bab ii landasan teori -...
TRANSCRIPT
15
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Evaluasi Program BK
2.1.1 Pengertian Evaluasi Program BK (Education
Expo)
Menurut Gysbers dan Henderson (2006) bahwa
program BK mencakup tiga hal yaitu dari perencanaan
program, pelaksanaan program, dan hasil program.
Ketiganya saling berkaitan. Hasil program akan
terlihat jika proses evaluasinya berjalan baik. Program
education expo yang merupakan salah satu program
BK, yang dilaksanakan setiap tahun oleh SMA
Karangturi Semarang sejak tahun 1997. Program
education expo perlu diadakan evaluasi. Evaluasi
program mencakup evaluasi perencanaan, evaluasi
proses pelaksanaan dan evaluasi hasil, atau dapat
dikatakan evaluasi secara menyeluruh. Berdasarkan
pandangan Gysbers dan Henderson (2006) dapat
dinterpretasikan bahwa evaluasi program merupakan
evaluasi secara menyeluruh dari evaluasi perencana-
an, evaluasi pelaksanaan hingga evaluasi hasil dari
program. Program yang dibuat perlu dievaluasi (evalu-
asi perencanaan program) sejauh mana dapat dilaksa-
nakan (evaluasi proses/pelaksanaan) dan bermanfaat
untuk mencapai hasil yang diinginkan (evaluasi hasil),
16
sehingga jika terdapat kelemahan program dapat
segera diperbaiki dan dikembangkan.
Evaluasi program juga merupakan suatu
proses penilaian terhadap penyusunan, pelaksanaan,
analisis hasil serta tindak lanjut kegiatan program.
Pernyataan tentang evaluasi program ini sejalan
dengan Sugiyo (2011) yang menyatakan bahwa evalu-
asi program merupakan sebuah proses penilaian ter-
hadap penyusunan program, pelaksanaan program,
penilaian dan analisis hasil serta tindak lanjut kegiat-
an yang dilaksanakan. Badrujaman (2011) menyata-
kan bahwa evaluasi program bimbingan & konseling
merupakan sebuah proses pemberian penilaian
terhadap keberhargaan dan keberhasilan program BK,
salah satunya program BK yaitu education expo yang
dilaksanakan melalui pengumpulan, pengolahan, dan
analisis data yang akan dijadikan dasar untuk mem-
buat keputusan. Evaluator melakukan kegiatan
evaluasi melalui prosedur-prosedur atau tahapan-
tahapan tertentu dalam mengumpulkan data. Tahapan
evaluasi dimulai dengan menentukan tujuan evaluasi
program.
2.1.2 Tujuan Evaluasi Program BK
Evaluasi program BK (salah satunya education
expo) sangat penting dilaksanakan oleh guru BK
karena dapat mengetahui sejauh mana pelaksanaan
program education expo mencapai tujuan yang dite-
tapkan. Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan
17
bahwa diadakannya evaluasi program bertujuan untuk
mengetahui kelemahan program dan dapat segera
melakukan perbaikan serta pengembangan program.
Pernyataan Gysbers dan Henderson didukung oleh
Badrujaman (2011) yang menyatakan bahwa tujuan
dari evaluasi program adalah:
Pertama, dengan adanya evaluasi kita dapat
mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan
pelaksanaan program BK yang diselenggarakan. Kedua, dengan adanya evaluasi kita dapat
mengetahui efektivitas program. Ketiga, dengan
adanya evaluasi dapat meningkatkan akunta-
bilitas program BK dimata stakeholder, seperti guru, kepala sekolah, orang tua, terutama siswa.
Keempat, dengan adanya evaluasi kita dapat
mengetahui kelemahan program. Kelima, dengan
adanya evaluasi kita dapat melakukan perbaikan dan pengembangan program BK.
Berdasarkan pernyataan Gysbers dan
Henderson (2006), serta Badrujaman (2011) dapat
diinterpretasikan bahwa tujuan dilaksanakannya eva-
luasi program adalah untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan program mencapai tujuan yang ditetap-
kan, dengan kata lain dapat mengetahui keberhasilan
pelaksanaan program education expo di SMA
Karangturi. Selain itu dapat memperbaiki praktek
penyelenggaraan program education expo dan dapat
meningkatkan akuntabilitas program education expo di
mata stakeholder sekolah. Evaluasi program juga
dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan program. Ketika kelebihan
dan kekurangan program dapat terdeteksi, program
akan bisa dikembangkan. Perbaikan dan pengem-
18
bangan program akan meningkatkan kepercayaan
stakeholder. Program yang akuntabel dapat memberi-
kan informasi yang memadai mengapa sebuah
program dapat atau tidak dapat dilaksanakan. Infor-
masi akurat hanya bisa disampaikan jika ada pelak-
sanaan evaluasi program oleh guru BK.
Terdapat tiga hal penting yang perlu diperhati-
kan dalam mengevaluasi secara menyeluruh program
BK. Pertama, evaluasi perencanaan program dilakukan
untuk mengetahui apakah perencanaan program
sudah baik atau belum. Kedua, evaluasi proses/
pelaksanaan program dilakukan untuk mediagnosis
kelebihan dan kelemahan program. Ketiga, evaluasi
hasil dilakukan untuk mengukur sejauh mana capai-
an tujuan yang telah ditetapkan dalam program BK
(Badrujaman, 2011).
2.1.3 Prinsip Dasar Evaluasi Program BK
Evaluasi program BK merupakan proses pem-
berian skor pada suatu program dalam rangka meng-
ambil keputusan. Pengambilan keputusan digunakan
untuk perbaikan dan pengembangan program. Meski
terlihat mudah pelaksanaannya, evaluasi program
sering terjadi pengulangan setiap tahun atau belum
sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan
kata lain evaluasi program masih terdapat kelemahan
program.
Dalam menjaga tujuannya untuk melakukan
perbaikan program, maka ketika evaluasi dilakukan,
19
evaluator harus memegang erat prinsip dasar dalam
mengevaluasi program. Seperti yang dikemukakan
oleh Badrujaman (2011) terdapat tujuh prinsip dasar
dalam mengevaluasi program. Ketujuh prinsip dasar
evaluasi harus menjadi pedoman bagi evaluator dalam
melaksanakan evaluasi program. Ketujuh prinsip
dasar evaluasi meliputi: (1) evaluasi yang efektif
membutuhkan pengenalan atas tujuan program, (2)
evaluasi yang efektif membutuhkan kriteria pengu-
kuran yang valid, (3) evaluasi yang efektif tergantung
pada pelaksanaan pengukuran yang valid terhadap
kriteria, (4) program evaluasi harus melibatkan semua
yang berpengaruh, (5) evaluasi yang bermakna mem-
butuhkan umpan balik, (6) evaluasi harus direnca-
nakan dan terus menerus sebagai sebuah proses,
(7) evaluasi menekankan pada kepositifan.
2.1.4 Kriteria Evaluasi Program BK
Program BK dikatakan berhasil dan sukses
manakala program BK dapat memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Kriteria keberhasilan
tidak terlepas dengan standar dan indikator. Ketiganya
saling keterkaitan. Menurut Winkel & Hastuti (2006),
kriteria merupakan patokan dalam evaluasi program.
Kriteria dapat ditentukan berdasarkan ciri yang mele-
kat dalam program baik internal maupun eksternal.
Menurut Badrujaman (2011), kriteria merupakan
karakteristik program yang dianggap sebagai basis
relevan dan penting untuk melakukan riset evaluasi.
20
Pemberian skor pada kriteria didasarkan pada keya-
kinan, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain,
dan hasil kajian teoritik.
Berbeda dengan kriteria, standar memiliki
penekanannya pada pertanyaan ”seberapa banyak
kriteria penting telah mencukupi?”. Menurut Gysbers
dan Henderson (2006), standar program cukup men-
jamin keputusan yang dibuat, melengkapi program BK
komprehensif, dan aktualisasinya bermanfaat bagi
murid, orang tua, guru, dan komunitas lainnnya.
Menentukan standar siswa dalam program BK
(program education expo) harus mempertimbangkan
pengetahuan apa yang seharusnya siswa peroleh,
ketrampilan apa yang seharusnya siswa kembangkan,
dan sikap apa yang seharusnya terbentuk pada siswa
setelah berpartisipasi dalam program education expo.
Karena pada akhir program, standar siswa harus
diukur tingkat pencapaiannya, maka standar sejak
awal harus dirancang sedemikian sehingga bisa
diukur pada akhirnya, tanpa lepas dari visi, misi, dan
tujuan program. Sedangkan indikator merujuk pada
ukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data
sehubungan dengan performansi nilai kriteria.
Menetapkan kriteria sebagai patokan dalam
evaluasi memang tidak mudah. Menurut Schmidt
(1999), penetapan kriteria dapat dilakukan dengan
menggunakan pencapaian melalui persentase, mem-
bandingkan pencapaian siswa yang mengikuti program
dan yang tidak mengikuti program, menanyakannya
21
kepada siswa, orang tua, atau guru, serta memban-
dingkan skor pre-test dan post-test.
2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Evaluasi Program
BK
Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi evaluasi adalah kedudukan
layanan dan fasilitas yang ada, serta sikap anggota
staf sekolah terhadap layanan. Di samping itu,
kebijakan sekolah juga merupakan faktor penting yang
mempengaruhi evaluasi manajemen program. Seperti
yang dikemukakan oleh Gysbers dan Henderson
(2006) bahwa kebijakan sekolah merupakan faktor
penting dalam rangka pelaksanaan evaluasi program
BK di sekolah. Kebijakan yang dimaksud adalah
dukungan yang diberikan oleh kepala sekolah dalam
penyenggaraan program BK salah satunya adalah
program education expo di sekolah. Dukungan kepada
program education expo dapat berupa pemberian ijin
untuk melakukan kegiatan serta peran guru BK di
sekolah. Selain kebijakan, anggaran juga merupakan
faktor yang mempengaruhi evaluasi manajemen
program. Dengan anggaran yang baik maka evaluasi
manajemen program dapat terlaksana. Menurut
Myrick, 2005 (dalam Badrujaman 2011) menyatakan
bahwa waktu juga merupakan faktor penting yang
mempengaruhi evaluasi program. Dengan adanya
waktu yang cukup, maka evaluasi program dapat
dilaksanakan dengan baik. Seringnya ada tekanan
22
dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada, membuat
guru BK mengabaikan kegiatan evaluasi program .
Gysbers dan Henderson (2006) juga menge-
mukakan bahwa dalam membantu pendekatan yang
berorientasi pada perbaikan dalam evaluasi manaje-
men program ada empat hal penting untuk dipahami
yaitu:
1) Konselor sekolah harus terlibat secara personal
dalam mengevaluasi program mereka, yaitu
program.
2) Pentingnya dilakukan evaluasi manajemen
program untuk menentukan sasaran yang sesuai
dan adanya kompetensi siswa.
3) Evaluasi manajemen program dalam prosesnya
akan melibatkan observasi terhadap perilaku, wa-
wancara, menelaah produksi media dan rekaman
lain, focus group discussion (FGD), forum terbuka,
survei, pengukuran yang terstandar, penilaian ahli,
serta telaah teman.
4) Evaluasi manajemen program akan sukses apabila
didukung oleh administrator, diadakan oleh kon-
selor sekolah, berkolaborasi dengan lainnya yang
menjadi customer.
Seperti dikemukakan sebelumnya oleh Gysbers
dan Henderson (2006) bahwa evaluasi manajemen
program meliputi evaluasi terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan hasil dari program. Ketiga evaluasi
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
23
2.1.6 Evaluasi Perencanaan Program (Education
Expo)
Evaluasi perencanaan program merupakan
evaluasi tentang penentuan tujuan yang hendak
dicapai dari kegiatan pemilihan strategi, serta teknik
yang tepat untuk mencapai tujuan kegiatan.
Badrujaman (2011) menyatakan bahwa tujuan dari
evaluasi perencanaan program adalah untuk
mengetahui apakah perencanaan yang dibuat sudah
baik atau belum. Pandangan Badrujaman (2011) ini
dapat diinterpretasikan bahwa evaluasi perencanaan
program merupakan evaluasi yang dilakukan oleh
guru BK untuk mengetahui apakah perencanaan yang
dibuat sudah sesuai dengan kriteria perencanaan atau
bisa dikatakan perencanaan sudah baik atau belum.
Perencanaan program merupakan sebuah proses
asesmen terhadap program yang ada saat ini dengan
cara mengkaji program dari berbagai sudut. Asesmen
ini merupakan suatu proses untuk memperoleh
gambaran yang konkret dan detail mengenai program.
Dengan menilai program yang ada, guru BK akan
mampu menentukan apa yang benar-benar dibutuh-
kan dalam menyusun sebuah program BK, salah
satunya adalah program education expo . Gysbers dan
Henderson (2006).
Menurut Badrujaman (2011), secara garis besar
evaluasi perencanaan program BK dibagi menjadi dua
yaitu evaluasi tujuan program dan evaluasi input
24
program. Dalam hal ini salah satu program BK adalah
program education expo.
2.1.6.1. Evaluasi Tujuan Program
Terdapat 3 hal yang harus dilakukan dalam
mengevaluasi tujuan program, yaitu memahami
konsep, prosedur pelaksanaan, dan penyusunan
laporan evaluasi tujuan program. Badrujaman (2011).
a. Konsep Evaluasi Tujuan Program
Menurut Stufflebeam (dalam Badrujaman 2011)
mengemukakan bahwa objektivitas utama dari tipe ini
adalah menelaah status objek secara keseluruhan,
mengidentifikasi kekurangan, mengidentifikasi
kekuatan untuk memperbaiki kekurangan,
mendiagnosis masalah sehingga ditemukan solusi
memperbaikinya, dan memberikan gambaran
karakteristik lingkungan/setting program. Sejalan
dengan Stufflebeam (dalam Badrujaman, 2011)
menyatakan bahwa evaluasi pada aspek tujuan ini
merupakan kesesuaian antara tujuan yang telah
ditetapkan dengan kebutuhan siswa. Orientasinya
untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan peserta
didik, menyediakan arahan perbaikan, dan membantu
guru BK memformulasikan tujuan program dan
kompetensi siswa yang diharapkan. Gysbers dan
Henderson (2006) menyatakan bahwa dibutuhkan
informasi mengenai siswa dan komunitas. Informasi
mengenai siswa berupa apa yang mereka ketahui,
mereka pelajari, dan mereka butuhkan. Informasi
25
komunitas yang dimaksud adalah konteks dimana
siswa tinggal seperti etnisitas, bahasa, status sosio-
ekonomi, dan latar belakang keluarga. Informasi siswa
dan komunitas penting untuk menentukan tujuan
layanan BK. Ini merupakan langkah awal dalam
menyusun program BK, salah satunya yaitu program
education expo.
b. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Tujuan
Menurut Badrujaman (2011), prosedur
pelaksanaan evaluasi tujuan meliputi enam tahap,
yaitu:
(1) Menentukan tujuan evaluasi: penentuan tujuan
ini sangat penting karena berdasarkan tujuan ini,
guru BK akan melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi secara umum berkaitan dengan 2 hal
yaitu aspek yang akan dievaluasi dengan objek
evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi tujuan memiliki tujuan untuk mengetahui ketepatan tujuan yang
ditetapkan dalam program. (2) Menentukan kriteria
evaluasi: sebuah program dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Menurut Winkel & Hastuti (2006), kriteria
merupakan patokan dalam evaluasi program.
Kriteria dapat ditentukan berdasarkan ciri yang melekat dalam program baik internal maupun
eksternal. Menurut Badrujaman (2011), kriteria
merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis relevan dan penting untuk
melakukan riset evaluasi. Pada aspek tujuan,
kriteria yang dapat digunakan dalam evaluasi program adalah tujuan bersumber pada
kebutuhan yang realistis. Sesuai dengan pendapat
Gysbers (2006), kebutuhan yang dimaksud adalah sesuai dengan tugas perkembangan dan
permasalahan siswa. (3) Memilih desain evaluasi
untuk meyakinkan bahwa evaluasi yang dilakukan sesuai organisasi teratur atau sesuai aturan
evaluasi yang baik. Agar dapat diketahui hasil
suatu program, maka diperlukan desain yang
26
sesuai dengan karakteristik program tersebut. (4)
Menyusun tabel perencanaan evaluasi berdasarkan tujuan evaluasi yang sudah
ditetapkan. Komponen atau aspek evaluasi terdiri
atas satu komponen yaitu tujuan. Dari komponen, kita dapat menjabarkan indikator-indikatornya,
kemudian menentukan sumber data dan cara
mengumpulkan data tersebut. (5) Menentukan
instrumen evaluasi: Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi tergantung dari
jenis penelitian yang dilakukan. Jika penelitiannya
kuantitatif, biasanya dengan menyebarkan angket atau kuesioner. Jika penelitiannya kualitatif,
biasanya dengan observasi, wawancara ataupun
dokumentasi. (6) Menentukan teknik analisa data: Teknik analisa ini dilakukan tergantung dari jenis
penelitiannya, kualitatif atau kuantitatif. Pertama
dilakukan penelaahan terhadap permasalahan siswa akan kebutuhan, kemudian dianalisa sesuai
indikator. Setelah tujuan ditentukan, kemudian
membandingkan tujuan yang dihasilkan melalui
evaluasi konteks dengan tujuan yang ditetapkan dalam program.
c. Penyusunan Laporan Evaluasi Tujuan Program
Kegiatan akhir dalam kegiatan evaluasi yang
dilakukan adalah membuat laporan hasil evaluasi.
Setiap bagian dalam laporan hasil evaluasi
perencanaan hendaknya dimulai dengan deskripsi
data, kemudian menuliskan hasil analisis data
evaluasi, dan terakhir menuliskan keputusan.
2.1.6.2. Evaluasi Input Program
a. Konsep Evaluasi Input Program
Menurut Stufflebeam & Shinkfield (dalam
Badrujaman 2011), orientasi utama evaluasi input
adalah membantu menentukan program yang
membawa pada perubahan yang dibutuhkan.
Evaluasi input mempermasalahkan apakah strategi
27
yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah
tepat. Evaluasi input dilakukan dengan menelaah
dan menilai secara kritis pendekatan yang relevan
yang tepat digunakan.
Menurut Badrujaman (2011), tujuan evaluasi
input adalah:
Untuk mengidentifikasikan dan menelaah
kapabilitas sistem, alternatif strategi program,
desain prosedur dimana strategi akan diimplementasikan. Evaluasi dapat menggunakan
metode menginventarisasi dan menganalisis sumber-
sumber yang tersedia, baik guru BK ataupun
material, strategi solusi, relevansi desain prosedur, kepraktisan dan biaya, kemudian dibandingkan
dengan kriteria yang ditetapkan
Pernyataan Badrujaman (2011) sejalan
dengan yang dikemukakan Gysbers dan
Henderson (2006),
Efisiensi program BK dapat diukur berdasarkan
keberadaan sumber yang dimiliki oleh sekolah. Dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang
dimiliki, strategi akan lebih realistis dan didukung
dengan kemampuan yang ada.
Evaluasi program pada aspek input perlu
diarahkan untuk melihat sejauh mana strategi yang
ditetapkan untuk mencapai tujuan program,
termasuk di dalamnya menelaah sumber-sumber
yang mendukungnya. Terdapat tiga sumber yang
semestinya ada dalam program, yaitu sumber
berupa personel, keuangan, dan kebijakan. Gysbers
dan Henderson (2006). Jadi dapat interpretasikan
bahwa tiga sumber yang seharusnya ada dalam
program meliputi: (1)personel yang terlibat dalam
28
kegiatan (2) keuangan, yang merupakan biaya
anggaran kegiatan (dari sumber hingga
pengelolaannya), (3) kebijakan sekolah demi
terselenggaranya kegiatan
Ketiga sumber pendukung ini, dijelaskan
sebagai berikut:
(1) Personel yang terlibat dalam kegiatan
Menurut Gysbers dan Henderson (2006),
pada dasarnya personel BK yang dimaksud adalah
administrator BK itu sendiri. Dalam kegiatan
education expo, guru BK terlibat sebagai panitia
kegiatan education expo. Guru BK mengkoordinir,
memiliki kewenangan presentasi dari perguruan
tinggi dan memberi bimbingan ke siswa sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa,
mengurusi penempatan dan penyaluran siswa
selepas lulus, mencatat dan mengevaluasi seluruh
kegiatan program, sehingga diperlukan guru BK
yang profesional.
(2) Keuangan Gysbers dan Henderson (2006)
mengemukakan sumber keuangan yang menunjang
program BK adalah penetapan anggaran. Penetapan
anggaran sangat diperlukan untuk menunjang
program kegiatan ( untuk education expo). Kategori
anggaran meliputi bahan (material), perlengkapan
(equipment), dan fasilitas (facilities). Memilih strategi
yang tepat untuk mencapai tujuan program untuk
education expo memerlukan analisis terhadap
29
anggaran yang dimiliki. Anggaran education expo
digunakan untuk membiayai kelengkapan (sarana
dan prasarana), diantaranya biaya sewa gedung,
konsumsi, sound sistem dan sarana lainnya.
Strategi yang dipilih harus menyesuaikan anggaran
yang dimiliki. Tanpa adanya pertimbangan
anggaran, maka hanya akan menjadi angan-angan
yang mungkin sulit untuk mencapai tujuan program
(Badrujaman, 2011). Salah satu tidak terlaksananya
evaluasi program, kebanyakan pembimbing tidak
memiliki anggaran yang baik untuk melaksanakan
evaluasi program serta tidak memiliki anggaran
yang baik untuk program BK. Schimdt (dalam
Badrujaman, 2011).
(3) Kebijakan Sekolah
Menurut Gysbers dan Henderson (2006)
mengemukakan bahwa kebijakan sekolah
merupakan faktor penting dalam rangka
pelaksanaan program BK di sekolah. Jadi,
kebijakan dari pihak sekolah juga merupakan faktor
penting dalam pelaksanaan program education expo
SMA. Kebijakan yang dimaksud adalah dukungan
yang diberikan oleh kepala sekolah dalam
penyenggaraan program education expo di sekolah
ataupun di luar sekolah. Dukungan pada program
education expo dapat berupa pemberian ijin untuk
melakukan kegiatan serta peran guru BK dalam
kegiatan education expo di sekolah ataupun di luar
sekolah.
30
b. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Input Program
Menurut Badrujaman (2011), terdapat enam
tahapan dalam prosedur pelaksanaan evaluasi input
program yaitu:
(1) Menentukan tujuan evaluasi untuk mengetahui
ketepatan strategi (termasuk di dalamnya sumber-
sumber) yang ditetapkan guru BK dalam mencapai tujuan program. (2) Menentukan kriteria evaluasi
untuk menentukan efektivitas program BK. Pada
aspek input program ini, yang menjadi kriteria adalah terdapatnya ahli bimbingan, kualifikasi
yang memadai dari staf BK, terdapat rencana
anggaran, waktu yang disediakan, terdapat ruangan/ tempat penyelenggaraan, terdapat
peralatan yang memadai, materi yang ingin
disampaikan, media yang bervariasi dan menarik,
metode penyampaian, dan kebijakan dari sekolah. (3) Memilih desain evaluasi yang sesuai dengan
karakteristik program yang diselenggarakan. Dari
kriteria yang telah ditetapkan, kemudian dilakukan studi dokumentasi dan observasi
ataupun survey dibandingkan dengan kajian
literatur, sehingga bisa diambil suatu keputusan. (4) Menyusun tabel perencanaan evaluasi untuk
memudahkan kita memahami evaluasi yang
dilakukan. Pada aspek evaluasi ini terdiri atas komponen input, kemudian bisa dijabarkan
indikator-indikatornya, sumber data serta teknik
pengumpulan datanya. (5) Menentukan instrumen
yang digunakan. Pengumpulan data menggunakan teknik diantaranya: wawancara, angket, review
ahli/kajian literatur, studi dokumentasi,
memberikan tes/survey, serta observasi. (6) Menentukan teknik analisa data tergantung dari
jenis penelitian. Teknik analisa data yang
digunakan dalam evaluasi program kegiatan pada aspek input adalah analisa data kualitatif, yaitu
dengan melakukan analisis perbandingan antara
strategi yang digunakan dengan kajian literatur yang ada.
c. Penyusunan Laporan Evaluasi Input Program
31
Evaluasi input merupakan evaluasi yang
dilakukan untuk mengetahui ketepatan strategi yang
digunakan dengan capaian tujuan. Strategi yang
dimaksud adalah kualifikasi guru BK, fasilitas
pendukung, dukungan keuangan, materi, metode,
serta media yang ditetapkan dalam program dapat
mencapai tujuan program. Setelah data dipaparkan,
kemudian menuliskan hasil analisis, dan terakhir
menyusun laporan dan menuliskan keputusan.
(Badrujaman, 2011).
2.1.7. Evaluasi Proses Program untuk Education
Expo
Menurut Badrujaman (2011), evaluasi program
BK pada aspek proses merupakan evaluasi yang
berorientasi pada diagnosis kelebihan dan kelemahan
program. Dari pernyataan Badrujaman dapat
dinterpretasikan bahwa melalui evaluasi proses
diharapkan kelemahan yang ada pada saat
pelaksanaan program kegiatan education expo dapat
segera diperbaiki. Untuk melakukan evaluasi program
education expo pada aspek proses, maka perlu
memahami konsep evaluasi program education expo
pada aspek proses dan prosedur pelaksanaannya.
a. Konsep Evaluasi Proses untuk Education Expo
Menurut Stufflebeam (dalam Badrujaman,
2011), evaluasi proses merupakan pengecekan yang
berkelanjutan atas implementasi perencanaan. Hal
ini dapat diinterpretasikan bahwa evaluasi proses
32
bertujuan untuk mengidentifikasi dan memprediksi
dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam
desain prosedur atau implementasinya. Bagian
terpenting yang harus dipahami dalam evaluasi
proses program adalah penekanannya pada usaha
perbaikan yang dapat dilakukan berkenaan dengan
aspek program. Gysbers menggunakan istilah
program evaluation untuk evaluasi terhadap aspek
proses dalam program. Menurut Adelman dan Taylor
(dalam Gysbers dan Henderson, 2006) menyatakan
bahwa ada dua mekanisme dalam menetapkan
infrastruktur dan rencana kegiatan untuk
melaksanakan perubahan/perbaikan, yaitu:
(1) Mempunyai staf pembangun yang komitmen
terhadap rencana perbaikan dan pengembangan
program untuk menyelesaikan tujuan program. Cara ini untuk memperbaiki adanya antara
rancangan program umum dan rancangan
program yang diinginkan dan untuk merubah aktivitas yang dilakukan dalam program. (2)
Mempunyai staf pembangun yang
mengembangkan transisi dan implementasi dari
rencana program atau pengembangan peningkatan distrik. Cara ini untuk merubah
sumber-sumber program BK.
Gysbers dan Henderson (2006) juga menyatakan
bahwa
untuk memperbaiki aktivitas program perlunya
membandingkan program umum dengan program
yang dimaksud, mengidentifikasi rancangan
program yang sama dan yang berlainan, membuat aktivitas program secara spesifik
Ciri aktivitas program itu efektif, efisien, serta
berkualitas tinggi adalah moral staff nya bagus,
33
menjamin banyak program yang dilaksanakan.
Pentingnya menjamin perubahan yang dibuat, staf
konsul sukses membuat perubahan, mengerjakan
perubahan dengan baik, membantu anggota lainnya
melakukan perubahan. Hal ini berarti dibutuhkan
skill untuk melakukan aktivitas dengan baik,
perencanaan aktivitas dengan cermat, dan
kesemuanya dipengaruhi oleh perubahan proses
perencanaan. Dalam memperbaiki aktivitas program,
ada 4 hal yang harus dilakukan yaitu: (1) Mengganti
aktivitas diluar program, (2) Membatasi konselor
yang terkait dengan aktivitas di luar program, (3)
Menambah aktivitas baru, (4) Memperbesar
keberadaan aktivitas. Gysbers dan Henderson
(2006).
Evaluasi program sangat dibutuhkan terutama
dalam memaparkan secara sistematis dan detail,
untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu
program itu telah berjalan. Berikut ada empat faktor
pendorong atau kecenderungan yang menyebabkan
evaluasi dibutuhkan.
1. Akuntabilitas, merujuk pada justifikasi untuk
pencapaian hasil yang realistis suatu program.
2. Pelaporan perihal dana. Jika suatu program akan
dipertanggungjawabkan, tentu dibutuhkan rincian
secara detail penggunaan dananya secara
transparan.
3. Kegiatan untuk mengetahui sampai sejauh mana
performa dan hasil kerja yang sedang atau telah
34
dilakukan baik dalam tahap proses, hasil, dan
dampak.
4. Pengambilan keputusan suatu program
pendidikan. Untuk memutuskan apakah program
dapat terus dilaksanakan, direvisi dan
dikembangkan, atau dihentikan. (Roswati, 2008).
Keberadaan evaluasi proses yang dilakukan
oleh guru BK sesungguhnya memberikan jaminan
bahwa pelaksanaan program (education expo) secara
berkelanjutan mengalami perbaikan terus-menerus.
Usaha perbaikan (di dalamnya terdapat identifikasi
kelebihan, kelemahan, hambatan) tersebut tentunya
dapat dilakukan apabila guru BK memiliki cukup
informasi / data berkenaan dengan kelebihan dan
kelemahan program yang dilakukan.
b. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Pada Aspek Proses
Menurut Badrujaman (2011), prosedur
melaksanakan evaluasi pada aspek proses ini
meliputi:
(1) Menentukan tujuan evaluasi yaitu untuk
menggambarkan analisis masalah yang berkaitan
dengan komponen proses, meliputi: kesesuaian antara perencanaan program dengan
pelaksanaan. (2) Menentukan kriteria evaluasi
yaitu terlaksananya program sesuai dengan waktu yang direncanakan, kepuasan siswa
dengan materi yang disampaikan, ketertarikan
siswa dan pengunjung lain terhadap media yang
digunakan, keterlibatan siswa dalam kegiatan, pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan. (3) Memilih desain evaluasi. Dari
kriteria yang telah ditetapkan, dilakukan survey, disesuaikan dengan hasil yang didapat, sehingga
35
diketahui terdapat kelebihan dan kelemahan dari
program kegiatan yang diselenggarakan. Jika terdapat kelemahan atau adanya hambatan,
maka bisa dilakukan perbaikan/perubahan. (4)
Menyusun tabel perencanaan evaluasi agar mempermudah memahaminya. Tabel
perencanaan evauasi terdiri atas komponen
proses, kemudian bisa dijabarkan indikator-
indikatornya, sumber data serta teknik pengumpulan datanya. (5) Menentukan
instrumen evaluasi tergantung dari jenis
penelitiannya. Instrumen evaluasi pada aspek proses dapat berpedoman pada observasi, studi
dokumen, wawancara, angket. (6) Menentukan
teknik analisa data tergantung dari jenis penelitian yang dipakai. Untuk capaian materi
program, tanggapan siswa terhadap materi,
metode, serta media, data analisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk melihat
persentase. Sedangkan untuk keterlaksanaan
program dan waktu pelaksanaan, data dianalisis
dengan analisa kualitatif.
c. Menyusun Laporan Evaluasi Program ( Education
Expo) Pada Aspek Proses
Badrujaman (2011), evaluasi proses
merupakan evaluasi yang dilakukan untuk
mengetahui apakah pelaksanaan program sudah
sesuai dengan perencanaan, sehingga evaluasi
diarahkan untuk mengumpulkan data mengenai
pelaksanaan program tersebut. Dari pernyataan
Badrujaman (2011) dapat diinterpretasikan bahwa
evaluasi proses program education expo
dilaksanakan untuk mengetahui apakah dari
pelaksanaan program education expo sudah sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat dan
dilakukan pengumpulan data pelaksanaan program
36
education expo. Evaluasi program pada aspek proses
menggunakan beberapa alat pengumpul data, yaitu:
catatan guru bimbingan konseling, pedoman
observasi, angket tanggapan, serta tes. Dari hasil
pengumpulan data kemudian dikelompokkan
berdasarkan kategori yang telah ditetapkan
sebelumnya. Setelah melakukan evaluasi proses,
langkah berikutnya adalah menyusun laporan.
Laporan evaluasi proses program education expo
harus memuat keputusan yang diambil oleh guru
BK berkenaan dengan kegiatan program yang
dilaksanakan sekolah.
2.1.8. Evaluasi Hasil Program Untuk Program untuk
Education Expo
Badrujaman (2011) menyatakan bahwa
evaluasi program BK dalam aspek hasil merupakan
evaluasi yang mengukur sejauh mana capaian tujuan
yang telah ditetapkan dalam program BK. Dari
pernyataan Badrujaman (2011) dapat diterapkan
dalam kegiatan education expo, yang juga merupakan
salah satu terapan dari program BK. Jadi, evaluasi
hasil program education expo dilakukan untuk
mengetahui apakah hasil yang diperoleh sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Informasi hasil dapat memberikan informasi kepada
guru BK / konselor dan juga stakeholder, apakah
program yang diselenggarakan memberikan dampak
positif pada siswa. Untuk melakukan evaluasi
37
program education expo pada aspek hasil, perlu
memahami konsep evaluasi hasil program dan
prosedur pelaksanaannya.
a. Konsep Evaluasi Hasil Program untuk Education
Expo
Evaluasi hasil bertujuan untuk mengumpulkan
deskripsi dan penilaian terhadap luaran dan
menghubungkannya dengan objektif, tujuan input,
dan informasi proses, serta untuk
menginterptretasikan kelayakan dan keberhargaan
program. Evaluasi hasil untuk program education
expo dapat dilakukan dengan membuat definisi
operasional dan mengukur kriteria objektif, melalui
pengumpulan data dari personel yang terlibat dalam
kegiatan education expo. Evaluasi hasil program
untuk education expo merupakan prosedur yang
digunakan untuk mengetahui dampak dari program
kegiatan education expo dan pelaksanaannya
terhadap siswa terutama dan masyarakat secara
umum. Evaluasi hasil program ditujukan untuk
melihat sejauh mana tanggapan siswa terhadap
program kegiatan yang dilaksanakan. (Badrujaman,
2011).
b. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Hasil untuk
Program Edu Expo
Dalam melaksanakan evaluasi hasil untuk
program education expo, perlu dilakukan prosedur /
tahapan pelaksanaan. Secara garis besar diuraikan
38
oleh Badrujaman (2011), prosedur pelaksanaan
evaluasi hasil program BK yaitu:
(1) Menentukan tujuan evaluasi yang berkaitan
dengan aspek yang akan dievaluasi dan objek
evaluasi. Aspek hasil menandakan bahwa guru BK ingin mengetahui dampak dari program.
Objek evaluasi mengarahkan bahwa hasil yang
dimaksud terbatas pada lingkup bimbingan. Sehingga tujuan dari evaluasi hasil program
memberikan pengaruh pada pencapaian
kompetensi / tujuan yang ditetapkan.(2) Menentukan kriteria evaluasi untuk menentukan
efektivitas program. Biasanya ditunjukkan
dengan adanya perbedaan pencapaian kompetensi/tujuan sebelum dan sesudah
diberikan program kegiatan. Data yang telah
terkumpul dan tersedia di sekolah digunakan sebagai hasil untuk mengukur efektivitas
program BK. Data diproses, kemudian
dipersepsikan. Persepsi data dari murid, orang
tua, guru, administrator, dan lainnya tentang tanggapan aktivitas dan pelayanan guru BK atau
konselor sekolah. Setelah ditanggapi,
dikumpulkan menjadi data hasil. Data hasil ini ditunjukkan dalam skore/nilai tes, yang nantinya
menjadi rujukan perbaikan program (Gysbers
dan Henderson, 2006). (3) Memilih desain evaluasi yang merupakan suatu rencana yang
menunjukkan waktu evaluasi akan dilakukan,
dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan. Desain dibuat untuk meyakinkan
bahwa evaluasi akan dilakukan menurut
organisasi yang teratur dan menurut aturan
evaluasi yang baik. Desain yang sesuai dengan karakteristik program, akan menentukan hasil
program. (4) Menyusun tabel perencanaaan
evaluasi yang terdiri atas: kolom komponen, indikator, sumber data, dan teknik pengumpulan
data. Komponen atau aspek evaluasi terdiri atas
4 komponen yaitu: konteks, input, proses dan produk. Berdasarkan keempat komponen
tersebut, kita dapat menjabarkan indikator-
indikator. Kemudian dari indikator itu kita dapat menentukan sumber data dan cara
39
mengumpulkan data. (5) Menentukan instrumen
evaluasi yang digunakan untuk mengumpulkan data evaluasi. Instrumen evaluasi biasanya
berupa angket, kuesioner, hasil wawancara, hasil
pengamatan dan lain-lain. (6) Menentukan teknik analisa data tergantung jenis penelitiannya, jika
data kuantitatif (data yang berbentuk angka atau
bilangan) dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika/statistik. Data ini dapat diperoleh dari interview, kuesioner/angket,
observasi. Data kualitatif (data yang berbentuk
kata-kata) diperoleh dari teknik pengumpulan data misalnya observasi, wawancara mendalam,
analisis dokumen, focus group discussion (FGD)
dan studi kasus.
Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan
bahwa program BK adalah program yang
diselenggarakan untuk membantu siswa mencapai
tugas perkembangannya. Ada beberapa tahapan
untuk mengembangkan rencana evaluasi hasil
yaitu: 1) mengidentifikasi luaran siswa, 2)
mempertimbangkan penggunaan jenis data, 3)
menyeleksi rancangan evaluasi. Pada program BK
untuk education expo diselenggarakan untuk
membantu siswa memilih perguruan tinggi yang
diinginkan sesuai dengan minat, bakat dan
kemampuan siswa, maka diperlukan
pengembangan rencana evaluasi hasil.
c. Penyusunan Laporan Evaluasi Hasil
Badrujaman (2011). Evaluasi hasil program
merupakan evaluasi yang mempunyai dua manfaat,
yaitu: (1) evaluasi memberikan informasi capaian
tujuan program secara umum, sehingga dapat
menjadi dasar menentukan efektifitas program, (2)
40
evaluasi dapat dijadikan dasar untuk membuat
laporan perkembangan siswa. Dalam mengevaluasi
hasil program untuk education expo yaitu untuk
mengetahui seberapa besar siswa yang masuk
perguruan tinggi atau sebuah universitas.
Kemudian dari data yang terkumpul, dianalisis,
kemudian disusun laporannya.
2.1.9. Cara Mengevaluasi Program untuk Education
Expo
Menurut Badrujaman (2011) bahwa dalam
implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda satu
sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan
dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi
program pembelajaran tidak akan sama dengan
evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program
pembelajaran dilakukan untuk melihat sejauh mana
hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai
dengan target dan tujuan pembelajaran itu sendiri.
Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan
tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi
kerja pegawai, sehingga akan menentukan hasil
produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah
beberapa model evaluasi yang dapat menjadi
pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi.
Dari beberapa model evaluasi yang ada, secara khusus
dalam konteks penelitian ini, penulis menggunakan
model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam
dalam Sugiyo (2011), yaitu model evaluasi CIPP
(Context, Input, Process, Product). Model ini
41
mengandung empat komponen yaitu: kontek, input,
proses dan produk, dan masing-masing perlu
penilaian sendiri. Model CIPP berorientasi pada suatu
keputusan (a decision oriented evaluation approach
structured). Tujuannya adalah untuk membantu
administrator (kepala sekolah dan guru) didalam
membuat keputusan. Menurut Stufflebeam (dalam
Widoyoko 2011) mengungkapkan bahwa, “the CIPP
approach is based on the view that the most important
purpose of evaluation is not to prove but improve.”
Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan
pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah
bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hernandez
(2003) dengan judul Preliminary Evaluation of the
Educational Program For Career and Vocational
Development, “Making up My Mind...” Program
bimbingan karir “Making up My Mind...” dievaluasi
dengan mengadopsi model evaluasi CIPP Stufflebeam
(1993). Tiga tujuan dari penelitian ini menunjukkan
hasil yang positif yakni: buku siswa yang
menunjukkan kualitas intrinsik, begitu juga dengan
panduan guru yang menunjukkan kualitas intrinsik,
dan program yang layak untuk dilanjutkan.
Berikut ini akan di bahas komponen atau
dimensi model CIPP yang meliputi, context, input,
process, product.
a. Evaluasi Konteks ( Contexs Evaluation )
42
Dilakukan untuk mengetahui apakah program
yang disusun sudah sesuai dengan kebutuhan. Di
dalam evaluasi konteks ini dilakukan untuk
mendefinisikan konteks program yang dilaksanakan,
mengidentifikasi kebutuhan semua individu yang
terlibat dalam program, mendiagnosis hal-hal yang
mendasari kebutuhan dan mendesain tujuan
program. Pelaksanaan evaluasi konteks dapat
dilakukan dengan menggunakan metode survey,
wawancara, analisis dokumen dan tes diagnostik.
Keputusan penting yang dapat diambil sebagai hasil
dari evaluasi konteks adalah tujuan program yang
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan individu,
memecahkan masalah dan bentuk perubahan yang
diinginkan (Sugiyo, 2011).
b. Evaluasi Input (Input Evaluation)
Dilaksanakan untuk mempertimbangkan
sumber daya yang ada, mengidentifikasi dan mencari
tahu kemampuan atau daya dukung sistem,
alternatif strategi program, desain prosedur
implementasi program, pengelolaan anggaran dan
penjadwalan program. Metode evaluasi input
diantaranya menginventarisir dan menganalisis
sumber daya manusia dan material, studi literatur,
studi banding dan tim advokat. Evaluasi input dapat
menghasilkan keputusan yang berkaitan dengan
pemilihan sumber daya pendukung, strategi
pemecahan masalah, desain prosedur dan
43
memberikan landasan informasi implementasi
program (Sugiyo, 2011).
c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Dilakukan untuk mengetahui apakah proses
dalam pelaksanaan program sudah sesuai dengan
tujuan dalam program. Di dalam evaluasi proses ini
yang perlu dilakukan yaitu mengidentifikasi atau
memprediksi proses-proses yang menghambat desain
prosedur atau implementasinya, merekam dan
menilai keterlaksanaan prosedur kegiatan dan
menyediakan bahan-bahan informasi untuk
penyusunan program di masa depan. Metode yang
dapat digunakan untuk evaluasi program
diantaranya memantau potensi-potensi penghambat
pelaksanaan prosedur, mengantisipasi situasi yang
tidak terduga, pendiskripsian proses implementasi
program dan observasi. Keputusan yang dapat
diambil dari evaluasi proses diantaranya
perbaikan/revisi dan implementasi desain program
serta prosedur, catatan lapangan implementasi
program guna menginterpretasi keberhasilan
program (Sugiyo, 2011).
d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Diselenggarakan untuk mengetahui apakah
produk sudah sesuai dengan tujuan program. Yang
perlu dilakukan yaitu mengumpulkan deskripsi dan
penilaian mengenai hasil dicapai dan
membandingkannya dengan tujuan; informasi
tentang konteks, input, proses; menginterpretasi nilai
44
unggul dari program. Metode yang dapat digunakan
dalam evaluasi produk diantaranya: pendefinisian
kriteria hasil yang hendak dicapai, pengumpulan
penilaian hasil program dari stakeholder dan analisis
kuantitatif serta kualitatif. Berbagai keputusan yang
dapat diambil dari evaluasi produk diantaranya
melanjutkan, menghentikan, memodifikasi atau
melakukan pemfokusan ulang desain program.
(Sugiyo, 2011)
Gambar 2.1. Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process dan Product ). Sumber : Wirawan (2012)
2.2 Education Expo
2.2.1 Pengertian Education Expo
Pameran pendidikan (education expo)
merupakan sarana/jembatan antara masyarakat
dengan institusi pendidikan. Seperti yang
Context
Evaluation Berupaya
mencari
jawaban atas
pertanyaan: Apa yang perlu
dilakukan?
Waktu:
pelaksanaan sebelum
program
diterima.
Keputusan: perencanaan
program
Product
Evaluation
Berupaya
mencari jawaban atas
pertanyaan:
apakah
program sukses?
Waktu:
Pelaksanaan
ketika program
selesai
dilaksanakan
Keputusan: Ya atau tidak,
program hrs
recycle
Input
Evaluation
Berupaya
mencari
jawaban atas pertanyaan: Apa
yang harus
dilakukan?
Waktu pelaksanaan:
sebelum
program
dimulai Keputusan:
Penstrukturan
program
Process
Evaluation
Berupaya
mencari jawaban atas
pertanyaan:
Apakah
program
sedang
dilaksanakan?
Waktu pelaksanaan ketika
program
sedang
dilaksanakan Keputusan:
Pelaksanaan
program
45
dikemukakan oleh Kepala Sekolah SMA Karangturi,
Irawan Nirwanto (2011) bahwa kegiatan education expo
untuk menjembatani siswa yang berkeinginan mencari
referensi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi dan membantu orang tua mempersiapkan
kebutuhan kuliah anaknya jika berkuliah di PT yang
mereka inginkan, dan juga membantu perguruan
tinggi mensosialisasikan diri tentang program-program
unggulan mereka kepada calon mahasiswa. Nirwanto
(dalam Arind, 2011).
Ungkapan pernyataan ini sejalan dengan
pernyataan Gębarowski (2012) dalam “Educational
Fairs As A Form Of Promotion Of Higher Education
Institution” bahwa pameran pendidikan (education
expo) adalah salah satu kegiatan yang memungkinkan
untuk komunikasi yang efektif dengan para calon
mahasiswa. Kemudian, Graha Pena Manado Pos (2013)
menjelaskan pula bahwa pameran pendidikan
(education expo) dari sejumlah universitas di Indonesia
maupun luar negeri yang dipamerkan oleh universitas
tersebut bernilai edukasi. Sedangkan Sulton Masyhud
(2014) menyatakan bahwa education expo
mengundang personil dari berbagai Perguruan Tinggi
(PT) untuk memberikan penjelasan dan berdiskusi
tentang keadaan dari Perguruan Tinggi yang
bersangkutan.
46
2.2.2. Alasan Diadakan Education Expo
Informasi pendidikan kian dibutuhkan
masyarakat. Pameran pendidikan (education expo)
semakin sering diadakan SMA di Kota Semarang.
Semakin banyak sekolah mengadakan pameran untuk
memfasilitasi kebutuhan informasi siswa dan orang
tua tentang studi lanjut ke perguruan tinggi (PT).
Menariknya, pameran tersebut selalu ramai diserbu
pengunjung, baik pelajar maupun masyarakat umum.
Pameran pendidikan (education expo) ini diselengga-
rakan karena tiga alasan yaitu: (1) Banyaknya siswa
SMA yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, baik
di dalam negeri maupun luar negeri, (2) Banyaknya
pendidikan tinggi yang muncul, baik formal maupun
nonformal, (3) Dalam kompleksitas jenis dan
spesifikasi perguruan tinggi beserta fakultas dan
jurusannya seringkali membuat seorang tamatan SMA
mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan
jenis dan spesifikasi pendidikan perguruan tinggi.
(Proposal SMA Karangturi, 2011-2013).
Education expo ini mempunyai visi misi, salah
satunya adalah mengenalkan semua produk
pendidikan yang meliputi jurusan, biaya pendidikan,
biaya hidup, dan prospek lapangan kerja sehingga
akan diperoleh informasi aktual mengenai jurusan dan
prospek kerja di masa yang akan datang, informasi
beasiswa serta media untuk membandingkan mutu
suatu universitas. Dari kegiatan ini akan
menimbulkan persepsi siswa terhadap program
47
education expo. Dengan adanya persepsi siswa /calon
mahasiswa akan diketahui minat atau ketertarikan
siswa terhadap kegiatan education expo yang
diselenggarakan. Untuk itu perlunya mempersiapkan
kegiatan tersebut dengan matang, baik dari sekolah
ataupun Perguruan Tinggi yang mengikuti pameran
pendidikan ini.
2.2.3. Ruang Lingkup Education Expo
Dalam education expo, biasanya departemen
pemasaran suatu Universitas atau Perguruan Tinggi
akan memberikan informasi yang meliputi:
a. Informasi administratif seperti syarat-syarat
pendaftaran, kelengkapan dokumen, visa belajar,
biaya pendidikan, biaya hidup, dll.
b. Informasi pendidikan seperti jurusan, lama
pendidikan, lapangan pekerjaan, kualitas lulusan,
kapasitas, dan daya saing masuk ke suatu jurusan.
c. Fasilitas seperti gedung administrasi, perpustakaan,
asrama, gedung kuliah, dll.
d. Informasi lain seperti kerjasama antar Universitas
top dunia. (Anon, 2009)
2.2.4. Tujuan Kegiatan Education Expo
Menurut Graha Pena Manado Pos (2013)
Education Expo dapat menjadi sarana untuk
mengetahui universitas yang terbaik dan sesuai
dengan keinginan serta bakat dan minat siswa. Marcin
(2012) menjelaskan tujuan education expo adalah
48
sebagai kondisi yang efektif untuk berkomunikasi
dengan para lulusan sekolah menengah atas dan
untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan tipikal
yang dibuat oleh para personil pameran. Dalam
Proposal DE BRITTO Education fair (2010) dijelaskan
tujuan education expo yaitu menyediakan kesempatan
yang terbuka bagi Perguruan Tinggi untuk memberi
informasi yang akurat, jelas dan lengkap mengenai
lokasi, mutu pendidikan, program-program studi yang
ditawarkan, keunggulan-keunggulannya, biaya
pendidikan, dan kesempatan peluang kerja di masa
yang akan datang. Kegiatan ini juga merupakan wadah
interaksi langsung antara orang tua calon mahasiswa
dengan pihak penyelenggara pendidikan sehingga
didapatkan informasi pendidikan yang lengkap.
Pemberian informasi mengenai Perguruan Tinggi dari
sumbernya secara langsung akan memberikan
gambaran yang utuh bagi siswa sehingga dapat
memilih Perguruan Tinggi dan jurusan sesuai dengan
talenta. Tujuan secara rinci untuk siswa di SMA
Karangturi adalah:
a. Bagi siswa kelas XII
1) Siswa dapat memilih pendidikan tinggi (Perguruan
Tinggi dan jurusan) yang diminati dengan alasan
yang tepat dalam seleksi masuk Perguruan Tinggi.
2) Siswa dapat memperoleh informasi yang benar
tentang Perguruan Tnggi serta lembaga-lembaga
pendidikan yang diinginkan sesuai dengan bakat
dan minatnya.
49
b. Bagi siswa kelas X dan XI
1)Siswa dapat memperoleh informasi awal mengenai
Perguruan Tinggi dan pemantapan pemilihan
jurusan di SMA
2)Siswa dapat merencanakan perkuliahan dalam
penentuan jurusan di Perguruan Tinggi.
2.2.5. Manfaat Education Expo
Menurut Jusuf (2013) dalam “Analisis efektifitas
education expo dan open house serta minat siswa
Indonesia dan Asing Pada English First di Malang”,
Jurnal JIBEKA Volume 7, No 3 Agustus 2013: 33 - 40
berpendapat bahwa manfaat Education expo terlihat
lebih efektif dan banyak mendapatkan murid saat
diadakan event dibandingkan dengan open house.
Dalam education expo juga bisa didapatkan
keuntungan yaitu bisa lebih dekat dengan calon
customer dan mendapatkan respon yang lebih bagus
dibandingkan dengan pendekatan menggunakan email
atau telepon.
Dalam httpwww.library.usd.ac.id untuk
memantapkan pilihan jurusan studi siswa yang sudah
ada sebelumnya. Peranan lain adalah memberi
informasi tambahan tentang macam-macam jurusan,
syarat-syarat pendaftaran, biaya studi, lama studi,
strategi belajar di perguruan tinggi, lokasi, mutu
pendidikan, cara mencari beasiswa, pekerjaan yang
akan digeluti setelah lulus dan gambaran tentang
studi di luar negeri kepada siswa maupun orangtua
50
siswa. Disamping memberi informasi, education expo
sebagia media yang bermanfaat untuk siswa yaitu:
a. Memotivasi siswa untuk berhasil meraih beasiswa
internasional, karena biasanya para siswa dan
orang tua akan semakin sadar dengan biaya kuliah
yang mahal, sehingga jalur beasiswa merupakan
salah satu jalan menggapai impian belajar di negeri
orang.
b. Memotivasi siswa untuk belajar giat untuk
mencapai hasil belajar yang optimal, karena salah
satu beasiswa adalah nilai akademik harus baik.
c. Memotivasi siswa untuk belajar mengambil
keputusan akan jurusan yang dipilih sesuai dengan
minat dan kemampuannya, serta arahan orang tua
sebagai pendamping pada saat melakukan
konsultasi pendidikan.
d. Memilih Universitas terbaik dengan jurusan yang
tepat karena para siswa dan orang tua dapat
mendiskusikan semua informasi yang diperoleh
selama pameran.
e. Mendapatkan layanan konsultasi gratis secara
langsung, hampir seluruh Universitas top dunia
terutama perkembangan ilmu pengetahuan terkini
dan prospek jurusan yang paling aktual (Anon,
2009).
2.2.6. Kegiatan-kegiatan Education Expo
Dalam education expo terdapat kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
51
a. Ceramah oleh narasumber, wawancara oleh siswa
dengan narasumber, tanya jawab, serta diskusi
terkait seputar topik yang diangkat dalam
pelaksanaan education expo. Pembicara
(narasumber) menjadi kunci dari inti acara
education expo. Seyogyanya sebelum kegiatan, siswa
sebelumnya perlu melakukan persiapan misalnya
membaca bahan-bahan informasi perguruan tinggi
yang diundang dan yang diminati dari sumber-
sumber yang tersedia. Dengan begitu mereka akan
lebih siap mengikuti acara: mendengarkan ceramah,
mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan juga
menyusun pertanyaan untuk wawancara (Patty,
2014).
b. Pameran pendidikan tinggi
Melalui setiap stan pameran pendidikan yang
ada, diharapkan dapat terjadi komunikasi dua arah,
tanya jawab dan diskusi yang baik antara Perguruan
Tinggi dengan civitas akademika dan para orang tua
siswa sebagai calon pengguna jasa pendidikan.
Tanya jawab antara pihak perguruan tinggi dengan
calon pengguna jasa pendidikan dilakukan di stand-
stand pameran pendidikan. Adapun model dan
bentuk komunikasi yang berlangsung pada setiap
stand, seperti: melayani para konsumen yang
bertandang ke stand guna bertanya, mencari
informasi, dan atau membeli formulir pendaftaran
sepenuhnya dipercayakan dan dikelola secara
52
mandiri oleh perguruan tinggi selaku peserta
pameran pendidikan (Patty, 2014).
Dalam proposal education expo di SMA
Karangturi terdapat jenis kegiatan yang
dilaksanakan, yaitu meliputi: pameran pendidikan
tinggi dalam dan luar negeri, presentasi Perguruan
Tinggi, Simulasi TOEFL-IELTS, serta kegiatan yang
mendukung yaitu bazar dan lomba-lomba akademik.
2.2.7. Menyiapkan Perlengkapan Pameran
Penyelenggaraan pameran memerlukan
perlengkapan (sarana dan prasarana) seperti: ruangan,
meja, buku tamu, buku pesan dan kesan, panil
(penyekat ruangan). lampu sorot, sound system,
poster, selebaran (Cahyono, 2002).
a. Ruang Pameran
Ruangan yang dapat digunakan dalam kegiatan
pameran di sekolah bisa menggunakan aula atau
ruang kelas. Penataan ruang dapat dilakukan
dengan menggunakan meja, panel, kursi.
b. Meja
Meja dapat digunakan untuk meja penerima tamu
dan tempat komputer dan dokumen dari Perguruan
Tinggi.
c. Buku tamu
Bukti tamu (berisi: nomor, nama, alamat/asal,
kelas/asal sekolah, dan tanda tangan) dapat
digunakan untuk mengetahui berapa orang yang
mengunjungi pameran.
53
d. Buku kesan dan pesan
Buku kesan dan pesan (berisi: tanggal, tanggapan
pribadi pengunjung, identitas seperlunya) berguna
sebagai masukan terhadap penyelenggaan pameran.
e. Panil
Berfungsi untuk menempelkan karya dua dimensi
seperti: gambar profil Perguruan Tinggi dan piagam
penghargaan yang didapat dan sebagainya. Panil
juga dapat digunakan sebagai penyekat ruangan.
f. Poster atau brosur
Media ini digunakan untuk menginformasikan
kegiatan pameran yang akan dilaksanakan. Dengan
demikian sebelum pelaksanaan pameran dilakukan,
poster dan brosur sudah digunakan sebagai media
informasi.
g. Lampu penerangan
Lampu ini digunakan untuk memperjelas ruangan
atau karya yang dipamerkan. Lampu ini dipasang
di setiap papan pameran, di plafon, agar tidak
menyilaukan.
h. Sound system (tape dan kaset instrumentalia).
Berfungsi untuk menambah suasana santai dan
mendukung suasana pameran.
2.2.8. Langkah-langkah Pelaksanaan Education
Expo
Gębarowski (2012) menjelaskan secara umum
ada 8 langkah dalam menyiapkan dan mengadakan
sebuah acara pameran yaitu :
54
a. Identifikasi tujuan aktifitas pameran
b. Memilih pameran yang memungkinkan tercapainya
tujuan
c. Mengatur anggaran acara pameran
d. Menyempurnakan konsep presentasi penawaran
sekaligus desain dan penyampaian stand
pameran.
e. Memilih dan melatih anggota tim pameran
f. Menyiapkan bahan promosi
g. Berpartisipasi dalam pameran
h. Menindaklanjuti segala kegiatan
Namun untuk sekolah menengah dan perguruan
tinggi, proses diatas disederhanakan menjadi 6 tahap
yaitu (1) memilih pameran, (2) mengatur anggaran, (3)
membentuk tim pameran, (4) menyiapkan bahan
materi, (5) berpartisipasi dalam pameran, (6)
mengevaluasi penampilan pameran (Gebarowski,
2012).
2.2.9. Komunikasi dengan Pengunjung education
expo
Dari segi marketing, memulai interaksi dengan
pengunjung stand sangatlah penting. Para exhibitor
perlu membuat kontak aktif dengan penonton seperti
mengadakan amal, kompetisi atau pertunjukan
interaktif yang melibatkan penonton. Beberapa
exhibitor dapat menggunakan stand dengan komputer
yang memudahkan siswa untuk melihat presentasi
dari masing-masing sekolah atau memberikan siswa
55
kesempatan untuk mengenal software yang digunakan
dalam kegiatan belajar. Salah satu faktor penting
untuk berkomunikasi dengan siswa secara efektif
adalah kemampuan menggunakan open-style
communication yang mempunyai ciri:
a. Toleransi dan bersikap ramah terhadap pengunjung,
yang mungkin bersikap tidak disiplin.
b. Sabar dalam menjawab pertanyaan termasuk
pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas.
c. Hindari menggunakan nada seperti mentor, yang
biasanya digunakan dalam kelas akademik.
d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan
diterima anak muda, informal dan bebas dari jargon
akademik (Gebarowski, 2012).
2.3. Penelitian yang Relevan
Penelitian Arif Unwanullah (2006) tentang “
Evaluasi Program Penjurusan Sekolah Menengah Atas
di Kabupaten Tuban” menunjukkan bahwa (1)
persiapan program penjurusan dapat berjalan dengan
baik artinya informasi yang disampaikan oleh guru
bimbingan konseling dapat diterima dengan sangat
baik (96,67%), persepsi tentang data pribadi siswa
yang digunakan sangat penting (95,56%) selain itu
peran guru bimbingan konseling juga sangat baik
(98,89%); (2) proses pelaksanaan penjurusan berjalan
sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi; (3)
hasil program penjurusan menunjukkan kondisi siswa
sangat baik (96,39%), prestasi belajar siswa sangat
56
baik (96,67%), dukungan keluarga sangat baik
(94,72%), keyakinan siswa dalam memilih jurusan
sangat baik (86,66%), motivasi belajar siswa setelah
baik (76,95%) dan minat belajar siswa sangat baik
(99,44%).
Penelitian Sartana (2006) tentang “Evaluasi
Pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Menengah
Atas Bertaraf Internasional di Provinsi Lampung”
menunjukkan bahwa pada aspek konteks, di ke-tiga
RSMABI memulai program Rintisan sekolah bertaraf
internasional setelah ditunjuk oleh pemerintah pusat
melalui surat resmi. Pada aspek Input ke-tiga sekolah
rintisan SBI melakukan sistem seleksi siswa baru
secara bertahap. Aspek Proses di ke-tiga RSMA-BI
telah menerapkan pembelajaran berbasis TIK,
pembelajaran bilingual, adaptasi kurikulum
Cambridge. Pada aspek Produk /Output
menunjukkan lulusan di ke-tiga R-SMA-BI memiliki
nilai Ujian Nasional rata-rata di atas 7,5 dan lulusan
dapat diterima di perguruan tinggi favorit, dua R-SMA-
BI mencapai diatas 80 % dan satu RSMA-BI baru
mencapai 74,71 %.
Penelitian Sukoco (2011) tentang “Keefektifan
Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Umum Kota Tegal”,
dapat ditemukan bahwa dari evaluasi input, kegiatan
yang dibutuhkan oleh siswa belum relevan,
ketertarikan siswa mengikuti layanan BK cukup dan
juga tingkat pemahaman proses layanan BK belum
57
efektif. Sehingga perlu adanya kesiapan pembimbing
dalam melakasanakan layanan BK. Kesiapan
pembimbing akan mempengaruhi proses pelaksanaan
layanan, selain itu perencanaan yang lebih baik seperti
menyususn jadwal kegiatan, menyiapakan tempat
kegiatan dan saran penunjang,akan membuat
pelaksanaan lebih efektif.
Penelitian Rachmawati, Ulvina (2013.
“Manajemen Bimbingan dan Konseling Tanpa Alokasi
Jam Pembelajaran di SMA Negeri 3 Semarang”,
menjelaskan bahwa manajemen BK tanpa alokasi jam
pembelajaran di SMA Negeri 3 Semarang berjalan
kurang baik dimana perencanaan BK berjalan cukup
baik ditunjukkan dengan adanya program BK.
Pelaksanaan BK tidak sesuai dengan program yang
telah dibuat. Evaluasi hanya cukup ditunjukkan
dengan adanya laporan BK yang menyatakan ada
kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Perlu adanya
ketegasan kegiatan BK dalam pengembangan diri di
SMA Negeri 3 Semarang atau adanya alokasi waktu di
dalam jam pembelajaran agar kegiatan bimbingan dan
konseling dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Berdasarkan keempat penelitian tersebut,
hampir semua penelitian menyarankan guru
bimbingan untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya dalam membuat perencanaan
program, melaksanakan proses program, dan menilai
hasil program melalui pelatihan, seminar, workshop.
Selain itu konselor juga harus memiliki komitmen
58
untuk mengimplementasikan pelaksanaan program
BK, melalui perencanaan program BK, proses program
BK, dan evaluasi hasil program.
Pada kontek kesesuaian dengan tema
penelitian bahwa sampai saat ini belum banyak
penelitian tentang evaluasi manajemen program
educational expo. Ketertarikan peneliti lebih kepada
penelitian-penelitian model manajemen BK secara
umum. Terkait dengan hal ini maka penelitian yang
penulis jalankan ini akan berkontribusi penting dalam
khasanah manajemen bimbingan dan konseling.
2.4. Kerangka Pikir
Sekolah mempunyai tanggungjawab dalam
memenuhi kebutuhan siswa dalam hal pilihan dan
minat pendidikan setelah lulus. Maka program
education expo menjadi penting disediakan oleh
layanan sekolah untuk memfasilitasi kebutuhan
tersebut. Evaluasi manajemen program education expo
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program
secara menyeluruh perlu dijalankan secara terencana.
Berdasarkan kepentingan dan urgensi tersebut,
penulis melakukan penelitian evaluasi manajemen
program education expo menggunakan pendekatan
model evaluasi CIPP. Pendekatan ini menitikberatkan
pada analisis kritis variabel contexts, input, process
dan product. Sehingga dengan demikian dapat
diketahui capaian tujuan baik dari proses dan hasil
program education expo mulai dari perencanaan,
59
pelaksanaan dan hasil program. Setelah itu dapat
dilihat prioritas-prioritas seperti apa yang dibutuhkan
bagi perbaikan manajemen program education expo ke
depan, baik oleh konselor maupun kebijakan sekolah.
Berikut bagan kerangka pikir CIPP
Gambar 2.2. Kerangka Pikir CIPP
Evaluasi Program education
expo
CIPP
Perencanaan, proses dan
hasil program education
expo
Hasil evaluasi program
education expo sesuai
tujuan