bab ii landasan teori 2.1. pengertian saluran distribusi ii.pdfbahwa cakupan saluran distribusi...

20
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Saluran Distribusi Memahami perilaku masyarakat dalam pembelian barang dan jasa tersebut di butuhkan studi tersendiri. Perusahaan berkepentingan dengan hampir setiap kegiatan manusia yang hanya dalam lingkup yang lebih terbatas. Perilaku konsumen sangat komplek dan sulit di prediksi. Pendekatan-pendekatan yang selama ini banyak digunakan untuk menyingkap sikap, minat, dan perilaku konsumen mengansumsikan bahwa konsumen bersikap rasional dalam setiap keputusan pembelian. Menurut Djaslim Saladin (2006: 153) “Saluran Distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi” Menurut Philip Kotler (2007: 122) “Saluran Distribusi adalah organisasi organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi.” Berdasarkan definisi diatas dapat tergambar bahwa saluran distribusi merupakan suatu lembaga pemasaran baik itu milik produsen maupun bukan yang bertugas untuk menyalurkan produk baik ke konsumen maupun ke konsumen industri berdasarkan prinsip manajemen perusahaan yang telah ditetapkan.

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Pengertian Saluran Distribusi

    Memahami perilaku masyarakat dalam pembelian barang dan jasa tersebut

    di butuhkan studi tersendiri. Perusahaan berkepentingan dengan hampir setiap

    kegiatan manusia yang hanya dalam lingkup yang lebih terbatas. Perilaku

    konsumen sangat komplek dan sulit di prediksi. Pendekatan-pendekatan yang

    selama ini banyak digunakan untuk menyingkap sikap, minat, dan perilaku

    konsumen mengansumsikan bahwa konsumen bersikap rasional dalam setiap

    keputusan pembelian.

    Menurut Djaslim Saladin (2006: 153)

    “Saluran Distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung

    yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk

    digunakan atau dikonsumsi”

    Menurut Philip Kotler (2007: 122)

    “Saluran Distribusi adalah organisasi – organisasi yang saling tergantung

    yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia

    untuk digunakan atau dikonsumsi.”

    Berdasarkan definisi diatas dapat tergambar bahwa saluran distribusi

    merupakan suatu lembaga pemasaran baik itu milik produsen maupun bukan

    yang bertugas untuk menyalurkan produk baik ke konsumen maupun ke

    konsumen industri berdasarkan prinsip manajemen perusahaan yang telah

    ditetapkan.

  • 8

    Kedudukan saluran distribusi di dalam saluran pemasaran bahwa saluran

    distribusi merupakan bagian dari saluran pemasaran yang berfungsi dalam

    membantu produsen menyalurkan hasil produksinya untuk bisa ke tangan

    konsumen dimana tugasnya mencakup penyebaran promosi transportasi dan

    sebagainya tetapi saluran distribusi tidak melakukan tugas yang seperti

    dilakukan fungsi saluran pemasaran, dimana tugasnya melakukan seluruh tugas

    yang dilakukan saluran distribusi ditambah sebagai fasilitator, artinya orang atau

    lembaga yang memfasilitasi kegiatan atau operasional kegiatan perusahaan

    diantaranya pelayanan perbaikan dan sebagainya sehingga dapat diketahui

    bahwa cakupan saluran distribusi relatif lebih kecil daripada saluran pemasaran.

    2.1.1. Fungsi Saluran Distribusi

    Fungsi Saluran Distribusi mencakup beberapa hal, yaitu:

    1. Informasi (Information) adalah sebagai pengumpul dan penyebar

    informasi riset pemasaran tentang potensi dan kemampuan pasar,

    pesaing, dan kekuatan – kekuatan lain dalam lingkungan pemasaran.

    2. Promosi (Promotion) adalah sebagai pengembangan dan penyebaran

    komunikasi

    3. Negosiasi (Negotiation) adalah usaha untuk mencapai persetujuan akhir

    mengenai harga dan hal – hal lain yang berhubungan dengan perpindahan

    hak milik.

  • 9

    4. Pemesanan (Ordering) adalah komunikasi saluran ke belakang

    mengenai minat membeli oleh anggota saluran pemasaran ke produsen.

    5. Pembiayaan (Financiang) adalah permintaan dan penyebaran dana

    untuk menutup biaya saluran pemasaran tersebut.

    6. Pengambilan Risiko (Risk Taking) adalah perkiraan besar resiko

    berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut.

    7. Kepemilikan Fisik (Physical Possession) adalah milik dari

    penyimpangan dan pergerakan barang secara fisik dari bahan mentah

    sampai ke konsumen akhir.

    8. Pembayaran (Payment) adalah arus pembayaran atau uang kepada penjual

    atas jasa atau produk atau jasa yang telah diserahkan.

    9. Kepemilikan (Tittle) adalah arus kepemilikan dari suatu lembaga

    pemasaran ke lembaga pemasaran lainnya.

  • 10

    2.1.2. Tingkat Saluran Distribusi

    William J. Stanton yang diterjemahkan oleh Sadu Sundarto (1996:

    81) mengemukakan beberapa bentuk saluran distribusi yang biasanya

    digunakan untuk barang – barang konsumsi, sebagai berikut:

    1. Saluran Distribusi untuk barang konsumsi a. Saluran 0 tingkat

    Produsen Konsumen

    Disebut juga sebagai saluran distribusi langsung (lebih pendek) dan

    system penjualan yang dilakukan untuk produsen bisa dengan cara

    door to door atau pasaran lewat pos (mail order system)

    b. Saluran 1 tingkat Produsen Pedagang Eceran Konsumen

    Dalam hal ini pedagang eceran berfungsi sebagai wadah penyalur

    dari produsen yang dihasilkan produsen kepada konsumen akhir,

    dan juga secara tidak langsung membantu dalam proses pemasaran.

    c. Saluran 2 tingkat Produsen Pedagang Besar Pedagang Eceran Konsumen

    Dikatakan pula sebagai saluran tradisional, bentuk saluran ini

    banyak digunakan oleh pengecer kecil dan produsen industri kecil

    karena dianggap paling ekonomis.

    d. Saluran 3 tingkat Produsen Agen Pedagang Besar Pedagang Eceran

    Konsumen

    Merupakan bentuk yang terpanjang, karena dalam bentuk ini

    produsen berkeinginan untuk mencapai pengecer – pengecer kecil.

    2. Saluran Distribusi untuk barang industri a. Saluran 0 tingkat

    Produsen Pemakai Industri

    Biasanya hubungan langsung ini produk industrial yang disalurkan

    menggunakan nilai dolar yang lebih dominan. Bentuk saluran ini

    cocok untuk digunakan untuk produksi, instansi – instansi besar,

    kapal terbang, generator dan instalasi pemasaran.

  • 11

    b. Saluran 1 tingkat Produsen Distributor industrial Pemakai Industri

    Biasanya digunakan untuk produsen yang memasarkan produk –

    produk seperti perlengkapan operasi peralatan, asesoris kecil,

    produk material bangunan, dan sebagainya. Untuk perusahaan yang

    tidak memiliki bagian pemasaran sendiri menganggap saluran ini

    penting untuk digunakan dan juga bagi perusahaan yang ingin

    memasuki pasaran baru.

    c. Saluran 2 tingkat Produsen Agen Distributor Industrial Pemakai Industri

    Jumlah persediaan produk di berbagai pasar perlu dikontrol agar

    bagi pemakai dapat dengan cepat tersedia barang yang

    dibutuhkannya. Dalam keadaan ini ada 2 pergudangan distributor

    industrial yang diperlukan.

    Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Jaka wasana (2000: 175)

    bahwa kegiatan saluran pemasaran terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:

    “a zero level, a one level, a two level, three level, serta jenisnya

    terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu saluran pemasaran untuk konsumen

    akhir (consumer marketing channels) serta saluran pemasaran untuk

    konsumen industri/konsumen bisnis.”

    Zero level biasanya disebut direct marketing channel terdiri atas

    produsen yang menjual produknya secara langsung ke konsumen akhir.

    Contoh utamanya adalah penjualan door to door, mail order, telemarketing,

    penjualan lewat internet, tv media, demo alat rumah tangga, dan toko milik

    produsen. One level terdiri atas satu perantara penjualan, seperti pengecer.

    Two level terdiri atas dua perantara, dalam pasar konsumen mereka

    memiliki tipe seperti grosir dan pengecer. Three level terdiri atas tiga

    perantara. Dalam industri pengemasan grosir menjual ke pedagang besar

    yang menjual ke pedagang kecil. Saluran pemasaran yang pada umumnya

  • 12

    digunakan dalam pemasaran industri, atau biasanya menjualnya melalui

    distributor industrial, yang menjual produknya ke pelanggan industri, atau

    produsen dapat pula menjuualnya melalui cabang penjualan yang

    dimilikinya secara langsung ke konsumen industri atau secara tidak

    langsung ke pelanggan industrinya melalui saluran pemasaran yang sangat

    umum dalam pemasaran barang industri.

    2.1.3. Perkembangan Sistem Saluran Distribusi

    Sistem Pemasaran Konvensional (SPK) adalah sistem yang

    menggambarkan saluran pemasaran sebagai jaringan yang terpisah – pisah,

    dimana hubungan antara produsen, grosir, dan pengecer sangat longgar atau

    berdiri sendiri. Jadi, sistem pemasaran konvensional tidak menggambarkan

    suatu keterpaduan antara produsen, grosir, dan pengecer, tetapi masing –

    masing terpisah – pisah.

    1. Sistem Pemasaran Saluran Vertikal ( Vertical Marketing System )

    Sistem pemasaran dengan saluran vertikal yaitu saluran sistem dimana

    produsen, grosir, dan pengecer bertindak dalam suatu keterpaduan. SPV

    bisa dikuasai oleh produsen, grosir, ataupun pengecer.

    2. Sistem Pemasaran Saluran Horizontal

    Disini ada kerja sama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabung

    untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul.

  • 13

    3. Sistem Pemasaran Saluran Ganda

    Menggunakan dua saluran untuk meraih satu atau dua segmen konsumen.

    Jadi, sistem pemasaran saluran ganda terjadi jika perusahaan mendirikan

    dua saluran pemasaran atau lebih untuk perusahaan satu segmen

    konsumen atau lebih.

    4. Sistem pemasaran Multi Saluran

    Apakah perusahaan menggunakan dua atau lebih saluran pemasaran

    untuk mencapai satu atau beberapa segmen pelanggan.

    2.1.4. Jenis Konflik Dalam Saluran Distribusi

    Produsen membentuk saluran vertikal yang terdiri atas pedagang

    besar dan pengecer. Produsen tersebut mengharapkan kerja sama saluran

    yang akan menghasilkan laba yang lebih besar bagi masing – masing

    anggota saluran. Namun, konflik vertikal, horizontal, dan multi saluran

    dapat terjadi.

    Konflik saluran vertikal berarti konflik antara tingkat – tingkat yang

    berbeda dalam saluran yang sama. Misal, Supermarket sekarang telah

    menampilkan atau menjual pula alat – alat kecantikan, obat – obatan,

    pakaian, majalah dan berbagai macam makanan lainnya. Akibatnya, para

    pengecer lain menjadi terjepit, sehingga timbullah konflik yang tidak

    diinginkan. Konflik bisa juga terjadi antara produsen dengan perantara.

    Perantara selalu berusaha menambah jenis barang baru untuk menarik

    pelanggan lebih banyak dan menambah laba, sedang produsen selalu

  • 14

    berusaha menambah para penyalur atau perantara untuk memperluas pasar

    sasaran.

    Konflik saluran horizontal adalah konflik antara anggota – anggota

    pada tingkat yang sama dalam saluran tersebut. Konflik multi saluran

    terjadi apabila produsen tersebut menciptakan dua atau lebih saluran yang

    melakukan penjualan ke pasar yang sama.

    2.1.5. Biaya Distribusi

    Djaslim Saladin (2002: 107) dalam buku Manajemen Pemasaran

    mengemukakan bahwa:

    ”Biaya distribusi adalah jumlah total biaya saluran distribusi yang

    meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk

    menyampaikan barang – barang produksi ke suatu perusahaan dari

    produksi kepda para pembeli atau calon pembeli”.

    Saluran distribusi akan menghasilkan tingkat penjualan dan biaya

    yang berbeda, biasanya perusahaan mempunyai anggaran tersendiri setiap

    tahunnya untuk menyalurkan barangnya kepada konsumen. Untuk

    mendistribusikan produksinya perusahaan mengeluarkan banyak dana.

    Karena hal ini menyangkut pelayanan terhadap konsumen yang akan

    menimbulkan kepuasan konsumen. Semakin cepat produk sampai ke tangan

    konsumen maka akan semakin baik. Untuk mencapai semua itu, perusahaan

    harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

  • 15

    2.2. Pasar Modern dan Pasar Tradisional

    Pasar merupakan tempat dimana sekelompok perusahaan (penjual)

    bertemu dengan sekelompok pembeli untuk melakukan transaksi jual beli

    barang atau jasa. Ada lima fungsi pasar, yaitu:

    a. Menetapkan nilai (sets value)

    b. Pendistribusi barang

    c. Pengorganisir produksi

    d. Penyelenggara penjatahan (rationing)

    e. Mempertahankan dan mempersiapkan kebutuhan di masa depan.

    Sinaga (2006: 43) mengatakan bahwa

    “Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,

    umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa

    dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota

    masyarakat kelas menengah ke atas).”

    Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping

    centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan

    sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam.

    Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan

    barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih

    terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga

    barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara

    kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang

    yang terukur. Pasar modern juga memiliki label harga yang pasti (tercantum

    harga sebelum dan setelah dikenakan pajak).

  • 16

    Adanya penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik

    kepada konsumen menyebabkan banyak orang mulai beralih ke pasar modern

    untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Macam-macam pasar modern

    diantaranya (Philip Kotler, 2000: 18)

    a. Minimarket: gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang

    minimarket adalah antara 50 m sampai 200 m.

    b. Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, dan luas ruangan, dan

    lokasi. Convenience store ada yang dengan luas ruangan antara 200 m

    hingga 450 m dan berlokasi di tempat yang strategis, dengan harga yang

    lebih mahal dari harga minimarket.

    c. Special store: merupakan toko yang memiliki persediaan lengkap sehingga konsumen tidak perlu pindah toko lain untuk membeli sesuatu

    harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga yang mahal.

    d. Factory outlet: merupakan toko yang dimiliki perusahaan/pabrik yang menjual produk perusahaan tersebut, menghentikan perdagangan,

    membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor

    satu.

    e. Distro (Disribution Store): jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi

    sendiri.

    f. Supermarket: mempunyai luas 300-1100 m2 yang kecil sedang yang besar 1100-2300 m2.

    g. Perkulakan atau gudang rabat: menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau

    pemakaian bisnis.

    h. Super store: adalah toko serba ada yang memiliki variasi barang lebih lengkap dan luas yang lebih besar dari supermarket.

    i. Hipermarket: luas ruangan di atas 5000 m2. j. Pusat belanja yang terdiri dua macam yaitu mall dan trade center.

    Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola dengan manajemen yang

    lebih tradisional dan simpel daripada pasar modern, umumnya pasar

    tradisional tersebut terdapat di pinggiran perkotaan/jalan atau lingkungan

    perumahan. Pasar tradisional diantaranya yaitu warung rumah tangga, warung

    kios, padagang kaki lima dan sebagainya. Barang yang dijual disini hampir

  • 17

    sama seperti barang-barang yang dijual di pasar modern dengan variasi jenis

    yang beragam, tetapi pasar tradisional cenderung menjual barang-barang

    lokal saja dan jarang ditemui barang impor. Karena barang yang dijual dalam

    pasar tradisional cenderung sama dengan pasar modern, maka barang yang

    dijual pun mempunyai kualitas yang relatif sama terjaminnya dengan barang-

    barang di pasar modern. Secara kuantitas, pasar tradisional umumnya

    mempunyai persediaan barang yang jumlahnya sedikit sesuai dengan modal

    yang dimiliki pemilik atau permintaan dari konsumen. Pasar tradisional tidak

    memiliki label harga yang pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya

    keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik usaha sendiri-sendiri. Selain

    itu, harga pasar selalu berubah-ubah, sehingga bila menggunakan label harga

    lebih repot karena harus mengganti-ganti label harga sesuai dengan

    perubahan harga yang ada dipasar.

    2.3. Konsep Penjualan

    Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan

    menentukan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, memperoleh

    laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Sebenarnya pengertian penjualan

    sangat luas, beberapa ahli mengemukakan tentang definisi penjualan.

    Menurut Basu Swastha (1998:48)

    “Penjualan adalah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan

    oleh penjual, untuk mengajak orang lain bersedia membeli barang atau jasa

    yang ditawarkan”

  • 18

    Moekijat (2000:48)

    “Melakukan penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk

    mencari pembeli, mempengaruhi, dan memberi petunjuk agar pembelian

    dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta

    mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kedua belah

    pihak”

    Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan

    adalah suatu kegiatan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi

    pembelian (penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan, berdasarkan harga

    yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam kegiatan tersebut.

    Peningkatan penjualan dalam berbagai pandangan para ahli, secara

    eksplisit memberikan pengertian bahwa pemasaran suatu produk sangat

    berkaitan dengan besarnya jumlah penawaran yang ditawarkan kepada

    konsumen sesuai tingkat kepuasan atas produk yang digunakannya.

    Fandy Tjiptono (2002:118) mendefinisikan

    “Peningkatan penjualan yang esensinya diterapkan dalam tiga apresiasi

    yaitu: pertama, tingkat penjualan yang ingin dicapai, kedua, pasar yang

    ingin dikembangkan sebagai kegiatan transaksi atau tempat melakukan

    transaksi dan ketiga, adalah keuntungan atas penjualan.”

    Ketiga esensi tersebut pada dasarnya memberikan batasan bahwa

    peningkatan penjualan diartikan sebagai penambahan nilai ekonomi yang

    ditimbulkan melalui aktivitas penawaran produk dari berbagai perusahaan

    industri yang menawarkan pembelian kepada konsumen.

  • 19

    McDaniel (2010:26) mengemukakan bahwa

    “Peningkatan penjualan menunjukkan nilai penawaran yang memiliki

    kesan sesuai dengan tingkat kemampuan konsumen untuk membeli dan

    memiliki suatu produk yang dinyatakan dengan nilai finansial atau nominal.”

    Annisa Andriyani (1999:19) memberikan definisi

    “Peningkatan penjualan yang berorientasi pada pertambahan omzet

    adalah hasil keuntungan yang diperoleh atau dicapai sesuai dengan

    banyaknya produk yang ditawarkan dan dibutuhkan oleh konsumen,

    banyaknya jumlah transaksi yang terjadi dan banyaknya penawaran yang

    dilakukan sehingga menghasilkan keuntungan. Tentu peningkatan penjualan

    akan terjadi apabila jasa yang ditawarkan tersebut didistribusikan oleh

    pihak-pihak yang melakukan transaksi penjualan produk.”

    Banyak perusahaan menerapkan tingkat penawaran optimal (omzet yang

    menguntungkan) apabila memahami tiga hal yaitu penerapan positioning

    penjualan, targeting penjualan dan segmentasi penjualan. Ketiga hal ini

    merupakan bentuk yang sangat diperlukan dalam melakukan proses aktivitas

    penjualan suatu produk yang dipromosikan.

    Reni Damayanti (2008:148) menyatakan bahwa

    “Kebanyakan manajer perusahaan selalu berharap agar perusahaan yang

    dipimpinnya mengalami peningkatan penjualan dibandingkan dengan

    perusahaan lainnya. Harapan tersebut tidak akan menjadi kenyataan apabila

    para manajer tidak bertindak dengan jeli dan konsisten dalam memecahkan

    persoalan strategi pemasaran yang harus diterapkannya, agar omzet

    penjualan ditingkatkan.”

  • 20

    Menghadapi persaingan yang semakin ketat, Kartanegara (2009:46)

    menyatakan bahwa

    “Setiap perusahaan dipaksa untuk mampu berkompetitif secara sehat

    dalam mempertahankan peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan

    tersebut seyogyanya diperlukan dan diperkokoh berdasarkan posisi

    perusahaan dalam meningkatkan trend penjualannya yang sesuai dengan

    segmentasi, targeting dan positioning pasar.”

    Triyadi (2002:133) menyatakan bahwa

    “Tujuan dari suatu perusahaan adalah mempertahankan dan

    meningkatkan peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan tersebut akan

    komparatif dengan jumlah total penerimaan yang diperoleh dalam mencapai

    profit (keuntungan) yang diinginkan oleh perusahaan.”

    Peningkatan penjualan bagi perusahaan sangat penting untuk mengukur

    keberhasilan para manajer atau merupakan indikasi berhasil tidaknya

    perusahaan dalam persaingannya. Pemasaran yang tidak berhasil akan

    mengakibatkan fungsi-fungsi lain dalam perusahaan tidak berarti. Karena itu,

    menjadi suatu tujuan dari setiap perusahaan dalam meningkatkan

    penjualannya. Dan salah satu yang sangat berpengaruh terhadap penjualan

    adalah adanya faktor-faktor distribusi yang memengaruhi peningkatan

    penjualan produk perusahaan dalam melakukan suatu pengambilan

    keputusan.

    Peningkatan penjualan yang meningkat akan menggambarkan adanya

    keuntungan atau perolehan manfaat dalam mengembangkan perusahaannya

    atau meningkatkan suatu produk ke jenjang pemenuhan tingkat pencapaian

    hasil yang diraih oleh perusahaan.

  • 21

    Kotler (2007:168) menyatakan bahwa

    “Perolehan peningkatan penjualan yang tinggi akan terpenuhi apabila: (i)

    kekuatan-kekuatan dari luar perusahaan dapat memberikan keuntungan, (ii)

    kinerja perusahaan secara rata-rata mengalami peningkatan setiap periode

    waktu, (iii) setiap peningkatan penjualan perusahaan tidak mengalami

    penurunan, (iv) setiap omzet perusahaan meningkat sesuai dengan besarnya

    jumlah konsumen, (v) tidak terpengaruh oleh faktor-faktor yang kurang

    komparatif dalam memengaruhi peningkatan penjualan yang diterima.”

    Mengukur peningkatan penjualan dengan menggunakan metode aplikasi

    terhadap total penjualan yang diterima adalah total penjualan yang diterima

    oleh perusahaan berbanding dengan total biaya yang dikeluarkan oleh

    perusahaan dalam proses pengoperasian produk tersebut sampai ke tangan

    konsumen. Hasil akumulasi antara total penerimaan berbanding dengan

    pengeluaran x 100% merupakan nilai penjualan yang diterima oleh

    perusahaan.

    Menggunakan metode perhitungan bahwa peningkatan penjualan yang

    diterima adalah besarnya total pengeluaran dibanding dengan total

    penerimaan x 100% adalah jumlah penjualan yang diterima oleh suatu

    perusahaan.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka diketahui bahwa peningkatan penjualan

    yang diterima oleh suatu perusahaan sangat ditentukan oleh besarnya jumlah

    total penerimaan yang diterima dari transaksi produk berbanding dengan

    besarnya jumlah pengeluaran dari biaya yang dikeluarkan oleh suatu

    perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

  • 22

    2.4. Keuntungan

    Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya

    berbeda pada setiap jenis industri, baik perusahaan yang bergerak di bidang

    tekstil, baja, farmasi, komputer, alat perkantoran, dan lain-lain. Terdapat

    beberapa teori yang menerangkan perbedaan ini sebagai berikut (Arifin Sitio,

    2001:77-79):

    a. Teori Laba Menanggung Resiko (Risk-Bearing Theory of Profit). Menurut teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh perusahaan

    dengan resiko di atas rata-rata.

    b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit). Teori ini menekankan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu hasil dari friksi

    keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium).

    c. Teori Laba Monopoli (Monopoly Theory of Profit). Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli dapat membatasi

    output dan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada bila perusahaan

    beroperasi dalam kondisi persaingan sempurna. Dengan demikian

    perusahaan menikmati keuntungan. Kekuatan monopoli ini dapat

    diperoleh melalui:

    o Penguasaan penuh atas supply bahan baku tertentu o Skala ekonomi o Kepemilikan hak paten, atau o Pembatasan daerah Pemerintah

    d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit). Menurut teori ini, laba diperoleh karena keberhasilan perusahaan dalam melakukan inovasi.

    e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Managerial Efficiency Theory of Profit). Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien

    akan memperoleh laba diatas rata-rata laba normal.

    Keuntungan yang tinggi merupakan insentif bagi perusahaan untuk

    meningkatkan outputnya dalam jangka panjang. Sebaliknya, laba yang rendah

    atau rugi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan kurang dari

    produk/komoditi yang ditangani dan metode produksinya tidak efisien.

    Keuntungan diperoleh dari hasil mengurangkan berbagai biaya yang

    dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh (π = TR - TC). Keuntungan

  • 23

    yang diperoleh seorang pemilik usaha setiap hari, minggu, bulan bahkan

    tahun selalu mengalami perubahan. Perubahan pada keuntungan tersebut bisa

    perubahan keuntungan yang meningkat atau perubahan keuntungan yang

    menurun. Pada penelitian ini perubahan keuntungan yang terjadi di warung

    tradisional adalah perubahan keuntungan yang menurun akibat dari

    munculnya minimarket disekitar mereka. Perubahan keuntungan warung

    tradisional dipengaruhi oleh beberapa hal seperti perubahan omset penjualan

    dan jarak.

    2.5. Penelitian Terdahulu

    Nama Judul Jenis Analisis Hasil

    Marthin

    Rapael

    Hutabarat,

    (2009)

    Dampak

    Kehadiran Pasar

    Modern Brastagi

    Supermarket

    Terhadap Pasar

    Tradisional Sei

    Sikambing di Kota

    Medan

    Analisis Uji-t

    berpasangan

    (paired ttest)

    tidak terdapat perbedaan

    yang nyata antara jumlah

    jam buka, rata-rata

    sirkulasi barang, rata-rata

    margin laba pedagang

    buah-buahan, dan rata-

    rata margin laba

    pedagang sayur-sayuran

    di pasar tradisional Sei

    Sikambing sebelum dan

    setelah berdirinya pasar

    modern Brastagi

  • 24

    Supermarket. Selain itu,

    terdapat perbedaan yang

    nyata antara pendapatan

    bersih pedagang buah-

    buahan dan pedagang

    sayur-sayuran di pasar

    tradisional Sei Sikambing

    antara sebelum dan

    setelah berdirinya pasar

    modern Brastagi

    Supermarket

    Daniel

    Suryadarma

    , Adri

    Poesoro, Sri

    Budiyati,

    Akhmadi,

    dan

    Meuthia

    Rosfadhila

    (Lembaga

    Penelitian

    SMERU),

    Dampak

    Supermarket

    Terhadap Pasar

    dan Pedagang

    Ritel Tradisional

    di Daerah

    Perkotaan di

    Indonesia.

    Menggabungkan

    metode kuantitatif

    dan kualitatif.

    Evaluasi dampak

    kuantitatif

    menggunakan

    metode

    difference-in-

    difference dan

    model

    ekonometrik.

    Evaluasi dampak

    melalui metode

    kuantitatif secara statistik

    tidak menemukan

    dampak signifikan pada

    pendapatan dan

    keuntungan, tetapi

    terdapat dampak

    signifikan supermarket

    pada jumlah pegawai

    pasar tradisional.

    Temuan-temuan kualitatif

    menunjukkan bahwa

  • 25

    (2007) kualitatif

    dilakukan dalam

    bentuk wawancara

    mendalam dengan

    informan kunci.

    kelesuan yang terjadi di

    pasar tradisional

    kebanyakan bersumber

    dari masalah internal

    pasar tradisional yang

    memberikan keuntungan

    pada supermarket.

    2.6. Kerangka Pemikiran

    Penelitian ini akan menganalisis pengaruh perubahan keuntungan usaha

    warung tradisional dengan munculnya minimarket di kelurahan Gendongan

    Salatiga. Pengaruh tersebut dilihat dari segi perubahan omset penjualan yang

    nantinya mempengaruhi besarnya perubahan keuntungan usaha dari warung

    tradisional.

    Variabel dependen dalam model ini yaitu penjualan dan keuntungan

    warung tradisional. Penjualan yang diperoleh pemilik warung dapat

    meningkatkan keuntungan usaha karena penjualan diperkirakan mempunyai

    pengaruh yang signifikan dan positif terhadap keuntungan usaha sehingga

    pemilik warung dapat memaksimumkan keuntungannya. Keuntungan terdapat

    dua jenis, yaitu keuntungan bisnis dan keuntungan ekonomis. Keuntungan

    bisnis (profit) adalah seluruh penerimaan suatu perusahaan setelah dikurangi

    biaya-biaya eksplisit. Sedangkan keuntungan ekonomis adalah total

    penerimaan yang diterima oleh suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-

  • 26

    biaya eksplisit dan implisit. Keuntungan merupakan tujuan utama dari

    produsen yang didapat dari pendapatan yang mereka terima.

    Berdasarkan penjelasan kerangka pemikiran teoritis tersebut, secara skema

    kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.1

    Skema Kerangka Pemikiran dalam Penelitian

    Penjualan dan Keuntungan

    Warung Tradisional

    o Harga

    o Kenyamanan

    o Ketersediaan Barang

    Munculnya Minimarket