bab ii landasan teori€¦ · 7 bab ii landasan teori 2.1 manajemen pendidikan manajemen merupakan...
TRANSCRIPT
-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen PendidikanManajemen merupakan faktor yang paling penting
dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah.
Keberhasilan manajemen ditentukan oleh kinerja seorang
manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah pada satuan
pendidikan. Oleh karena itu agar penyelenggara
pendidikan berhasil dengan baik diperlukan manajemen
pendidikan yang baik pula. Kepala Sekolah sebagai top
manager harus mampu mengelola pendidikan di sekolah
dengan melibatkan tenaga pendidikan dan guru untuk
mencapai tujuan sekolah.
Pengelolaan pendidikan di sekolah yang dilakukan
oleh kepala sekolah hendaknya dilakukan secara terus
menerus. Hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman
(2014: 602) yang mengatakan bahwa manajemen
pendidikan merupakan budaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan secara terus menerus dengan
memfokuskan pada masyarakat/wali murid yang
menyekolahkan anak-anaknya demi mendapatkan
kepuasan jangka panjang dan peran serta warga sekolah
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Perbaikan secara terus menerus hanya bisa dicapai
dengan memberdayakan orang-orang yang ada dalam
organisasi tersebut. Perbaikan dimulai dari yang
sederhana, mudah, dan kecil untuk mencapai
keberhasilan. (Husaini Usman, 2014:603).
-
8
Salah satu peranan sekolah dalam meningkatkan
budaya mutu menurut Sallis (2014:624) adalah
mengembangkan kualitas pendidik dan tenaga
kependidikan (staf) melalui pelatihan. Pelatihan dapat
meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan. Kompetensi seorang pendidik antara lain
menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran.
2.2 Kompetensi Guru Istilah kompetensi dari kata “Competent” yang
berarti kemampuan, kompetensi merupakan kemampuan
individual dan mampu menguasai atau melaksanakan
suatu pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan
atau peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat
memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan
pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team
work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap
kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan
pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau
kesuksesannya ketika bekerja (Suyuti, 2003:17).
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalannya (Saragih, 2006: 29).
Kompetensi adalah kemampuan kecakapan,
keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut
ketentuan hukum, (Syah 2000:30). Selanjutnya masih
menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru
adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
-
9
kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan
layak. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan
sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam
menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten
dan profesional adalah guru yang piawai dalam
melaksanakam profesinya. Bahwa dalam menjalankan
kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi
dalam tiga bagian (Adlan, 2000: 32) yaitu:
a. Kompetensi kognitif, yaitu kemampuan
dalam bidang intelektual seperti
pengetahuan tentang belajar mengajar,
dan tingkah laku individu.
b. Kompetensi efektif, kesiapan dan
kemampuan guru dalam berbagai hal
yang berkaitan dengan tugas.
c. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan
dalam berperilaku, seperti membimbing
dan menilai.
Kompetensi dapat memberikan suatu gambaran
perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge)
seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang
dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan (ability)
dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan
keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Kompetensi
merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan
untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga
pendidikan.
-
10
2.3 Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP 2.3.1 Pengertian Kompetensi
Istilah kompetensi mempunyai banyak
makna.Menurut Broke and Stone dalam Buku Standar
Kompetensi dan sertifikasi Guru (Mulyasa, 2013)
mengemukakan kompetensi adalah.... desscriptive of
qualittative nature of teacher behavior appears to be
entirely meaningful, ....bahwa (kompetensi guru
merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku
guru yang penuh arti. Sementara Suyuti (2003)
mengungkapkan bahwa kompetensi dapat memberikan
suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan
(knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta
potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas
kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang
bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya
ketika bekerja.Sedangkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia. No 14 tahun 2015 tentang Guru dan
Dosen Pasal 1 ayat 10, dijelaskan bahwa kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalnya. Definisi yang lain kompetensi
merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. (Mulyasa, 2013:25).
Jadi kompetensi, dapat diartikan kemampuan yang
meliputi perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan
(knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta
potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas
-
11
kecakapan (ability) yang diperoleh melalui pendidikan
dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya.
2.3.2 Kompetensi Menyusun RPP
Menurut Dirgantara Wicaksono, (2014:5)
Kompetensi seorang guru yang memenuhi standar yang
terdiri dari empat komponen kompetensi yang terdiri dari:
kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi
wawasan kependidikan, kompetensi akademik atau
vokasional, dan kompetensi pengembangan profesi.
Sedangkan kompetensi pengelolaan pembelajaran terdiri
atas kemampuan menyusun rencana pembelajaran, dan
kemampuan melaksanakan pembelajaran.Dalam
penelitian action research ini lebih ditekankan dan
dibatasi hanya kepada komponen kompetensi pengelolaan
pembelajaran saja. Itupun dibatasi hanya kepada
kemampuan menyusun rencana pembelajaran.
Adapun standar kompetensi guru yang utama
adalah: kemampuan menyusun rencana pembelajaran,
kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan
kemampuan menilai prestasi belajar. Kemampuan
menyusun rencana pembelajaran meliputi: a)
mendeskripsikan tujuan pembelajaran, b) menentukan
materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan,
c) mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan
kelompok, d) mengalokasikan waktu, e) menentukan
metode pembelajaran yang sesuai, f) merancang prosedur
pembelajaran, g)menentukan media pembelajaran/alat
praktikum (dan bahan) yang akan digunakan, h)
menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku,
-
12
modul, program komputer dan sejenisnya), dan i)
menentukan teknik penilaian yang sesuai (Paul Suparno,
2004:8).
Dengan demikian kompetensi guru menyusun RPP
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
guru yang meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam
menyusun RPP. Kemampuan pengetahuan merupakan
kemampuan menguasai tentang teori penyusunan RPP.
Kemampuan keterampilam merupakan kemampuan
menyusun produk RPP berdasarkan kaidah-kaidah
penyusunannya.
2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kurikulum 20132.4.1 Pengertian
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan RPP. Silabus merupakan sebagian sub-sistem
pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang
lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan.
Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran adalah
penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator
yang ditetapkan.
Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66)
menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran
merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-
komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis
sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan
yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif
dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan
kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat).
-
13
Perencanaan program pembelajaran adalah hasil
pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan.
Selanjutnya Oemar Hakim (dalam Kurniawati 2009:74)
menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran
pada hakekatnya merupakan perencanaan program
jangka pendek untuk memperkirakan suatu proyeksi
tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran”.
Permendiknas No. 103 tahun 2014 menyatakan,
“Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar dalam beberapa pertemuan yang
mengacu pada standar isi, standar kelulusan dan telah
dijabarkan dalam silabus.”
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kurikulum 2013 dilakukan oleh guru berdasarkan
prinsip-prinsip pengembangan yang tertera pada
Permendikbud No.103 tahun 2014 dan pelaksanaannya
menerapkan pendekatan saintifik, pembelajaran tematik
integratif dan penilaian autentik. (Kemendikbud,
2013:120). Hal pokok yang harus diperhatikan guru
dalam mendesain pembelajaran Kurikulum 2013 meliputi
mengorganisasikan tema, mengumpulkan bahan dan
sumber, merancang kegiatan saintifik dan projek serta
menyusun skenario pembelajaran dengan langkah-
langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar, dan mengomunikasikan. (Ibnu Hajar, 2013:58).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya
-
14
menyusun perencanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum
sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.
Dalam Kurikulum 2013, guru bersama warga
sekolah berupaya menyusun kurikulum dan perencanaan
program pembelajaran, meliputi: program tahunan,
program semester, silabus, dan rencana peleksanaan
pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar. RPP merupakan acuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran untuk setiap KD. Oleh karena itu, apa yang
tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung
berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya
pencapaian penguasaan suatu KD.
2.4.2.Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kurikulum 2013
Menurut Permendiknas No. 103 Tahun 2014,
komponen RPP terdiri dari a). identitas mata pelajaran,
(b) kompetensi inti, (c) kompetensi dasar, (d) indikator
pencapaian kompetensi, (e) materi ajar, (f) alokasi waktu,
(g) kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintific
dan tematik integratif. (h) sumber belajar, (i) penilaian
hasil belajar meliputi: soal, skor dan kunci jawaban.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19
2005 pasal 20 menyatakan bahwa, ”RPP minimal
memuat sekurang-kurangnya lima komponen yang
meliputi: (1) tujuan pembelajaran, (2) materi ajar, (3)
-
15
metode pengajaran, (4) sumber belajar, dan (5) penilaian
hasil belajar.”
Jadi komponen RPP Kurikulum 2013 yang ideal
berdasarkan peraturan Permendikbud 103 tahun 2014
dan PP No. 19 tahun 2005 di atas dapat dijabarkan
sebagai berikut:
IDENTITAS
Pada komponen ini guru mengisi identitas sekolah,
kelas semester, tema, subtema, pembelajaran, dan
pertemuan. Komponen identitas selalu ditulis setiap satu
perangkat pembelajaran.
A. Kompetensi Inti
Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2013:134)
menjelaskan kompetensi Inti merupakan terjemahan atau
operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus
menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dansoftskills.
Dengan demikian Kompetensi Inti berfungsi sebagai
unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Bahan untuk
mengisi kompetensi inti berasal dari silabus meliputi
kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Setiap kelas mempunyai kompetensi inti
-
16
yang berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan peserta
didik.
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap
mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari
Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau
kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang
harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
mata pelajaran
1. KD pada KI-1
2. KD Pada KI-2
3. KD Pada KI-3
4. KD Pada KI-4
KD merupakan penjabaran dari KI yang diambil dari
silabus. KD juga terdapat pada bagian awal tema buku
guru.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Dalam penyusunan indikator perlu memperhatikan
kriteria;spesifik yaitu hanya mengandung satu perilaku.
Contoh pernyataan yang menggandung satu perilaku;
merancang rencana kegiatan. Dalam penyusunan
indikator hasil belajar harus memuat satu kata kerja
operasional,berorientasi pada siswa yang menggambarkan
kompetensi siswa yang diharapkan mencakup ranah
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pengembangan indikator memperhatikan KD dan KI
seperti berikut:
-
17
1. Indikator KD pada KI-1
2. Indikator KD Pada KI-2
3. Indikator KD Pada KI-3
4. Indikator KD Pada KI-4
Pengembangan indikator meliputi semua KD. Indikator 1
dan 2 merupakan kompetensi yang bersifat umum tersirat
dalam pembelajaran. KD 3 dan 4 lebih spesifik dan harus
tampak dalam pembelajaran.
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dikembangkan dari indikator.
Tujuan pembelajaran memperhatikan unsur audience
(peserta didik), behavior (perilaku), condition (metode yang
digunakan),dan degree (batasan). Tujuan pembelajaran
pada RPP Kurikulum 2013 berbasis kompetensi bukan
berbasis konten (materi). Penyusunan tujuan
pembelajaran mengembangkan hanya dari KD
pengetahuan dan keterampilan yang tampak pada
pembelajaran (direct learning). Untuk kompetensi sipritual
dan sikap terimplisit pada pembelajaran secara tidak
langsung (indirect learning).
E. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran ditulis hanya pokok-pokoknya
saja menggunakan kata benda. Materi pembelajaran
dapat mengambil dari buku siswa, buku guru,lingkungan,
dan informasi lain yang relevan seperti dari majalah,
buletin, buku refensi dan pengayaan. Materi secara
lengkap tertulis pada lampiran RPP. Pengembangan
materi/bahan ajar harus memenuhi syarat ilmiah untuk
membangun pola berfikir peserta didik. (Imas Kumiasih
dan Berlin Sani, 2014:25).
-
18
F. Metode/Model Pembelajaran
Pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013
beragam antara lain saintifik, projek based learning,
problem based learning, dan discovery learning. Model
pembelajaran kurikulum 2013 beragam dan sangat
menarik. Fungsi model pembelajaran sebagai pedoman
guru dalam melaksanakan pembelajaran. (Aris Shoimin,
2014:24). Pengembangan metode/model pembelajaran
memperhatikan karakteristik peserta didik, keluasan
materi, dan tujuan pembelajaran.
G. Kegiatan Pembelajaran (Remidi/Pengayaan)
Kegiatan pembelajaran kurikulum 2013
menggunakan pembelajaran saintifik dan tematik
integratif dengan urutan pembelajaran secara sistematis
meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar, dan mengomunikasikan. Memungkinkan
menggunakan pendekatan lainya yang relevan dengan
situasi dan kondisi di kelas. Pada langkah pembelajaran
tematik integratif perpindahan materi antar mata
pelajaran sangat halus (tidak terlihat).
H. Penilaian
Penilaian Kurikulum 2013 lebih ditekankan
menggunakan outentik (Sunarti dan Selly Rahmawati,
2014: 3). Penilaian Otentik harus disertai rubrik. Penilaian
setiap pertemuan memuat 4 aspek kompetensi yaitu
spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sebelum
menyusun rubrik mencamtumkan kriteria terlebih
dahulu. Guru berkewajiban mengembangkan rubrik
penilaian pada RPP dan digunakan dalam pembelajaran.
I. Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar
-
19
Pemilihan media, bahan, dan sumber belajar
menyesuaikan karakteristik peserta didik, lingkungan,
dan kemampuan guru. Pemilihan media, alat, bahan, dan
sumber belajar dibuat menarik agar bisa menarik
perhatian dan akan menumbuhkan rasa ingin tahu
peserta didik. (Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2014:
152).
2.4.3.Langkah–langkah Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013
Menurut Supinah (2008: 27-32) langkah
penyusunan RPP adalah sebagai berikut:
a. Mengkaji silabus
Mengkaji silabus meliputi: KI dan KD, materi
pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian
pembelajaran, alokasi waktu dan sumber. belajar.
b. Menuliskan identitas
Identitas ini meliputi: 1).Sekolah, yaitu nama sekolah
dari satuan pendidikan SD. 2).Tema/subtema/PB,
yaitu dapat diperoleh/mengacu pada silabus, buku
teks pelajaran, dan buku panduan guru.
3).Kelas/semester, yaitu disesuaikan dengan
kelas/semester yang sedang berlangsung. 4).Alokasi
waktu, adalah keseluruhan waktu yang diperlukan
untuk pencapaian KD dan beban belajar.
c. Menulisakan KI dan KD
Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran secara
kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari
siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan
-
20
matapelajaran. Kompetensi Dasar adalah sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu dan merupakan kemampuan
spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang terkait muatan pelajaran.
Kompetensi dasar ini sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran.
Pada bagian ini dituliskan kompetensi dasar yang
harus dimiliki peserta didik setelah proses
pembelajaran berakhir, cukup dengan cara mengutip
pada Permendikbud nomor 57 Tahun 2014 atau silabus
pembelajaran.
d. Menuliskan indikator
Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi
yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam
KI-KD. Indikator dimulai dari tingkatan berpikir
mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke
jauh, dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya).
Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal
KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi
minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa.
Indikator harus menggunakan kata kerja operasional
yang sesuai
e. Menuliskan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik
sesuai dengan KD.Tujuan pembelajaran ini dibuat
mengacu KI, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.
Tujuan pembelajaran ini adalah tujuan yang akan
dicapai selama proses pembelajaran
-
21
berlangsung.Tujuan pembelajaran dirumuskan
berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.Tujuan dapat diorganisasikan mencakup
seluruh KD atau diorganisasikan setiap
pertemuan.Tujuan pembelajaran yang dinyatakan
dengan baik mulai dengan menyebut Audience peserta
didik untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu
kemudian mencantumkan Behavior atau kemampuan
yang harus didemonstarsikan dan Condition seperti apa
perilaku atau kemampuan yang akan diamati.
Akhirnya, tujuan itu mencantumkan Degree
keterampilan baru itu harus dicapai dan diukur, yaitu
dengan standar seperti apa kemampuan itu dapat
dinilai.
f. Mengembangkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok
yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks
pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain
berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks
pembelajaran dari lingkungan sekitar yang
dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran
reguler, pengayaan, dan remedial.
g. Metode
Metode pembelajaran ini merupakan rincian dari
kegiatan pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk
-
22
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan
dicapai.
h. Menjabarkan kegiatan pembelajaran
Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada
silabus dalam bentuk yang lebih operasional berupa
pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi
peserta didik dan satuan pendidikan termasuk
penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar.
Kegiatan pembelajaran ini mengacu pada pendekatan,
strategi, model, dan metode pembelajaran yang
menggambarkan kegiatan berikut.
i. Menentukan alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan
untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan
mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
dalam silabus dan KD yang harus dicapai, yang
selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan,
inti, dan penutup.
j. Mengembangkan penilaian
Penilaian, memuat prosedur dan instrumen penilaian
proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian dan mengacu kepada standar penilaian.
Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara
menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian,
serta membuat pedoman penskoran. Selanjutnya
menentukan strategi pembelajaran remedial segera
setelah dilakukan penilaian.
k. Menentukan media/alat, bahan, dan sumber belajar
-
23
Media/alat pembelajaran, berupa alat bantu proses
pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran
yang memudahkan memberikan pengertian kepada
siswa. Bahan berupa bahan yang digunakan selama
proses pembelajaran berlangsung. Sumber belajar,
dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan.Menentukan media, alat, bahan dan sumber
Belajar ini disesuaikan dengan yang telah ditetapkan
dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.
2.5 In House Training Model Partisipatif2.5.1 Pengertian In House Training
KataIn House Training berasal dari istilah in house
yang berarti dalam rumah dan training berarti pelatihan.
Robbins, Stephen P, (2001:282), training atau pelatihan
yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang
direncanakan sendiri secara matang dan mempunyai
suatu format pelatihan yang terstruktur. Menurut Gomes
(2003:197), in house training adalah setiap usaha untuk
memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan
tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau
satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya
di tempat sendiri. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright
(2003:251) mengemukakan, In House Training merupakan
suatu usaha yang terencana di tempat sendiri untuk
memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang
berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku
oleh para pegawai.
-
24
Pendapat lainnya in House Training merupakan
program pelatihan yang diselenggarakan di tempat
sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi
guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan
mengoptimalkan potensi-potensi yang ada (Sujoko, 2012:
40). In House Training merupakan pelatihan yang
diselenggarakan di tempat peserta pelatihan (Danim,
2012: 94)
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan
Supriyanto, (2013:998) bahwa in House Training
merupakan pelatihan yang dilaksanakan secara internal
oleh kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang
ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan yang
dilakukan berdasar pada pemikiran bahwa sebagian
kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier
guru tidak harus dilakukan secara eksternal, namun
dapat dilakukan secara internal oleh guru sebagai trainer
yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru
lain. Sedangkan ketentuan peserta dalam IHT minimal 4
orang dan maksimal 15 orang.
Dengan demikian In House Training adalah program
pelatihan atau training yang diselenggarakan oleh suatu
perusahaan atau organisasi dengan menggunakan tempat
pelatihan sendiri, peralatan sendiri, menentukan peserta
dan dengan mendatangkan Trainer sendiri. Penyelenggara
bertugas menyiapkan tempat, kemudian menyediakan
peralatan dan mendatangkan Trainer yang sesuai dengan
topic tertentu yang butuhkan.
-
25
2.5.2 Tujuan In House Training
In house training biasanya diselenggarakan dengan
berbagai tujuan dan target tertentu. Tujuan In House
Training diantaranya:
a. Meningkatkan kualitas kompetensi guru di sekolah.
Hal ini diharapkan dapat mendukung program
sekolah dalam upaya mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Bekerja sesuai Misi dan Visi sekolah.
b. Menciptakan interaksi antar guru di sekolah. Jika
sekolah memiliki banyak guru dengan latar
belakang yang berbeda, pengalaman yang berbeda,
dan kualitas yang berbeda. Dengan In House
Training peserta dapat bertukar informasi sehingga
bukan tidak mungkin ini cara yang paling efektif
untuk menciptakan standarisasi kinerja.
c. Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan
antarguru. Karena mereka bekerja untuk satu
naungan yang sama, bukan tidak mungkin mereka
tidak lagi kaku untuk sharing, bersahabat dan lebih
kompak. Dengan ini pembelajaran akan semakin
berkualitas.
d. Meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang
berkesinambungan. Hal ini bisa mengeksplorasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di
lapangan yang berkaitan dengan peningkatan
peningkatan kompetensi, sehingga dapat mencari
solusi terbaik secara bersama-sama.
-
26
2.5.3 Materi In House Training
Materi dalam In house training biasanya relevan
dengan permasalahan yang lebih spesifik yang diminta
oleh sekolah penyelenggara terkait. Peserta dan
penyelenggara sendiri yang menentukan topik apa yang
ingin dibahas. Materi pelatihan akan di rancang secara
khusus oleh pihak trainer yang diundang agar relevan dan
berkaitan langsung dengan kompetensi guru pada suatu
bidang tugas tertentu dan mencari solusi jika terdapat
permasalah terkait. Trainer atau narasumber bisa berasal
dari guru di sekolah yang berkompeten dan memiliki
sertifikat resmi sebagai instruktur. Dengan demikian, ini
bisa menjadi jaminan bahwa sekolah akan dapat
meningkatkan kompetensi guru dan output para peserta
secara langsung.
2.5.4 Tempat Penyelenggaraan In House Training
Tempat penyenggaraan in house training ditentukan
oleh pihak penyenggara, bisa di kantor sendiri, hotel atau
tempat yang sudah ditentukan. Tempat pelatihan harus
benar-benar diperhatikan, pastikan bahwa tempat dapat
mendukung efektifitas jalannya pelatihan. Bila perlu
relevan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga
peserta dapat melihat dan mempelajarinya secara
langsung.
2.5.5 Peserta In House Training
Jika dalam training terbuka pada umumnya, siapa
pun bisa mendaftar. Sedangkan in house training para
peserta biasanya ditentukan sekolah yang
-
27
menyenggarakan. Termasuk jumlah peserta itu sendiri,
sekolah terkait harus menentukan sesuai dengan
kesepakatan dengan pihak Trainer yang diundang atau
dari kalangan sendiri.
2.5.6 Kelebihan Menyelenggarakan In HouseTraining
In House Training banyak menjadi pilihan
penyelenggaraan pelatihan guru. Karena mempunyai
beberapa kelebihan, diantaranya:
a. Biaya lebih murah
b. Hasil bisa lebih maksimal
c. Peserta dari satu sekolah sehingga lebih nyaman
dan tidak khawatir bocornya rahasia penting atau
masalah intern yang terjadi di sekolah.
d. Materi lebih spesifik
2.5.7 Model-model In House Training
Mustofa Kamil (2013:13) mengemukaan model-model
in house training dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Model Induktif
Model pelatihan ini dilakukan dari pihak yang
terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah
pihak yang luas, dan menyeluruh. Oleh karena itu,
melalui pendekatan ini diusahakan secara langsung
pada kemampuan yang telah dimiliki setiap
Sasaran didik (pelatihan), kemudian
membandingkannya dengan kemampuan yang
diharapkan atau harus dimiliki sesuai dengan
tuntutan yang datang kepada dirinya
b. Model Deduktif
-
28
Model pelatihan ini akan menetapkan kebutuhan
pelatihan (belajar) untuk peserta pelatihan yang
memiliki karakteristik yang sama, maka
pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan
pertimbangan kepada semua peserta pelatihan
(sasaran). Hasil identifikasi diduga dibutuhkan
untuk keseluruhan peserta pelatihan (sasaran) yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Hasil identifikasi
macam ini digunakan dalam menyusun materi
pelatihan (belajar) yang bersifat massal dan
menyeluruh
c. Model Klasik
Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan
bahan belajar yang telah ditetapkan dalam
kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan
belajar yang dirasakan peserta pelatihan (sasaran).
Berbeda dengan model yang pertama, pada model
ini pelatih (tutor) telah memiliki pedoman yang
berupa kurikulum, umpamanya Kurikulum
pelatihan prajabatan, kurikulum pelatihan
kepemimpinan, satuan pelajaran dalam pelatihan,
dan, modul. Identifikasi kebutuhan belajar
pelatihan dilakukan secara terbuka dan langsung
kepada peserta pelatihan (sasaran) yang sudah ada
di kelas.
d. Model Partisipatif
Model partisipatif menekankan pada proses
pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan
dibangun atas dasar partisipasi aktif (keikut sertaan)
peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan
-
29
pelatihan, mulai dari kegiatan merencanakan,
melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan
pembelajaran dalam pelatihan. Upaya yang dilakukan
pelatih pada prinsipnya lebih ditekankan pada motivasi
dan melibatkan kegiatan peserta.
2.5.8 Langkah-langkah IHT Model Partisipatif
Menurut Mustofa Kamil (2013:14)
mengemukakan bahwa langkah-langkah IHT Model
Partisipatif sebagai berikut:
a. Mengadakan perekrutan peserta IHT.
Pada tahap perekrutan peserta pelatihan
diadakan pendataan terlebih dahulu.
Kemudian peserta mengisi biodata yang
tersedia dan kebutuhan materi yang akan
digunakan dalam pelatihan.
b. Mengidentifikasi sumber, kebutuhan, dan
hambatan.
Pada tahap ini penyelenggara bersama peserta
mengidentifikasi sumber materi pelatihan sesuai
kebutuhan dalam peningkatan kompetensi dan
hambatan yang mungkin terjadi dalam
pelatihan.
c. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
Peserta dan penyelenggara menentukan tujuan
umum dan khusus secara bersama. Tujuan
umum dan khusus dijabarkan menjadi
indikator pencapaian pada soal pre dan post
test.
d. Menyusun instrumen pre dan post tes.
-
30
Pada tahap ini penyelenggara menyusun soal
pre test untuk menjajaki kemampuan peserta,
dan post test untuk mengukur ketercapaian
penguasaan materi.
e. Menyusun urutan kegiatan(jadwal),bahan,
metode,dan teknik.
Penyusunan jadwal dan kegiatan
memperhatikan kondisi peserta. Narasumber
mempersiapkan bahan, metode, dan teknik
yang memungkinkan terjadinya interaktif dan
partisipasif dalam pelatihan.
f. Mengadakan pelatihan pelatih (narasumber).
Pada tahap ini terlebih dahulu diadakan
pelatihan untuk memastikan kesesuaian
antara bahan, metode, dan teknik latihan.
g. Melaksanakan pre test.
Soal pre test diberikan pada awal pelatihan
dengan mengacu pada indikator pencapaian
yang telah ditentukan. Soal ini hanya untuk
menjajaki kemampuan awal peserta sebelum
menerima pelatihan.
h. Melaksanakan proses pelatihan.
Pelatihan dilaksanakan sesuai jadwal dan
urutan kegiatan dengan memperhatikan
keterlibatan peserta secara katif. Proses latihan
memberikan kesempatan peserta seluas-
luasnya untuk menemukan informasi
sementara narasumber sebagai fasilitator.
-
31
i. Mengadakan evaluasi post tes.
Soal post test diberikan pada akhir pelatihan
dengan mengacu pada indikator pencapaian
yang telah ditentukan. Soal ini untuk
mengukur keberhasilan peserta menerima
pelatihan.
Langkah-langkah penelitian ini digunakan
peneliti dalam melaksanakan IHT Model Partisipatif
di SDN Kedungori 1 sesuai dengan situasi dan
kondisi tempat penelitian. In House Training model
partisipatif sangat cocok untuk sekolah yang
sebagian besar gurunya berkompenten. SDN
Kedungori 1 memiliki 10 guru minimal berijazah
sarjana, maka lebih tepat melakukan kegiatan IHT
dengan model partisipatif.
2.6 Penelitian Tindakan Sekolah2.6.1 Pengertian PTS
Penelitian tindakan merupakan proses
pengumpulan, pengolahan, analisis,dan penyimpulan
data dari suatu jenis dan isi tindakan yang
sengaja direncanakan dan dilaksanakan untuk
memperbaiki metode kerja yang efektifdalam
melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya
(Nana Sujana, 2010).
Penelitian tindakan merupakan cara ilmiah
yang sitematis dan bersifat siklus digunakan untuk
mengkaji situasi sosial, dan memahami
permasalahannya, serta selanjutnya menemukan
pengetahuan yang berupa tindakan untuk
-
32
memperbaiki situasi sosial tersebut. Dibedakan
menjadi dua yaitu PTK dan PTS. (Sugiyono, 2014:
697-698).
Dari uraian singkat tersebut, PTS dapat
diartikan sebagai penelitian yang dilakukan untuk
menemukan cara-cara baru guna memperbaiki
kondisi dan memecahkan berbagai masalah
pendidikan yang dihadapi sekolah. Pada intinya
PTS berkutat pada dua hal, yakni perbaikan dan
peningkatan mutu sekolah. (Mullyasa, 2009:10).
Menurut Mulyasa, PTS mempunyai karakter
yang berbeda dengan penelitian-penelitian pada
umumnya. Setidaknya ada dua karakter secara
umum. Pertama: masalah yang diangkat untuk
dipecahkan dan ditingkatkan harus dari praktik
pendidikan di sekolah.Kedua: kepala sekolah dan
pengawas boleh melibatkan orang lain (guru) untuk
mengenal atau mengelaborasi masalah yang akan
dijadikan penelitian. (Mulyasa, 2009:12).
Menurut Suyadi dalam bukunya Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) bahwa PTK dan PTS mempunyai
perbedaan dan persamaan. Perbedaannya kalau
PTK pelakunya adalah guru, ruang lingkupnya
kelas, tujuannya perbaikan proses pembelajaran
dan obyek pelelitian adalah siswa, sedangkan PTS
pelakunya adalah kepala sekolah/pengawas, ruang
lingkupnya kepala sekolah, tujuannya peningkatan
mutu pendidikan, dan obyek penelitian sistem
manajemen dan operasional sekolah.
-
33
Dengan demikian Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) adalah penelitian yang
dilaksanakan oleh penelitidi sekolah untuk lebih
profesional terhadap pekerjaannya, memperbaiki
kerja dan melakukan inovasi sekolah serta
mengembangkan ilmu pengetahuan terapan
(professional knowledge).
Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri
utama PTS adalah melakukan tindakan nyata
untuk memperbaiki atau melakukan inovasi
sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran sehingga mampu menghasilkan
siswa yang berpikir kritis, kreatif, inovatif,
cakap dalam menyelesaikan masalah, dan
bernaluri kewirausahaan
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK
disebut juga Classroom ActionResearch (CAR).
Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya
di negera-negara maju seperti Inggris, Amerika,
Australia dan Canada. Beberapa peneliti pendidikan
terakhir ini menaruh perhatian yang sangat besar
terhadap PTK.
Apabila dicermati,kecenderungan baru ini
mengemuka karenajenis penelitian ini mampu
menawarkan pendekatan dan prosedur baru
yanglebih menjanjikan dampak langsung dalam
bentuk perbaikan dan peningkatanprofesionalisme
guru dalam mengelola proses pembelajaran
dikelas atauimplementasi berbagai program di
-
34
sekolahdengan mengkaji berbagai indikator
keberhasilanproses dan hasil pembelajaran.
Beberapa pengertian PTK menurut pendapat
para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Stephen Kemmis (dalam dalam Buku
PTK oleh IGAK Wardani,2008:3,) PTK dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh guru, yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi di mana praktek-
praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK
itu dilaksanakan berupa proses pengkajian
berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahapan
yaitu merencanakan, melakukan tindakan,
mengamati dan merefleksi.
b. Menurut Mills, (dalam Buku PTK oleh IGAK
Wardani, 2008:4). Penelitian Tindakan Kelas
didefinisikan sebagai “systematic inquiry” yang
dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan
konselor sekolah untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai praktik yang
dilakukannya.
c. Menurut Ani W, (2008) Penelitian tindakan kelas
adalah suatu kegiatan penelitian yang
berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk
memecahkan masalah-masalah pembela jaran
yang dihadapi oleh guru, memperbaiki Pedoman
-
35
Penulisan Proposal dan Laporan PTS/PTK mutu
dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal
baru dalam pembelajaran demi peningkatan
mutu dan hasil pembelajaran.
d. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam
Suyadi,2012:3), Penelitian Tindakan Kelas
adalah pencermatan dalam bentuk tindakan
terhadap kegiatan belajar yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersamaan.
Dari pendapat para ahli mengenai PTK di
atas, dapatdiambil suatu kesimpulan bahwa
penelitan tindakan kelas merupakan penelitian
angbersifat kasuistik dan berkonteks pada
kondisi, keadaan dan situasi yang ada didalam
kelas yang dilaksanakan guru untuk memecahkah
permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam
kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.6.2 Desain Model PTS/PTK
Beberapa model PTS/PTK yang sering
digunakan di dalam dunia pendidikan (sekolah),
diantaranya: (1) Model KurtLewin, (2) Model Kemmis
dan Mc Taggart, (3)Model John Elliot. Kurt Lewin
menyatakan bahwa PTS/PTK terdiri atas beberapa
siklus, setiap siklusterdiri atas empat langkah,
yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atautindakan,
(3)observasi, dan (4) refleksi.
-
36
Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis
dan Mc Taggart adalah merupakan model
pengembangan dari model Kurt Lewin.
Dikatakan demikian, karena di dalam suatu
siklus terdiri atas empat komponen, keempat
komponen tersebut, meliputi:(1) perencanaan, (2)
tindakan, (3) observasi,dan (4) refleksi. Sesudah
suatu siklus selesai di implementasikan, khususnya
sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti
adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan
dalam bentuk siklus tersendiri Model John
Elliot tampak lebih detail dan rinci. Karena dalam
setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa
aksi yaitu 3 sampai 5 aksi (tindakan). langkah,
yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-
mengajar.
2.7 Penelitian yang RelevanPenelitian sebelumnya tentu ada yang relevan
dengan penelitian ini. Penelitian tersebut bisa
digunakan sebagai bahan referensidalam penelitian
ini. Ada 5 penelitian yang mempunyai kekhasan
tersendiri dan peneliti kaji yaitu:
Salimudin (2008)Peningkatan kompetensi guru
dalam pengembangan silabus dan RPP melalui
pembinaan profesional dengan pendekatan
kooperatif di SD daerah binaan V Cabang Dinas P
dan K Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes pada
semester I tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 siklus yang mengcu pada
-
37
permasalahan dan tujuan penelitian. Subjek
penelitian adalah guru kelas VI yang berada di
daerah binaan (DABIN) V Cabang Dinas P dan K
Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes pada
semester gasal tahun pelajaran 2008/2009. Objek
penelitian tindakan sekolah adalah silabus dan
RPP. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini
adalah (1) meningkatnya aktivitas peserta dalam
pembinaan, (2) efektivitas pembinaan dengan
pendekatan kooperatif, (3) meningkatnya
kemampuan dan penguasaan guru/peserta dalam
mengembangkankan silabus dan RPP yaitu nilai
rata-rata yang diperoleh di atas 70. Hasil
penelitiannya adalah (1) untuk siklus I, nilai rata-
rata masih rendah yakni 65,31 dan meningkat pada
siklus 2 nilai rata-rata yang diperoleh peserta
adalah 78,75.
Margo Wibowo (2012)Peningkatan kompetensi
guru dalam pengembangan silabus dan RPP melalui
Supervisi Akademik di Gugus Merpati Kecamatan
Metro Utara Bandar lampung 2012/2013. Penelitian
ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Hasil dari
penelitian ini adalah: 1) untuk menyusun program
supervisi akademik dilakukan analisis kebutuhan
dengan memperhatikan aspek-aspek permasalahan
yang dihahapi guru, tujuan supervisi akademik,
strategi/metode kerja dan teknik supervisi, skenario
kegiatan, sumber daya yang akan digunakan, dan
alat penilaian yang tepat agar pelaksanaan
supervisi dapat dilakukan dengan efektif dan
-
38
efisien, 2) kegiatan supervisor dalam supervise
akademik adalah memberi bimbingan kepada guru,
sedangkan guru melaksanakan revisi penyusunan
silabus dan RPP. 3)perangkat evaluasi supervisi
akademik yang digunakan adalah IPKG 4)
peningkatan kemampuan guru dalam
mengembangkan silabus nilai rata-rata siklus I
adalah 59,90, siklus II adalah 74,08 dan pada
siklus III adalah 81,22 , Kemampuan guru dalam
mengembangkan RPP, nilai rata-rata siklus I adalah
67,38 , siklus II adalah 76,07 dan pada siklus III
adalah 83,10.
Supriyanto (2014) Pelaksanaan In House
Training dapat meningkatkan kompetensi pedagogik
guru dalam menyusun RPP berkarakter di SDN
Wongsorejo. Tindakan penelitian ini melalui 2 siklus
yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Hasil penelitian terjadi
kompetensi pedagogik 71 poin atau kategori “baik”
pada siklus 1. Pada siklus kedua meningkat
menjadi 91 poin atau kategori “sangat baik”. Hasil
belajar dalam mengelola pembelajaran karakter
pada siklus 1 adalah 78 poin kategori “baik”
meningkat menjadi 93 poin atau kategori “sangat
baik” pada siklus 2.Hal ini dapat disimpulkan
bahwa Pelaksanaan In House Training dapat
meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam
menyusun RPP berkarakter.
Dirgantara Wicaksono (2014) Peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum
-
39
2013 Melalui Workshop Problem Based Learning
tahun pelajaran 2013/2014. (dalam Jurnal
International Comference on Education di
Universitas Malaysia Sabah). Penelitian tindakan
sekolah ini dikerjakan dalam dua siklus, dan setiap
siklus terdiri dari 5 kali pertemuan yang pada
pertemuan kedua dilakukan post-test. Pertimbangan
penelitian dalam dua siklus atau empat kali
pertemuan dalam dua minggu disesuaikan dengan
kalender akademis yang sedang berlangsung pada
SMA Al-Hikmah. Jakarta Timur.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendekatan Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan peserta
workshop dalam memecahkan masalah
penyusunan RPP kurikulum 2013 di SMA Al-
Hikmah Jakarta Timur. Selain itu Peran Teknologi
Pendidikan begitu dirasakan manfaatnya terutama
dalam hal penentuan pendekatan, strategi serta
model pembelajaran apa yang paling efektif
digunakan dalam workshop ini sehingga dapat
meningkatkan pemahaman guru tentang
penyusunan RPP.
Tiamsah (2014) Peningkatan kompetensi guru
dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 Melalui
Bimbingan Berkelanjutan di SD Negeri 163085 Kota
Tebing Tinggitahun pelajaran 2013/2014.(dalam E.
Jurnal Universitas Negeri Medan). Penelitian ini
terdiri dari 2 siklus dimana dalam setiap siklusnya
terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Indikator keberhasilan dari
-
40
penelitian ini apabila komponen Rencana
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013 dapat terpenuhi dengan baik dan
benar. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat bahwa
bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan
kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013 . Hal ini dapat
dibuktikan dari hasil observasi yang
memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013 dari siklus I ke
siklus II. Pada siklus I nilai rata rata komponen RPP
69 % dan pada siklus II 83 %, terjadi peningkatan
14 % dari siklus I.
Secara umum penelitian sebelumnya
mempunyai kesamaan dalam meningkatkan
kompetensi guru dalam menyusun RPP. Penelitian
Supriyanto (2014) menggunakan tindakan melalui
IHT secara umum dengan subjek penelitian jumlah
guru yang relatif lebih besar sebanyak 34 guru
sedangkan penelitian ini hanya 10 guru. Dirgantara
Wicaksono (2014) melalui workshop model Problem
Based Learning, urutan pelaksanaan kegiatan
dengan penelitian ini hampir sama yaitu ada
perencanaan bahan, pelaksanaan, observasi, dan
penilaian akhir. Namun peran pelatih lebih dominan
sementara peran peserta lebih banyak sebagi objek.
Lebih banyak mngedepankan teori memcahkan
masalah daripada praktik menyusun RPP
Kurikulum 2013.
-
41
Penelitian ini dengan nuansa yang berbeda
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lokasi
penelitian. Penelitian ini lebih fokus pada
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun
RPP 2013, sedangkan tindakan yang dilkukan lebih
spesifik pada model pendekatannya yaitu IHT model
partisipatif. Karena sebagian besar guru di sekolah
tempat penelitian mempunyai bekal kompetensi
paedagogis dalam menyusun RPP yang cukup
besar.
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir
di atas, maka dapat diduga sementara (hipotesis)
sebagai berikut: “In House Training (IHT) model
partisipatif dapat meningkatkan kompetensi guru
dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 di SDN
Kedungori 1 Tahun Pelajaran 2015/2016”.
-
42
8
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Pendidikan
Manajemen merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Keberhasilan manajemen ditentukan oleh kinerja seorang manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah pada satuan pendidikan. Oleh karena itu agar penyelenggara pendidikan berhasil dengan baik diperlukan manajemen pendidikan yang baik pula. Kepala Sekolah sebagai top manager harus mampu mengelola pendidikan di sekolah dengan melibatkan tenaga pendidikan dan guru untuk mencapai tujuan sekolah.
Pengelolaan pendidikan di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah hendaknya dilakukan secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman (2014: 602) yang mengatakan bahwa manajemen pendidikan merupakan budaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus dengan memfokuskan pada masyarakat/wali murid yang menyekolahkan anak-anaknya demi mendapatkan kepuasan jangka panjang dan peran serta warga sekolah keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Perbaikan secara terus menerus hanya bisa dicapai dengan memberdayakan orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Perbaikan dimulai dari yang sederhana, mudah, dan kecil untuk mencapai keberhasilan. (Husaini Usman, 2014:603).
Salah satu peranan sekolah dalam meningkatkan budaya mutu menurut Sallis (2014:624) adalah mengembangkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan (staf) melalui pelatihan. Pelatihan dapat meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Kompetensi seorang pendidik antara lain menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
2.2 Kompetensi Guru
Istilah kompetensi dari kata “Competent” yang berarti kemampuan, kompetensi merupakan kemampuan individual dan mampu menguasai atau melaksanakan suatu pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan atau peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja (Suyuti, 2003:17). Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (Saragih, 2006: 29).
Kompetensi adalah kemampuan kecakapan, keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum, (Syah 2000:30). Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan profesional adalah guru yang piawai dalam melaksanakam profesinya. Bahwa dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian (Adlan, 2000: 32) yaitu:
a. Kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkah laku individu.
b. Kompetensi efektif, kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas.
c. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai.
Kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Kompetensi merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga pendidikan.
2.3 Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP
2.3.1 Pengertian Kompetensi
Istilah kompetensi mempunyai banyak makna.Menurut Broke and Stone dalam Buku Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru (Mulyasa, 2013) mengemukakan kompetensi adalah.... desscriptive of qualittative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful, ....bahwa (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Suyuti (2003) mengungkapkan bahwa kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja.Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia. No 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 10, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Definisi yang lain kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. (Mulyasa, 2013:25).
Jadi kompetensi, dapat diartikan kemampuan yang meliputi perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) yang diperoleh melalui pendidikan dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya.
2.3.2 Kompetensi Menyusun RPP
Menurut Dirgantara Wicaksono, (2014:5) Kompetensi seorang guru yang memenuhi standar yang terdiri dari empat komponen kompetensi yang terdiri dari: kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi wawasan kependidikan, kompetensi akademik atau vokasional, dan kompetensi pengembangan profesi. Sedangkan kompetensi pengelolaan pembelajaran terdiri atas kemampuan menyusun rencana pembelajaran, dan kemampuan melaksanakan pembelajaran.Dalam penelitian action research ini lebih ditekankan dan dibatasi hanya kepada komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran saja. Itupun dibatasi hanya kepada kemampuan menyusun rencana pembelajaran.
Adapun standar kompetensi guru yang utama adalah: kemampuan menyusun rencana pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan kemampuan menilai prestasi belajar. Kemampuan menyusun rencana pembelajaran meliputi: a) mendeskripsikan tujuan pembelajaran, b) menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan, c) mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok, d) mengalokasikan waktu, e) menentukan metode pembelajaran yang sesuai, f) merancang prosedur pembelajaran, g)menentukan media pembelajaran/alat praktikum (dan bahan) yang akan digunakan, h) menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya), dan i) menentukan teknik penilaian yang sesuai (Paul Suparno, 2004:8).
Dengan demikian kompetensi guru menyusun RPP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru yang meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun RPP. Kemampuan pengetahuan merupakan kemampuan menguasai tentang teori penyusunan RPP. Kemampuan keterampilam merupakan kemampuan menyusun produk RPP berdasarkan kaidah-kaidah penyusunannya.
2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kurikulum 2013
2.4.1 Pengertian
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Silabus merupakan sebagian sub-sistem pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran adalah penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator yang ditetapkan.
Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66) menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat). Perencanaan program pembelajaran adalah hasil pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya Oemar Hakim (dalam Kurniawati 2009:74) menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan program jangka pendek untuk memperkirakan suatu proyeksi tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran”.
Permendiknas No. 103 tahun 2014 menyatakan, “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar dalam beberapa pertemuan yang mengacu pada standar isi, standar kelulusan dan telah dijabarkan dalam silabus.”
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 dilakukan oleh guru berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan yang tertera pada Permendikbud No.103 tahun 2014 dan pelaksanaannya menerapkan pendekatan saintifik, pembelajaran tematik integratif dan penilaian autentik. (Kemendikbud, 2013:120). Hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran Kurikulum 2013 meliputi mengorganisasikan tema, mengumpulkan bahan dan sumber, merancang kegiatan saintifik dan projek serta menyusun skenario pembelajaran dengan langkah-langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. (Ibnu Hajar, 2013:58).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.
Dalam Kurikulum 2013, guru bersama warga sekolah berupaya menyusun kurikulum dan perencanaan program pembelajaran, meliputi: program tahunan, program semester, silabus, dan rencana peleksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. RPP merupakan acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk setiap KD. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.
2.4.2.Komponen Rencana Pelaksanaan PembelajaranKurikulum 2013
Menurut Permendiknas No. 103 Tahun 2014, komponen RPP terdiri dari a). identitas mata pelajaran, (b) kompetensi inti, (c) kompetensi dasar, (d) indikator pencapaian kompetensi, (e) materi ajar, (f) alokasi waktu, (g) kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintific dan tematik integratif. (h) sumber belajar, (i) penilaian hasil belajar meliputi: soal, skor dan kunci jawaban.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 2005 pasal 20 menyatakan bahwa, ”RPP minimal memuat sekurang-kurangnya lima komponen yang meliputi: (1) tujuan pembelajaran, (2) materi ajar, (3) metode pengajaran, (4) sumber belajar, dan (5) penilaian hasil belajar.”
Jadi komponen RPP Kurikulum 2013 yang ideal berdasarkan peraturan Permendikbud 103 tahun 2014 dan PP No. 19 tahun 2005 di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
IDENTITAS
Pada komponen ini guru mengisi identitas sekolah, kelas semester, tema, subtema, pembelajaran, dan pertemuan. Komponen identitas selalu ditulis setiap satu perangkat pembelajaran.
A. Kompetensi Inti
Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2013:134) menjelaskan kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dansoftskills.
Dengan demikian Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Bahan untuk mengisi kompetensi inti berasal dari silabus meliputi kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap kelas mempunyai kompetensi inti yang berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan peserta didik.
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran
1. KD pada KI-1
2. KD Pada KI-2
3. KD Pada KI-3
4. KD Pada KI-4
KD merupakan penjabaran dari KI yang diambil dari silabus. KD juga terdapat pada bagian awal tema buku guru.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Dalam penyusunan indikator perlu memperhatikan kriteria;spesifik yaitu hanya mengandung satu perilaku. Contoh pernyataan yang menggandung satu perilaku; merancang rencana kegiatan. Dalam penyusunan indikator hasil belajar harus memuat satu kata kerja operasional,berorientasi pada siswa yang menggambarkan kompetensi siswa yang diharapkan mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pengembangan indikator memperhatikan KD dan KI seperti berikut:
1. Indikator KD pada KI-1
2. Indikator KD Pada KI-2
3. Indikator KD Pada KI-3
4. Indikator KD Pada KI-4
Pengembangan indikator meliputi semua KD. Indikator 1 dan 2 merupakan kompetensi yang bersifat umum tersirat dalam pembelajaran. KD 3 dan 4 lebih spesifik dan harus tampak dalam pembelajaran.
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dikembangkan dari indikator. Tujuan pembelajaran memperhatikan unsur audience (peserta didik), behavior (perilaku), condition (metode yang digunakan),dan degree (batasan). Tujuan pembelajaran pada RPP Kurikulum 2013 berbasis kompetensi bukan berbasis konten (materi). Penyusunan tujuan pembelajaran mengembangkan hanya dari KD pengetahuan dan keterampilan yang tampak pada pembelajaran (direct learning). Untuk kompetensi sipritual dan sikap terimplisit pada pembelajaran secara tidak langsung (indirect learning).
E. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran ditulis hanya pokok-pokoknya saja menggunakan kata benda. Materi pembelajaran dapat mengambil dari buku siswa, buku guru,lingkungan, dan informasi lain yang relevan seperti dari majalah, buletin, buku refensi dan pengayaan. Materi secara lengkap tertulis pada lampiran RPP. Pengembangan materi/bahan ajar harus memenuhi syarat ilmiah untuk membangun pola berfikir peserta didik. (Imas Kumiasih dan Berlin Sani, 2014:25).
F. Metode/Model Pembelajaran
Pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013 beragam antara lain saintifik, projek based learning, problem based learning, dan discovery learning. Model pembelajaran kurikulum 2013 beragam dan sangat menarik. Fungsi model pembelajaran sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran. (Aris Shoimin, 2014:24). Pengembangan metode/model pembelajaran memperhatikan karakteristik peserta didik, keluasan materi, dan tujuan pembelajaran.
G. Kegiatan Pembelajaran (Remidi/Pengayaan)
Kegiatan pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran saintifik dan tematik integratif dengan urutan pembelajaran secara sistematis meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Memungkinkan menggunakan pendekatan lainya yang relevan dengan situasi dan kondisi di kelas. Pada langkah pembelajaran tematik integratif perpindahan materi antar mata pelajaran sangat halus (tidak terlihat).
H. Penilaian
Penilaian Kurikulum 2013 lebih ditekankan menggunakan outentik (Sunarti dan Selly Rahmawati, 2014: 3). Penilaian Otentik harus disertai rubrik. Penilaian setiap pertemuan memuat 4 aspek kompetensi yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sebelum menyusun rubrik mencamtumkan kriteria terlebih dahulu. Guru berkewajiban mengembangkan rubrik penilaian pada RPP dan digunakan dalam pembelajaran.
I. Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar
Pemilihan media, bahan, dan sumber belajar menyesuaikan karakteristik peserta didik, lingkungan, dan kemampuan guru. Pemilihan media, alat, bahan, dan sumber belajar dibuat menarik agar bisa menarik perhatian dan akan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik. (Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2014: 152).
2.4.3.Langkah–langkah Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013
Menurut Supinah (2008: 27-32) langkah penyusunan RPP adalah sebagai berikut:
a. Mengkaji silabus
Mengkaji silabus meliputi: KI dan KD, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, alokasi waktu dan sumber. belajar.
b. Menuliskan identitas
Identitas ini meliputi: 1).Sekolah, yaitu nama sekolah dari satuan pendidikan SD. 2).Tema/subtema/PB, yaitu dapat diperoleh/mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. 3).Kelas/semester, yaitu disesuaikan dengan kelas/semester yang sedang berlangsung. 4).Alokasi waktu, adalah keseluruhan waktu yang diperlukan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
c. Menulisakan KI dan KD
Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan matapelajaran. Kompetensi Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu dan merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan pelajaran. Kompetensi dasar ini sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran berakhir, cukup dengan cara mengutip pada Permendikbud nomor 57 Tahun 2014 atau silabus pembelajaran.
d. Menuliskan indikator
Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam KI-KD. Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya). Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa. Indikator harus menggunakan kata kerja operasional yang sesuai
e. Menuliskan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan KD.Tujuan pembelajaran ini dibuat mengacu KI, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran ini adalah tujuan yang akan dicapai selama proses pembelajaran berlangsung.Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan setiap pertemuan.Tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan baik mulai dengan menyebut Audience peserta didik untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu kemudian mencantumkan Behavior atau kemampuan yang harus didemonstarsikan dan Condition seperti apa perilaku atau kemampuan yang akan diamati. Akhirnya, tujuan itu mencantumkan Degree keterampilan baru itu harus dicapai dan diukur, yaitu dengan standar seperti apa kemampuan itu dapat dinilai.
f. Mengembangkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.
g. Metode
Metode pembelajaran ini merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.
h. Menjabarkan kegiatan pembelajaran
Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan pendidikan termasuk penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar. Kegiatan pembelajaran ini mengacu pada pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran yang menggambarkan kegiatan berikut.
i. Menentukan alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai, yang selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
j. Mengembangkan penilaian
Penilaian, memuat prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian dan mengacu kepada standar penilaian. Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta membuat pedoman penskoran. Selanjutnya menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah dilakukan penilaian.
k. Menentukan media/alat, bahan, dan sumber belajar
Media/alat pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran yang memudahkan memberikan pengertian kepada siswa. Bahan berupa bahan yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.Menentukan media, alat, bahan dan sumber Belajar ini disesuaikan dengan yang telah ditetapkan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.
2.5 In House Training Model Partisipatif
2.5.1 Pengertian In House Training
KataIn House Training berasal dari istilah in house yang berarti dalam rumah dan training berarti pelatihan. Robbins, Stephen P, (2001:282), training atau pelatihan yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan sendiri secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur. Menurut Gomes (2003:197), in house training adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya di tempat sendiri. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan, In House Training merupakan suatu usaha yang terencana di tempat sendiri untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
Pendapat lainnya in House Training merupakan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada (Sujoko, 2012: 40). In House Training merupakan pelatihan yang diselenggarakan di tempat peserta pelatihan (Danim, 2012: 94)
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Supriyanto, (2013:998) bahwa in House Training merupakan pelatihan yang dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan berdasar pada pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal, namun dapat dilakukan secara internal oleh guru sebagai trainer yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain. Sedangkan ketentuan peserta dalam IHT minimal 4 orang dan maksimal 15 orang.
Dengan demikian In House Training adalah program pelatihan atau training yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau organisasi dengan menggunakan tempat pelatihan sendiri, peralatan sendiri, menentukan peserta dan dengan mendatangkan Trainer sendiri. Penyelenggara bertugas menyiapkan tempat, kemudian menyediakan peralatan dan mendatangkan Trainer yang sesuai dengan topic tertentu yang butuhkan.
2.5.2 Tujuan In House Training
In house training biasanya diselenggarakan dengan berbagai tujuan dan target tertentu. Tujuan In House Training diantaranya:
a. Meningkatkan kualitas kompetensi guru di sekolah. Hal ini diharapkan dapat mendukung program sekolah dalam upaya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Bekerja sesuai Misi dan Visi sekolah.
b. Menciptakan interaksi antar guru di sekolah. Jika sekolah memiliki banyak guru dengan latar belakang yang berbeda, pengalaman yang berbeda, dan kualitas yang berbeda. Dengan In House Training peserta dapat bertukar informasi sehingga bukan tidak mungkin ini cara yang paling efektif untuk menciptakan standarisasi kinerja.
c. Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan antarguru. Karena mereka bekerja untuk satu naungan yang sama, bukan tidak mungkin mereka tidak lagi kaku untuk sharing, bersahabat dan lebih kompak. Dengan ini pembelajaran akan semakin berkualitas.
d. Meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan. Hal ini bisa mengeksplorasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan peningkatan peningkatan kompetensi, sehingga dapat mencari solusi terbaik secara bersama-sama.
2.5.3 Materi In House Training
Materi dalam In house training biasanya relevan dengan permasalahan yang lebih spesifik yang diminta oleh sekolah penyelenggara terkait. Peserta dan penyelenggara sendiri yang menentukan topik apa yang ingin dibahas. Materi pelatihan akan di rancang secara khusus oleh pihak trainer yang diundang agar relevan dan berkaitan langsung dengan kompetensi guru pada suatu bidang tugas tertentu dan mencari solusi jika terdapat permasalah terkait. Trainer atau narasumber bisa berasal dari guru di sekolah yang berkompeten dan memiliki sertifikat resmi sebagai instruktur. Dengan demikian, ini bisa menjadi jaminan bahwa sekolah akan dapat meningkatkan kompetensi guru dan output para peserta secara langsung.
2.5.4 Tempat Penyelenggaraan In House Training
Tempat penyenggaraan in house training ditentukan oleh pihak penyenggara, bisa di kantor sendiri, hotel atau tempat yang sudah ditentukan. Tempat pelatihan harus benar-benar diperhatikan, pastikan bahwa tempat dapat mendukung efektifitas jalannya pelatihan. Bila perlu relevan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga peserta dapat melihat dan mempelajarinya secara langsung.
2.5.5 Peserta In House Training
Jika dalam training terbuka pada umumnya, siapa pun bisa mendaftar. Sedangkan in house training para peserta biasanya ditentukan sekolah yang menyenggarakan. Termasuk jumlah peserta itu sendiri, sekolah terkait harus menentukan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak Trainer yang diundang atau dari kalangan sendiri.
2.5.6 Kelebihan Menyelenggarakan In HouseTraining
In House Training banyak menjadi pilihan penyelenggaraan pelatihan guru. Karena mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:
a. Biaya lebih murah
b. Hasil bisa lebih maksimal
c. Peserta dari satu sekolah sehingga lebih nyaman dan tidak khawatir bocornya rahasia penting atau masalah intern yang terjadi di sekolah.
d. Materi lebih spesifik
2.5.7 Model-model In House Training
Mustofa Kamil (2013:13) mengemukaan model-model in house training dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Model Induktif
Model pelatihan ini dilakukan dari pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang luas, dan menyeluruh. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini diusahakan secara langsung pada kemampuan yang telah dimiliki setiap Sasaran didik (pelatihan), kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang diharapkan atau harus dimiliki sesuai dengan tuntutan yang datang kepada dirinya
b. Model Deduktif
Model pelatihan ini akan menetapkan kebutuhan pelatihan (belajar) untuk peserta pelatihan yang memiliki karakteristik yang sama, maka pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan pertimbangan kepada semua peserta pelatihan (sasaran). Hasil identifikasi diduga dibutuhkan untuk keseluruhan peserta pelatihan (sasaran) yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Hasil identifikasi macam ini digunakan dalam menyusun materi pelatihan (belajar) yang bersifat massal dan menyeluruh
c. Model Klasik
Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan belajar yang dirasakan peserta pelatihan (sasaran). Berbeda dengan model yang pertama, pada model ini pelatih (tutor) telah memiliki pedoman yang berupa kurikulum, umpamanya Kurikulum pelatihan prajabatan, kurikulum pelatihan kepemimpinan, satuan pelajaran dalam pelatihan, dan, modul. Identifikasi kebutuhan belajar pelatihan dilakukan secara terbuka dan langsung kepada peserta pelatihan (sasaran) yang sudah ada di kelas.
d. Model Partisipatif
Model partisipatif menekankan pada proses pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipasi aktif (keikut sertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan pembelajaran dalam pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada prinsipnya lebih ditekankan pada motivasi dan melibatkan kegiatan peserta.
2.5.8 Langkah-langkah IHT Model Partisipatif
Menurut Mustofa Kamil (2013:14) mengemukakan bahwa langkah-langkah IHT Model Partisipatif sebagai berikut:
a. Mengadakan perekrutan peserta IHT.
Pada tahap perekrutan peserta pelatihan diadakan pendataan terlebih dahulu. Kemudian peserta mengisi biodata yang tersedia dan kebutuhan materi yang akan digunakan dalam pelatihan.
b. Mengidentifikasi sumber, kebutuhan, dan hambatan.
Pada tahap ini penyelenggara bersama peserta mengidentifikasi sumber materi pelatihan sesuai kebutuhan dalam peningkatan kompetensi dan hambatan yang mungkin terjadi dalam pelatihan.
c. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
Peserta dan penyelenggara menentukan tujuan umum dan khusus secara bersama. Tujuan umum dan khusus dijabarkan menjadi indikator pencapaian pada soal pre dan post test.
d. Menyusun instrumen pre dan post tes.
Pada tahap ini penyelenggara menyusun soal pre test untuk menjajaki kemampuan peserta, dan post test untuk mengukur ketercapaian penguasaan materi.
e. Menyusun urutan kegiatan(jadwal),bahan, metode,dan teknik.
Penyusunan jadwal dan kegiatan memperhatikan kondisi peserta. Narasumber mempersiapkan bahan, metode, dan teknik yang memungkinkan terjadinya interaktif dan partisipasif dalam pelatihan.
f. Mengadakan pelatihan pelatih (narasumber).
Pada tahap ini terlebih dahulu diadakan pelatihan untuk memastikan kesesuaian antara bahan, metode, dan teknik latihan.
g. Melaksanakan pre test.
Soal pre test diberikan pada awal pelatihan dengan mengacu pada indikator pencapaian yang telah ditentukan. Soal ini hanya untuk menjajaki kemampuan awal peserta sebelum menerima pelatihan.
h. Melaksanakan proses pelatihan.
Pelatihan dilaksanakan sesuai jadwal dan urutan kegiatan dengan memperhatikan keterlibatan peserta secara katif. Proses latihan memberikan kesempatan peserta seluas-luasnya untuk menemukan informasi sementara narasumber sebagai fasilitator.
i. Mengadakan evaluasi post tes.
Soal post test diberikan pada akhir pelatihan dengan mengacu pada indikator pencapaian yang telah ditentukan. Soal ini untuk mengukur keberhasilan peserta menerima pelatihan.
Langkah-langkah penelitian ini digunakan peneliti dalam melaksanakan IHT Model Partisipatif di SDN Kedungori 1 sesuai dengan situasi dan kondisi tempat penelitian. In House Training model partisipatif sangat cocok untuk sekolah yang sebagian besar gurunya berkompenten. SDN Kedungori 1 memiliki 10 guru minimal berijazah sarjana, maka lebih tepat melakukan kegiatan IHT dengan model partisipatif.
2.6 Penelitian Tindakan Sekolah
2.6.1 Pengertian PTS
Penelitian tindakan merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis,dan penyimpulan data dari suatu jenis dan isi tindakan yang sengajadirencanakan dan dilaksanakan untuk memperbaiki metode kerja yang efektifdalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya (Nana Sujana, 2010).
Penelitian tindakan merupakan cara ilmiah yang sitematis dan bersifat siklus digunakan untuk mengkaji situasi sosial, dan memahami permasalahannya, serta selanjutnya menemukan pengetahuan yang berupa tindakan untuk memperbaiki situasi sosial tersebut. Dibedakan menjadi dua yaitu PTK dan PTS. (Sugiyono, 2014: 697-698).
Dari uraian singkat tersebut, PTS dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan untuk menemukan cara-cara baru guna memperbaiki kondisi dan memecahkan berbagai masalah pendidikan yang dihadapi sekolah. Pada intinya PTS berkutat pada dua hal, yakni perbaikan dan peningkatan mutu sekolah. (Mullyasa, 2009:10).
Menurut Mulyasa, PTS mempunyai karakter yang berbeda dengan penelitian-penelitian pada umumnya. Setidaknya ada dua karakter secara umum. Pertama: masalah yang diangkat untuk dipecahkan dan ditingkatkan harus dari praktik pendidikan di sekolah.Kedua: kepala sekolah dan pengawas boleh melibatkan orang lain (guru) untuk mengenal atau mengelaborasi masalah yang akan dijadikan penelitian. (Mulyasa, 2009:12).
Menurut Suyadi dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) bahwa PTK dan PTS mempunyai perbedaan dan persamaan. Perbedaannya kalau PTK pelakunya adalah guru, ruang lingkupnya kelas, tujuannya perbaikan proses pembelajaran dan obyek pelelitian adalah siswa, sedangkan PTS pelakunya adalah kepala sekolah/pengawas, ruang lingkupnya kepala sekolah, tujuannya peningkatan mutu pendidikan, dan obyek penelitian sistem manajemen dan operasional sekolah.
Dengan demikian Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah penelitian yang dilaksanakan oleh penelitidi sekolah untuk lebih profesional terhadap pekerjaannya, memperbaiki kerja dan melakukan inovasi sekolah serta mengembangkan ilmu pengetahuan terapan(professional knowledge).
Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri utama PTS adalah melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki atau melakukan inovasi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga mampu menghasilkan siswa yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, cakap dalam menyelesaikan masalah, dan bernaluri kewirausahaan
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTKdisebut juga Classroom ActionResearch (CAR).Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negera-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia dan Canada. Beberapa peneliti pendidikan terakhir ini menaruh perhatian yang sangat besar terhadap PTK.
Apabila dicermati,kecenderungan baru ini mengemuka karenajenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yanglebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatanprofesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajarandikelas atauimplementasi berbagai program di sekolahdengan mengkaji berbagai indikatorkeberhasilanproses dan hasil pembelajaran.
Beberapa pengertian PTK menurut pendapatpara ahli sebagai berikut:
a. Menurut Stephen Kemmis (dalam dalam Buku PTK oleh IGAK Wardani,2008:3,) PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh guru, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK itu dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan merefleksi.
b. Menurut Mills, (dalam Buku PTK oleh IGAK Wardani, 2008:4). Penelitian Tindakan Kelas didefinisikan sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
c. Menurut Ani W, (2008) Penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian yang berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah pembela jaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki Pedoman Penulisan Proposal dan Laporan PTS/PTK mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
d. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Suyadi,2012:3), Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Dari pendapat para ahli mengenai PTK di atas, dapatdiambil suatu kesimpulan bahwa penelitan tindakan kelas merupakan penelitian angbersifat kasuistik dan berkonteks pada kondisi, keadaan dan situasi yang ada didalam kelas yang dilaksanakan guru untuk memecahkah permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.6.2 Desain Model