bab ii landasan teori€¦ · 7 bab ii landasan teori 2.1 manajemen pendidikan manajemen merupakan...

36
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pendidikan Manajemen merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Keberhasilan manajemen ditentukan oleh kinerja seorang manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah pada satuan pendidikan. Oleh karena itu agar penyelenggara pendidikan berhasil dengan baik diperlukan manajemen pendidikan yang baik pula. Kepala Sekolah sebagai top manager harus mampu mengelola pendidikan di sekolah dengan melibatkan tenaga pendidikan dan guru untuk mencapai tujuan sekolah. Pengelolaan pendidikan di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah hendaknya dilakukan secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman (2014: 602) yang mengatakan bahwa manajemen pendidikan merupakan budaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus dengan memfokuskan pada masyarakat/wali murid yang menyekolahkan anak-anaknya demi mendapatkan kepuasan jangka panjang dan peran serta warga sekolah keluarga, masyarakat dan pemerintah. Perbaikan secara terus menerus hanya bisa dicapai dengan memberdayakan orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Perbaikan dimulai dari yang sederhana, mudah, dan kecil untuk mencapai keberhasilan. (Husaini Usman, 2014:603).

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Manajemen PendidikanManajemen merupakan faktor yang paling penting

    dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah.

    Keberhasilan manajemen ditentukan oleh kinerja seorang

    manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah pada satuan

    pendidikan. Oleh karena itu agar penyelenggara

    pendidikan berhasil dengan baik diperlukan manajemen

    pendidikan yang baik pula. Kepala Sekolah sebagai top

    manager harus mampu mengelola pendidikan di sekolah

    dengan melibatkan tenaga pendidikan dan guru untuk

    mencapai tujuan sekolah.

    Pengelolaan pendidikan di sekolah yang dilakukan

    oleh kepala sekolah hendaknya dilakukan secara terus

    menerus. Hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman

    (2014: 602) yang mengatakan bahwa manajemen

    pendidikan merupakan budaya untuk meningkatkan

    mutu pendidikan secara terus menerus dengan

    memfokuskan pada masyarakat/wali murid yang

    menyekolahkan anak-anaknya demi mendapatkan

    kepuasan jangka panjang dan peran serta warga sekolah

    keluarga, masyarakat dan pemerintah.

    Perbaikan secara terus menerus hanya bisa dicapai

    dengan memberdayakan orang-orang yang ada dalam

    organisasi tersebut. Perbaikan dimulai dari yang

    sederhana, mudah, dan kecil untuk mencapai

    keberhasilan. (Husaini Usman, 2014:603).

  • 8

    Salah satu peranan sekolah dalam meningkatkan

    budaya mutu menurut Sallis (2014:624) adalah

    mengembangkan kualitas pendidik dan tenaga

    kependidikan (staf) melalui pelatihan. Pelatihan dapat

    meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga

    kependidikan. Kompetensi seorang pendidik antara lain

    menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

    pembelajaran.

    2.2 Kompetensi Guru Istilah kompetensi dari kata “Competent” yang

    berarti kemampuan, kompetensi merupakan kemampuan

    individual dan mampu menguasai atau melaksanakan

    suatu pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan

    atau peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat

    memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan

    pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team

    work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap

    kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan

    pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau

    kesuksesannya ketika bekerja (Suyuti, 2003:17).

    Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan,

    keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,

    dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan

    tugas keprofesionalannya (Saragih, 2006: 29).

    Kompetensi adalah kemampuan kecakapan,

    keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut

    ketentuan hukum, (Syah 2000:30). Selanjutnya masih

    menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru

    adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan

  • 9

    kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan

    layak. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan

    sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam

    menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten

    dan profesional adalah guru yang piawai dalam

    melaksanakam profesinya. Bahwa dalam menjalankan

    kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi

    dalam tiga bagian (Adlan, 2000: 32) yaitu:

    a. Kompetensi kognitif, yaitu kemampuan

    dalam bidang intelektual seperti

    pengetahuan tentang belajar mengajar,

    dan tingkah laku individu.

    b. Kompetensi efektif, kesiapan dan

    kemampuan guru dalam berbagai hal

    yang berkaitan dengan tugas.

    c. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan

    dalam berperilaku, seperti membimbing

    dan menilai.

    Kompetensi dapat memberikan suatu gambaran

    perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge)

    seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang

    dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan (ability)

    dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan

    keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Kompetensi

    merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai

    tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang

    dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan

    untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga

    pendidikan.

  • 10

    2.3 Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP 2.3.1 Pengertian Kompetensi

    Istilah kompetensi mempunyai banyak

    makna.Menurut Broke and Stone dalam Buku Standar

    Kompetensi dan sertifikasi Guru (Mulyasa, 2013)

    mengemukakan kompetensi adalah.... desscriptive of

    qualittative nature of teacher behavior appears to be

    entirely meaningful, ....bahwa (kompetensi guru

    merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku

    guru yang penuh arti. Sementara Suyuti (2003)

    mengungkapkan bahwa kompetensi dapat memberikan

    suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan

    (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta

    potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas

    kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang

    bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya

    ketika bekerja.Sedangkan dalam Undang-Undang

    Republik Indonesia. No 14 tahun 2015 tentang Guru dan

    Dosen Pasal 1 ayat 10, dijelaskan bahwa kompetensi

    adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

    perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh

    guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

    keprofesionalnya. Definisi yang lain kompetensi

    merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan

    yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang

    diharapkan. (Mulyasa, 2013:25).

    Jadi kompetensi, dapat diartikan kemampuan yang

    meliputi perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan

    (knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta

    potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas

  • 11

    kecakapan (ability) yang diperoleh melalui pendidikan

    dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya.

    2.3.2 Kompetensi Menyusun RPP

    Menurut Dirgantara Wicaksono, (2014:5)

    Kompetensi seorang guru yang memenuhi standar yang

    terdiri dari empat komponen kompetensi yang terdiri dari:

    kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi

    wawasan kependidikan, kompetensi akademik atau

    vokasional, dan kompetensi pengembangan profesi.

    Sedangkan kompetensi pengelolaan pembelajaran terdiri

    atas kemampuan menyusun rencana pembelajaran, dan

    kemampuan melaksanakan pembelajaran.Dalam

    penelitian action research ini lebih ditekankan dan

    dibatasi hanya kepada komponen kompetensi pengelolaan

    pembelajaran saja. Itupun dibatasi hanya kepada

    kemampuan menyusun rencana pembelajaran.

    Adapun standar kompetensi guru yang utama

    adalah: kemampuan menyusun rencana pembelajaran,

    kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan

    kemampuan menilai prestasi belajar. Kemampuan

    menyusun rencana pembelajaran meliputi: a)

    mendeskripsikan tujuan pembelajaran, b) menentukan

    materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan,

    c) mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan

    kelompok, d) mengalokasikan waktu, e) menentukan

    metode pembelajaran yang sesuai, f) merancang prosedur

    pembelajaran, g)menentukan media pembelajaran/alat

    praktikum (dan bahan) yang akan digunakan, h)

    menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku,

  • 12

    modul, program komputer dan sejenisnya), dan i)

    menentukan teknik penilaian yang sesuai (Paul Suparno,

    2004:8).

    Dengan demikian kompetensi guru menyusun RPP

    yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

    guru yang meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam

    menyusun RPP. Kemampuan pengetahuan merupakan

    kemampuan menguasai tentang teori penyusunan RPP.

    Kemampuan keterampilam merupakan kemampuan

    menyusun produk RPP berdasarkan kaidah-kaidah

    penyusunannya.

    2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Kurikulum 20132.4.1 Pengertian

    Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus

    dan RPP. Silabus merupakan sebagian sub-sistem

    pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang

    lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan.

    Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran adalah

    penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator

    yang ditetapkan.

    Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66)

    menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran

    merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-

    komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis

    sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan

    yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif

    dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan

    kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat).

  • 13

    Perencanaan program pembelajaran adalah hasil

    pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan.

    Selanjutnya Oemar Hakim (dalam Kurniawati 2009:74)

    menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran

    pada hakekatnya merupakan perencanaan program

    jangka pendek untuk memperkirakan suatu proyeksi

    tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan

    pembelajaran”.

    Permendiknas No. 103 tahun 2014 menyatakan,

    “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah

    rencana yang menggambarkan prosedur dan

    pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

    kompetensi dasar dalam beberapa pertemuan yang

    mengacu pada standar isi, standar kelulusan dan telah

    dijabarkan dalam silabus.”

    Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Kurikulum 2013 dilakukan oleh guru berdasarkan

    prinsip-prinsip pengembangan yang tertera pada

    Permendikbud No.103 tahun 2014 dan pelaksanaannya

    menerapkan pendekatan saintifik, pembelajaran tematik

    integratif dan penilaian autentik. (Kemendikbud,

    2013:120). Hal pokok yang harus diperhatikan guru

    dalam mendesain pembelajaran Kurikulum 2013 meliputi

    mengorganisasikan tema, mengumpulkan bahan dan

    sumber, merancang kegiatan saintifik dan projek serta

    menyusun skenario pembelajaran dengan langkah-

    langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

    menalar, dan mengomunikasikan. (Ibnu Hajar, 2013:58).

    Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

    bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya

  • 14

    menyusun perencanaan pembelajaran yang akan

    dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum

    sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.

    Dalam Kurikulum 2013, guru bersama warga

    sekolah berupaya menyusun kurikulum dan perencanaan

    program pembelajaran, meliputi: program tahunan,

    program semester, silabus, dan rencana peleksanaan

    pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan

    belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi

    Dasar. RPP merupakan acuan guru dalam melaksanakan

    pembelajaran untuk setiap KD. Oleh karena itu, apa yang

    tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung

    berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya

    pencapaian penguasaan suatu KD.

    2.4.2.Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Kurikulum 2013

    Menurut Permendiknas No. 103 Tahun 2014,

    komponen RPP terdiri dari a). identitas mata pelajaran,

    (b) kompetensi inti, (c) kompetensi dasar, (d) indikator

    pencapaian kompetensi, (e) materi ajar, (f) alokasi waktu,

    (g) kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintific

    dan tematik integratif. (h) sumber belajar, (i) penilaian

    hasil belajar meliputi: soal, skor dan kunci jawaban.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19

    2005 pasal 20 menyatakan bahwa, ”RPP minimal

    memuat sekurang-kurangnya lima komponen yang

    meliputi: (1) tujuan pembelajaran, (2) materi ajar, (3)

  • 15

    metode pengajaran, (4) sumber belajar, dan (5) penilaian

    hasil belajar.”

    Jadi komponen RPP Kurikulum 2013 yang ideal

    berdasarkan peraturan Permendikbud 103 tahun 2014

    dan PP No. 19 tahun 2005 di atas dapat dijabarkan

    sebagai berikut:

    IDENTITAS

    Pada komponen ini guru mengisi identitas sekolah,

    kelas semester, tema, subtema, pembelajaran, dan

    pertemuan. Komponen identitas selalu ditulis setiap satu

    perangkat pembelajaran.

    A. Kompetensi Inti

    Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2013:134)

    menjelaskan kompetensi Inti merupakan terjemahan atau

    operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus

    dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan

    pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan

    tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang

    dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan

    keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang

    harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang

    sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus

    menggambarkan kualitas yang seimbang antara

    pencapaian hard skills dansoftskills.

    Dengan demikian Kompetensi Inti berfungsi sebagai

    unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Bahan untuk

    mengisi kompetensi inti berasal dari silabus meliputi

    kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan

    keterampilan. Setiap kelas mempunyai kompetensi inti

  • 16

    yang berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan peserta

    didik.

    B. Kompetensi Dasar

    Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap

    mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari

    Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau

    kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan

    ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang

    harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut

    dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik

    peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu

    mata pelajaran

    1. KD pada KI-1

    2. KD Pada KI-2

    3. KD Pada KI-3

    4. KD Pada KI-4

    KD merupakan penjabaran dari KI yang diambil dari

    silabus. KD juga terdapat pada bagian awal tema buku

    guru.

    C. Indikator Pencapaian Kompetensi

    Dalam penyusunan indikator perlu memperhatikan

    kriteria;spesifik yaitu hanya mengandung satu perilaku.

    Contoh pernyataan yang menggandung satu perilaku;

    merancang rencana kegiatan. Dalam penyusunan

    indikator hasil belajar harus memuat satu kata kerja

    operasional,berorientasi pada siswa yang menggambarkan

    kompetensi siswa yang diharapkan mencakup ranah

    sikap, pengetahuan dan keterampilan.

    Pengembangan indikator memperhatikan KD dan KI

    seperti berikut:

  • 17

    1. Indikator KD pada KI-1

    2. Indikator KD Pada KI-2

    3. Indikator KD Pada KI-3

    4. Indikator KD Pada KI-4

    Pengembangan indikator meliputi semua KD. Indikator 1

    dan 2 merupakan kompetensi yang bersifat umum tersirat

    dalam pembelajaran. KD 3 dan 4 lebih spesifik dan harus

    tampak dalam pembelajaran.

    D. Tujuan Pembelajaran

    Tujuan pembelajaran dikembangkan dari indikator.

    Tujuan pembelajaran memperhatikan unsur audience

    (peserta didik), behavior (perilaku), condition (metode yang

    digunakan),dan degree (batasan). Tujuan pembelajaran

    pada RPP Kurikulum 2013 berbasis kompetensi bukan

    berbasis konten (materi). Penyusunan tujuan

    pembelajaran mengembangkan hanya dari KD

    pengetahuan dan keterampilan yang tampak pada

    pembelajaran (direct learning). Untuk kompetensi sipritual

    dan sikap terimplisit pada pembelajaran secara tidak

    langsung (indirect learning).

    E. Materi Pembelajaran

    Materi pembelajaran ditulis hanya pokok-pokoknya

    saja menggunakan kata benda. Materi pembelajaran

    dapat mengambil dari buku siswa, buku guru,lingkungan,

    dan informasi lain yang relevan seperti dari majalah,

    buletin, buku refensi dan pengayaan. Materi secara

    lengkap tertulis pada lampiran RPP. Pengembangan

    materi/bahan ajar harus memenuhi syarat ilmiah untuk

    membangun pola berfikir peserta didik. (Imas Kumiasih

    dan Berlin Sani, 2014:25).

  • 18

    F. Metode/Model Pembelajaran

    Pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013

    beragam antara lain saintifik, projek based learning,

    problem based learning, dan discovery learning. Model

    pembelajaran kurikulum 2013 beragam dan sangat

    menarik. Fungsi model pembelajaran sebagai pedoman

    guru dalam melaksanakan pembelajaran. (Aris Shoimin,

    2014:24). Pengembangan metode/model pembelajaran

    memperhatikan karakteristik peserta didik, keluasan

    materi, dan tujuan pembelajaran.

    G. Kegiatan Pembelajaran (Remidi/Pengayaan)

    Kegiatan pembelajaran kurikulum 2013

    menggunakan pembelajaran saintifik dan tematik

    integratif dengan urutan pembelajaran secara sistematis

    meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

    menalar, dan mengomunikasikan. Memungkinkan

    menggunakan pendekatan lainya yang relevan dengan

    situasi dan kondisi di kelas. Pada langkah pembelajaran

    tematik integratif perpindahan materi antar mata

    pelajaran sangat halus (tidak terlihat).

    H. Penilaian

    Penilaian Kurikulum 2013 lebih ditekankan

    menggunakan outentik (Sunarti dan Selly Rahmawati,

    2014: 3). Penilaian Otentik harus disertai rubrik. Penilaian

    setiap pertemuan memuat 4 aspek kompetensi yaitu

    spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sebelum

    menyusun rubrik mencamtumkan kriteria terlebih

    dahulu. Guru berkewajiban mengembangkan rubrik

    penilaian pada RPP dan digunakan dalam pembelajaran.

    I. Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar

  • 19

    Pemilihan media, bahan, dan sumber belajar

    menyesuaikan karakteristik peserta didik, lingkungan,

    dan kemampuan guru. Pemilihan media, alat, bahan, dan

    sumber belajar dibuat menarik agar bisa menarik

    perhatian dan akan menumbuhkan rasa ingin tahu

    peserta didik. (Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2014:

    152).

    2.4.3.Langkah–langkah Menyusun Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013

    Menurut Supinah (2008: 27-32) langkah

    penyusunan RPP adalah sebagai berikut:

    a. Mengkaji silabus

    Mengkaji silabus meliputi: KI dan KD, materi

    pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian

    pembelajaran, alokasi waktu dan sumber. belajar.

    b. Menuliskan identitas

    Identitas ini meliputi: 1).Sekolah, yaitu nama sekolah

    dari satuan pendidikan SD. 2).Tema/subtema/PB,

    yaitu dapat diperoleh/mengacu pada silabus, buku

    teks pelajaran, dan buku panduan guru.

    3).Kelas/semester, yaitu disesuaikan dengan

    kelas/semester yang sedang berlangsung. 4).Alokasi

    waktu, adalah keseluruhan waktu yang diperlukan

    untuk pencapaian KD dan beban belajar.

    c. Menulisakan KI dan KD

    Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran secara

    kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap,

    pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari

    siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan

  • 20

    matapelajaran. Kompetensi Dasar adalah sejumlah

    kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam

    mata pelajaran tertentu dan merupakan kemampuan

    spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

    keterampilan yang terkait muatan pelajaran.

    Kompetensi dasar ini sebagai rujukan penyusunan

    indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran.

    Pada bagian ini dituliskan kompetensi dasar yang

    harus dimiliki peserta didik setelah proses

    pembelajaran berakhir, cukup dengan cara mengutip

    pada Permendikbud nomor 57 Tahun 2014 atau silabus

    pembelajaran.

    d. Menuliskan indikator

    Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi

    yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam

    KI-KD. Indikator dimulai dari tingkatan berpikir

    mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke

    jauh, dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya).

    Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal

    KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi

    minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa.

    Indikator harus menggunakan kata kerja operasional

    yang sesuai

    e. Menuliskan tujuan pembelajaran

    Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil

    belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik

    sesuai dengan KD.Tujuan pembelajaran ini dibuat

    mengacu KI, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.

    Tujuan pembelajaran ini adalah tujuan yang akan

    dicapai selama proses pembelajaran

  • 21

    berlangsung.Tujuan pembelajaran dirumuskan

    berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja

    operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

    mencakup sikap, pengetahuan, dan

    keterampilan.Tujuan dapat diorganisasikan mencakup

    seluruh KD atau diorganisasikan setiap

    pertemuan.Tujuan pembelajaran yang dinyatakan

    dengan baik mulai dengan menyebut Audience peserta

    didik untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu

    kemudian mencantumkan Behavior atau kemampuan

    yang harus didemonstarsikan dan Condition seperti apa

    perilaku atau kemampuan yang akan diamati.

    Akhirnya, tujuan itu mencantumkan Degree

    keterampilan baru itu harus dicapai dan diukur, yaitu

    dengan standar seperti apa kemampuan itu dapat

    dinilai.

    f. Mengembangkan Materi Pembelajaran

    Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok

    yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

    relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai

    dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.

    Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks

    pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain

    berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks

    pembelajaran dari lingkungan sekitar yang

    dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran

    reguler, pengayaan, dan remedial.

    g. Metode

    Metode pembelajaran ini merupakan rincian dari

    kegiatan pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk

  • 22

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

    agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan

    dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan

    dicapai.

    h. Menjabarkan kegiatan pembelajaran

    Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada

    silabus dalam bentuk yang lebih operasional berupa

    pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi

    peserta didik dan satuan pendidikan termasuk

    penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar.

    Kegiatan pembelajaran ini mengacu pada pendekatan,

    strategi, model, dan metode pembelajaran yang

    menggambarkan kegiatan berikut.

    i. Menentukan alokasi waktu

    Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan

    untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan

    mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia

    dalam silabus dan KD yang harus dicapai, yang

    selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan,

    inti, dan penutup.

    j. Mengembangkan penilaian

    Penilaian, memuat prosedur dan instrumen penilaian

    proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator

    pencapaian dan mengacu kepada standar penilaian.

    Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara

    menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian,

    serta membuat pedoman penskoran. Selanjutnya

    menentukan strategi pembelajaran remedial segera

    setelah dilakukan penilaian.

    k. Menentukan media/alat, bahan, dan sumber belajar

  • 23

    Media/alat pembelajaran, berupa alat bantu proses

    pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran

    yang memudahkan memberikan pengertian kepada

    siswa. Bahan berupa bahan yang digunakan selama

    proses pembelajaran berlangsung. Sumber belajar,

    dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

    sekitar, atau sumber belajar lain yang

    relevan.Menentukan media, alat, bahan dan sumber

    Belajar ini disesuaikan dengan yang telah ditetapkan

    dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.

    2.5 In House Training Model Partisipatif2.5.1 Pengertian In House Training

    KataIn House Training berasal dari istilah in house

    yang berarti dalam rumah dan training berarti pelatihan.

    Robbins, Stephen P, (2001:282), training atau pelatihan

    yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang

    direncanakan sendiri secara matang dan mempunyai

    suatu format pelatihan yang terstruktur. Menurut Gomes

    (2003:197), in house training adalah setiap usaha untuk

    memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan

    tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau

    satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya

    di tempat sendiri. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright

    (2003:251) mengemukakan, In House Training merupakan

    suatu usaha yang terencana di tempat sendiri untuk

    memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang

    berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku

    oleh para pegawai.

  • 24

    Pendapat lainnya in House Training merupakan

    program pelatihan yang diselenggarakan di tempat

    sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi

    guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan

    mengoptimalkan potensi-potensi yang ada (Sujoko, 2012:

    40). In House Training merupakan pelatihan yang

    diselenggarakan di tempat peserta pelatihan (Danim,

    2012: 94)

    Hal ini senada dengan apa yang disampaikan

    Supriyanto, (2013:998) bahwa in House Training

    merupakan pelatihan yang dilaksanakan secara internal

    oleh kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang

    ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan yang

    dilakukan berdasar pada pemikiran bahwa sebagian

    kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier

    guru tidak harus dilakukan secara eksternal, namun

    dapat dilakukan secara internal oleh guru sebagai trainer

    yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru

    lain. Sedangkan ketentuan peserta dalam IHT minimal 4

    orang dan maksimal 15 orang.

    Dengan demikian In House Training adalah program

    pelatihan atau training yang diselenggarakan oleh suatu

    perusahaan atau organisasi dengan menggunakan tempat

    pelatihan sendiri, peralatan sendiri, menentukan peserta

    dan dengan mendatangkan Trainer sendiri. Penyelenggara

    bertugas menyiapkan tempat, kemudian menyediakan

    peralatan dan mendatangkan Trainer yang sesuai dengan

    topic tertentu yang butuhkan.

  • 25

    2.5.2 Tujuan In House Training

    In house training biasanya diselenggarakan dengan

    berbagai tujuan dan target tertentu. Tujuan In House

    Training diantaranya:

    a. Meningkatkan kualitas kompetensi guru di sekolah.

    Hal ini diharapkan dapat mendukung program

    sekolah dalam upaya mencapai sasaran yang telah

    ditetapkan. Bekerja sesuai Misi dan Visi sekolah.

    b. Menciptakan interaksi antar guru di sekolah. Jika

    sekolah memiliki banyak guru dengan latar

    belakang yang berbeda, pengalaman yang berbeda,

    dan kualitas yang berbeda. Dengan In House

    Training peserta dapat bertukar informasi sehingga

    bukan tidak mungkin ini cara yang paling efektif

    untuk menciptakan standarisasi kinerja.

    c. Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan

    antarguru. Karena mereka bekerja untuk satu

    naungan yang sama, bukan tidak mungkin mereka

    tidak lagi kaku untuk sharing, bersahabat dan lebih

    kompak. Dengan ini pembelajaran akan semakin

    berkualitas.

    d. Meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang

    berkesinambungan. Hal ini bisa mengeksplorasi

    permasalahan-permasalahan yang dihadapi di

    lapangan yang berkaitan dengan peningkatan

    peningkatan kompetensi, sehingga dapat mencari

    solusi terbaik secara bersama-sama.

  • 26

    2.5.3 Materi In House Training

    Materi dalam In house training biasanya relevan

    dengan permasalahan yang lebih spesifik yang diminta

    oleh sekolah penyelenggara terkait. Peserta dan

    penyelenggara sendiri yang menentukan topik apa yang

    ingin dibahas. Materi pelatihan akan di rancang secara

    khusus oleh pihak trainer yang diundang agar relevan dan

    berkaitan langsung dengan kompetensi guru pada suatu

    bidang tugas tertentu dan mencari solusi jika terdapat

    permasalah terkait. Trainer atau narasumber bisa berasal

    dari guru di sekolah yang berkompeten dan memiliki

    sertifikat resmi sebagai instruktur. Dengan demikian, ini

    bisa menjadi jaminan bahwa sekolah akan dapat

    meningkatkan kompetensi guru dan output para peserta

    secara langsung.

    2.5.4 Tempat Penyelenggaraan In House Training

    Tempat penyenggaraan in house training ditentukan

    oleh pihak penyenggara, bisa di kantor sendiri, hotel atau

    tempat yang sudah ditentukan. Tempat pelatihan harus

    benar-benar diperhatikan, pastikan bahwa tempat dapat

    mendukung efektifitas jalannya pelatihan. Bila perlu

    relevan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga

    peserta dapat melihat dan mempelajarinya secara

    langsung.

    2.5.5 Peserta In House Training

    Jika dalam training terbuka pada umumnya, siapa

    pun bisa mendaftar. Sedangkan in house training para

    peserta biasanya ditentukan sekolah yang

  • 27

    menyenggarakan. Termasuk jumlah peserta itu sendiri,

    sekolah terkait harus menentukan sesuai dengan

    kesepakatan dengan pihak Trainer yang diundang atau

    dari kalangan sendiri.

    2.5.6 Kelebihan Menyelenggarakan In HouseTraining

    In House Training banyak menjadi pilihan

    penyelenggaraan pelatihan guru. Karena mempunyai

    beberapa kelebihan, diantaranya:

    a. Biaya lebih murah

    b. Hasil bisa lebih maksimal

    c. Peserta dari satu sekolah sehingga lebih nyaman

    dan tidak khawatir bocornya rahasia penting atau

    masalah intern yang terjadi di sekolah.

    d. Materi lebih spesifik

    2.5.7 Model-model In House Training

    Mustofa Kamil (2013:13) mengemukaan model-model

    in house training dapat dilakukan sebagai berikut:

    a. Model Induktif

    Model pelatihan ini dilakukan dari pihak yang

    terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah

    pihak yang luas, dan menyeluruh. Oleh karena itu,

    melalui pendekatan ini diusahakan secara langsung

    pada kemampuan yang telah dimiliki setiap

    Sasaran didik (pelatihan), kemudian

    membandingkannya dengan kemampuan yang

    diharapkan atau harus dimiliki sesuai dengan

    tuntutan yang datang kepada dirinya

    b. Model Deduktif

  • 28

    Model pelatihan ini akan menetapkan kebutuhan

    pelatihan (belajar) untuk peserta pelatihan yang

    memiliki karakteristik yang sama, maka

    pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan

    pertimbangan kepada semua peserta pelatihan

    (sasaran). Hasil identifikasi diduga dibutuhkan

    untuk keseluruhan peserta pelatihan (sasaran) yang

    mempunyai ciri-ciri yang sama. Hasil identifikasi

    macam ini digunakan dalam menyusun materi

    pelatihan (belajar) yang bersifat massal dan

    menyeluruh

    c. Model Klasik

    Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan

    bahan belajar yang telah ditetapkan dalam

    kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan

    belajar yang dirasakan peserta pelatihan (sasaran).

    Berbeda dengan model yang pertama, pada model

    ini pelatih (tutor) telah memiliki pedoman yang

    berupa kurikulum, umpamanya Kurikulum

    pelatihan prajabatan, kurikulum pelatihan

    kepemimpinan, satuan pelajaran dalam pelatihan,

    dan, modul. Identifikasi kebutuhan belajar

    pelatihan dilakukan secara terbuka dan langsung

    kepada peserta pelatihan (sasaran) yang sudah ada

    di kelas.

    d. Model Partisipatif

    Model partisipatif menekankan pada proses

    pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan

    dibangun atas dasar partisipasi aktif (keikut sertaan)

    peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan

  • 29

    pelatihan, mulai dari kegiatan merencanakan,

    melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan

    pembelajaran dalam pelatihan. Upaya yang dilakukan

    pelatih pada prinsipnya lebih ditekankan pada motivasi

    dan melibatkan kegiatan peserta.

    2.5.8 Langkah-langkah IHT Model Partisipatif

    Menurut Mustofa Kamil (2013:14)

    mengemukakan bahwa langkah-langkah IHT Model

    Partisipatif sebagai berikut:

    a. Mengadakan perekrutan peserta IHT.

    Pada tahap perekrutan peserta pelatihan

    diadakan pendataan terlebih dahulu.

    Kemudian peserta mengisi biodata yang

    tersedia dan kebutuhan materi yang akan

    digunakan dalam pelatihan.

    b. Mengidentifikasi sumber, kebutuhan, dan

    hambatan.

    Pada tahap ini penyelenggara bersama peserta

    mengidentifikasi sumber materi pelatihan sesuai

    kebutuhan dalam peningkatan kompetensi dan

    hambatan yang mungkin terjadi dalam

    pelatihan.

    c. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.

    Peserta dan penyelenggara menentukan tujuan

    umum dan khusus secara bersama. Tujuan

    umum dan khusus dijabarkan menjadi

    indikator pencapaian pada soal pre dan post

    test.

    d. Menyusun instrumen pre dan post tes.

  • 30

    Pada tahap ini penyelenggara menyusun soal

    pre test untuk menjajaki kemampuan peserta,

    dan post test untuk mengukur ketercapaian

    penguasaan materi.

    e. Menyusun urutan kegiatan(jadwal),bahan,

    metode,dan teknik.

    Penyusunan jadwal dan kegiatan

    memperhatikan kondisi peserta. Narasumber

    mempersiapkan bahan, metode, dan teknik

    yang memungkinkan terjadinya interaktif dan

    partisipasif dalam pelatihan.

    f. Mengadakan pelatihan pelatih (narasumber).

    Pada tahap ini terlebih dahulu diadakan

    pelatihan untuk memastikan kesesuaian

    antara bahan, metode, dan teknik latihan.

    g. Melaksanakan pre test.

    Soal pre test diberikan pada awal pelatihan

    dengan mengacu pada indikator pencapaian

    yang telah ditentukan. Soal ini hanya untuk

    menjajaki kemampuan awal peserta sebelum

    menerima pelatihan.

    h. Melaksanakan proses pelatihan.

    Pelatihan dilaksanakan sesuai jadwal dan

    urutan kegiatan dengan memperhatikan

    keterlibatan peserta secara katif. Proses latihan

    memberikan kesempatan peserta seluas-

    luasnya untuk menemukan informasi

    sementara narasumber sebagai fasilitator.

  • 31

    i. Mengadakan evaluasi post tes.

    Soal post test diberikan pada akhir pelatihan

    dengan mengacu pada indikator pencapaian

    yang telah ditentukan. Soal ini untuk

    mengukur keberhasilan peserta menerima

    pelatihan.

    Langkah-langkah penelitian ini digunakan

    peneliti dalam melaksanakan IHT Model Partisipatif

    di SDN Kedungori 1 sesuai dengan situasi dan

    kondisi tempat penelitian. In House Training model

    partisipatif sangat cocok untuk sekolah yang

    sebagian besar gurunya berkompenten. SDN

    Kedungori 1 memiliki 10 guru minimal berijazah

    sarjana, maka lebih tepat melakukan kegiatan IHT

    dengan model partisipatif.

    2.6 Penelitian Tindakan Sekolah2.6.1 Pengertian PTS

    Penelitian tindakan merupakan proses

    pengumpulan, pengolahan, analisis,dan penyimpulan

    data dari suatu jenis dan isi tindakan yang

    sengaja direncanakan dan dilaksanakan untuk

    memperbaiki metode kerja yang efektifdalam

    melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya

    (Nana Sujana, 2010).

    Penelitian tindakan merupakan cara ilmiah

    yang sitematis dan bersifat siklus digunakan untuk

    mengkaji situasi sosial, dan memahami

    permasalahannya, serta selanjutnya menemukan

    pengetahuan yang berupa tindakan untuk

  • 32

    memperbaiki situasi sosial tersebut. Dibedakan

    menjadi dua yaitu PTK dan PTS. (Sugiyono, 2014:

    697-698).

    Dari uraian singkat tersebut, PTS dapat

    diartikan sebagai penelitian yang dilakukan untuk

    menemukan cara-cara baru guna memperbaiki

    kondisi dan memecahkan berbagai masalah

    pendidikan yang dihadapi sekolah. Pada intinya

    PTS berkutat pada dua hal, yakni perbaikan dan

    peningkatan mutu sekolah. (Mullyasa, 2009:10).

    Menurut Mulyasa, PTS mempunyai karakter

    yang berbeda dengan penelitian-penelitian pada

    umumnya. Setidaknya ada dua karakter secara

    umum. Pertama: masalah yang diangkat untuk

    dipecahkan dan ditingkatkan harus dari praktik

    pendidikan di sekolah.Kedua: kepala sekolah dan

    pengawas boleh melibatkan orang lain (guru) untuk

    mengenal atau mengelaborasi masalah yang akan

    dijadikan penelitian. (Mulyasa, 2009:12).

    Menurut Suyadi dalam bukunya Penelitian

    Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan

    Sekolah (PTS) bahwa PTK dan PTS mempunyai

    perbedaan dan persamaan. Perbedaannya kalau

    PTK pelakunya adalah guru, ruang lingkupnya

    kelas, tujuannya perbaikan proses pembelajaran

    dan obyek pelelitian adalah siswa, sedangkan PTS

    pelakunya adalah kepala sekolah/pengawas, ruang

    lingkupnya kepala sekolah, tujuannya peningkatan

    mutu pendidikan, dan obyek penelitian sistem

    manajemen dan operasional sekolah.

  • 33

    Dengan demikian Penelitian Tindakan

    Sekolah (PTS) adalah penelitian yang

    dilaksanakan oleh penelitidi sekolah untuk lebih

    profesional terhadap pekerjaannya, memperbaiki

    kerja dan melakukan inovasi sekolah serta

    mengembangkan ilmu pengetahuan terapan

    (professional knowledge).

    Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri

    utama PTS adalah melakukan tindakan nyata

    untuk memperbaiki atau melakukan inovasi

    sekolah dalam upaya meningkatkan mutu

    pembelajaran sehingga mampu menghasilkan

    siswa yang berpikir kritis, kreatif, inovatif,

    cakap dalam menyelesaikan masalah, dan

    bernaluri kewirausahaan

    Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK

    disebut juga Classroom ActionResearch (CAR).

    Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya

    di negera-negara maju seperti Inggris, Amerika,

    Australia dan Canada. Beberapa peneliti pendidikan

    terakhir ini menaruh perhatian yang sangat besar

    terhadap PTK.

    Apabila dicermati,kecenderungan baru ini

    mengemuka karenajenis penelitian ini mampu

    menawarkan pendekatan dan prosedur baru

    yanglebih menjanjikan dampak langsung dalam

    bentuk perbaikan dan peningkatanprofesionalisme

    guru dalam mengelola proses pembelajaran

    dikelas atauimplementasi berbagai program di

  • 34

    sekolahdengan mengkaji berbagai indikator

    keberhasilanproses dan hasil pembelajaran.

    Beberapa pengertian PTK menurut pendapat

    para ahli sebagai berikut:

    a. Menurut Stephen Kemmis (dalam dalam Buku

    PTK oleh IGAK Wardani,2008:3,) PTK dapat

    didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang

    bersifat reflektif oleh guru, yang dilakukan

    untuk meningkatkan kemantapan rasional dari

    tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas,

    memperdalam pemahaman yang dilakukan itu,

    serta memperbaiki kondisi di mana praktek-

    praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

    Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK

    itu dilaksanakan berupa proses pengkajian

    berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahapan

    yaitu merencanakan, melakukan tindakan,

    mengamati dan merefleksi.

    b. Menurut Mills, (dalam Buku PTK oleh IGAK

    Wardani, 2008:4). Penelitian Tindakan Kelas

    didefinisikan sebagai “systematic inquiry” yang

    dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan

    konselor sekolah untuk mengumpulkan

    informasi tentang berbagai praktik yang

    dilakukannya.

    c. Menurut Ani W, (2008) Penelitian tindakan kelas

    adalah suatu kegiatan penelitian yang

    berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk

    memecahkan masalah-masalah pembela jaran

    yang dihadapi oleh guru, memperbaiki Pedoman

  • 35

    Penulisan Proposal dan Laporan PTS/PTK mutu

    dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal

    baru dalam pembelajaran demi peningkatan

    mutu dan hasil pembelajaran.

    d. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam

    Suyadi,2012:3), Penelitian Tindakan Kelas

    adalah pencermatan dalam bentuk tindakan

    terhadap kegiatan belajar yang sengaja

    dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

    secara bersamaan.

    Dari pendapat para ahli mengenai PTK di

    atas, dapatdiambil suatu kesimpulan bahwa

    penelitan tindakan kelas merupakan penelitian

    angbersifat kasuistik dan berkonteks pada

    kondisi, keadaan dan situasi yang ada didalam

    kelas yang dilaksanakan guru untuk memecahkah

    permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam

    kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

    2.6.2 Desain Model PTS/PTK

    Beberapa model PTS/PTK yang sering

    digunakan di dalam dunia pendidikan (sekolah),

    diantaranya: (1) Model KurtLewin, (2) Model Kemmis

    dan Mc Taggart, (3)Model John Elliot. Kurt Lewin

    menyatakan bahwa PTS/PTK terdiri atas beberapa

    siklus, setiap siklusterdiri atas empat langkah,

    yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atautindakan,

    (3)observasi, dan (4) refleksi.

  • 36

    Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis

    dan Mc Taggart adalah merupakan model

    pengembangan dari model Kurt Lewin.

    Dikatakan demikian, karena di dalam suatu

    siklus terdiri atas empat komponen, keempat

    komponen tersebut, meliputi:(1) perencanaan, (2)

    tindakan, (3) observasi,dan (4) refleksi. Sesudah

    suatu siklus selesai di implementasikan, khususnya

    sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti

    adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan

    dalam bentuk siklus tersendiri Model John

    Elliot tampak lebih detail dan rinci. Karena dalam

    setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa

    aksi yaitu 3 sampai 5 aksi (tindakan). langkah,

    yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-

    mengajar.

    2.7 Penelitian yang RelevanPenelitian sebelumnya tentu ada yang relevan

    dengan penelitian ini. Penelitian tersebut bisa

    digunakan sebagai bahan referensidalam penelitian

    ini. Ada 5 penelitian yang mempunyai kekhasan

    tersendiri dan peneliti kaji yaitu:

    Salimudin (2008)Peningkatan kompetensi guru

    dalam pengembangan silabus dan RPP melalui

    pembinaan profesional dengan pendekatan

    kooperatif di SD daerah binaan V Cabang Dinas P

    dan K Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes pada

    semester I tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini

    dilaksanakan dalam 2 siklus yang mengcu pada

  • 37

    permasalahan dan tujuan penelitian. Subjek

    penelitian adalah guru kelas VI yang berada di

    daerah binaan (DABIN) V Cabang Dinas P dan K

    Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes pada

    semester gasal tahun pelajaran 2008/2009. Objek

    penelitian tindakan sekolah adalah silabus dan

    RPP. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini

    adalah (1) meningkatnya aktivitas peserta dalam

    pembinaan, (2) efektivitas pembinaan dengan

    pendekatan kooperatif, (3) meningkatnya

    kemampuan dan penguasaan guru/peserta dalam

    mengembangkankan silabus dan RPP yaitu nilai

    rata-rata yang diperoleh di atas 70. Hasil

    penelitiannya adalah (1) untuk siklus I, nilai rata-

    rata masih rendah yakni 65,31 dan meningkat pada

    siklus 2 nilai rata-rata yang diperoleh peserta

    adalah 78,75.

    Margo Wibowo (2012)Peningkatan kompetensi

    guru dalam pengembangan silabus dan RPP melalui

    Supervisi Akademik di Gugus Merpati Kecamatan

    Metro Utara Bandar lampung 2012/2013. Penelitian

    ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Hasil dari

    penelitian ini adalah: 1) untuk menyusun program

    supervisi akademik dilakukan analisis kebutuhan

    dengan memperhatikan aspek-aspek permasalahan

    yang dihahapi guru, tujuan supervisi akademik,

    strategi/metode kerja dan teknik supervisi, skenario

    kegiatan, sumber daya yang akan digunakan, dan

    alat penilaian yang tepat agar pelaksanaan

    supervisi dapat dilakukan dengan efektif dan

  • 38

    efisien, 2) kegiatan supervisor dalam supervise

    akademik adalah memberi bimbingan kepada guru,

    sedangkan guru melaksanakan revisi penyusunan

    silabus dan RPP. 3)perangkat evaluasi supervisi

    akademik yang digunakan adalah IPKG 4)

    peningkatan kemampuan guru dalam

    mengembangkan silabus nilai rata-rata siklus I

    adalah 59,90, siklus II adalah 74,08 dan pada

    siklus III adalah 81,22 , Kemampuan guru dalam

    mengembangkan RPP, nilai rata-rata siklus I adalah

    67,38 , siklus II adalah 76,07 dan pada siklus III

    adalah 83,10.

    Supriyanto (2014) Pelaksanaan In House

    Training dapat meningkatkan kompetensi pedagogik

    guru dalam menyusun RPP berkarakter di SDN

    Wongsorejo. Tindakan penelitian ini melalui 2 siklus

    yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,

    observasi, dan refleksi. Hasil penelitian terjadi

    kompetensi pedagogik 71 poin atau kategori “baik”

    pada siklus 1. Pada siklus kedua meningkat

    menjadi 91 poin atau kategori “sangat baik”. Hasil

    belajar dalam mengelola pembelajaran karakter

    pada siklus 1 adalah 78 poin kategori “baik”

    meningkat menjadi 93 poin atau kategori “sangat

    baik” pada siklus 2.Hal ini dapat disimpulkan

    bahwa Pelaksanaan In House Training dapat

    meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam

    menyusun RPP berkarakter.

    Dirgantara Wicaksono (2014) Peningkatan

    kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum

  • 39

    2013 Melalui Workshop Problem Based Learning

    tahun pelajaran 2013/2014. (dalam Jurnal

    International Comference on Education di

    Universitas Malaysia Sabah). Penelitian tindakan

    sekolah ini dikerjakan dalam dua siklus, dan setiap

    siklus terdiri dari 5 kali pertemuan yang pada

    pertemuan kedua dilakukan post-test. Pertimbangan

    penelitian dalam dua siklus atau empat kali

    pertemuan dalam dua minggu disesuaikan dengan

    kalender akademis yang sedang berlangsung pada

    SMA Al-Hikmah. Jakarta Timur.Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa pendekatan Problem Based

    Learning dapat meningkatkan kemampuan peserta

    workshop dalam memecahkan masalah

    penyusunan RPP kurikulum 2013 di SMA Al-

    Hikmah Jakarta Timur. Selain itu Peran Teknologi

    Pendidikan begitu dirasakan manfaatnya terutama

    dalam hal penentuan pendekatan, strategi serta

    model pembelajaran apa yang paling efektif

    digunakan dalam workshop ini sehingga dapat

    meningkatkan pemahaman guru tentang

    penyusunan RPP.

    Tiamsah (2014) Peningkatan kompetensi guru

    dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 Melalui

    Bimbingan Berkelanjutan di SD Negeri 163085 Kota

    Tebing Tinggitahun pelajaran 2013/2014.(dalam E.

    Jurnal Universitas Negeri Medan). Penelitian ini

    terdiri dari 2 siklus dimana dalam setiap siklusnya

    terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

    observasi dan refleksi. Indikator keberhasilan dari

  • 40

    penelitian ini apabila komponen Rencana

    Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tuntutan

    kurikulum 2013 dapat terpenuhi dengan baik dan

    benar. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat bahwa

    bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan

    kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai

    dengan tuntutan kurikulum 2013 . Hal ini dapat

    dibuktikan dari hasil observasi yang

    memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

    kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai

    dengan tuntutan kurikulum 2013 dari siklus I ke

    siklus II. Pada siklus I nilai rata rata komponen RPP

    69 % dan pada siklus II 83 %, terjadi peningkatan

    14 % dari siklus I.

    Secara umum penelitian sebelumnya

    mempunyai kesamaan dalam meningkatkan

    kompetensi guru dalam menyusun RPP. Penelitian

    Supriyanto (2014) menggunakan tindakan melalui

    IHT secara umum dengan subjek penelitian jumlah

    guru yang relatif lebih besar sebanyak 34 guru

    sedangkan penelitian ini hanya 10 guru. Dirgantara

    Wicaksono (2014) melalui workshop model Problem

    Based Learning, urutan pelaksanaan kegiatan

    dengan penelitian ini hampir sama yaitu ada

    perencanaan bahan, pelaksanaan, observasi, dan

    penilaian akhir. Namun peran pelatih lebih dominan

    sementara peran peserta lebih banyak sebagi objek.

    Lebih banyak mngedepankan teori memcahkan

    masalah daripada praktik menyusun RPP

    Kurikulum 2013.

  • 41

    Penelitian ini dengan nuansa yang berbeda

    menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lokasi

    penelitian. Penelitian ini lebih fokus pada

    peningkatan kompetensi guru dalam menyusun

    RPP 2013, sedangkan tindakan yang dilkukan lebih

    spesifik pada model pendekatannya yaitu IHT model

    partisipatif. Karena sebagian besar guru di sekolah

    tempat penelitian mempunyai bekal kompetensi

    paedagogis dalam menyusun RPP yang cukup

    besar.

    2.7 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir

    di atas, maka dapat diduga sementara (hipotesis)

    sebagai berikut: “In House Training (IHT) model

    partisipatif dapat meningkatkan kompetensi guru

    dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 di SDN

    Kedungori 1 Tahun Pelajaran 2015/2016”.

  • 42

    8

    9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Manajemen Pendidikan

    Manajemen merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Keberhasilan manajemen ditentukan oleh kinerja seorang manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah pada satuan pendidikan. Oleh karena itu agar penyelenggara pendidikan berhasil dengan baik diperlukan manajemen pendidikan yang baik pula. Kepala Sekolah sebagai top manager harus mampu mengelola pendidikan di sekolah dengan melibatkan tenaga pendidikan dan guru untuk mencapai tujuan sekolah.

    Pengelolaan pendidikan di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah hendaknya dilakukan secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman (2014: 602) yang mengatakan bahwa manajemen pendidikan merupakan budaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus dengan memfokuskan pada masyarakat/wali murid yang menyekolahkan anak-anaknya demi mendapatkan kepuasan jangka panjang dan peran serta warga sekolah keluarga, masyarakat dan pemerintah.

    Perbaikan secara terus menerus hanya bisa dicapai dengan memberdayakan orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Perbaikan dimulai dari yang sederhana, mudah, dan kecil untuk mencapai keberhasilan. (Husaini Usman, 2014:603).

    Salah satu peranan sekolah dalam meningkatkan budaya mutu menurut Sallis (2014:624) adalah mengembangkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan (staf) melalui pelatihan. Pelatihan dapat meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Kompetensi seorang pendidik antara lain menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.

    2.2 Kompetensi Guru

    Istilah kompetensi dari kata “Competent” yang berarti kemampuan, kompetensi merupakan kemampuan individual dan mampu menguasai atau melaksanakan suatu pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan atau peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja (Suyuti, 2003:17). Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (Saragih, 2006: 29).

    Kompetensi adalah kemampuan kecakapan, keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum, (Syah 2000:30). Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan profesional adalah guru yang piawai dalam melaksanakam profesinya. Bahwa dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian (Adlan, 2000: 32) yaitu:

    a. Kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkah laku individu.

    b. Kompetensi efektif, kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas.

    c. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai.

    Kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Kompetensi merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga pendidikan.

    2.3 Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP

    2.3.1 Pengertian Kompetensi

    Istilah kompetensi mempunyai banyak makna.Menurut Broke and Stone dalam Buku Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru (Mulyasa, 2013) mengemukakan kompetensi adalah.... desscriptive of qualittative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful, ....bahwa (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Suyuti (2003) mengungkapkan bahwa kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja.Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia. No 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 10, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Definisi yang lain kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. (Mulyasa, 2013:25).

    Jadi kompetensi, dapat diartikan kemampuan yang meliputi perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) yang diperoleh melalui pendidikan dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya.

    2.3.2 Kompetensi Menyusun RPP

    Menurut Dirgantara Wicaksono, (2014:5) Kompetensi seorang guru yang memenuhi standar yang terdiri dari empat komponen kompetensi yang terdiri dari: kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi wawasan kependidikan, kompetensi akademik atau vokasional, dan kompetensi pengembangan profesi. Sedangkan kompetensi pengelolaan pembelajaran terdiri atas kemampuan menyusun rencana pembelajaran, dan kemampuan melaksanakan pembelajaran.Dalam penelitian action research ini lebih ditekankan dan dibatasi hanya kepada komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran saja. Itupun dibatasi hanya kepada kemampuan menyusun rencana pembelajaran.

    Adapun standar kompetensi guru yang utama adalah: kemampuan menyusun rencana pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan kemampuan menilai prestasi belajar.  Kemampuan menyusun rencana pembelajaran meliputi: a) mendeskripsikan tujuan pembelajaran, b) menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan, c) mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok, d) mengalokasikan waktu, e) menentukan metode pembelajaran yang sesuai, f) merancang prosedur pembelajaran, g)menentukan media pembelajaran/alat praktikum (dan bahan) yang akan digunakan, h) menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya), dan i) menentukan teknik penilaian yang sesuai (Paul Suparno, 2004:8).

    Dengan demikian kompetensi guru menyusun RPP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru yang meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun RPP. Kemampuan pengetahuan merupakan kemampuan menguasai tentang teori penyusunan RPP. Kemampuan keterampilam merupakan kemampuan menyusun produk RPP berdasarkan kaidah-kaidah penyusunannya.

    2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Kurikulum 2013

    2.4.1 Pengertian

    Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Silabus merupakan sebagian sub-sistem pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran adalah penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator yang ditetapkan.

    Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66) menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat). Perencanaan program pembelajaran adalah hasil pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya Oemar Hakim (dalam Kurniawati 2009:74) menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan program jangka pendek untuk memperkirakan suatu proyeksi tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran”.

    Permendiknas No. 103 tahun 2014 menyatakan, “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar dalam beberapa pertemuan yang mengacu pada standar isi, standar kelulusan dan telah dijabarkan dalam silabus.”

    Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 dilakukan oleh guru berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan yang tertera pada Permendikbud No.103 tahun 2014 dan pelaksanaannya menerapkan pendekatan saintifik, pembelajaran tematik integratif dan penilaian autentik. (Kemendikbud, 2013:120). Hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran Kurikulum 2013 meliputi mengorganisasikan tema, mengumpulkan bahan dan sumber, merancang kegiatan saintifik dan projek serta menyusun skenario pembelajaran dengan langkah-langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. (Ibnu Hajar, 2013:58).

    Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.

    Dalam Kurikulum 2013, guru bersama warga sekolah berupaya menyusun kurikulum dan perencanaan program pembelajaran, meliputi: program tahunan, program semester, silabus, dan rencana peleksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. RPP merupakan acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk setiap KD. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.

    2.4.2.Komponen Rencana Pelaksanaan PembelajaranKurikulum 2013

    Menurut Permendiknas No. 103 Tahun 2014, komponen RPP terdiri dari a). identitas mata pelajaran, (b) kompetensi inti, (c) kompetensi dasar, (d) indikator pencapaian kompetensi, (e) materi ajar, (f) alokasi waktu, (g) kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintific dan tematik integratif. (h) sumber belajar, (i) penilaian hasil belajar meliputi: soal, skor dan kunci jawaban.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 2005 pasal 20 menyatakan bahwa, ”RPP minimal memuat sekurang-kurangnya lima komponen yang meliputi: (1) tujuan pembelajaran, (2) materi ajar, (3) metode pengajaran, (4) sumber belajar, dan (5) penilaian hasil belajar.”

    Jadi komponen RPP Kurikulum 2013 yang ideal berdasarkan peraturan Permendikbud 103 tahun 2014 dan PP No. 19 tahun 2005 di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

    IDENTITAS

    Pada komponen ini guru mengisi identitas sekolah, kelas semester, tema, subtema, pembelajaran, dan pertemuan. Komponen identitas selalu ditulis setiap satu perangkat pembelajaran.

    A. Kompetensi Inti

    Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2013:134) menjelaskan kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dansoftskills.

    Dengan demikian Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Bahan untuk mengisi kompetensi inti berasal dari silabus meliputi kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap kelas mempunyai kompetensi inti yang berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan peserta didik.

    B. Kompetensi Dasar

    Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran

    1. KD pada KI-1

    2. KD Pada KI-2

    3. KD Pada KI-3

    4. KD Pada KI-4

    KD merupakan penjabaran dari KI yang diambil dari silabus. KD juga terdapat pada bagian awal tema buku guru.

    C. Indikator Pencapaian Kompetensi

    Dalam penyusunan indikator perlu memperhatikan kriteria;spesifik yaitu hanya mengandung satu perilaku. Contoh pernyataan yang menggandung satu perilaku; merancang rencana kegiatan. Dalam penyusunan indikator hasil belajar harus memuat satu kata kerja operasional,berorientasi pada siswa yang menggambarkan kompetensi siswa yang diharapkan mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.

    Pengembangan indikator memperhatikan KD dan KI seperti berikut:

    1. Indikator KD pada KI-1

    2. Indikator KD Pada KI-2

    3. Indikator KD Pada KI-3

    4. Indikator KD Pada KI-4

    Pengembangan indikator meliputi semua KD. Indikator 1 dan 2 merupakan kompetensi yang bersifat umum tersirat dalam pembelajaran. KD 3 dan 4 lebih spesifik dan harus tampak dalam pembelajaran.

    D. Tujuan Pembelajaran

    Tujuan pembelajaran dikembangkan dari indikator. Tujuan pembelajaran memperhatikan unsur audience (peserta didik), behavior (perilaku), condition (metode yang digunakan),dan degree (batasan). Tujuan pembelajaran pada RPP Kurikulum 2013 berbasis kompetensi bukan berbasis konten (materi). Penyusunan tujuan pembelajaran mengembangkan hanya dari KD pengetahuan dan keterampilan yang tampak pada pembelajaran (direct learning). Untuk kompetensi sipritual dan sikap terimplisit pada pembelajaran secara tidak langsung (indirect learning).

    E. Materi Pembelajaran

    Materi pembelajaran ditulis hanya pokok-pokoknya saja menggunakan kata benda. Materi pembelajaran dapat mengambil dari buku siswa, buku guru,lingkungan, dan informasi lain yang relevan seperti dari majalah, buletin, buku refensi dan pengayaan. Materi secara lengkap tertulis pada lampiran RPP. Pengembangan materi/bahan ajar harus memenuhi syarat ilmiah untuk membangun pola berfikir peserta didik. (Imas Kumiasih dan Berlin Sani, 2014:25).

    F. Metode/Model Pembelajaran

    Pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013 beragam antara lain saintifik, projek based learning, problem based learning, dan discovery learning. Model pembelajaran kurikulum 2013 beragam dan sangat menarik. Fungsi model pembelajaran sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran. (Aris Shoimin, 2014:24). Pengembangan metode/model pembelajaran memperhatikan karakteristik peserta didik, keluasan materi, dan tujuan pembelajaran.

    G. Kegiatan Pembelajaran (Remidi/Pengayaan)

    Kegiatan pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran saintifik dan tematik integratif dengan urutan pembelajaran secara sistematis meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Memungkinkan menggunakan pendekatan lainya yang relevan dengan situasi dan kondisi di kelas. Pada langkah pembelajaran tematik integratif perpindahan materi antar mata pelajaran sangat halus (tidak terlihat).

    H. Penilaian

    Penilaian Kurikulum 2013 lebih ditekankan menggunakan outentik (Sunarti dan Selly Rahmawati, 2014: 3). Penilaian Otentik harus disertai rubrik. Penilaian setiap pertemuan memuat 4 aspek kompetensi yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sebelum menyusun rubrik mencamtumkan kriteria terlebih dahulu. Guru berkewajiban mengembangkan rubrik penilaian pada RPP dan digunakan dalam pembelajaran.

    I. Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar

    Pemilihan media, bahan, dan sumber belajar menyesuaikan karakteristik peserta didik, lingkungan, dan kemampuan guru. Pemilihan media, alat, bahan, dan sumber belajar dibuat menarik agar bisa menarik perhatian dan akan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik. (Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2014: 152).

    2.4.3.Langkah–langkah Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013

    Menurut Supinah (2008: 27-32) langkah penyusunan RPP adalah sebagai berikut:

    a. Mengkaji silabus

    Mengkaji silabus meliputi: KI dan KD, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, alokasi waktu dan sumber. belajar.

    b. Menuliskan identitas

    Identitas ini meliputi: 1).Sekolah, yaitu nama sekolah dari satuan pendidikan SD. 2).Tema/subtema/PB, yaitu dapat diperoleh/mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. 3).Kelas/semester, yaitu disesuaikan dengan kelas/semester yang sedang berlangsung. 4).Alokasi waktu, adalah keseluruhan waktu yang diperlukan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

    c. Menulisakan KI dan KD

    Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan matapelajaran. Kompetensi Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu dan merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan pelajaran. Kompetensi dasar ini sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran berakhir, cukup dengan cara mengutip pada Permendikbud nomor 57 Tahun 2014 atau silabus pembelajaran.

    d. Menuliskan indikator

    Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam KI-KD. Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya). Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa. Indikator harus menggunakan kata kerja operasional yang sesuai

    e. Menuliskan tujuan pembelajaran

    Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan KD.Tujuan pembelajaran ini dibuat mengacu KI, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran ini adalah tujuan yang akan dicapai selama proses pembelajaran berlangsung.Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan setiap pertemuan.Tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan baik mulai dengan menyebut Audience peserta didik untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu kemudian mencantumkan Behavior atau kemampuan yang harus didemonstarsikan dan Condition seperti apa perilaku atau kemampuan yang akan diamati. Akhirnya, tujuan itu mencantumkan Degree keterampilan baru itu harus dicapai dan diukur, yaitu dengan standar seperti apa kemampuan itu dapat dinilai.

    f. Mengembangkan Materi Pembelajaran

    Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.

    g. Metode

    Metode pembelajaran ini merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

    h. Menjabarkan kegiatan pembelajaran

    Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan pendidikan termasuk penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar. Kegiatan pembelajaran ini mengacu pada pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran yang menggambarkan kegiatan berikut.

    i. Menentukan alokasi waktu

    Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai, yang selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

    j. Mengembangkan penilaian

    Penilaian, memuat prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian dan mengacu kepada standar penilaian. Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta membuat pedoman penskoran. Selanjutnya menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah dilakukan penilaian.

    k. Menentukan media/alat, bahan, dan sumber belajar

    Media/alat pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran yang memudahkan memberikan pengertian kepada siswa. Bahan berupa bahan yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.Menentukan media, alat, bahan dan sumber Belajar ini disesuaikan dengan yang telah ditetapkan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.

    2.5 In House Training Model Partisipatif

    2.5.1 Pengertian In House Training

    KataIn House Training berasal dari istilah in house yang berarti dalam rumah dan training berarti pelatihan. Robbins, Stephen P, (2001:282), training atau pelatihan yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan sendiri secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur. Menurut Gomes (2003:197), in house training adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya di tempat sendiri. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan, In House Training merupakan suatu usaha yang terencana di tempat sendiri untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.

    Pendapat lainnya in House Training merupakan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada (Sujoko, 2012: 40). In House Training merupakan pelatihan yang diselenggarakan di tempat peserta pelatihan (Danim, 2012: 94)

    Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Supriyanto, (2013:998) bahwa in House Training merupakan pelatihan yang dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan berdasar pada pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal, namun dapat dilakukan secara internal oleh guru sebagai trainer yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain. Sedangkan ketentuan peserta dalam IHT minimal 4 orang dan maksimal 15 orang.

    Dengan demikian In House Training adalah program pelatihan atau training yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau organisasi dengan menggunakan tempat pelatihan sendiri, peralatan sendiri, menentukan peserta dan dengan mendatangkan Trainer sendiri. Penyelenggara bertugas menyiapkan tempat, kemudian menyediakan peralatan dan mendatangkan Trainer yang sesuai dengan topic tertentu yang butuhkan.

    2.5.2 Tujuan In House Training

    In house training biasanya diselenggarakan dengan berbagai tujuan dan target tertentu. Tujuan In House Training diantaranya:

    a. Meningkatkan kualitas kompetensi guru di sekolah. Hal ini diharapkan dapat mendukung program sekolah dalam upaya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Bekerja sesuai Misi dan Visi sekolah.

    b. Menciptakan interaksi antar guru di sekolah. Jika sekolah memiliki banyak guru dengan latar belakang yang berbeda, pengalaman yang berbeda, dan kualitas yang berbeda. Dengan In House Training peserta dapat bertukar informasi sehingga bukan tidak mungkin ini cara yang paling efektif untuk menciptakan standarisasi kinerja.

    c. Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan antarguru. Karena mereka bekerja untuk satu naungan yang sama, bukan tidak mungkin mereka tidak lagi kaku untuk sharing, bersahabat dan lebih kompak. Dengan ini pembelajaran akan semakin berkualitas.

    d. Meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan. Hal ini bisa mengeksplorasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan peningkatan peningkatan kompetensi, sehingga dapat mencari solusi  terbaik secara bersama-sama.

    2.5.3 Materi In House Training

    Materi dalam In house training biasanya relevan dengan permasalahan yang lebih spesifik yang diminta oleh sekolah penyelenggara terkait. Peserta dan penyelenggara sendiri yang menentukan topik apa yang ingin dibahas. Materi pelatihan akan di rancang secara khusus oleh pihak trainer yang diundang agar relevan dan berkaitan langsung dengan kompetensi guru pada suatu bidang tugas tertentu dan mencari solusi jika terdapat permasalah terkait. Trainer atau narasumber bisa berasal dari guru di sekolah yang berkompeten dan memiliki sertifikat resmi sebagai instruktur. Dengan demikian, ini bisa menjadi jaminan bahwa sekolah akan dapat meningkatkan kompetensi guru dan output para peserta secara langsung.

    2.5.4 Tempat Penyelenggaraan In House Training

    Tempat penyenggaraan in house training ditentukan oleh pihak penyenggara, bisa di kantor sendiri, hotel atau tempat yang sudah ditentukan. Tempat pelatihan harus benar-benar diperhatikan, pastikan bahwa tempat dapat mendukung efektifitas jalannya pelatihan. Bila perlu relevan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga peserta dapat melihat dan mempelajarinya secara langsung.

    2.5.5 Peserta In House Training

    Jika dalam training terbuka pada umumnya, siapa pun bisa mendaftar. Sedangkan in house training para peserta biasanya ditentukan sekolah yang menyenggarakan. Termasuk jumlah peserta itu sendiri, sekolah terkait harus menentukan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak Trainer yang diundang atau dari kalangan sendiri.

    2.5.6 Kelebihan Menyelenggarakan In HouseTraining

    In House Training banyak menjadi pilihan penyelenggaraan pelatihan guru. Karena mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:

    a. Biaya lebih murah

    b. Hasil bisa lebih maksimal

    c. Peserta dari satu sekolah sehingga lebih nyaman dan tidak khawatir bocornya rahasia penting atau masalah intern yang terjadi di sekolah.

    d. Materi lebih spesifik

    2.5.7 Model-model In House Training

    Mustofa Kamil (2013:13) mengemukaan model-model in house training dapat dilakukan sebagai berikut:

    a. Model Induktif

    Model pelatihan ini dilakukan dari pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang luas, dan menyeluruh. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini diusahakan secara langsung pada kemampuan yang telah dimiliki setiap Sasaran didik (pelatihan), kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang diharapkan atau harus dimiliki sesuai dengan tuntutan yang datang kepada dirinya

    b. Model Deduktif

    Model pelatihan ini akan menetapkan kebutuhan pelatihan (belajar) untuk peserta pelatihan yang memiliki karakteristik yang sama, maka pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan pertimbangan kepada semua peserta pelatihan (sasaran). Hasil identifikasi diduga dibutuhkan untuk keseluruhan peserta pelatihan (sasaran) yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Hasil identifikasi macam ini digunakan dalam menyusun materi pelatihan (belajar) yang bersifat massal dan menyeluruh

    c. Model Klasik

    Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan belajar yang dirasakan peserta pelatihan (sasaran). Berbeda dengan model yang pertama, pada model ini pelatih (tutor) telah memiliki pedoman yang berupa kurikulum, umpamanya Kurikulum pelatihan prajabatan, kurikulum pelatihan kepemimpinan, satuan pelajaran dalam pelatihan, dan, modul. Identifikasi kebutuhan belajar pelatihan dilakukan secara terbuka dan langsung kepada peserta pelatihan (sasaran) yang sudah ada di kelas.

    d. Model Partisipatif

    Model partisipatif menekankan pada proses pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipasi aktif (keikut sertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan pembelajaran dalam pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada prinsipnya lebih ditekankan pada motivasi dan melibatkan kegiatan peserta.

    2.5.8 Langkah-langkah IHT Model Partisipatif

    Menurut Mustofa Kamil (2013:14) mengemukakan bahwa langkah-langkah IHT Model Partisipatif sebagai berikut:

    a. Mengadakan perekrutan peserta IHT.

    Pada tahap perekrutan peserta pelatihan diadakan pendataan terlebih dahulu. Kemudian peserta mengisi biodata yang tersedia dan kebutuhan materi yang akan digunakan dalam pelatihan.

    b. Mengidentifikasi sumber, kebutuhan, dan hambatan.

    Pada tahap ini penyelenggara bersama peserta mengidentifikasi sumber materi pelatihan sesuai kebutuhan dalam peningkatan kompetensi dan hambatan yang mungkin terjadi dalam pelatihan.

    c. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.

    Peserta dan penyelenggara menentukan tujuan umum dan khusus secara bersama. Tujuan umum dan khusus dijabarkan menjadi indikator pencapaian pada soal pre dan post test.

    d. Menyusun instrumen pre dan post tes.

    Pada tahap ini penyelenggara menyusun soal pre test untuk menjajaki kemampuan peserta, dan post test untuk mengukur ketercapaian penguasaan materi.

    e. Menyusun urutan kegiatan(jadwal),bahan, metode,dan teknik.

    Penyusunan jadwal dan kegiatan memperhatikan kondisi peserta. Narasumber mempersiapkan bahan, metode, dan teknik yang memungkinkan terjadinya interaktif dan partisipasif dalam pelatihan.

    f. Mengadakan pelatihan pelatih (narasumber).

    Pada tahap ini terlebih dahulu diadakan pelatihan untuk memastikan kesesuaian antara bahan, metode, dan teknik latihan.

    g. Melaksanakan pre test.

    Soal pre test diberikan pada awal pelatihan dengan mengacu pada indikator pencapaian yang telah ditentukan. Soal ini hanya untuk menjajaki kemampuan awal peserta sebelum menerima pelatihan.

    h. Melaksanakan proses pelatihan.

    Pelatihan dilaksanakan sesuai jadwal dan urutan kegiatan dengan memperhatikan keterlibatan peserta secara katif. Proses latihan memberikan kesempatan peserta seluas-luasnya untuk menemukan informasi sementara narasumber sebagai fasilitator.

    i. Mengadakan evaluasi post tes.

    Soal post test diberikan pada akhir pelatihan dengan mengacu pada indikator pencapaian yang telah ditentukan. Soal ini untuk mengukur keberhasilan peserta menerima pelatihan.

    Langkah-langkah penelitian ini digunakan peneliti dalam melaksanakan IHT Model Partisipatif di SDN Kedungori 1 sesuai dengan situasi dan kondisi tempat penelitian. In House Training model partisipatif sangat cocok untuk sekolah yang sebagian besar gurunya berkompenten. SDN Kedungori 1 memiliki 10 guru minimal berijazah sarjana, maka lebih tepat melakukan kegiatan IHT dengan model partisipatif.

    2.6 Penelitian Tindakan Sekolah

    2.6.1 Pengertian PTS

    Penelitian tindakan merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis,dan penyimpulan data dari suatu jenis dan isi tindakan yang sengajadirencanakan dan dilaksanakan untuk memperbaiki metode kerja yang efektifdalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya (Nana Sujana, 2010).

    Penelitian tindakan merupakan cara ilmiah yang sitematis dan bersifat siklus digunakan untuk mengkaji situasi sosial, dan memahami permasalahannya, serta selanjutnya menemukan pengetahuan yang berupa tindakan untuk memperbaiki situasi sosial tersebut. Dibedakan menjadi dua yaitu PTK dan PTS. (Sugiyono, 2014: 697-698).

    Dari uraian singkat tersebut, PTS dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan untuk menemukan cara-cara baru guna memperbaiki kondisi dan memecahkan berbagai masalah pendidikan yang dihadapi sekolah. Pada intinya PTS berkutat pada dua hal, yakni perbaikan dan peningkatan mutu sekolah. (Mullyasa, 2009:10).

    Menurut Mulyasa, PTS mempunyai karakter yang berbeda dengan penelitian-penelitian pada umumnya. Setidaknya ada dua karakter secara umum. Pertama: masalah yang diangkat untuk dipecahkan dan ditingkatkan harus dari praktik pendidikan di sekolah.Kedua: kepala sekolah dan pengawas boleh melibatkan orang lain (guru) untuk mengenal atau mengelaborasi masalah yang akan dijadikan penelitian. (Mulyasa, 2009:12).

    Menurut Suyadi dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) bahwa PTK dan PTS mempunyai perbedaan dan persamaan. Perbedaannya kalau PTK pelakunya adalah guru, ruang lingkupnya kelas, tujuannya perbaikan proses pembelajaran dan obyek pelelitian adalah siswa, sedangkan PTS pelakunya adalah kepala sekolah/pengawas, ruang lingkupnya kepala sekolah, tujuannya peningkatan mutu pendidikan, dan obyek penelitian sistem manajemen dan operasional sekolah.

    Dengan demikian Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah penelitian yang dilaksanakan oleh penelitidi sekolah untuk lebih profesional terhadap pekerjaannya, memperbaiki kerja dan melakukan inovasi sekolah serta mengembangkan ilmu pengetahuan terapan(professional knowledge).

    Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri utama PTS adalah melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki atau melakukan inovasi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga mampu menghasilkan siswa yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, cakap dalam menyelesaikan masalah, dan bernaluri kewirausahaan

    Dalam literatur berbahasa Inggris, PTKdisebut juga Classroom ActionResearch (CAR).Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negera-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia dan Canada. Beberapa peneliti pendidikan terakhir ini menaruh perhatian yang sangat besar terhadap PTK.

    Apabila dicermati,kecenderungan baru ini mengemuka karenajenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yanglebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatanprofesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajarandikelas atauimplementasi berbagai program di sekolahdengan mengkaji berbagai indikatorkeberhasilanproses dan hasil pembelajaran.

    Beberapa pengertian PTK menurut pendapatpara ahli sebagai berikut:

    a. Menurut Stephen Kemmis (dalam dalam Buku PTK oleh IGAK Wardani,2008:3,) PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh guru, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK itu dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan merefleksi.

    b. Menurut Mills, (dalam Buku PTK oleh IGAK Wardani, 2008:4). Penelitian Tindakan Kelas didefinisikan sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.

    c. Menurut Ani W, (2008) Penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian yang berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah pembela jaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki Pedoman Penulisan Proposal dan Laporan PTS/PTK mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.

    d. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Suyadi,2012:3), Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

    Dari pendapat para ahli mengenai PTK di atas, dapatdiambil suatu kesimpulan bahwa penelitan tindakan kelas merupakan penelitian angbersifat kasuistik dan berkonteks pada kondisi, keadaan dan situasi yang ada didalam kelas yang dilaksanakan guru untuk memecahkah permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

    2.6.2 Desain Model