bab ii konsep dasar -...

38
6 BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga ( Duval dan Logan, 1986). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan Maglaya, 1989). Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (DEPKES RI, 1998). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah: a. terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.

Upload: duongtuong

Post on 27-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional

serta sosial dari tiap anggota keluarga ( Duval dan Logan, 1986).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di

dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Bailon dan Maglaya, 1989).

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di

suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(DEPKES RI, 1998).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik keluarga adalah:

a. terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan, atau adopsi.

7

b. anggota keluarga biasanya hidup bersama (satu atap) atau jika terpisah

mereka tetap memperhatikan satu sama lain.

c. anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik.

d. mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Tipe Keluarga

a. Tipe keluarga tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family), terdiri atas ayah, ibu, dan anak

(kandung atau angkat) yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan

oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Keluarga Besar (Extended Family), terdiri atas keluarga inti

ditambah dengan keluarga yang mempunyai hubungan darah,

misalnya: kakek, nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan

sebagainya.

3) Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan baru dari keluarga inti

melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan

satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan

lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat

bekerja di luar rumah.

4) Keluarga “Dyad”(Dyadic Nuclear), terdiri atas suami istri yang

8

sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satunya

bekerja di luar rumah.

5) Keluarga duda/janda (Single Family), terdiri atas satu orang tua

(ayah/ibu) akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-

anaknya dapat tinggal di dalam/di luar rumah.

6) Single Adult, yaitu wanita/pria dewasa yang tinggal sendiri dengan

tidak adanya keinginan untuk menikah.

b. Tipe Keluarga Non-Tradisional

1) Unmarried Parent and child, yaitu keluarga yang terdiri dari satu

orang tua (biasanya ibu) dengan anak dari hubungan tanpa

nikah/perkawinan yang tidak dikehendaki.

2) Commune Family, yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan

anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, hidup bersama dalam

satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama:

sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau

membesarkan anak bersama.

3) The non-marital heterosexual cohibitang family, yaitu keluarga yang

hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

4) Gay and Lesbian Family, yaitu seseorang yang mempunyai

persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital

partness).

9

5) Cohibing Couple, dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama

tanpa pernikahan.

3. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan proses komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan fungsional apabila dilakukan

secara terbuka, jujur, melibatkan emosi, menyelesaikan konflik

keluarga, berpikiran positif, dan tidak mengulang isu/pendapat sendiri.

b. Struktur peran

Serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang

diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal/informal.

c. Struktur kekuatan dan nilai

Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi atau

merubah prilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur kekuatan: hak

(legitimate power); ditiru (referent power); keahlian (expert power);

hadiah (reward power); paksa (coercive power); dan afektif power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap/keyakinan yang mengikat anggota

keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola prilaku

yang baik/diterima pada lingkungan sosial/masyarakat.

10

4. Fungsi Keluarga

a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara

dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan

kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas

pada keluarga.

c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-

masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.

d. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk prilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya

sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

Friedman (1988) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai

berikut:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berkaitan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi

afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota

11

keluarga. Tiap anggota keluarga mengembangkan iklim yang positif.

Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam

keluarga. Adanya perceraian, kenakalan anak, atau masalah lain yang

sering timbul dalam keluarga dikarenakan fungsi afektif yang tidak

terpenuhi. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk

melaksanakan fungsi afektif:

1) Memelihara saling asuh (mutual nurturance)

Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan

saling mendukung antar anggota. Setiap anggota yang mendapat

kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain, maka

kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,

sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.

Hubungan intim dalam keluarga merupakan modal dasar dalam

membina hubungan dengan orang lain di luar keluarga/masyarakat.

Prasyarat untuk mencapai saling asuh adalah komitmen dasar dari

masing-masing pasangan dan hubungan perkawinan yang secara

emosional memuaskan dan terpelihara.

2) Keseimbangan saling menghargai

Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim

yang positif dimana tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan

dan haknya sebagai orang tua maupun sebagai anak, sehingga

fungsi afektif akan tercapai. Keseimbangan saling menghormati

dapat dicapai apabila setiap anggota keluarga menghormati hak,

12

kebutuhan, dan tanggung jawab anggota keluarga yang lain. Orang

tua perlu menyediakan struktur yang memadai dan panduan yang

konsisten sehingga batas-batas bisa dibuat dan dipahami. Namun

perlu dibentuk fleksibilitas dalam sistem keluarga agar memberikan

ruang gerak bagi kebebasan untuk berkembang menjadi individu.

3) Pertalian/ikatan dan identifikasi

Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari kebutuhan-

kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian(bonding) atau

kasih sayang (attachment). Ikatan dimulai sejak pasangan sepakat

untuk memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus

mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-

anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang

tuanya.

4) Keterpisahan dan Kepaduan

Untuk merasakan dan memenuhi kebutuhan psikologis, anggota

keluarga harus mencapai pola keterpisahan (separatness) dan

keterpaduan (connectedness) yang memuaskan. Anggota keluarga

berpadu dan berpisah satu sama lain. Setiap keluarga menghadapi

isu-isu keterpisahan dan kepaduan dengan cara yang unik.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

13

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial (Friedman, 1986).

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia

akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian

beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan

sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam

bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga

dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar didiplin, belajar

norma-norma, budaya, dan prilaku melalui hubungan dan interaksi di

dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi

kebutuhan biologis pada pasangan tujuan membentuk keluarga adalah

untuk meneruskan keturunan, sehingga menambah sumber daya

manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, dan

tempat tinggal maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan

14

dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga

dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga

yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup/mampu

menyelesaikan masalah kesehatan. Tugas kesehatan keluarga adalah

sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga/orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara

tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahannya.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai

kemampuan untuk memutuskan sebuah tindakan. Tindakan

kesehatan yang dilakukan diharapkan tepat agar masalah kesehatan

yang tejadi dapat dikurangi atau teratasi.

15

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi

jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesahatan perlu memperoleh

tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan

kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi

bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki

waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal.

Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang

ketenangan, keindahan, ketentraman, dan dapat menunjang derajat

kesehatan bagi anggota keluarga.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan kesehatan, keluarga harus dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya, sebagai

contoh: keluarga dapat berkonsultasi kepada tenaga keperawatan

untuk memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya,

sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.

16

5. Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi dari waktu

ke waktu, meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota

keluarga. Duvall membagi 8 tahap perkembangan keluarga dengan anak

tertua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan. Siklus

perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap

kerangka kerja dan setiap tahapnya keluaraga memiliki tugas

perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui

dengan sukses. Berikut tahap-tahap perkembangan keluarga:

a. Tahap I: Keluarga baru/pasangan baru

b. Tahap II: Keluarga dengan “child bearing”

c. Tahap III: Keluarga dengan anak pra sekolah

d. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah

e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja

f. Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa/pelepasan

g. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan

h. Tahap VIII: keluarga usia lanjut

6. Keperawatan Kesehatan Keluarga

a. Definisi

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit

atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui

17

perawatan sebagai saran/penyalur (Murwani, 2007).

b. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan

1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga

yang menyangkut kehidupan masyarakat

2) Keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya

3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan

akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam

memelihara kesehatan para anggotanya.

5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

berbagai upaya kesehatan masyarakat.

B. Konsep Penyakit

1. Pengertian Anemia

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin

(Hb) dibawah 11 gr% pada trisemester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada

trisemester II (Saifudun, 2002). Pada daerah dengan ketinggian tertentu,

misalnya pada ketinggian 1500m di atas permukaan laut, kadar Hb < 14

gr/dl mengindikasikan anemia (Bobak, 2004).

18

Umumnya anemia dalam kehamilan disebabkan karena kekurangan zat

gizi/defisiensi zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang

disebabkan kekurangan zat besi (Fe) sebagai pembentuk sel darah merah,

sehingga kapasitas daya angkut oksigen dan sari-sari makanan untuk

kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia

ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO (1972) yang ditetapkan dalam 3

kategori, yaitu: normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia

berat (kurang dari 8 g/dl).

2. Anatomi fisiologi kehamilan dan eritrosit

a. Perubahan pada sistem reproduksi dan payudara

1) Uterus

Rahim yang besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami

hiperplasi (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru) dan

hipertropi (pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang

sudah ada) sehingga menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. Selama

bulan-bulan pertama kehamilan, terjadi peningkatan ukuran pembuluh

darah dan pembuluh limfe uterus. Akibatnya terjadi vaskularisasi,

kongesti, dan edema. Ketiga hal ini kemungkinan besar menyebabkan

pelunakan uterus secara keselurahan dan bila dikombinasikan dengan

hipertrofi kelenjar serviks, menyebabkan munculnya tanda Chadwick

(warna kebiruan/keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk

19

lubang vagina pada serviks), tanda Goodel (pelunakan serviks dari

yang tadinya sekeras ujung hidung, pada kondisi tidak hamil melunak

menjadi seperti bibir pada kondisi hamil), dan tanda Hegar (kondisi

istmus menjadi lunak dan mudah tertekan (Varney, 2006). Peningkatan

stimulasi estrogen dan progesteron pada serviks menghasilkan cairan

mukoid berlebihan, sehingga membentuk sumbatan mukus

(operkulum). Operkulum bekerja sebagai barier terhadap invasi bakteri

selama masa hamil.

2) Vagina dan vulva

Terjadi hipervaskularisasi karena pengaruh estrogen dan progesteron,

sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks).

Selama masa hamil, pH sekresi vagina menjadi lebih asam.

Peningkatan pH ini membuat wanita hamil lebih rentan tehadap infeksi

vagina, khususnya infeksi jamur. Struktur eksterna vulva membesar

akibat peningkatan vaskulator, hipertrofi badan perineum dan deposisi

lemak.

3) Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,

terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan

ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan

pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, dan tidak terjadi siklus

hormonal menstruasi

20

4) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara

dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron, dan

somatomammotropin. Putting susu dan areola menjadi lebih

berpigmen dan dikelilingi oleh kelenjar-kelenjar sebasea yang

menonjol (tuberkel montgomery).

b. Perubahan pada sistem kardiovaskuler/sirkulasi

1) Volume dan komposisi darah

Volume darah selama kehamilan akan meningkat kurang lebih 40-50%

untuk memenuhi kebutuhan plasenta (Farrer, 1999). Volume darah

meningkat sekitar 1500 mL (primigravida: 1250 mL, multigravida :

1500 mL, kehamilan kembar: 2000 mL). Nilai normal volume darah:

8% dari berat badan normal dan berjumlah sekitar 4 liter pada wanita

(Muttaqin, 2009). Peningkatan volume merupakan mekanisme

protektif. Keadaan ini sangat penting untuk: (1) sistem vaskuler yang

mengalami hipertrofi akibat pembesaran uterus, (2) hidrasi jaringan

janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri atau telentang, dan (3)

cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang selama proses

melahirkan dan puerperium (nifas). Vasodilatasi perifer

mempertahankan tekanan darah tetap normal walaupun volume darah

ibu hamil meningkat (Bobak, 2004).

21

Selama hamil terjadi percepatan produksi sel darah merah, untuk

mengimbangi pertumbuhan janin. Jika ibu mengkonsumsi suplemen

besi, sel darah merah meningkat sekitar 30% (normal 4-5,5 juta/mm3)

pada kehamilan aterm. Apabila tidak mengonsumsi suplemen besi, sel

darah merah hanya meningkat 17% pada beberapa wanita (Bobak,

2004). Peningkatan sel darah merah tidak seimbang dengan

peningkatan volume darah, sehingga terjadi pengenceran darah

(hemodilusi) yang disertai anemia fisiologis, yaitu nilai Hb dan Ht

turun dari normal (Hb:12-16 g/dL; Ht:37-47%). Apabila nilai Hb ≤ 10

gr/dL atau bila Ht ≤ 35%, wanita dalam keadaan anemik.

Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-

antibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila

leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit meningkat sampai 300.000-

600.000/mm3, tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada

kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl

(normal 250-350 mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total

meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi

penurunan albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin

alfa-1, alfa-2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat

(www.artanto.com).

2) Tekanan darah

Curah jantung meningkat dari 30-50%. Peningkatan curah jantung

akibat peningkatan volume darah. Jantung harus memompa dengan

22

kekuatan yang lebih besar, khususnya pada saat menjelang

aterm/persalinan. Progesteron akan menimbulkan relaksasi otot-otot

polos dan menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah yang akan

mengimbangi peningkatan kekuatan dari jantung. Dengan demikian,

tekanan darah harus tetap atau mendekati nilai pada keadaan tidak

hamil. Walaupun demikian, seorang wanita hamil cenderung

mengalami hipotensi supinasio kalau berbaring telentang, karena vena

kava inferior akan tertekan oleh isi uterus yang berat.

c. Perubahan pada sistem pernapasan

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan

laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan

payudara. Selain itu terjadi desakan diafragma karena dorongan uterus.

Ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-25 % dari biasanya.

Sesak napas dan pernapasan yang cepat akan membuat ibu hamil merasa

lelah, hal ini dikarenakan saat kehamilan kerja jantung dan paru-paru

lebih berat.

d. Perubahan pada sistem pencernaan

Selama hamil akan terjadi peningkatan metabolisme, dimana kebutuhan

nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan

ASI. Perubahan metabolisme kehamilan antara lain:

1) Metabolisme basal naik sebesar 15 % sampai 20 % dari semula,

23

terutama trisemester ketiga.

2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq/L

menjadi 145 mEq/L karena hemodilusi darah dan kebutuhan mineral

yang diperlukan janin.

3) Kebutuhan protein, kalori, dan zat mineral meningkat untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ

kehamilan, serta persiapan laktasi.

4) Berat badan ibu hamil bertambah.

Selain perubahan metabolisme, juga terjadi perubahan pada sistem

pencernaan, antara lain:

1) Terjadi refluks asam lambung (heart burn). Peningkatan progesteron

yang menyebabkan relaksasi sfingter kardiak, sehingga terjadi

regurgitasi isi lambung ke dalam esofagus bagian bawah.

2) Terjadi mual dan sakit kepala, terutama pagi hari (morning sickness)

sering ditemui pada bulan awal kehamilan. Hal ini akibat perubahan

pada saluran cerna dan peningkatan hCG dalam darah (Bobak,2004).

3) Karene sering muntah dan hygiene gigi yang kurang menyebabkan

masalah pada gigi.

4) Progesteron yang meningkat menyebabkan gerak usus makin

berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.

e. Perubahan pada sistem perkemihan

Pengaruh desakan hamil muda atau pembesaran rahim seiring dengan

24

bertambahnya usia kehamilan menyebababkan kandung kemih tertekan

sehingga terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.

f. Perubahan pada sistem integumen

Kelenjar hipofise anterior yang dirangsang oleh kadar estrogen yang

tinggi akan meningkatkan sekresi hormon MSH (melanophore

stimulating hormon) yang menyebabkan hiperpigmentasi pada putting

dan areola mamae, juga bisa muncul “kloasma”-topeng kehamilan pada

wajah, dan muncul linea nigra (garis tengah abdomen). Selain itu terjadi

bekas-bekas regangan kehamilan (striae gravidarum) pada perut,

payudara, dan pantat (Farrer, 1999).

f. Sel darah merah

Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram bikonkaf yang tidak

berinti dan berdiameter sekitar 8 µm. namun sangat fleksible, sehingga

mampu melewati kapiler yang diamternya 4 µm. Tebal bagian tepi 2

µm, pada bagian tengah tebalnya hanya 1 µm atau kurang. Membran sel

darah merah sangat tipis, sehingga gas seperti oksigen dan

karbondioksida dapat dengan mudah berdifusi melaluinya. Sel darah

merah dewasa terdiri atas hemoglobin yang menyusun sampai 95%

masaa sel. Hemoglobin ini berfungsi sebagai alat pengangkut oksigen

antara paru dan jaringan. Untuk produksi eritrosit normal, sumsum

tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin (vitamin

25

B6) dan faktor lainnya. Defisiensi faktor-faktor tersebut selama

eritropoesis mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah dan

anemia (Muttaqin, 2009).

3. Etiologi

a. Kurang asupan gizi (malnutrisi)

b. Kurang zat besi dalam diit

c. Mal-absorbsi (gangguan penyerapan), karena gangguan pencernaan atau

konsumsi substansi penghambat zat besi seperti kopi, teh.

d. Penyakit-penyakit kronis, seperti: TB Paru, infeksi cacing tambang dan

malaria.

e. Kehilangan banyak darah akibat persalinan yang lalu atau ibu sering

melahirkan dengan jarak kelahiran yang dekat dan mengandung janin

kembar juga bisa menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi kena anemia.

4. Patofisiologi

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah

membawa sari makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh, baik ibu

maupun janin. Pada waktu hamil jumlah darah akan meningkat, sehingga

kebutuhan ibu hamil terhadap zat besi dan juga zat-zat lain pembentuk darah

akan sangat tinggi. Itulah sebabnya ibu hamil sangat dianjurkan banyak

mengkonsumsi makanan yang bergizi. Jika gizi pada waktu hamil kurang,

26

akan berakibat pada kesehatan ibu begitu juga pertumbuhan dan

perkembangan janin, karena suplai nutrient ke janin terganggu/kurang.

Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu,

nafas pendek, muka pucat, susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa lelah

yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena otak, jantung, dan organ tubuh

lainnya mengalami kekurangan distribusi oksigen dan nutrisi dari dalam

darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena

berusaha mengkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah

lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun,

menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah

terinfeksi. Jika kondisi ini berlangsung lama dan menyertai komplikasi lain

(misalnya, preeklampsia) maka kerja jantung menjadi berat dan bisa

menyebabkan gagal jantung kongestif.

5. Manifestasi klinis

a. 4 L (Letih, Lemah, Lesu, Loyo)

b. Mata berkunang-kunang

c. Sering pusing, mual, tidak nafsu makan

d. Kelopak mata, kuku, dan bibir dalam pucat

e. Denyut nadi cepat dan lemah (lebih dari 100x/menit)

f. Napas pendek (pada anemia berat)

27

6. Penatalaksanaan

a. Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi, asam folat, juga vitamin B.

Misal: hati, daging, telur, ikan, susu, buncis, sayuran berwarna hijau tua,

dan kacang-kacangan seperti tempe, kacang ijo, susu kedelai.

b. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C,

seperti: jeruk, jambu biji, tomat, mangga, apel hijau.

c. Menghindari konsumsi minuman yang menghambat penyerapan zat besi

di dalam tubuh, misal: kopi dan teh.

d. Mengkonsumsi tablet besi sesuai program nasional yaitu 60 mg/hari dan

50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. Jika penderita tidak

dapat menoleransi besi oral maka pemberian dapat dilakukan dengan

terapi besi parenteral. Pemberian preparat parenteral dengan ferum

dextran sebanyak 1000 mg (20 mg)/ IV atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus,

dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Saifudin, 2002).

7. Komplikasi Anemia

a. Akibat anemia pada ibu hamil

1) Mudah pingsan

2) Keguguran

3) Proses persalinan yang lama

4) Kematian pada ibu

5) Mudah terkena infeksi

6) Luka persalinan sukar sembuh

28

b. Akibat anemia pada janin

1) Lahir prematur/berat badan rendah

2) Resiko tinggi terkena penyakit

3) IQ rendah, cacat lahir/bawaan

4) Kematian janin

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anemia Bumil

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke

dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat

perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan

koping keluarga.

a. Identifikasi data

1) Data kepala keluarga

Data kepala keluarga yang meliputi nama kepala keluarga,

pekerjaan, pendidikan kepala keluarga serta alamat tinggal

keluarga.

2) Komposisi keluarga

Meliputi daftar anggota keluarga, termasuk: nama, umur,

pendidikan, status imunisasi anggota keluarga.

a) Umur ibu hamil

Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi

wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-

29

35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara biologis

belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum

matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan zat-zat

gizi selama kehamilannya, sedangkan pada usia lebih dari 35

tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan

tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini.

Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat

mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu

hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al

(1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat

kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi

anemia semakin besar.

WHO melaporkan bahwa setengah ibu hamil mengalami

anemia, secara global 55% dimana secara bermakna trimester III

lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan trimester I

dan II. Masalah ini disebabkan kurangnya defesiensi zat besi

dengan defisiensi zat gizi lainnya (Mc Carthy dan Maine, 1992).

b) Jenis kelamin

Pada umumya anemia lebih sering pada wanita daripada

pria. Karena wanita sangat menjaga bentuk tubuhnya, sehingga

memperhatikan apa yang dikonsumsi. Terlebih lagi ibu hamil

yang mengalami hemodilusi pada saat hamil, sehingga ibu hamil

30

lebih rentan mengalami anemia.

3) Status sosial ekonomi

Keadaan status ekonomi yang rendah mempengaruhi dalam

kecukupan pemenuhan gizi keluarga.

4) Pendidikan

Keadaan ekonomi yang rendah juga sangat berkaitan dengan

masalah penggunaan fasilitas pendidikan. kurangnya pengetahuan

tentang masalah anemia membuat keluarga tidak mampu merawat

penderita dengan baik.

5) Budaya

Budaya/kebiasaan yang mendukung terjadinya anemia antara

lain kebiasaan “bapak makan dulu, ibu dan anak makan terakhir”,

sebagai penghormatan terhadap bapak. Hal ini menyebabkan gizi

ibu dan anak tidak terpenuhi secara optimal. Kebiasaan ibu hamil

dilarang keluar rumah, juga merupakan faktor predisposisi kejadian

anemia, dimana ibu mengalami kekurangan informasi/pelayanan

kesehatan tentang perawatan saat kehamilan.

6) Aktivitas rekreasi keluarga

Aktivitas yang dilakukan secara bersama-sama dengan

keluarga, frekuensi aktivitas anggota keluarga dan penggunaan

waktu senggang secara bersama-sama.

31

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga yang berisiko mengalami masalah

anemia adalah tahap perkembangan keluarga pasangan baru, karena

belum mengetahui tentang diet bagi ibu hamil,karena merupakan

kehamilan yang pertama baginya. Adapun tugas perkembangan

keluarga dengan pasangan baru/pemula (Friedman, 1998):

membangun perkawinan yang saling memuaskan; menghubungkan

jaringan persaudaraan secara harmonis; keluarga berencana

(keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua), dimana kehamilan

berencana masuk didalamnya.

2) Riwayat keluarga inti

Keluarga yang mempunyai riwayat TB paru pada anggota

keluarganya, memungkinkan resiko anemia pada ibu hamil yang

menderita TB paru.

c. Data lingkungan

1) Karakteristik rumah

Kondisi rumah yang kurang sinar matahari, perabotan rumah yang

berantakan, keadaan rumah yang kotor, dan sanitasi yang jelek

memperparah kondisi anemia pada ibu hamil. Sehingga resiko

komplikasi dari anemia memungkinkan terjadi, misalkan sang ibu

mudah mengalami sakit infeksi.

32

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

Keluarga yang hidup di suatu komunitas yang mempunyai

kebudayaan/keyakinan tertentu, misal “bapak makan dulu, ibu dan

anak makan terakhir” atau berpantang makan-makanan tertentu

selama hamil dapat mempengaruhi kondisi ibu hamil.

3) Mobilitas geografis keluarga

Status rumah yang dihuni keluarga apakah rumah sendiri atau

menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah

dari daerah mana.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

a) Fasilitas sosial dan kesehatan

Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau

menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita

anemia.

b) Fasilitas transportasi

Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat

diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan

dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan

penderita enggan untuk datang ke pusat pelayanan kesehatan

sehingga memperburuk keadaan.

5) Sistem pendukung keluarga

Dalam keberhasilan penanganan anemia pada ibu hamil di suatu

keluarga diperlukan dukungan dari suami dan anggota keluarga

33

lainnya.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa

yang digunakan, dan efektif tidaknya (keberhasilan) komunikasi

dalam keluarga.

2) Struktur peran

Apakah anggota keluarga sudah menjalankan perannya dalam

keluarga dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita

anemia akan mengalami penurunan aktivitas fisik dalam

melaksanakan peran.

3) Struktur kekuatan keluarga

Sejauh mana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat

dalam mengatasi masalah anemia yang ada di keluarga.

4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,

yang berhubungan dengan kesehatan. Kebudayaan/keyakinan

tertentu, misal “bapak makan dulu, ibu dan anak makan terakhir”

dapat mempengaruhi kondisi ibu hamil.

34

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Komunikasi yang tidak efektif di dalam keluarga dapat

mempengaruhi ketidakharmonisan/kehangatan di dalam suatu

keluarga. Sikap saling menghargai dan saling pengertian antar

anggota keluarga diperlukan di dalam anggota keluarga yang

mengalami anemia.

2) Fungsi sosialisasi

Keluarga dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan perilaku.

3) Fungsi reproduksi

Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko mengalami

anemia pada kehamilan berikutnya, apabila tidak memperhatikan

kebutuhan nutrisi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi

untuk ibu dan untuk yang di kandungnya. Jarak kelahiran yang

terlalu dekat juga dapat menyebabkan anemia. Hal ini dikerenakan

kondisi ibu yang belum pulih dan pemenuhan zat-zat gizi belum

optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang di

kandungnya lagi.

4) Fungsi ekonomi

Pendapatan keluarga yang rendah mempengaruhi keterbatasan

pemenuhan kebutuhan pangan/gizi, dan penggunaan fasilitas

35

keluarga lainnya.

5) Fungsi perawatan keluarga

Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan

lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan yang tepat untuk

melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang

sakit, memodifikasi dan memelihara lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan tempat tinggalnya.

f. Stres dan koping keluarga

1) Stresor jangka pendek dan jangka panjang

a) Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan

b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi disfungsional bila menghadapi permasalahan

36

2. Pathways Keperawatan Keluarga

(halaman berikutnya)

3. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah:

a. Gangguan zat nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kurang zat gizi.

b. Kurang pengetahuan keluarga b/d ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga dengan anemia.

37

2. Pathways

Volume darah selama kehamilan ↑ (40-50%) peningkatan eritrosit tidak seimbang dengan peningkatan volume darah pengenceran darah (hemodilusi) anemia fisiologis Hb ↓; Ht ↓ (Normal Hb: 12-16 gr/dL; Ht: 37-47%)

Gizi kurang selama hamil Hb ≤ 10gr/dL; Ht ≤ 35% Anemia patologis

Eritrosit/Hb menurun Kapasitas angkut Oksigen dan nutrisi menurun Hipoksia jaringan

- Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan - Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat - Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit - Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan - Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

(Bobak, 2004)

Risiko gg. Tumbuh

kembang bayi

gg. perfusi jaringan

Intoleransi aktivitas

38

3. Intervensi Keperawatan Keluarga

No Diagnosa

Keperawatan Tujuan Evaluasi

Intervensi Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

1

Gangguan perfusi jaringan b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami anemia kehamilan

pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil adekuat

keluarga mampu : 1.Mengenal anemia pada

ibu hamil dengan : a. Menjelaskan

pengertian anemia kehamilan

b. Menyebutkan penyebab anemia kehamilan

Respon Verbal Respon Verbal

Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Hb<11 gr/dl pada ibu hamil Penyebab anemia pada bumil: 1. Kurang makan

makanan bergizi 2. Mengalami suatu

penyakit kronis, seperti: TB paru, cacingan, malaria

3. Gangguan penyerapan (malabsorbsi)

4. ibu sering melahirkan dgn jarak kelahiran

1..1 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian anemia

1..2 Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan kembali pengertian anemia

1..3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga.

1.2.2 Diskusikan dengan keluarga

penyebab anemia. 1.2.3 Anjurkan keluarga untuk

menyebutkan kembali penyebab anemia.

1.2.4 Jelaskan kembali penyebab anemia dengan bahasa yang lebih sederhana jika keluarga belum mencapai standar yang ditentukan.

1.2.5 Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan kel.

39

c. Menyebutkan

tanda dan gejala anemia pada ibu hamil

2. Keluarga mampu

mengambil keputusan untuk mengatasi anemia pada anggota keluarga : a. Menjelaskan akibat

terjadi bila anemia tidak diatasi

Respon Verbal Respon verbal

dekat Tanda dan gejala anemia: 1. Lemah, letih, loyo,

lesu 2. mata berkunang-

kunang. 3. sering pusing, mual,

tidak nafsu makan 4. kelopak mata, kuku,

dan bibir pucat 5. denyut nadi cepat dan

lemah Akibat lanjut anemia dari ibu hamil: * bagi ibu: 1. mudah pingsan 2. keguguran 3. mudah terkena infeksi 4. proses persalinan yang lama *bagi janin: 1. lahir prematur/BBLR

1.3.1 Diskusikan dengan keluarga

tentang tanda & gejala anemia 1.3.2 Motivasi keluarga untuk

mengulang kembali tanda dan gejala anemia

1.3.3 Bersama-sama keluarga identifikasi tanda & gejala anemia yang dialami anggota keluarga.

1.3.4 Yakinkan keluarga tentang tanda-tanda anemia membandingkannya sesuai standar normal.

1.3.5 Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

2.1.1 Beri penjelasan kepada keluarga tentang akibat lanjut dari anemia

2.1.2 Beri kesempatan keluarga bertanya.

2.1.3 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali akibat jika anemia tidak ditangani segera.

2.1.4 Beri reinforcement positif atas

40

b. Mengambil keputusan mencegah anemia kehamilan menjadi bertambah berat

3. Keluarga mampu

merawat anggota keluarga yang mengalami anemia dengan : a. Menjelaskan cara

perawatan anggota keluarga

Respon verbal Respon verbal dan demonstrasi

2. IQ rendah, cacat lahir 3. resti terkena penyakit 4. kematian janin Keluarga mengungkapkan keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan anemia. Cara perawatan anggota keluarga dengan anemia: 1. mengkonsumsi

makanan yang tinggi zat besi, asam folat, juga vitamin B misal telur, sayuran hijau, hati, ikan, kacang ijo

jawaban keluarga.

2.2.1 Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi anemia pada anggota keluarga yang sudah dilakukan.

2.2.2 Kaji pencapaian hasil dari cara yang sudah diterapkan.

2.2.3 Bimbing dan motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi anemia pada anggota keluarga dengan tepat.

2.2.4 Beri reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga

3.1.1 Kaji makanan yang dikonsumsi ibu hamil

3.1.2 Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga dengan anemia

3.1.3 informasikan keluarga zat-zat gizi yang diperlukan saat

41

dengan anemia kehamilan

b. Mendemonstrasikan

cara mengolah makanan dengan benar

Redemon- strasi (respon psikomotor)

serta banyak konsumsi buah-buahan (vitamin C). Ex: jeruk, jambu biji,dll

2. mengkonsumsi tablet besi dan asam folat sesuai program nasional, 60mg/hari

Cara mengolah makanan/memasak sayur dengan benar (sayur dicuci dulu baru kemudian dipotong)

hamil 3.1.4 anjurkan keluarga untuk

konsumsi makanan seimbang dan porsi diperbanyak pada ibu hamil dan anjurkan ibu hamil untuk komsumsi tablet besi dan asam folat

3.1.5 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali apa yang telah disampaikan.

3.1.6 Jelaskan kembali kepada keluarga jika keluarga belum mampu mengungkapkan sesuai dengan standar.

3.1.7 Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga.

3.2.1 Kaji keluarga dalam mengolah

makanan/memasak sayur 3.2.2 Demonstrasikan cara

mengolah makanan/memasak sayur dengan benar

3.2.2 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang telah diajarkan.

3.2.3 Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih memerlukanya

3.2.4 Beri reinforcement positif atas

42

4. Keluarga mampu

memodifikasi lingkungan untuk merawat anemia kehamilan: a. Melakukan

modifikasi lingkungan sehingga gizi ibu hamil tercukupi.

b. Menjaga kebersihan rumah dan lingkunan tempat tinggal

5. Keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi kurang. a. Menyebutkan

fasilitas kesehatan yang tersedia.

Respon verbal Respon verbal

Keluarga mengungkapkan keinginan untuk memodifikasi lingkungan dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan keluarga untuk mengatasi gizi kurang/anemia pada anggota keluarga 1. Puskesmas 2. Rumah Sakit 3. Dokter/bidan praktik

upaya keluarga. 4.2.1 kaji kemampuan keluarga

memodifikasi lingkungan guna mengatasi gizi kurang/anemia pada anggota keluarga.

4.2.2 Kenali kepada keluarga bahan makanan penukar yang mampu dijangkau keluarga.

4.2.3 Anjurkan keluarga untuk menanam sayuran di pekarangan dan memelihara ayam

4.2.4 Anjurkan keluarga untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan

4.2.5 Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.

5.1.1 Diskusikan jenis-jenis

pelayanan kesehatan yang dapat digunakan keluarga dalam mengatasi gizi kurang(anemia) pada anggota keluarga.

5.1.2 Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan yang akan

43

b. Menyebutkan

manfaat fasilitas kesehatan.

c. Memanfaatkan

fasilitas kesehatan

Respon Verbal Respon verbal

Manfaat fasilitas kesehatan: 1. Memberi informasi/

tentang cara perawatan gizi kurang(anemia).

2. Memberi pengobatan terhadap anemia yang dialami anggota keluarga.

3. screening kehamilan Kunjungan keluarga ke fasilitas kesehatan untuk membawa anggota keluarga periksa atau berobat

digunakan. 5.1.3 Beri pujian atas pilihan

keluarga.

5.2.1 Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan.

5.2.2 Diskusikan dengan keluarga manfaat dan fasilitas kesehatan.

5.2.3 Tanyakan kembali pada keluarga manfaat fasilitas kesehatan.

5.2.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga.

5.3.1 Motivasi keluarga untuk

memanfaatkan fasilitas kes. 5.3.2 Evaluasi penggunaan

fasilitas kesehatan oleh keluarga.

5.3.3 Beri reinforcement positif jika keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan