bab ii konsep napza 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7807/3/anita anggraeni bab...

20
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Napza 1. Pengertian Napza Napza adalah zat yang mempengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan Napza bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau Napza lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010). Napza secara umum adalah zat-zat kimiawi yang apabila dimasukkan kedalam tubuh baik secara oral (diminum, dihisap, dihirup dan disedot) maupun disuntik, dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan pemakaian yang berlebihan (Lumbantobing, 2007). Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) (2015) Kota Cirebon menyatakan Kota Cirebon menjadi darurat narkoba. Kasi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Kota Cirebon, Sidik Lingga Kusuma mengatakan, Kota Cirebon masuk ke salah satu titik kerawanan. Peredaran narkoba jenis sabu tengah marak beredar di Kota Cirebon. Hal itu dibuktikan dengan jumlah penangkapan orang membawa narkoba jenis sabu. Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Napza

1. Pengertian Napza

Napza adalah zat yang mempengaruhi struktur atau fungsi

beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun

risiko penggunaan Napza bergantung pada seberapa banyak, seberapa

sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau Napza

lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010). Napza secara umum

adalah zat-zat kimiawi yang apabila dimasukkan kedalam tubuh baik

secara oral (diminum, dihisap, dihirup dan disedot) maupun disuntik,

dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku

seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial yang

ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan

pemakaian yang berlebihan (Lumbantobing, 2007). Menurut Badan

Narkotika Nasional (BNN) (2015) Kota Cirebon menyatakan Kota

Cirebon menjadi darurat narkoba. Kasi Pencegahan dan Pemberdayaan

Masyarakat BNN Kota Cirebon, Sidik Lingga Kusuma mengatakan,

Kota Cirebon masuk ke salah satu titik kerawanan. Peredaran narkoba

jenis sabu tengah marak beredar di Kota Cirebon. Hal itu dibuktikan

dengan jumlah penangkapan orang membawa narkoba jenis sabu.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

14

Belakangan ini media masa (baik dalam media cetak maupun

media elektronik) banyak memberitakan tentang korban meninggal

akibat minuman keras (minuman oplosan). Kementrian Perdagangan

menerbitkan Peraturan Menteri Peradagangan (Pemendag) Nomor

06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan

terhadap pengadaan, Peredaran, dan Penjualan minuman beralkohol.

Menurut Menteri Perdagangan, penjualan minuman alkohol sudah

sangat mengganggu dan mengancam generasi muda Indonesia

(Beritasatu.com. 28 Januari 2015). Penyalahgunaan alkohol merupakan

salah satu permasalahan yang serius setelah adanya penyalahgunaan

zat adiktif dan obat – obatan terlarang. Penyalahgunaan alkohol sendiri

sudah hampir merata di kalangan remaja, pelajar, dan mahasiswa

bahkan executive muda.

2. Jenis – jenis Napza

Napza dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan

bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi - bagi lagi ke dalam beberapa

kelompok.

a. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya

rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

15

Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat.

Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya

habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ke tiga sifat narkotika

inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat dilepas

dari cengkramannya.

Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, jenis

narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I,

golongan II, dan golongan III.

1) Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya.

Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh

digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian

atau ilmu pengetahuan. Contohnya ganja, heroin, kokain,

morfin, opium.

2) Narkotika golongan II adalah : narkotika yang memiliki daya

adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.

Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin,

betametadol.

3) Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya

adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan

penelitian. Contohnya adalah kodein dan turunannya.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

16

b. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah

maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan

oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche).

Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat

dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :

1) Golongan I adalah : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat,

belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang di teliti

khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.

2) Golongan II adalah : psikotropika dengan daya adiktif kuat serta

berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah

amfetamin, metamfetamin, metakualon.

3) Golongan III adalah : psikotropika denga daya adiktif yang sedang

serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah

lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam.

4) Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif serta

berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah

nitrazepam (BK, mogadon, dumolid) , diazepam.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

17

c. Bahan adiktif lainnya

Golongan adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan

psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya

1) Rokok

2) Kelompok alkohol dan minuman yang memabukan dan menimbulkan

ketagihan.

3) Thinner dan zat – zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,

cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukan.

Jadi alkohol, rokok, serta zat – zat lain yang memabukan dan

menimbulkan ketagihan juga tergolong Napza (Partodiharjo, 2008).

B. Minuman Keras

1. Pengertian

Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol.

Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan

penurunan kesadaran. Di berbagai Negara, penjualan minuman keras

dibatasi di sejumlah kalangan saja, umumnya orang – orang yang telah

melewati batas usia tertentu (Darmawan, 2010).

Minuman keras telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

perjalanan panjang peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya

Bouza sejenis bir, merupakan penemuan Dewi Osiris dan merupakan

makanan sekaligus minuman. Angggur juga ditemukan oleh bangsa

Mesir kuno dan di pergunakan untuk perayaan atau upacara

keagamaan dan sekaligus sebagai obat. Dalam perkembangan

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

18

selanjutnya, anggur dianggap sebagai kaum ningrat (aristocrat) dan bir

adalah minuman rakyat jelata (masses).

Mulyadi (2014) mengatakan Minuman keras oplosan adalah

minuman keras beralkohol jenis vodka, anggur merah beralkohol,

anggur putih beralkohol, atau bir yang dicampur dengan berbagai

bahan lainnya.

2. Jenis-jenis Minuman Keras

Menurut peraturan Presiden Nomor 74 tahun 2013 tentang

“Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol”, dari cara

pembuatannya, minuman beralkohol yang diizinkan beredar di

Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung etil

alkohol atau etanol yang di proses dari bahan hasil pertanian yang

mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau

fermentasi tanpa destilasi.

b. Minuman Beralkohol Tradisional adalah minuman beralkohol

yang dibuat secara tradisional dan turun temurun yang dikemas

secara sederhana dan pembuatanya dilakukan sewaktu – waktu,

serta di pergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara

keagamaan.

Berdasarkan kandungan alkoholnya, minuman beralkohol

yang beredar di Indonesia dikelompok kan menjadi 3, yaitu:

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

19

a. Minuman beralkohol Golongan A adalah minuman yang

mengandung etil alkohol dengan kadar sampai 5%.

b. Minuman beralkohol Golongan B adalah minuman yang

mengandung etil alkohol lebih dari 5% hingga 20%.

c. Minuman beralkohol Golongan C adalah minuman yang

mengandung etil alkohol lebih dari 20% hingga 55%

Produksi dan peredaran minuman beralkohol sangat ketat

dan harus mendapat izin dari BPOM, Kementrian Perdagangan dan

Kementrian Perindustrian. Minuman beralkohol ini diedarkan pada

tempat – tempat dengan izin khusus. Miras oplosan tidak termasuk

golongan minuman beralkohol yang diizinkan beredar di

Indonesia karena dalam proses pembuatan dan peredarannya tidak

berdasarkan standar keamanan yang ditetapkan.

3. Dampak Penggunaan Minuman Keras oplosan

Minuman beralkohol berdampak bagi kesehatan. Bukan

hanya kesehatan fisik tetapi juga kesehatan psikis.

a. Dampak Fisik

Menurut Mulyadi (2014) konsumsi campuran minuman

keras dan zat lain menyebabkan efek dari dua substansi yang

berpengaruh negatif terhadap tubuh. Miras yang dicampur

minuman berenergi, misalnya, dapat menyebabkan pengguna:

1) mampu meminum lebih banyak

2) mengalami efek samping fisik seperti palpitasi jantung,

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

20

3) mengkonsumsi sejumlah besar kafein, yang menyebabkan

kecemasan dan serangan panic,

4) mengkonsumsi gula dan kalori terlalu banyak sehingga

menyebabkan kelebihan berat badan dan menambah risiko

diabetes tipe 2,

5) meningkatkan kemungkinan masalah kesehatan jangka

pendek dan panjang.

b. Dampak psikologis

Efek dari alkohol atau obat lainnya berbeda dari satu

orang ke orang lainnya (Nevid, Ratus, Greene, 2005). Efek

tersebut mencerminkan interaksi dari: 1) efek psikologis zat

dan, 2) interpretasi seseorang akan efek tersebut. Kartono

(2002) berpendapat bahwa penggunaan alkohol secara berlebih-

lebihan akan menyebabkan timbulnya gangguan psikis sebagai

berikut:

1) Kehilangan kontrol diri, sebagai gejala pertama pada

seseorang alkoholis

2) Alkoholisme: yaitu kecanduan pada alkohol. Alkohol dalam

jumlah kecil dan tepat, memberikan dan mempertinggi rasa

senang-enak. Orang yang terbiasa minum alkohol itu sukar

sekali untuk tidak minum alkohol. Selanjutnya akan

diperlukan dosis yang lebih tinggi setiap kalinya, untuk

mendapatkan efek “menyenangkan” yang diinginkan.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

21

Apabila seseorang harus berhenti minum, dia akan diliputi

perasaan kecemasan, kegelisahan, ketegangan dan rasa

ketagihan pada alkohol (minum-minuman dengan kadar

alkohol tinggi) sesudah orang terbiasa meminumnya setiap

hari.

3) Mabuk: motoriknya tidak terkuasai, tanpa koordinasi, orang

menjadi bingung dan tidak sadarkan diri.

4) Delirium tremens (delirium= kegila-gilaan, mabuk dan

mengigau), pikiran seperti tidak waras, naik pitam. Kondisi

delirium sering disertai delusi-delusi, ilusi-ilusi dan

halusinasi-halusinasi.

5) Korsakov alkoholik: terdapat kompleks gejala amnetis, lalu

pasien suka meracau dan berbicara tanpa arti.

6) Perubahan struktur kepribadian dan bergersernya watak

sehingga terjadi psikosa alkoholik yang kita temui pada

peminum alkohol keras berat.

4. Penyalahgunaan Minuman Keras

Minuman keras oplosan merupakan minuman keras yang

telah dicampurkan dengan berbagai zat kimia. Miras oplosan ini

banyak mengandung berbagai macam zat berbahaya dan yang

paling sering digunakan yaitu metanol (BPOM RI, 2014). Pada

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan, metanol tidak

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

22

termasuk ke dalam salah satu bahan tambahan pangan sehingga

metanol tidak diperbolehkan ditambahkan pada makanan atau

minuman.

menurut Emqi dalam Irmayanti (2015), munculnya perilaku

penyalahgunaan alcohol dipengaruhi oleh keyakinan subjek bahwa

perilaku tersebut mampu memenuhi harapannya yaitu menghilangkan

stres dan diterima oleh lingkungan. Belief tersebut akhirnya juga

menyebabkan perilaku tersebut diulang pada saat-saat tertentu.

5. Tahapan Pemakaian Minuman Keras oplosan

Ada beberapa tahapan pemakaian miras (oplosan) menurut

Mulyadi (2014) yaitu sebagai berikut:

a. Tahap pemakaian coba- coba (eksperimen)

Karena pengaruh sekelompok sebaya sangat besar, remaja ingin

tahu dan coba – coba. Biasanya mencoba mengisap rokok, ganja,

atau minum – minuman beralkohol. Jarang yang langsung

mencoba memakai putaw atau pil ekstasi.

b. Tahap pemakaian sosial

Tahap pemakaian Napza (oplosan) untuk pergaulan (saat

berkumpul atau pada acara tertentu), ingin diakui atau diterima

kelompoknya. Mula – mula Napza diperoleh secara gratis atau

dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif mencari miras.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

23

c. Tahap pemakaian situasional

Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau

stres. Pemakaian Napza (oplosan) sebagai cara mengatasi

masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh Oplosan

secara aktif.

d. Tahap habituasi (kebiasaan)

Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur

(sering), disebut juga penyalahgunaan miras (oplosan), terjadi

perubahan pada faal tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti

dengan teman pecandu. Dia menjadi sensitif, mudah tersinggung,

pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai

menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-citanya semula

hilang. Dia sering membolos dan prestasi sekolahnya merosot.

Dia lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.

e. Tahap ketergantungan

Mereka berusaha agar selalu memperoleh miras (oplosan) dengan

berbagai cara. Berbohong, menipu, atau mencuri menjadi

kebiasaannya. Mereka sudah tidak dapat mengendalikan

penggunaannya. Napza (oplosan) telah menjadi pusat

kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman-teman

rusak.

Pada ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah takaran

zat yang dipakai, agar dia dapat berfungsi normal. Selama pasokan

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

24

miras (oplosan) cukup, dia tampak sehat, meskipun sebenarnya

sakit. Akan tetapi, jika pemakaiannya dikurangi atau dihentikan,

timbul gejala sakit. Hal ini disebut gejala putus zat (sakaw).

Gejalanya bergantung pada jenis zat yang digunakan. Orang pun

mencoba mencampur berbagai jenis miras (oplosan) agar dapat

merasakan pengaruh zat yang diinginkan, dengan risiko

meningkatnya kerusakan organ-organ tubuh. Gejala lain

ketergantungan adalah toleransi, suatu keadaan di mana jumlah

miras (oplosan) yang dikonsumsi tidak lagi cukup untuk

menghasilkan pengaruh yang sama seperti yang dialami

sebelumnya. Oleh karena itu, jumlah yang diperlukan meningkat.

Jika jumlah miras (oplosan) yang dipakai berlebihan (overdosis),

dapat terjadi kematian (Harlina, 2008).

6. Karakteristik Pengguna Minuman Keras oplosan

Menurut Soetjiningsih (2010), masa remaja merupakan masa

peralihan anatara masa kanak – kanak dan dewasa, yang dimulai pada

saat terjadinya kematangan seksual anatara usia 11 atau 12 tahun

sampai dengan 20 tahun. Remaja biasanya merasakan tekanan agar

mereka menyesuaikan dengan norma – norma dan harapan

kelompoknya. Bila remaja tidak mampu menjalankan tugas dengan

baik mereka cenderung menganggap hidup adalah penderitaan, tidak

menyenangkan dan melakukan hal – hal seperti menyakiti diri sendiri,

lari dari kehidupan, dan keluarga, terlibat pergaulan bebas, pengguna

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

25

alkohol, serta lebih jauh terlibat dalam dunia narkotika, psikotropika,

dan obat – obatan terlarang dan zat adiktif lainnya. Faktor risiko yang

menyebabkan penyalahgunaan miras (oplosan) antara lain faktor

genetik, lingkungan keluarga, pergaulan (teman sebaya), dan

karakteristik pengguna miras (oplosan).

a. Karakter Individu

a) Umur

Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna mirasadalah

mereka yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara

kejiwaan masih sangat labil, mudah terpengaruh oleh

lingkungan, dan sedang mencari identitas diri serta senang

memasuki kehidupan kelompok. Hasil temuan Tim Kelompok

Kerja Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba Departemen

Pendidikan Nasional menyatakan sebanyak 70% penyalahguna

Napza di Indonesia adalah anak usia sekolah (Jehani, dkk,

2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010)

proporsi penyalahguna miras tertinggi pada kelompok umur

17-19 tahun (54%).

b) Pendidikan

Menurut Friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang

menyatakan apakah pendidikan mempunyai risiko

penyalahgunaan miras. Akan tetapi, pendidikan ada kaitannya

dengan cara berfikir, kepemimpinan, pola asuh, komunikasi,

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

26

serta pengambilan keputusan dalam keluarga. Asumsi umum

bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin mempunyai

wawasan atau pengalaman yang luas dan cara berpikir serta

bertindak yang lebih baik. Pendidikan yang rendah

mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap informasi yang

sangat penting tentang Napza dan segala dampak negatif yang

dapat ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit

untuk berkembang menerima informasi baru serta mempunyai

pola pikir yang sempit.

c) Pekerjaan

Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian bahwa

semua responden pengguna mirasoplosan memiliki pekerjaan

dan berpenghasilan sendiri sehingga peluang untuk

memperoleh miras oplosan lebih besar.

d) Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga merupakan salah satu yang mempengaruhi

terjadi gangguan penggunaan miras (oplosan). Kebaikan selalu

dikaitkan dengan kewanitaan, dan kecenderungan bahwa laki–

laki harus berprestasi dan menerima tanggung jawab dalam

keluarga. Tekanan tersebut dapat menimbulkan ketegangan dan

untuk mengatasinya seseorang akan memberontak yang salah

satunya dengan menyalahgunakan miras (oplosan).

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

27

b. Alasan Menggunakan Minuman Keras oplosan

Terdapat 3 faktor alasan yang dapat dikatakan sebagai pemicu

seseorang dalam penyalahgunakan miras(oplosan) menurut

Hapsari (2007), yaitu :

a) Faktor individu

Kebanyakan penyalahgunaan miras (oplosan) akan

mengalami perubahan biologis, psikologis maupun sosial

yang pesat merupakan individu yang rentan untuk

menyalahgunakan miras (oplosan) ciri tersebut antara lain :

1) Keingin tahuan yang besar untuk mencoba tanpa sadar

atau berfikir panjang tentang akibatnya di kemudian

hari.

2) Keinginan untuk mencoba – coba karena penasaran.

3) Keinginan untuk bersenang – senang.

4) Keinginan untuk dapat diterima dalam kelompok

(komunitas) atau lingkungan tertentu.

5) Lari dari masalah, kebosanan atau kegetiran hidup.

6) Mengalami kelelahan dan menurun nya semangat

belajar

7) Menderita kecemasan

8) Kecanduan merokok dan minuman keras.

9) Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup

sepuas – sepuas nya.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

28

10) Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak

disayanagi dalam lingkungan keluarga.

11) Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan

lingkungan.

12) Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya

penyalahgunaan miras (oplosan).

13) Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan

dari lingkungan atau kelompok pergaulan.

b) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan

pergaulan baik di sekitar rumah, sekolah, teman sebaya

maupun masyarakat. Adapun faktor – faktor yang menjadi

penyalahgunaan miras (oplosan) antara lain :

1) Lingkungan keluarga

Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya

terhadap penyalahgunaan miras (oplosan). Pola asuh

orang tua yang demokratis dan terbuka mempunyai

risiko penyalahgunaan miras (oplosan) lebih rendah

dibandingkan dengan pola asuh orang tua dengan

disiplin yang ketat. Fakta berbicara bahwa tidak semua

keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi semua

anggotanya. Banyak keluarga mengalami problem-

problem tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

29

hubungan keluarga. Banyak keluarga berantakan yang

ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis dan

matinya komunikasi antara mereka.

2) Lingkungan sekolah

Sekolah yang kurang disiplin dan sekolah kurang

memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan

diri secara kreatif dan positif.

3) Lingkungan teman sebaya

Berteman dengan penyalahguna dan tekanan atau

ancaman teman kelompok yang memakai atau teman

kelompok yang mengedar,

4) Lingkungan masyarakat atau sosial

Lemah nya penegakan hukum, situasi politik, situasi

sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.

c) Faktor minuman keras oplosan

1) Mudahnya miras (oplosan) didapat dimana – mana

dengan harga terjangkau

2) Banyaknya iklan yang menarik untuk dicoba

c. Lama Pengguna Minuman Keras Oplosan

Lama pengguna miras (oplosan) oleh responden dapat dilihat

dari perhitungan waktu pertama kali penggunaan miras

(oplosan) hingga saat ini.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

30

7. Pencegahan Penyalahgunaan Minuman Keras Oplosan

Pencegahan penyalahgunaan miras, meliputi (BNN, 2010)

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada

mereka, individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang

memiliki risiko tinggi terhadap penyalahgunaan miras, untuk

melakukan intervensi agar individu, kelompok, dan masyarakat

waspada serta memiliki ketahanan agar tidak menggunakan miras.

Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar

faktor yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat

diatasi dengan baik.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas

yang sudah menyalahgunakan miras. Dilakukan pengobatan agar

mereka tidak menggunakan miras lagi.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah

menjadi penyalahguna miras dan telah mengikuti program terapi

dan rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan

pencegahan terhadap penyalahguna miras yang kambuh kembali

adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat membantunya

untuk mengatasi masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun

dengan melakukan rehabilitasi kembali.

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

31

C. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi : Soetjiningsih (2010), Sarwono (2011). Darmawan (2010), Sumiati

(2009)

Penyalahgunaan miras

oplosan

Karakteristik Pengguna Napza

(oplosan) :

a. Karakter individu

1) Umur

2) Pendidikan

3) Pekerjaan

4) Jenis kelamin

b. Alasan pengguna Napza

(oplosan)

1) Faktor individu

2) Faktor lingkungan

3) Faktor Napza (oplosan)

Jenis-jenis Napza

Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

lainnya

Tahapan pemakaian miras oplosan:

1. Tahap pemakaian coba-coba

2. Tahap pemakaian social

3. Tahap pemakaian situasional

4. Tahap habituasi

5. Tahap ketergantungan

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

32

D. Kerangka Konsep

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Karakteristik Pengguna Napza

(oplosan) :

a. Kerangka Individu

1) Umur

2) Pendidikan

3) Pekerjaan

4) Jenis kelamin

b. Alasan Pengguna Napza

(oplosan)

1) Faktor individu

2) Faktor lingkungan

3) Faktor Napza (oplosan)

c. Lama Pengguna Napza

(oplosan)

Pengguna Napza (oplosan)

Karakteristik Pengguna Minuman..., ANITA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018