bab ii konsep dasar -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional
serta sosial dari tiap anggota keluarga ( Duval dan Logan, 1986).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di
dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Bailon dan Maglaya, 1989).
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(DEPKES RI, 1998).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
a. terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi.
7
b. anggota keluarga biasanya hidup bersama (satu atap) atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
c. anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik.
d. mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. Tipe Keluarga
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family), terdiri atas ayah, ibu, dan anak
(kandung atau angkat) yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Keluarga Besar (Extended Family), terdiri atas keluarga inti
ditambah dengan keluarga yang mempunyai hubungan darah,
misalnya: kakek, nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3) Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan
satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
4) Keluarga “Dyad”(Dyadic Nuclear), terdiri atas suami istri yang
8
sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satunya
bekerja di luar rumah.
5) Keluarga duda/janda (Single Family), terdiri atas satu orang tua
(ayah/ibu) akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di dalam/di luar rumah.
6) Single Adult, yaitu wanita/pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
b. Tipe Keluarga Non-Tradisional
1) Unmarried Parent and child, yaitu keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (biasanya ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah/perkawinan yang tidak dikehendaki.
2) Commune Family, yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, hidup bersama dalam
satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama:
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
3) The non-marital heterosexual cohibitang family, yaitu keluarga yang
hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
4) Gay and Lesbian Family, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital
partness).
9
5) Cohibing Couple, dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa pernikahan.
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan fungsional apabila dilakukan
secara terbuka, jujur, melibatkan emosi, menyelesaikan konflik
keluarga, berpikiran positif, dan tidak mengulang isu/pendapat sendiri.
b. Struktur peran
Serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal/informal.
c. Struktur kekuatan dan nilai
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi atau
merubah prilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur kekuatan: hak
(legitimate power); ditiru (referent power); keahlian (expert power);
hadiah (reward power); paksa (coercive power); dan afektif power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap/keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola prilaku
yang baik/diterima pada lingkungan sosial/masyarakat.
10
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-
masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk prilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Friedman (1988) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai
berikut:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berkaitan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
11
keluarga. Tiap anggota keluarga mengembangkan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam
keluarga. Adanya perceraian, kenakalan anak, atau masalah lain yang
sering timbul dalam keluarga dikarenakan fungsi afektif yang tidak
terpenuhi. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk
melaksanakan fungsi afektif:
1) Memelihara saling asuh (mutual nurturance)
Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan
saling mendukung antar anggota. Setiap anggota yang mendapat
kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain, maka
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,
sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
Hubungan intim dalam keluarga merupakan modal dasar dalam
membina hubungan dengan orang lain di luar keluarga/masyarakat.
Prasyarat untuk mencapai saling asuh adalah komitmen dasar dari
masing-masing pasangan dan hubungan perkawinan yang secara
emosional memuaskan dan terpelihara.
2) Keseimbangan saling menghargai
Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim
yang positif dimana tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan
dan haknya sebagai orang tua maupun sebagai anak, sehingga
fungsi afektif akan tercapai. Keseimbangan saling menghormati
dapat dicapai apabila setiap anggota keluarga menghormati hak,
12
kebutuhan, dan tanggung jawab anggota keluarga yang lain. Orang
tua perlu menyediakan struktur yang memadai dan panduan yang
konsisten sehingga batas-batas bisa dibuat dan dipahami. Namun
perlu dibentuk fleksibilitas dalam sistem keluarga agar memberikan
ruang gerak bagi kebebasan untuk berkembang menjadi individu.
3) Pertalian/ikatan dan identifikasi
Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari kebutuhan-
kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian(bonding) atau
kasih sayang (attachment). Ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
untuk memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
4) Keterpisahan dan Kepaduan
Untuk merasakan dan memenuhi kebutuhan psikologis, anggota
keluarga harus mencapai pola keterpisahan (separatness) dan
keterpaduan (connectedness) yang memuaskan. Anggota keluarga
berpadu dan berpisah satu sama lain. Setiap keluarga menghadapi
isu-isu keterpisahan dan kepaduan dengan cara yang unik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
13
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial (Friedman, 1986).
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian
beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar didiplin, belajar
norma-norma, budaya, dan prilaku melalui hubungan dan interaksi di
dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi
Dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan membentuk keluarga adalah
untuk meneruskan keturunan, sehingga menambah sumber daya
manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, dan
tempat tinggal maka keluarga memerlukan sumber keuangan.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
14
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup/mampu
menyelesaikan masalah kesehatan. Tugas kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga/orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara
tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.
Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai
kemampuan untuk memutuskan sebuah tindakan. Tindakan
kesehatan yang dilakukan diharapkan tepat agar masalah kesehatan
yang tejadi dapat dikurangi atau teratasi.
15
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi
jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesahatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi
bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki
waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal.
Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang
ketenangan, keindahan, ketentraman, dan dapat menunjang derajat
kesehatan bagi anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan kesehatan, keluarga harus dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya, sebagai
contoh: keluarga dapat berkonsultasi kepada tenaga keperawatan
untuk memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya,
sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
16
5. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi dari waktu
ke waktu, meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga. Duvall membagi 8 tahap perkembangan keluarga dengan anak
tertua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan. Siklus
perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap
kerangka kerja dan setiap tahapnya keluaraga memiliki tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses. Berikut tahap-tahap perkembangan keluarga:
a. Tahap I: Keluarga baru/pasangan baru
b. Tahap II: Keluarga dengan “child bearing”
c. Tahap III: Keluarga dengan anak pra sekolah
d. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah
e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
f. Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa/pelepasan
g. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
h. Tahap VIII: keluarga usia lanjut
6. Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
17
perawatan sebagai saran/penyalur (Murwani, 2007).
b. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat
2) Keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
B. Konsep Penyakit
1. Pengertian Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
(Hb) dibawah 11 gr% pada trisemester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada
trisemester II (Saifudun, 2002). Pada daerah dengan ketinggian tertentu,
misalnya pada ketinggian 1500m di atas permukaan laut, kadar Hb < 14
gr/dl mengindikasikan anemia (Bobak, 2004).
18
Umumnya anemia dalam kehamilan disebabkan karena kekurangan zat
gizi/defisiensi zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
disebabkan kekurangan zat besi (Fe) sebagai pembentuk sel darah merah,
sehingga kapasitas daya angkut oksigen dan sari-sari makanan untuk
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia
ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO (1972) yang ditetapkan dalam 3
kategori, yaitu: normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia
berat (kurang dari 8 g/dl).
2. Anatomi fisiologi kehamilan dan eritrosit
a. Perubahan pada sistem reproduksi dan payudara
1) Uterus
Rahim yang besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami
hiperplasi (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru) dan
hipertropi (pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang
sudah ada) sehingga menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. Selama
bulan-bulan pertama kehamilan, terjadi peningkatan ukuran pembuluh
darah dan pembuluh limfe uterus. Akibatnya terjadi vaskularisasi,
kongesti, dan edema. Ketiga hal ini kemungkinan besar menyebabkan
pelunakan uterus secara keselurahan dan bila dikombinasikan dengan
hipertrofi kelenjar serviks, menyebabkan munculnya tanda Chadwick
(warna kebiruan/keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk
19
lubang vagina pada serviks), tanda Goodel (pelunakan serviks dari
yang tadinya sekeras ujung hidung, pada kondisi tidak hamil melunak
menjadi seperti bibir pada kondisi hamil), dan tanda Hegar (kondisi
istmus menjadi lunak dan mudah tertekan (Varney, 2006). Peningkatan
stimulasi estrogen dan progesteron pada serviks menghasilkan cairan
mukoid berlebihan, sehingga membentuk sumbatan mukus
(operkulum). Operkulum bekerja sebagai barier terhadap invasi bakteri
selama masa hamil.
2) Vagina dan vulva
Terjadi hipervaskularisasi karena pengaruh estrogen dan progesteron,
sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks).
Selama masa hamil, pH sekresi vagina menjadi lebih asam.
Peningkatan pH ini membuat wanita hamil lebih rentan tehadap infeksi
vagina, khususnya infeksi jamur. Struktur eksterna vulva membesar
akibat peningkatan vaskulator, hipertrofi badan perineum dan deposisi
lemak.
3) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan
ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan
pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, dan tidak terjadi siklus
hormonal menstruasi
20
4) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron, dan
somatomammotropin. Putting susu dan areola menjadi lebih
berpigmen dan dikelilingi oleh kelenjar-kelenjar sebasea yang
menonjol (tuberkel montgomery).
b. Perubahan pada sistem kardiovaskuler/sirkulasi
1) Volume dan komposisi darah
Volume darah selama kehamilan akan meningkat kurang lebih 40-50%
untuk memenuhi kebutuhan plasenta (Farrer, 1999). Volume darah
meningkat sekitar 1500 mL (primigravida: 1250 mL, multigravida :
1500 mL, kehamilan kembar: 2000 mL). Nilai normal volume darah:
8% dari berat badan normal dan berjumlah sekitar 4 liter pada wanita
(Muttaqin, 2009). Peningkatan volume merupakan mekanisme
protektif. Keadaan ini sangat penting untuk: (1) sistem vaskuler yang
mengalami hipertrofi akibat pembesaran uterus, (2) hidrasi jaringan
janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri atau telentang, dan (3)
cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang selama proses
melahirkan dan puerperium (nifas). Vasodilatasi perifer
mempertahankan tekanan darah tetap normal walaupun volume darah
ibu hamil meningkat (Bobak, 2004).
21
Selama hamil terjadi percepatan produksi sel darah merah, untuk
mengimbangi pertumbuhan janin. Jika ibu mengkonsumsi suplemen
besi, sel darah merah meningkat sekitar 30% (normal 4-5,5 juta/mm3)
pada kehamilan aterm. Apabila tidak mengonsumsi suplemen besi, sel
darah merah hanya meningkat 17% pada beberapa wanita (Bobak,
2004). Peningkatan sel darah merah tidak seimbang dengan
peningkatan volume darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) yang disertai anemia fisiologis, yaitu nilai Hb dan Ht
turun dari normal (Hb:12-16 g/dL; Ht:37-47%). Apabila nilai Hb ≤ 10
gr/dL atau bila Ht ≤ 35%, wanita dalam keadaan anemik.
Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-
antibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila
leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit meningkat sampai 300.000-
600.000/mm3, tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada
kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl
(normal 250-350 mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total
meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi
penurunan albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin
alfa-1, alfa-2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat
(www.artanto.com).
2) Tekanan darah
Curah jantung meningkat dari 30-50%. Peningkatan curah jantung
akibat peningkatan volume darah. Jantung harus memompa dengan
22
kekuatan yang lebih besar, khususnya pada saat menjelang
aterm/persalinan. Progesteron akan menimbulkan relaksasi otot-otot
polos dan menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah yang akan
mengimbangi peningkatan kekuatan dari jantung. Dengan demikian,
tekanan darah harus tetap atau mendekati nilai pada keadaan tidak
hamil. Walaupun demikian, seorang wanita hamil cenderung
mengalami hipotensi supinasio kalau berbaring telentang, karena vena
kava inferior akan tertekan oleh isi uterus yang berat.
c. Perubahan pada sistem pernapasan
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan
laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan
payudara. Selain itu terjadi desakan diafragma karena dorongan uterus.
Ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-25 % dari biasanya.
Sesak napas dan pernapasan yang cepat akan membuat ibu hamil merasa
lelah, hal ini dikarenakan saat kehamilan kerja jantung dan paru-paru
lebih berat.
d. Perubahan pada sistem pencernaan
Selama hamil akan terjadi peningkatan metabolisme, dimana kebutuhan
nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan
ASI. Perubahan metabolisme kehamilan antara lain:
1) Metabolisme basal naik sebesar 15 % sampai 20 % dari semula,
23
terutama trisemester ketiga.
2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq/L
menjadi 145 mEq/L karena hemodilusi darah dan kebutuhan mineral
yang diperlukan janin.
3) Kebutuhan protein, kalori, dan zat mineral meningkat untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ
kehamilan, serta persiapan laktasi.
4) Berat badan ibu hamil bertambah.
Selain perubahan metabolisme, juga terjadi perubahan pada sistem
pencernaan, antara lain:
1) Terjadi refluks asam lambung (heart burn). Peningkatan progesteron
yang menyebabkan relaksasi sfingter kardiak, sehingga terjadi
regurgitasi isi lambung ke dalam esofagus bagian bawah.
2) Terjadi mual dan sakit kepala, terutama pagi hari (morning sickness)
sering ditemui pada bulan awal kehamilan. Hal ini akibat perubahan
pada saluran cerna dan peningkatan hCG dalam darah (Bobak,2004).
3) Karene sering muntah dan hygiene gigi yang kurang menyebabkan
masalah pada gigi.
4) Progesteron yang meningkat menyebabkan gerak usus makin
berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.
e. Perubahan pada sistem perkemihan
Pengaruh desakan hamil muda atau pembesaran rahim seiring dengan
24
bertambahnya usia kehamilan menyebababkan kandung kemih tertekan
sehingga terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.
f. Perubahan pada sistem integumen
Kelenjar hipofise anterior yang dirangsang oleh kadar estrogen yang
tinggi akan meningkatkan sekresi hormon MSH (melanophore
stimulating hormon) yang menyebabkan hiperpigmentasi pada putting
dan areola mamae, juga bisa muncul “kloasma”-topeng kehamilan pada
wajah, dan muncul linea nigra (garis tengah abdomen). Selain itu terjadi
bekas-bekas regangan kehamilan (striae gravidarum) pada perut,
payudara, dan pantat (Farrer, 1999).
f. Sel darah merah
Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram bikonkaf yang tidak
berinti dan berdiameter sekitar 8 µm. namun sangat fleksible, sehingga
mampu melewati kapiler yang diamternya 4 µm. Tebal bagian tepi 2
µm, pada bagian tengah tebalnya hanya 1 µm atau kurang. Membran sel
darah merah sangat tipis, sehingga gas seperti oksigen dan
karbondioksida dapat dengan mudah berdifusi melaluinya. Sel darah
merah dewasa terdiri atas hemoglobin yang menyusun sampai 95%
masaa sel. Hemoglobin ini berfungsi sebagai alat pengangkut oksigen
antara paru dan jaringan. Untuk produksi eritrosit normal, sumsum
tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin (vitamin
25
B6) dan faktor lainnya. Defisiensi faktor-faktor tersebut selama
eritropoesis mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah dan
anemia (Muttaqin, 2009).
3. Etiologi
a. Kurang asupan gizi (malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diit
c. Mal-absorbsi (gangguan penyerapan), karena gangguan pencernaan atau
konsumsi substansi penghambat zat besi seperti kopi, teh.
d. Penyakit-penyakit kronis, seperti: TB Paru, infeksi cacing tambang dan
malaria.
e. Kehilangan banyak darah akibat persalinan yang lalu atau ibu sering
melahirkan dengan jarak kelahiran yang dekat dan mengandung janin
kembar juga bisa menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi kena anemia.
4. Patofisiologi
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa sari makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh, baik ibu
maupun janin. Pada waktu hamil jumlah darah akan meningkat, sehingga
kebutuhan ibu hamil terhadap zat besi dan juga zat-zat lain pembentuk darah
akan sangat tinggi. Itulah sebabnya ibu hamil sangat dianjurkan banyak
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Jika gizi pada waktu hamil kurang,
26
akan berakibat pada kesehatan ibu begitu juga pertumbuhan dan
perkembangan janin, karena suplai nutrient ke janin terganggu/kurang.
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu,
nafas pendek, muka pucat, susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa lelah
yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena otak, jantung, dan organ tubuh
lainnya mengalami kekurangan distribusi oksigen dan nutrisi dari dalam
darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena
berusaha mengkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah
lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun,
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah
terinfeksi. Jika kondisi ini berlangsung lama dan menyertai komplikasi lain
(misalnya, preeklampsia) maka kerja jantung menjadi berat dan bisa
menyebabkan gagal jantung kongestif.
5. Manifestasi klinis
a. 4 L (Letih, Lemah, Lesu, Loyo)
b. Mata berkunang-kunang
c. Sering pusing, mual, tidak nafsu makan
d. Kelopak mata, kuku, dan bibir dalam pucat
e. Denyut nadi cepat dan lemah (lebih dari 100x/menit)
f. Napas pendek (pada anemia berat)
27
6. Penatalaksanaan
a. Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi, asam folat, juga vitamin B.
Misal: hati, daging, telur, ikan, susu, buncis, sayuran berwarna hijau tua,
dan kacang-kacangan seperti tempe, kacang ijo, susu kedelai.
b. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C,
seperti: jeruk, jambu biji, tomat, mangga, apel hijau.
c. Menghindari konsumsi minuman yang menghambat penyerapan zat besi
di dalam tubuh, misal: kopi dan teh.
d. Mengkonsumsi tablet besi sesuai program nasional yaitu 60 mg/hari dan
50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. Jika penderita tidak
dapat menoleransi besi oral maka pemberian dapat dilakukan dengan
terapi besi parenteral. Pemberian preparat parenteral dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 mg)/ IV atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus,
dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Saifudin, 2002).
7. Komplikasi Anemia
a. Akibat anemia pada ibu hamil
1) Mudah pingsan
2) Keguguran
3) Proses persalinan yang lama
4) Kematian pada ibu
5) Mudah terkena infeksi
6) Luka persalinan sukar sembuh
28
b. Akibat anemia pada janin
1) Lahir prematur/berat badan rendah
2) Resiko tinggi terkena penyakit
3) IQ rendah, cacat lahir/bawaan
4) Kematian janin
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anemia Bumil
1. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke
dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan
koping keluarga.
a. Identifikasi data
1) Data kepala keluarga
Data kepala keluarga yang meliputi nama kepala keluarga,
pekerjaan, pendidikan kepala keluarga serta alamat tinggal
keluarga.
2) Komposisi keluarga
Meliputi daftar anggota keluarga, termasuk: nama, umur,
pendidikan, status imunisasi anggota keluarga.
a) Umur ibu hamil
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi
wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-
29
35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara biologis
belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum
matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan zat-zat
gizi selama kehamilannya, sedangkan pada usia lebih dari 35
tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan
tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini.
Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat
mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu
hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al
(1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi
anemia semakin besar.
WHO melaporkan bahwa setengah ibu hamil mengalami
anemia, secara global 55% dimana secara bermakna trimester III
lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan trimester I
dan II. Masalah ini disebabkan kurangnya defesiensi zat besi
dengan defisiensi zat gizi lainnya (Mc Carthy dan Maine, 1992).
b) Jenis kelamin
Pada umumya anemia lebih sering pada wanita daripada
pria. Karena wanita sangat menjaga bentuk tubuhnya, sehingga
memperhatikan apa yang dikonsumsi. Terlebih lagi ibu hamil
yang mengalami hemodilusi pada saat hamil, sehingga ibu hamil
30
lebih rentan mengalami anemia.
3) Status sosial ekonomi
Keadaan status ekonomi yang rendah mempengaruhi dalam
kecukupan pemenuhan gizi keluarga.
4) Pendidikan
Keadaan ekonomi yang rendah juga sangat berkaitan dengan
masalah penggunaan fasilitas pendidikan. kurangnya pengetahuan
tentang masalah anemia membuat keluarga tidak mampu merawat
penderita dengan baik.
5) Budaya
Budaya/kebiasaan yang mendukung terjadinya anemia antara
lain kebiasaan “bapak makan dulu, ibu dan anak makan terakhir”,
sebagai penghormatan terhadap bapak. Hal ini menyebabkan gizi
ibu dan anak tidak terpenuhi secara optimal. Kebiasaan ibu hamil
dilarang keluar rumah, juga merupakan faktor predisposisi kejadian
anemia, dimana ibu mengalami kekurangan informasi/pelayanan
kesehatan tentang perawatan saat kehamilan.
6) Aktivitas rekreasi keluarga
Aktivitas yang dilakukan secara bersama-sama dengan
keluarga, frekuensi aktivitas anggota keluarga dan penggunaan
waktu senggang secara bersama-sama.
31
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga yang berisiko mengalami masalah
anemia adalah tahap perkembangan keluarga pasangan baru, karena
belum mengetahui tentang diet bagi ibu hamil,karena merupakan
kehamilan yang pertama baginya. Adapun tugas perkembangan
keluarga dengan pasangan baru/pemula (Friedman, 1998):
membangun perkawinan yang saling memuaskan; menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis; keluarga berencana
(keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua), dimana kehamilan
berencana masuk didalamnya.
2) Riwayat keluarga inti
Keluarga yang mempunyai riwayat TB paru pada anggota
keluarganya, memungkinkan resiko anemia pada ibu hamil yang
menderita TB paru.
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah
Kondisi rumah yang kurang sinar matahari, perabotan rumah yang
berantakan, keadaan rumah yang kotor, dan sanitasi yang jelek
memperparah kondisi anemia pada ibu hamil. Sehingga resiko
komplikasi dari anemia memungkinkan terjadi, misalkan sang ibu
mudah mengalami sakit infeksi.
32
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Keluarga yang hidup di suatu komunitas yang mempunyai
kebudayaan/keyakinan tertentu, misal “bapak makan dulu, ibu dan
anak makan terakhir” atau berpantang makan-makanan tertentu
selama hamil dapat mempengaruhi kondisi ibu hamil.
3) Mobilitas geografis keluarga
Status rumah yang dihuni keluarga apakah rumah sendiri atau
menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah
dari daerah mana.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
a) Fasilitas sosial dan kesehatan
Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau
menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita
anemia.
b) Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat
diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan
penderita enggan untuk datang ke pusat pelayanan kesehatan
sehingga memperburuk keadaan.
5) Sistem pendukung keluarga
Dalam keberhasilan penanganan anemia pada ibu hamil di suatu
keluarga diperlukan dukungan dari suami dan anggota keluarga
33
lainnya.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa
yang digunakan, dan efektif tidaknya (keberhasilan) komunikasi
dalam keluarga.
2) Struktur peran
Apakah anggota keluarga sudah menjalankan perannya dalam
keluarga dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita
anemia akan mengalami penurunan aktivitas fisik dalam
melaksanakan peran.
3) Struktur kekuatan keluarga
Sejauh mana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat
dalam mengatasi masalah anemia yang ada di keluarga.
4) Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,
yang berhubungan dengan kesehatan. Kebudayaan/keyakinan
tertentu, misal “bapak makan dulu, ibu dan anak makan terakhir”
dapat mempengaruhi kondisi ibu hamil.
34
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Komunikasi yang tidak efektif di dalam keluarga dapat
mempengaruhi ketidakharmonisan/kehangatan di dalam suatu
keluarga. Sikap saling menghargai dan saling pengertian antar
anggota keluarga diperlukan di dalam anggota keluarga yang
mengalami anemia.
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
3) Fungsi reproduksi
Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko mengalami
anemia pada kehamilan berikutnya, apabila tidak memperhatikan
kebutuhan nutrisi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi
untuk ibu dan untuk yang di kandungnya. Jarak kelahiran yang
terlalu dekat juga dapat menyebabkan anemia. Hal ini dikerenakan
kondisi ibu yang belum pulih dan pemenuhan zat-zat gizi belum
optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang di
kandungnya lagi.
4) Fungsi ekonomi
Pendapatan keluarga yang rendah mempengaruhi keterbatasan
pemenuhan kebutuhan pangan/gizi, dan penggunaan fasilitas
35
keluarga lainnya.
5) Fungsi perawatan keluarga
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan
lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan yang tepat untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang
sakit, memodifikasi dan memelihara lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan tempat tinggalnya.
f. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
a) Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan
b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional bila menghadapi permasalahan
36
2. Pathways Keperawatan Keluarga
(halaman berikutnya)
3. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah:
a. Gangguan zat nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kurang zat gizi.
b. Kurang pengetahuan keluarga b/d ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan anemia.
37
2. Pathways
Volume darah selama kehamilan ↑ (40-50%) peningkatan eritrosit tidak seimbang dengan peningkatan volume darah pengenceran darah (hemodilusi) anemia fisiologis Hb ↓; Ht ↓ (Normal Hb: 12-16 gr/dL; Ht: 37-47%)
Gizi kurang selama hamil Hb ≤ 10gr/dL; Ht ≤ 35% Anemia patologis
Eritrosit/Hb menurun Kapasitas angkut Oksigen dan nutrisi menurun Hipoksia jaringan
- Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan - Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat - Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit - Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan - Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
(Bobak, 2004)
Risiko gg. Tumbuh
kembang bayi
gg. perfusi jaringan
Intoleransi aktivitas
38
3. Intervensi Keperawatan Keluarga
No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Evaluasi
Intervensi Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
1
Gangguan perfusi jaringan b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami anemia kehamilan
pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil adekuat
keluarga mampu : 1.Mengenal anemia pada
ibu hamil dengan : a. Menjelaskan
pengertian anemia kehamilan
b. Menyebutkan penyebab anemia kehamilan
Respon Verbal Respon Verbal
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Hb<11 gr/dl pada ibu hamil Penyebab anemia pada bumil: 1. Kurang makan
makanan bergizi 2. Mengalami suatu
penyakit kronis, seperti: TB paru, cacingan, malaria
3. Gangguan penyerapan (malabsorbsi)
4. ibu sering melahirkan dgn jarak kelahiran
1..1 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian anemia
1..2 Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan kembali pengertian anemia
1..3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga.
1.2.2 Diskusikan dengan keluarga
penyebab anemia. 1.2.3 Anjurkan keluarga untuk
menyebutkan kembali penyebab anemia.
1.2.4 Jelaskan kembali penyebab anemia dengan bahasa yang lebih sederhana jika keluarga belum mencapai standar yang ditentukan.
1.2.5 Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan kel.
39
c. Menyebutkan
tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
2. Keluarga mampu
mengambil keputusan untuk mengatasi anemia pada anggota keluarga : a. Menjelaskan akibat
terjadi bila anemia tidak diatasi
Respon Verbal Respon verbal
dekat Tanda dan gejala anemia: 1. Lemah, letih, loyo,
lesu 2. mata berkunang-
kunang. 3. sering pusing, mual,
tidak nafsu makan 4. kelopak mata, kuku,
dan bibir pucat 5. denyut nadi cepat dan
lemah Akibat lanjut anemia dari ibu hamil: * bagi ibu: 1. mudah pingsan 2. keguguran 3. mudah terkena infeksi 4. proses persalinan yang lama *bagi janin: 1. lahir prematur/BBLR
1.3.1 Diskusikan dengan keluarga
tentang tanda & gejala anemia 1.3.2 Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali tanda dan gejala anemia
1.3.3 Bersama-sama keluarga identifikasi tanda & gejala anemia yang dialami anggota keluarga.
1.3.4 Yakinkan keluarga tentang tanda-tanda anemia membandingkannya sesuai standar normal.
1.3.5 Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.
2.1.1 Beri penjelasan kepada keluarga tentang akibat lanjut dari anemia
2.1.2 Beri kesempatan keluarga bertanya.
2.1.3 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali akibat jika anemia tidak ditangani segera.
2.1.4 Beri reinforcement positif atas
40
b. Mengambil keputusan mencegah anemia kehamilan menjadi bertambah berat
3. Keluarga mampu
merawat anggota keluarga yang mengalami anemia dengan : a. Menjelaskan cara
perawatan anggota keluarga
Respon verbal Respon verbal dan demonstrasi
2. IQ rendah, cacat lahir 3. resti terkena penyakit 4. kematian janin Keluarga mengungkapkan keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan anemia. Cara perawatan anggota keluarga dengan anemia: 1. mengkonsumsi
makanan yang tinggi zat besi, asam folat, juga vitamin B misal telur, sayuran hijau, hati, ikan, kacang ijo
jawaban keluarga.
2.2.1 Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi anemia pada anggota keluarga yang sudah dilakukan.
2.2.2 Kaji pencapaian hasil dari cara yang sudah diterapkan.
2.2.3 Bimbing dan motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi anemia pada anggota keluarga dengan tepat.
2.2.4 Beri reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga
3.1.1 Kaji makanan yang dikonsumsi ibu hamil
3.1.2 Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga dengan anemia
3.1.3 informasikan keluarga zat-zat gizi yang diperlukan saat
41
dengan anemia kehamilan
b. Mendemonstrasikan
cara mengolah makanan dengan benar
Redemon- strasi (respon psikomotor)
serta banyak konsumsi buah-buahan (vitamin C). Ex: jeruk, jambu biji,dll
2. mengkonsumsi tablet besi dan asam folat sesuai program nasional, 60mg/hari
Cara mengolah makanan/memasak sayur dengan benar (sayur dicuci dulu baru kemudian dipotong)
hamil 3.1.4 anjurkan keluarga untuk
konsumsi makanan seimbang dan porsi diperbanyak pada ibu hamil dan anjurkan ibu hamil untuk komsumsi tablet besi dan asam folat
3.1.5 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali apa yang telah disampaikan.
3.1.6 Jelaskan kembali kepada keluarga jika keluarga belum mampu mengungkapkan sesuai dengan standar.
3.1.7 Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga.
3.2.1 Kaji keluarga dalam mengolah
makanan/memasak sayur 3.2.2 Demonstrasikan cara
mengolah makanan/memasak sayur dengan benar
3.2.2 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang telah diajarkan.
3.2.3 Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih memerlukanya
3.2.4 Beri reinforcement positif atas
42
4. Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan untuk merawat anemia kehamilan: a. Melakukan
modifikasi lingkungan sehingga gizi ibu hamil tercukupi.
b. Menjaga kebersihan rumah dan lingkunan tempat tinggal
5. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi kurang. a. Menyebutkan
fasilitas kesehatan yang tersedia.
Respon verbal Respon verbal
Keluarga mengungkapkan keinginan untuk memodifikasi lingkungan dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan keluarga untuk mengatasi gizi kurang/anemia pada anggota keluarga 1. Puskesmas 2. Rumah Sakit 3. Dokter/bidan praktik
upaya keluarga. 4.2.1 kaji kemampuan keluarga
memodifikasi lingkungan guna mengatasi gizi kurang/anemia pada anggota keluarga.
4.2.2 Kenali kepada keluarga bahan makanan penukar yang mampu dijangkau keluarga.
4.2.3 Anjurkan keluarga untuk menanam sayuran di pekarangan dan memelihara ayam
4.2.4 Anjurkan keluarga untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
4.2.5 Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.
5.1.1 Diskusikan jenis-jenis
pelayanan kesehatan yang dapat digunakan keluarga dalam mengatasi gizi kurang(anemia) pada anggota keluarga.
5.1.2 Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan yang akan
43
b. Menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan.
c. Memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Respon Verbal Respon verbal
Manfaat fasilitas kesehatan: 1. Memberi informasi/
tentang cara perawatan gizi kurang(anemia).
2. Memberi pengobatan terhadap anemia yang dialami anggota keluarga.
3. screening kehamilan Kunjungan keluarga ke fasilitas kesehatan untuk membawa anggota keluarga periksa atau berobat
digunakan. 5.1.3 Beri pujian atas pilihan
keluarga.
5.2.1 Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan.
5.2.2 Diskusikan dengan keluarga manfaat dan fasilitas kesehatan.
5.2.3 Tanyakan kembali pada keluarga manfaat fasilitas kesehatan.
5.2.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga.
5.3.1 Motivasi keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kes. 5.3.2 Evaluasi penggunaan
fasilitas kesehatan oleh keluarga.
5.3.3 Beri reinforcement positif jika keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan