bab ii konsep dasar -...

24
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005 : 236). Demam tifoid enteric fever adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau gangguan kesadaran (Rampengan, 2008 : 46 ). Demam tifoid adalah penyakit infeksi usus halus ditandai demam lebih 1 minggu mengalami gangguan saluran cerna dan gangguan kesadaran disebabkan oleh kuman salmonella typhi (staf ilmu keperawatan anak, 2005). Demam enterik adalah sindrom klinis sistemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu (Nelson, 2000). Typhus Abdominalis adalah Penyakit infeksi yang menyerang saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman salmonella typhosa dengan masa inkubasi 10-14 hari ditandai dengan demam, muntah, sakit kepala, nyeri perut (Mansjoer, 2000). Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi ditandai demam lebih dari 1 minggu. B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi Gambar 1 struktur saluran pencernaan

Upload: vukien

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan

pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005 : 236).

Demam tifoid enteric fever adalah penyakit infeksi akut pada usus halus

dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran

pencernaan dengan atau gangguan kesadaran (Rampengan, 2008 : 46 ).

Demam tifoid adalah penyakit infeksi usus halus ditandai demam lebih 1

minggu mengalami gangguan saluran cerna dan gangguan kesadaran disebabkan

oleh kuman salmonella typhi (staf ilmu keperawatan anak, 2005).

Demam enterik adalah sindrom klinis sistemik yang dihasilkan oleh

organisme salmonella tertentu (Nelson, 2000).

Typhus Abdominalis adalah Penyakit infeksi yang menyerang saluran

pencernaan yang disebabkan oleh kuman salmonella typhosa dengan masa

inkubasi 10-14 hari ditandai dengan demam, muntah, sakit kepala, nyeri perut

(Mansjoer, 2000).

Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan typhus abdominalis

adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh kuman

salmonella typhi ditandai demam lebih dari 1 minggu.

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Gambar 1

struktur saluran pencernaan

Page 2: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Syaifudin : 2006

2. Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mempersiapkannya untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran

pencernaan terdiri dari :

a. Mulut

Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan.

Terdiri atas dua bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara

gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut

yang dibatasi disisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi dan

disebelah belakang bersambung dengan awal faring.

Gambar 2

Page 3: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Mulut

Evelyn : 2002

b. Faring

Faring atau tekak terletak dibelakang hidung, mulut dan laring

(tenggorokan) faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan membran

berotot (muskulo membranusa) dengan bagian terlebar disebelah atas dan

berjalan dari dasar tengkorak sampai diketinggian vertebra servikal ke

enam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung

dengan esophagus.

c. Esofagus

Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm,

diatas dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung dibawah.

Terletak dibelakang trachea dan didepan tulang punggung. Setelah melalui

thorak menembus diafragma untuk masuk kedalam abdomen dan

menyambung dengan lambung.

d. Lambung (gaster)

Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang

paling banyak terutama didaerah epigaster lambung, terdiri dari bagian atas

fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilarik terletak

Page 4: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

d

fu

dibawah dia

fundus uteri

afragma did

.

depan pangkkreas dan liimpa menemmpel disebeelah kiri

e. U

b

le

a

d

1

2

Usus halus (

Usus

berpangkal

ebih 6 m m

absorbsi ha

dikelilingi o

1) Duoden

Disebut

seperti

pangkre

2) Jejenum

(intesinum m

halus adala

pada piloru

merupakan s

asil pencern

oleh usus be

num

t juga usus

sepatu kud

eas.

m dan ilium

minor)

ah bagian

us dan ber

aluran palin

naan. Usus

sar dibagi d

12 jari pan

da melengku

Gambar

Lambung

Evelyn : 20

dari sistem

rakhir pada

ng panjang

halus terl

dalam beber

njangnya ku

ung kekiri

(E

3

g

002

m pencernaa

a seikum, p

tempat pro

etak didaer

rapa bagian

urang lebih

pada lengk

Evelyn, 200

02 : 176)

an makana

panjangnya

ses pencern

rah umbilik

yaitu :

an yang

kurang

naan dan

kus dan

h 25 cm, be

kungan ini

erbentuk

terdapat

Page 5: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Mempu

(yeyenu

Lekukan

dengan

sebagai

unyai panja

um) dengan

n yeyenum

perantara

mesenteriu

ang sekitar

n panjang 2

dan ilium

lipatan per

um.

G

U

f. U

P

1

2

3

4

Usus besar

Panjangnya

1) Sekum

Dibawa

cacing s

2) Kolon a

Panjang

keatas d

3) Apendi

Bagian

mempu

dilewat

4) Kolon t

kurang lebi

ah sekum te

sehingga di

asenden

gnya 13 cm

dari ilium k

ik (usus bun

dari usus b

unyai pintu

ti oleh beber

tranfersum

ih 1,5 m leb

erdapat ape

isebut juga u

m terletak dib

kebawah hat

ntu)

besar yang

keluar yang

rapa isi usu

6 m, dua

-3 m dan i

melekat pa

ritonium y

Gambar 4

sus Halus

Evelyn : 20

barnya 5-6 c

ndik vermi

umbai cacin

bawah abdo

ti.

muncul sep

g sempit tap

us.

a perlima b

ilium denga

ada dinding

yang berben

(Syai

002

cm, bagian-b

formis yang

ng, panjangn

omen sebela

perti corong

pi masih me

bagian atas

an panjang

abdomen p

ntuk kipas

ifuddin, 200

s adalah

4-5 m.

posterior

dikenal

06 : 172)

bagian ususs besar:

g berbentuk

nya 6 cm.

k seperti

ah kanan meembujur

g dari akhir

emungkinka

r seikum

an dapat

Page 6: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Panjang

desende

hepatik

gnya 38 cm

en, berada

ka dan sebel

m, membuju

dibawah ab

ah kiri terda

ur dari kol

bdomen, se

apat flektur

lon asenden

ebelah kana

a lienalis.

n sampai k

an terdapat

ke kolon

flektura

55) Kolon d

Panjang

dari ata

bersamb

desenden

gnya 25 cm

as ke bawa

bung denga

m, terletak d

ah dari fluk

an kolon sig

dibawah ab

ksura lienal

gmoid.

domen bag

lis sampai

gian kiri, me

kedepan ili

embujur

ium kiri

66) Kolon s

Merupa

pelvis s

berhubu

sigmoid

akan lanjuta

sebelah kiri

ungan denga

an dari kolo

i, bentukny

an rektum.

on desenden

ya menyeru

n terletak m

upai huruf S

(Syai

miring dalam

S ujung ba

ifuddin, 200

m rongga

awahnya

06 : 175)

Ga

Us

Syaif

g. R

m

k

Rektum

Terleta

mayor denga

koksigis.

ak dibawah

an anus, ter

ambar 5

us Besar

fudin : 2006

h kolon sig

rletak dalam

gmoid yang

m rongga pe

6

g menghub

elvis didepa

bungkan int

an os sakrum

testinum

m dan os

Page 7: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

h. A

r

d

Anus

Anus

ektum deng

diperkuat ol

adalah bag

gan dunia

eh 3 spinter

gian dari sa

luar (udara

r:

aluran penc

a luar) terle

cernaan yan

etak didasa

ng menghub

ar pelvis di

bungkan

idingnya

1)) Spinter Anni Internus, bekerja tidak menurutt kehendak.

2)) Spinter Leevator Ani, bekerja jugga tidak mennurut kehendak.

3)) Spinter Anni Eksternus, bekerja mmenurut kehhendak

(Syaiifuddin, 20006 : 176)

Gaambar 6

Rektum dan Anuus

Syaifudinn : 2006

C. Etiolog

Pe

typhosa

spora. K

yang se

ini, dike

Salmon

gi / Predisp

enyakit ini

a yang mer

Kuman ini d

edikit lebih

etahui bahw

nella typhos

osisi

disebabkan

rupakan kum

dapat hidup

rendah, pa

wa kuman in

a mempuny

n oleh infek

man gram

p baik sekal

ada suhu 70

ni hanya me

yai 3 macam

ksi kuman S

negative, m

li pada suhu

0 0C ataupun

enyerang ma

m antigen, y

Salmonella

motil dan t

u tubuh man

n oleh antis

anusia.

yaitu :

typhosa/Eb

tidak mengh

nusia maup

septic. Sam

berthella

hasilkan

pun suhu

mpai saat

Page 8: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

1. Antigen O (Ohne Hauch) = antigen somatic (tidak menyerang), nilai

normalnya negatif.

2. Antigen H (Hauch) = menyebar, terdapat pada flagella dan bersifat termolabil,

nilai normalnya negatif.

3. Antigen V1 (Kapsul) = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan

melindungi antigen O terhadap fagotisosis, nilai normalnya negatif.

Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan

pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut agglutinin. Salmonella

typhosa juga dapat memperoleh plasmid factor–R yang berkaitan dengan

resistensi terhadap multipel antibiotik. Ada 3 spesies utama, yaitu :

1. Salmonella typhosa (satu serotipe).

2. Salmonella choleraesius (satu serotipe).

3. Salmonella enteritidis (lebih dari 1500 serotipe).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin 0 dan H yang ditemukan

titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan pasien

menderita typhus. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada

pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari. Perlu diketahui

bahwa ada jenis dari demam thypoid yang mempunyai gejala hampir sama, hanya

bedanya demam biasanya tidak terlalu tinggi (lebih ringan) ialah yang terdapat

pada paratifoid A, B, C, untuk menemukan kuman penyebab perlu pemeriksaan

darah seperti pasien thypoid.

Etiologi demam tifoid sembilan puluh enam persen kasus disebabkan

salmonella typhii, sisanya disebabkan oleh salmonella paratyphi.

(Pusponegoro, 2004: 109 ; Rampengan, 2008 : 46)

D. Patofisiologi

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.

Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke

makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak

sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang

sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi)

yang andal.

(Samsuridjal & heru , 2003)

Page 9: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara

3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa

inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis (Soegijanto, 2002).

E. Manifestasi Klinik

Demam typoid yang tidak diobati sering kali merupakan penyakit berat yang

berlangsung lama dan terjadi selama 4 minggu atau lebih:

1. Minggu pertama: demam yang semakin meningkat, nyeri kepala, malaise,

konstipasi, batuk non produktif, brakikardi relative.

2. Minggu kedua: demam terus menerus, apatis, diare, distensi abdomen, ‘rose

spot’ (dalam 30%), splenomegali (pada 75%).

3. Minggu ketiga: demam terus menerus, delirium, mengantuk, distensi abdomen

massif, diare ‘pea soup’.

4. Minggu keempat: perbaikan bertahap pada semua gejala.

Setelah pemulihan, relaps dapat terjadi pada 10% kasus (jarang terjadi

setelah terapi fluorokuinolon). Kasus dapat berlangsung ringan atau tidak tampak.

Kasus paratyphoid serupa dengan typhoid namun biasanya lebih ringan. Masa

tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30)hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal

(gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas), antara lain :

1. Perasaan tidak enak badan

2. Lesu

3. Nyeri kepala dan pusing

4. Diare

5. Anoreksia

6. Bradikardi relatif

7. Nyeri otot

(Mandal, 2008 : 161)

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien typhus abdominalis menurut Rampengan, 2008: 46 ;

Widiastuti, 2001 : 4, antara lain :

1. Perawatan.

Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk mencegah

komplikasi perdarahan usus.

Page 10: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila

ada komplikasi perdarahan. Diet yang diperoleh penderita typhus abdominalis

yaitu TKTP :

a. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring, bubur kasar dan

akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kekambuhan penderita.

b. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

c. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7

hari

3. Obat-obatan.

a. Klorampenikol.

b. Triampenikol.

c. Kotrimoxazol.

d. Amoxilin dan ampicillin

G. Komplikasi

Komplikasi penyakit typhus abdominalis menurut Mandal, 2008 : 161, antara lain

:

1. Perdarahan dan perforasi usus(terutama pada minggu ketiga).

2. Miokarditis.

3. Neuropsikiatrik: Psikosis, ensefalomielitis.

4. Kolesistitis, kolangitis, hepatitis, pneumonia, pancreatitis.

5. Abses pada limpa, tulang atau ovarium(biasanya setelah pemulihan).

6. Keadaan karier kronik(kultur urin / tinja positif setelah 3 bulan) terjadi pada

3% kasus(lebih sedikit setelah terapi fluorokuinolon).

H. Pengkajian Fokus (Termasuk Pemeriksaan Penunjang)

1. Identitas

Menurut Smeltser, 2002 : 84-89 di dalam profil pasien, informasi yang

dikumpulkan lebih bersifat biografis . Susunan atau profil yang lengkap

mengenai pasien sangatlah penting untuk menganalisa keluhan utama dan

mengenai kemampuan pasien menghadapi masalahnya, antara lain

Page 11: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

a. Nama : untuk membina hubungan saling percaya dan yakin.

b. Pekerjaan : mengungkapkan mengenai status ekonomi dan latar

pendidikan.

c. Agama : sejauh mana agama menjadi bagian hidup pribadi,

kepercayaan agama yang berhubungan dengan

persepsi sehat dan sakit, kegiatan keagamaan.

d. Alamat : mengindetifikasi bahaya lingkungan, seperti polusi

dan fasilitas yang tidak memadai.

e. Latar belakang etnik : berhubungan dengan bahasa lisan, kebiasaan dan

tradisi yang dianut.

f. Hubungan keluarga : untuk mengetahui struktur keluarga, peran yang

diemban, pola komunikasi dan sistem pendukung.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan Utama

Pasien typhus abdominalis biasanya mengeluh nyeri perut, merasa

anoreksia (mual, muntah), kembung, nafsu makan menurun, panas,

menggigil, diare, konstipasi, batuk, kelemahan dan demam.

(Soegijanto, 2002)

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien typhus abdominalis sebelumnya pernah menderita typhus atau

penyakit lainnya.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien typhus abdominalis pada umumnya demam, anorexia(mual,

muntah), diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri

kepala/pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa

somnolen sampai koma.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat keluarga ditanyakan untuk mengindetifikasi penyakit-penyakit

yang diturunkan, menular, atau berhubungan dengan lingkungan hidup. Dan

perlu ditanyakan juga riwayat keluarga tentang penyakit usus inflamasi.

e. Riwayat Psikososial

Page 12: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan

timbul gejala-gejala yang dalami, pasien dapat menerima pada apa yang

dideritanya.

(Smeltzer, 2002 : 85, 1108)

3. Pola-Pola Fugsional Kesehatan ( menurut GORDON)

a. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan

Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah

dalam kesehatannya.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pasien typhus abdominalis biasanya mengalami tanda gejala seperti

anoreksi, mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,

penurunan berat badan, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga

dapat mempengaruhi status nutrisi berubah, penurunan lemak

subkutan/massa otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, luka

inflamasi di mulut.

c. Pola eliminasi

Pasien typhus abdominalis gejala kebiasaan dalam BAK akan terjadi retensi

bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan dalam BAB tekstur feses berfariasi

dari bentuk lunak sampai bau atau berair episode diare berdarah tak dapat

diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20-

30kali/hari) bila sudah terjadi ulkus ada perasaan dorongan/kram

(tenesmus), defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses.

Tanda pasien typhoid menurunnya bising usus, tidak ada peristaltic atau

adanya peristaltic yang dapat di lihat.

d. Pola aktifitas dan latihan

Pasien typhus abdominalis akan terganggu aktifitasnya akibat adanya

kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat

penyakitnya, kelelahan, malaise, insomnia, merasa gelisah dan ansietas.

e. Pola tidur dan istirahat

Pasien typhus abdominalis akan terganggu kebiasaan tidur dikarenakan

suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu

tidur.

f. Pola persepsi sensori dan kognitif

Page 13: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Pasien typhus abdominalis mengalami danya kondisi kesehatan

mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami

tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

g. Pola hubungan dengan orang lain

Pasien typhus abdominalis mengalami perubahan kondisi kesehatan dan

gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam

merawat diri. Persepsi terhadap nyeri dengan pendekatan.

h. Pola reproduksi dan sexual

Pasien typhus abdominalis dalam pola reproduksi dan sexual yang telah

atau sudah menikah akan terjadi perubahan.

i. Pola persepsi diri dan konsep diri

Pasien typhus abdominalis terjadi perubahan apabila pasien tidak efektif

dalam mengatasi masalah penyakitnya.

j. Pola mekanisme koping stres

Pasien typhus abdominalis stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif

dalam mengatasi masalah penyakitnya.

k. Pola nilai dan kepercayaan

Pasien typhus abdominalis dapat menimbulkan distres dalam spiritual pada

pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta

kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

(Doengoes, 2000: 471-475; Perry & Potter, 2005: 274)

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Pasien typhus abdominalis mengalami Composmentis.

b. Tingkat kesadaran

Pasien typhus abdominalis dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis,

somnolen).

c. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah : Hipotensi

2) Suhu : Meningkat 39-400C

3) Nadi : Bradikardi

d. Kepala dan Leher

Page 14: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Pada dasarnya pasien typhus abdominalis tidak ada benjolan di kepala,

rambut normal, kelopak mata normal, leher simetris, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

e. Mata

Pada pasien typhus abdominalis konjungtiva anemis, kelopak mata anemis,

mata cekung, muka tidak edema.

f. Mulut

Pada pasien typhus abdominalis memiliki ciri di bagian mulut yaitu lidah

kotor, membran mukosa kering dan pecah-pecah, ditepi dan ditengah

merah.

g. Dada dan abdomen

Pada pasien typhus abdominalis bentuk simetris, normal, pola nafas teratur,

didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan, kembung, dan disertai

pembesaran hati dan limpa.

h. Sistem respirasi

Pada pasien typhus abdominalis memiliki suara pernafasan terdengar

ronchi, rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam, dengan gambaran

seperti bronchitis.

i. Telinga

Pada pasien typhus abdominalis mengalami penurunan pendengaran.

j. Sistem eliminasi

Pada pasien typhus abdominalis kadang-kadang diare atau konstipasi,

produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal).

Normal ½ -1 cc/kg BB/jam.

k. Sistem integumen

Pada pasien typhus abdominalis kulit kelihatan bersih, turgor kulit

menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

l. Sistem musculoskeletal

Pada pasien typhus abdominalis sistem muskuloskeletal tidak ada gangguan

pada ekstremitas atas dan bawah.

m. Sistem endokrin

Page 15: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

Pada pasien typhus abdominalis terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan

tonsil.

(FKUI, 1974; Soegijanto, 2002)

5. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium antara

lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit

normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah

sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan

khusus.

c. Pemeriksaan Uji Widal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri

Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh

Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

1) Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh

bakteri

2) Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela

bakteri

3) Aglutinin V1: karena rangsangan antigen V1 yang berasal dari simpai

bakteri.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan

untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar

kemungkinan menderita Demam Tifoid.

(Samekto, 2001)

I. Tumbuh Kembang

Tumbuh-kembang, dianggap sebagai satu kesatuan yang mencerminkan

berbagai perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Seluruh perubahan

merupakan proses dinamis yang menekankan beberapa dimensi yang saling

terkait. Istilah tumbuh kembang mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda

Page 16: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan yang didefinisikan sebagai berikut :

a. Pertumbuhan (growth):peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat

membelah diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningkatan

ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel.

b. Perkembangan (defelopment):perubahan dan perluasan secara bertahap,

perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi,

peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan dan

maturasi serta pembelajaran (Wong, 2009 : 109).

Page 17: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

J. Pathways Keperawatan

Masuk melalui mulut

Peningkatan asam lambung

Perasaan tidak enak pada perut, mual, muntah

Terjadi proses infeksi Merangsang peningkatan peristaltik usus

Melalui duktus toraktus

 

Kelemahan fisik

Keterbatasan gerak

Tirah baring yang lama

Penekanan pada daerah kulit

Hepatomegali / hati membesar 

Kuman berkembang biak

Peradangan

Kurangnya intake cairan

Kekurangan volume cairan dan elektrolit

Bibir kering dan pecah

Gg. Integritas kulit

Intoleransi aktifitas

Gg. Rasa nyaman : nyeri

Diare /konstipasi

Gg. Eliminasi

Pelepasan zat pirigen dan sirkulasi meningkat

Hipertermi

Endotoksin hipotalamus oleh leukosi

Demam

(Supriyadi

& yuliana :

2006 ;

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Peredaran darah

Masuk saluran pencernaan

Etiologi : Air dan makanan yang mengandung bakteri salmonella typhi

Diserap oleh usus

Page 18: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

K. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

absorbsi nutrient, status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi, takut

makan dapat menyebabkan diare ditandai dengan penurunan berat badan,

penurunan lemak, subkutan/ massa otot, tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif,

konjungtiva dan membrane mukosa pucat.

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit,

dehidrasi, perubahan pada regulasi temperature ditandai dengan peningkatan

suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal, kulit kemerahan, hangat

waktu disentuh, peningkatan pernapasan, takhikardi karena infeksi salmonella

typhi.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama,

iritasi kulit/ jaringan, ekskoriasi fisura perirektal, fistula ditandai dengan laporan

nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri menyebar, perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri

wajah, perhatian diri sendiri.

4. Gangguan eliminasi : diare/konstipasi berhubungan dengan inflamsi, iritasi, atau

malabsorbsi usus, adanya toksin, adanya penyempitan segmentasi lumen

ditandai dengan peningkatan bunyi usus/peristaltic, defeksi sering dan berair,

perubahan warna feses, nyeri abdomen, tiba-tiba, kram.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tanda-tanda dehidrasi ditandai

dengan mulut kering dan bibir pecah-pecah.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak ditandai dengan

bantuan dari orang lain.

7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penekanan yang terlalu lama /

berbaring yang lama.

L. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan absorbsi nutrient, status hipermetabolik, secara medik masukan

dibatasi, takut makan dapat menyebabkan diare ditandai dengan penurunan

Page 19: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

berat badan, penurunan lemak, subkutan/ massa otot, tonus otot buruk, bunyi

usus hiperaktif, konjungtiva dan membrane mukosa pucat.

a. Tujuan:

Kebutuhan nutrisi terpenuhi selama perawatan

b. Kriteria hasil :

a) Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang sudah disediakan.

b) Tidak mengalami lemah, lesu, dan rasa mual dapat berkurang.

c) Berat badan bertambah sesuai dengan berat badan ideal.

c. Intervensi :

a) Timbang berat badan setiap hari

Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan

terapi.

b) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut

Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan

kalori dan simpanan energi.

c) Anjurkan istirahat sebelum makan

Rasional :Menenangkan peristaltic,dan meningkatkan rasa makanan.

d) Berikan kebersihan oral

Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.

e) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus.

Rasional : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.

f) Catat masukan dan perubahan simtomatologi

Rasional : Memberikan rasa control pada pasien dan kesempatan untuk

memilih makanan yang diinginkan/dinikmati, dapat

meningkatkan masukan.

g) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diet.

Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut

makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.

h) Kolaborasi nutrisi pareneral total, terapi IV sesuai indikasi.

Rasional : Program inii mengistirahatkan saluran GI sementara

memberikan nutisi penuh.

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit,

dehidrasi, perubahan pada regulasi temperature ditandai dengan peningkatan

suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal, kulit kemerahan, hangat

Page 20: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

waktu disentuh, peningkatan pernapasan, takhikardi karena infeksi salmonella

typhi.

a. Tujuan :

Rasa nyaman terpenuhi setelah suhu tubuh sampai dengan normal (36- 37 C

b. Kriteria hasil:

a) Pasien merasa nyaman

b) Kulit tidak terasa kering

c) Muka tidak merah

c. Intervensi :

a) Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil

Rasional : Suhu 38,9-41,1’C menunjukan proses penyakit infeksius akut.

b) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambah linen temat tidur, sesuai indikasi.

Rasional : Suhu lingkungan/jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.

c) Berikan kompres mandi hangat , hindari penggunaan alcohol

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam. (penggunaan

alcohol/air es mungkin menyebabkan, peningkatan suhu secara

actual. Selain itu, alkohol dapat mengringkan kulit.

d) Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam untuk aksi sentralnya

pada hipotalamus. Meskipun demam mungkin dapat berguna

dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan

autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

e) Berikan selimut dingin

Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar

dari 39,5-40 0C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada

otak.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama,

iritasi kulit/ jaringan, ekskoriasi fisura perirektal, fistula ditandai dengan laporan

nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri menyebar, perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri

wajah, perhatian diri sendiri.

a. Tujuan :

Rasa nyaman terpenuhi nyeri berkurang selama dalam perawatan

b. Kriteria hasil :

Page 21: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

a) Tidak kesakitan

b) Pasien mengatakan nyeri berkurang, perut tidak sakit /tegang.

c) Ekspresi wajah teenang

c. Intervensi :

a) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri

Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta

analgetik.

b) Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,intensitas

(skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

Rasional : Nyeri kolik hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum

defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana

dapat berat dan terus-menerus.perubahan pada karakteristik

nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit/terjadinya

komplikasi.

c) Catat petunjuk non verbal, gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati

engan abdomen, menarik diri, dan depresi. Selidiki perbedaan petunjuk

verbal dan non verbal.

Rasional : Bahasa tubuh/ petunjuk non verbal dapat secara psikologis

dan fisiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk

verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.

d) Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.

Rasional : Dapat menunjukan dengan tepat pencetus dan factor pemberat

seperti stress, tidak toleran terhadap makanan atau

mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

e) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis, lutut fleksi

Rasional : Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa

control.

f) Berikan tindakan nyaman (mis, pijatan punggung, ubah posisi) dan

aktivitas senggang.

Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan

meningkatkan kemampuan koping.

4. Gangguan eliminasi : diare/konstipasi berhubungan dengan inflamsi, iritasi, atau

malabsorbsi usus, adanya toksin, adanya penyempitan segmentasi lumen

Page 22: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

ditandai dengan peningkatan bunyi usus/peristaltic, defeksi sering dan berair,

perubahan warna feses, nyeri abdomen, tiba-tiba, kram.

a. Tujuan :

Tidak terjadi gangguan pada eliminasi (BAB) selama dalam perawatan

b. Kriteria hasil :

a) Pasien BAB 1X sehari

b) Konsistensi lunak, tidak cair

c) Pasien tidak kembung/ kembung berkurang

d) Pasien menyatakan tidak kesulitan seelama BAB

c. Intervensi :

a) Observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah

Rasional : Membantu mengukur cairan yang hilang dan cairan yang akan

dibutuhkan.

b) Dorong diet tinggi serat/bulk dalam batasan diet, denngan masukan

cairan sedang sesuai diet yang dibuat

Rasional : Meningkatkan konsistensi Fases. Meskipun cairan perlu untuk

fungsi tubuh optimal, kelebihan cairan mempengaruhi diare.

c) Batasi masukan lemak sesuai indikasi

Rasional : Diet rendah lemak menurunkan risiko faces cairan dan

membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak.

d) Bantu perawatan peringeal sering, gunakan salep sesuai indikasi.

Berikan rendam pada pusaran air

Rasional : Iritasi anal, ekskorisasi dan pruritus terjadi karena diare.

Pasien sering tak dapat mencapai area yang tepat untuk

membersihkan dan dapat membuat malu untuk meminta

bantuan.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tanda-tanda dehidrasi ditandai

dengan mulut kering dan bibir pecah-pecah.

a. Tujuan :

Cairan dan elektrolit terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh.

b. Kriteria hasi :

a) Mempertahankan volume sirkulasi adekuat.

Page 23: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

b) Tanda vital dalam batas normal.

c) Nadi perifer teraba.

d) Produksi urine terhambat.

c. Intervensi :

a) Observasi tannda- tanda vital : suhu,, nadi, pernafasan dan keadaan

umum pasien.

Rasional : Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan

kasar kehilangan darah (misalnya TD <90 mm Hg, dan nadi

>110 diduga 25% penurunan volume dan kurang lebih !000

ml). Hipotensi postural menunjukan penurunan volume

sirkulasi.

b) Monitor tanda-tanda dehidrasi (mukosa mulut dan bibir kering)

Rasional : Untuk mengidentifikasi apakah tanda-tanda dehidrasi.

c) Monitor intake dan out put

Rasional : Mengukur cairan yang masuk dan keluar, sehingga

pencegahan atau pengobatan dehidrasi dapat tercapai dengan

tepat.

d) Kolaborasi dokter untuk pemberian cairan parenteral dan obat anti

emetic jika pasien muntah.

Rasional : Dengan memberikan obat anti emetik diharapkan out put

cairan dapat.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak ditandai dengan

bantuan dari orang lain.

a. Tujuan :

Kebutuhan akan aktifitas terpenuhi selama dalam perawatan

b. Kriteria hasil :

a) Pasien dapat melakukan aktifitas

b) Pasien dapat melakukan gerakan_ gerakan kecil

c. Intervensi :

a) Tingkatkan tirah baring/duduk

Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan.

b) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit dengan baik

Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan.

Page 24: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmawatin... · sebut juga u terletak dib ebawah hat tu) esar yang keluar yang apa isi

c) Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang

gerak

Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.

d) Dorong penggunaan teknik manajemen stress

Rasional : meningkatkan relaksasi.

7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penekanan yang terlalu lama /

berbaring yang lama.

a. Tujuan :

Tidak terjadi gangguan integritas kulit selama dalam masa perawatan

b. Kriteria hasil :

Tidak ditemukan tanda- tanda gangguan integritas kulit

c. Intervensi :

a) Kaji integritas kulit (Kemerahan, lecet, panas)

Rasional : area ini meningkatkan risikonya untuk kerusakan dan

memerlukan pengobatan lebih intensif.

b) Dorong mandi tiap 2hari 1kali, pengganti mandi tiap hari

Rasional : sering mandi membuat kekeringan kulit.

c) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk

mempertahankan aktifitas

Rasional : meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah

tekanan lama pada jaringan.

d) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat

Rasional : perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.

(Doenges, 2000)