;

faktor fisik (misalnya; topografi, kualitas air dan tanah, subtrat,

klimatologi, dan lain-lain) dan hidro-oceanografi.

e) Perencanaan area tambak hendaknya tidak mengganggu saluran

drainase. Tidak melakukan pengambilan air sumur dalam untuk

pengairan tambak, hal ini dapat menimbulkan intrusi air asin ke dalam

akuifer air tawar ke rumah penduduk, serta runtuhnya tanah permukaan

pada lingkungan sekitar area tambak.

f) Terhindar dari kemungkinan terjadinya banjir, pencemaran akibat

limbah, dan terbentuknya sarang penyakit.

g) Mempunyai daerah penyangga yang merupakan lahan yang

menghubungkan antara hamparan tambak yang satu dengan dengan

hamparan tambak yang lain.

h) Perlu dilakukan reklamasi tanah dasar tambak yang dibangun pada lahan

yang mengandung pyrite tinggi. Reklamasi dilakukan dengan cara

pengeringan, pembalikan dan pencucian tanah, serta pembuangan air

secara berulang.

2) Persyaratan non teknis lokasi tambak untuk budidaya udang

Menurut Yuna (2011: 16) dan World Wildlife Fund (WWF) (2011: 2),

keadaan sosial-ekonomi yang dapat mendukung kegiatan budidaya udang,

contohnya adalah: 1) keadaan lingkungan yang kondusif; 2) aset jalan

cukup baik; 3) dekat dengan produsen; 4) dekat dengan sumber tenaga

kerja; 5) dekat dengan sentra perekonomian; 6) lokasi bisa dijangkau oleh

saluran penerangan dan alat komunikasi.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

10

3) Desain tata letak dan konstruksi tambak untuk budidaya udang

a) Desain tata letak tambak

Menurut Badudrin (2014: 6) dan Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004, desain tata letak tambak dibuat

dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

i. Pembukaan lahan baru pada hutan mangrove dan/atau penataan

kawasan budidaya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di bidang pengelolaan kawasan

lindung.

ii. Memenuhi kebutuhan pengelolaan lingkungan kawasan baik

sebelum, selama, dan setelah pembangunan, serta selama dan

setelah operasional budidaya.

iii. Penataan dan/atau pembangunan saluran pasok (inlet) dan saluran

buang (outlet) dibuat terpisah, tidak melalui daerah permukiman

umum dan/atau perumahan operator pembudidaya, serta harus

memperhatikan pola arus laut.

iv. Pembangunan kawasan tambak harus dilengkapi dengan daerah

penyangga, berupa vegetasi mangrove dengan ratio minimal 20 %.

v. Membuat petak tandon dengan ratio minimal 30 %.

b) Desain konstruksi tambak

Menurut Badudrin (2014: 7) dan Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004, desain konstruksi tambak harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

i. Ukuran luas petak tambak adalah 0,3 – 0,5 ha, umumnya

berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Ukuran tambak

diupayakan tidak terlalu luas, hal ini bertujuan untuk memudahkan

pengawasan dan pemeliharaan.

ii. Kondisi fisik pematang harus kuat dan tidak boleh terdapat

kebocoran (kedap air). Ketinggian pematang sebaiknya 2,5 m

dengan lebar 1,5 – 2 m. Konstruksi tersebut diharapkan mampu

menampung air dengan kedalaman sekitar 1 m serta

memungkinkan untuk penanaman mangrove di pematang.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

11

iii. Tambak semi intensif dan intensif harus dilengkapi dengan tandon

pasok dan tandon buang serta dilengkapi pintu air pasok dan pintu

air buang yang diletakkan terpisah dan proporsional.

iv. Dasar tambak dibuat miring (minimal 2 %) ke arah pembuangan,

hal ini bertujuan untuk memudahkan penyiponan. Dasar tambak

juga dapat didesain salah satunya yaitu dengan menggunakan

model konika (bagian tengah lebih rendah dari pada bagian

pinggir) untuk mempermudah pembuangan limbah tambak melalui

pipa di tengah (central drain). Hal ini bertujuan untuk mengatasi

masalah penumpukan lumpur, penyumbatan, dan kebocoran.

c. Persyaratan kualitas air pemeliharaan udang vaname di tambak

Syarat kualitas air pemeliharaan untuk budidaya udang vaname di

tambak adalah sebagai berikut (Tabel 1):

Tabel 1. Parameter kualitas air pemeliharaan udang vaname di tambak No. Parameter kualitas air pemeliharaan

udang vaname

Satuan Kisaran baku mutu Sumber

1. Suhu o C 28,5 – 31,5 Keputusan Menteri

Kelautan dan

Perikanan Nomor

28 Tahun 2004

Standar Nasional

Indonesia (SNI) 01-

7246-2006b

2. Salinitas mg/L 15 – 25

3. pH - 7,5 – 8,5

4. Dissolved Oxygen (DO), minimal mg/L 3,5 atau 3,0 – 7,0

5. Kebasaan atau Alkalinitas mg/L 100 – 120 atau 120 – 160

6. Ammoniak Bebas (NH3 – N), maksimal mg/L 0,01 atau 0,01 – 0,05

7. Nitrit (NO2-) mg/L 0,01 atau 0,01 – 0,05

8. Nitrat (NO3-), maksimal mg/L 0,5 atau 0,05 – 0,1

9. Fospat (PO42-), maksimal mg/L 0,1 atau 0,1 – 0,25

10. Bahan Organik, maksimal mg/L 55

11. Ketinggian Air cm 120 – 200

12. Kecerahan - 30 – 40 atau 30 – 45

13. Total Suspended Solid (TSS) mg/L 50 Peraturan

Pemerintah Nomor

82 Tahun 2001

tentang

Pengelolaan

Kualitas Air dan

Pengendalian

Pencemaran Air

(Standar Deviasi 2)

14. Total Dissolved Solid (TDS) mg/L 1.000

15. Biochemical Oxygen Demand (BOD) mg/L 3

16. Chemical Oxygen Demand (COD) mg/L 25

17. Tembaga atau Cuprum (Cu) mg/L 0,02

18. Timbal atau Plumbun (Pb) mg/L 0,03

19. Hidrogen Sulfida (H2S) mg/L 0,001

20. Sulfat (SO42-) mg/L -

21. Besi (Fe) mg/L -

2. Manajemen pembudidayaan udang

Menurut Suharto (2011: 31 – 34), penerapan International Standard

Organization (ISO 14000) tentang Standar Manajemen Lingkungan perlu

dilakukan. Tujuan dari penerapan ISO 14000 salah satunya adalah untuk

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

12

meningkatkan unsur-unsur efektif dalam Sistem Manajemen Lingkungan untuk

diintegrasikan dengan aspek-aspek manajemen sehingga sasaran lingkungan, sosial,

dan ekononi dapat tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen

pembudidayaan udang adalah manajemen air; persiapan tambak; pemilihan,

pemilahan, dan penebaran benur; pakan dan manajemen pakan; penggunaan obat

dan bahan kimia; manajemen kesehatan udang dan lingkungan; manajemen efluen

dan limbah padat; dan manajemen pasca panen.

a. Manajemen air

Penggunaan air untuk berbagai macam manfaat dan kepentingan harus

dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi

masa kini dan masa mendatang. Pengoperasian budidaya udang vaname baik

dalam pola semi intensif atau intensif membutuhkan pemberian pakan dan

pengaturan air yang tepat untuk mempertahankan kualitas air yang baik.

Masuknya pakan dalam jumlah banyak akan mengakibatkan perubahan kualitas

air di tambak. Pakan yang tidak termakan dan kotoran hasil metabolisme udang

vaname akan menambah kandungan bahan organik atau anorganik ke dalam air

dan ke dasar tambak, sehingga dapat menyebakan penurunan kualitas air

(Baliao dan Tookwinas, 2002: 31). Adanya hal tersebut, maka perlu dilakukan

adanya pengelolaan air. Tujuan dari pengelolaan air adalah agar air tersedia

dalam jumlah yang aman, baik kuantitas atau kualitasnya, dan bermanfaat bagi

kehidupan dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap

berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001).

Beberapa hal yang harus dilakukan untuk memperoleh air dengan

persyaratan air yang digunakan untuk budidaya udang di tambak (Tabel 1)

adalah sebagai berikut (Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7246-2006b dan

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004):

1) Air yang ada di tandon treatment harus diperiksa kualitasnya terlebih

dahulu sebelum masuk ke dalam tambak.

2) Penggunaan pestisida dan desinfektan lainnya untuk pembasmi hama dan

penyakit harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Penggunaan air sumur dalam untuk menurunkan salinitas harus dihindari.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

13

4) Perawatan saluran harus dilakukan secara berkala untuk menjamin

kelancaran distribusi air pasok.

5) Pengelolaan kualitas air tambak dilakukan melalui pergantian dan

penambahan air, penambahan probiotik, pengapuran, dan pemupukan.

6) Pembuangan limbah tambak ke perairan umum terlebih dahulu harus

dikendalikan melalui tandon buang.

b. Persiapan petakan tambak

Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum penebaran benur adalah

sebagai berikut (Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7246-2006b dan

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004):

1) Perbaikan konstruksi dan pelepasan lereng pematang tambak.

2) Pengelolaan tanah dasar tambak meliputi pembersihan, penjemuran,

pembalikan, pencucian, dan pengapuran.

3) Pemantapan kualitas air tambak melalui pembasmian hama dan penyakit

serta pertumbuhan plankton.

1) Persiapan lahan tambak plastik

Spesifikasi tambak plastik adalah sebagai berikut (Tabel 2):

Tabel 2. Spesifikasi tambak plastik

No. Uraian Keterangan Sumber

1. Jenis plastik HDPE 0,5 mm/terpal Direktorat Usaha Budidaya,

Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya (2013: 1) dan Yuna

(2011: 18)

2. Luas 500 – 1000 m2

3. Kedalaman 80 – 110 cm

4. Sistem Semi Close Sistem

Tahap-tahap yang dilakukan pada saat persiapan lahan tambak plastik

adalah sebagai berikut (Direktorat Usaha Budidaya, Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya (2013: 1) dan Yuna (2011: 18)):

a) Pengolahan air tandon utama dan perbaikan konstruksi tambak.

b) Pengeringan tanah bertujuan untuk memperbaiki kualitas dasar tambak

dan mematikan hama dan penyakit. Pengeringan dilakukan dengan cara

menguras tambak dan menjemur sampai tanah menjadi setengah kering

(kandungan airnya sekitar 20 %), kemudian lapisan tanah teratas

diangkat ke tanggul dan di tata sedemikian rupa. Apabila proses

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

14

pengangkatan tanah selesai, tanah dijemur sampai benar-benar kering

dengan ciri warna tanah menjadi cerah dan tidak berbau.

c) Plastik yang digunakan untuk pemlastikan petak pemeliharaan adalah

plastik mulsa. Pemasangan plastik yang dilakukan dengan menggelar

plastik dan mengkaitkan dengan menggunakan potongan bambu yang

dibentuk menyerupai huruf U. Pada saat pemasangan plastik harus

dilakukan dengan baik dan benar tujuannya agar selama proses

budidaya, plastik yang telah dipasang tidak terangkat atau rusak terkena

arus kincir. Apabila plastik dalam kondisi tidak baik dan benar, maka

akan menyebabkan benur masuk dan mati akibat tidak bisa keluar lagi,

selain itu juga pada saat panen banyak udang vaname yang masuk ke

dalam plastik sehingga susah untuk mengambilnya. Pemasangan plastik

dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu; pemasangan penuh (full)

yaitu seluruh area tambak ditutup plastik, meliputi pelataran, caren dan

perengan tambak; pemasangan plastik hanya pada perengan tambak;

pemasangan plastik hanya pada pelataran tambak; pemasangan plastik

pada perengan dan caren tambak.

2) Persiapan dan pengisian air pemeliharaan

Pengisian air dapat dilakukan dengan menggunakan pompa. Kualitas air

harus diperiksa terlebih dahulu di saluran pemasukan sebelum dimasukkan

ke tambak. Air tersebut sebelumnya sudah diendapkan dalam tandon untuk

perbaikan kualitas air selama 3 – 7 hari. Tujuannya agar partikel terlarut

sudah mengendap di dasar tandon dan tidak ikut masuk ke tambak yang

akan diisi air. Treatement yang dilakukan adalah sterilisasi air dengan

menggunakan desinfektan seperti kaporit 30 mg/L, atau dengan pemupukan

organik atau anorganik, serta probiotik. Letak dasar pompa diusahakan tidak

menyentuh dasar tandon. Bagian ujung paralon diberi saringan tiga lapis,

pertama saringan paralon yang berlubang dengan diameter 0,5 cm, saringan

lapis kedua di buat dari waring dengan diameter 0,2 mm, dan saringan lapis

ketiga dibuat dari waring dengan diameter 0,1 mm, sehingga kotoran yang

mungkin tersedot pompa dapat tersaring dan tidak masuk ke tambak

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

15

(Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya (2012: 1) dan (Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7246-2006b).

c. Pemilihan, pemilahan, dan penebaran benur

Pemilihan benur bertujuan untuk mendapatkan benur yang kualitasnya

baik. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pemilihan, pemilahan, dan

penebaran benur adalah sebagai berikut (Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 28 Tahun 2004):

1) Benur yang digunakan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia

(SNI), yaitu bebas dari virus dan diperoleh dari hatchery bersertifikat dan

menerapkan cara pembudidayaan ikan yang baik (CPIB).

2) Pemilihan benur dilakukan melalui perendaman dengan formalin.

3) Sebelum benur ditebar ke tambak, terlebih dahulu dilakukan penyesuaian

dengan kondisi perairan tambak, terutama suhu dan salinitas.

d. Pakan dan manajemen pakan

Manajemen pakan dalam budidaya udang bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi pakan yang digunakan dan meminimalkan limbah pakan di dalam

tambak. Langkah-langkah yang harus ditetapkan dalam melakukan manajemen

pakan adalah sebagai berikut (Nur (2011: 8) dan Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004):

1) Pakan buatan yang digunakan tidak kadaluarsa dan harus memenuhi standar

nutrisi sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

2) Pertahankan kualitas pakan melalui penyimpanan dan penanganan yang

baik dan benar. Pakan harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering,

tujuannya untuk menghindari kontaminasi.

3) Pemberian pakan harus dilakukan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat

sesuai dengan ukuran populasi, tujuannya untuk menjamin udang dalam

mengkonsumsi pakan secara maksimal dan tidak meninggalkan kelebihan

pakan di tambak.

4) Pakan berkualitas merupakan hasil formulasi dengan menyediakan nutrisi

sesuai dengan kebutuhan udang, diproduksi dengan kualitas baik (nutrisi

yang ada dapat tercerna secara maksimal.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

16

5) Distribusikan pakan secara merata pada media budidaya sehingga semua

udang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.

6) Lakukan pengaturan pakan berdasarkan kualitas air dan nafsu makan udang.

7) Penumbuhan pakan alami pada tambak ekstensif melalui pemupukan

mutlak dilakukan.

e. Penggunaan obat-obatan dan bahan kimia

Penggunaan obat-obatan dan bahan kimia lainnya dalam budidaya

udang dapat dilakukan sepanjang proses budidaya, tujuannya untuk menjamin

bahwa udang hasil budidaya mempunyai kualitas baik. Langkah-langkah yang

harus diterapkan dalam penggunaan obat-obatan dan bahan kimia adalah

sebagai berikut (Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7246-2006b dan

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004):

1) Jenis obat yang digunakan dalam budidaya udang harus terdaftar di instansi

yang berwenang (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen

Kelautan dan Perikanan).

2) Pembudidaya udang harus mengikuti aturan pemakaian obat-obatan seperti

yang tertera pada label mengenai dosis, lama penggunaan, cara pemakaian,

cara penyimpanan, cara pembuangan, dan hal-hal lain yang berhubungan

dengan penggunaan bahan kimia, termasuk tindak pengamanan bagi

lingkungan dan manusia.

3) Pada tambak yang menggunakan obat dan bahan kimia yang bersifat

bioakumulatif, air buangan tambak harus dinetralkan terlebih dahulu

sebelum dibuang ke perairan umum.

4) Penumbuhan pakan alami pada tambak ekstensif melalui pemupukan

mutlak.

f. Manajemen kesehatan udang dan lingkungan

Manajemen kesehatan udang dan lingkungan lebih dititik beratkan pada

pencegahan terjadinya penyakit. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

(Badudrin (2014: 12) dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

28 Tahun 2004):

1) Menerapkan prosedur karantina bagi pemasukan dan distribusi induk,

nauplius, dan benur.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

17

2) Menggunakan benur yang berkualitas (sehat dan bermutu) untuk penebaran

ke dalam tambak dengan padat tebar sesuai dengan pola yang diterapkan.

3) Mengendalikan kualitas air untuk menghindari terjadinya perubahan yang

ekstrim. Tidak membuang dan mengganti air apabila udang yang dipelihara

diketahui terkena virus.

4) Menggunakan pakan yang berkualitas dengan penerapan manajemen pakan

yang baik.

5) Menghindari perlakuan yang dapat menimbulkan stres.

6) Melakukan monitoring kesehatan udang secara rutin.

7) Melakukan perbaikan kondisi tambak atau tindakan pengobatan terhadap

udang yang terserang penyakit.

8) Melakukan pemulihan kualitas lingkungan tambak bagi udang yang

terserang bakteri patogen.

9) Melakukan tindakan isolasi dan/atau desinfeksi pada tambak yang udangnya

terserang oleh virus yang dapat berkembang luas pada tambak yang lain.

10) Tidak melakukan pemindahan udang, peralatan, maupun air dari tambak

yang terserang penyakit ke tambak yang lain.

11) Menerapkan pengamanan biologi (biosecurity).

12) Melakukan pembersihan dan penjemuran tambak setelah dilakukan

pemanenan udang.

g. Manajemen efluen dan limbah padat

Setiap kegiatan budidaya udang harus melakukan perbaikan kualitas air

limbah tambak agar dapat memenuhi baku mutu efluen tambak yang ditetapkan

(Tabel 3) (Badudrin (2014: 7) dan Suharto (2011: 313)). Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam rangka memperbaiki mutu air limbah tambak adalah sebagai

berikut:

1) Melakukan upaya-upaya pengendapan dan pengangkatan bahan tersuspensi

melalui tandon.

2) Menggunakan biofilter untuk pemulihan kualitas air.

3) Penanaman mangrove pada area pembuangan.

4) Menerapkan sistem resirkulasi atau pergantian air minimal pada tambak semi

intensif atau intensif, khususnya di kawasan padat tambak dan tercemar

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

18

Tabel 3. Parameter kualitas air limbah tambak

No. Parameter kualitas air limbah tambak Satuan Baku mutu

1. Total Suspended Solid (TSS) mg/L ≤ 200

2. Kekeruhan Nephelometer Turbidity Unit (NTU) ≤ 50

3. pH - 6 – 9,0

4. Biochemical Oxygen Demand (BOD5) mg/L < 45

5. Fospat (PO42-) mg/L < 0,1

6. Hidrogen Sulfida (H2S) mg/L < 0,03

7. Nitrat (NO3-) mg/L < 75

8. Nitrit (NO2-) mg/L < 2,5

9. Ammoniak Bebas (NH3 – N) mg/L < 0,1

10. Dinoflagellata

Gymnodinium Individu/L < 8 x 102

Peridinium Individu/L < 8 x 102

11. Bakteri Patogen Colony Froming Unit (CFU) < 102

Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2004.

3. Biologi udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone)

a. Taksonomi udang vaname

Klasifikasi udang vaname berdasarkan Tantu (2014: 3), Yuna (2011: 3),

dan Dall, et al., (1991a: 55 – 126) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Sub kelas : Eumalacostraca

Super ordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Sub order : Dendrobranchiata

Super famili : Penaeoidea

Famili : Penaeidae

Genus : Panaeus

: Litopenaeus

Spesies (old name): Panaeus vannamei

(New name) : Litopenaeus vannamei Boone

b. Morfologi udang vaname

Permukaan tubuh udang vaname dilindungi oleh kutikula, yang tersusun

atas zat khitin dengan garam-garan mineral dan bersifat sangat keras.

Eksoskeleton menutupi seluruh permukaan tubuh, kecuali pada tempat

penghubung yang mempunyai sifat tipis dan lunak agar mampu bergerak.

Tubuh udang vaname dibagi menjadi 2 bagian, yaitu chepalotorax dan abdomen

(Boone, 1931), yang terdiri atas kepala (head) 5 segmen, dada (thorax) 8

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

19

segmen, dan perut (abdomen) 6 segmen, masing-masing dengan satu pasang

anggota tubuh yang terdiri atas ruas-ruas (Gambar 1). Setiap segmen tubuh

dibedakan atas tergum (bagian dorsal) dan sternum (bagian ventral) (Kastawi,

2005: 224). Pleura (lateral tubuh) merupakan keping yang terletak di sisi tubuh.

Epimera merupakan keping kecil antara pleura dan dasar anggota gerak (Young

(1959) dalam Dall, et al., (1991a: 8)).

Cephalothorax terdiri dari 13 segmen; kepala (5 segmen) dan dada (8

segmen) yang dilindungi oleh karapak (carapace). Pada karapak terdapat lekuk

servikal yang terdapat di pertengahan karapak, yang membedakan bagian

kepala dari bagian dada. Ujung anterior karapak merupakan rostrum (Dall, et

al., 1991a: 8).

Gambar 1. Morfologi udang vaname

Sumber: Brock and Main (1994) dalam

Tantu (2014: 20 – 22) dan Dall, et al.,

(1991a: 8)

Keterangan:

A1(T), tergum of abdominal somite I;

A2 (P), pleuron of abdominal somite 2;

A6, abdominal somite 6;

AF, antennal flagellum;

AM, appendix masculina;

ANF, antennular flagellum;

AS, scaphocerite (antennal scale);

C, carapace;

E, eye;

Ex, exopod of pereopod;

Mxp3, maxilliped 3;

P1, P3, P5, pereopods 1,3, 5;

Pa, petasma;

P15, pleopod 5;

R, rostrum;

RS, rostra1 spine;

T, telson;

U, uropod.

1) Morfologi udang vaname bagian kepala (head) menurut Yuna (2011: 4)

adalah sebagai berikut:

a) Pada bagian kepala terutama pada ruas kepala di bawah rostrum terdapat

mata majemuk yang bertangkai.

b) Pada bagian kepala memiliki 2 antenna yaitu antenna I (antennules) dan

antenna II (antennae).

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

20

Antennules terdiri dari tiga segmen basal dan sepasang flagella

multifungsi. Fungsi flagella belum sepenuhnya diketahui, namun

dianggap sebagai chemosensory (Young (1959) dalam Dall, et al.,

(1991a: 10)). Antennules terletak di ujung inhalasi dari tabung

pernafasan. Segmen pertama gagang bunga membentuk soket pada mata

yang dilapisi dengan setae padat. Bagian luar soket berbentuk seperti

sisik keras disebut stylocerite yang memiliki fungsi sebagai pelindung

dan prosentema fleksibel “eyebrush” yang terletak di bagian dalam.

Ketika udang vaname sedang aktif, mata secara periodik menjentikkan

ke soket antennules yang berfungsi untuk membersihkan segmen

pertama yang mengandung statocyt.

Antennae terdiri dari protopod terdapat dua segmen yaitu,

carpocerite basal dan basicerite distal, terdiri dari dua struktur yaitu

sebuah scaphocerite (berada di dalam) dan endopodite (yang terdiri dari

tiga segmen dan cambuk panjang). Fungsi utama dari scaphocerite

adalah sebagai sirip untuk menstabilkan lateral saat berjalan mundur

dalam rangka melarikan diri. Fungsi utama cambuk panjang adalah

sebagai alat perasa dan peraba. Cabang exopodite berbentuk pipih

disebut dengan prosentema (Dall, et al., 1991a: 10).

c) Mulut terdiri dari mandibulla, maxillules, maxilla, maxillipeds 1 – 3.

Mulut terdapat pada permukaan ventral, dekat daerah kepala

posterior terdapat mandibulla yang kuat. Mandibulla berfungsi untuk

menghancurkan makanan. Maxillules berbentu kecil, datar, dan

melengkung sesuai dengan tempatnya yang terletak di bawah rahang,

kemudian diikuti dengan maxilla. Maxilla masing-masing memiliki satu

set piringan basal (protopod) seperti tulang. Scaphognathite rahang atas

undulates berirama di saluran sempit ruang branchial anterior, yang

berfungsi sebagai kemudi arus air. Maxillapeds merupakan pelengkap

dada 1 – 3 dan menjadi seperti kaki posterior. Pada maxillaped 1

segmen basal mirip dengan penampilan maxilla tersebut, tetapi

endopodite maxillaped 2 dan 3 saling bersambungan. Pada eksopodite

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

21

dibatasi dengan setae panjang yang berfungsi untuk membersihkan dan

sebagai sensorik (Dall, et al., 1991a: 12 – 13).

2) Morfologi udang vaname bagian dada (thorax)

Bagian dada terdiri dari 8 ruas, masing-masing ruas mempunyai

sepasang anggota badan disebut dengan thoracopoda. Thoracopoda 1 – 3

disebut dengan maxillapoda (maxilipeds). Maxiliped 1 berfungsi sebagai

alat pembantu rahang (mandibulla) dan pelengkap bagian mulut dalam

memegang makanan, dan diikuti dengan alat bantu sederhana (non-chelate)

berfungsi sebagai alat pembantu jalan, dan 4 pasang kaki jalan (peripoda).

Thoracopoda 4 – 8 berfungsi sebagai peripoda. Peripoda 4 – 8 berfungsi

untuk bergerak, memegang makanan, dan membersihkan tubuhnya,

sedangkan pada peripoda 1 – 3 mempunyai capit (cela) kecil yang

merupakan ciri khas udang dari famili penaeidae berfungsi untuk

menyerang dan mempertahankan diri (Kastawi, 2005: 225).

3) Morfologi udang vaname bagian perut (abdomen)

Pada daerah abdomen terdapat 6 pasang kaki renang atau pleopoda atau

pleopods yang beberapa diantaranya mengalami modifikasi. Udang vaname

memiliki satu pasang anggota tubuh (apendiks) yang berbeda pada setiap

segmen. Terdapat 3 macam apendiks yang dapat dibedakan pada hewan

dewasa yaitu: 1) foliaceus, contohnya maxilla ke-2, 2) biramus, contohnya

pleopoda, 3) urinamus contohnya peripoda (Kastawi, 2005: 225).

Pada bagian abdomen terdiri dari 6 ruas. Ruas 1 – 5 memiliki sepasang

anggota badan berupa pleopoda (swimmered) yang berfungsi sebagai alat

untuk berenang, respirasi, dan pembawa telur pada hewan betina, bentuknya

pendek dan ujungnya berbulu (setae). Pada ruas ke-6 terdapat ekor kipas

(uropoda atau uropods) dan bersama dengan telson berfungsi sebagai alat

untuk berenang, kemudi, dan melindungi telur (Dall, et al., 1991a: 9).

c. Anatomi udang vaname

Tubuh udang vaname tersusun atas sistem organ yang dimiliki oleh

hewan tingkat tinggi (Gambar 2). Selom merupakan ruang yang tidak begitu

luas, namun tidak terlalu sempit (berongga) untuk organ-organ reproduksi.

Organ tertentu seperti sistem saraf tersusun metamerik, sedangkan organ

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

22

ekskresi terpusat ke dalam sebuah rongga kecil. Bagian-bagian anatomi pada

udang vaname menurut Yuna (2011: 5) adalah sebagai berikut:

1) Pada rostrum terdapat gigi (bagian dorsal 7 – 10 dan bagian ventral 2 – 4).

2) Pada badan tidak ada rambut-rambut halus (setae).

3) Pada udang vaname jantan petasma tumbuh dari ruas coxae pleopoda nomor

1 yaitu protopodit yang menjulur ke arah depan. Panjang petasma kira-kira

12 mm. Lubang pengeluaran sperma ada dua, yaitu di bagian kiri dan kanan

terletak pada dasar coxae dari pada pereopoda nomor 5.

4) Pada betina helycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak

ditumbuhi oleh setae, terletak di bagian ventral thorax, atau ruas coxae

peripoda nomor 3 dan nomor 4, yang disebut dengan “Fertilization

chamber”. Lubang pengeluranan telur terletak pada coxae kaki jalan nomor

3. Coxae adalah ruas nomor 1 dari peripoda dan pleopoda.

Gambar 2. Anatomi udang vaname

Sumber: Tantu (2014: 35)

d. Fisiologi udang vaname

Morfologi saluran pencernaan udang vaname mirip dengan decapoda

lainnya. Hal ini dibagi menjadi beberapa bagian yang kompleks, kutikula

berlapis di wilayah foregut; hepatopankreas kompak pada awal daerah midgut,

diikuti oleh tubular panjang, bagian sederhana; dan kutikula berlapis di daerah

hindgut, terutama pada rektum (Gambar 3) (Dall, et al., 1991a: 23).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

23

Sistem pencernaan udang vaname terdiri dari mulut, esophagus,

proventikulus, anterior diverticulum of midgut, digestive gland, midgut,

posterior diverticulum of midgut, rectum, dan anus (Gambar 4).

Gambar 3. Anatomi sistem pencernaan udang vaname (a)

Sumber: Brock and Main (1994) dalam Tantu (2014: 39)

Gambar 4. Anatomi sistem pencernaan udang

vaname (b)

Sumber: Dall, et al., (1991a: 23)

1) Foregut

Mulut mengarah ke kerongkongan vertikal pendek, dikelilingi oleh

otot-otot kontraktil yang dapat menutupnya dengan cara sfingter.

Kerongkongan membuka ke arah lumen anterior dari proventrikulus

(Gambar 5). Proventikulus mempunyai otot-otot yang kompleks.

Proventrikulus dibagi menjadi dua kamar utama, di bagian anterior disebut

dengan kamar radiaka, dan di bagian posterior disebut dengan pylorus.

Ruang anterior pada udang vaname dapat digembungkan. Ada sepasang

ventro-lateral, piringan memanjang, masing-masing dikenakan deretan gigi

kecil, yang mengarah jauh lebih dari gigi lateral pada lambung dan tunggal,

dan gigi-gigi dorsal bagian tengah. Gigi-gigi tersebut berfungsi untuk

melumatkan makanan. Ruang posterior jauh lebih sempit dari pada ruang

anterior dan selanjutnya dibagi menjadi kompartemen atas, yang merupakan

melalui-kanal midgut, dan penyaring dengan tekanan rendah (Gambar 6)

(Dall, et al., 1991a: 24).

Kutikula pada daerah foregut membuka ke bagian perut kelenjar

pencernaan (digestive gland atau hepatopankreas), yang mengelilingi ruang

posterior lebih rendah dan meluas sekitar dorsal sejauh ujung divertikulum

anterior.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

24

Gambar 5. Proventriculus

Sumber: Dall, et al., (1991a: 24)

Keterangan:

AC, anterior chamber;

AD, anterior diverticulum;

DGO, digestive gland opening;

FP, filter press (pyloric press);

L, lappets;

LG, lateral grooves;

LLT, large lateral teeth (zygocardiac ossicle);

LP, lateral plate (cardiac plate);

MGT, tubular part of midgut;

MT, medial tooth (prepyloric ossicle);

Oes, oesophagus;

PC, posterior chamber;

SLT, minor lateral teeth (cardiac teeth);

VG, ventral setose groove,

VLG, ventro-lateral setose groove.

Keterangan:

C, connective tissue;

DC, dorsal compartment;

LG, longitudinal groove between rows of setae;

M, muscle;

VC, ventral compartment.

Gambar 6. Potongan penampang melintang wilayah

tengah ruang proventrikulus posterior

Sumber: After Dall (1967) dalam Dall, et al., (1991a:

25)

Hepatopankreas terletak di daerah thorax. Setiap lobus tersusun atas

sejumlah kecil tubulus. Epitelium yang melapisi dinding-dinding tubulus

bersifat granular dan menghasilkan sekresi yang akan mengalir menuju ke

duktus hepatik dan akhirnya menuju ke kamar pilorik di lambung (Kastawi,

2005: 226). Di atas penyaring, kutikula foregut meluas ke belakang untuk

bukaan dipasangkan dari divertikulum anterior midgut, yang ditutup oleh

sepasang lappets (Dall, et al., 1991a: 23 – 24).

2) Midgut

Midgut adalah tabung kecil yang berawal dari arah cephalothorax

dorsal melalui perut, ke rektum, hingga ke anus yang terletak pada

permukaan telson. Hal ini dibatasi oleh epitel sederhana. Sebuah membran

peritrofik yang diekskresi dari bagian anterior. Pada akhir anterior, dua

bukaan lateral mengarah ke divertikulum dorsal anterior; pada akhir

posterior, pembukaan dorsal mengarah ke divertikulum posterior (Dall, et

al., 1991a: 23 – 24). Fungsi utama dari midgut adalah untuk sekresi enzim

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

25

pencernaan dan penyerapan nutrisi. Embriologi dari hepatopankreas

sangatlah sederhana, diverticulum ganda, organ kompak, terdiri dari banyak

tubulus (Gambar 7, 9, dan 10).

Keterangan:

DC, dorsal compartment;

Lap, lappets which extend backwards

into the midgut;

OD, opening from proventriculus into

digestive gland;

PO, primary openings into digestive

gland tubules;

SO, secondary channel into which

digestive gland tubules open;

VC, ventral compartment.

Gambar 7. Potongan penampang melintang dari proventrikulus pada tingkat bukaan

hepatopankreas di dalam ruang proventrikulus posterior

Sumber: After Dall (1967) dalam Dall, et al., (1991a: 26)

Keterangan

T, adjacent tubule;

Mv, microvillous cell border;

MC, storage cell;

VacC, vacuolar cell.

Gambar 8. Potongan penampang melintang wilayah tengah tubulus hepatopankreas

Sumber: After Dall (1967) dalam Dall, et al., (1991a: 27)

Setiap tubulus memiliki dinding epitel sederhana, dengan lumen

microvillous dan dengan jaringan ikat tipis dan otot fibril halus yang

memisahkan antara otot satu dengan otot lainnya. Pada masing-masing

bagian ujung (apex) tubulus terdapat sel embrio (Sel E) yang masih

berdeferensiasi menjadi 4 macam tipe sel, dengan urutan sel E, R, F, dan B.

Sel B memiliki fungsi sebagai penyerap zat partikel (misalnya koloid emas,

thorium dioksida, ferritin) oleh pinacytosis. Pada akhirnya seluruh sel

diekstrusi ke dalam usus dan di buang dalam bentuk feses. Sel R memiliki

fungsi sebagai penyerap lipid. Sel B bertindak sebagai pemicu untuk

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

26

memulai pelepasan sel dari epitel. Mekanisme tersebut dapat beroperasi

dalam menanggapi konsumsi makanan, memberikan peningkatan pesat

dalam aliran enzim pencernaan (Gambar 8).

3) Hindgut

Otot pendek rektum dibatasi oleh enam pad, yang fungsi utamanya

untuk menangkap feses dalam membran peritrofik dan ekstrusi (Gambar 11)

(Dall, et al., (1990b: 489) dan Dall, et al., (1991a: 25 – 29)).

Keterangan:

Div, lumen of diverticulum;

Can, canal from gut to diverticulum;

CEpith, columnar epithelium;

Cut, foregut cuticle;

G, lumen of midgut;

Lap, lappet occluding opening to

diverticulum.

Gambar 9. Potongan penampang melintang melalui bukaan dari diverticula midgut anterior

Sumber: After Dall (1967) dalam Dall, et al., (1991a: 27)

Keterangan:

CEpith, columnar epithelium;

LMusc, longitudinal muscle;

PM, peritrophic membrane.

Gambar 10. Potongan melintang melalui wilayah tubular dari midgut

Sumber: After Dall (1967) dalam Dall, et al., (1991a: 27)

Keterangan:

A, anus;

NC, nerve cord;

PMG, posteriormidgut;

PostDiv, posterior diverticulum;

R, rectum;

RP, rectal pad;

T, telson;

U, uropod.

Gambar 11. Rectum dan diverticulum posterior

Sumber: After Dall (1967) dalam Dall, et al., (1991a: 27)

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

27

e. Habitat dan penyebaran udang vaname

Habitat dan penyebaran udang vaname adalah sebagai berikut:

1) Habitat alami udang vaname berada di pantai Lautan Pasifik sebelah barat

Mexico, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan dengan suhu air laut sekitar

20 oC sepanjang tahun, dengan kedalaman 70 – 72 meter (Yuna (2011: 6)

dan Boone (1931: 2)).

2) Penyebaran udang vaname pada saat ini sudah menyebar ke seluruh dunia

hingga ke Indonesia, yaitu dari Indo – Pasifik Barat: spesies masuk dari

Laut Merah, Afrika ke Korea, Jepang dan Kepulauan Melayu. Atlantik

Timur: spesies masuk dari Mediterania timur melalui Terusan Suez dan

telah mencapai pantai selatan Turki. Pada kondisi dibudidaya udang vaname

hidup mendiami seluruh kolom air, dari dasar hingga lapisan permukaan.

Udang vaname dapat di temukan di lumpur berpasir, muara, dan laut,

dengan kedalaman 0 sampai 70 meter (Rusmiyati (2014: 46) dan Boone

(1931: 1)).

f. Daur hidup udang vaname

Udang vaname adalah binatang catadroma, artinya ketika dewasa udang

vaname bertelur di laut lepas dengan salinitas tinggi, sedangkan ketika stadia

larva udang vaname bermigrasi ke daerah estuari dengan salinitas rendah. Pada

awalnya udang vaname ditemukan kawin dan memijah di laut dengan

kedalaman sekitar 70 m di wilayah Pasifik lepas pantai Mexico dan Amerika

tengah, utara, dan selatan pada suhu air 26 – 28 oC dan salinitas 35 ppt.

Telurnya menyebar di dalam air dan menetas menjadi nauplius diperairan laut

lepas (off shore). Perairan dangkal memiliki kandungan nutrien, salinitas, dan

suhu yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas (Sutrino, dkk 2010:

5). Pada perjalanan migrasi ke arah estuari, larva udang vaname mengalami

beberapa kali metamorfosa. Wilayah estuari yang subur dengan pakan alami,

larva udang vaname berkembang cepat sampai stadia juwana karena telah

terbentuk alat kelamin, namun tidak dapat matang gonad karena masih berada

pada salinitas rendah, sehingga bermigrasi kembali ke tengah laut dengan

salinitas tinggi. Tempat tersebut digunakan udang vaname sebagai habitatnya

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

28

untuk menjadi dewasa, dapat matang kelamin dan kawin serta bertelur (Yuna,

2011: 7).

g. Pakan dan kebiasaan makan

Pada awalnya udang dari famili penaeidae, salah satu contohnya adalah

udang vaname dikenal sebagai hewan bersifat omnivorous scavenger artinya

udang vaname merupakan pemakan segala bahan makanan, pemakan bangkai

dan destritus, namun dari hasil penelitian dengan cara memeriksa isi usus,

mengindikasikan bahwa udang dari famili penaeidae bersifat karnivora yang

memangsa berbagai krustasea renik, amphipoda, dan polychaeta. Secara alami

udang vaname bersifat nokturnal. Pada siang hari udang vaname sering

memendamkan diri di dalam lumpur atau pasir dasar tambak dan tidak mencari

makanan, akan tetapi pada tambak budidaya jika siang hari diberi pakan, maka

udang vaname akan bergerak untuk mencari makanan, sehingga sifat nokturnal

pada udang vaname yang dibudidaya di tambak tidak mutlak. Udang vaname

memerlukan pakan dengan kandungan protein 35 %, lebih kecil apabila

dibandingkan dengan jenis udang lainnya (Rusmiyati, 2014: 47).

h. Pertumbuhan udang vaname

Kecepatan pertumbuhan udang vaname dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu frekuensi molting dan kenaikan berat tubuh, alasannya karena tubuh

udang vaname tertutup oleh karapak. Selama proses molting berlangsung,

terjadi pemecahan kutikula antara karapak dengan intercalary sclerite yang

retak, memungkinkan cephalothorax dan anterior appendages meregang.

Udang vaname dapat lepas dari kulit yang lama dengan cara sekali

menjentikkan ekornya. Karapak baru yang tumbuh pada saat pertama setelah

molting berlangsung sangat lunak, lalu mengeras yang lamanya tidak sama

menurut ukuran atau umur udang vaname (Yuna, 2011: 8).

Pada saat larva, proses molting terjadi setiap beberapa jam, kemudian

setiap hari, dan semakin tua frekuensi molting akan semakin jarang. Menurut

Charratchakool, et al., (1998) dalam Tantu (2014: 24), interval molting pada

udang betina dengan berat 50 – 70 g akan molting di hari ke-18 dan ke-21,

sedangkan pada udang jantan dengan berat yang sama akan molting di hari ke-

23 dan ke-30. Kondisi lingkungan dan faktor nutrisi juga mempengaruhi

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

29

frekuensi molting, contohnya adalah suhu. Semakin suhu di lingkungan tinggi

maka akan meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang

vaname yang kurang efisien maka akan menyebabkan udang vaname mati

akibat hypoxia. Udang vaname yang menderita stres, dapat melakukan molting

secara tiba-tiba. Udang vaname secara alami ketika sedang molting maka akan

memendamkan diri di dalam pasir dasar perairan untuk menyembunyikan diri

terhadap predator (Sutrino, dkk 2010: 6).

1) Perkembangan embrio udang vaname

Menurut Yuna (2011: 11 – 12), perkembangan embrio udang vaname

terjadi secara cepat setelah pembuahan. Pembelahan pertama terjadi 50

menit setelah pembuahan, pada suhu 27 oC dan terbagi embrio dan yolk

menjadi 2 sel, secara berkelanjutan sampai menjadi banyak sel dan

mencapai bentuk blastula. Setelah 12 jam, nauplius pada setiap yolk telah

terbentuk sempurna dan setelah 16 jam yolk mulai menetas. Nauplii yang

baru menetas berenang perlahan dan phototaksis positif.

2) Perkembangan larva udang vaname

Larva akan berkembang sempurna pada kondisi suhu 26 – 28 oC,

oksigen terlarut 5 – 7 mg/L, salinitas 35 ppt sesuai dengan kondisi di

alamnya. Setelah menetas larva akan berkembang menjadi 3 stadia yaitu 6

tahap nauplius, 3 tahap zoea, dan 3 tahap mysis. Setelah 3 tahap stadia

kemudian menjadi post larva (Kitani, 1986: 1131 – 1139). Berikut

merupakan perkembangan stadia udang vaname (Tabel 4).

Perkembangan stadia terjadi setelah larva mengalami molting. Selama

stadia nauplius larva masih memanfaatkan nutrisi dari yolk yang dibawa,

dan setelah molting menjadi zoea baru mencari makanan dari luar berupa

mikroalga. Setelah zoea metamorphosis menjadi mysis, larva berubah dari

herbivora menjadi karnivora, yaitu dengan makanan zooplankton. Stadia

mysis kemudian berakhir dan menginjak stadia post larva, stadia ini sudah

menyerupai udang muda dalam hal makanan maupun tingkah lakunya. Pada

stadia larva bersifat planktonik, setelah post larva bersifat bentik. Larva

akan berpindah tempat dari laut terbuka bermigrasi ke arah pantai dan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

30

estuari sampai menjadi dewasa (Yuna (2011: 12) dan Kitani (1986: 1131 –

1139)).

Tabel 4. Perkembangan stadia udang vaname

Hari ke- Stadia Karakteristik

1. Naupli-1 Badan berbentuk bulat telur dengan 3 pasang anggota tubuh.

2. Naupli-2 Pada ujung antennules terdapat setae yang satu panjang dan 2

buah yang pendek.

3. Naupli-3 Dua buah furctel mulai tampak jelas dengan masing-masing tiga

buah duri, tunas maxillaped mulai tampak.

4. Naupli-4 Masing-masing furctel terdapat empat buah duri, antennae

beruas-ruas.

5. Naupli-5 Struktur tonjolan pada pangkal maxillaped mulai tampak jelas.

6. Naupli-6 Perkembangan setae makin sempurna dan duri pada forctel

tumbuh makin panjang.

7. Zoea-1 Badan pipih dan karapak mulai jelas, mata mulai tampak, namun

belum bertangkai, maxilla pertama dan kedua serta alat

pencernaan mulai berfungsi.

8. Zoea-2 Mata bertangkai, rostrum mulai tampak dan spin suborbital mulai

bercabang.

9. Zoea-3 Sepasang uropoda biramus mulai berkembang dan duri pada

ruas-ruas tubuh mulai tampak.

10. Mysis-1 Badan berbentuk bengkok seperti udang dewasa.

11. Mysis-2 Tunas pleopoda mulai tampak.

12. Mysis-3 Tunas pleopoda bertambah panjang dan beruas-ruas.

13. Post larva Larva seperti udang dewasa begitu pula cara berenangnya, pada

stadia ini udang tidak lagi mengalami perubahan morfologi

tubuh.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

31

Siklus hidup udang vaname dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar

12) (Yuna, 2011: 7).

Gambar 12. Siklus hidup udang vaname

Sumber: Boone (1931)

4. Parameter-parameter lingkungan kualitas air pemeliharaan yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan udang vaname

a. Suhu

Suhu pada ekosistem perairan berfluktuatif baik secara harian maupun

tahunan. Pada daerah beriklim tropis, suhu di perairan dipengaruhi oleh suhu

udara lingkungannya, intensitas cahaya matahari, sudut datang sinar matahari,

letak geografis, curah hujan, kondisi penaungan, kecepatan arus dan angin,

kedalaman, kekeruhan, penguapan, dan timbunan bahan organik di dasar

perairan (Hadikusumah, 2008: 82). Suhu memiliki peranan penting bagi proses

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

32

fisika, kimia, dan biologi organisme di suatu perairan. Peningkatan suhu dapat

mempengaruhi perubahan kualitas air seperti peningkatan viskositas, reaksi-

reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi di perairan. Sebagaimana diketahui

bahwa meningkatnya suhu sebesar 10 °C akan meningkatkan laju metabolisme

sebesar 2 – 3 kali lipat. Meningkatnya laju metabolisme akan menyebabkan

kebutuhan oksigen meningkat, sementara di lain pihak naiknya suhu akan

menyebabkan oksigen terlarut di dalam air akan menurun (Fardiaz, 1992).

Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang

vaname di tambak adalah suhu. Seringkali dijumpai udang vaname mengalami

stres dan bahkan mati yang disebabkan oleh perubahan suhu ekstrim. Keadaan

seperti ini sering terjadi pada tambak dengan kedalaman kurang dari satu meter.

Contohnya adalah pada waktu musim kemarau terjadi perbedaan suhu yang

sangat mencolok antara siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian,

terbukti bahwa pada suhu rendah metabolisme udang vaname menjadi rendah

dan secara nyata berpengaruh terhadap nafsu makan udang vaname (Byod

(1989) dalam Yuna (2011: 36)).

b. Salinitas

Salinitas merupakan kadar dari total ion-ion terlarut yang terdapat di

dalam perairan. Salinitas dinyatakan dalam permil (o/oo) atau part per thousand

(ppt) (g/L). Pengertian salinitas adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada

suatu perairan atau berat dalam gram dari semua zat padat terlarut dalam satu

kilogram air laut. Hal ini dikarenakan salinitas air merupakan gambaran tentang

padatan total di dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida,

semua bromida dan iodida digantikan oleh khlorida, dan semua bahan organik

telah dioksidasi (Effendi 2003: 6). Tujuh ion penyusun utama salinitas adalah

sodium, potassium, kalium, magnesium, klorida, sulfat, dan bikarbonat. Unsur

lainnya yang ada dalam salinitas adalah fosfor, nitrogen, dan unsur mikro

mempunyai kontribusi kecil dalam penyusunan salinitas, namun hal ini

mempunyai peran yang sangat penting secara biologis. Salinitas berpengaruh

terhadap reproduksi, distribusi, dan osmoregulasi. Perubahan salinitas tidak

langsung berpengaruh terhadap perilaku organisme tetapi berpengaruh terhadap

perubahan sifat kimia air (Brotowijoyo, et al., (1995) dalam Agus (2008: 42)).

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

33

Udang vaname dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinatas 15 – 25

ppt, namun apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya

pertumbuhan udang vaname relatif lambat, hal ini terkait dengan proses

osmoregulasi yang menyebabkan udang vaname mengalami gangguan terutama

pada saat sedang molting dan proses metabolisme (Yuna, 2011: 36 – 37).

Biasanya pada salinitas rendah kondisi udang vaname cenderung berkulit tipis,

hingga menyebabkan alkalinitas atau pH rendah (Anonim, 2015a: 30).

c. Potensial of Hidrogen (pH)

Nilai pH menyatakan konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam larutan

atau didefinisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivtas ion hidrogen yang

secara matematis dinyatakan dengan persamaan pH = log 1/H+. H+ adalah

jumlah ion hidrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk

mengikat atau melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah

larutan tersebut bersifat asam atau basa. Air yang bersih memiliki jumlah ion

H+ dan OH– yang berada pada keseimbangan atau dikenal dengan pH 7.

Peningkatan ion hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut larutan

asam, sedangkan apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH

naik dan dikenal dengan larutan basa (IUPAC, 2011). Mackereth, et al., (1989)

dalam Effendi (2003: 73) berpendapat bahwa pH mempunyai keterkaitan erat

dengan alkalinitas dan karbondioksida.

Organisme perairan dapat hidup ideal dalam kisaran pH antara asam

lemah sampai dengan basa lemah. Kondisi perairan yang bersifat asam kuat

ataupun basa kuat akan membahayakan kelangsungan hidup organisme, karena

akan menggangu proses metabolisme dan respirasi. Perairan dengan kondisi

asam kuat akan menyebabkan logam berat memiliki mobilitas yang meningkat

dan karena logam ini bersifat toksik maka dapat mengancam kehidupan

organisme. Kondisi air pemeliharaan udang vaname pada pH rendah (< 7,5)

dapat mengakibatkan nafsu makan udang vaname berkurang, alkalinitas (buffer)

fluktuatif, udang vaname mudah stres; sedangkan keseimbangan ammoniak

bebas dan ammonium akan terganggu, serta menyebabkan nafsu makan udang

vaname berkurang apabila pH air terlalu basa (> 9,0) (Anonim (2015a: 31) dan

Suharto (2011: 327)).

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

34

d. Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) merupakan parameter

kualitas air yang sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, selain

itu juga penting digunakan untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan

organik dan anorganik di dalam air. Kadar oksigen terlarut berfluktuatif secara

harian dan musiman tergantung pada keadaan atmosfir. Atmosfir di bumi

mengandung oksigen sekitar 210 mL/Liter. Sumber utama oksigen terlarut di

dalam perairan adalah difusi melalui kontak antara udara dengan air dan proses

fotosintesis organisme di perairan. Kecepatan difusi oksigen terlarut dari udara

ke dalam air berlangsung sangat lambat, oleh karena itu fitoplankton merupakan

sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut di dalam perairan. Oksigen

terlarut di dalam perairan juga dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya

adalah suhu, salinitas, massa air, pergerakan air di permukaan, luas daerah

permukaan perairan yang terbuka, aktivitas fotosintesis dan proses respirasi

organisme di perairan, dan proses dekomposisi bahan organik oleh

mikroorganisme (Agustiningsih (2012: 16) dan Effendi (2003: 76)).

Pengaruh oksigen terlarut terhadap organisme perairan sebenarnya

hanya sebatas pada kebutuhan untuk respirasi, berbeda halnya dengan pengaruh

suhu yang cenderung kompleks. Air yang telah tercemar pada umumnya

mempunyai oksigen terlarut sangat rendah. Oksigen terlarut rendah pada air

pemeliharaan udang vaname dapat disebabkan karena kelekap atau lumut dan

plankton yang mati, serta viskositas air akibat jumlah pakan yang sudah

terakumulasi di dasar tambak. Apabila oksigen terlalu tinggi disebabkan karena

fitoplankton terlalu pekat pada siang dan sore hari, maka cara mengatasinya

dengan pergantian air dan pengaturan jam operasional kincir air (Anonim,

2015a: 31).

e. Kebasaan atau alkalinitas

Alkalinitas adalah ukuran kapasitas penyangga medium kultur dalam

daerah pH netral. Alkalinitas menunjukkan adanya sifat agregat air. Penyusunan

alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3

2-), dan

hidroksida (OH-). Garam dari asam lemah lain seperti, borat (H2BO3-), silikat

(HSiO3-), fospat (PO4

2-), sulfida (HS-), dan ammoniak bebas (NH3 – N) juga

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

35

memberikan kontribusi terhadap alkalinitas walaupun dengan jumlah yang

sedikit. Anion bikarbonat merupakan yang paling penting karena yang paling

bertanggung jawab atas kapasitas penyangga yang netral. Alkalinitas sebagai

besaran kemampuan kapasitas penyangga merupakan suatu konsentrasi basa

atau komponen yang mampu menetralisasi keasaman di dalam air (Padmono,

2007: 123). Pada keadaan siang hari adanya ganggang dan lumut di dalam air

dapat menyebabkan turunnya kadar bikarbonat dan karbonat, dalam keadaan

yang demikian maka kadar menjadi naik, dan menyebabkan pH larutan naik.

Cara penetapan alkalinitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode

perubahan warna, kurva titrasi potensiometer, titrasi potensiometrik, dan titrasi

potensiometrik untuk alkali rendah (Suharto, 2011: 327).

f. Budget nitrogen di tambak

Sumber nitrogen yang ada di perairan tambak dapat berasal dari pakan

udang yang mengandung protein. Kebutuhan protein bagi udang cukup tinggi

yaitu sekitar 27 – 60 %, namun sebagian besar (78 %) hanya terbuang ke

tambak atau sedikit yang terasimilasi di dalam tubuh udang. Burford dan

Williams (2001) dalam Nur (2011: 20), rendahnya retensi nitrogen dalam

bentuk biomassa udang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

formulasi kurang optimal dan kualitas bahan baku, kelebihan pakan, serta

rendahnya stabilitas pakan di air. Lingkungan pemeliharaan (misalnya salinitas)

juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi

penggunaan pakan. Nitrogen yang dihasilkan dari erosi tambak (kontributor

bahan padatan terbesar di tambak) hanya sekitar 16 %. Sumber -N lainnya

adalah dari aliran air masuk (4 %) dan pemupukan, curah hujan, post larva

sejumlah 2 %. Jumlah -N yang mengendap di dasar tambak (24 %), udang yang

dipanen (18 %), dan air buangan (27 %). Selebihnya (30 %) diasumsikan lepas

ke atmosfir sebagai ammoniak bebas. Tingginya kandungan -N hasil buangan

akan berdampak pada badan air lainnya (receiving water). Hal ini akan

berlangsung secara cepat seiring dengan meningkatnya jumlah buangan limbah

ke lingkungan dan mengakibatkan terjadinya penurunan mutu air (Gambar 13)

(Martin, et al., (1998) dalam Nur (2011: 20)).

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

36

Pada budidaya dengan sistem terbuka (open sistem), pergantian air tidak

menghasilkan buangan -N yang signifikan (17 %), artinya, unsur -N tetap

tersedia dan terakumulasi seiring dengan meningkatnya jumlah pakan yang

diberikan. Keterlambatan dalam pergantian air akan menimbulkan masalah

seperti blooming fitoplankton dan alga, sehingga pada akhirnya mengakibatkan

stres pada udang. Pada dasarnya ada tiga sumber -N terlarut sebagai hasil dari

proses pemberian pakan, yaitu: ekskresi insang, leaching dari pakan, dan

leaching dari feses. Bentuk -N dari pakan berupa amina-amina primer terlarut

(Dissolved Primary Amines, DPA, 23 %), sedang -N yang dihasilkan dari

proses leaching pada feses terdapat dalam bentuk urea.

Gambar 13. Budget nutrien dan total padatan di tambak

Sumber: Smith dan Briggs (1998) dalam Nur (2011: 14)

Urea dapat digunakan mikroorganisme tambak secara cepat, sedangkan

-N organik terlarut yang dihasilkan dari proses leaching pakan kurang efektif

dimanfaatkan oleh mikroorganisme dan hanya terakumulasi di dasar tambak.

Baik pakan maupun feses keduanya secara signifikan berpengaruh terhadap

kualitas air tambak khususnya dalam mengakumulasi Dissolved Organik -N

(DON) dan stimulasi pertumbuhan mikroorganisme.

1) Ammoniak bebas (NH3 – N)

Kandungan ammoniak bebas di dalam air pemeliharaan udang vaname

merupakan hasil perombakan dari senyawa-senyawa nitrogen organik oleh

bakteri atau dampak dari penambahan pupuk yang berlebihan

(Agustiningsih, 2012: 19). Senyawa ini sangat toksik bagi organisme

perairan walaupun dalam kadar yang rendah. Nilai ammoniak

bebas

tergantung pada nilai pH dan suhu perairan. Ammoniak bebas

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

37

meningkatkan konsumsi oksigen di jaringan, merusak insang, dan

mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen.

Perbandingan antara ammoniak bebas dan ammonium dapat dilihat pada

persamaan berikut:

NH3+ H

2O ↔ NH

4

+

+ OH-

Ammonium digunakan sebagai sumber nitrogen oleh fitoplankton, alga,

tumbuhan air, dan golongan bakteri yang dikenal sebagai bakteri heterotrof.

Toksisitas ammoniak bebas pada udang vaname tergantung pada umur.

2) Nitrit (NO2-)

Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang relatif tidak stabil dan mudah

teroksidasi, dan merupakan indikator tingkat pencemaran. Nitrit pada kadar

yang rendah dapat bersifat toksik bagi organisme akuatik. Nitrit merupakan

produk awal dari proses nitrifikasi dimana ion ammonium dioksidasi oleh

bakteri Nitrosomonas menjadi nitrit. Pada lingkungan budidaya akan terjadi

akumulasi nitrit apabila proses lanjutan dari nitrifikasi yang akan mengubah

nitrit menjadi nitrat tidak dapat berjalan. Mekanisme toksisitas nitrit pada

udang tidak sepenuhnya dipahami, karena udang mempunyai pigmen darah

(hemocyanin) yang berbeda dibandingkan ikan, walaupun demikian diduga

mekanisme toksisitas nitrit pada udang tidak berbeda jauh, karena nitrit

yang tinggi menurunkan toleransi udang terhadap oksigen terlarut. Daya

toksik nitrit yang tinggi dipengaruhi oleh bentuk persenyawaan nitritnya,

yaitu apabila terdapat dalam bentuk asam (HNO2) maka akan lebih toksik

daripada bentuk ion nitrit. Nitrit akan lebih toksik pada salinitas rendah

(Komarawidjaja, 2006a: 36).

3) Nitrat (NO3-)

Nitrat merupakan produk akhir dari proses nitrifikasi, dengan bantuan

bakteri Nitrobacter. Nitrit akan diubah menjadi nitrat yang relatif tidak

toksik. Nitrat akan bersifat toksik pada kadar di atas 300 ppm, tetapi pada

udang kadar nitrat lebih dari 200 ppm akan mempengaruhi pertumbuhan

serta daya tahan udang terhadap penyakit (Komarawidjaja, 2006a: 36).

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

38

g. Bahan organik

Bahan organik yang terdapat di air pemeliharaan udang vaname dapat

menyebabkan terbentuknya limbah organik dalam jumlah yang relatif besar.

Bahan organik dapat berbentuk padatan yang terendap, koloid tersuspensi, dan

terlarut. Pada umumnya limbah organik dalam bentuk padatan akan langsung

mengendap menuju dasar tambak, sedangkan bentuk lainnya berada di badan

air, baik yang ada pada bagian aerob maupun anaerob (Garno, 2004: 189).

Gambaran reaksi proses dekomposisi di badan air yang mengandung

oksigen terlarut adalah sebagai berikut:

Persamaan reaksi 1

COHNS + O2 bakteri aerob CO2 + NH3 + Energi + Produk lain

Persamaan reaksi 2

COHNS + O2 bakteri aerob + Energi C5H7O2N Sel bakteri baru

Gambaran reaksi proses dekomposisi di badan air yang tidak

mengandung oksigen terlarut adalah sebagai berikut:

Persamaan reaksi 3

COHNS + bakteri anaerob CO2 + H2S + NH3 + CH4 + Produk lain

Persamaan reaksi 4

COHNS + bakteri anaerob + Energi C5H7O2N Sel bakteri baru

Menurut Wardhana (2004: 94), reaksi 1 dan 2 mengisyaratkan bahwa

semakin banyak limbah organik yang masuk dan tinggal pada lapisan aerob,

maka akan semakin besar kebutuhan oksigen bagi mikroorganisme yang

mendekomposisi, bahkan apabila keperluan oksigen bagi mikroorganisme yang

ada melebihi konsentrasi terlarut maka sudah pasti oksigen terlarut bisa menjadi

nol, dan bakteri aerob akan mati diganti dengan bakteri fakultatif anaerob.

Reaksi 3 dan 4 dengan mengisyaratkan bahwa semakin banyak bahan organik

di lapisan anaerob akan semakin banyak menghasilkan senyawa-senyawa

karbondioksida, ammoniak bebas, hidrogen sulfida (H2S), dan metana (CH4).

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

39

h. Fospat (PO42-)

Fospor merupakan unsur hara metabolik penting yang dapat mengatur

besarnya produktivitas di perairan alami. Sebagian besar perairan alami sensitif

terhadap peningkatan fospor yang ditunjukkan dengan meningkatnya produksi

fitoplankton dan alga. Keberadaan fospor pada air pemeliharaan udang vaname

dapat disebabkan salah satunya karena faktor pemberian pakan yang berlebihan,

sehingga menyebabkan penumpukan fospor pada tambak. Fospor yang

disebabkan pemberian pakan yang berlebihan dapat dikategorikan terbesar

kedua (Gambar 14).

Fosfor total menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa organik

maupun anorganik atau terlarut maupun partikulat (Agustiningsih, 2012: 20).

Unsur fospor tidak ditemukan dalam bentuk bebas di perairan, melainkan

terdapat dalam bentuk senyawa organik partikulat dan senyawa organik terlarut.

Salah satu bentuk senyawa fospor anorganik adalah ion ortofosfat terlarut. Ion

ortofosfat terlarut adalah bentuk ionisasi asam ortofosfat (H3PO4) dan

merupakan bentuk fospor paling sederhana di perairan.

Berikut adalah bentuk-bentuk ion ortofosfat terlarut di perairan.

H3PO4 H+ + H2PO4-

H2PO4- H+ + HPO4

2-

HPO42- H+ + PO4

3-

Gambar 14. Budget fospor di tambak

Sumber: Smith dan Briggs (1998) dalam Nur (2011: 23)

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

40

Keberadaan dari bentuk-bentuk ionisasi tersebut tergantung pada nilai

pH perairan. Ortofosfat di perairan merupakan hasil hidrolisis dari polifosfat,

dimana proses tersebut berlangsung tergantung pada suhu perairan. Pada suhu

perairan yang lebih tinggi, perubahan polifosfat menjadi ortofosfat berlangsung

lebih cepat. Kecepatan hidrolisis tersebut akan meningkat seiring dengan

menurunya nilai pH. Kandungan ortofospat yang tinggi di dalam perairan

menyebabkan suburnya fitoplankton dan alga maupum organisme lainnya yang

dikenal dengan istilah eutrofikasi. Kesuburan tanaman air akan menghalangi

kelancaran arus air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut.

i. Kekeruhan dan kecerahan air

Kekeruhan adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi di dalam air.

Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh bahan yang tersuspensi. Jenis partikel

yang tersuspensi di dalam air terdiri dari bahan organik dan anorganik, dan

organisme hidup maupun mati. Bahan organik sebagian besar merupakan hasil

dari degradasi secara biologis sisa-sisa tumbuhan maupun hewan. Bahan

anorganik sebagian besar yang dihasilkan oleh proses cuaca atau alam ataupun

yang lainnya. Mikroorganisme merupakan contoh dari organisme di dalam air

yang dapat dianggap sebagai partikel. Bahan yang cenderung sulit untuk larut

dapat terdiri dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi di dalam air dalam

waktu yang cukup lama (Greogory (2006) dalam Mutiarani, ddk (2015: 2)).

Kekeruhan di dalam air banyak disebabkan oleh koloid. Koloid

merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang

bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel yang cukup besar yaitu 1 –

1000 nm atau 0,001 - µm. Koloid di air dibagi menjadi dua kelompok yaitu

hidrofilik dan hidrofobik. Koloid hidrofilik mempunyai afinitas yang tinggi

terhadap air dan bersifat stabil. Ukurannya berkisar antara 1 – 10 nm namun

dapat pula lebih besar dari itu pada jenis polimernya. Contoh koloid hidrofilik

antara lain protein dan sistesis polimer. Koloid hidrofilik memiliki ukuran

molekul yang tergolong besar, sehingga dapat menghamburkan cahaya dan

tidak dapat melewati membran. Koloid hidrofobik mempunyai gaya tarik-

menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah

atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh dari koloid hidrofobik yairu dispersi

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

41

emas dan belerang di dalam air. Koloid hidrofobik tidak terlarut di dalam air

dan tidak sepenuhnya dapat basah oleh air, tetapi koloid hidrofobik terdispersi

sebagai molekul yang sangat kecil. Disebabkan tidak kestabilannya, koloid

hidrofobik dapat tersuspensi sebagai partikel individu dalam jangka waktu yang

cukup lama. Partikel-partikel tersebut dapat bergabung satu sama lain sehingga

dapat membentuk agregat. Agregasi partikel dapat dikenal juga sebagai

koagulasi dan flokulasi (Greogory (2006) dalam Mutiarani, ddk (2015: 2 – 3)).

Kekeruhan pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan

kedalaman dan suhu perairan. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya

daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya

menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis. Kedalaman

penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain: tingkat kekeruhan perairan, sudut datang cahaya matahari, dan

intensitas cahaya matahari. Pada batas akhir cahaya matahari mampu

menembus perairan disebut sebagai titik kompensasi cahaya, yaitu titik pada

lapisan air dimana cahaya matahari mencapai nilai minimal yang menyebabkan

proses asimilasi dan respirasi berada dalam keseimbangan. Kecerahan air

pentingnya sama halnya dengan ketinggian air pemeliharaan udang vaname

(Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7246-2006b).

j. Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi adalah

padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan

anorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berpori-pori 0,45 μm.

Bahan yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena

mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air. TSS berkorelasi positif

dengan kekeruhan. Kekeruhan air meningkat akan menyebabkan gangguan

pertumbuhan bagi organisme perairan (Huda (2009) dalam Agustira, dkk

(2013: 618)).

k. Total Dissolve Solid (TDS)

Total Dissolve Solid (TDS) adalah ukuran zat terlarut (baik zat organik

maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter

menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

42

dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi di atas

seharusnya zat yang terlarut di dalam air (larutan) harus dapat melewati

saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2 x 10-6 meter). Aplikasi yang umum

digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,

pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral,

dan sebagainya (Agustira, dkk 2013: 617 – 618).

l. Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah milligram oksigen

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob untuk menguraikan bahan organik

karbon dalam 1 L air selama 5 hari pada suhu 20 oC ± 1 oC (Standar Nasional

Indonesia (SNI) 6989. 72: 2009a). Parameter BOD digunakan untuk mengetahui

karakteristik senyawa organik dalam limbah cair. Oksidasi biologi diperlukan

untuk mengurangi senyawa organik dalam limbah cair. Pada kondisi suhu

optimal, kecukupan nutrien, kecukupan oksigen terlarut, nilai pH optimal, maka

mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak secara maksimal dengan

menggunakan substrat senyawa kimia organik dalam limbah cair (Suharto

(2011: 321) dan Wardhana (2004: 93)). Pertumbuhan mikroorganisme pada

fase logaritmik dinyatakan dengan rumus:

N = No . eµt

Keterangan: N = jumlah sel mikroorganisme sesaat; No = jumlah sel

mikroorganisme awal; µ = laju spesifikasi pertumbuhan sel

mikroorganisme; dan t = waktu.

Reasksi kimia oksidsi senyawa organik dalam limbah cair oleh

mikroorganisme ditunjukkan sebagai berikut:

Senyawa

organik

+ O2

bakteri

CO2 + H2O + Energi + Bahan seluler

dalam air limbah

Dari reaksi kimia ditunjukkan bahwa konversi mikroorganisme terhadap

senyawa berbahaya dalam air limbah diubah menjadi gas karbondioksida

(CO2), dan air (H2O), energi, dan bahan seluler. Apabila senyawa organik dan

anorganik terdapat dalam air limbah, maka diperlukan sejumlah

mikroorganisme yang cukup besar. Nilai BOD digunakan untuk memonitor

kualias air dan biodegradasi senyawa organik dalam limbah cair. Nilai BOD5

digunakan untuk membandingkan kekuatan limbah cair. Semakin besar kadar

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

43

BOD dalam suatu perairan maka dapat dinyatakan bahwa perairan tersebut

telah tercemar.

m. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang

diperlukan untuk mengkonversi senyawa organik di dalam air limbah secara

kimiawi (Fardiaz, 1992). Warna air yang mengandung bahan organik sebelum

reaksi oksidasi adalah kuning. Apabila reaksi oksidasi selesai maka akan

berubah menjadi hijau. Hal ini berarti bahwa air telah mengalami pencemaran

olah bahan-bahan organik (Wardhana, 2004: 93). Perairan yang memiliki nilai

COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan.

n. Tembaga atau Cuprum (Cu)

Tembaga atau Cuprum berlambang unsur Cu berasal dari bahasa Yunani

Kypros atau Spirus berarti merah. Tembaga adalah salah satu dari dua logam di

bumi selain emas yang berwarna merah atau kekuningan, mempunyai nomor

atom 29 dan berat atom 63,54 dengan kerapatan 8,92 g/cm3 (Suharto, 2011: 68).

Kemelimpahannya di alam tembaga tersebar luas baik di dalam maupun di

permukaan kerak bumi. Tembaga murni mencair pada suhu 1.083 oC dan akan

menjadi uap atau mendidih pada suhu 2.567 oC pada tekanan normal. Tembaga

adalah salah satu logam berat yang banyak digunakan di dalam berbagi aplikasi.

Tembaga termasuk esensial, artinya sangat dibutuhkan oleh tubuh

meskipun jumlahnya sedikit. Toksisitas yang dimiliki oleh tembaga baru akan

bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya apabila logam ini telah masuk ke

dalam tubuh organisme dalam jumlah yang besar atau melebihi nilai toleransi.

Ion tembaga bebas (Cu2+) adalah salah satu bentuk yang paling beracun dalam

kehidupan air. Kekurangan tembaga pada tubuh akan menyebabkan anemia,

terjadi kelainan jaringan ikat, serta gangguan pada susunan saraf pusat, hingga

menyebabkan kematian mendadak akibat pecahnya pembuluh darah. Apabila

tembaga di dalam tubuh tinggi maka akan menyebabkan gastrointestinal

symptoms, merusak ginjal, hati, dan saraf pusat, oleh sebab itu keberadaan

tembaga pada air pemeliharaan tambak akan berpengaruh terhadap udang

vaname (Chen (2012: 22) dan (Bahri, 2010: 5).

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

44

o. Timbal atau Plumbun (Pb)

Timbal atau Plumbun berlambang unsur Pb adalah unsur kimia yang

dengan nomor atom 82 (Suharto, 2011: 67). Timbal merupakan logam berat

yang paling melimpah di alam. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan

timbal yaitu dapat menyebabkan ketoksikan bagi makhluk hidup, yang

kebanyakan disebabkan oleh pencemaran udara. Timbal terdapat dalam dua

bentuk, yaitu organik dan anorganik. Timbal dalam bentuk organik biasanya

digunakan untuk industri-industri perminyakan, berupa Lead Alkyl Compound,

seperti Tetra Methyl Lead, dan Tetra Ethyl Lead, sedangkan timbal dalam

bentuk anorganik contohnya adalah pada penggunaan di industri baterai, cat,

percetakan, gelas, plastik, dan lain-lain. Timbal memiliki afinitas kuat untuk

thiol (-SH grup) dan fospat yang mengandung ligan, yang menghambat

biosintesis sehingga mempengaruhi permeabilitas membrane ginjal, hati, dan

sel-sel otak. Hal inilah yang akan mempengaruhi biofungsi dan gangguan pada

jaringan (Chen, 2012: 22).

Timbal merupakan logan yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk

dan terakumlulasi dalam tubuh manusia atau hewan, sehingga menyebabkan

bahanya semakin meningkat. Pemantauan rutin di lingkungan adalah sangat

penting bagi semua organisme. Toksisitas timbal meningkat bila terakumulasi

dalam tubuh pada sistem saraf pusat (Hernberg (2000) dalam Das (2014: 27)).

Timbal masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan diikuti

dalam proses metabolisme tubuh, udara, serta perembesan atau penetrasi. Kadar

timbal normal masuk ke dalam tubuh dalam hal ini manusia kira-kira 0,3 mg.

Bagi manusia normal dengan masukkan 0,6 mg timbal per hari dalam jangka

waktu lama bisa terkena ketoksikan. Masukan timbal dengan kadar lebih dari

0,6 mg per hari mempercepat akumulasi dan timbulnya ketoksikan.

Timbal terabsorbsi diangkut oleh darah ke organ-organ lain sekitar 95 %

timbal dalam darah diikat oleh sel-sel darah merah. Timbal yang terabsorbsi

melalui saluran pencernaan juga didistribusikan ke dalam jaringan lain melalui

darah. Timbal dapat terdeteksi dalam tiga jaringan utama menjadi tiga

kompartemen. Pertama di dalam jaringan, timbal terikat dalam sel darah merah

dan mempunyai waktu paruh 25 – 30 hari. Kedua di dalam jaringan lunak

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

45

(misalnya; hati dan ginjal), mempunyai waktu paruh sekitar beberapa bulan,

dari jaringan tersebut timbal didistribusikan dan dideposit ke dalam

kompartemen. Ketiga adalah tulang dan jaringan keras seperti gigi dan tulang

rawan. Hampir sekitar 90 – 95 % timbal dalam tubuh terdapat di dalam tulang

yang waktu paruhnya mencapai 30 – 40 tahun.

Timbal diekskresikan terutama melalui saluran seni, yang kandungan

timbalnya dalam plasma dan di dalam air seni terlihat proporsional. Timbal juga

diekskresikan melalui tinja atau feses, keringat, dan air susu ibu serta di

depositkan ke dalam rambut dan kuku. Biasanya ekskresi timbal dari tubuh

sangat kecil meskipun intake timbal tiap hari naik, sehingga dapat memainkan

kandungan timbal di dalam tubuh. Rata-rata intake timbal per hari sekitar 0,3

mg, apabila intake mencapai 0,6 mg/hari akan menunjukkan gejala yang positif.

Penyerapan timbal sebesar 2,5 mg/hari akan memerlukan waktu terakumulasi

dalam jaringan lunak, sedangkan penyerapan 3,5 mg timbal per hari akan

mengakibatkan kandungan timbal yang toksik dalam beberapa bulan saja.

Timbal di ekskresikan lewat kemih sekitar 75 – 80 % dan feses sekitar 15 %.

Bahkan setelah penyerapan sedang, timbal dengan cepat muncul dalam kemih.

p. Hidrogen Sulfida (H2S) dan Sulfat (SO42-)

Sulfur merupakan elemen yang esensial bagi makhluk hidup. Sulfur

yang berlebihan dapat menyebabkan korosi dan menimbulkan bau yang kurang

sedap, produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun,

menimbulkan pencemaran udara, dan hujan asam (Moenir dan Yuliasni, 2011:

244). Sulfur berada dalam bentuk organik dan anorganik. Sulfur anorganik

terutama dalam bentuk sulfat (SO42-) yang merupakan bentuk sulfur utama di

perairan dan tanah (Rao (1992) dalam Effendi (2003: 139)). Ion sulfat yang

bersifat larut dan merupakan bentuk oksidasi utama sulfur adalah salah satu

anion utama di perairan, menempati urutan kedua setelah bikarbonat.

Sulfur oksida (SOx) dan hidrogen sulfida (H2S) merupakan sulfur

dengan bentuk gas yang biasa ditemukan di atmosfer. Sumber sulfur di

atmosfer adalah dari aktivitas bakteri yang melepaskan hidrogen sulfida; bahan

bakar fosil; percikan air laut karena tiupan angin yang melepaskan sulfat,

aktivitas vulkanik yang melepaskan sulfur oksida, hidrogen sulfida, sulfat

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

46

(Effendi, 2003: 139). Sulfur pada kondisi anaerob akan termineralisasi menjadi

sulfat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S) yang toksik bagi udang. Tingkat

ketoksikan hidrogen sulfida dalam kadar yang rendah. Hidrogen sulfida

menghambat respirasi aerob karena terikat pada heme cytochrome-C oksidase

yang terdapat pada molekul oksigen sehingga udang akan menghindari substrat

yang mengandung hidrogen sulfida. Pada kondisi tersebut daya terima pakan

lebih rendah dibandingkan pada substrat yang tidak mengandung hidrogen

sulfida. Hidrogen sulfida juga memberikan kontribusi mempengaruhi COD

yang menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam air.

Gas hidrogen sulfida pada air pemeliharaan udang vaname di tambak

juga dapat disebabkan karena aktifitas budidaya, yaitu mengenai penggunakan

antropogenik hasil pembakaran yang tidak sempurna. Senyawa ini baunya

seperti telur busuk dan amis, mudah terbakar dengan menghasilkan senyawa

SO2 yang sangat korosit, dan mudah meledak. Gas hidrogen sulfida bereaksi

dengan oksidator peroksida, nitrat, dan perkolat, dan bersifat eksotermis

(Suharto, 2011: 102).

q. Besi (Fe)

Besi adalah elemen redoks sangat baik dalam enzim dan kofaktor

penghubung elektron. Besi merupakan salah satu elemen kimia yang dapat

ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis, dan

badan air. Besi dapat ditemukan dalam dua jenis molekul yaitu FeS protein dan

hemoprotein. Besi secara prinsip yang terdapat di alam dapat ditemukan dalam

endapan besi terutama dalam bentuk besi hidroksida dan feri oksida, kemudian

dalam batuan kristalin dalam bentuk besi bervalensi ganda atau pyrite (Effendi,

2003: 162).

Kandungan besi di dalam air yang teroksidasi akan menimbulkan warna

kecoklatan dan tidak larut mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas.

Kandungan besi di dalam air dapat berasal dari larutan batu-batuan yang

mengandung senyawa besi seperti pyrite. Pada buangan limbah industri,

kandungan besi berasal dari korosi pipa-pipa air mineral logam sebagai hasil

reaksi elektron kimia yang terjadi pada perubahan air yang mengandung

padatan terlarut. Padatan terlarut mempunyai sifat menghantarkan listrik dan

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

47

mempercepat terjadinya korosi. Pada pH sekitar 7,5 – 7,7 ion feri mengalami

oksidasi dan berikatan dengan hidroksida membentuk (Fe(OH)3) yang bersifat

tidak larut dan mengendap di dasar perairan, membentuk warna kemerahan

pada substrat dasar, oleh karena itu, besi hanya ditemkan pada perairan yang

berada kondisi anaerob dan suasana asam (Effendi, 2003: 162).

5. Jenis penelitian yang relevan

Naranjo, et al., (2012) meneliti “Culture of White Shrimp (Litopenaeus

vannamei Boone, 1931) with Zero Water Exchange and No Food Addition: an eco-

friendly approach”. Metode yang digunakan udang vaname (Litopenaeus

vannamei) di tumbuhkan selama 40 hari tanpa pertukaran air, dan tidak ada

penambahan makanan, dengan empat kepadatan awal yaitu (25, 50, 75, dan 100

g/m3, yang sesuai untuk antara 8 dan 32 udang vaname m2). Tujuan penelitian

untuk mentukan tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai dengan menggunakan

perifiton yang tumbuh pada substrat buatan sebagai satu-satunya sumber makanan.

Hasil menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dalam kadar ammoniak

bebas dan nitrit, begitu juga dengan kelangsungan hidup. Berat udang vanamei rata-

rata menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil biomassa terbaik adalah dengan

kepadatan 100 g m3.

Nurjana (2009) meneliti “Analisis Prospek Budidaya Tambak di Kabupaten

Brebes”. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengkaji profil budidaya tambak di

Kabupaten Brebes; menganalisis prospek budidaya tambak di Kabupaten Brebes

berdasarkan komoditas budidaya dan teknologi budidaya; menentukan strategi

pengembangan budidaya tambak sesuai dengan potensi dan daya dukung

lingkungan pertambakan di Kabupaten Brebes. Metode yang digunakan adalah

metode observasi. Kesimpulan mengenai hasilnya adalah 1. Usaha budidaya

tambak di Kabupaten Brebes berada pada kondisi yang relatif stabil dengan jumlah

volume dan nilai produksi yang semakin meningkat dengan komoditas andalan ikan

bandeng (Chanos-chanos Forskal); 2. Pengembangan budidaya tambak di

Kabupaten Brebes dapat dilakukan berdasarkan pada strategi musim tanam

komoditas budidaya tambak berdasarkan diversifikasi kultivan (nila merah, nila

gift, kepiting bakau, kakap, udang vaname, rumput laut, dan artemia); 3.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

48

Pengelolaan budidaya tambak di Kabupaten Brebes secara teknis pelaksanaan

budidaya dikembangan dengan teknologi budidaya sistem resirkulasi.

Soebyakto, dkk (2009) meneliti “Budidaya Udang vaname (Litopenaeus

vannamei) Semi Intensif dengan Metode Sirkulasi Tertutup untuk Menghindari

Serangan Virus”. Tujuan penelitian untuk menghindari serangan virus melalui

manipulasi media air pada budidaya udang vaname dengan cara tidak melakukan

pergantian air (sirkulasi tertutup). Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan sirkulasi tertutup yaitu melalui tidak melakukan pergantian air

tambak, tetapi melakukan penambahan air yang hilang diakibatkan oleh proses

penguapan dan pembuangan air limbah lewat central drain. Kesimpulan yang

didapat adalah; produksi yang dihasilkan adalah 2,895 kg atau 9,6 ton/ha dengan

FCR 1,3 pada petak A dan 3,025 kg atau 10,0 ton/ha dengan FCR 1,28 pada petak

B; Pertumbuhan berat rata-rata udang vaname setelah dipanen petak A 16,6 gr size

60 dan petak B 17,24 gr size 58. Tingkat kelangsungan hidup petak A 96,5 % dan

petak B 97,4 %. Kualitas air dalam batas-batas yang normal dalam pemeliharaan

udang vaname dan tidak terdeteksi (negatif) TSV, WSSV dan IMNV selama masa

pemeliharaan.

Supriyono, dkk (2006) meneliti “Produksi Tokolan Udang vaname

(Litopenaeus vannamei) dalam Hapa dengan Padat Penebaran yang berbeda”.

Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pengaruh padat tebar terhadap

kualitas dan produktivitas pemeliharaan larva udang vaname di hapa. Padat penebar

yang diuji meliputi 500, 1000, 1500, dan 2000 ekor/m2 selama 28 hari

pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar tidak

mempengaruhi kelangsungan hidup dan koefisien keragaman panjang udang

vaname, dan hanya mempengaruhi pertumbuhan. Kepadatan 500 ekor/m2

menghasilkan pertumbuhan yang baik.

Delgado, et al., (2003) meneliti “Digestive Enzyme Activity and Food Ingesta in

Juvenile Shrimp Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) as a Function of Body

Weight”. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi variasi aktivitas enzim

pencernaan Litopenaeus vannamei (Boone) yang dipelihara di kolam komersial

dalam kondisi semi intensif. Udang vaname dikumpulkan pada setiap kenaikan

berat badan 2 g. Udang vaname pada size (2 – 12 g), kegiatan lipase dan

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

49

kimotripsin mengalami peningkatan yang signifikan. Total aktivitas protease

menurun dari 6 g dan seterusnya. Kegiatan tripsin menunjukkan titik puncak pada 6

g dan aktivitas amilase meningkat dua kali lipat setelah 2 g. Isi perut dianalisis

secara mikroskopis untuk udang vaname antara 2 dan 10 g. Materi tanaman

memberikan kontribusi di atas 30 % dari kandungan perut total 6, 8, dan 10 udang

vaname. Destritus mewakili 58 % dan 62 % dari isi perut total 2 dan 4 g udang

vaname, masing-masing menurun untuk 33 – 43 $ pada bobot udang vaname besar.

Pakan buatan menunjukkan kontribusi maksimal 20 % dalam 6 g udang vaname.

Hasil ini menunjukkan perubahan aktivitas enzim setelah udang vaname mencapai

6 g berat badan, dibuktikan dengan penurunan total protease dan peningkatan

aktivitas lipase dan amilase. Rasio amilase atau protease adalah 2,6 pada 2 g udang

vaname dan terus meningkat menjadi 9,6 pada 12 g udang vaname. Temuan ini

menunjukkan adaptasi dari aktivitas enzimatik untuk diet dengan kandungan

protein yang lebih rendah seperti berat badan meningkat, dan mungkin terkait

dengan variasi yang berbeda yang ditemukan di dalam perut.

6. Asas-asas lingkungan

Penelitian ini masuk ke dalam asas-asas lingkungan sebagai berikut:

a. Asas 3 (materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman adalah kategori

sumberdaya alam) dan Asas 4 (kejenuhan dan ketidakjenuhan). Asas ini

menjelaskan bahwa pengelolaan budidaya harus menjamin keanekaragaman

hayati tetap terjaga, disamping itu peran budidaya juga cukup strategis dalam

mengembalikan keanekaragaman hayati yang mulai hilang yaitu dengan

mendorong penerapan bioteknologi akuakultur yang ramah lingkungan.

b. Asas 7 (keanekaragaman yang kekal lebih tinggi pada lingkungan yang stabil).

Asas ini menjelaskan bahwa sebuah pengelolaan perikanan budidaya harus

dilakukan secara bijaksana dan tidak boleh mengorbankan masa depan generasi

yang akan datang.

c. Asas 5 (peningkatan pengadaan suatu sumber alam mungkin dapat terangsang

penggunaan sumber alam tersebut). Asas ini menjelaskan bahwa perencanaan

pengelolaan maupun aktivitas usaha budidaya harus terukur dan

mengedepankan analisis resiko sebagai bentuk pencegahan dini terhadap

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian pembudidayaan ... · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pedoman budidaya udang di tambak a. Pengertian pembudidayaan udang dan

50

potensi dampak yang ditimbulkan dari aktivitas usaha budidaya, sehingga tidak

berdampak jangka panjang terhadap keberlanjutan sumberdaya itu sendiri.

B. Kerangka Berpikir

Kecenderungan yang terjadi di dalam budidaya udang vaname, khususnya yang

mengaplikasikan pola semi intensif dan intensif adalah memburuknya keadaan

lingkungan tambak sejalan dengan berlangsungnya masa pemeliharaan atau dengan

kata lain cenderung mencemari lingkungannya sendiri (Gambar 15).

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kualitas air pemeliharaan udang vaname di tambak yang dimiliki POKDAKAN

Muncul Jaya belum dapat dikatakan sesuai dengan kriteria baku mutu.

2. Terdapat hubungan antara kualitas air pemeliharaan dengan pertumbuhan udang

vaname di tambak budidaya yang dimiliki POKDAKAN Muncul Jaya di

Kabupaten Brebes.

3. Terdapat hubungan antara kualitas air pemeliharaan dengan struktur mikroanatomi

(hepatopankreas dan intestinum) udang vaname di tambak budidaya yang dimiliki

POKDAKAN Muncul Jaya di Kabupaten Brebes.