bab ii landasan teori - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah,...

36
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan produk Pengertian perancangan produk Perancangan produk adalah penyusunan konsep yang lebih jelas, defaul dan sistematis dari pada gagasan produk baru ataupun modifikasi produk lama dalam bentuk gambar teknis (enginering drawing )untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (market pull) atau memanfaatkan inovasi teknologi ( market techonology push). Perancangan biasanya dibuat dalam bentuk perancangan rekayasa ( enginering design), dan perancangan industri( industri design ). Dalam kegiatan yang berkaitan dengan teknik, perancangan dan pembuatan suatu produk merupakan bagian yang sangat besar perannya. Kegitan perancangan di mulai dengan pembuatan konsep awal dari hasil pemikiran tersebut, dan selanjutnya masuk dalam tahap perancangan, tahap pengembangan, dan tahap penyempurnaan produk. Setelah di sempurnakan maka akan masuk tahap pembuatan dan berakhir padatahap pendistribusian produk. Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Untuk membuat sebuah produk biasanya kita akan melewati tahap-tahap sebagai berikut: 1. Market Research dan Feasibility Study Market Research Dilakukan untuk mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari market research ini bisa didapatkan produk seperti apa yang konsumen butuhkan atau inginkan. 2. Brainstorming Brainstorming, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai curah pendapat, adalah proses mengumpulkan ide-ide untuk mencari solusi/jalan keluar dari masalah yang didiskusikan. Dari proses berdiskusi ini akan didapatkan garis besar barang yang akan dibuat, cara kerja, komponen yang akan dipakai, dan lain sebagainya. Misalnya kita ingin membuat mesin penghisap debu, akan terbayang

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perancangan produk

Pengertian perancangan produk

Perancangan produk adalah penyusunan konsep yang lebih jelas, defaul

dan sistematis dari pada gagasan produk baru ataupun modifikasi produk lama

dalam bentuk gambar teknis (enginering drawing )untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan (market pull) atau memanfaatkan inovasi teknologi (market

techonology push). Perancangan biasanya dibuat dalam bentuk perancangan

rekayasa ( enginering design), dan perancangan industri( industri design ). Dalam

kegiatan yang berkaitan dengan teknik, perancangan dan pembuatan suatu produk

merupakan bagian yang sangat besar perannya. Kegitan perancangan di mulai

dengan pembuatan konsep awal dari hasil pemikiran tersebut, dan selanjutnya

masuk dalam tahap perancangan, tahap pengembangan, dan tahap penyempurnaan

produk. Setelah di sempurnakan maka akan masuk tahap pembuatan dan berakhir

padatahap pendistribusian produk.

Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada

kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat

menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang

rendah. Untuk membuat sebuah produk biasanya kita akan melewati tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Market Research dan Feasibility Study Market Research

Dilakukan untuk mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari market

research ini bisa didapatkan produk seperti apa yang konsumen butuhkan atau

inginkan.

2. Brainstorming

Brainstorming, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai curah

pendapat, adalah proses mengumpulkan ide-ide untuk mencari solusi/jalan keluar

dari masalah yang didiskusikan. Dari proses berdiskusi ini akan didapatkan garis

besar barang yang akan dibuat, cara kerja, komponen yang akan dipakai, dan lain

sebagainya. Misalnya kita ingin membuat mesin penghisap debu, akan terbayang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

7

untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa,

mulut pipa dan sebagainya.

3. Menentukan Tujuan dan Batasan Produk

Tujuan dan batasan diperlukan agar kita tidak berlebihan dalam merancang

produk tersebut yang akan berakibat mahalnya harga jual ke konsumen.

Konsumen tentu saja menginginkan nilai tambah yang ditawarkan dalam produk

tersebut sepadan dengan biaya yang dikeluarkannya (reasonable price). Tentu

saja market research diperlukan untuk mengetahui selera pasar. Dari menentukan

tujuan dan batasan ini kita memperoleh spesifikasi komponen-komponen dan

material apa saja yang akan dipakai.

4. Menggambar Produk

Dengan menggambarkan produk berdasarkan hubungan dimensi

komponen-komponen yang sudah ditentukan dalam tahap-2 di atas, kita akan

mendapatkan ilustrasi produk jadi. Produk bisa digambar dalam 2 dimensi atau 3

dimensi, biasanya gambar 3 dimensi lebih mudah dimengerti oleh sebagian besar

orang. Merancang produk dalam 3 dimensi bisa dilakukan dengan menggunakan

software SolidWorks, Inventor, Catia dll.

5. Review Produk

Produk review dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada kekurangan pada

rancangan yang sudah dibuat desainnya sampai tahap gambar ini. Diskusi dengan

melihat gambar produk biasanya lebih mudah berkembang daripada hanya

membayangkannya saja. Pada tahap ini kembali dilakukan brainstorming untuk

mendapatkan hasil yang optimal dan meminimalisir masalah yang akan timbul

ketika produksi masal nanti. Pada tahap ini pula biasanya produk yang sedang

dirancang perlu dibenahi disana-sini.

6. Membuat Prototype/Sample

Sample barang yang akan diproduksi masal bisa dibuat dengan berbagai

cara. Untuk produk-produk dari resin bisa dimodelkan dengan mesin rapid

prototyping, desain body yang stylish bisa dimodelkan dengan tanah liat khusus,

kardus pembungkus produk bisa dibuat dengan tangan. Untuk produk-produk

yang sudah umum tidak perlu sampai membuat sample barangnya (produk-produk

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

8

dari besi), namun memerlukan ketelitian dalam menggambar dan tidak boleh ada

kesalahan gambar yang bisa berakibat fatal: barang reject.

7. Uji Coba

Sebelum dipasarkan tentu kita perlu menguji apakah barang yg kita buat

ini benar-benar handal atau tidak. Ada yang mengujinya berdasarkan waktu,

ditekan, dijatuhkan, dan lain-lain. Produsen telepon seluler seperti nokia memiliki

mesin khusus untuk menguji ponsel-ponsel buatan mereka supaya tahan terhadap

bantingan. Jika ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan tentu saja produk

tersebut perlu didesain ulang (kembali ke tahap 3). Hal-hal yang memuaskan tentu

saja harus dilihat dari sudut pandang konsumen, bukan produsen. Begitulah

produsen-produsen besar saat ini mengkaji terus menerus produk mereka agar

nama produk yang mereka buat tetap terjaga.

8. Poduksi Masal

Dalam produksi masal perlu adanya kontrol kualitas agar konsumen tidak

sampai menerima barang yang rusak.

9. Garansi

Garansi adalah layanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan yang

membuat produk tersebut agar konsumen tenang jika sewaktu-waktu ada

kerusakan pada barang tersebut. Banyak konsumen yang lebih memilih membayar

agak lebih mahal untuk mendapatkan garansi dan ketenangan dalam pemakaian

produk.

2.2. Quality Function Deployment (QFD)

Quality Function Deployment (QFD) adalah metode perencanaan dan

pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan

mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi

kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan

harapan tersebut (Ariani, 2002). Menurut Subagyo dalam Marimin 2004, Quality

Function Deployment adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau

jasa dengan memahami kebutuhan konsumen, lalu menghubungkannya dengan

ketentuan teknis untuk menghasilkan barang atau jasa ditiap tahap pembuatan

barang atau jasa yang dihasilkan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

9

QFD didefinisikan sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk

menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkann kebutuhan-kebutuhan itu

ke dalam kebutuhan teknis yang relevan, di mana masing-masing area fungsional

dan tingkat organisasi dapat mengerti dan bertindak. Ia mencakup juga

pemantauan dan pengendalian yang tepat dari proses manufacturing menuju

sasaran (Gaspersz, 1997).

QFD digunakan untuk memperbaiki pemahaman tentang pelanggan dan

untuk mengembangkan produk, jasa serta proses dengan cara yang lebih

berorientasi kepada pelanggan (Rampersad, 2006).

Ada 3 manfaat utama yang diperoleh perusahaan bila menggunakan metode

QFD, yaitu:

1. Mengurangi Biaya: Hal ini dapat terjadi karena produk yang dihasilkan

benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumen dan harapan konsumen

sehingga tidak ada pengulangan pekerjaan dan pembuangan bahan baku

yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh konsumen.

Pengurangan biaya dapat dicapai dengan pengurangan biaya pembelian

bahan baku, biaya overhead atau pengurangan upah dan penyederhanaan

proses produksi.

2. Meningkatkan Pendapatan: Dengan pengurangan biaya, untuk hasil yang

kita terima akan lebih meningkat. Dengan QFD produk atau jasa yang

dihasilkan akan lebih dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.

3. Mengurangi Waktu Produksi: QFD akan membuat tim pengembangan

produk atau jasa untuk memfokuskan pada program pengembangan

kebutuhan dan harapan konsumen (Ariani, 2002).

Menurut Subagyo dalam Marimin (2004), tahapan QFD yaitu sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasikan kemauan pelanggan. Dalam hal ini, pelanggan atau

konsumen ditanya mengenai sifat yang diinginkan dari suatu produk.

2. Mempelajari ketentuan teknis dalam menghasilkan barang atau jasa. Hal

ini didasarkan data yang tersedia. Aktivitas dan sarana yang digunakan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

10

dalam menghasilkan barang atau jasa, dalam rangka menentukan mutu

pemenuhan kebutuhan pelanggan.

3. Hubungan antara keinginan pelanggan dengan ketentuan teknis. Hubungan

ini dapat berpengaruh kuat, sedang atau lemah. Setiap aspek dari

konsumen diberi bobot, untuk membedakan pengaruhnya terhadap mutu

produk.

4. Perbandingan kinerja pelayanan. Tahap ini membandingkan kinerja

perusahaan dengan pesaing.

5. Evaluasi pelanggan untuk membandingkan pendapat pelanggan tentang

mutu produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan produk pesaing.

Menggunakan Skala Likert dengan pendekatan distribusi Z, kemudian

dibuat rasio antara target dengan mutu setiap kategori.

6. Trade off untuk memberikan penilaian pengaruh antar aktivitas atau sarana

yang satu dengan lainnya.

2.2.1. House of Quality (HOQ)

Matriks House of Quality (HOQ) atau rumah mutu adalah bentuk yang

paling dikenal dari persentasi QFD. Matriks ini terdiri dari dua bagian utama,

yaitu bagian horizontal dari matriks berisi informasi yang berhubungan dengan

konsumen dan disebut dengan Customer Table, bagian vertikal dan matriks berisi

informasi teknis sebagai respon bagi input konsumen dan disebut dengan

Technical Table. Disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

11

Bagian E (Correlation Roof Matrix)

Korelasi Respon Teknis

Bagian C (Hows)

Karakteristik Teknis

Bagian D (Correlation Matrix)

(Pengaruh karakteristik teknis terhadap kebutuhan konsumen)

Bagian F (Costumer Requirement Priorities)

Matriks Teknis

(Prioritas karakteristik teknis, perbandingan dengan pesaing target)

Bagian B (Competitive Assessment)

Matriks Perencanaan

Bagian A (Whats)

Kebutuhan dan keinginan konsumen

Gambar 2.1 House of Quality (HOQ)

Sumber : Wijaya, 2011

Penjelasanmodel House of Qualitydiatas dijabarkan sebagai berikut :

Bagian A, terdiri dari sejumlah kebutuhan dan keinginan konsumen

yang diperoleh dari penelitian pasar.

Bagian B, terdiri dari tiga jenis informasi, yaitu :

a. Bobot kepentingan kebutuhan konsumen.

b. Tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa.

c. Tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa

sejenis dari perusahaan pesaing.

Bagian C, berisi persyaratan-persyaratan teknis untuk produk atau

jasa baru yang akan dikembangkan. Data ini diturunkan berdasarkan

informasi yang diperoleh mengenai kebutuhan dan keinginan

konsumen (Bagian A).

Bagian D, terdiri dari penelitian manajemen mengenai kekuatan

hubungan antara elemen-elemen yang terdapat pada bagian

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

12

persyaratan teknis (Bagian C) dan kebutuhan konsumen (Bagian A)

yang dipengaruhinya. Kekuatan hubungan ditentukan dengan

simbol-simbol tertentu.

Bagian E, menunjukkan korelasi antara persyaratan teknis yang satu

dan persyaratan-persyaratan lain yang terdapat pada bagian C.

Korelasi antara kedua persyaratan teknis tersebut ditunjukkan

menggunakan simbol-simbol tertentu.

Bagian F, terdiri dari tiga jenis informasi :

a. Urutan tingkat kepentingan (Ranking) persyaratan teknis.

b. Informasi untuk membandingkan kinerja teknis produk atau

jasa yang dihasilkan dari kinerja produk atau jasa perusahaan

pesaing.

c. Target kinerja persyaratan teknis produk atau jasa yang baru

dikembangkan.

2.2.2 Pembentukan House of Quality (HOQ)

Langkah-langkah dalam pembentukan House of Quality (Cohen dalam

Homkhiew, Ratanawilai, dan Pochana, 2012):

1. Pembentukan sub matriks What’sdengan mengidentifikasi kebutuhan-

kebutuhan konsumen (dengan wawancara atau pengisian kuesioner)

sehubungan dengan karakteristik-karakteristik produk yang diinginkan.

Persyaratan-persyaratan dari pelanggan ini dikelompokan dalam kategori

primer dan sekunder. Syarat primer dapat saja berupa kategori umum.

Masing-masing persyaratan diberi ranking menurut skala likert dengan

nilai 1 (satu) hingga 5 (lima).

2. Pembentukan sub matriks persepsi konsumen yang telah didapat kemudian

diberi bobot berdasarkan kepentingan oleh konsumen itu sendiri. Tingkat

kepentingan konsumen memiliki skala 1 (satu) sampai dengan 5 (lima),

dimana nilai 5 (lima) menunjukkan bahwa karakteristik yang ada sangat

dibutuhkan dan karakteristik tersebut harus ada pada produk yang

diinginkan. Tingkatan ini menurun seiring dengan menurunnya nilai yang

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

13

diberikan, dimana nilai 1 (satu) berarti karakteristik tersebut tidak selalu

ada pada produk tersebut.

3. Pembentukan sub matriks how`s, yaitu dengan menterjemahkan

kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam kebutuhan-kebutuhan desain,

yang dapat diketahui kualitas dan kuantitasnya untuk memproduksi

produk yang sesuaidengan karakteristik yang diinginkan. Susunlah

kebutuhan-kebutuhan desaintersebut ke dalam kelompok-kelompok

tertentu.

4. Pembentukan sub matriks hubungan (relationship), yaitu dengan

menentukanhubungan hubungan yang terjadi antara kebutuhan konsumen

(what`s) dankebutuhan desain (how`s), dengan penilaian sebagai berikut:

Tidak ada hubungan (tidak ada lambang; bobot = 0)

Menunjukan banyak atau sedikit perubahan kuantitas atau

kualitashow`s tidak mengakibatkan terjadinya perubahan pada

tingkatkepuasan konsumen yang berarti.

Hubungan yang lemah (lambang ; bobot = 1)

Menunjukan bahwa perubahan besar pada kuantitas atau

kualitashow`s mengakibatkan sedikit atau tidak ada perubahan

pada tingkatkepuasan konsumen.

Hubungan yang sedang (lambang ; bobot = 3)

Menunjukan bahwa perubahan besar pada kuantitas atau kualitas

how`s mengakibatkan perubahan pada tingkat kepuasan

konsumenyang cukup berarti, tetapi tidak banyak.

Hubungan yang kuat (lambang; bobot = 9)

Menunjukan bahwa sedikit perubahan pada kualitas atau

kuantitashow`s mengakibatkan terjadinya perubahan yang

signifikan padatingkat kepuasan konsumen.

5. Penentuan target berdasarkan karakteristik kualitas how`s dan

tingkatkesulitan perusahaan, yaitu dengan menjabarkan nilai-nilai target

darikebutuhan desain, yang mana nilai ini merupakan suatu nilai unit

pengukuran(measurement unit) yang berhubungan dengan kebutuhan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

14

desain yang dapatdihasilkan oleh perusahaan. Tingkat kesulitan

perusahaan dalam memenuhitarget, dengan ketentuan sebagai berikut:

Paling mudah (1), yaitu dalam merealisasikan tidak terdapat

kendalayang berarti.

Mudah (2), yaitu timbul kendala yang masih mudah diatasi.

Cukup sulit (3), yaitu cukup sulit dalam merealisasikan karena

timbulkendala yang sulit dan banyak.

Sulit (4), yaitu sulit dalam merealisasikan karena terdapat

kendalakendalaseperti variabel teknis yang tidak dapat dikontrol.

Sangat sulit (5), yaitu paling sulit direalisasikan bahkan

adakemungkinan tidak dapat dilakukan karena biasanya kendala

yangdihadapi merupakan efek samping teknologi yang digunakan.

6. Membuat representasi target, yaitu nilai-nilai target tersebut dapat

meningkatatau menurun sesuai dengan pengembangan yang dilakukan.

Untukmenunjukan peningkatan atau penurunan dari nilai target

digunakan tandapanah, bila pengembangan pada target tidak sesuai dan

target terbaikmerupakan gambaran nominal, maka representasinya

menggunakan “O”.

berarti semakin besar semakin baik.

berarti semakin kecil semakin baik.

7. Pembentukan sub matriks korelasi, yaitu dengan menunjukan korelasi

yangterjadi antara setiap kebutuhan desain. Adapun penjabarannya

sebagaiberikut:

Korelasi yang sangat positif (simbol )

Menunjukan perubahan terjadi pada satu kebutuhan desain

dapatlangsung memberikan dampak positif terhadap kebutuhan

desain yanglain.

Korelasi yang positif (simbol)

Menunjukan perubahan yang terjadi pada satu kebutuhan desain

dapatlangsung memberikan dampak positif terhadap kebutuhan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

15

desain yanglainnya dengan kadar lebih rendah daripada korelasi

yang sangatpositif.

Korelasi yang negatif (simbol )

Menunjukan perubahan yang terjadi pada satu kebutuhan desain

dapat langsung memberikan dampak negatif terhadap kebutuhan

desainyang lainnya dengan kadar lebih rendah daripada korelasi

yang sangatnegatif.

Korelasi yang sangat negatif (simbol )

Menunjukan perubahan yang terjadi pada satu kebutuhan desain

dapatlangsung memberikan dampak negatif terhadap kebutuhan

desainyang lainnya.

8. Menentukan perbandingan teknis antar masing-masing pesaing, yaitu

dengancara membandingkan kebutuhan-kebutuhan konsumen tersebut

denganpesaing dan hasilnya diranking oleh konsumen. Hal ini untuk

mengetahuiposisi kita terhadap pesaing.

9. Membandingkan setiap how`s dengan suatu benchmark kompetitif

secarateknis. Akan terdapat korelasi antar kedua perbandingan kompetitif

ini, apayang terlihat lebih baik pada keinginan konsumen akan

berkorelasi.

10. Membuat perhitungan prioritas, yaitu dengan cara melakukan

perhitungan matematis dengan mengganti lambang-lambang dengan nilai

bobotnya, makakeseluruhan penilaian akan dapat disusun berdasarkan

kepentingan relatifdari setiap kebutuhan konsumen. Nilai relatif yang

didapat merupakan tingkat kepentingan yang harus diperhatikan oleh

pihak perusahaan terhadap setiapkebutuhan desain primer yang ada,

dimana kebutuhan desain yang memilikinilai lebih tinggi harus mendapat

prioritas untuk pengembangan produk. Perhitungannya adalah sebagai

berikut, untuk setiap kolom, kalikan nilaitingkat kepentingan pelanggan

dengan setiap nilai masukan yangberhubungan dengan bobotnya masing-

masing. Total setiap kolom akanmenghasilkan nilai absolut yang

dikonversikan dalam persentase dari nilai-nilai absolut tersebut.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

16

11. Memasukan pelanggan, keinginan, dan kebutuhannya serta kepentingan

relatif (urutan prioritas) untuk masing-masing karakteristik yang

diinginkan pelanggan itu, kemudian ditempatkan dalam segi empat pada

sisi kiri dari HOQ.

12. Melakukan analisis untuk setiap keinginan dan kebutuhan pelanggan

berdasarkan karakteristik produk yang ada serta produk dari pesaing

untuk semua dimensi kualitas yang dinyatakan itu. Analisis itu

ditempatkan dalam segi empat pada sisi kanan dari HOQ.

13. Mengidentifikasikan karakteristik teknik yang sesuai dengan keinginan

dan kebutuhan pelanggan dalam segi empat yang berada di atas matriks

hubungan(relationship matrix) yang terletak ditengah dari HOQ. Hal ini

memberikan respon teknik untuk setiap keinginan dan kebutuhan

pelanggan yang seringdisebut sebagai (what`s) yang dibutuhkan

pelanggan (customerrequirements). Kebutuhan teknik sering disebut

sebagai how`s (technical requirements). Keadaan ini menunjukan

bagaimana perusahaan akan memberikan respon terhadap apa yang

diinginkan pelanggan.

14. Menggambarkan hubungan (relationship) di antara setiap what`s

(customer requirements) dan setiap how`s (technical requirement).

Dalam beberapa kasus, suatu keinginan pelanggan mungkin

menghasilkan kebutuhan teknik yang saling bertentangan (conlifcting

technical requirements).

15. Menilai derajat kesulitan dan menentukan nilai target dari setiap

kebutuhan teknik (how`s). Beberapa dari nilai target mungkin

menggambarkan significant breaktroughs dalam desain dan apabila

tercapai akan menghasilkan produk yang superior terhada pesaing di

pasar.

16. Melakukan analisis korelasi yang menunjukan hubungan di antara

how`s(technical requirements). Matriks korelasi ditempatkan pada atap

dari HOQ.Dalam analisis korelasi ini mungkin ada trade-offs yang harus

dipertimbangkan dalam usaha-usaha desain.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

17

2.3. Kuesioner

Ada beberapa pengertian kuesioner yang diungkapkan oleh para ahli.

Menurut Nazir, kuesioner atau daftar pertanyaan adalah sebuat set pertanyaan

yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan

merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.

Daftar pertanyaan tersebut dibuat cukup terperinci dan lengkap. Menurut

Suharsimi Arikunto, Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan

kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan

pengguna.

Dengan demikian angket/kuesioner adalah daftar pertanyaan yang

disiapkan oleh peneliti dimana tiap pertanyaannya berkaitan dengan masalah

penelitian. Angket tersebut pada akhirnya diberikan kepada responden untuk

dimintakan jawaban.Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada

orang lain dengan maksud agar orang yang diberikan tersebut bersedia

memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.

2.3.1. Jenis-jenis Kuesioner

Selanjutnya angket (kuesioner) menurut Suharsimi Arikunto, dapat

dibedakan menjadi:

1. Angket terbuka yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa

sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan

keadaannya. Angket terbuka dipergunakan apabila peneliti belum dapat

memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada

pada responden.

2. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa

sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (V) pada kolom

atau tempat yang sesuai.

3. Angket campuran yaitu gabungan antara angket terbuka dengan angket

tertutup.

4. Angket sebagai alat pengumpul data mempunyai beberapa keuntungan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

18

2.3.2. Keuntungan Menggunakan Kuesioner

Menurut Suharsimi Arikunto keuntungan menggunakan angket antara lain:

1. Tidtesisak memerlukan hadirnya peneliti

2. Dapat diberikan secara serempak kepada banyak responden

3. Dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing dan menurut

waktu senggang responden

4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-

malu menjawab

5. Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi

2.3.3. Penyelenggaraan Kuesioner

1. Kuesioner/angket di uji cobakan dahulu

2. Melakukan perbaikan jika kuesioner/angket belum mencapai kriteria yang

diinginkan

3. Membagikan kuesioner/angket, kemudian menjelaskan pengertian, tujuan

dan aturan/cara mengisi kuesioner/angket

4. Langkah¬-langkah penyusunan angket yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan tujuan penggunaan angket atau skala psikologis. Skala

psikologis yang penulis buat bertujuan untuk mengungkapkan variabel

pengaruh bimbingan karir terhadap kemandirian siswa dalam memilih

karir,

b. Membuat kisi¬kisi angket, yang meliputi indikator dan jumlah item

pertanyaan atau pernyataan,

c. Menentukan bentuk angket atau skala psikologis, adapun bentuk

angket yang digunakan penulis adalah angket terstruktur,

d. Membuat item pertanyaan skala psikologis dalam bentuk pilihan

ganda dengan option dan skor.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

19

Tabel 2.1 Contoh Kuesioner

2.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

2.4.1. Uji Validitas

Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang

mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya.

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas

yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data

yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat

ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran

yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur

variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A,

dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang

dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai

variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas

rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur

variabel A’ atau B (Azwar 1986).

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran.

Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan

tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

STS TS KS S SS

1.Apakah aplikasi website yang telah dibuat dapat

mudah digunakan oleh pengguna (user)?

2.Apakah aplikasi website yang telah dibuat sesuai

dengan kebutuhan yang telah ditentukan?

3.Apakah aplikasi website yang telah dibuat dapat

membantu kinerja pegawi yang bersangkutan?

4.Apakah aplikasi website yang telah dibuat dapat

mendukung pengolahan database kepegawaian?

5.Apakah aplikasi website yang telah dibuat dapat

mempercepat pekerjaan tugas?

KETERANGANNo. PERTANYAAN

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

20

Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambran

mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya mengenai perbedaan yang satu dengan

yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik, bila kita hendak

mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat

penimbang berat emas agar hasil penimbangannya valid, yaitu tepat dan cermat.

Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah

cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan berat yang

sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur berat badan.

Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek

tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan

menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki tingkat

kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai

angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan yang sebenarnya

(Azwar 1986).

Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran.

Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan

pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk

satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian, anggapan valid seperti dinyatakan

dalam “alat ukur ini valid” adalah kurang lengkap. Pernyataan valid tersebut harus

diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk

mengukur apa), serta valid bagi kelompok subjek yang mana? (Azwar 1986).

2.4.1.1.Jenis-Jenis Validitas

Ebel (dalam Nazirz 1988) membagi validitas menjadi :

1. Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan

antara skor dengan kinerja.

2. Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek

psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi

bahwa suatu konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik

dalam pengukuran.

3. Face Validity adalah validitas yang berhuubungan apa yang nampak dalam

mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

21

4. Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur

dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-

ukuran perilaku lainnya, di mana validitas ini diperoleh dengan

menggunakan teknik analisis faktor.

5. Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan

antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang

bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

6. Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan

teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk

mendukung bhwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang

seharusny diukur.

7. Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan

antara skor suatu alat ukur dengan kinerj seorang di masa mendatang.

8. Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya

sampling dari suatu populasi.

9. Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik

isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pungukuran tersebut

merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai

dengan tujuan instruksional.

2.4.2 Uji Reliabilitas

Walizer (1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah

keajegan pengukuran. Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003)

reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Popham (1995) menyatakan bahwa

reliabilitas adalah "...the degree of which test score are free from error

measurement"

Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat

pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut

reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur

di dalam pengukur gejala yang sama.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

22

Menurut Brennan (2001) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan

tentang tes ataupun bentuk tes.

Menurut Sumadi Suryabrata (2004) reliabilitas menunjukkan sejauhmana

hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus

reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.

Dalam pandangan Aiken (1987) sebuah tes dikatakan reliabel jika skor

yang diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun dilakukan pengukuran

berulang-ulang.

Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua

petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua

statistik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt &

Brennan, 1989).

Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian

pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari

alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama,

atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai

memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama

dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur

secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu

tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam

kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil

yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila

pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

alat statistik (Feldt & Brennan, 1989). Berdasarkan sejarah, reliabilitas sebuah

instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu kesalahan baku pengukuran dan

koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan). Kedua statistik di atas memiliki

keterbatasannya masing-masing. Kesalahan pengukuran merupakan rangkuman

inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor sedangkan koefisien

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

23

reliabilitas merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan merangkum konsistensi

(atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan pengukuran.

Dalam kerangka teori tes klasik, suatu tes dapat dikatakan memiliki

reliabilitas yang tinggi apabila skor tampak tes tersebut berkorelasi tinggi dengan

skor murninya sendiri. Interpretasi lainnya adalah seberapa tinggi korelasi antara

skor tampak pada dua tes yang pararel (Saifuddin Azwar, 2006). Reliabilitas

menurut Ross E. Traub (1994) yang disimbolkan oleh dapat didefinisikan sebagai

rasio antara varian skor murni dan varian skor tampak .

Secara matematis teori di atas dapat ditulis :

Reliabilitas alat ukur tidak dapat diketahui dengan pasti tetapi dapat

diperkirakan. Dalam mengestimasi reliabilitas alat ukur, ada tiga cara yang sering

digunakan yaitu:

1. pendekatan tes ulang,

2. pendekatan dengan tes pararel dan,

3. pendekatan satu kali pengukuran.

Pendekatan tes ulang merupakan pemberian perangkat tes yang sama

terhadap sekelompok subjek sebanyak dua kali dengan selang waktu yang

berbeda. Asumsinya adalah bahwa skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan

menghasilkan skor tampak yang relatif sama. Estimasi dengan pendekatan tes

ulang akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien

reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengan menghitung

koefisien korelasi linear antara distribusi skor subyek pada pemberian tes pertama

dengan skor subyek pada pemberian tes kedua. Pendekatan tes ulang sangat sesuai

untuk mengukur ketrampilan terutama ketrampilan fisik.

2.4.2.1 Jenis-jenis Reliabilitas

Walizer (1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur

reliabilitas, yaitu:

1. Relibilitas stabilitas. Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau

serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda

mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indicator yang

sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

24

mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh

reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau

hampir sama.

2. Reliabilitas ekivalen. Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang

sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi

konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indicator yang

berbeda, batasan-batasan operasional, paeralatan pengumpulan data, dan /

atau pengamat-pengamat.

Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu

yang sama bisa menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut

teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai.Apabila satu

rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam kuesioner,

maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu.

(Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini.)

Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor

masing-masing bagian tersebiut dibandingkan. Apabila dalam skor kemudian skor

masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu relatif sama,

dicapailah reliabilitas belah tengah.

Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik

pengukuan yang berbeda. Kecemasan misalnya, telah diukur dengan laporan

pulsa. Skor-skor relatif dari satu indikator macam ini haruslah sesuai dengan skor

yang lain. Jadi bila seorang subyek nampak cemas pada ”ukuran gelisah” orang

tersebut haruslah menunjukkan tingkatan kecermatan relatif yang sama bila

tekanan darahnya yang diukur.

2.4.2.2 Metode Pengujian Reliabilitas

Tiga teknik pengujian realibilitas instrument antara lain :

1. Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate Form)

Teknik paralel disebut juga tenik ”double test double trial”. Sejak awal

peneliti harus sudah menyusun dua perangkat instrument yang parallel

(ekuivalen), yaitu dua buah instrument yang disusun berdasarkan satu

buah kisi-kisi. Setiap butir soal dari instrument yang satu selalu harus

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

25

dapat dicarikan pasangannya dari instrumen kedua. Kedua instrumen

tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka

hasil instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus

product moment (korelasi Pearson).

2. Teknik Ulang (Test Re-test)

Disebut juga teknik ”single test double trial”. Menggunakan sebuah

instrument, namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua

kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks

reliabilitas.Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang

digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.

Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas tes-retest adalah seberapa besat

derajat skor tes konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas diukur dengan

menentukan hubungan antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada

kelompok yang sama, pada waktu yang berbeda.

Metode pengujian reliabilitas stabilitas yang paling umum dipakai adalah

metode pengujian tes-kembali (test-retest). Metode test-retest

menggunakan ukuran atau “test” yang sama untuk variable tertentu pada

satu saat pengukuran yang diulang lagi pada saat yang lain. Cara lain

untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas, bila kita menggunakan survai,

adalah memasukkan pertanyaan yang sama di dua bagian yang berbeda

dari kuesioner atau wawancara. Misalnya the Minnesota Multiphasic

Personality Inventory (MPPI) mengecek reliabilitas test-retest dalam satu

kuesionernya dengan mengulang pertanyaan tertentu di bagian-bagian

yang berbeda dari kuesioner yang panjang.

Kesulitan terbesar untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas adalah

membuat asumsi bahwa sifat/ variable yang akan diukur memang benar-

benar bersifat stabil sepanjang waktu. Karena kemungkinan besar tidak

ada ukuran yang andal dan sahih yang tersedia. Satu-satunya faktor yang

dapat membuat asumsi-asumsi ini adalah pengalaman, teori dan/atau

putusdan terbaik. Dalam setiap kejadian, asumsi ini selalu ditantang dan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

26

sulit rasanya mempertahankan asumsi tersebut atas dasar pijakan yang

obyektif.

3. Teknik Belah Dua (Split Halve Method)

Disebut juga tenik “single test single trial”. Peneliti boleh hanya memiliki

seperangkat instrument saja dan hanya diujicobakan satu kali, kemudian

hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrument

menjadi dua sama besar. Cara yang diambil untuk membelah soal bisa

dengan membelah atas dasar nomor ganjil-genap, atas dasar nomor awal-

akhir, dan dengan cara undian.

Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas ini diukur dengan menentukan

hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang disajikan

kepada seluruh kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua

mewakili reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya, rumus Spearman-

Brown dapat digunakan untuk mengoreksi koefisien yang didapat.

Apa penyebab ketidakandalan?

Ada beberapa sumber ketidak andalan (unreliability), beberapa di

antaranya telah dituangkan. Satu sumber ketidak andalan yang terbesar adalah ke

tidak sahihan (invalidity). Berikut ini adalah daftar periksa (check list) sumber-

sumber yang menyebabkannya (Walizer ,1987) :

1. Orang atau unit yang diukur mungkin telah berubah sejak pengukuran

pertama dan kedua. (Tentu saja perubahan dalam skor, haruslah ditafsirkan

bukan sebagai ketidakandalan).

2. Selama wawancara unit yang sedang diukur berubah, karena:

a. Pewawancara memperoleh pengalaman

b. Kelelahan pewawancara

c. Subyek mengalami hal-hal yang menyebabkan penafsiran mereka

terhadap pertanyaan-pertanyaan berubah (sebagai kebalikan dari

perubahan seharusnya dari apa yang sedang diukur).

d. Kesalahan-kesalahan diperbuat.

3. Aspek situasi tempat pengukuran berlangsung mungkin berubah sejak

pengukuran pertama dan yang kedua. Hal-hal seperti waktu (pagi, siang,

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

27

sore), tempat berlangsungnya pengukuran, orang-orang yang berada dekat

di sekitar yang mungkin mempengaruhi respon mereka dan sebagainya

mungkin berbeda.

4. Pertanyaan-pertanyaan mungkin mendua artinya, sehingga ditafsirkan

secara berbeda pada saat pengisian kuesioner yang berbeda.

5. Pengkode dan/atau pengamat mungkin membuat penafsiran sendiri-

sendiri.

6. Apa yang nampak sebagai satu teknik ekivalen sebenarnya tidaklah

demikian karena pemilihan pembandingan yang kurang baik.

7. Terjadi kekeliruan dalam mencatat hasil pengamatan atau memberi kode-

kodenya.

8. Atau mungkin kombinasi penyebab-penyebab terdahulu.

Reliabel : Haruskah Ajeg? (Feldt & Brennan, 1989)

Sering kita dengar baik dalam kuliah atau dalam ruang ujian, jawaban

mahasiswa terhadap pertanyaan "Apa yang dimaksud reliabilitas?" seperti ini :

"Taraf Kepercayaan, yaitu seberapa besar tes dapat dipercaya. Tes yang reliabel

akan menghasilkan skor yang relatif sama jika diteskan beberapa kali pada subjek

yang sama . Dengan kata lain seberapa ajeg sebuah tes jika diteskan beberapa kali

pada subjek yang sama di waktu yang berbeda."Jika demikian adanya, maka

secara logis, satu-satunya cara untuk mengestimasi reliabilitas adalah dengan

melakukan pengetesan paling tidak dua kali pada sekelompok subjek yang sama.

Tapi benarkah begitu?

Pada prakteknya kita mengenal paling tidak ada 3 pendekatan terhadap

estimasi reliabilitas. Dan orang yang memberikan jawaban seperti di atas juga

memilih metode estimasi reliabilitas yang hanya melakukan 1 kali administrasi

tes. Jadi mana tingkat keajegannya? Baiklah, mungkin beberapa orang tidak

terlalu peduli dengan hal ini. Yang penting ada angka reliabilitasnya, habis

perkara. Tapi ijinkan kami mencoba berbagi pemikiran mengenai hal ini.

Kita mulai dari konsep reliabilitas dulu. Reliabilitas seperti yang sering

diucapkan atau ditulis di buku, memiliki arti tingkat kepercayaan. Kita coba pilah

kata ini menjadi Rely dan Ability atau dapat dipercaya. Tapi apa maksud dari

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

28

dapat dipercaya ini? Yang dimaksud dapat dipercaya disini adalah seberapa besar

kita bisa mempercayai hasil tes yang kita dapatkan, atau juga seberapa besar

tingkat kesalahan yang muncul ketika seseorang mengerjakan suatu tes. Semakin

besar tingkat kesalahan yang muncul ketika seseorang mengerjakan suatu tes,

hasil yang diperoleh dari tes tersebut makin tidak dapat dipercaya, makin tidak

reliabel.

Misalnya: seseorang dites (tes apa saja, karena reliabilitas tidak terlalu

peduli dengan isu materi yang diteskan) kemudian memperoleh hasil sebesar 100.

Nah jika tes tersebut reliabel, maka kita bisa yakin bahwa kapasitas orang tersebut

memang 100. Atau dengan kata lain, angka 100 itu diperoleh bukan karena faktor

lain selain kapasitas orang tersebut. Jika angka 100 ini diperoleh lebih banyak

karena faktor lain (faktor lain ini yang disebut error), maka kita akan berkata

bahwa tes tersebut tidak reliabel.

Konsep reliabilitas didasarkan pada asumsi bahwa dalam tiap pengetesan

selalu ada

X: skor yang kita peroleh dari hasil pengetesan (skor Tampak)

T: skor yang menggambarkan kapasitas seseorang yang sesungguhnya

(skor Murni)

e: faktor lain selain kapasitas yang juga menyumbang terhadap perolehan

X yang disebut juga error.

X = T + e

Ini dapat dibaca seperti berikut : dalam setiap pengetesan, hasil tes yang

kita peroleh merupakan fungsi penjumlahan dari skor Murni dan error. Tes dapat

dikatakan reliabel jika Tes menghasilkan error yang kecil, sehingga hasil tes

makin mencerminkan kapasitas yang sebenarnya (atau X = T ).

Lalu dari mana ide "keajegan" muncul?

Diasumsikan bahwa nilai T memiliki sifat ajeg dalam beberapa kali

pengukuran pada subjek yang sama. Tapi keajegan ini hanya ada dalam abstraksi

teoretik saja, karena keajegan yang dimaksud di sini adalah keajegan T jika

memenuhi syarat tertentu :

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

29

a Tiap pengetesan bersifat saling independen, pengukuran pertama tidak

mempengaruhi pengukuran berikutnya. Jadi anggaplah seseorang dites lalu

dihipnotis untuk membuatnya lupa dengan jawaban dan soal yang telah

diberikan.

b Kapasitas orang itu sendiri belum berubah. Jadi keajegan ini hanya

mungkin jika setelah dites, orang ini dimasukkan dalam mesin waktu dan

dikembalikan ke keadaannya saat dites pertama kali.

Mustahil? Ya jelas! maka dari itu ide mengenai keajegan ini hanya ada dalam

abstraksi teoretik.

Namun demikian tentu saja kita tetap dapat mengestimasi reliabilitas

dengan cara melakukan tes berulang lalu mengkorelasikan hasil tes pertama

dengan tes kedua. Dengan mempertimbangkan beberapa kelemahan dan

persyaratannya.

2.5. Ergonomi

Istilah “Ergonomi” berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan

Nomos (hukum), sehingga ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang

aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi

berkenaan juga dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan

kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan dimana saja manusia berada

(Eko Nurmianto, 2004). Ergonomi merupakan studi tentang manusia, fasilitas

kerja dan lingkungan yang saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu

menyesuaikan suasana kerja dengan manusia.Secara umum tujuan dari penerapan

ergonomi (Tarwaka, 2004) adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental

dan mengupayakan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama waktu produktif maupun setelah

tidak produktif.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

30

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,

antropologis dan budaya dari sistem kerja, sehingga tercipta kualitas kerja

dan kualitas hidup yang tinggi.

Masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup

yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti

(Tarwaka, 2004):

1. Anthropometric

Antropometri berhubungan dengan dimensi antara ruang geometri

fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan

pengukuran dari dimensi tubuh secara linier, termasuk berat dan volume,

jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lain-lain. Masalah

antropometri merupakan ketidaksesuaian antara dimensi terhadap desain

ruang dan sarana kerja. Pemecahan masalah ini dengan memodifikasi

desain dan menyesuaikan kenyamanan.

2. Cognitive

Masalah cognitive muncul ketika beban kerja berlebih atau berada di

bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu panjang maupun

dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain

fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum.

Pemecahan masalah ini dengan melengkapkan fungsi manusia dengan

fungsi mesin untuk meningkatkan performansi.

3. Musculoskeletal

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal

tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif.

Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi

kerja atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya

sesuai dengan batas kemampuan manusia.

4. Cardiovaskular

Masalah ini diakibatkan oleh ketegangan sistem sirkulasi, termasuk

jantung. Jantung memompa lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi

tingginya permintaan oksigen. Pemecahan masalah ini dengan mendesain

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

31

kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi

pekerjaan.

5. Psychomotor

Permasalahan dalam hal ini adalah ketegangan pada sistem psychomotor.

Pemecahannya adalah dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk

disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan

performansi pekerjaan.

2.6. Antropometri

Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan

“metri” yang memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang

pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau

lemak (Survey, 2009). Menurut (Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah

studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang

antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan, posisi

ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan

sebagainya.

Gambar 1.1 Anthropometri tangan manusia

Sumber: Gambar Antropometri Tangan. 2019

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

32

Gambar 2.2 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Gambar 2.3 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

33

Gambar 2.4 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Gambar 2.5 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

34

Gambar 2.6 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Gambar 2.7 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

35

Gambar 2.8 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Gambar 2.9 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

36

Gambar 2.10 Antropometri Tubuh

Sumber: Data Antropometri Indonesia

Tabel 2.1. Keterangan Dimensi Tubuh

Sumber : Antropometri Indonesia, 2014

Gambar 2.11. Dimensi Antropometri Telapak Tangan Manusia

Sumber : Antropometri Indonesia, 2014

No Dimensi No Dimensi No Dimensi

1 D1 13 D13 25 D25

2 D2 14 D14 26 D26

3 D3 15 D15 27 D27

4 D4 16 D16 28 D28

5 D5 17 D17 29 D29

6 D6 18 D18 30 D30

7 D7 19 D19 31 D31

8 D8 20 D20 32 D32

9 D9 21 D21 33 D33

12 D12 24 D24 36 D36 Panjang Genggaman Tangan Kedepan

Keterangan

10

11

D10

D11

Tinggi Bahu Dalam Posisi

Duduk

Tinggi Siku Dalam Posisi

Duduk35

34

Panjang Kaki

Lebar Kaki

Panjang Rentang Tangan Kesamping

Panjang Rentang Siku

Tinggi Genggaman Tangan Keatas

Dalam Posisi Duduk

Tinggi Genggaman Tangan Keatas

Dalam Posisi Berdiri

Panjang Rentang Tangan Kedepan

Panjang Bahu Genggaman Kedepan

Panjang Kepala

Lebar Kepala

Panjang Tangan

Lebar Tangan

D35

D34

Panjang Lengan Bawah

Panjang Lengan Atas

Panjang Popliteal

Tinggi Lutut

Tinggi Popliteal

Lebar Sisi Bahu

Lebar Bahu Bagian Atas

Lebar Pinggul

Tebal Dada

Tebal Perut

Tinggi Dalam Posisi Duduk

Tinggi Mata Dalam Posisi Duduk

Tebal Paha

Panjang Lutut

23

22

D23

D22

Keterangan Keterangan

Tinggi Tubuh

Tinggi Mata

Tinggi Bahu

Tinggi Siku

Tinggi Pinggul

Tinggi Tulang Ruas

Tinggi Ujung Jari

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

37

Tabel 2.2. Dimensi Telapak Tangan

Sumber : Antropometri Indonesia, 2014

Manusia memiliki berbagai ukuran tubuh manusia yang berbeda antara

manusia yang satu dengan lainnya, seperti berat badan (kurus, sedang, dan berat),

ukuran tinggi tubuh ketika posisi berdiri (kecil, sedang, dan tinggi), lingkar tubuh

(kecil, sedang, dan besar) serta posisi ketika merentangkan tangan, panjang

tungkai, dan sebagainya. Data antropometri tersebut digunakan untuk berbagai

keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk

agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota

tubuh manusia yang akan menggunakannnya. Dengan antropometi dapat

mengetahui jarak yang sesuai dan ergonomis ketika terdapat interaksi antara

operator dengan kursi, meja dan seperangkat komputer. Selain itu juga dapat

mengetahui desain yang tepat dan ergonomis ketika membuat sebuah produk

seperti kursi, meja, jok mobil, dan baju.

Antropometri dapat dibagi atas antropometri structural (statis) dan

antropometri fungsional (dinamis). Antropometri statis adalah pengukuran

keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam posisi diam pada dimensi-dimensi dasar

fisik, meliputi panjang segmen atau bagian tubuh, lingkar bagian tubuh, massa

bagian tubuh, dan sebagainya. Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan

dan cirri-ciri fisik manusia ketika melakukan gerakan-gerakan yang mungkin

No Dimensi No Dimensi

1 D1 11 D11

3 D3 13 D13

6 D6 16 D16

8 D8 18 D18

9 D9 19 D19

10 D10 20 D20 Segi Empat Maksimum

Lebar Maksimum

Tebal Telapak Tangan

Lebar Telapak Tangan

Tebal Jari Telunjuk

Lebar Fungsional Maksimum

Lebar Telapak Tangan

(Metarcapal )

Diameter Genggaman

(Maksimum)

Tebal Telapak Tangan

(Metarcapal )

Tebal Telapak Tangan

(Minimum)

D7

D5

D4

D2

Panjang Jari Kelingking

Panjang Jari Tengah

Panjang Jari Telunjuk

Panjang Telapak Tangan

Lebar Jari Telunjuk

D17

D15

D14

D12

Panjang Jari Manis

Lebar Ibu Jari

Tebal Ibu Jari

7

5

4

2

Panjang tangan

Panjang Ibu Jari

Keterangan Keterangan

17

15

14

12

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

38

terjadi saat bekerja, berkaitan erat dengan dimensi fungsional, misalnya tinggi

duduk, panjang jangkauan, dan lain-lain. Dalam penerapannya, kedua

antropometri ini tidak dibedakan. Hasil pengukuran baik pada keadaan statis atau

dinamis secara umum disebut data antropometri.

Bila antropometri hanya dipandang sebagai suatu pengukuran tubuh

manusia semata, maka hal tersebut tentu dapat dilakukan dengan mudah dan

sederhana. Namun kenyataannya, banyak faktor yang harus diperhatikan ketika

data ukuran tubuh ini digunakan dalam perancangan. Salah satunya adalah adanya

keragaman individu dalam ukuran dan dimensi tubuh. Variansi ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya (Wickens, 2004; kroemer, 2003) :

1. Usia

Tinggi tubuh manusia terus bertamabah mulai dari lahir hingga usia sekitar

20-25 tahun. Usia saat berhentinya pertumbuhan pada perempuan lebih

dini daripada laki-laki. Berbeda dengan tinggi tubuh, dimensi tubuh yang

lain, seperti bobot badan dan lingkar perut mungkin tetap bertambah

hingga usia 60 tahun. Pada tahap usia lanjut, dapat terjadi perubahan

bentuk tulang seperti bungkuk pada tulang punggung, terutama pada

perempuan.

2. Jenis Kelamin

Pengamatan kita sehari-hari menunjukkan adanya perbedaan antropometri

antara laki-laki dan perempuan. Di usia dewasa, laki-laki pada umumnya

lebih tinggi daripada perempuan, dengan perbedaan sekitar 10%. Namun

perbedaan ini tidak terlihat saat usia pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan

maksimum perempuan terjadi pada usia sekitar 10-12 tahun. Pada usia ini

perempuan cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan laki-laki

seusianya.

3. Ras dan Etnis

Ukuran dan proporsi tubuh sangat beragam antar ras dan etnis yang

berbeda, misalnya antara Negroid (Afrika), Kaukasoid (Amerika Utara dan

Eropa), Mongoloid atau Asia, dan Hispanik (Amerika Selatan). Perhatikan

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

39

data berikut yang diambil dari Kroemer (2003). Tinggi rata-rata orang

Cina (bagian selatan) adalah 166 cm (laki-laki) dan 152 cm (perempuan).

Bandingkan dengan rata-rata orang Amerika Utara dengan tinggi bada

sekitar 179 cm untuk laki-laki dan 165 cm untuk perempuan. Orang Asia

biasanya mempunyai postur yang berbeda dengan Amerika dan Eropa,

dengan proporsi kaki yang lebih pendek dan punggu g lebih panjang.

4. Pekerjaan dan Aktivitas

Perbedaan dalam ukuran dan dimenis fisik dapat dengan mudah kita

temukan pada kumpulan orangg yang mempunyai aktivitas kerja berbeda.

Sebagai contoh, petani didesa yang terbiasa melakukan kerja fisik berat

memiliki antropometri yang berbeda dengan orang-orang yang tinggal di

kota dengan jenis pekerjaan kantoran yang hanya duduk didepan

komputer. Orang yang berolahraga secara rutin juga mempunyai postur

tubuh yang berbeda dengan mereka yang jarang berolahraga.

5. Kondisi Sosio-ekonomi

Faktor kondisi sosio-ekonomi berdampak pada pemberian nutrisi dan

berpengaruh pada tingkat pertumbuhan badan. Selain itu, faktor ini juga

berhubungan dengan kemampuan untuk mendapatkan pendidikan yang

lebih tinggi. Mahasiswa memiliki tinggi tubuh yang lebih tinggi daripada

teman seusianya yang bukan mahasiswa. Panero dan Zelnik (1979)

menggambarkan hubungan yang linier antara rata-rata tinggi badan dan

bobot anak-anak di Amerika Serikat dengan pendapatan keluarga dan

tingkat pendidikan terakhir orang tua.

Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan pada tinggi

tubuh rata-rata manusia antargenerasi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh

meningkatnya kemakmuran dan asupan gizi yang lebih baik dibandingkan

generasi sebelumnya. Basis data antropometri biasanya dibedakan atas 5 faktor

diatas. Pembedaan ini dilakukan agar dalam penggunaannya dapat disesuaikan

secara spesifik dengan karakteristik populasi target pengguna hasil rancangan,

misalnya apakah target adalah laki-laki atau perempuan, atau berasal dari

kelompok ras tertentu dan kelompok pekerja tertentu. Faktor usia biasanya

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

40

dibedakan atas anak-anak, remaja, dan dewasa dengan mencantumkan kisaran

umur yang dimaksud/diasumsikan. Selain itu, pada suatu basis data juga

tercantum tahun pengambilan data (berhubungan dengan kondisi sosio-ekonomi),

jumlah sampel data (berhubungan dengan tingkat keyakinan secara statistik), serta

simpangan baku (menggambarkan variasi data).

Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam perancangan

produk, diantaranya sebagai berikut :

1. Perancangan berdasarkan individu besar/kecil (konsep persentil

kecil/besar)

Dalam konsep ini, mereka yang mempunyai tubuh besar atau tubuh kecil

dijalankan sebagai pembatas besarnya populasi pengguna yang akan

diakomodasi oleh rancangan. Biasanya dijadikan acuan adalah persentil

besar (P95) atau persentil kecil (P5). Idealnya memang suatu rancangan

dapat mengakomodasi 100% populasi jika tidak ada kendala dalam biaya,

estetika dan aspek teknis. Rancangan yang mampu mengakomodasi 100%

pengguna diperlukan ketika faktor keselamatan (safety) menjadi

pertimbangan, misalnya tinggi posisi alarm berbahaya. Dalam hal ini,

tinggi posisi alarm bahaya dapat mengacu kepada tinggi bahu berdiri

dengan menggunakan P1 sehingga setiap orang jika diperlukan dapat

menjangkau dengan cepat dan mudah.

2. Perancangan yang dapat disesuaikan

Konsep ini digunakan untuk berbagai produk atau alat yang dapat diatur

atau disesuaikan panjang, lebar, dan lingkarnya sesuai dengan kebutuhan

pengguna. Kisaran kemampu-sesuaian ini biasnya mulai dari perempuan

dengan persentil 5 hingga laki-laki dengan persentil 95. Namun tidak

etrtutup kemungkinan terdapat kisaran yang lebih besar untuk menampung

presentase populasi yang lebih besar. Perancangan dengan pendekatan ini

merupakan konsep yang ideal namun membutuhkan dukungan teknis dan

biaya yang mahal. Contoh produk yang biasanya menggunakan

pendekatan ini adalah kursi atau meja dengan tinggi yang dapat dinaik-

turunkan, kemiringan yang bisa diatur dan sebagainya.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - smartlib.umri.ac.id · 7 untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya. 3. Menentukan Tujuan dan

41

3. Perancangan berdasarkan individu rata-rata

Pendekatan ini digunakan jika dua konsep sebelunya, perancangan

berdasar individu ekstrem dan perancangan yang dapat disesuaikan, tidak

relevan atau tidak mungkin dilaksanakan. Perhatikan alat pengecek harga

di supermarket. Ketinggian penempatan benda ini dirancang berdasarkan

individu rata-rata, dan tidak berdasarkan persentil kecil atau besar,

sehingga tidak terlalu rendah bagi orang yang bertubuh diatas rata-rata dan

tidak juga terlalu tinggi bagi orang yang bertubuh dibawah rata-rata.

Penempatan produk ini tidak terlalu dirancang agar dapat diatur

ketinggiannya, mengingat fungsinya sebatas pengecek harga untuk

penggunaannya yang hanya beberapa detik.

4. Perlu diketahui bahwa konsep perancangan berdasarkan indiviidu rata-rata

ini bukan didasarkan atas seorang individu “manusia rata-rata”. Hal ini

karena tidak ada individu yang disebut pria atau wanita rata-rata, sehingga

seluruh ukuran tubuhnya dapat dijadikan sebagai referensi perancangan.

Seseorang mungkin saja memiliki tinggi tubuh rata-rata, namun ukuran

tubuh yang lain misalnya panjang tangan, tinggi lutut dan sebagainya tidak

merupakan rata-rata dari populasi.

Basis data antropometri merupakan sumber utama informasi yang

diperlukan untuk perancangan, baik perancangan temapt kerja, produk atau objek

lainnya.