bab ii landasan teori 2.1. pengertian evaluasi

49
14 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah usaha penelitian dengan cara mengumpulkan data yang sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang telah diperoleh secara objektif, mengadakan penafsiran serta merencanakan langkah-langkah perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf. Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program boleh beragam sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariasi oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam yang di kutip oleh Wirawan (2012) bahwa : Evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif- alternatif cara mengambil keputusan. Selanjutnya The joint committee on Standars For Educational Evaluation(1994) , mendefinisikan bahwa evaluasi

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah memberikan pertimbangan atau

nilai berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, evaluasi

pelaksanaan program bimbingan dan konseling

adalah usaha penelitian dengan cara mengumpulkan

data yang sistematis, menarik kesimpulan atas dasar

data yang telah diperoleh secara objektif,

mengadakan penafsiran serta merencanakan

langkah-langkah perbaikan, pengembangan dan

pengarahan staf. Pemahaman mengenai pengertian

evaluasi program boleh beragam sesuai dengan

pengertian evaluasi yang bervariasi oleh para pakar

evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam

yang di kutip oleh Wirawan (2012) bahwa : Evaluasi

adalah proses memperoleh dan menyajikan informasi

yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif-

alternatif cara mengambil keputusan. Selanjutnya

The joint committee on Standars For Educational

Evaluation(1994) , mendefinisikan bahwa evaluasi

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

15

sebagai kegiatan investigasi yang sistematis tentang

keberhasilan suatu tujuan.

Evaluasi merupakan suatu kegiatan

pengumpulan data atau informasi, untuk

dibandingkan dengan kriteria, kemudian diambil

kesimpulan. Kesimpulan ini kemudian disebut

sebagai hasil evaluasi (Suharsimi Arikunto, 2013).

Menurut Wirawan (2012) Evaluasi adalah

proses mengumpulkan dan menyajikan informasi

mengenai objek yang di evaluasi, menilainya dengan

standar evaluasi, kemudian hasilnya digunakan

untuk mengambil keputusan mengenai objek

evaluasi. Dari definisi evaluasi di atas bisa ditarik

kesimpulan bahwa evaluasi adalah menerapkan

prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai

rancangan, kemudian menyajikan informasi dalam

rangka pengambilan keputusan tentang

implementasi serta efektifitas suatu program.

2.2. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi program adalah langkah awal dalam

memperbaiki, yaitu mengumpulkan data yang tepat

agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan

yang tepat pula. Evaluasi program sangat penting

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

16

dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan.

Alasannya adalah dengan masukan

hasil evaluasi program itulah para pengambil

keputusan akan menentukan tindak lanjut dari

program yang sedang atau telah dilaksanakan. Hal

terpenting dan perlu ditekankan dalam menentukan

program, menurut Suharsimi Arikunto (2013), yaitu :

(1) Realisasi atau implementasi suatu kebijakan,

(2) Terjadi dalam waktu yang relatif lama, karena

merupakan kegiatan berkesinambungan, (3) Terjadi

dalam organisasi yang melibatkan sekelompok

orang.

Adapun kebijakan yang dapat dilakukan

berdasarkan hasil evaluasi suatu program,

keputusan yang diambil diantaranya : Menghentikan

program, karena dipandang program tersebut tidak

ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana

sebagaimana yang diharapkan, Merevisi program,

karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai

dengan harapan. Melanjutkan program, karena

pelaksanaan program menunjukkan segala

sesuatunya sudah berjalan dengan harapan.

Menyebarluaskan program, karena program tersebut

sudah berhasil dengan baik maka sangat baik jika

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

17

dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain. Secara

umum alasan dilaksanakannya program evaluasi

yaitu; 1. Pemenuhan ketentuan undang-undang dan

peraturan pelaksanaannya, 2. Mengukur efektivitas

dan efesiensi program, 3. Mengukur pengaruh, efek

sampingan program, 4. Akuntabilitas pelaksanaan

program, 5. Akreditasi program, 6. Alat mengontrol

pelaksanaan program, 7. Alat komunikasi dengan

stakeholder program, 8. Keputusan mengenai

program ;

a. Diteruskan

b. Dilaksanakan di tempat lain

c. Dirubah

d. Dihentikan

Untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan

evaluasi program, kita perlu memperhatikan unsur-

unsur dalam kegiatan pelaksanaannya yang terdiri

dari:

a. What yaitu apa yang akan di evaluasi

b. Who yaitu siapa yang akan melaksanakan evaluasi

c. How yaitu bagaimana melaksanakannya

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

18

Dengan memperhatikan pada tiga unsur

kegiatan tersebut, ada tiga komponen paling sedikit

yang dapat dievaluasi : tujuan, pelaksana kegiatan

dan prosedur atau teknik pelaksanaan.

Di dalam evaluasi program pendidikan terdapat

ketepatan model evaluasi yang berarti ada

keterkaitan yang erat antara evaluasi program

dengan jenis program yang dievaluasi. Dan jenis

program ini dapat dibedakan menjadi tiga oleh

Wirawan (2012), yaitu:

a. Program pemrosesan, maksudnya adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input)

menjadi bahan jadi sebagai hasil proses (output ).

b. Program layanan, maksudnya adalah sebuah kesatuan

kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas dengan tujuan

program.

c. Program umum, maksudnya adalah sebuah program yang

tidak tampak apa yang menjadi ciri utamanya.

2.3. Evaluasi Program Pelayanan

Bimbingan dan Konseling

Apa yang menjadi fokus pada evaluasi dalam

pelayanan bimbingan, Gysbers dan Henderson (Sink,

2005: 179) menegaskan bahwa evaluasi program

bimbingan menjawab dua pertanyaan, yaitu (1)

apakah sekolah memiliki program bimbingan dan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

19

konseling komprehensif secara tertulis? dan (2)

apakah program tertulis itu sungguh-sungguh

terlaksana di sekolah tersebut? Evaluasi program

bimbingan bertujuan untuk menjelaskan bahwa

program bimbingan yang tertulis tersebut secara

teliti (valid) dan dibuktikan dengan dokumen-

dokumen yang ada sungguh-sungguh telah

terlaksana. Gysbers (2006:42) menjelaskan,

“Discrepancies between the written program and the

implemented program, if present, come into sharp

focus as the program evaluation process unfolds”.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektifitas

suatu program (pelayanan) dengan cara mengukur

hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan

program pelayanan, bukan sekedar peninjauan

terhadap hasil program (Suharsimi Arikunto, 2004).

Apabila yang diacu hanya pencapaian tujuan (hasil

program) maka penetapan kriteria evaluasi memang

merupakan pekerjaan yang mudah, namun itu baru

sebagian saja dari isu penetapan totalitas kriteria

evaluasi.

Program pelayanan Bimbingan dan Konseling

di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta

didik (need assessment) yang diperoleh melalui

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

20

aplikasi instrumentasi, dengan substansi program

pelayanan menurut Gysbers dan Henderson (2006)

mencakup :

1. empat bidang,

2. jenis layanan dan kegiatan pendukung,

3. format kegiatan,

4. sasaran pelayanan, dan

5. volume atau beban tugas konselor.

Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada

masing-masing satuan sekolah atau madrasah

dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan

kesinambungan program antar kelas dan antar

jenjang kelas, dan mensinkronisasikan program

pelayanan Bimbingan dan Konseling.

2.4. Strategi Pelaksanaan Layanan

Bimbingan dan Konseling

Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling terkait dengan empat komponen program

yaitu:

(1) layanan dasar;

(2) layanan responsif;

(3) perencanaan individual; dan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

21

(4) dukungan sistem.

2.4.1. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan

2.4.1.1. Bimbingan Klasikal

Layanan dasar diperuntukkan bagi semua

siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran

program yang telah dirancang menuntut konselor

untuk melakukan kontak langsung dengan para

siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor

memberikan layanan bimbingan kepada para siswa.

Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian

layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal

yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan

orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal

pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru,

sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang

sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa

diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait

dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel

(pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal

pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib

sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan

ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya.

Sementara layanan informasi merupakan proses

bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

22

berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting

bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung,

maupun tidak langsung (melalui media cetak

maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet,

majalah, dan internet). Layanan informasi untuk

bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam

pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani

kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan

secara pasti untuk semua kelas. Gysbers dan

Henderson (2006).

2.4.1.2. Bimbingan Kelompok

Konselor memberikan layanan bimbingan

kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5

s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk

merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik

yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini,

adalah masalah yang bersifat umum (common

problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar

yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan

mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok

ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau

perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

23

2.4.1.3. Berkolaborasi dengan Guru Mata

Pelajaran atau Wali Kelas

Program bimbingan akan berjalan secara efektif

apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal

ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali

kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali

kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang

siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan

pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa,

dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang

dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-

aspek itu di antaranya : Gysbers dan Henderson (

2006 ).

(a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas

yang kondusif bagi belajar siswa;

(b) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam;

(c) menandai siswa yang diduga bermasalah;

(d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar

melalui program remedial teaching;

(e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan

layanan bimbingan dan konseling kepada guru

pembimbing;

(f) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran

dengan bidang kerja yang diminati siswa;

(g) memahami perkembangan dunia industri atau

perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

24

keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan

prospek kerja);

(h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek

emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini

penting, karena guru merupakan “figur central” bagi

siswa); dan

(i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari

mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.

2.4.1.4. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang

Tua

Dalam upaya meningkatkan kualitas

peluncuran program bimbingan, konselor perlu

melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa.

Kerjasama ini penting agar proses bimbingan

terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah,

tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui

kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling

memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran

antar konselor dan orang tua dalam upaya

mengembangkan potensi siswa atau memecahkan

masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk

melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat

dilakukan beberapa upaya, seperti :

(1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para

orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester

satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan

pembagian rapor,

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

25

(2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui

surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan

(3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di

rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar

dan perilaku sehari-harinya.

2.4.2. Strategi untuk Layanan Responsif

2.4.2.1. Konsultasi

Konselor memberikan layanan konsultasi

kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan

sekolah dalam rangka membangun kesamaan

persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para

siswa.

2.4.2.2. Konseling Individual atau Kelompok

Pemberian layanan konseling ini ditujukan

untuk membantu para siswa yang mengalami

kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai

tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling,

siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi

masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif

pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan

secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan

secara individual maupun kelompok. Konseling

kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

26

memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam

konseling kelompok ini, masing-masing siswa

mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian

satu sama lain saling memberikan masukan atau

pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.

2.4.2.3. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)

Apabila konselor merasa kurang memiliki

kemampuan untuk menangani masalah klien, maka

sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan

klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti

psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang

sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki

masalah, seperti depresi, tindak kejahatan

(kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit

kronis.

2.4.2.4. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance

atau Peer Facilitation)

Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan

yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang

lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing

sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh

konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi

sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

27

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik

akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia

juga berfungsi sebagai mediator yang membantu

konselor dengan cara memberikan informasi tentang

kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang

perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau

konseling.

2.4.3. Strategi untuk Layanan Perencanaan

Individual

2.4.3.1. Penilaian Individual atau Kelompok

(Individual or small-group Appraisal)

Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah

konselor bersama siswa menganalisis dan menilai

kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi

belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor

membantu siswa menganalisis kekuatan dan

kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut

pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau

aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier.

Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan

memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan

dirinya secara positif dan konstruktif.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

28

2.4.3.2. Individual or Small-Group Advicement

Konselor memberikan nasihat kepada siswa

untuk menggunakan atau memanfaatkan hasil

penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang

pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang

diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan

merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang

menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan

yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan

dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan

tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan

(3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

2.4.4. Strategi untuk Dukungan Sistem

2.4.4.1. Pengembangan Professional

Konselor secara terus menerus berusaha untuk

“meng-update” pengetahuan dan keterampilannya

melalui

(1) in-service training,

(2) aktif dalam organisasi profesi,

(3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti

seminar dan workshop (lokakarya), atau

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

29

(4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi

(Pascasarjana).

2.4.4.2. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi

Konselor perlu melakukan konsultasi dan

kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah

lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah

(pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh

informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan

yang telah diberikannya kepada para siswa,

menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi

perkembangan siswa, melakukan referal, serta

meningkatkan kualitas program bimbingan dan

konseling. Dengan kata lain strategi ini berkaitan

dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama

dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang

relevan dengan peningkatan mutu layanan

bimbingan. Menurut ABKIN (2013) Jalinan kerjasama

ini seperti dengan pihak-pihak antara lain :

1. instansi pemerintah,

2. instansi swasta,

3. organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan

dan Konseling Indonesia),

4. para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti

psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua siswa,

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

30

5. MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan

6. Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja atau lapangan

pekerjaan).

2.4.4.3. Manajemen Program

Suatu program layanan bimbingan dan

konseling tidak mungkin akan terlaksana,

terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu

sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu,

dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan

terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner

(1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

“Management is the process of planning, organizing,

leading and controlling the efforts of organizing

members and of using all other organizational

resources to achieve stated organizational goals”.

Berikut diuraikan aspek-aspek sistem manajemen

program layanan bimbingan dan konseling.

2.4.4.3.1 Kesepakatan Manajemen

Kesepakatan manajemen atas program

bimbingan dan konseling sekolah diperlukan untuk

mejamin implementasi program dan strategi

peluncuran dalam memenuhi kebutuhana siwa dapat

dilakukan secara efektif. Kesepakatan ini

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

31

menyangkut pula proses meyakinkan dan

mengembangkan komitmen semua pihak di

lingkungan sekolah bahwa program bimbingan dan

konseling sebagai bagian terpadu dari keseluruhan

program sekolah.

2.4.4.3.2. Keterlibatan Stakeholder

Komite Sekolah sebagai representasi

masyarakat atau stakeholder memerlukan

penyadaran dan pemahaman akan keberadaan dan

pentingnya layanan bimbingan dan konseling di

sekolah.

2.4.4.3.3. Manajemen dan Penggunaan Data

Program bimbingan dan konseling

komprehensif didukung oleh data. Penggunaan data

di dalam layanan bimbingan dan konseling akan

menjamin setiap siswa memperoleh manfaat dari

layanan bimbingan dan konseling. Konselor harus

menunjukkan bahwa setiap aktivitas

diimplementasikan sebagai bagian dari keutuhan

program bimbingan dan konseling yang didasarkan

atas analisis cermat terhadap kebutuhan, prestasi,

dan data terkait siswa lainnya. Data yang diperoleh

dan digunakan perlu diadministrasikan dengan baik

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

32

dan cermat. Manajemen data dilakukan secara

manual maupun komputer. Dalam era teknologi

informasi, manjemen data siswa dilakukan secara

komputer. Database siswa perlu dibangun dan

dikembangkan agar perkembangan setiap siswa

dapat dengan mudah dimonitor. Penggunaan data

siswa dan lingkungan sekolah yang tertata dan

dikelola dengan baik untuk kepentingan memonitor

kemajuan siswa, akan menjamin seluruh siswa

menerima apa yang mereka perlukan untuk

keberhasilan sekolah. Konselor harus cermat dalam

mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan

data. Kemajuan perkembangan siswa dapat

dimonitor dari : prestasi belajar, data yang terkait

dengan prestasi belajar, dan data tingkat penguasaan

tugas-tugas perkembangan atau kompetensi.

2.4.4.3.4. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan (action plans) diperlukan

untuk menjamin peluncuran program bimbingan dan

konseling dapat dilaksanakan secara efektif dan

efesien. Rencana kegiatan adalah uraian detil dari

program yang menggambarkan struktur isi program,

baik kegiatan di sekolah maupun luar sekolah, untuk

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

33

memfasilitasi siswa mencpai tugas perkembangan

atau kompetensi.

2.4.4.3.5. Pengaturan Waktu

Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk

melaksanakan layanan bimbingan dan konseling

dalam setiap komponen program perlu dirancang

dengan cermat. Perencanaan waktu ini didasarkan

kepada isi program dan dukungan manajemen yang

harus dilakukan oleh konselor. Sebagai contoh,

misalnya 80% waktu digunakan untuk melayanai

siswa secara langsung dan 20% digunakan untuk

dukungan manajerial. Porsi waktu untuk peluncuran

masing-masing komponen program dapat ditetapkan

sesuai dengan pertimbangan sekolah. Misalnya:

Layanan dasar (30-40%),

Responsif (15-25%),

Perencanaan individual (25-35%),

Dukungan sistem (10-15%).

Ini contoh, dan setiap sekolah bisa mengembangkan

sendiri. Dalam konteks Kurikulum Berbasis

Kompetensi dan Bimbingan dan Konseling

Perkembangan, perlu ditetapkan waktu secara

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

34

terjadwal untuk layanan bimbingan dan konseling

klasikal.

2.4.4.3.6. Kalender Kegiatan

Program bimbingan dan konseling sekolah

yang telah dituangkan ke dalam rencana kegiatan

perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender

kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender

tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan.

2.4.4.3.7. Jadwal Kegiatan

Program bimbingan dapat dilaksanakan dalam

bentuk (a) kontak langsung, dan (b) tanpa kontak

langsung dengan siswa. Untuk kegiatan kontak

langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas

(layanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal

1–2 jam pelajaran per-kelas per-minggu. Mengenai

jadwal kegiatan bimbingan, dewasa ini sudah

mendapat legalitas pemerintah, yaitu dengan

terbitnya Peraturan Menteri Diknas No. 22 Tahun

2006. Dalam struktur kurikulum yang termaktub

dalam Permen tersebut, tercantum materi

pengembangan diri selama 2 jam atau minggu, yang

berlaku bagi semua satuan pendidikan dasar dan

menengah. Dalam implementasinya, materi

pengembangan diri dilakukan oleh konselor.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

35

Sementara kegiatan langsung yang dilakukan secara

individual dan kelompok dapat dilakukan di ruang

bimbingan, dengan menggunakan jadwal di luar jam

pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak

langsung dengan siswa dapat dilaksanakan melalui

tulisan (seperti buku-buku, brosur, atau majalah

dinding), kunjungan rumah (home visit), konferensi

kasus (case conference), dan alih tangan (referal).

2.4.4.3.8 Anggaran

Perencanaan anggaran merupakan komponen

penting dari manajemen bimbingan dan konseling.

Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran

yang diperlukan untuk mendukung implementasi

program. Anggaran ini harus masuk ke dalam

Anggaran dan Belanja Sekolah.

2.4.4.3.9 Penyiapan Fasilitas

Fasilitas yang diharapkan tersedia di sekolah

ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan

teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan

tercapainya proses layanan bimbingan dan konseling

yang bermutu. Ruangan hendaknya sedemikian rupa

sehingga di satu segi para siswa yang berkunjung ke

ruangan tersebut merasa senang, aman dan nyaman,

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

36

serta segi lain di ruangan tersebut dapat

dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan

lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik

bimbingan dan konseling. Terkait dengan fasilitas

bimbingan dan konseling, Gysbers dan Henderson

(2005), disini dapat dikemukakan tentang unsur-

unsurnya, yaitu :

(1) tempat kegiatan, yang meliputi ruang kerja konselor,

ruang layanan konseling dan bimbingan kelompok,

ruang tunggu tamu, ruang tenaga administrasi, dan

ruang perpustakaan

(2) instrumen dan kelengkapan administrasi, seperti:

angket siswa dan orang tua, pedoman wawancara,

pedoman observasi, format konseling, format satuan

layanan, dan format surat referal

(3) Buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau

buku materi layanan bimbingan, buku program

tahunan, buku program semesteran, buku kasus,

buku harian, buku hasil wawancara, laporan kegiatan

layanan, data kehadiran siswa, leger BK, dan buku

realisasi kegiatan BK

(4) perangkat elektronik (seperti komputer, dan tape

recorder); dan

(5) filing kabinet (tempat penyimpanan dokumentasi dan

data siswa).

Di dalam ruangan itu hendaknya juga dapat

disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan

dan konseling, himpunan data siswa, dan berbagai

data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

37

hendaknya juga mampu memuat berbagai

penampilan, seperti penampilan informasi

pendidikan dan jabatan, informasi tentang kegiatan

ekstra kurikuler, dan sebagainya. Yang tidak kalah

penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang

menyebabkan para pelaksana bimbingan dan

konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan

modal utama bagi kesuksesan pelayanan yang

terselenggara. Sarana yang diperlukan untuk

penunjang layanan bimbingan dan konseling adalah

sebagai berikut:

(1) Alat pengumpul data, baik tes maupun non-tes.

Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi,

tes bakat khusus, tes bakat sekolah, tes atau

inventori kepribadian, tes atau inventori minat, dan

tes prestasi belajar. Alat pengumpul data yang

berupa non-tes yaitu: pedoman observasi, catatan

anekdot, daftar cek, skala penilaian, alat-alat

mekanis, pedoman wawancara, angket, biografi dan

autobiografi, dan sosiometri.

(2) Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk

himpunan data.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

38

Alat penyimpan data itu dapat berbentuk kartu,

buku pribadi dan map. Bentuk kartu ini dibuat

sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna

tertentu, sehingga mudah untuk disimpan dalam

filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai

keterangan, informasi atau pun data untuk masing-

masing siswa, maka perlu disediakan map pribadi.

Mengingat banyak sekali aspek-aspek data siswa

yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan

adanya suatu alat yang dapat menghimpun data

secara keseluruhan yaitu buku pribadi.

(3) Kelengkapan penunjang teknis,

seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu

bimbingan Perlengkapan administrasi, seperti alat

tulis menulis, format rencana satuan layanan dan

kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan,

blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko

konferensi kasus, dan agenda surat.

2.4.4.3.10. Pengendalian

Pengendalian adalah salah satu aspek penting

dalam manajemen program layanan bimbingan dan

konseling. Dalam pengendalian program, koordinator

sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan dan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

39

konseling hendaknya memiliki sifat sifat

kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan

tercisekolahanya suatu komunikasi yang baik

dengan seluruh staf yang ada. Personel-personel

yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-

benar memiliki tanggung jawab, baik tanggung jawab

terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya

maupun tanggung jawab terhadap yang lain, serta

memiliki moral yang stabil Gysbers dan Henderson

(2005). Pengendalian program bimbingan ialah :

a. untuk mencipakan suatu koordinasi dan komunikasi

dengan seluruh staf bimbingan yang ada,

b. untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan

tugas-tugasnya, dan

c. memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan

program yang telah direncanakan.

Pengawas dapat melakukan pengawasan dan

pembinaan : apakah program bimbingan dan

konseling yang disusun dilaksanakan sesuai dengan

rancangan program? Apakah terdapat dokumentasi

sebagai indikator pencatatan pelaksanaan program?

Pengawas dapat berdiskusi dengan konselor

program-program mana yang sudah dilaksanakan?

Apa hambatan yang ditemui pada saat melaksanakan

program? Apakah dapat diidentifikasi keberhasilan

yang dicapai program? Apakah dapat diperoleh

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

40

informasi dampak langsung maupun tidak langsung

pelaksanaan program terhadap siswa, pendidik

maupun institusi pendidikan? Pengawas juga

diharapkan memberikan dorongan dan saran-saran

bagaimana program-program yang belum terlaksana

dapat dilakukan. Pengawas harus mengembangkan

diskusi bersama pimpinan sekolah dan konselor

berkenan dengan dukungan kebijakan, sarana dan

prasara untuk keterlaksanaan program.

2.4.4.3.11. Organisasi dan Personalia

Layanan bimbingan dan konseling

dilaksanakan di bawah tanggung jawab Kepala

Sekolah dan seluruh staf. Koordinator bimbingan

dan konseling bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara

operasional. Personel lain yang mencakup Wakil

Kepala Sekolah, Guru Pembimbing (konselor), guru

bidang studi, dan wali kelas memiliki peran dan

tugas masing-masing dalam penyelenggaraan

layanan bimbingan dan konseling. Secara rinci

deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing

personel, serta organisasi bimbingan dan konseling

di sekolah dapat disimak pada tabel berikut.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

41

Tabel. 2.1. Deskripsi Tugas Personalia Bimbingan

Konseling di Sekolah

Jabatan Deskripsi Tugas

Kepala

Sekolah

1. Mengkoordinasikan seluruh

kegiatan pendidikan, yang

meliputi kegiatan pengajaran,

pelatihan, serta bimbingan

dan konseling di sekolah;

2. Menyediakan dan melengkapi

sarana dan prasarana yang

diperlukan dalam kegiatan

bimbingan dan konseling di

sekolah;

3. Memberikan kemudahan bagi

terlaksananya program

bimbingan dan konseling di

sekolah;

4. Melakukan supervisi terhadap

pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah;

5. Menetapkan koordinator guru

pembimbing yang bertanggung

jawab atas koordinasi

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

42

Jabatan Deskripsi Tugas

pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah

berdasarkan kesepakatan

bersama guru pembimbing;

6. Membuat surat tugas guru

pembimbing dalam proses

bimbingan dan konseling pada

setiap awal catur wulan;

7. Menyiapkan surat pernyataan

melakukan kegiatan

bimbingan dan konseling

sebagai bahan usulan angka

kredit bagi guru pembimbing.

Surat pernyataan ini dilampiri

bukti fisik pelaksanaan tugas;

8. Mengadakan kerja sama

dengan instansi lain (seperti

Perusahaan atau Industri,

Dinas Kesehatan, kepolisian,

Depag), atau para pakar yang

terkait dalam pelaksanaan

kegiatan bimbingan dan

konseling

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

43

Jabatan Deskripsi Tugas

(seperti psikolog atau

konselor).

Wakil Kepala

Sekolah

1. Mengkoordinasikan

pelaksanaan layanan

bimbingan dan konseling

kepada semua personel

sekolah.

2. Melaksanakan kebijakan

pimpinan sekolah terutama

dalam pelaksanaan layanan

bimbingan dan konseling.

Koordinator

Bimbingan

dan Konseling

1. Mengkoordinasikan para guru

pembimbing dalam: (a)

memasyarakatkan pelayanan

bimbingan dan konseling; (b)

menyusun program bimbingan

dan konseling; (c) melaksanakan

program bimbingan dan

konseling; (c)

mengadministrasikan kegiatan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

44

Jabatan Deskripsi Tugas

bimbingan dan konseling; (d)

menilai program bimbingan dan

konseling; dan (e) mengadakan

tindak lanjut.

2. Membuat usulan kepada kepala

sekolah dan mengusahakan

terpenuhinya tenaga, sarana dan

prasarana;

3. Mempertanggungjawabkan

pelaksanaan kegiatan bimbingan

dan konseling kepada kepala

sekolah.

Konselor atau

Guru

Pembimbing

1. Memasyarakatkan kegiatan

bimbingan dan

2. konseling (terutama kepada

siswa).

3. Merencanakan program

bimbingan dan konseling

bersama kordinator BK.

4. Merumuskan persiapan

kegiatan bimbingan dan

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

45

Jabatan Deskripsi Tugas

konseling.

5. Melaksanakan layanan

bimbingan dan konseling

terhadap siswa yang menjadi

tanggung jawabnya

(melaksanakan layanan dasar,

responsif, perencanaan

6. individual, dan dukungan

sistem).

7. Mengevaluasi proses dan hasil

kegiatan layanan bimbingan

dan konseling.

8. Menganalisis hasil evaluasi.

9. Melaksanakan tindak lanjut

berdasarkan hasil analisis

penilaian.

10.Mengadministrasikan kegiatan

bimbingan dan konseling.

11.Mempertanggungjawabkan

tugas dan kegiatan kepada

koordinator guru pembimbing

atau kepada kepala sekolah.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

46

Jabatan Deskripsi Tugas

12.Menampilkan pribadi sebagai

figur moral yang berakhlak

mulia (seperti taat beribadah,

jujur; bertanggung jawab;

sabar; disiplin; respek

terhadap pimpinan, kolega,

dan siswa).

13.Berpartisipasi aktif dalam

berbagai kegiatan sekolah

yang menunjang peningkatan

mutu pendidikan di sekolah.

Guru Mata

Pelajaran

1. Membantu memasyarakatkan

layanan bimbingan dan

konseling kepada siswa.

2. Melakukan kerja sama dengan

guru pembimbing dalam

mengidentifikasi siswa yang

memerlukan bimbingan dan

konseling.

3. Mengalihtangankan (merujuk)

siswa yang memerlukan

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

47

Jabatan Deskripsi Tugas

bimbingan dan konseling

kepada guru pembimbing.

4. Mengadakan upaya tindak

lanjut layanan bimbingan dan

konseling (program perbaikan

dan program pengayaan, atau

remedial teaching).

5. Memberikan kesempatan

kepada siswa untuk

memperoleh layanan

bimbingan dan konseling dari

guru pembimbing

6. Membantu mengumpulkan

informasi yang diperlukan

dalam rangka penilaian

layanan bimbingan dan

konseling

7. Menerapkan nilai-nilai

bimbingan dalam PBM atau

berinteraksi dengan siswa,

seperti : bersikap respek

kepada semua siswa,

memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya,

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

48

Jabatan Deskripsi Tugas

atau berpendapat,

memberikan reward kepada

siswa yang menampilkan

perilaku atau prestasi yang

baik, menampilkan pribadi

sebagai figur moral.

8. bertanggung jawab

memberikan layanan

bimbingan pada siswa dengan

perbandingan 1 : 150 orang

Wali Kelas

1. Membantu guru pembimbing

melaksanakan layanan

bimbingan dan konseling yang

menjadi tanggung jawabnya.

2. Membantu memberikan

kesempatan dan kemudahan

bagi siswa, khususnya di

kelas yang menjadi tanggung

jawabnya, untuk mengikuti

layanan bimbingan dan

konseling.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

49

Jabatan Deskripsi Tugas

3. Memberikan informasi tentang

keadaan siswa kepada guru

pembimbing untuk

memperoleh layanan

bimbingan dan konseling.

4. Menginformasikan kepada

guru mata pelajaran tentang

siswa yang perlu diperhatikan

secara khusus dalam

belajarnya.

5. Ikut serta dalam konferensi

kasus.

Staf

Administrasi

1. Membantu guru pembimbing

(konselor) dan koordinator BK

dalam mengadministrasikan

seluruh kegiatan bimbingan dan

konseling di sekolah;

2. Membantu guru pembimbing

dalam menyiapkan seluruh

kegiatan bimbingan

dan konseling.

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

50

Jabatan Deskripsi Tugas

3. Membantu guru pembimbing

dalam menyiapkan sarana yang

diperlukan dalam layanan

bimbingan dan konseling.

Beban tanggung jawab guru pembimbing

(konselor) melaksanakan layanan bimbingan dan

konseling adalah 1 : 150 siswa, sehingga jumlah

konselor yang dibutuhkan pada satu sekolah adalah

jumlah seluruh siswa dibagi 150. Pemberian layanan

dasar bimbingan secara klasikal dapat

memanfaatkan waktu pengembangan diri yaitu 2

(dua) jam pelajaran. Aktivitas dapat dilakukan

didalam maupun diluar kelas secara terjadwal

sehingga setiap siswa memperoleh kesempatan

memperoleh layanan. Lingkup materi layanan adalah

layanan pribadi, sosial, belajar maupun karir. (Dinas

Pendidikan Pusat, Kurikulum 2013)

Terkait dengan peran pengawas sekolah, maka

dalam hal ini pengawas sekolah perlu mengetahui

dan memahami bagaimana struktur dan lingkup

program sebagai bahan pembinaan dan pengawasan

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

51

terhadap kinerja konselor dan pelayanan pendidikan

psikologis yang diterima oleh peserta didik untuk

mendukung pencapaian perkembangan yang optimal

serta mutu proses dan hasil pendidikan. Pengawas

melakukan pembinaan dan pengawasan dengan

melakukan diskusi terfokus berkenaan dengan

ketersediaan personil konselor sesuai dengan

kebutuhan (berdasarkan jumlah siswa) serta upaya-

upaya untuk memenuhi ketersediaan konselor,

optimalisasi peran dan fungsi personil sekolah dalam

layanan bimbingan dan konseling, serta mekanisme

layanan sesuai dengan peran dan fungsi.

2.5. Model Evaluasi Program CIPP

Terdapat banyak model evaluasi program yang

digunakan para ahli. Salah satunya adalah model

CIPP ( Context – input – process – product). Model ini

dikembangkan oleh Stufflebeam , model CIPP oleh

Stufflebeam 1971 (dari Ward Mitchell Cates, 1990) .

Model CIPP (1971) melihat kepada empat dimensi

yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses

dan dimensi Produk. Keunikan model ini adalah pada

setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

52

keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan

dan operasional sebuah program. Keunggulan model

CIPP memberikan suatu format evaluasi yang

komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu

tahap konteks, masukan, proses, dan produk. Untuk

memahami hubungan model CIPP dengan pembuat

keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada

visualisasi Tabel 2:2 sebagai berikut:

Tipe Evaluasi Konteks Input Proses Produk

Pembuat Keputusan

Obyektif Solusi strategi desain prosedur

Implementasi Dihentikan

Dilanjutkan

Dimodifikasi

Program Ulang

Akuntabilitas Rekaman Obyektif

Rekaman pilihan strategi desain

Rekaman Proses Aktual

Rekaman pencapaian dan

keputusan ulang

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

53

Model CIPP merupakan model yang berorientasi

kepada pemegang keputusan. Model ini membagi

evaluasi dalam empat macam, yaitu :

1. Evaluasi konteks mengenai keputusan

perencanaan, yaitu membantu merencanakan

pilihan keputusan, menentukan kebutuhan

yang akan dicapai dan merumuskan tujuan

program.

2. Evaluasi input atau masukan untuk

keputusan strukturisasi yaitu menolong

mengatur keputusan menentukan sumber-

sumber yang tersedia, alternatif-alternatif

yang diambil, rencana dan strategi untuk

mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja

untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

3. Evaluasi proses mengenai keputusan

implementasi, yaitu membantu keputusan

sampai sejauh mana program telah

dilaksanakan.

4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang

keputusan. Keunggulan model CIPP

merupakan sistem kerja yang dinamis.

Stufflebeam merumuskan evaluasi as a process

of providing useful information for decision

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

54

making.Definisi tersebut kemudian sedikit

direvisi pada tahun 1973 yang menjelaskan

bahwa evaluasi sebagai “the process of

delineating, obtaining, dan providing useful

information for judging decision alternative.

Definisi ini memberikan tekanannya pada tiga

hal, pertama bahwa evaluasi merupakan

proses sistematis yang terus menerus, kedua

bahwa proses ini terdiri atas tiga langkah yaitu

(1) menyatakan pertanyaan yang menuntut

jawaban dan informasi yang spesifik untuk

digali, (2) membangun data yang relevan, (3)

menyediakan informasi akhir (kesimpulan)

yang menjadi bahan pertimbangan mengambil

keputusan, dan ketiga bahwa evaluasi

memberikan dukungan pada proses mengambil

keputusan dengan memilih salah satu

alternatif pilihan dan melakukan tindak lanjut

atas keputusan tersebut.

Stufflebeam berpendapat bahwa evaluasi

seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki (to

improve) bukan untuk membuktikan (to prove).

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

55

Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat

membuat suatu perbaikan, meningkatkan

akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam

mengenai fenomena.

Pada akhirnya, ia melihat terdapat empat

komponen evaluasi yang juga merupakan tahapan

dalam evaluasi. Keempat komponen tersebut adalah

context, input, process, serta product.

2.4.1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah

untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

suatu objek, seperti institusi, program, populasi

target, atau orang, dan juga untuk menyediakan

arahan untuk perbaikan. Objektifitas utama dari tipe

ini adalah untuk menelaah status objek secara

keseluruhan, untuk mengidentifikasikan

kekurangan, untuk mengidentifikasikan kekuatan

yang dimiliki yang dapat gunakan untuk

memperbaiki kekurangan, untuk mendiagnosis

masalah sehingga mendapatkan solusi yang dapat

memperbaikinya, dan secara umum untuk

memberikan gambaran karakteristik lingkungan atau

setting program.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

56

Tujuan evaluasi konteks dilakukan untuk

menyediakan alasan yang rasional bagi konselor dan

administrator dalam menentukan tujuan dan

kompetensi siswa, yang mana semua itu akan

membantu membentuk program dan highlight

berbagai elemen struktur dalam kebutuhan akan

perhatian.

2.4.2. Evaluasi Input (Input Evaluation)

Orientasi utama dari evaluasi input adalah

untuk membantu menentukan program yang

membawa pada perubahan yang dibutuhkan.

Evaluasi input mempermasalahkan apakah strategi

yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah

tepat. Evaluasi ini dilakukan dengan menelaah dan

menilai secara kritis pendekatan yang relevan yang

dapat digunakan.

Evaluasi input bertujuan untuk

mengidentifikasi dan menelaah kapabilitas sistem,

alternatif strategi program, desain prosedur di mana

strategi akan diimplementasikan. Evaluasi input ini

dapat dilakukan dengan menggunakan metode

menginventarisasi dan menganalisis sumber-sumber

yang tersedia, baik guru bimbingan konseling,

ataupun material, strategi solusi, relevansi desain

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

57

prosedur, kepraktisan dan biaya, kemudian

dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan

berdasarkan telaah literatur, atau dengan

mengunjungi program yang telah berhasil, atau

berdasarkan ahli.

2.4.3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang

dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan

program sesuai dengan strategi yang telah

direncanakan. Evaluasi proses bertujuan untuk

mengidentifikasikan atau memprediksi dalam proses

pelaksanaan, seperti cacat dalam desain prosedur

atau implementasinya. Evaluasi proses juga

bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai

dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat,

dan menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.

Evaluasi proses ini dapat dilakukan dengan

memonitor kegiatan, berinteraksi terus-menerus,

serta dengan mengobservasi kegiatan, dan staf.

2.4.4. Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Evaluasi produk adalah evaluasi yang

bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan,

dan menilai pencapaian program. Evaluasi produk

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

58

juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan

penilaian terhadap luaran (outcome) dan

menghubungkan semua itu dengan objektif, konteks,

input, dan informasi proses serta untuk

menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan

program.

Keempat komponen evaluasi CIPP bukanlah

komponen yang berdiri sendiri-sendiri akan tetapi

komponen yang saling berinteraksi secara dinamis.

Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi,

yaitu : Evaluasi Konteks (Context Evaluation),

Evaluasi Masukan (Input Evaluation), Evaluasi Proses

(Process Evaluation), dan Evaluasi Produk (Product

Evaluation) yang dilukiskan pada Tabel 2.3 berikut di

bawah ini. Alur Evaluasi model CIPP.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

59

Tabel 2:3

Context

Evaluation:

Berupaya

untuk

mencari

jawaban

atas

pertanyaa

n : Apa

yang

perlu

dilakukan

?

Waktu

pelaksana

an:

Sebelum

program

diterima

Keputusa

n:

Perencan

aan

program

Input

Evaluation:

Berupay

a

mencari

jawaban

atas

pertanya

an: Apa

yang

harus

dilakuka

n?

Waktu

pelaksa

naan:

Sebelu

m

program

dimulai

Keputus

an:

Penstru

kturan

program

Process

Evaluation:

Berupa

ya

mencar

i

jawaba

n atas

pertany

aan:

Apaka

h

progra

m

sedang

dilaksa

nakan?

Product

Evaluation:

Berupa

ya

mencari

jawaba

n atas

pertany

aan:

Apakah

progra

m

sukses ?

Waktu

pelaksa

naan:K

etika

progra

m

selesai

Keputu

san:Res

ikel:

Ya atau

tidak

progra

m harus

diresik

el

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

60

Gambar 2:1

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

61

Berdasarkan alur yang ada pada gambar 2:1,

dapat dipahami bahwa evaluasi konteks merupakan

evaluasi yang dilakukan untuk merencanakan

keputusan melalui penelaahan kebutuhan untuk

menetapkan tujuan. Setelah tujuan ditetapkan, maka

untuk menstrukturisasikan keputusan dalam arti

agar tujuan dapat tercapai maka diperlukan strategi.

Menentukan strategi yang tepat dilakukan melalui

evaluasi input. Strategi yang telah dirancang

kemudian diterapkan dalam pelaksanaan untuk

mencapai tujuan. Hal inilah yang membuat dalam

diagram terdapat keterangan bahwa evaluasi konteks

dan evaluasi produk dilakukan secara simultan.

Evaluasi proses untuk melihat implementasi dari

strategi yang dipilih, sedangkan evaluasi produk

untuk melihat apakah tujuan telah tercapai. Evaluasi

produk ini kemudian menjadi dasar untuk

menentukan keputusan mengenai program.

Menurut Stufflebeam dalam Wirawan (2012),

Evaluasi model CIPP bersifat linier. Artinya Evaluasi

Input harus didahului oleh Evaluasi Conteks :

Evaluasi Proses harus didahului oleh Evaluasi Input :

Sungguhpun demikian menurut Stufflebeam dalam

Model Evaluasi CIPP juga dikenal evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif. Dalam evaluasi formatif CIPP

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi

62

berupaya mencari jawaban atas pertanyaan : Apa

yang perlu dilakukan? Bagaimana melakukannya?

Apakah hal tersebut sedang dilakukan? Apakah

berhasil?. Evaluator sub unit memberikan informasi

mengenai temuan kepada para pemangku

kepentingan; membantu mengarahkan pengambilan

keputusan, memperkuat kerja staf. Ketika evaluasi

formatif dilaksanakan, dapat dilakukan penyesuaian

dan pengembangan jika yang direncanakan tidak

dapat dilaksanakan dengan baik.