bab ii kisah-kisah al-qur aneprints.unisnu.ac.id/1465/2/bab ii.pdf · terambil dari bahasa arab...
TRANSCRIPT
BAB II
KISAH-KISAH AL-QUR’AN
A. Kisah dalam al-Qur’an
Suatu peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat
menarik pehatian pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan
dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu, rasa ingin tahu
mrupakan factor paling kuat yang dapat menanamkan kesan tersebut ke dalam
hati. Dan nasihat dengan tutur kata yang disampaikan tanpa variasi tidak
mampu menarik perhatian akal, bahkan semua isinya pun tidak dapat
dipahami. Akan tetapi kalau nasehat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang
menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan maka akan terwujud
dengan jelas maknanya. Orangpun akan merasa senang menengarnya,
memperhatikan dengan penuh kerinduan dan rasa ingin tahu, dan pada
gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasehat dan nasehat dan pelajaran yang
terkandung didalamnya. Kesusastraan kisah telah menjadi seni yang khas di
antara seni-seni bahasa dan kesusastraan. Kisah yang benar telah
membuktikan kondisi ini dalam uslub arabi secara jelas dan
menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi yaitu kisah-kisah al-
Qur‟an.
1. Pengertian Kisah
Menurut Quraish Shihab (2013:319) kisah adalah salah satu cara al-
Qur‟an mengantar manusia menuju arah yang dikehendakinya. Kata kisah
terambil dari bahasa arab Qishshah. Kata ini seakar dengan kata Qashsha
yang berarti menelusuri jejak. Sementara ulama‟ mendefinisikan kisah
sebagai menelusuri peristiwa/kejadian dengan jalan menyampaikan/
menceritakannya tahap demi tahap sesuai dengan kronologi kejadiannya.
Dapat ditambahkan bahwa penyampaian itu dapat terjadi dengan
menguraikannya dari awal sampai akhir, bisa juga dalam bagian/episode-
episode tertentu.
Ditemukan dari pengunaan kata qishshah dalam al-Qur‟an bahwa
obyek yang dikisahkan dapat berkaitan dengan:
a. Sesuatu yang benar-benar telah terjadi dialam nyata, seperti peristiwa
yang diceritakan Nabi Musa kepada Nabi Syuaib yang termaktub
dalam surat al-Qashash : 25 sebagai berikut.
Artinya: kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari keduawanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata:"Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar iamemberikan Balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum(ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya(Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenaidirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. kamu telahselamat dari orang-orang yang zalim itu".
b. Sesuatu yang terjadi tidak dialam nyata (empiris), tetapi dalam bentuk
melalui mimpi, seperti pesan Nabi Ya‟qub kepada putra beliau Nabi
Yusuf pada surat Yusuf ayat 5. Sebagai berikut.
Artinya: Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakanmimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka merekamembuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnyasyaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
c. Sesuatu yang bukan peristiwa, tetapi ajaran dan tuntunan. Seperti
firman Allah dalam surat al-An‟am: 57 sebagai berikut.
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yangnyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamumendustakannya. tidak ada padaku apa (azab) yang kamuminta supaya disegerakan kedatangannya. menetapkanhukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yangsebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik".
2. Macam-macam kisah dalam al-Qur‟an
Manna Khalil Aal-Qattan (2013:436) dalam bukunya studi ilmu-
ilmu Qur‟an membagi kisah dalam al-Qur‟an menjadi tiga yaitu:
1. Kisah para nabi, kisah ini mengandung dakwah mereka kepada
kaumnya, mukjzat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap
orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan
perkembangannya serta kaibat yang diterima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan. Seperti kisah nuh,
Ibrahim, Musa, Isa, Isa, Muhammad serta Nabi-nabi dan rasul lainnya.
2. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiaannya.
Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halaman, yang beribu-
ribu jumlahnya karena takut mat, kisah Talut dan Jalut, dua putra
Adam, penghuni gua, Zulkarnain, Karun, orang-orang yang
menangkap ikan pad hari sabtu (ashabus sabti), ksah Maryam dan lain-
lain.
3. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa Rasulullah, seperti perang badar dan perang uhud dalam
surat ali „Imran, perang hunain dan perang tabukdalam surat at-
Taubah, hijrah, peristiwa isra‟ dan lain-lain.
M. Quraish Shihab (2013:321) menyimpulkan tentang kisah-kisah
dalam al-Qur‟an menjadi 2 yaitu:
Pertama, Kalau kisah itu berkaitan dengan tokoh tertentu/sosok
manusia, al-Qur‟an menampilkan sisinya yang perlu diteladani, dan kalau
menampilkan kelemahannya, maka yang ditonjolkan pada akhir
kisah/episode adalah kesadaran yang bersangkutan atau dampak buruk
yang dialaminya.
Kedua, kalau yang dikisahkan keadaan masyarakat, maka yang
ditonjolkan adalah sebab jatuh bangunnya masyarakat sehingga pada
akhirnya dapat disimpulkan apa yang dinamai oleh al-Qur‟an Sunnatullah.
Yakni hukum-hukum kemasyarakatan yang berlaku bagi seluruh
masyarakat manusia kapan dan dimanapun. Memang, ada hukum-hukum
yang berlaku untuk bangkit dan runtuhnya masyarakat, hokum-hukum
yang tak ubahnya dengan hukum alam. Al-Qur‟an adalah kitab pertama
yang memperkenalkan hukum-hukum tersebut.
3. Faedah kisah-kisah al-Qur‟an
Kisah-kisah dalam al-Qur‟an mempunyai banyak faidah. Manna
Khalil Qattan (2013:437) meringkas faidah-faidah tersebut menjadi enam
yaitu:
1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-
pokoksyariat yang dibawa oleh para nabi. Seperti tergambar dalam
surat al-Anbiya‟: 25 sebagaimana berikut.
Artinya: dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamumelainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidakada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlaholehmu sekalian akan aku".
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama
Alla, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya
kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para
pembelanya. Sebagaimana terlukis dalam surat Hud ayat 120 sebagi
berikut.
Artinya: Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakankepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatanbagi orang-orang yang beriman.
3. Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap
mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalan mereka.
4. Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa
yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu
disepanjang kurun dan generasi.
5. Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan
keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan dan menantang
mereka dengan isi kitab merea sendiri sebelum kitab itu diubah dan
diganti. Misalnya firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 93 berikut
ini.
Artinya: semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkanmakanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untukdirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah:"(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkansebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalubacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar".
6. Kisah termasuk dalam bentuk sastra yang dapat menarik perhatian
para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung
didalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf: 111
sebagai berikut.
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaranbagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlahcerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagaipetunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
4. Sikap para cendekia menyangkut kisah-kisah al-Qur‟an.
Dari aneka kisah al-Qur‟an M. Quraish Shihab, (2013:326)
menyimpulkan adanya dua sukap ulama‟/cendekiawan dalam
mengkadapinya:
Sikap pertama, Memahami semua peristiwa dalam kisah-kisah al-
Qur‟an adalah benar-benar terjadi di dunia nyata.
Sikap kedua, sebagian dari kisah-kisah tersebut adalah
simbolik.peristiwa yang diuraikan tidak pernah terjadi di dunia nyata,
namun kandungannya adalah hak dan benar. Untuk yang kedua ini para
ulama‟/cendekiawan penganut pendapat ini mengalihkan makna hakiki
lafad kemakna majazy. Kisah Nabi Isa menghidupkan orang mati, tidak
mereka pahami menghidupkan siapa yang telah terhenti denyut jantungnya
atau tidak berfungsi lagi otaknya, akan tetapi mengkidupkan orang-orang
yang sudah mati hatinya atau hilang semangatnya.
5. Pengaruh kisah-kisah al-Qur‟an dalam pendidikan dan pengajaran.
Manna Khalil al-Qattan (2013:441) menuturkan bahwa tidak
diragukan lagi kisah yang baik dan cermat akan digemari dan menembus
relung jiwa manusia dengan mudah. Segenap perasaan mengikuti alur
kisah tersebut, tanpa merasa jemu atau kesal, seta unsur-unsurnya dapat
dijelajahi akal ia dapat memetik hikmahnya.
Dengan demikian terkadang pelajaran yang disampaikan dengan
metode talqin atau ceramah terkadang membosankan, bahkan tidak dapat
diikuti sepenuhnya oleh generasi muda kecuali dengan sulit dan berat serta
memerlukan waktu yang cukup lama pula. Oleh karena itu metode narasi
(Qashashi) sangat bermanfaat dan mengandung banyak faidah. Pada
umumnya anak-anak senang mendengarkan cerita-cerita, memperhatikan
riwayat kisah, dan ingatannya akan segera menampung apa yang
diceritakan kepadanya kemudian dia menirukan danmengisahkannya.
Fenomena kejiwaan ini yang seharusnya dimanfaatkan oleh
pendidik dalam lapangan pendidikan, khususnya pendidikan agama yang
merupakan inti pendidikan dan soko guru pendidikan.
Kisah merupakan suatu media untuk mengungkapkan kehidupan
atau salah satu program tertentu dari kehidupan yang mencakup satu
peristiwa atau beberapa peristiwa yang disusun secara runtut, serta
harus ada permulaan dan akhirnya. (Muhammad Kamil Hasan:1970:9).
Dalam al-Qur‟an, kisah merupakan suatu metode untuk menyampaikan
pesan moral dan sejarah, mempunyai daya tarik yang kuat bagi jiwa
dan dapat menggugah kesadaran manusia untuk menjadi lebih baik
dan beriman kepada Allah. Bey Arifin (1995:5) meyakini kisah dalam
al-Qur‟an adalah sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi, yang harus
dipelajari dan diteladani karena kisah itu penuh pandangan dan „ibrah.
Terhadap fakta sejarah ini, al-Qur‟an mengingatkan dengan bahasa
yang tajam tentang perlunya manusia bercermin ke masa lampau untuk
mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan adanya kisah-kisah
dalam al-Qur‟an, seperti yang dipetakan oleh Abdul Mustaqim (2013:228),
adalah Pertama, tujuan informatif, yakni memberi informasi tentang
keberadaan kisah yang diceritakan, yaitu tentang tokoh, tempat maupun
peristiwa yang terjadi. Kedua, tujuan justifikasi-korektif, yakni
membenarkan ataupun mengkoreksi kisah-kisah yang pernah
diceritakan di dalam kisah-kisah al-Qur‟an. Ketiga, tujuan edukatif, yakni
bahwa kisah-kisah al-Qur‟an membawa pesan-pesan moral dan nilai-
nilai pendidikan yang bisa dijadikan pelajaran bagi para pembaca dan
pendengarnya.
B. Kisah Anak dalam al-Qur’an
Dalam al-Qur‟an, terdapat banyak kisah yang menceritakan tentang
anak dalam konteks kekeluargaan. Beberapa di antaranya adalah kisah
yang berasal dari kalangan para nabi. Kisah nabi sebagai anak, misalnya Nabi
Ibrahim dengan Azar, Nabi Isma‟il dengan Nabi Ibrahim, dan Nabi Yusuf
dengan Nabi Ya‟qub. Adapun kisah anak nabi, yaitu kisah Kan‟an, putra
Nabi Nuh. Sedangkan kisah anak yang bukan dari golongan nabi, yaitu
Maryam dengan keluarga „Imran.
a. Kisah Kan’an, Putra Nabi Nuh
Dalam al-Qur‟an, kisah tentang Nabi Nuh terdapat dalam Q.S. al-A‟raf
[7]: 59-64, Q.S Hud [11]: 25-48, Q.S. asy-Syu‟ara‟ [26]: 105-121, Q.S al-
Mu‟minun [23]: 23-30, Q.S. al-„Ankabut [29]: 14-15 dan Q.S. al-Qamar [54]:
9-16. Selain itu, kisah Nabi Nuh juga tertulis dalam satu surat bernama Nuh
[71]. Akan tetapi, tidak semua menceritakan kisah beliau dengan anaknya,
Kan‟an, yang menjadi inti dari pembahasan ini. Hanya dalam Q.S Hud
[11]: 42-48 saja terdapat kisah mengenai hal itu.
Nabi Nuh as. adalah rasul pertama yang diutus kepada umat manusia
di muka bumi. Dia adalah salah satu rasul ulul „azmi, selain Nabi Ibrahim as.,
Nabi Musa as, Nabi Isa as. dan Nabi Muhammad saw. Nabi Nuh diutus
kepada kaumnya selama 950 tahun, sebagaimana tersurat secara jelas dalam
surah al ankabut (29):4 berikut ini.
Artinya: dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya,Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang limapuluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan merekaadalah orang-orang yang zalim.
Nama lengkapnya adalah Nuh bin Lamik bin Mutawasylikh bin
Khanuh bin Yarid bin Mahlabil bin Qanin bin Anusy bin Syits bin Adam.
Khanuh adalah nama lain dari nabi Idris. Nabi Nuh mempunyai dua istri. Istri
yang pertama bernama Amrah. Dari Amrah lahir tiga orang anak yang
bernama Sam, Ham dan Yafits. Ketiga anak-anaknya ini adalah termasuk
orang-orang yang beriman. Sedangkan istri yang kedua bernama Wali‟ah.
Dari Waliah ini lahir seorang anak laki-laki bernama Kan‟an. Wali‟ah ini
adalah orang kafir yang dimaksudkan dalam al-Qur‟an surat At-tahrim [66]:
10 berikut ini.
Artinya: “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagaiperumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada dibawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antarahamba-hamba kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepadasuaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapatmembantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan(kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersamaorang-orang yang masuk (jahannam)".
Berdasarkan riwayat Ibnu Abbas bahwa dalam sepuluh abad rentang
jarak masa antara kehidupan Nabi Adam dan Nabi Nuh, semua manusia
berada dalam keimanan. Setelah manusia bertambah banyak, sedikit demi
sedikit mereka mulai beralih menyembah patung dan meninggalkan ibadah
kepada Allah.
Semua nama patung sesembahan diambil dari nama orang-orang
saleh yang hidup pada masa Nabi Nuh. Manakala orang saleh tersebut
meninggal dunia, iblis membujuk manusia agar membuat patung mereka
untuk diletakkan di tempat perkumpulan mereka. Pada awalnya, patung
tersebut tidak disembah, namun generasi berikutnya setelah mereka yang
membuat patungnya meninggal dunia, menjadikan patung-patung tersebut
sebagai sesembahan mereka.
Merespon adanya penyembahan berhala-berhala tersebut, maka Allah
mengutus Nabi Nuh untuk mengajak manusia menyembah Allah swt,
dan meninggalkan penyembahan berhala-berhala tersebut. Akan tetapi
hanya sedikit orang yang mengikuti seruan Nabi Nuh, bahkan orang-orang
yang ingkar tersebut membalasnya dengan ejekan dan tuduhan sebagai orang
gila. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Qamar [54]: 09
Artinya: sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, Maka merekamendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seoranggila dan Dia sudah pernah diberi ancaman).
Menghadapi sikap kaumnya, Nabi Nuh pun mengadu kepada Allah
seperti yang termaktub dalam Q.S. Nuh [71] : 05
Artinya: Nuh berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyerukaumku malam dan siang,
Dan juga pada Q.S. Nuh: 26-27
Artinya: Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpundi antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnyajika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akanmenyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkanselain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.
Menurut pendapat Quraish Shihab (1996:475-476), doa Nabi Nuh di
atas menegaskan bahwa anak-anak orang-orang kafir itu akan menjadi kafir
dan durhaka pula. Hal itu didasarkan pada pengalaman Nabi Nuh selama
ratusan tahun hidup di tengah generasi masyarakatnya. Ketika itu terbukti
betapa besar pengaruh orang tua dalam mendidik anak-anaknya, tentulah
sang anak tidak akan jauh berbeda dari orang tua yag mendidiknya.
Dengan demikian, dapat juga disimpulkan bahwa ucapan Nabi Nuh pada
ayat tersebut merupakan isyarat tentang besarnya pengaruh orang tua
dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak. Ini sejalan dengan
informasi Rasulullah saw. yang menyatakan bahwa‚ Setiap anak dilahirkan
atas keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang membuatnya
Yahudi, Majusi atapun Nasrani. Di sisi lain, pengaruh gen orang tua
yang dominan pun digambarkan oleh kisah keluarga Nabi Nuh. Salah satu
putra Nabi Nuh yang bernama Kan‟an ternyata lebih banyak diperngaruhi
oleh gen ibunya yang kafir. Dan pada akhirnya menjadi anak yang
durhaka dan ikut tenggelam bersama ibu dan para pendurhaka lainnya.
Adapun peristiwa percakapan antara Nabi Nuh dan anaknya, Kan‟an,
terdapat dalam Q.S. Hud [11]: 42-47 berikut ini.
Artinya: dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombanglaksana gunung. dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak ituberada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (kekapal) bersama Kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." anaknya menjawab: "Aku akan mencariperlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!"Nuh berkata: "tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allahselain Allah (saja) yang Maha Penyayang". dan gelombang menjadipenghalang antara keduanya; Maka jadilah anak itu Termasukorang-orang yang ditenggelamkan. dan difirmankan: "Hai bumitelanlah airmu, dan Hai langit (hujan) berhentilah," dan airpundisurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh diatas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim." dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku,Sesungguhnya anakku Termasuk keluargaku, dan Sesungguhnyajanji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yangseadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Diabukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akandiselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya, perbuatan yang tidakbaik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yangkamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya akumemperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." Nuh berkata: Ya Tuhanku,Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepadaEngkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. danSekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak)menaruh belas kasihan kepadaKu, niscaya aku akan Termasukorang-orang yang merugi."
Allah menjawab doa Nabi Nuh dengan firman-Nya Q.S. Hud [11]: 36-37
berikut ini.
Artinya: dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akanberiman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman(saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yangselalu mereka kerjakan. dan buatlah bahtera itu dengan pengawasandan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan denganaku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka ituakan ditenggelamkan.
Mengenai bencana banjir, Allah berfirman dalam Q.S. Hud [11]: 40
sebagai berikut.
Artinya: hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkanair, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu darimasing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dankeluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapanterhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." dantidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
Allah menurunkan hujan selama empat puluh hari empat puluh
malam. Setelah semua penghuni bumi tenggelam kecuali yang selamat
berada di atas perahu, Allah memerintahkan bumi untuk menghisap air yang
memenuhi daratan. Allah juga memerintahkan langit untuk berhenti
memancarkan hujan setelah semua orang kafir binasa. Perahu dengan
semua isinya pun berhenti di bukit Judi.
Dalam kisah di atas – lebih tepatnya – pada penggalan kisah yang
berisi percakapan nabi Nuh dan anaknya, Kan‟an, menunjukkan betapa naluri
manusia begitu cinta kepada anaknya kendati anaknya durhaka kepadanya
dan betapapun anak durhaka melupakan kebaikan dan ketulusan orang tanya.
Nabi Nuh menyeru anaknya dengan panggilan mesra, yaa bunayya. Kata
tersebut merupakan bentuk tasghir dari kata ibni (anakku). Bentuk tersebut
antara lain untuk menggambarkan kasih sayang, karena kasih sayang
biasanya tercurah kepada anak, apalagi yang masih kecil. Kesalahan-
kesalahannya pun ditoleransi, paling tidak atas dasar ia dinilai masih
kecill. Di samping itu, bentuk tersebut bisa mencerminkan kemesraan seperti
antara lain ketika nabi Muhammad saw., menggelari salah seorang sahabat
dengan nama Abu Hurairah. Hurairah adalah bentuk tasghir dari hirrah
(kucing). Di sisi lain, dapat dirasa bagaimana seorang anak durhaka
bukan saja tidak memperkenankan ajakan ayahnya dalam situasi yang
demikian mencekam, tetapi tidak juga menyebutnya sebagai ayah.
Dalam kisah nabi Nuh, dapat dilihat bahwa tidak semua orang yang baik,
bahkan setingkat nabi/rasul, mempunyai keturunan yang baik pula. Atau
dengan kata lain, seseorang, bahkan sekaliber nabi/rasul yang tentu saja tidak
diragukan kedekatannya dengan Allah swt., tidak bisa memberi petunjuk
kepada orang yang dicintainya, termasuk istri dan anaknya sendiri.
b. Kisah Nabi Ibrahim as
Nabi ibrahim dilahirkan di negeri Kaledonia (Babionia), Irak. Beliau
lahir ketika ayahnya berusia 40 Tahun, dari ibu yang bernama Amilah.
Silsilah Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin tarikh bin Nahur bin Sarugh bin
Raghu bin Faligh bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin saam bin Nuh AS.
(Jihad Muhammad Hujjaj 2004:27). Kisahnya dengan sang ayah diabadikan
oleh Allah dalam Q.S. al-An‟am [06]: 74, Q.S. Maryam [19]: 42-48 dan
as-Syu‟ara‟ [25]: 69-104 dan al-Mumtahanah [60]: 04.
Awalnya Nabi Ibrahim tinggal di kota al-Kaldaniyyin, Babilonia
untuk beberapa waktu. Ketika negara tersebut dilanda paceklik, Nabi
Ibrahim memutuskan untuk pergi berhijrah ke Mesir ditemani oleh
istrinya, Sarah dan keponakannya, Nabi Luth a.s. Mesir ketika itu
dikuasai oleh seorang Raja Arab yang diktator.
Ia adalah orang yang memiliki jiwa yang rendah hati, akhlak yang
terpuji, sikap yang luwes, kesabaran yang tinggi dan ulet dalam bekerja. Oleh
sebab itu, dalam jangka waktu yang tidak lama, Nabi Ibrahim mampu
mengumpulkan harta yang banyak dan hewan peliharaan yang terus
bertambah. Akan tetapi, masyarakat yang ada di sekelilingnya merasa
cemburu menyaksikan status sosial Nabi Ibrahim a.s. yang setiap hari terus
bertambah tinggi dan kekayaannya terus melimpah ruah. Rasa iri tersebut
mendorong mereka untuk berbuat aniaya terhadap Nabi Ibrahim. Nabi
Ibrahim dapat merasakan rasa iri masyarakat, sehingga memutuskan untuk
hijrah ke Palestina.
Sebelum beliau berdakwah kepada kaumnya, beliau terlebih dahulu
berdakwah pada bapaknya, Azar (dalam tradisi Yahudi, disebut dengan
Terah). Mengenai apakah Azar adalah ayah biologis Nabi Ibrahim atau
bukan, hal ini masih menjadi hal yang diperdebatkan. Berbagai pendapat
bermunculan terkait hal tersebut. Pendapat pertama mengatakan bahwa
ayah Nabi Ibrahim telah meninggal sebelum Nabi Ibrahim lahir dan
pengasuhan beliau diserahkan kepada pamannya, Azar. Bagi Nabi Ibrahim,
pamannya tersebut sudah layaknya seorang ayah, sehingga beliau
memanggilnya „ayah‟. Ada juga yang mengatakan bahwa Azar yang
dipanggilnya „ayah‟ tersebut memang benar-benar ayah biologis Nabi
Ibrahim. (Ahmad Bahjat, 2008:95)
Dengan perkataan yang lembut, Nabi Ibrahim berusaha mengajak
bapaknya menuju hidayah agar tidak menyembah berhala yang tidak
dapat mendengar, tidak dapat melihat, yang tidak dapat memberi manfaat
dan juga tidak dapat mencegah keburukan dari manusia. Akan tetapi,
Azar tidak mau mendengarkan nasehat Nabi Ibrahim, bahkan mengancam
akan merajam Nabi Ibrahim jika tidak berhenti mencela tuhan-tuhannya.
Perkataan yang kasar dari bapaknya, dijawab dengan penuh santun,
bahwa Nabi Ibrahim mendoakan bapaknya agar diberi keselamatan dan
memintakan ampun baginya. Setelah itu pun, Nabi Ibrahim memutuskan
untuk meninggalkan bapaknya untuk berhijrah ke negeri yang lain. Hal ini
tertulis jelas dalam firman Allah Q.S. Maryam [19]: 41-48.
Artinya: Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (AlQuran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangatmembenarkanlagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepadabapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatuyang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongkamu sedikitpun?. Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datangkepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datangkepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkankepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamumenyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepadaTuhan yang Maha Pemurah.Wahai bapakku, Sesungguhnya akukhawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Mahapemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan". Berkatabapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim?jika kamu tidak berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dantinggalkanlah aku buat waktu yang lama". Berkata Ibrahim:"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akanmemintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Diasangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dandari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepadaTuhanku, Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoakepada Tuhanku".
Dalam kisah nabi Ibrahim dan ayahnya, dapat dilihat bahwa nabi
Ibrahim tidak bisa mengajak ayahnya kepada kebenaran karena tidak
mendapat petunjuk dari Allah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
seseorang, bahkan sekaliber nabi/rasul yang tentu saja tidak diragukan
kedekatannya dengan Allah swt. tidak bisa memberi petunjuk kepada
orang yang dicintainya, termasuk ayahnya sendiri.
Pada Q.S. Maryam [19]: 43, tampak bahwa nabi Ibrahim
menasehati ayahnya tentang ajaran ketauhidan. Pada ayat tersebut, nabi
Ibrahim berusaha meyakinkan ayahnya bahwa ajakan beliau adalah ajaran
kebenaran yang belum didapatkan oleh ayahnya, sehingga nabi Ibrahim
memohon agar ayahnya mengikuti ajakan tersebut. Ayat tersebut seolah-
olah memberi kesan bahwa seseorang yang tidak mengetahui akan suatu
kebenaran, betapapun tingginya derajat orang tersebut, maka wajib baginya
menerima kebenaran/mengikuti nasehat dari orang yang lebih mengetahui.
c. Kisah Nabi Ismail
Nabi Isma‟il adalah leluhur Nabi Muhammad yang merupakan anak
pertama Nabi Ibrahim. Nabi Isma‟il dilahirkan oleh Siti Hajar di Palestina.
Kelahiran Nabi Isma‟il ini menjadi peristiwa yang sangat dinantikan
Nabi Ibrahim, karena selama ini beliau hidup bersama istrinya, Sarah yang
mandul dan Nabi Ibrahim adalah sudah sangat renta.
Pada mulanya, Sarah ikut merasakan kegembiraan atas kelahiran
Nabi Isma‟il. Akan tetapi, tidak lama kemudiaan muncul lah rasa
cemburu yang mendorongnya untuk meminta Nabi Ibrahim membawa jauh
Hajar dan Nabi Isma‟il. Atas perintah Allah, Nabi Ibrahim membawa Hajar
dan Isma‟il ke kota Mekkah yang gersang dengan membawa kantong yang
berisi sedikit makanan dan kantong yang berisi sedikit minuman.
Sesampainya di kota Mekkah, Nabi Ibrahim pun bersiap-siap kembali ke
tempat asalnya. Tatkala itu, Hajar berkata,‛Wahai Ibrahim, apakah anda
hendak pergi dan meninggalkan kami di sini, sedangkan kami tidak
memiliki persediaan makanan yang cukup? ‛Mendangar pertanyaan Hajar,
Nabi Ibrahim memandanginya tanpa memberikan jawaban. Hajar kembali
bertanya, “Wahai Ibrahim, mengapa anda tidak menjawab pertanyaanku?
Apakah Allah memerintahkamu melakukan hal ini?”. Nabi Ibrahim
menjawab, Ya Allah memerintahkanku melakukan hal ini.‛ Mendengar
jawaban tersebut, Hajar berkata,‛ Jika memang demikian, Allah pasti tidak
akan menyia-nyiakan kami‛.
Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya tersebut di dekat
tempat Ka‟bah, di atas sumur zam-zam. Pada saat itu, tidak seorang pun yang
menghuni Mekkah, dan tidak ada sumber air pada saat itu. Setelah itu, beliau
memalingkan wajahnya ke arah Ka‟bah dan berdoa untuk keduanya.
sebagaimana yang dipaparkan dalam al-Qur‟an Q.S. Ibrahim [14]: 37 berikut
ini.
Artinya: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagianketurunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman didekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami(yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, MakaJadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka danberi rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan merekabersyukur.
Hajar menyusui Nabi Isma‟il a.s. dengan dibantu makanan dan minuman
yang diberikan Nabi Ibrahim. Ketika persediaan habis, keduanya merasa
kehausan. Nabi Isma‟il menangis sambil memukul-mukulkan kakinya ke
tanah, sambil memandangi ibunya, meminta minum. Tatkala Hajar
memandangi anaknya, ia merasa takut anaknya akan mati kehausan,
maka ia berlari sampai naik ke bukit Shafa untuk mencari air. Ketika
sampai di bukit Shafa, ia mengelilingi bukit tersebut untuk mencari
pertolongan. Ternyata tidak ada seorang pun yang ditemuinya. Kemudian
ia turun dari bukit Shafa dan menuju bukit Marwa untuk melihat apakah
ada seseorang di sana. Namun, ternyata ia tidak menjumpai seorang pun di
tempat itu. Lalu ia pun kembali ke bukit Shafa dan kembali ke bukit Marwa.
Hal ini dilakukannya sebanyak tujuh kali. Peristiwa ini lah yang menjadi dasar
dilakukannya sa‟i dalam ibadah haji.
Tatkala sampai di Marwa, ia mendengar ada yang berbisik
kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri,‛Diam‛. Ketika ia
kembali memasang pendengarannya, kembali ia mendengar bisikan
tersebut. Bisikan tersebut berkata kepadanya,‛Aku memberitahukan
kepadamu bahwa akan ada yang menolongmu.‛ Suara tersebut adalah suara
malaikat yang sedang berdiri di atas tempat air zam zam. Ia pukul-pukulkan
tumitnya ke tempat air zamzam itu hingga keluar air. Ketika Hajar
melihat aliran air zamzam tersebut ia membuat kolam, hingga aliran air
zamzam tersebut terkumpul dalam satu tempat, lalu diminumnya air
tersebut.
Ketika Nabi Isma‟il telah mencapai usia dewasa, datanglah perintah
Allah melalui mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak tercintanya
tersebut. Kisah tentang penyembelihan tersebut diabadikan dalam Q.S.
as-Saffat [37]: 102-107 berikut ini.
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusahabersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakkuSesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa akumenyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yangsabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahimmembaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabarankeduanya ). dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnyakamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya DemikianlahKami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan Kamitebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Mengenai ayat di atas, M. Quraish Shihab menulis dalam kitab tafsirnya:
“Nabi Ibrahim berkata sambil memanggil anaknya dengan panggilanmesra: ‚Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa akumenyembelihmu dan engkau tentu tahu bahwa mimpi para Nabi adalahwahyu Ilahi. Jika demikian itu halnya maka pikirkanlah apa pendapatmutentang mimpi yang merupakan perintah Allah itu!‛ Ia, yakni sang anakmenjawab dengan penuh hormat: ‚Hai Bapakku, laksanakanlah apa sajayang sedang diperintahkan kepadamu, termasuk perintah menyembelihku,engkau akan mendapatiku insyAllah termasuk kelompok para penyabar”.
Nabi Ibrahim menyampaikan mimpi itu kepada anaknya dan
menanyakan pendapatnya. Ini karena Nabi Ibrahim menyadari bahwa
perintah tersebut tidak dinyatakan sebagai harus memaksakannya kepada sang
anak. Hal yang terpenting adalah bahwa ia berkehendak melakukannya.
Bila ternyata sang anak menolak, itu adalah urusan ia dengan Allah. Ia
ketika itu akan dinilai durhaka, tidak ubahnya dengan anak Nabi Nuh yang
membangkang nasihat orang tuanya.
Ayat di atas menggunakan bentuk kerja mudhari‟ (masa kini dan
datang) pada kata-kata ara (saya melihat) dan azbahuka (saya
menyembelihmu). Demikian juga kata tu‟mar/ diperintahkan. Ini untuk
mengisyaratkan bahwa apa yang beliau lihat itu seakan-akan masih
terlihat hingga saat penyampaiannya itu. Sedang, penggunaan bentuk
tersebut untuk kata menyembelihmu untuk mengisyaratkan bahwa perintah
Allah yang dikandung dalam mimpi itu belum selesai dilaksanakan,
tetapi hendaknya segera dilaksanakan. Karena itu pula jawaban sang
anak menggunakan kata kerja masa kini juga untuk mengisyaratkan
bahwa ia siap dan bahwa hendaknya sang ayah melaksanakan perintah
Allah yang sedang maupun yang akan diterimanya. Ucapan sang anak if‟‟al
ma tu‟mar/laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, bukan
berkata: „sembelihlah aku‟, mengisyaratkan sebab kepatuhannya, yakni
karena hal tersebut adalah perintah Allah. Bagaimanapun bentuk, cara dan
kandungan apa yang diperintahkan-Nya, ia sepenuhnya pasrah. Kalimat ini
juga dapat merupakan obat pelipur lara bagi keduanya dalam
menghadapi ujian berita itu.
Ucapan sang anak satajiduni insyallah minasshabirin (engkau akan
mendapatiku insya Allah termasuk para penyabar), dengan mengaitkan
kesabarannya dengan kehendak Allah sambil menyebut terlebih dahulu
kehendak-Nya, menunjukkan betapa tinggi akhlak dan sopan santun sang
anak kepada Allah. Tidak dapat diragukan bahwa jauh sebelum peristiwa
ini pastilah sang ayah telah menanamkan dalam hati dan benak anaknya
tentang keesaan Allah dan sifat-sifat-Nya yang indah serta bagaimana
seharusnya bersikap kepada-Nya. Sikap dan ucapan sang anak yang direkam
oleh ayat ini adalah buah pendidikan tersebut.
M. Quraish Shihab berpendapat bahwa kisah penyembelihan di atas
menunjukkan suatu tujuan tersembunyi. Dalam kisah tersebut, Allah
memerintahkan menyembelih dan sebelum selesai penyembelihan itu,
perintah tersebut dibatalkan. Hal ini karena Nabi Ibrahim hidup pada masa
persimpangan pemikiran manusia menyangkut pengorbanan manusia kepada
Tuhan. Ketika itu, hampir di seantero dunia masyrakat manusia rela
mempersembahkan manusia sebagai sesaji kepada tuhan yang disembah.
Di Mesir, misalnya, gadis cantik dipersembahkan kepada dewa sungai Nil.
Di Kan‟an, Irak, yang dipersembahkan kepada Dewa Baal adalah bayi.
Berbeda dengan suku Astec di Meksiko, mereka mempersembahkan kepada
Dewa Matahari, jantung dan darah manusia. Di Eropa Timur, orang-orang
viking menyembah dewa perang, yaitu yang mereka namai „Odion‛,
mempersembahkan pemuka agama mereka kepada dewa itu. Demikianlah
dalam berbagai tempat di belahan bumi. Pada masa Nabi Ibrahim itu,
muncul ide yang menyatakan tidaklah wajar mempersembahkan manusia
kepada Tuhan. Manusia terlalu mahal untuk itu. Nah, melalui perintah
Allah kepada Nabi Ibrahim, Yang Maha Kuasa itu bagaikan menyatakan
bahwa tidak ada sesuatu yang mahal jika panggilan Ilahi telah datang.
Anak satu-satunya yang lebih dicintai seoarang ayah daripada dirinya
sendiri jika panggilan-Nya datang sang anak pun harus dikorbankan, dan itu
lah yang dibuktikan oleh Nabi Ibrahim. Tetapi, selanjutnya Allah
membatalkan penyembelihan itu setelah tersanggah dalih tentang
„kemahalan jiwa manusia‛. Allah sekali lagi bermaksud mengajarkan bahwa
memang jiwa manusia tidak boleh dijadikan sebagi sesaji kepada-Nya,
hanya saja larangan itu bukan karena manusia terlalu mahal sebagiamna
dalih mereka tetapi karena Allah Maha Kasih kepada manusia. Kasih
sayang-Nya kepada makhluk ini menjadikan Dia melarang persembahan
manusia sebagai kurban. Bukan larangan berkurban, dan karena itu
kesediaan berkorban dengan apa saja dilambangkan dengan
penyembelihan kambing atau unta, sapi dan domba yang sempurna.
Kisah penyembelihan ini mengisyaratkan akan ujian yang sangat
besar bagi Nabi Ibrahim. Firman-Nya, inna haza lahuwal balaul mubin
(sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata), agaknya dapat
diketahui dengan membayangkan keadaan Nabi Ibrahim ketika itu. Anak
yang telah beliau nanti-nantikan bertahun-tahun lamanya, kini harus
disembelih pada usia remaja sementara riwayat menyatakan sekitar tiga
belas tahun dengan tangannya sendiri. Anak tersebut, di samping buah
hati dan harapannya, ia pun dilukiskan oleh ayat di atas sebagai balaga
ma‟ahu as-sa‟ya/berusaha bersama dengannya.
Pendapat yang masyhur di kalangan ulama Islam mengenai anak
yang dibicarakan di atas adalah Nabi Ismail. Ada riwayat yang
dinisbahkan kepada beberapa orang sahabat Nabi yang menyatakan bahwa
anak yang disembelih adalah Nabi Ishaq. Al-Qurthubi dalam tafsirnya
mengemukakan tujuh nama sahabat yang menurut riwayat menyatakan
bahwa mereka berpendapat bahwa yang disembelih adalah Ishaq. Tujuh
nama tersebut adalah Umar Ibn al-Khattab, dan putra beliau, Abdullah ibn
Umar, Ali ibn Abi Thalib, al-Abbas dan putra beliau Abdullah Ibnu
„Abbas, Ibnu Mas‟ud dan Jabir ibn Abdillah.
Ulama yang mendukung pendapat ini menyatakan bahwa doa Nabi
Ibrahim di atas beliau panjatkan sebelum berhijrah meninggalkan
kaumnya, dan Allah menegaskan dalam Q.S. Maryam [19]: 49.bahwa:
Artinya: Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dariapa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkankepadanya Ishak, dan Ya'qub. dan masing-masingnya Kami angkatmenjadi Nabi.
Di sisi lain, pada surah ini dinyatakan bahwa anak itu ditebus
dengan seekor semblihan yang besar. Anak yang dimaksud dalam konteks
ayat ini adalah anak yang Allah gembirakan Nabi Ibrahim dengan
kelahirannya. Sedang, yang digembirakan itu –menurut mereka –adalah
Ishaq berdasar firman Allah Q.S. as-Shaffat [37]: 112.
Artinya: dan Kami beri Dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorangNabi yang Termasuk orang-orang yang saleh.
Adapun yang menyatakan bahwa yang disembelih adalah Nabi Ismail,
mereka antara lain berdalil dengan penyifatan Ismail dengan seorang
penyabar sebagaimana terdapat dalam Q.S. al-Anbiya‟ [21]: 85
Artinya: dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua merekaTermasuk orang-orang yang sabar.
dan bahwa ia menepati janjinya, sesuai firman Allah dalam Q.S Maryam
[19]: 54. Sebagai berikut.
Artinya: dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail(yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorangyang benar janjinya, dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi.
Kesabaran dan ketepatan janji itu tercermin dalam kesediaannya untuk
disembelih serta kesabarannya menghadapi cobaan tersebut. Di sisi lain,
Allah telah menjanjikan kepada Nabi Ibrahim bahwa putranya Ishaq akan
menjadi Nabi dan ia akan dianugerahi cucu yaitu Ya‟qub sesuai dengan Q.S.
Hud [11]: 71.
Artinya: dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu Dia tersenyum, Maka Kamisampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dandari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub.
Nah, bagaimana mungkin Allah memerintahkan untuk menyembalihnya
padahal menurut janji-Nya, anak itu akan menjadi Nabi dan akan dianugerahi
anak, yaitu untuk disembelih serta kesabarannya menghadapi cobaan
tersebut. Di sisi lain, Allah telah menjanjikan kepada Nabi Ibrahim
bahwa putranya Ishaq akan menjadi Nabi dan ia akan dianugerahi cucu
yaitu Ya‟qub?
Sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab, Thaba‟taba‟i dan Ibnu
Asyur secara tegas menolak pendapat yang menyatakan bahwa yang
disembelih adalah Ishaq. Berita yang dimaksud ayat ini adalah tentang
kelahiran Ismail, anak beliau yang pertama. Berita ini berbeda dengan
yang disampaikan oleh para malaikat, sebelum mereka membinasakan
kaum Luth. Di sana, anak itu disifati dengan „alim sedang disini halim.
Demikian tulis Ibnu „Asyur. Sedang, Thaba‟taba‟i yang secara panjang
lebar membahas tentang kisah Nabi Ibrahim antara lain mengungkapkan
bahwa redaksi al-Qur‟an hampir dapat dikatakan secara tegas menyatakan
anak yang disembelih adalah Ismail. Siapa yang memperhatikan ayat-ayat
surah ash-Shaffat tidak dapat kecuali menyatakan bahwa kabar gembira
tentang kehadiran anak itu adalah anak yang akan disembelih, sedang
berita gembira yang kedua secara jelas dalam teksnya menyatakan bahwa
dia adalah Ishaq dan tentu saja berita gembira yang pertama bukan yang
kedua, dan kalau yang kedua sudah pasti Ishaq tentu menjadi pasti pula
bahwa yang pertama adalah Ismail. Selanjutnya, Thaba‟taba‟i
mengemukakan bahwa riwayat –riwayat yang bersumber dari ahlul bait
sepakat menyatakan bahwa yang dimaksud adalah Ismail, sedang yang
bersumber dari Ahlu Sunnah wal Jamaah, berbeda-beda. Ada yang
menyebut Ismail ada yang menyebut Ishaq.
Dalam perjanjian lama, secara tegas dinyatakan bahwa yang
disembelih adalah Ishaq, tetapi informasinya bertolak belakang,
khususnya menyangkut Ismail, sekali beliau dipuji sebagai ‚bapak dari
umat yang besar‛, dan di kesempatan lain dikecam dan diburuk-burukkan.
Satu hal yang sangat aneh pula bahwa Perjanjian Lama sama sekali tidak
menyinggung soal pembangunan kembaili Ka‟bah oleh Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail, padahal ini adalah satu peristiwa besar dan wujudnya tetap
bertahan hingga masa kini. Itu mengesankan bahwa memang ada unsur
subjektivitas dalam uraian Perjanjian Lama menyangkut Ismail. Menarik
juga dikemukakan bahwa dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa
Allah berfirman: ‚Ambillah anakmu yang tunggal itu yang engkau kasihi,
yakni Ishaq, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana
sebagai kurban‛. Kalimat anak tunggalmu itu menunjukkan bahwa ketika
itu sebenarnya Ishaq belum lahir kaerena ada jarak yang jauh antara kelahiran
Ismail dan Ishaq, dan atas dasar itu pula sehingga sementara ulama
menduga bahwa kata Ishaq adalah sisipan. Akan tetapi pendapat ini ditolak
oleh pakar yang lain khususnya orang-orang Yahudi dengan menyatakan
bahwa meskipun ketika itu Ismail telah lahir, ia tidak dinilai sepenuhnya
sebagai anak kandung sebab ia lahir dari seorang ibu yang tadinya berstatus
hamba sahaya. Demikian lah kontroversi dan argumen masing-masing
pendapat, baik dari kalangan internal umat Islam maupun dari kalangan
luar Islam, mengenai siapa kah anak Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah
untuk disembelih. Uraian tentang penyembelihan ini lebih banyak bertujuan
menunjukkan keutamaan Nabi Ibrahim, sehingga, jika demikain, sama saja
apakah Ismail atau Ishaq, keduanya adalah putra beliau dan hasil didikan
beliau. Demikian juga dengan syariat kurban. Siapa pun yang disembelih,
yang jelas syariat tersebut bersumber dari peristiwa yang dialami oleh
Nabi Ibrahim bersama salah seorang putranya itu. Kesediaan mereka
mengorbankan apa yang paling mereka cintai itulah yang menjadi teladan
bagi umat Nabi Muhammad yang ajarannya sejalan dengan ajaran Nabi
Ibrahim. Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa Allah memang
sengaja tidak menyebutkan hal itu secara jelas, karena bukan itu yang
menjadi inti dari kisah penyembelihan tersebut. Akan tetapi pelajaran di
dalamnya. Dan siapa pun yang diperintahkan untuk disembelih, yang jelas
Ismail dan Ishaq adalah dua Nabi suci yang keduanya dipuji oleh Allah.
Setelah selang beberapa waktu, ketika Nabi Isma‟il telah beranjak
dewasa, Nabi Ibrahim kembali datang menemui Nabi Isma‟il. Nabi
Ibrahim berkata, “Anakku” sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk
melakukan suatu pekerjaan. Anaknya menjawab, “Wahai bapakku”
lakukanlah apa yang Dia perintahkan kepadamu.‛ Mendengar jawaban
anaknya, Nabi Ibrahim bertanya kepada anaknya, ‚ Apakah kamu mau
menolongku untuk melaksanakan perintah Alllah itu?‛. Anaknya
menjawab, “Ya” saya akan membantu bapak untuk melaksanakan perintah
Allah itu.‛ Kemudian Nabi Ibrahim menuturkan kepada anaknya tentang
perintah Allah itu, ‚Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membangun
Ka‟bah di sini.‛ Sembari menunjukkan jarinya ke arah tempat yang lebih
tinggi dari tempat yang ada di sekitarnya. Di tempat tersebut, mereka
membuat pondasi Ka‟bah. Nabi Ismail bertugas mendatangkan batu-batu,
sedangkan Nabi Ibrahim bertugas membangunnya. Setelah Ka‟bah selesai
didirikan, Malaikat datang memberikan Hajar Aswad kepada mereka dan
meletakkannya di sisi Ka‟bah. Ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
membangun Ka‟bah, mereka berdoa ‚Ya Tuhan kami, terimalah kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. sebagaimana tertuang dalam Q.S. al-Baqarah [02]: 127 berikut
ini.
Artinya: dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasarBaitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kamiterimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulahyang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".
Dalam kisah ini Tidak diragukan lagi ketaatan nabi Isma‟il terhadap
ayahnya, nabi Ibrahim. Dengan rela hati tanpa takut dan mengeluh nabi
Isma‟il menyerahkan hidupnya untuk disembelih oleh ayahnya sendiri.
Allah hanya memerintahkan nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah-
Nya dalam mimpi itu. Nabi Isma‟il pun tidak mendapat perintah yang
sama, padahal bisa saja Allah memberi perintah pada keduanya. Ini menjadi
ujian bagi nabi Isma‟il, apakah ia bisa berbakti kepada ayahnya, meskipun
harus merelakan nyawanya dengan disembelih oleh ayahnya sendiri. Dan
pada akhirnya, terbuktilah kepatuhan nabi Isma‟il terhadap ayahnya.
d. Kisah Nabi Yusuf
Surat Yusuf terdiri dari 111 ayat yang di dalamnya menguraikan
cerita-cerita Nabi Yusuf dari awal hingga akhir. Surat Yusuf ini
penamaan nya yang sejalan dengan kandungannya yang menguraikan
kisah Nabi Yusuf as. berbeda dengan banyak Nabi yang lain. Kisah Yusuf
hanya disebut dalam surah ini. Surah ini merupakan surah yang unik. Ia
menguraikan suatu kisah yang menyangkut satu pribadi secara sempurna
dalam banyak episode. Biasanya al-Qur‟an menguraikan kisah seseorang
dalam satu surah yang berbicara tentang banyak persoalan, dan kisah itu
pun hanya dikemukakan satu atau dua episode saja, tidak lengkap
sebagaimana dalam surah Yusuf. M. Quraish Shihab menyimpulkan Ini
sebabnya para ulama memahami bahwa kisah surah ini oleh ayat
ketiganya sebagai Ahsan al-Qasas (sebaik-baik kisah).
Dalam al-Qur‟an, kisah Nabi Yusuf dimulai dari mimpi Yusuf yang
menjadi inti dari kisah tersebut. Yusuf menceritakan kepada ayahnya bahwa
dia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud
kepadanya. Ya‟qub memperingatkan Yusuf agar tidak menceritakan
mimpinya itu kepada saudara-saudaranya, karena mereka bisa berkomplot
memusuhinya. Ya‟qub menafsirkan mimpi itu sebagai ramalan tentang masa
depan gemilang Yusuf dan keluarga Ya‟qub. Saudara-saudara Yusuf sangat iri
dengan kasih sayang Ya‟qub yang lebih besar kepada Yusuf dan saudara
kandungnya (Bunyamin). Karena itulah, mereka mempunyai rencana jahat
untuk melenyapkan Yusuf. Salah satu saudaranya menyarankan untuk
membuang Yusuf ke dasar sumur agar dipungut oleh seorang musafir.
Dengan rencana ini, para saudaranya meminta izin kepada Ya‟qub untuk
membawa Yusuf pergi dengan alasan bermain bersama dan berjanji akan
menjaganya.
Menurut Sayyid Qutub (1971:202), pengungkapan kalimat-kalimat
dan redaksinya ini menggambarkan mereka mencurahkan segenap
kemampuannya agar dapat mempengaruhi orang tuanya (ayahnya) yang
hatinya sangat lekat dengan anak kecilnya yang sangat dicintainya, yang
ditengarahi akan mewarisi keberkatan Nabi Ibrahim. Kemudian, setelah
mereka berhasil membawa Yusuf pergi, maka dilakukanlah apa yang telah
menjadi rencana mereka. Setelah itu, mereka kembali kepada ayah
mereka dengan berpura-pura menangis. Mereka mengatakan bahwa Yusuf
mati dimakan serigala dengan membawa baju gamisnya yang telah
berlumuran darah. Dengan begitu, bersedih lah Nabi Ya‟qub as. Sementara di
tempat lain, Nabi Yusuf dipungut oleh sekelompok musafir dan kemudian
menjualnya dengan harga murah kepada seorang petinggi kerajaan Mesir
yang mempunyai gelar Al-„Aziz. Orang tersebut bahkan berniat
menjadikan Yusuf sebagai anaknya.
Dalam Tafsir al-Qur‟an al-„Azim, Ibnu Kasir mengungkapkan adanya
dua penafsiran mengenai kata ‚mereka‛ dalam kisah pemungutan Nabi Yusuf
dari sumur. Pendapat pertama yaitu datang dari Mujahid, Assaddi dan Ibnu
Jarir yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah mereka yang
menimba air merahasiakannya dengan kawan-kawannya yang lain dengan
berkata kepada mereka ‚Kami telah membelinya dari orang-orang yang
memiliki sumur itu‛. Sedangkan menurut Ibnu „Abbas, yang dimaksud dengan
kata “mereka” dalam ayat ini adalah saudara-saudara Yusuf yang masih
berada di tempat itu sewaktu orang-orang musafir itu datang. Saudara-
saudara Yusuf merahasiakan identitas adiknya kepada kelompok musafirin
itu, dan Yusuf sendiri pun berdiam diri khawatir dibunuh oleh saudara-
saudaranya yang hendak menjualnya kepada mereka.
Ketika Nabi Yusuf dewasa, istri Al-„Aziz berniat menggodanya. Yusuf
pun berkehendak memenuhi ajakannya sekiranya tidak dilihatnya tanda
dari Allah. Ketika Yisuf berniat melarikan diri, dia dan wanita itu
berlarian menuju pintu rumah dan seketika itu baju gamis Yusuf ditarik
dari belakang hingga koyak. Kemudian mereka pun melihat Al-„Aziz di
depan pintu. Untuk menutupi kesalahannya, istri Al-„Aziz memfitnah Nabi
Yusuf dengan mendakwanya sebagai orang yang telah menggodanya.
Yusuf pun melakukan pembelaan diri dan kemudian seorang saksi
mengatakan, jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan
itu benar dan Yusuf berdusta. Dan jika baju gamisnya koyak dibagian
belakang, maka perempuan itu lah yang berdusta dan Yusuf termasuk
orang yang benar.‛ Maka ketika Al-„Aziz melihat baju gamis Yusuf koyak di
belakang, maka dia pun mengetahui bahwa kesalahan ada pada istrinya. Al-
„Aziz menyuruh Yusuf untuk melupakannya dan menyuruh istrinya untuk
bertaubat atas kesalahannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S.
Yusuf (12): 23-29 sebagai berikut.
Artinya: dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggodaYusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutuppintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Akuberlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan akudengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akanberuntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukanperbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukanpula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari)Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanyakemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasukhamba-hamba Kami yang terpilih. dan keduanya berlomba-lombamenuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf daribelakang hingga koyak dan Kedua-duanya mendapati suami wanitaitu di muka pintu. wanita itu berkata: "Apakah pembalasan terhadaporang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selaindipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?". Yusufberkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)",dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikankesaksiannya: "Jika baju gamisnya koyak di muka, Maka wanita itubenar dan Yusuf Termasuk orang-orang yang dusta. dan jika bajugamisnya koyak di belakang, Maka wanita Itulah yang dusta, danYusuf Termasuk orang-orang yang benar". Maka tatkala suamiwanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalahdia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu,Sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar. "(Hai) Yusuf:"Berpalinglah dari ini, dan (kamu Hai isteriku) mohon ampunlahatas dosamu itu, karena kamu Sesungguhnya Termasuk orang-orangyang berbuat salah."
Mengenai kesaksian dari seorang saksi tadi, Sayyid Qutb
memaparkan alasannya mengenai apa yang dibicarakan oleh seorang
saksi tersebut. Saksi tersebut memberikan kesaksiannya pada opsi yang
pertama, bahwa jika baju gamisnya koyak dari muka, maka wanita itu
benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang berdusta.‛ Penyebutan
kemungkinan pertama itu adalah karena jika benar, maka yang diharapkan
kebenarannya adalah Zulaikha dan Yusuf berdusta. Sebab, Zulaikha adalah
majikannya, sedangkan Yusuf adalah hanya seorang bujang dalam
keluarga tersebut dan bukan anak kandung sang majikan. Sedangkan
Ibnu Kasir dalam menafsirkan hal ini lebih kepada siapakah saksi yang
mengutarakan kesaksiannya pada adegan ini. Beliau menyebutkan dua
gambaran, yang pertama seorang anak kecil yang berada di rumah Zulaikha,
dan yang kedua seorang pria dewasa yang berjenggot yang merupakan
staf kerajaan dan masih tergolong dalam keluarga Zulaikha sendiri.
Menurut penulis, kemungkinan penafsiran Ibnu Kasir tersebut,
dipengaruhi oleh cerita Israilliyat, karena al-Qur‟an sendiri tidak
menyebutkannya.
Peristiwa tersebut terdengar oleh wanita-wanita di kota tempat
Yusuf tinggal. Para wanita tersebut mengeluarkan kata-kata yang tidak
menyenangkan tentang istri Al-„Aziz, sehingga dia mengundang mereka
dalam perjamuan makan di rumahnya. Ketika mereka mendatangi
undangan tersebut, setiap masing-masing mereka disediakan sebuah pisau
untuk memotong jamuan. Kemudian dia memanggil Yusuf agar keluar
untuk bertemu mereka. Ketika para wanita itu melihat ketampanan wajah
Yusuf, mereka pun terpesona hingga tanpa sadar melukai tangan mereka
dengan pisau. Di tengah suasana yang tidak menyenangkan bagi Yusuf
ini, dia pun berdoa agar dimasukkan ke penjara. Dia takut lama-lama
akan tergoda dengan ajakan para wanita tersebut. Allah mengabulkan doa
Yusuf tersebut. Hal ini senada dengan firman Allah dalam al-Qur‟an Surat
Yusuf (12): 30-34.
Artinya: Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggodabujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnyacintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam.Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata."Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka,diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi merekatempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing merekasebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian Dia berkata(kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepadamereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, merekakagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari)tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlahmanusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah Malaikat yangmulia." wanita itu berkata: "Itulah Dia orang yang kamu cela akukarena (tertarik) kepadanya, dan Sesungguhnya aku telahmenggoda Dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapiDia menolak. dan Sesungguhnya jika Dia tidak mentaati apa yang
aku perintahkan kepadanya, niscaya Dia akan dipenjarakan danDia akan Termasuk golongan orang-orang yang hina." Yusufberkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripadamemenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkauhindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderunguntuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasukorang-orang yang bodoh." Maka Tuhannya memperkenankan doaYusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka.Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Mahamengetahui.
Bersama dengan Yusuf masuk penjara, masuklah dua orang
pemuda. Suatu waktu, mereka menceritakan mimpinya kepada Yusuf. Salah
seorang dari mereka berkata, ‚sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur.‛
Sedangkan seorang lainnya berkata,‛Aku bermimpi membawa roti di atas
kepalaku, sebagiannya dimakan burung.‛ Mereka meminta takwil mimpi
tersebut kepada Yusuf. Sebelum menceritakan takwil mimpi-mimpi tersebut,
Nabi Yusuf terlebih dahulu memberikan dakwahnya tentang Tuhan Yang
Maha Esa, yaitu Tuhannya Nabi Ibrahim, Ishaq dan Ya‟qub. Setelah
dakwah tersebut, Nabi Yusuf menceritakan takwil mimpi-mimpi kedua
pemuda tadi. Takwil mimpi yang pertama adalah bahwa pemuda tersebut
akan menjadi pelayan yang bertugas menyediakan khamr bagi tuannya.
Sedangkan yang kedua, dia akan disalib dan burung-burung akan
mematok sebagian kepalanya. Kepada orang yang diyakininya akan
selamat dari penjara, Nabi Yusuf berpesan tentang keadaannya kepada sang
raja. Namun, setan menjadikan pemuda itu lupa terhadap Yusuf,
sehingga Yusuf bertahan lama di penjara hingga bertahun-tahun.
Sebagaimanan Q.S. Yusuf (12): 36-42 sebagai berikut:
Artinya: dan bersama dengan Dia masuk pula ke dalam penjara dua orangpemuda. berkatalah salah seorang diantara keduanya:"Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur." danyang lainnya berkata: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa akumembawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung."berikanlah kepada Kami ta'birnya; Sesungguhnya Kami memandangkamu Termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi).Yusuf berkata: "tidak disampaikan kepada kamu berdua makananyang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapatmenerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampaikepadamu. yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang
diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telahmeninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepadaAllah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan akupengikut agama bapak-bapakku Yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub.Tiadalah patut bagi Kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatuapapun dengan Allah. yang demikian itu adalah dari karunia Allahkepada Kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakanmanusia tidak mensyukuri (Nya). Hai kedua penghuni penjara,manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam ituataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidakmenyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allahtidak menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu.keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkanagar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." Hai kedua penghunipenjara: "Adapun salah seorang diantara kamu berdua, akanmemberi minuman tuannya dengan khamar; Adapun yang seoranglagi Maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian darikepalanya. telah diputuskan perkara yang kamu berduamenanyakannya (kepadaku)." dan Yusuf berkata kepada orang yangdiketahuinya akan selamat diantara mereka berdua: "Terangkanlahkeadaanku kepada tuanmu." Maka syaitan menjadikan Dia lupamenerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. karena itu tetaplahDia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.
Suatu hari raja bermimpi bahwa dia melihat tujuh ekor sapi betina
yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus dan tujuh tangkai
gandum yang hijau dan tujuh tangkai lainnya yang kering. Raja telah
menanyakan perihal mimpinya tersebut kepada para pejabatnya, namun
tidak ada yang bisa menjawabnya. Kemudian pemuda yang selamat dari
penjara dahulu teringat akan Yusuf dan meminta raja untuk mengutusnya
menemui Nabi Yusuf. Nabi Yusuf menakwilkan mimpi-mimpi raja tersebut
dengan berkata, ‚Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut
sebagaimana biasanya, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu
biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan. Setelah itu,
akan datang tujuh tahun yang sangat sulit yang akan menghabiskan apa
yang kamu simpan kecuali hanya sedikit yang tersisa. Setelah itu akan datang
tahun di mana manusia diberi hujan yang cukup dan pada masa itu mereka
memeras anggur.‛ Dan raja mengutus orang untuk memanggil Yusuf untuk
bertemu dengannya, tetapi Yusuf menolak untuk bertemu, sebelum raja
menanyakan perihal kasusnya dengan para wanita di tempatnya tinggal. Dan
istri Al-„Aziz pun mengakui kesalahannya. Ketika Yusuf bertemu dengan
raja, Yusuf meminta untuk dijadikan sebagai bendaharawan negara, dan
jadilah ia. Senada dengan Q.S. Yusuf (12): 43-56.
Artinya: Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya):"Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yanggemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurusdan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yangkering." Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadakutentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi."Mereka menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong danKami sekali-kali tidak tahu menta'birkan mimpi itu."Dan berkatalahorang yang selamat diantara mereka berdua dan teringat (kepadaYusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: "Aku akan memberitakankepadamu tentang (orang yang pandai) mena'birkan mimpi itu,
Maka utuslah aku (kepadanya)."(setelah pelayan itu berjumpadengan Yusuf Dia berseru): "Yusuf, Hai orang yang Amat dipercaya,Terangkanlah kepada Kami tentang tujuh ekor sapi betina yanggemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yangkering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar merekamengetahuinya." Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuhtahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuaihendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamumakan. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amatsulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untukmenghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum)yang kamu simpan. kemudian setelah itu akan datang tahun yangpadanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itumereka memeras anggur." raja berkata: "Bawalah Dia kepadaku."
Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf:"Kembalilah kepada tuanmu dan Tanyakanlah kepadanyabagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya.Sesungguhnya Tuhanku, Maha mengetahui tipu daya mereka." rajaberkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu, ketikakamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?"mereka berkata: "Maha sempurna Allah, Kami tiada mengetahuisesuatu keburukan dari padanya". berkata isteri Al Aziz: "Sekarangjelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untukmenundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya Dia Termasukorang-orang yang benar." (Yusuf berkata): "Yang demikian itu agarDia (Al Aziz) mengetahui bahwa Sesungguhnya aku tidak berkhianatkepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhaitipu daya orang-orang yang berkhianat. dan aku tidak membebaskandiriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalumenyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat olehTuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi MahaPenyanyang. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar akumemilih Dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkalaraja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata: "Sesungguhnyakamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggilagi dipercayai pada sisi kami".berkata Yusuf: "Jadikanlah akubendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orangyang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".dan Demikianlah Kamimemberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasapenuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu.Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kamikehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yangberbuat baik.
Suatu waktu saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir dan Yusuf pun
mengenali mereka, sedangkan mereka tak mengenalinya (Al-Qur‟an tidak
menyebutkan mengenai alasan kedatangan mereka ke Mesir). Dan ketika
Yusuf menyiapkan bahan makanan untuk mereka, dia menyuruh mereka
membawa saudara seayah mereka. Jika mereka tidak melakukannya,
mereka tidak akan mendapat jatah lagi selanjutnya. Maka mereka merayu
Ya‟qub agar diberi izin untuk membawa Bunyamin. Dan ketika mereka
membuka barang-barang mereka, mereka melihat bahwa barang-barang
penukar dikembalikan kepada mereka. Akhirnya, mereka pun berhasil
membujuk Ya‟qub dengan berjanji akan membawa Bunyamin kembali
kepadanya. Ketika Bunyamin sampai kepada Yusuf, Yusuf menempatkannya
di tempatnya dan mengatakan bahwa dia adalah saudaranya. Kemudian
Yusuf meletakkan piala ke dalam karung Bunyamin. Ini adalah bagian
dari rencana Yusuf. Kemudian seseorang meneriaki mereka sebagai
pencuri. Kemudian disepakati bahwa siapapun yang didapati piala
tersebut di dalam karungnya, maka dia sendiri lah yang menerima
hukumannya. Dan ternyata piala tersebut ditemukan di karung Bunyamin, dan
untuk menerima hukuman, Bunyamin harus tinggal di Mesir. Saudara-
saudara Yusuf berkata, Wahai Al-„Aziz! Dia mempunyai ayah yang
sudah lanjut usia, karena itu ambillah salah seorang di antara kami
sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat engkau termasuk orang-
orang yang berbuat baik.‛ Ketika mereka kembali kepada ayah mereka
tanpa Bunyamin, maka sang ayah diam menahan amarah. Nabi Ya‟qub
terus-menerus ingat akan Yusuf, sehingga menjadikannya seorang ayah
yang tua dan sakit. Oleh karena itu, Ya‟qub menyuruh anak-anaknya untuk
mencari Yusuf dan Bunyamin.
Suatu ketika, saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir untuk
meminta bantuan bahan makanan kembali. Kemudian, Yusuf mengingatkan
kembali akan peristiwa dahulu ketika saudara-saudara Yusuf membuangnya
ke dasar sumur, sehingga mereka pun mulai tersadar dan bertanya, “Apakah
kau benar-benar Yusuf?” dan dia pun mengakuinya. Akhirnya, mereka
mengakui kesalahan mereka dan Yusuf pun memaafkan mereka dan
menyuruh mereka membawa baju gamisnya untuk diusapkan ke wajah
ayah mereka serta menyuruh mereka membawa semua keluarga kepadanya.
Dan setelah itu, datanglah kepada Yusuf, kedua orang tuanya dan menaikkan
mereka di atas singgasana, kemudian seluruh keluarga bersujud kepada Yusuf
sebagai takwil atas mimpinya di waktu kecil. Sebagaimana dijelaskan dalam
Q.S. Yusuf (12): 88-100 sebagai berikut:
Artinya: Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "HaiAl Aziz, Kami dan keluarga Kami telah ditimpa kesengsaraan danKami datang membawa barang-barang yang tak berharga, Makasempurnakanlah sukatan untuk Kami, dan bersedekahlah kepadaKami, Sesungguhnya Allah memberi Balasan kepada orang-orangyang bersedekah". Yusuf berkata: "Apakah kamu mengetahui(kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dansaudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmuitu?". mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?".Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. SesungguhnyaAllah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnyabarang siapa yang bertakwa dan bersabar, Maka SesungguhnyaAllah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuatbaik"mereka berkata: "Demi Allah, Sesungguhnya Allah telahmelebihkan kamu atas Kami, dan Sesungguhnya Kami adalahorang-orang yang bersalah (berdosa)". Dia (Yusuf) berkata: "Padahari ini tak ada cercaan terhadap kamu, Mudah-mudahan Allahmengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantaraPara Penyayang".Pergilah kamu dengan membawa baju gamiskuini, lalu letakkanlah Dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihatkembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku".tatkalakafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata ayah mereka:"Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, Sekiranya kamu tidakmenuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)".keluarganya berkata: "Demi Allah, Sesungguhnya kamu masihdalam kekeliruanmu yang dahulu ". tatkala telah tiba pembawakabar gembira itu, Maka diletakkannya baju gamis itu ke wajahYa'qub, lalu Kembalilah Dia dapat melihat. berkata Ya'qub:"Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allahapa yang kamu tidak mengetahuinya". mereka berkata: "Wahai ayahKami, mohonkanlah ampun bagi Kami terhadap dosa-dosa Kami,Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)".Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepadaTuhanku. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi MahaPenyayang". Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusufmerangkul ibu bapanya dan Dia berkata: "Masuklah kamu ke negeriMesir, insya Allah dalam Keadaan aman". dan ia menaikkan keduaibu-bapanya ke atas singgasana. dan mereka (semuanya)merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. dan berkata Yusuf:"Wahai ayahku Inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu;Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. dan
Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaKu, ketika Diamembebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamudari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan)antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialahyang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Pesan moral dalam kisah ini adalah Kedekatan yang tersirat dalam
percakapan antara Yusuf dan Nabi Ya‟qub ketika Yusuf menceritakan
mimpinya, menunjukkan hubungan kasih sayang yang dilandasi sikap
keterbukaan. Terlihat bahwa hubungan keduanya tidak ada jarak yang
berarti. Penuh kasih sayang dan kelembutan. Seorang ayah yang mengayomi
anaknya dan anak yang selalu merasa dekat dengan orang tuanya. Begitulah
seharusnya sikap orang tua atau guru dengan anak/anak didiknya.
e. Kisah Maryam
Muhammad bin Ishaq sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir (2013:854)
menyebutkan bahwa nama Maryam secara lengkap adalah Maryam binti
Imran bin Basyam bin Amun bin Maisya bin Hazqia bin Ahriq bin Mautsam
bin Azaziya bin Amshia bin Yawisy bin Ahrihu bin Yazim bin Yahfasyath bin
Eisya bin Iyan bin Raj‟an bin Dawud. Diceritakan bahwa Imran adalah
ketua ulama di daerahnya. Istri Imran, yakni Hannah, adalah wanita
yang selalu melakukan ibadah, namun kenyataan bahwa selama tiga
puluh tahun menikah, tidak mendapatkan keturunan, membuatnya bersedih.
Pada suatu hari, Hannah mendapati seekor burung yang sedang
menyuapi anaknya dengan paruhnya. Menyaksikan hal itu, dia ingin
memiliki anak. Kemudian dia berdoa agar dikaruniai anak. Allah
mengabulkan doanya, sehingga dia hamil. Ketika dia mengetahui
kehamilannya, dia pun bernazar bahwa anaknya akan mengabdikan hidupnya
untuk beribadah dan melayani Baitul Maqdis. Hal ini termaktub dalam Q.S
„Ali Imran : 35-36 berikut ini.
Artinya: (ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnyaaku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandungankumenjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis).karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. SesungguhnyaEngkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Makatatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "YaTuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anakperempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu;dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnyaaku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindunganuntuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan)Engkau daripada syaitan yang terkutuk."
M. Quraish Shihab mengatakan bahwa nazar adalah kebajikan,
sesuai dengan tuntunan agama yang tidak diwajibkan oleh agama, tetapi
diwajibkan sendiri oleh seseorang atas dirinya dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah swt. dalam konteks ucapan, yakni nazar istri Imran adalah
tekad janjinya untuk menjadikan anak yang dikandungnya berkhidmat secara
penuh di Bait al-Maqdis. Dalam tradisi masyarakat ketika itu, sorang anak
yang dinazarkan sebagai pelayan rumah suci akan bertugas penuh di
sana sampai dia dewasa. Setelah dewasa, dia dapat melanjutkan
pengabdiannya atau mencari pilihan lain. Jika dia memilih untuk menetap
dalam pengabdian itu, setelah itu dia tidak dibenarkan lagi melakukan
pilihan lain.
Nazar ini menunjukkan bahwa Hannah berharap anak yang
dikandungnya adalah anak lelaki karena ketentuan yang berlaku ketika
itu adalah hanya anak lelaki yang dapat bertugas di rumah Allah. Ini
demi menjaga kesucian tempat ibadah dari haid yang dialami oleh wanita.
Yang lebih penting lagi bahwa nazar tersebut membuktikan betapa dalam
keimanan beliau sehingga bersedia mempersembahkan anak yang
dikandungnya untuk kepentingan agama.
Kekuatan tekad dan ketulusan Hannah berdoa, serta ketaaatannya
dan karena kemurahan Allah, maka tatkala istri Imran itu melahirkan
anaknya, dan mengetahui bahwa yang dilahirkannya adalah anak perempuan,
dia pun dengan sedikit kecewa berkata, “Tuhanku” Pemeliharaku,
sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu. Demikian ayat ini segera
menegaskan pengetahuan Allah walau tanpa disampaikan oleh istri Imran
tersebut dan lanjut ibu yang melahirkan itu, anak laki-laki tidaklah sama
dengan anak perempuan.
Hannah menamai bayinya dengan nama „Maryam‟. „Maryam‟ adalah
bahasa Ibrani yang berarti seorang pelayan atau pengabdi Tuhan. Ini lah
yang dikehendaki ibunda Maryam, sehingga ia memberikan nama
tersebut kepada putrinya. (Ibn Katsir,
Dengan kesungguhan doa istri Imran, maka Allah pun menerima
nazarnya, sesuai dengan firman-Nya Q.S. Ali „Imran (03): 37.
Artinya: Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaanyang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik danAllah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masukuntuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh(makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah".Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yangdikehendaki-Nya tanpa hisab.
Setelah Allah menerima nazarnya, Hannah membawa Maryam
untuk diserahkan ke Baitul Maqdis. Dia serahkan putrinya itu kepada
para biarawan yang berada di Baitul Maqdis, sebagai ketentuan dari hukum
syariat Yahudi. Nabi Zakaria yang merupakan saudara ipar Hannah dan
juga seorang pendeta senior yang bertugas di Baitul Maqdis, menemuinya
dan bertanya tentang siapakah yang dibawanya itu. Kemudian dijawabnya,
“Ini adalah putriku yang bernama Maryam. Aku telah bernazar bahwa dia
akan menjadi pelayan Baitul Maqdis.” Nabi Zakaria pun berkata,” Akan tetapi
bukankah engkau telah mengetahui bahwa yang boleh menjadi pelayan
Baitul Maqdis adalah anak laki-laki, bukan anak perempuan?”. Hannah
menjawab,”Aku telah bernazar untuk menjadikan anakku sebagai pelayan
Baitul Maqdis dan Allalh Ta‟ala telah menerima nazarku, bagaimana kalian
bisa tidak mau menerimanya untuk menjadi pelayan Baitul Maqdis?”
Hannah dikenal sebagai orang yang tidak pernah berdusta, sehingga
para biarawan pun bemusyawarah. Para biarawan tersebut menginginkan
diri merekalah yang akan merawat Maryam, karena ayah Maryam
adalah ketua mereka, sehingga menjadi suatu kehormatan bagi mereka
jika bisa merawat Maryam di Baitul Maqdis. Nabi Zakaria merasa yang
paling berhak karena merupakan suami dari bibinya. Akan tetapi, para
biarawan tersebut memutuskan melakukan undian. Nabi Zakaria pun
menyetujui usul tersebut. Kemudian, para pendeta tersebut menuju ke
arah sungai. Setibanya di sungai, mereka melemparkan anak panah
mereka ke dalam sungai. Semua anak panah tersebut berjalan di bawah
aluran sungai, kecuali anak panah milik Nabi Zakaria. Anak panah tersebut
tetap tinggal di tempat dan terapung di atas air. Hal ini terjadi berulang
sebanyak tiga kali, sehingga diputuskan yang berhak memelihara Maryam
adalah Nabi Zakaria.
Peristiwa ini termaktub dalam firman-Nya Q.S Ali „Imran [03]: 44.
berikut ini.
Artinya: Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yangKami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); Padahal kamu tidakhadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panahmereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akanmemelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketikamereka bersengketa.
Kisah pertemuan Maryam dengan malaikat Jibril dan bagaimana
Maryam mendapatkan seorang anak, diabadikan Allah melalui Q.S Maryam:
16-36 berikut ini.
Artinya: Dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, Yaitu ketikaia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelahtimur, Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) darimereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka iamenjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamukepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yangbertakwa". ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalahseorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-lakiyang suci". Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seoranganak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapunmenyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata:"Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku;dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dansebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yangsudah diputuskan". Maka Maryam mengandungnya, lalu iamenyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar)pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkahbaiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidakberarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yangrendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmutelah menjadikan anak sungai di bawahmu. dan goyanglah pangkalpohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkanbuah kurma yang masak kepadamu, Maka makan, minum danbersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, MakaKatakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untukTuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara denganseorang manusiapun pada hari ini". Maka Maryam membawa anakitu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata:"Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yangAmat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kalibukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlahseorang pezina", Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. merekaberkata: "Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yangmasih di dalam ayunan?" berkata Isa: "Sesungguhnya aku inihamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikanaku seorang Nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati
di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; danberbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yangsombong lagi celaka. dan Kesejahteraan semoga dilimpahkankepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal danpada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa puteraMaryam, yang mengatakan Perkataan yang benar, yang merekaberbantah-bantahan tentang kebenarannya. tidak layak bagi Allahmempunyai anak, Maha suci Dia. apabila Dia telah menetapkansesuatu, Maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", Makajadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu,Maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. ini adalah jalan yanglurus.
Pesan moral yang dapat penulis sampaikan dalam kisah ini adalah
bahwa Pendidikan di sini meliputi banyak aspek, yakni fisik, psikologis,
spiritual dan sosiologis. Dalam kisah di atas, Maryam tinggal di Bait
al-Maqdis yang konon sebelumnya tidak pernah ada anak perempuan di
sana. Hanya anak laki-laki saja yang boleh menjadi pelayan di sana. Hal ini
karena anak laki-laki dipandang lebih kuat dalam hal fisik, psikologis dan
sosiologis. Dalam hal fisik agar kuat dalam beribadah kepada Tuhan
tanpa gangguan. Selain itu, beribadah kepada Tuhan secara konsisten akan
meningkatkan sisi spiritualitasnya sehingga psikologisnya pun kuat,
karena apapun yang dilakukannya didasarkan pada pengabdian kepada
Tuhan. Adapun hal sosiologis karena dari kecil Maryam sudah
diserahkan untuk kepentingan agama dan juga masyarakat. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan, bahwa Maryam memperoleh pendidikan yang
baik meliputi banyak aspek.
f. Kisah Nabi Isa as
Bey Arifin (2015:394) menceritakan bahwa setelah Maryam merasakan
betul kalau tak lama lagi ia akan melahirkan, ditinggalkannya pondok tempat
dia mengasingkan diri itu. Dia lalu berjalan meninggalkan desa yang terpencil
itu, mencari tempat yang lebih sunyi dan sepi. Disuatu tempat dipadang pasir,
dibatang sebuah pohon kurma, dia berhenti. Disitulah dia duduk seorang diri
menantikan takdir, tidak ada kawan bidan atau tabib yang akan menolong dia
jika ditimpa sakit atau kesulitan dalam melahirkan bayi dalam kandungannya
itu. Dalam keadaan demikian, dibawah langit terbuka, ditengah padang pasir
yang luas, dengan tidak ditemani seorang manusiapun selain bertemankan
iman dan taqwa, tibalah saat yang ditunggu-tunngunya lahirlah serang bayi
laki-laki kedunia yang luas dan terbuka ini, seorang bayi yyang akan menjadi
manusia suci yang berpengaruh besar.
Dengan perasaan terharu dan cemas serta sedih, Mariam memandang
wajah bayinya yang baru lahir itu. Dengan keadaan tubuh yang lesu bekas
bersalin, serta pikiran dan perasaan yang semakin diliputi cemas dan hawatir,
timbullah berbagai kegelisahan batin. Pikirannya binggung tidak tahu apa
yang harus dilakukannya. Badannya lesu segala sendi dan tulang-tulangnya
lemas ditambah lagi dengan rasa lapar dan dahaga yang tak terkirakan
hebatnya setelah melahirkan baynya itu. Dia lalu menyandarkan diri ke pohon
kurma yang kering itu sambil memangku bayinya dengan kedua tangannya.
Baru saja matanya tertuju ke wajah bayinya tiba-tiba Maryam mendengar
suara yang jelas dan dekat yang menjadikan Maryam bernazar bahwa dia akan
dia dan tidak akan berkata-kata kepada siapapun tentang kejadian dihari itu.
Diapun akhirnya kembali kedesa tempat dia mengasingkan diri,
meninggalkan tempat dia bersalin, yang sekarang ini dinamakan Baitullahham
(Bethlehem), artinya tempat lahir. Mulailah orang yang tak jauh tinggal dari
rumahnya itu mengetahui kabar kelahiran bayinya. Tak lama kemudian, kabar
itu tersebar denngan cepatnya keseluruh peosok negeri.
Selanjutnya Ibnu Katsir (2013:882) menjelaskan kala situasi kian
genting, tak lagi ada kesempatan, tidak mampu lagi mengucapkan dengan
kata-kata maka dengan berserah diri dia (Maryam) menunjuk kepada anaknya
yaitu berbicaralah dengannya, karena dia yang akan memberi mereka
jawaban. Dan jawaban Nabi Isa kecil ini diabadikan dalam al-Qur‟an surat
Maryam Ayat: 30-33 berikut ini.
Artinya: berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Diamenjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan(menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku,dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari akudilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari akudibangkitkan hidup kembali".
Ini adalah kata-kata pertama yang diucapkan Isa putra Maryam. Yang
pertama kali ia ucapkan adalah “Sesungguhnya aku ini hamba Allah” dia
mengakui ubudiyah untuk Rabbnya dan Allah adalah Rabbnya. Maka, kata-
kata ini menyucikan Allah dari perkataan orang-orang zalim yang mengatakan
bahwa Isa adalah anak Allah. Selanjutnya Isa membebaskan ibunya dari
segala tuduhan Zina yang disampaikan orang-orang bodoh terkait
kelahirannya sebagaimana diabadikan dalam al-Qur‟an surat An-Nisa: 156
berikut ini.
Artinya: dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan merekaterhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina),
Sekelompok yahudi pada masa itu mengatakan bahwa Maryam hamil
dari hasil zina, Allah kemudian membebaskan Maryam dari tuduhan itu dan
mengabarkan bahwa dia adalah wanita yang benar dan jujur. Allah
menjadikan anaknya sebagai nabi dan rasul.
Setelah menyebut kisah Isa secara gamblang dan menjelaskan hal
ihwalnya Allah berfirman dalam surat Maryam ayat: 34-35 sebagai berikut.
Artinya: Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan Perkataan yang benar,yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. tidak layakbagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. apabila Dia telahmenetapkan sesuatu, Maka Dia hanya berkata kepadanya:"Jadilah", Maka jadilah ia.
Dalam kisah Maryam dan anaknya, isa. Ketika Maryam mengetahui
dirinya sedang mengandung, padahal tidak ada seorang laki-laki pun
yang telah menyentuhnya. Dia adalah seorang perempuan yang selalu
menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya, mengingat dia adalah
keturunan dari pendeta besar di lingkungannya. Tentu saja hal ini menjadi
aib yang sangat luar biasa. Ketika dia menyendiri jauh dari masyarakat,
Maryam mungkin saja bisa meninggalkan bayinya dan kembali ke
kampungnya. Akan tetapi, dia tidak meninggalkannya, bahkan
membawanya untuk menemui orang-orang di kampungnya. Dia berniat
merawatnya, meskipun dia tahu akan mendapatkan hinaan dan tuduhan yang
menyakitkannya.
Dengan demikian anak adalah anugerah yang berhak mendapatkan hak
hidup dan juga hak mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana pesan
moral yang yang ada dalam kisah nabi Isa as.
g. Kisah Luqman dan Puteranya
Diantara sekian banyak kisah dalam al-Qur‟an terdapat kisah seorang
tokh bijak yang sedang memberikan nasihat kepada anaknya. Dialah Luqman
yang namanya diabadikan menjadi salah satu nama surah. Secara umum,
kisah tersebut merupakan peringatan akan kenyataan bahwa pendidikan anak
merupakan tanggung jawab orang tua. Sebagai acuan dalam pelaksanaan
pendidikan terhadap anak inilah, kisah luqman dimunculkan. (Nurwadjah
Ahmad, 2010: 154).
Wahbah Zuhaily (2003:135) menerangkan bahwa surat luqman
merupakan surat makkiyah, terdiri dari 34 ayat. Dinamakan surat luqman
karena dalam surat tersebut terdapat surat Luqman yang nama lengkapnya
adalah Luqman bin Ba‟ura, salam seorang putra dari Nabi Ayyub, termasuk
suku Naubah dan merupakan bagian dari masyarakat Ailah. Yakni sebuah
kota yang berada disekitar laut Qulzum. Ia hidup pada masa Nabi Daud
dengan julukan al-Hakim (yang bijaksana).
Mayoritas mufassir mempermasalahkan kedudukan luqman, apakah ia
seorang Nabi ataukah hanya hamba Allah yang sholih yang diberi kelebihan
hikmah. Dalam hal ini Imam Asy-Syaukani (1994:540) menjelaskan,
mayoritas mufassir menyimpulkan bahwa Luqman Al-Hakim bukan seorang
Nabi, tapi hamba Allah yang diberi kelebihan dari hamba lainnya, yakni
diberi hikmah. Sedangkan anaknya bernama An‟am atau Tsaran atau Asykan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa luqman bukanlah seorang
nabi, akan tetapi seorang hamba Allah yang sholih yang telah diberi hikmah.
Wahbah Zuhaily (2003:144) menjelaskan bahwa asbabun nuzul surat ini
adalah ketika ada orang Quraisy datang kepada Rasulullah yang meminta agar
dijelaskan kepadanya kisah berkaitan dengan kisah Luqman al-Hakim dan
anaknya. Rosulullahpun membacakan surat Luqman kepadanya.
Sedangkan pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam surat tersebut
sebagaimana dijelaskan Nurwadajah Ahmad (2010:154) terdiri dari: Pertama,
Keimanan kepada Allah, para Nabi dan hari kiamat. Terkait dengan keimanan
kepada Allah dijelaskan pula kekuasaan Allah, meliputi apa yang ada dilangit
dan dibumi, perputaran malam dengan siang dan lima masalah gaib dan
pengetahuan akan hal tersebut hanya milik Allah. Kedua, Kisah luqman
merupakan potret orang tua dalam mendidik anaknya dengan ajaran
keimanan. Dengan pendidikan persuasif, luqman dianggap sebagai pendidik
yang bijaksana, sehingga allah mengabadikannya dalam al-Qur‟an dengan
tujuan agar menjadi ibrah bagi para pembacanya. Ketiga, Karakteristk
manusia pembangkang. Allah menjelaskan tipe manusia pembangkang
terhadap perintahnya, hingga pada akhirnya mereka tidak mau mendengarkan
al-Qur‟an.
83