bab ii kerangka teoritik dan konseptual · 2018. 4. 10. · 12dahlan taib, 2011, teori dan hukum...

154
BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL Dalam kajian bab II, akan memaparkan beberapa pengertian dan peristilahan sebagai acuan dasar dan fundamen kajian disertasi, yaitu teori, asas, dan doktrin. Teori dalam kamus besar bahasa Indonesia, diartikan sebagai pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa, asas hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan, aturan, cara dan pendapat untuk melakukan sesuatu. Teori adalah model atau kerangka berfikir yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu, teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode alamiah. 1 Adapun teori, asas, doktrin, dan konsepsual pendapat para ahli, berikut: 1. Menurut Bruggink, teori ilmu dari hukum, intinya merupakan filsafat sebagai metateori tentang teori dari dogmatika hukum. Dijelaskan bahwa filsafat hukum tidak memiliki meta-teori, karena merupakan disiplin ilmu yang tidak memiliki meta-disiplin- disiplin diatasnya. 2 2. Doktrin dalam ilmu hukum menurut Peczenik,The so-called doctrine is of significant importance for legal reasoning. The word “doctrine” refers first of all to the professional legal writing in legal dogmatics, whose task is to systematise and interpret valid law”. 3 3. Menurut Pattaro, Doktrin merupakan “expotition of the law”. 4 Untuk memulai dengan beberapa fakta mengenai doktrin (scientia iuris, 1 A susanto, 2013, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologi, Remaja Rosdakarya, Jakarta, h.149 2 Ibid, h. 39 3 Aleksander Peczenik, 2008, On Law and Reason, Springer, Lund University, Sweden, h. 295 4 Enrico Pattaro et.al., 2005, A Treatise of Legal Philosophy and General Jurisprudence, Vol.4: Scientia Juris, Legal Doctrine as Knowledge of Law and as Source ofLaw, Dordrecht, h, 1. 38

Upload: others

Post on 25-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

1

BAB II

KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL

Dalam kajian bab II, akan memaparkan beberapa pengertian dan

peristilahan sebagai acuan dasar dan fundamen kajian disertasi, yaitu teori, asas,

dan doktrin. Teori dalam kamus besar bahasa Indonesia, diartikan sebagai

pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa, asas

hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan, aturan,

cara dan pendapat untuk melakukan sesuatu. Teori adalah model atau kerangka

berfikir yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu, teori

dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode alamiah.1Adapun

teori, asas, doktrin, dan konsepsual pendapat para ahli, berikut:

1. Menurut Bruggink, teori ilmu dari hukum, intinya merupakan filsafat

sebagai metateori tentang teori dari dogmatika hukum. Dijelaskan bahwa

filsafat hukum tidak memiliki meta-teori, karena merupakan disiplin ilmu

yang tidak memiliki meta-disiplin- disiplin diatasnya.2

2. Doktrin dalam ilmu hukum menurut Peczenik,“The so-called doctrine is of

significant importance for legal reasoning. The word “doctrine” refers first

of all to the professional legal writing in legal dogmatics, whose task is to

systematise and interpret valid law”.3

3. Menurut Pattaro, Doktrin merupakan “expotition of the law”.4 Untuk

memulai dengan beberapa fakta mengenai doktrin (scientia iuris,

1A susanto, 2013, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis,

dan Aksiologi, Remaja Rosdakarya, Jakarta, h.149 2Ibid, h. 39

3Aleksander Peczenik, 2008, On Law and Reason, Springer, Lund University, Sweden,

h. 295 4Enrico Pattaro et.al., 2005, A Treatise of Legal Philosophy and General Jurisprudence,

Vol.4: Scientia Juris, Legal Doctrine as Knowledge of Law and as Source ofLaw, Dordrecht, h, 1.

38

Page 2: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

2

Rechtswissenschaft, Rechtsdogmatik, ``doctrine of law,'' legalogmatics)

bahwa: “Legal doctrine in Continental European law (scientiaiuris)

consists of professional legal writings, e.g., handbooks, monographs, etc.,

whose task is to systematize and interpret valid law.5

4. Paul Scholten, asas hukum sebagai pikiran dasar yang terdapat didalam

dan di belakang sistem hukum, dirumuskan dalam peraturan perundang-

undangan, putusan hakim, berkenaan dengannya ketentuan dan keputusan

individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.6

5. Konsep, secara gramatikal (1). rancangan atau buram surat; (2). ide atau

pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret satu istilah dapat

mengandung dua yang berbeda; (3). gambaran mental dari objek, proses

atau pun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

memahami hal-hal lain.7

Untuk membentuk kerangka teoritik dan konseptual, akan menjelaskan

keterkaitan beberapa teori, asas, doktrin, dan konseptual sebagai suatu rangkaian

untuk pemecahan permasalahan yang diajukan dalam Disertasi, yaitu: konstitusi,

sistem pemerintahan, negara hukum, pembagian kekuasaan, kewenangan, dan

kompetensi.

2.1. Konstitusi

2.1.1 Pengertian dan Istilah Konstitusi

Konstitusi berasal dari bahasa Perancis constituer, yang berarti membentuk.

Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud adalah berkaitan dengan

pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu

5Ibid, h. 295

6Bruggink, 2015, Refleksi tentang Hukum Pengertian-pengertian Dasar dalam Teori

Hukum, (diterjemahkan; B. Arief Shidarta).PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h.120 7 Ibid. h.957

Page 3: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

3

negara.

8Konstitusi dengan istilah lain constitution atau verfasung dibedakan dari

Undang-Undang Dasar atau groundgezetz. Herman Heller menyatakan bahwa

konstitusi mempunyai arti lebih luas dari Undang-Undang Dasar.9

Konstitusi memiliki dua pengertian yaitu konstitusi tertulis (Undang-

Undang Dasar) dan konstitusi tidak tertulis (konvensi).10

Bentuk Konstitusi itu

sebetulnya tidak ada keharusan tertulis maupun tidak tertulis. Bagi negara yang

menggunakan konstitusi yang tidak tertulis seperti Inggris dan Canada tetap

dianggap mempunyai dan menggunakan konstitusi.11

Konsep konstitusi

merupakan awal dari pembentukan negara, konstitusi tidak dapat terpisahkan dari

negara, oleh karena konstitusi sebagai pedoman bagi suatu negara.

Konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan

(Undang-Undang Dasar), atau Undang-Undang Dasar suatu negara. Dengan kata

lain, sebagai tindakan atau perilaku seseorang maupun penguasa berupa kebijakan

yang tidak didasarkan atau menyimpangi konstitusi, berarti tindakan (kebijakan)

tersebut adalah tidak konstitusional.12

Konstitusi merupakan norma tertinggi

negara, penyelenggara pemerintahan negara, harus sesuai aturan dalam konstitusi.

Konstitusi sebagai dasar fundamental negara, merupakan ciri negara modern

akhir abad ke-15, berkembang pada zaman aufklarung (renaisance atau abad

pertengahan) dan dipandang sebagai rumusan hukum dari cita-cita politik dan

8Nuruddin Hady, 2010, Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi, Paham

Konstitusionalisme Demokrasi Pasca Amandemen UUD 1945, Setara Press, Malang, h. 1 9Moh. Kusnardi dan Harmaly Ibrahim, 1983, Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi

HTN, Jakarta, h. 64 - 65 10

M.Solly Lubis, 1978, Asas-Asas Hukum Tata Negara : Alumni, Bandung, h. 45 11

Mudakir Iskandar Syah, Pengantar Ilmu Hukum & Tata Hukum Indonesia, Sagung

Seto, Jakarta, h. 32 12

Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1

Page 4: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

4

ideologi yang dicapai melalui proses demokrasi, berdiri di atas semua golongan.

Konstitusi sebagai rumusan dari suatu cita-cita politik tertinggi dan merupakan

fundamen bagi penyelenggara negara dan sekaligus sebagai instrumen kontrol,

dimana pemerintah dapat dibatasi, diawasi, dan dikontrol.13

Seiring dengan hal itu,

menurut Struycken, bahwa konstitusi adalah hukum dasar sebagai konstitusi

tertulis, merupakan sebuah dokumen formal, berikut:

1) Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu yang lampau,

2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketetanegaraan bangsa,

3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik yang untuk

waktu yang sekarang maupun untuk masa yang akan datang,

4) Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan

bangsa hendak dipimpin.14

Konstitusi adalah buatan manusia yang mencerminkan nilai, kaidah,

harapan, dan perkiraan dari the founding fathers tentang berbagai tatanan dan

kompromi antaranya. Selama para penyusun konstitusi itu berusaha menjadikan

konstitusi dapat tanggap terhadap kebutuhan dan kondisi setempat dan guna

menghindari konsekuensi negatif.

Hubungan antara konstitusi dan pelaksanaan demokrasi dapat

mencerminkan usaha awal. Selama konstitusi mewujudkan nilai yang dipegang

secara luas dalam suatu bangsa. Konstitusi dan pola pelaksanaan demokrasi bisa

merupakan produk dari kebudayaan politik, konfigurasi sikap dan keyakinan yang

dipegang oleh masyarakat dan kelompok elit dalam suatu masyarakat, bukan

13

K.C. Wheare, 1975, Moderns Constitutions, Oxford University Press, New York, h. 7 14

Sri Soemantri M, 1986, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung,

h. 2

Page 5: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

5

konfigurasi yang menyebabkan konfigurasi lain. hubungan antara latar belakang

budaya dan nilai konstitusional atau pemerintahan adalah sangat erat. Sebab,

konstitusi mencerminkan norma dasar dan cara berpikir yuridik bangsa.

Dikaitkan dengan konstitusi Indonesia, Soekarno (1901-1970), adalah

Undang Undang Dasar Sementara, Undang Undang Dasar Kilat, Revolutie

Grondwe.,15

pidato Soekarno 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, menyebutkan

negara Indonesia merdeka disusun berdasarkan kerangka philosofische grondslag

(Belanda), weltanschauung (Jerman), yaitu pancasila, lima asasnya termuat dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Lebih lanjut dikatakan Soekarno,

konstitusi adalah alat, arah, dinamika, sumber bagi semua undang-undang yang

dibentuk, menjamin keselamatan, dan kesejahteraan seluruh rakyat.16

Muhamad

Yamin, mengatakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 merupakan percikan

pikiran sesuatu bangsa atau cetusan nasional yang menjadi hak milik dan berlaku

pada bangsa yang membuatnya.17

Ketentuan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (sebelum amandemen),

kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Oleh sebab itu,

MPR merupakan organ penjelmaan seluruh rakyat dan organ yang menggantikan

kedudukan rakyat dalam menyatakan kehendaknya (vertretungsorgan des willens

des staatsvolkes). Kata vertretung disini berarti penggantian atau

(plaatsvervanging, bukan perwakilan atau vertegenwoordiging). MPR merupakan

15

Muhamad Yamin, 1959, Naskah Persiapan Undang Undang Dasar 1945, Prapantja,

Jakarta, h. 411 16

J.C.T. Simorangkir, 1984, Penetapan UUD Dilihat Dari Segi Ilmu Hukum Tata Negara

Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, h. 95-97 17

Muhamad Yamin, 1956, Konstituante Indonesia Dalam Gelanggang Demokrasi,

Jambatan, Jakarta, h. 173

Page 6: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

6

lembaga penjelmaan rakyat yang berkedaulatan, citoyen, citizen, burger. Maka,

apabila dikatakan Presiden adalah mandataris MPR, hal itu berarti bahwa Presiden

adalah mandataris rakyat yang memiliki kedaulatan.18

Secara fakta, tradisi demokrasi memiliki sumber asli dari bangsa Indonesia

sendiri, tetapi dalam praktik menggunakan teori barat dan retorika rule of law,

kendati Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disusun berdasarkan prinsip

rechtsstaat dan yurisprudensi, dipengaruhi oleh hukum Belanda dan Perancis.

Menurut Muhamad Yamin ketiga Undang-Undang Dasar Indonesia yang pernah

diberlakukan (Undang-Undang Dasar Tahun 1945, KRIS 1949, dan Undang-

Undang Dasar Sementara Tahun 1950) selalu disusun atas ajaran trias politika,

sehingga pembagian atas tiga cabang kekuasaan berlaku.19

Ismail Suny, Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 hanya mengenal pembagian kekuasaan (divison of

powers) bukan pemisahan kekuasaan (separation of powers).20

Sebenarnya,

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak menganut pembagian dan pemisahan

kekuasaan, tetapi percampuran kekuasaan yang merupakan penyimpangan dalam

sistem pemerintahan Presidensial, yang melahirkan lembaga-lembaga negara,

bukan rangka legislatif, eksekutif, dan yudisial.

Keterkaitan istilah dan konsep konstitusi, dengan penulisan ini. Dalam

sistim ketatanegaraan Indonesia menggunakan istilah Undang-Undang Dasar

sebagai pedoman penyelenggaraan pemerintahan dan mengatur lembaga-lembaga

negara mengenai eksistensi kelembagaan, terkait letak dan kedudukan Mahkamah

18

A. Hamid S. Attamimi, 1995, Hubungan Pemerintah Dengan Perwakilan Rakyat

Menurut UUD 1945, dalam Selo Soemardjan (Ed) Hukum Kenegaraan , Grasindo, Jakarta, h. 78 19

Muhamad Yamin, Konstituante, op. Cit., h. 181 20

Ismail Suny, 1986, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta, h. 16

Page 7: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

7

Konstitusi yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

2.1.2 Tujuan Konstitusi

Pada masa peralihan dari negara feodal-monarkhi atau oligarki dengan

kekuasaan mutlak penguasa ke negara nasional demokrasi, konstitusi

berkedudukan sebagai benteng pemisah antara rakyat dan penguasa yang

kemudian secara berangsur-angsur mempunyai fungsi sebagai alat rakyat dalam

perjuangan kekuasaan melawan golongan penguasa.

Setelah perjuangan dimenangkan oleh rakyat, konstitusi bergeser

kedudukan dan perannya dari sekedar penjaga keamanan dan kepentingan hidup

rakyat terhadap kezaliman golongan penguasa, menjadi senjata rakyat untuk

mengakhiri kekuasaan sepihak satu golongan dalam sistem monarkhi dan oligarki,

serta untuk membangun tata kehidupan baru atas dasar landasan kepentingan

bersama rakyat dengan menggunakan berbagai ideology seperti; individualism,

universalisme, demokrasi, dan sebagainya. Selanjutnya, kedudukan dan fungsi

konstitusi ditentukan oleh ideologi yang melandasi Negara.

Secara prinsip tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kesewenangan

tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan

pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Loewenstein bahwa; konstitusi itu suatu

sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan. Oleh karena itu, setiap

konstitusi mempunyai dua tujuan:21

21

Koerniatmanto Soetoprawiro, 1987, Konstitusi: Pengertian dan Perkembangannya, Pro

Justita, No. 2 Tahun V, Jakarta, h. 31

Page 8: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

8

a) Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan

politik,

b) Untuk membebaskan kekuasaan dari control mutlak para penguasa, serta

menetapkan bagi para penguasa batas-batas kekuasaan.

Kemudian dalam Teori Konstitusi (Constitutional Theory), oleh

Maarseven dan Tang mengemukakan adanya tiga level pengkajian,22

yaitu

a) National Theory, yaitu teori yang mengkaji Konstitusi suatu Negara

tertentu;

b) Comparative Constitusional Theory, yang kajiannya membandingkan

Konstitusi-konstitusi berbagai Negara;

c) General Constitutional Theory, yang kajiannya berkaitan dengan teori-

teori umum konstitusi.

Beranjak dari teori konstitusi, maka penulis menyederhanakan bahwa tujuan

konstitusi berdasarkan Comparative Constitusional Theory.

2.1.3 Fungsi Konstitusi

Berkenaan dengan fungsi konstitusi dalam suatu negara, sebagaimana

dikatakan oleh Maarseven dan Tang bahwa; bagi suatu negara, konstitusi,

khususnya konstitusi tertulis (Undang-Undang Dasar) merupakan suatu “politico-

legal document” yang secara substantive bermakna hukum dasar suatu negara,

kumpulan aturan-aturan dasar yang membentuk institusi pokok negara, mengatur

lembaga-lembaga negara yang paling penting kekuasaannya dan hubungannya

satu sama lain, mengatur hak dan kewajiban dasar warga negara, mengatur dan

22

Nuruddin Hady, op. cit., h. ix

Page 9: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

9

membatasi kekuasaan negara beserta institusinya, dan menentukan hubungan

antara negara dan masyarakat. Dengan demikian, konstitusi bagi suatu negara

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a) Fungsi ideologis (ideological function), dalam hal ini konstitusi

memerlukan suatu komitmen terhadap suatu ideologi tertentu, misalnya di

Indonesia, Pancasila;

b) Fungsi Nasionalistis (nationalistic function), konstitusi berfungsi

memelihara nasionalisme negara, yakni rasa persatuan dan kesatuan

identitas nasional lewat bendera, lambang, dan lagu kebangsaan, maka

disebut juga “fungsi integrasi” dari konstitusi;

c) Fungsi struktur (structuring function), yaitu membangun harapan-harapan

politik dan bagaimana harapan-harapan tersebut akan diwujudkan, dalam

hal ini disebut juga “fungsi orientasi” dari konstitusi;

d) Fungsi publikatif (publicative function), yaitu sebagai bukti kelahiran

(birth sertivicate) suatu negara untuk menunjukkan eksistensinya dalam

komunitas internasional;

e) Fungsi rasionalisasi (rationalizing function), yaitu konstitusi

mengekspresikan tujuan-tujuan politik dalam terminologi dan formulasi

hukum;

f) Fungsi registrasi (registration function), dalam hal ini konstitusi merekam

berbagai perkembangan dan konflik politik yang terjadi di suatu negara;

g) Fungsi simbol (simbol function), yakni konstitusi berfungsi memberikan

inspirasi bagi masyarakatnya atas kebutuhan manusia akan hak asasi

manusia, keadilan, rule of law, demokrasi, dan sebagainya;

h) Fungsi pembatas (barrier function), yakni mencegah atau memberi batasan

agar perubahan-perubahan politik dan kenegaraan tidak berlangsung

secara anarkis.

Relevansinya fungsi konstitusi dalam suatu negara sebagai kerangka

negara dan konstitusi juga sebagai dasar ideologi dan arah dari politik suatu

negara. Kedudukan, fungsi dan tujuan konstitusi dalam suatu negara berubah dari

zaman ke zaman. Kemudian K.C. Wheare memandang fungsi konstitusi

mendiskripsikan seluruh sistem pemerintahan suatu negara. Tentunya memiliki

perbedaan dengan yang telah disebutkan sebelumnya. Pertama, sebagai dasar atau

pedoman penyelenggara pemerintahan negara secara umum.

Page 10: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

10

Kedua, hukum tertinggi bagi pembentukan hukum-hukum lain, ketiga,

mengatur hubungan antara yang diperintah dan memerintah. Keempat, mengatur

hak-hak konstitusional warga negara.23

Terkait dengan penulisan, agar fungsi

konstitusi tetap eksis dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, memerlukan

lembaga yang memiliki kekuasaan judicial untuk menjaga dan melindunginya

kesaktiannya, sehingga penyelenggara negara tidak menyimpang dari amanat

yang ditetapkan.

2.1.4 Hakekat Konstitusi

Hakekat, makna, dan arti penting konstitusi suatu konstitusi, dapat dilihat

dari pendapat beberapa para ahli, berikut:

1. John Locke (1632-1704), menyebut konstitusi sebagai batas pemakaian

kekuasaan negara dan prasyarat keabsahan negara modern.24

2. Montesquieu (1689-1755) menjadikan konstitusi sebagai jimat.25

3. K.C. Wheare menyebut konstitusi sebagai instrumen dimana pemerintah

dapat diawasi.26

4. Hans Kelsen (1881-1973) menyebutnya konstitusi sebagai grundnorm.27

5. Amerika Serikat menyebutnya, konstitusi sebagai kitab suci negara,28

sebab, Konstitusi itu mutlak merupakan kata akhir dari perwujudan

legitimasi, melanggar konstitusi berarti melampaui batas mandat politik.29

2.2 Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata “sistem” dan

“pemerintahan”. Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian

yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun

23

K.C. Wheare, 1973, Modern Constitutions, edisi ke III, Oxford University Press, New

York, h.7 24

Franz Magnis Suseno, 1987, Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Negara

Modern, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 223 25

Montesquieu, The Spirit, op. cit, h. xiv 26

K.C.Wheare, Modern , loc. cit 27

Ibrahim R, Sistem , loc. cit. 28

Earl R. Kruschke, 1968, An Introduction to The Constitution of The United State,

American Book Company, New York, h. 1 29

David E. Apter, 1996, Pengantar Analisis Politik, LP3ES, Jakarta, h. 140-142

Page 11: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

11

hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan itu

menimbulkan suatu ketergantungan antar bagian-bagian yang akibatnya jika salah

satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya

itu.30

Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang memiliki

hubungan fungsional, baik antara bagian yang satu dengan bagian yang lain

maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhan, sehingga hubungan itu dapat

menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian yang satu dengan bagian yang

lainnya, akibat yang ditimbulkan jika salah satu bagian yang tidak bekerja dengan

baik maka akan mempengaruhi bagian-bagian yang lainnya.31

Pamudji menegaskan bahwa : “Sistem adalah suatu kebulatan atau

keseluruhan yang utuh, dimana didalamnya terdapat komponen-komponen yang

pada gilirannya merupakan sistem tertentu yang mempunyai fungsi masing-

masing, saling berhubungan satu dengan yang lain menurut pola, tata atau norma

tertentu dalam rangka mencapai satu tujuan”.32

Sistem merupakan hubungan

fungsial antara bagian-bagian yang terkait satu sama lain, apabila salah satu dari

bagian terkendala, maka secara tidak langsung dapat mempengaruhi keseluruhan

sistem dan menjadi tidak kestabilan.

Sedangkan konsep pemerintahan dalam arti luas adalah segala sesuatu

yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya

dan kepentingan negara sendiri ; jadi tidak diartikan sebagai pemerintahan yang

hanya menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas

30

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1983, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,

cet. ke-5, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, h. 171 31

Ibid, h. 66 32

Pamudji, 1985, Perbandingan Pemerintahan, Bina Aksara, Jakarta, h. 9

Page 12: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

12

lainnya termasuk legislatif dan yudikatif, sehingga sistem pemerintahan adalah

pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-lembaga negara yang

menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu, dalam rangka kepentingan rakyat,33

Dengan demikian antara kata sistem dan pemerintahan, digabungkan

memiliki pengertian sebagaimana dalam ilmu negara umum (algemeine

staatslehre) yang dimaksud sistem pemerintahan ialah sistem hukum

ketatanegaraan, baik yang berbentuk monarki maupun republik, yaitu mengenai

hubungan antar pemerintah dan badan yang mewakili rakyat. Ditambahkan

Mahfud MD, sistem pemerintahan dipahami sebagai sebuah sistem hubungan tata

kerja antar lembaga-lembaga negara.34

Senada dengan pendapat para ahli tersebut,

Jimly Asshiddiqie mengemukakan, sistem pemerintahan berkaitan dengan

pengertian regeringsdaad, yaitu penyelenggaraan pemerintahan oleh eksekutif

dalam hubungannya dengan fungsi legislatif.35

Berhubungan dengan berbagai penelusuran dari berbagai literatur hukum

tata negara dan ilmu politik, terdapat beberapa varian sistem pemerintahan oleh

C.F. Strong membagi sistem pemerintahan ke dalam kategori: parliamnetary

executive dan non-parliamnetary executive atau the fixed executive. Lebih

bervariasi lagi Giovanni Sartori membagi sistem pemerintahan menjadi tiga

kategori: Presidentialism, parliamnetary system, dan semi-Presidentialism. Jimly

Asshiddiqie dan Sri Soemantri juga mengemukakan tiga variasi sistem

pemerintahan, yaitu: sistem pemerintahan Presidensial (Presidential system),

33

Pamudji, loc.cit. 34

Saldi Isra, 2010, Pergeseran Fungsi Legislatif : Menguatnya model Legislasi

Parlementer Dalam Sistem Presidensial Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, h. 23 35

Jimly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Reformasi. Buana Ilmu, Jakarta, h. 311

Page 13: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

13

sistem parlementer (parliamnetary system), dan sistem pemerintahan campuran

(mixed system atau hybrid system).36

2.2.1 Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem parlementer yang merupakan sistem pemerintahan dimana

hubungan antara eksekutif dan badan perwakilan (legislatif) sangat erat. Hal ini

disebabkan adanya pertanggungjawaban para menteri terhadap parlemen. Maka

setiap kabinet yang dibentuk harus memperoleh dukungan kepercayaan dengan

suara terbanyak di parlemen. Dengan demikian kebijakan pemerintah atau kabinet

tidak boleh menyimpang dari apa yang di kehendaki oleh parlemen.37

Sistem Parlementer dua partai, ketua partai politik yang memenangkan

pemilu sekaligus di tunjuk sebagai formatur kabinet, dan langsung sebagai

perdana menteri. Seluruh menteri dalam kabinet adalah mereka yang terpilih

sebagai anggota parlemen, dengan konsekuensi setelah diangkat mejadi menteri

harus non aktif dalam parlemen (kabinet parlementer). Karena partai politik yang

menguasai kabinet adalah sama dengan partai politik yang memegang mayoritas

di parlemen.

Sistem parlementer multi partai, parlemen tidak satupun dari partai politik

yang mampu menguasai kursi secara mayoritas, maka pembentukan kabinet di

sini sering tidak lancar. Kepala negara akan menunjuk tokoh politik tertentu untuk

bertindak sebagai pembentuk kabinet/formatur. Dalam hal ini formatur harus

mengingat pertimbangan kekuatan di parlemen, sehingga setiap kabinet dibentuk

merupakan bentuk kabinet koalisi (gabungan dari beberapa partai politik). Karena

36

Saldi Isra, Op.cit, h. 24 - 25 37

Titik Triwulan, 2006, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, Prestasi Pustaka, Jakarta, h. 98

Page 14: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

14

koalisi didasarkan pada kompromi, kadang-kadang terjadi setelah kabinet

berjalan, dukungan yang diberikan oleh salah satu partai politik ditarik kembali

dengan cara menarik menterinya (kabinet mengembalikan mandatnya kepada

kepala negara). Sehingga dalam sistem parlemen dengan multi partai sering terjadi

ketidakstabilan pemerintahan (sering penggantian kabinet). Misal, Republik

Indonesia Tahun 1950-1959, di mana terjadi 7 kali pergantian kabinet.38

2.2.2. Sistem Pemerintahan Presidensial

Pemerintahan sistem Presidensial suatu pemerintahan yang dimana

kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat,

dengan kata lain kedudukan eksekutif berada di luar pengawasan (langsung)

parlemen. Dalam sistem ini Presiden memiliki kekuasaan yang kuat, karena selain

sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan yang mengetahui kabinet

(dewan menteri).39

Oleh karena itu agar tidak menjurus kepada diktatorisme,

maka diperlukan check and balance antar lembaga negara.

Amerika Serikat merupakan tanah kelahiran dan contoh ideal sistem

pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan ini lahir sebagai upaya Amerika

Serikat menentang dan melepaskan diri dari kolonial Inggris, dengan membentuk

sistem pemerintahan yang berbeda, yaitu pemisahan kekuasaan antara legislatif

dan eksekutif sebagaimana konsep Trias Politica-nya Montesquieu.40

Jimly

Asshiddiqie mengemukakan sembilan karakter pemerintahan Presidensial sebagai

berikut:

38

Ibid, h. 100 39

Ibid, h. 102 40

Saldi Isra, Op.cit., h. 31-32

Page 15: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

15

a) Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan

eksekutif dan legislatif.

b) Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif Presiden tidak

terbagi dan yang ada hanya Presiden dan wakil Presiden saja.

c) Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya

kepala negara adalah sekaligus kepala pemerintahan.

d) Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai

bawahan yang bertanggung jawab kepadanya

e) Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demikian

pula sebaliknya.

f) Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen

g) Berlaku prinsip supremasi konstitusi, karena itu pemerintah eksekutif

bertanggung jawab kepada konstitusi

h) Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat

i) Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat.41

Salah satu karakter sistem pemerintahan Presidensial yang utama adalah

Presiden memegang fungsi ganda, yaitu sebagai kepala negara sekaligus kepala

pemerintahan. Dalam kekuasaan eksekutif, sebagai kepala pemerintah, Presiden

memegang kekuasaan tunggal dan tertinggi. Presiden memilih dan mengangkat

menteri anggota kabinet dan berperan penting dalam pengambilan keputusan

didalam kabinet, tanpa bergantung kepada lembaga legislatif.

Karakter sistem Presidensial dapat juga dilihat dari pola hubungan antara

lembaga eksekutif (Presiden) dengan lembaga legislatif, dimana adanya pemilihan

umum yang terpisah untuk memilih Presiden dan anggota legislatif. Sistem

Presidensial membawa ciri yang kuat pada pemisahan kekuasaan, dimana badan

eksekutif dan badan legislatif bersifat independen satu sama lain.42

2.2.3 Sistem Pemerintahan Semi-Presidensial

Sistem pemerintahan campuran (mixed system atau hybrid system) adalah

sistem pemerintahan yang berupaya mencarikan titik temu antar sistem

41

Jimly Asshiddiqie, op.cit., h. 316. 42

Saldi Isra, op.cit., h. 40

Page 16: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

16

pemerintahan Presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. Fungsi ganda

Presiden sebagaimana dalam sistem pemerintahan Presidensial tetap

dipertahankan. Namun sebagai kepala pemerintahan, Presiden berbagi kekuasaan

dengan perdana menteri yang menimbulkan dual executive system.43

Maksudnya

dalam sistem pemerintahan semi Presidensial terdapat dua lembaga eksekutif

yaitu Presiden dan perdana menteri, namun dalam penyelenggaraan pemerintahan

berada pada perdana mentri dan dibantu oleh para mentri, sedangkan Presiden

hanya sebagai simbol pemersatu.

Berdasarkan pola hubungan antara Presiden dengan perdana menteri atau

lembaga legislatif, pengaturan dalam konstitusi dan situasi politik sebuah negara

mix sistem dapat menjadi sistem semi-Presidensial dan semi-parlementer. Jika

konstitusi atau situasi politik cenderung memberikan kekuasaan lebih besar bagi

Presiden, sistem pemerintahan campuran lebih sering disebut dengan sistem semi-

Presidensial. Sebaliknya jika perdana menteri dan badan legislatif mempunyai

kekuasaan lebih besar dari Presiden, sistem campuran lebih sering disebut dengan

sistem semi-parlementer.44

Demikian untuk mengkaji sistem pemerintahan, tidak bisa dilepaskan dari

demokrasi dan kedaulatan rakyat, yang akan mempengaruhi bagaimana sistem

pemerintahan parlementer, Presidensial, dan semi-Presidensial dilahirkan dan

dibangun sebagai suatu sistem pemerintahan suatu negara, termasuk negara

Indonesia.

43

Ibid, h. 48 44

Ibid, h. 45

Page 17: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

17

Sistem pemerintahan Presidensial Indonesia dapat dilihat ketentuan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai berikut:

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negeri Republik Indonesia Tahun

1945, Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada

Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negeri Republik Indonesia Tahun

1945, setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan

Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negeri Republik Indonesia Tahun

1945, jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan

bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam

persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Pasal 20 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, persidangan mengesahkan rancangan undang-undang yang

telah disetujui untuk menjadi undang-undang.

Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, dalam rancangan undang-undang yang telah disetujui

bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari

semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-

undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

Negara Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensial sebagai

pijakan meletakkan kedudukan Mahkamah Konstitusi, berwenang mengadili pada

tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final : untuk menguji

undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan

lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,

memutus pembubaran partai politik, memutus perselisihan tentang hasil pemilihan

umum.

2.3 Negara Hukum

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, negara Indonesia adalah negara hukum, ketentuan tersebut, memunculkan

Page 18: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

18

pertanyaan-pertanyaan, apa makna, hakekat, dan prinsip negara hukum Indonesia

tersebut, untuk menjawab pertanyaan tersebut, memerlukan pendekatan sejarah

ketatanegara Indonesia, acuan atau referensi di sidang BPUPKI yang kemudian

melahirkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan penjelasannya, dan kemudian

telah diamandemen untuk keempat kalinya ( Tahun 1999, Tahun 2000, Tahun

2001, Tahun 2002), diberi nama Undang-Undang Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Sejarah perkembangan pemikiran negara hukum mulai dari yang klasik

sampai modern. Negara hukum menurut Plato (427-347 SM), adalah nomokrasi

bahwa negara harus dipimpin orang bijak (the philosophers),dan membagi warga

negara menjadi tiga lapisan, yaitu: the perfect guardians (kaum filosof yang bijak

bestari), the auxiliary guardians (golongan pembantu seperti militer dan

teknokrat), dan the ordinary people (kaum petani dan pedagang).45

Rechtsstaat berkembang dalam suasana liberalisme dan kapitalisme abad

ke-18, dirumuskan oleh Immanuel Kant (1724-1804) untuk menjabarkan paham

laissezfaire laissez aller dan nachwachtersstaat, untuk menjamin kedudukan

hukum setiap individu,46

diinspirasi oleh ajaran pemisahan kekuasaan

Montesquieu (1689-1755), untuk menghindari pemusatan kekuasaan yang dapat

mendorong terjadinya kesewenang-wenangan dari setiap pemegang kekuasaan.

45

Jimly Asshiddiqie, 1998, Agenda Pembangunan Hukum Nasional Di Abad Globalisasi,

Balai Pustaka, Jakarta, h. 82-83 46

Ibid., h. 90

Page 19: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

19

Perkembangan lebih lanjut rechtsstaat dari Immanuel Kant (1724-1804)

dan disempurnakan Friedrich J. Stahl (1802-1861),47

berikut:

1. Adanya jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia,

2. Adanya pemisahan kekuasaan negara berdasarkan trias politika,

3. Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada undang-undang,

4. Adanya peradilan administrasi negara.

Ajaran rechtsstaat berbeda dengan the rule of law. Rule of law dimulai

dari Inggris dan juga berkembang di Amerika Serikat dalam government of

judiciary disebut the rule of law. Menurut W. Friedman, the rule of law punya dua

arti, yaitu formal dan materiil. Dalam arti formal adalah kekuasaan umum yang

terorganisasi (organized public power) dan setiap negara modern memiliki rezim

hukum sendiri-sendiri. Sedangkan, arti material adalah pemerintahan oleh hukum

berkeadilan (the rule of just law). Rule of law menurut A.V. Dicey (1835-1922),

memiliki tiga unsur,48

sebagai berikut:

1. supremacy of law,

2. equality before the law,

3. Constitution based on individual rights.

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, belum mencerminkan makna, hakikat, dan prinsip negara hukum yang

dikehendaki bangsa Indonesia, kecuali pemahamannya menggunakan pendekatan

sejarah, dari Penjelasan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 oleh Soepomo

memberikan makna negara hukum itu menjadi negara berdasarkan atas hukum

(rechtsstaat), kalau dilihat secara etimologi bahwa rechtsstaat diterjemahkan

47

Ibrahim R, Sistem, Op.Cit, h. 72 ; adalah unsur negara hukum dari Immanuel Kant,

yaitu unsur 1 dan 2, kemudian ditambah oleh Friedrich Stahl, unsur 3 dan 4 48

A.V. Dicey, 1971, An Introduction to the Study of the Law Constitution, English

Language Book Society, London, h. 184 - 204

Page 20: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

20

menjadi negara hukum, kemudian pemikiran Soepomo tersebut direkonstruksikan

kembali oleh Ibrahim R,49

sebagai berikut:

1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia,

2. Supremacy of law,

3. Equality before the law,

4. Adanya pembagian kekuasaan negara berdasarkan trias politika,

5. Setiap tindakan pemerintah berdasarkan atas undang-undang, dan

6. Adanya peradilan yang bebas dan merdeka.

Dalam kesempatan yang sama, Ibrahim R merekonseptualisasikan unsur

rechtsstaat dan rule of law sebagai teori negara hukum demokratis memiliki unsur

sebagai negara hukum demokratis,50

berikut:

1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia berdasarkan ideologi,

2. Kedudukan yang sama dalam hukum bagi setiap warga negara,

3. Tindakan pemerintah berdasarkan konstitusi yang dilaksanakan dengan

undang-undang,

4. Pembagian kekuasaan berdasarkan trias politika,

5. Adanya peradilan yang bebas dan merdeka, dan

6. Adanya kode moral dan akhlak yang melahirkan karakteristik bangsa dan

negara.

Dari uraian dan kajian prinsip, makna dan hakikat negara hukum tersebut

di atas, yang dijadikan standar dan acuan, untuk mengkaji permasalahan disertasi,

adalah negara berdasarkan atas hukum menurut Soepomo,51

dan teori negara

hukum demokratis menurut Ibrahim R.52

Mengapa menggunakan kedua konstruksi

negara hukum ini sebagai kerangka pikir, sebab kedua konstruksi tersebut lebih

sempurna dan sesuai dengan kebutuhan teoritik pemecahan masalah.

49

Ibrahim R, 2015, Kebijakan Pemerintah dan Negara Hukum, Program Doktor Ilmu

Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 6 50

Ibrahim R, Sistem, loc. cit., Soepomo menggunakan istilah “negara berdasarkan atas

hukum (rechtstaat), sedangkan Ibrahim R, menggunakan istilah “negara hukum demokratis”,

perpaduan negara hukum dan demokrasi sebagai platform membangun negara modern di abad ke-

21. 51

R. Soepomo, salah satu the founding father bangsa Indonesia, anggota BPUPKI dan

PPKI 52

Ibrahim R, loc.cit., h. 6

Page 21: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

21

2.4 Pembagian Kekuasaan Negara

Konstitusi atau Undang-Undang Dasar suatu negara salah satunya

pengaturan pembagian kekuasaan didalam suatu negara. Pembagian kekuasaan

menurut fungsinya menujukkan perbedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan

yang bersifat legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal sebagai trias

politika.53

Trias politika adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga

macam kekuasaan : Pertama, kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat

undang undang (dalam peristilahan baru sering disebut rule making function);

kedua, kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-undang (rule

application function) ; ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan mengadili atas

pelanggaran undang-undang (rule adjudication function). Trias politika adalah

suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini sebaiknya tidak

diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan

oleh pihak yang berkuasa. Dengan demikian hak-hak asasi warga negara lebih

terjamin.54

Selanjutnya dikatakan oleh Ibrahim R, pembagian kekuasaan merupakan

salah satu usaha untuk membatasi kekuasaan pemerintah pada negara hukum

demokratis, dengan pembagian kekuasaan, melalui teori trias politika, teori

lembaga negara, yang akan melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan

kewenangan attributie.55

Distribusi kekuasaan harus dilakukan menurut ketentuan

53

Ibid., h. 30 54

Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi, Cetakan Pertama,

Gramedia, Jakarta, h. 281-282 55

Ibrahim R, Sistem, op.cit.

Page 22: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

22

Undang-Undang Dasar, didasarkan pada pilihan sistem pemerintahan dan

pembagian kekuasaan, sehingga, menjadi jelas kewenangan dari masing-masing

organ negara, lembaga negara dan sekaligus menjadi standar tolak ukur tanggung

jawab.

Standar tanggung jawab harus dimulai dari kewenangan yang asli, yaitu

attributie dari lembaga negara/organ negara, bermuara pada sistem pembagian

kekuasaan sebagai yang pertama dan utama mendapatkan kewenangan,

kewenangan attributie yang oorspronkelijk (bersifat asli artinya pertama dan

utama). Kewenangan asli yang diterima organ/lembaga negara, kemudian dapat

dilimpahkan oleh pemegang kewenangan asli dalam bentuk delegatie, sedangkan

kewenangan mandaat melekat dan ikut di dalamnya.56

Kemudian dalam mengkaji model atau sistem pembagian kekuasaan,

dikenal beberapa teori, yaitu : teori Goodnow, policy making dan policy

executing,57

Van Vollenhoven: legislatief, executief, yudikatief, dan politie.58

Teori

trias politika (legislatif, eksekutif, dan yudisial) dari Montesquieu (1689-

1755).59

Negara Indonesia, tidak menganut salah satu teori pembagian kekuasaan

tersebut di atas, negara Indonesia memperkenalkan lembaga-lembaga negara,

yaitu: MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, dan MK.

Pembagian kekuasaan itu sangat penting, supaya tidak terjadi penumpukan

kekuasaan pada satu tangan dan menghindari timbulnya kekuasaan yang absolut.

56

Ibrahim R, 2008, Status Hukum Internasional dan Perjanjian Internasional Dalam

Hukum Nasional: Permasalah Teoritik dan Praktek, Makalah Seminar Nasional Kersama Deplu

dan Fakultas Hukum Unair di Surabaya, 18 Oktober , h. 18-22 57

Padmo Wahyono, 1996, Ilmu Negara, Indo Hill Co, Jakarta, h. 171 58

Ibid., h. 175 59

Montesquieu, 1949, The Spirit of The Laws, (Translated by Tomas Nugent), Hafner

Press A Division of Macmillan Publishing, Ner York, h. xli

Page 23: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

23

Negara Indonesia tidak menganut ajaran trias politika, karena menganut

pembagian kekuasaan negara dan melahirkan lembaga negara, yaitu: Mejelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan

Perwakilan Daerah (DPD), Presiden, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),

Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK). Akan tetapi, logika

trias politika digunakan dan tercermin pada tugas dan wewenang lembaga negara

tertentu. Pembagian kekuasaan negara ini berguna untuk melihat letak dan

kedudukan Mahkamah Konstitusi yang diberi kompetensi dalam Pasal 24C

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2.5 Teori Kewenangan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata wewenang disamakan

dengan kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk

bertindak, kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan

tanggung jawab kepada orang dan badan lain.60

Ateng Syafrudin berpendapat ada perbedaan antara pengertian

kewenangan dan wewenang. Kita harus membedakan antara kewenangan

(authority, gezag) dengan wewenang (competence, bevoegheid). Kewenangan

adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan

yang diberikan oleh undang-undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu

“onderdeel” (bagian) tertentu saja dari kewenangan. Di dalam kewenangan

terdapat wewenang-wewenang (rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan

lingkup tindakan hukum publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya

60

Kamal Hidjaz, 2010, Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem

Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Pustaka Refleksi, Makasar, h. 35

Page 24: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

24

meliputi wewenang membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi

wewenang dalam rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta

distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan.61

Secara yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan

oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.

Pengertian wewenang menurut H.D. Stoud, adalah:

Bevoegheid wet kan worden omscrevenals het geheel van bestuurechttelijke

bevoegdheden door publiekrechtelijke rechtssubjecten in het

bestuurechttelijke rechtsverkeer. (wewenang dapat dijelaskan sebagai

keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan

penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik dalam hukum

publik).62

Dengan demikian dari berbagai penjelasan tentang kewenangan (authority)

memiliki definisi yang berbeda dengan wewenang (competence). Kewenangan

merupakan kekuasaan formal, berasal dari undang-undang, sedangkan wewenang

ialah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek hukum)

yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang untuk

menggunakan kewenangan itu. Kewenangan yang dimiliki oleh organ (institusi)

pemerintahan untuk melakukan perbuatan nyata (riil), mengadakan pengaturan

atau mengeluarkan keputusan selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh

dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat.

61

Ateng Syafrudin, 2000, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih

dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Universitas Parahyangan, Bandung, h. 22 62

Indroharto, 1994, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie

Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik,, Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 65

Page 25: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

25

Suatu atribusi menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi

(Undang-Undang Dasar). Pada kewenangan delegasi, harus ditegaskan suatu

pelimpahan wewenang kepada organ pemerintahan yang lain. Pada mandat tidak

terjadi pelimpahan apapun dalam arti pemberian wewenang, akan tetapi, yang

diberi mandat bertindak atas nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat,

pejabat yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama

mandator (pemberi mandat).

Dikaitkan dengan Jabatan kenegaraan pada setiap sistem pemerintahan,

wajib dihubungkan dengan pembagian kekuasaan negara, untuk menentukan

pembagian tugas dan wewenang dan sekaligus sebagai batas tanggung jawab dari

masing-masing lembaga negara dan hubungan antara lembaga, sesuai dengan

prinsip dan hakikat pembagian kekuasaan. Prinsip dan hakekat pembagian

kekuasaan,63

sebagai berikut:

1. Setiap kekuasaan, wajib dipertanggungjawabkan.

2. Setiap pemberian kekuasaan, harus dipikirkan beban tangung jawab untuk

setiap penerima kekuasaan.

3. Kesediaan untuk melaksanakan tanggung jawab, harus secara inklusif

sudah diterima pada saat menerima kekuasaan.

4. Tiap kekuasaan ditentukan batas kewenangan dan beban tanggung jawab.

5. Kewenangan dan beban tanggung jawab, ditentukan oleh bentuk dan

struktur dalam pembagian kekuasaan negara.

Prinsip mengenai teori kewenangan, ditentukan cara kekuasaan itu

diperoleh, pertama-tama kekuasaan diperoleh melalui attributie (oorspronkelijk

dalam arti asli, setelah itu dilakukan pelimpahan (afgeleid) yang dilakukan

63

Ibrahim R, 2009, Refleksi Satu Dekade Reformasi Indonesia: Sektor Politik, Hukum,

Pemikiran dan Agenda Berikutnya, Makalah Seminar Nasional Dies Natalis ke-47 UNUD dan

Kerjasama dengan Deplu, 7-8 September 2009, h. 7-8

Page 26: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

26

melalui delegatie, sedangkan mandaat mengikuti dan melekat pada attributie dan

delegatie.64

Kewenangan attributie diperoleh dan dimulai dari sistem pembagian

kekuasaan, pada sistem pemerintahan yang dianut suatu negara, diluar itu tidak

ada kewenangan attributie, ketentuan kewenangan dan beban tanggung jawab

ditetapkan dalam konstitusi, kecuali negara yang tidak mempunyai konstitusi,

seperti Inggris diatur dalam undang-undang. Delegatie dilakukan oleh pemegang

wewenang attributie dan dalam waktu tertentu, penerima bertindak atas nama diri

sendiri dan bertanggungjawab secara eksternal. Penerima kewenangan attributie,

tergantung pola sistem pembagian kekuasaan bernilai kedaulatan rakyat dan untuk

menghindari absolutisme. Pembentukan kekuasaan dinyatakan dalam konstitusi,

yang oleh Henc Van Maarseveen, disebutnya, bahwa setiap konstitusi sebagai

Reglement van Attributie.65

Banyak literatur yang membicarakan tentang teori

kewenangan, tetapi, terjadi kekeliruan dalam pemahaman dan penempatan tentang

kewenangan.

Kewenangan lembaga-lembaga negara, pada sistem pembagian kekuasaan

negara berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, dapat digambarkan,66

sebagai berikut:

1. Lembaga negara yang mendapatkan kewenangan attributie, yaitu MPR,

DPR, DPD, PRESIDEN, BPK, MA, dan MK

2. Lembaga dan organ negara yang mendapatkan kewenangan delegatie,

yaitu Menteri, Pejabat Tinggi Negara Setingkat Menteri, dan Gubernur

3. Lembaga dan organ negara yang menerima kewenangan sub-delegatie,

yaitu eselon satu.

64

Ibrahim R, Status, loc.cit. 65

Henc Van Maarseveen dan Ger Van der Tang, 1978, Written Contitutions A

Computerrized Comparative Study, Oceana Publications Inc, Dobbs Ferry, New York, h. 11-12 66

Ibrahim R, 2015,Hukum Kebijakan, Op. Cit, h. 8

Page 27: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

27

2.5.1 Sumber Kewenangan

Prinsip negara hukum dikenal asas legalitas yang menjadi pilar utamanya

dan merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar bagi para

penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap negara hukum terutama

bagi negara-negara hukum dan sistem kontinental.67

Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa kewenangan diperoleh melalui

tiga sumber yaitu; atribusi, delegasi, mandat. Kewenangan atribusi lazimnya

digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh Undang-Undang Dasar,

kewenangan delegasi dan Mandat adalah kewenangan yang berasal dari

pelimpahan.68

Bedanya kewenangan delegasi terdapat adanya pemindahan atau

pengalihan kewenangan yang ada, atau dengan kata lain pemindahan kewenangan

atribusi kepada pejabat dibawahnya dengan dibarengi pemindahan tanggung

jawab.

Sedangkan pada kewenangan mandat yaitu dalam hal ini tidak ada sama

sekali pengakuan kewenangan atau pengalihtanganan kewenangan, yang ada

hanya janji-janji kerja intern antara penguasa dan pegawai (tidak adanya

pemindahan tanggung jawab atau tanggung jawab tetap pada yang memberi

mandat).69

Setiap kewenangan dibatasi oleh isi atau materi, wilayah dan waktu.

Cacat pada setiap aspek tersebut akan dapat menimbulkan cacat kewenangan

(onbevoegdheid) yang menyangkut cacat isi, cacat wilayah, dan cacat waktu.

2.5.2 Sifat Kewenangan

67

Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2002, Paradoksal Konflik dan otonomi Daerah,

Sketsa bayang-bayang Konflik Dalam Prospek Masa Depan Otonomi Daerah, h. 65 68

Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, op.cit., h. 112 69

Ibid, h. 67

Page 28: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

28

Mengenai sifat kewenangan pemerintahan yaitu yang bersifat terikat,

fakultatif, dan bebas, terutama dalam kaitannya dalam kewenangan kewenangan

pembuatan dan penerbitan keputusan-keputusan (besluiten) dan ketetapan-

ketetapan (beschikkingan) oleh organ pemerintahan, sehingga dikenal ada

keputusan yang bersifat terikat dan bebas.

Menurut Indroharto; pertama, pada wewenang yang bersifat terikat, yakni

terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang

bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit

banyak menentukan tentang isi dan keputusan yang harus diambil, kedua,

wewenang fakultatif terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha negara yang

bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih

ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalm hal-hal atau keadaan

tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya:

Ketiga, wewenang bebas, yakni terjadi ketika peraturan dasarnya

memberikan kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara untuk

menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau

peraturan dasarnya memberi ruang lingkup kebebasan kepada pejabat tata usaha

negara yang bersangkutan. Philipus mandiri Hadjon mengutip pendapat N. M.

Spelt dan Ten Berge, membagi kewenangan bebas dalam dua kategori yaitu

kebebasan kebijaksanaan (beleidsvrijheid) dan kebebasan penilaian

(beoordelingsverijheid) yang selanjutnya disimpulkan bahwa ada dua jenis

Page 29: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

29

kekuasaan bebas yaitu : pertama kewenangan untuk memutuskan mandiri; kedua,

kewenangan interpretasi terhadap norma-norma tersamar (verge norm).70

2.6 Kerangka Konseptual

2.6.1 Kekuasaan Kehakiman

Meskipun lembaga pelaksana atau pelaku kekuasaan kehakiman ada dua,

yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi tetapi di samping keduanya

ada pula Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas martabat, kehormatan, dan

perilaku hakim. Keberadaan fungsi Komisi Yudisial ini bersifat penunjang

(auxiliary) terhadap cabang kekuasaan kehakiman dan bukanlah sebagai penegak

hukum tetapi merupakan lembaga penegak etika kehakiman.

Sejalan dengan pendapat Jimly. Zoelva kemudian menjelaskan pula jenis-

jenis organ negara dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Zoelva

menerangkan bahwa Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan paling

tidak 8 (delapan) organ negara yang menerima kewenangan konstitusional

langsung dari Undang-Undang Dasar, yaitu DPR, DPD, MPR, BPK, Presiden dan

Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.

Selain itu, terdapat banyak institusi atau organ baik sebelum atau setelah

perubahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjalankan fungsi negara

tetapi tidak disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 baik secara

ekspresif verbis maupun tidak. Institusi atau organ ini lahir atau dibentuk baik

berdasarkan undang-undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan Presiden.71

70

Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Makalah, Universitas Airlangga, Surabaya,

tanpa tahun, h. 112 71

Hamdan Zoelva, Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di

Indonesia, Jurnal Negarawan, Sekretariat Negara RI, November 2010, h. 65.

Page 30: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

30

2.6.2 Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi merupakan suatu lembaga negara yang terbentuk

setelah dilakukannya amandemen ketiga terhadap Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945). Dalam amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Tahun

1945 dilakukan perubahan pada Bab IX mengenai kekuasaan kehakiman dengan

mengubah ketentuan Pasal 24 UUD Tahun 1945 sebelum perubahan dan

menambahkan tiga pasal baru dalam ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketentuan mengenai Mahkamah

Konstitusi dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

disebutkan dalam Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia Mahkamah Konstitusi memiliki

fungsi untuk mengawal konstitusi, agar dilaksanakan dan dihormati baik

penyelenggara kekuasaan negara maupun warga negara. Mahkamah Konstitusi

menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi (Undang-Undang Mahkamah Konstitusi) sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang berfungsi menangani perkara

tertentu di bidang ketatanegaraan dalam rangka menjaga konstitusi agar

dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai dengan kehendak rakyat dan cita

demokrasi.

Page 31: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

31

Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa dalam konteks ketatanegaraan,

Mahkamah Konstitusi dikonstruksikan sebagai pengawal konstitusi yang

berfungsi menegakkan keadilan konstitusional ditengah kehidupan masyarakat,

Mahkamah Konstitusi bertugas mendorong dan menjamin agar konstitusi

dihormati dan dilaksanakan oleh semua komponen negara secara konsisten dan

bertanggung jawab.72

2.6.3 Karakter Putusan Final dan Mengikat Mahkamah Konstitutisi

2.6.3.1 Karakter

Karakteristik adalah ciri-ciri khusus, mempunyai kekhususan, sesuatu

perwatakan tertentu.73

Karakter berasal dari bahasa Yunani “to mark” atau

menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam

bentuk tindakan atau tingkah laku.74

Istilah karakteristik diambil dari bahasa

Inggris yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas, ia

mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu.75

Dengan demikian karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter,

watak, dan sifat yang memiliki pengertian di antaranya: 1). Suatu kualitas atau

sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk

mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian. 2).

Penggabungan dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau kesatuan.

3). Kepribadian seeorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral.

72

Maruar Siahaan, 2011, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta, h. 12 73

http://glosarium.org/arti/k=karakteristik) 74

http://www.slideshare.net/Rapiika/ karakteristik-individu 75

Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin http://fajaralfina2.blogspot.com/

2013/04/pengertian-karakteristik. h. l

Page 32: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

32

2.6.3.2 Putusan

Putusan hakim merupakan sesuatu yang diinginkan oleh pihak-pihak yang

berperkara untuk meyelesaikan sengketa mereka dengan sebaik-baiknya sebab

dengan putusan pengadilan tersebut pihak-pihak yang bersengketa

mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang

mereka hadapi. Untuk itu hakim harus benar-benar mengetahui duduk perkara

yang sebenarnya dan peraturan hukum yang akan diterapkan.

Maruar Siahaan berpendapat bahwa putusan hakim merupakan tindakan

negara yang kewenangannya dilimpahkan kepada hakim berdasarkan undang-

undang. Putusan hakim atau lazim disebut dengan istilah putusan pengadilan

merupakan sesuatu yang sangat diinginkan atau dinanti nanti oleh pihak yang

berperkara guna menyelesaikan sengketa diantara mereka dengan sebaik-

baiknya.76

Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan putusan pada tingkat pertama

dan terakhir. Makna frasa pertama dan terakhir ini adalah tidak dapat

dilakukannya upaya hukum seperti banding atau kasasi, sebagaimana upaya

hukum yang dapat dilakukan pada Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.

Putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final berarti memilki konsekwensi

bahwa putusan tersebut langsung mengikat sebagai hukum (legaly binding) sejak

diucapkan di dalam persidangan.

Setiap putusan yang dijatuhkan Mahkamah Konstitusi bersifat erga omnes,

artinya putusan Mahkamah Konstitusi tidak hanya mengikat para pihak yang

76

Maruar Siahaan, op.cit., h. 193

Page 33: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

33

berperkara yang dirugikan hak konstitusionalnya (pihak pemohon), namun

mengikat secara publik. Putusan Mahkamah Konstitusi secara yuridis mengikat

dan harus dipatuhi oleh setiap warga negara di wilayah Indonesia.

Arsyad Sanusi menilai putusan Mahkamah Konstitusi berbeda dengan

Mahkamah Agung yang bersifat inter partes, yaitu hanya mengikat para pihak

bersengketa. Putusan yang telah berkekuatan hukum mengikat belum tentu

bersifat final.77

Sedangkan putusan yang bersifat final telah tertutup segala

kemungkinan untuk menempuh upaya hukum dapat dipastikan telah mempunyai

daya hukum yang mengikat (inkracht van gewijdse)

2.6.3.3 Final

Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan

terakhir yang putusannya bersifat final. Pengertian sifat final putusan Mahkamah

Konstitusi ini adalah tidak dapat dilakukan upaya hukum atau perlawanan hukum.

Sifat final (legaly binding) dalam putusan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan

bahwa putusan Mahkamah Konstitusi mengikat sebagai norma hukum sejak

diucapkan dalam persidangan.

Final berarti bahwa putusan Mahkamah Konstitusi secara langsung

memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum

yang dapat ditempuh. Putusan final ini langsung berlaku mengikat, yang juga

dapat diartikan bahwa semua pihak, baik itu orang, badan publik atau lembaga

negara wajib mematuhi dan melaksanakan putusan yang telah dijatuhkan. Sebuah

putusan apabila tidak ada upaya hukum yang dapat digunakan, berarti putusan

77

Arsyad Sanusi, op.cit., h. 54

Page 34: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

34

tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) dan

memperoleh kekuatan mengikat (resjudicata pro veritate habetur).

Deny Indrayana berpendapat, putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh

kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk

umum. Putusan Mahkamah Konstitusi dalam pengujian undang-undang bersifat

declaratoir-constitutief. Declaratoir secara sederhana dapat diartikan sebagai

putusan hakim yang menjadi hukum.78

Hadjar, mengartikan Putusan Mahkamah

Konstitusi meniadakan satu keadaan hukum atau membentuk hukum baru.

Keadaan meniadakan atau membentuk hukum baru ini yang kemudian diartikan

bahwa Mahkamah Konstitusi sebagai negative legislator.79

78

Deny Indrayana, op.cit., h. 142 - 143 79

Hadjar, op.cit., h. 34.

Page 35: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

35

BAB III

PEMIKIRAN –PEMIKIRAN YANG MENDASARI PUTUSAN

MAHKAMAH KONSTITUSI YANG BERSIFAT FINAL

3.1 Sejarah Pemikiran Pembentukan Mahkamah Konstitusi

Berdasarkan teori konstitusi yang dipaparkan dalam bab II, konstitusi

merupakan norma fundamental suatu negara, yang dijadikan sebagai pedoman

penyelenggaraan pemerintahan, yang mengatur hubungan antar pejabat negara

dan warga negara dalam kehidupan ketatanegaraan, maka untuk menjaga dan

menjamin eksistensi serta kewibawannya, Mahkamah Konstitusi merupakan

jawaban yang tepat bagi negara-negara modern yang telah memasukannya

kedalam sistim ketatanegaraan masing-masing.

Secara filosofis pembentukan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga

penguji undang-undang dan perlindungan hak asasi manusia dalam mewujudkan

prinsip negara Hukum Konstitusional merupakan buah pemikiran pembentukan

atas berdirinya Mahkamah Konstitusi sebagai Special Triburial secara terpisah

dari MA, dengan mengemban tugas khusus.

Pembentukan lembaga Mahkamah Konstitusi merupakan konsepsi negara-

negara modern (modern nation state), yang pada dasarnya menguji keserasian

norma hukum yang lebih rendah dengan norma hukum yang lebih tinggi.80

Maksudnya; dalam pengujian undang-undang oleh lembaga penguji undang-

undang bertujuan untuk menjamin keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum,

sebagaimana dikatakan oleh Radbruch; ia menjabarkan ide hukum dalam tiga

80

Maruarar Siahaan, 2006, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,

Konstitusi Press, Jakarta, h. 5

72

Page 36: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

36

aspek yakni kepastian hukum, kegunaan dan keadilan. Selanjutnya ia mengatakan

bahwa; nilai-nilai hukum bidak-bidak yang udah digeser seenak kita atau sekedar

menuruti dorongan hati kita; sebaliknya keberadaan mereka berkaitan satu dengan

yang lainnya. Nilai-nilai hukum tertutup bagi kesewenangan (seenak sendiri) dan

hal itu berlaku juga untuk hubungan diantara mereka orientasi pada ide hukum

dipandang sebagai kebebasaan ini akan kehilangan landasannya jika dapat

ditunjukkan bahwa manusia bukanlah mahkluk bebas.81

Selanjutnya kehadiran

Mahkamah Konstitusi pada intinya; mengemban tugas constitutional review.

Konsep Constitutional review itu sendiri sebenarnya dapat dilihat sebagai buah

perkembangan gagasan modern tentang sistem pemerintahan demokratis yang

didasarkan atas ide-ide negara hukum (rule of law), prinsip pemisahan kekuasaan

(oparation of powers) serta perlindungan dan kemajuan hak asasi manusia (the

protection of fundamental rights).82

Sistem constitutional review itu mencakup 2 (dua) tugas pokok, pertama

untuk menjamin berfungsinya sistem demokrasi dalam hubungan pertimbangan

peran atau inter play antara cabang kekuasaan legislatif, eksekutif dan lembaga

peradilan (judiciary) dengan perkataan lain constitutional review di maksudkan

untuk mencegah terjadinya pendayagunaan kekuasaan oleh satu cabang kekuasaan

yang sedemikian rupa dengan cabang kekuasaan lainnya; kedua, untuk

melindungi setiap individu warga negara dari penyalahgunaan kekuasaan oleh

lembaga negara yang merugikan hak-hak fundamental mereka yang dijamin

dalam konstitusi sejarah judicial review di Indonesia. Hans Kelsen, seorang

81

Meuwissen, 2007, tentang pengemban hukum, ilmu hukum, teori hukum dan filasafat

hukum diterjemahkan oleh B. Arif Shidarta, PT Refika Aditama, Bandung, h.20 - 21 82

Harbert Hausmaninger the Austrian Legal Sistem, Loc.cit

Page 37: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

37

sarjana hukum yang sangat berpengaruh pada abad ke- 20 (1881-1973) juga pakar

konstitusi dan guru besar Hukum Publik dan Administrasi University of Vienna,

diminta untuk menyusun sebuah konstitusi bagi public Austria yang muncul dari

puing kekaisaran Austo-Hungarian Tahun 1919. Sama dengan Marshall, Kelsen

percaya bahwa konstitusi harus diperlukan sebagai seperangkap norma hukum

yang superior (lebih tinggi dari undang-undang biasa dan harus ditegakkan secara

demikian).83

Kelsen juga mengakui adanya ketidak percayaan yang luas terhadap badan

peradilan biasa untuk melaksanakan tugas penegakan konstitusi yang demikian,

sehingga dia merancang mahkamah khusus yang terpisah dari peradilan untuk

mengawasi undang-undang dan membatalkannya jika terjadi bertentangan dengan

Undang-Undang Dasar. Meski Kelsen merancang model seperti ini untuk Austria,

yang mendirikan Mahkamah Konstitusi berdasar model ini untuk pertama kali

adalah Cecoslowakia pada bulan februari Tahun 1920.

Baru pada bulan Oktober Tahun 1920 rancangan Kelsen tersebut

diwujudkan di Austria. Setelah perang dunia ke dua, gagasan Mahkamah

Konstitusi dengan Judicial review menyebar keseluruh Eropa, dengan mendirikan

Mahkamah Konstitusi secara terpisah dari Mahkamah Agung. Akan tetapi,

Perancis mengadopsi konsepsi ini secara berbeda dengan membentuk

Constitutional Council (Conseil Constitutional) negara-negara bekas jajahan

Perancis mengikuti pola Perancis ini. Sehingga saat ini telah ada 78 negara yang

83

Ibid, h. 41

Page 38: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

38

mengadopsi gagasan pembentukan Mahkamah Konstitusi dan Indonesia

merupakan negara ke 78 yang mengadopsikannya.84

3.2 Mahkamah Konstitusi Di Berbagai Negara

3.2.1 Austria

Republik Austria (bahasa Jerman: Republik Österreich) adalah sebuah

negara yang terkurung daratan di tengah-tengah Eropa Tengah. Berbatasan

dengan Jerman dan Ceko di utara, Slowakia dan Hongaria di timur, Slovenia dan

Italia di selatan, dan Swiss dan Liechtenstein di barat. Ibukotanya adalah Vienna.

Austria terkenal dengan musik klasiknya. Negara ini dahulu kala jauh lebih besar

dan merupakan bagian dari kekaisaran Austria-Hongaria. Austria adalah negara

dengan sistem demokrasi representatif parlementer yang terdiri dari sembilan

negara federal, dan menjadi salah satu dari dua negara Eropa yang

mendeklarasikan kenetralannya. Austria adalah negara anggota PBB (sejak

Tahun 1955) dan Uni Eropa (sejak Tahun 1995).

Wilayah Austria yang pada mulanya dikenal sebagai kerajaan Norikum

yang dipimpin oleh Puak Kelt, dan merupakan sekutu lama Romawi. Wilayah ini

didiami (dan bukan ditaklukkan) oleh para penduduk Romawi pada pemerintahan

Augustus dan dijadikan provinsi Norikum pada Tahun 16 SM. Kemudian

berturut-turut Austria ditaklukan oleh Hun, Lombardia, Ostrogoth, Bavaria, dan

Franka. Akhirnya setelah diperintah selama 48 Tahun oleh Hongaria ( dari Tahun

907 hingga Tahun 955), wilayah inti Austria dianugerahkan kepada Leopold dari

Babenberg pada Tahun 976. Setelah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi

84

Manuarar Siahaan, 2006, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,

Konstitusi Press, Jakarta, h. 6

Page 39: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

39

Suci, Babenberg mengambil alih pemerintahan dari abad ke-10 hingga abad ke-

13. Setelah pangeran Frederick II meninggal pada Tahun 1246 dan tidak memiliki

penerus, Rudolf I dari Wangsa Habsburg membagikan tanahnya kepada anak-

anak lelakinya dan seorang putrinya yang bernama Davieeranth untuk mengawali

masa pemerintahan Wangsa Habsburg sampai awal abad ke-20.85

Selepas kejatuhan kekaisaran Romawi Suci pada Tahun 1806, terbentuklah

Kekaisaran Austria. Setelah berlangsung persaingan dengan kerajaan Prusia untuk

mendominasi kerajaan-kerajaan bangsa Jerman selepas Perang Napoleon,

terbentuklah dwimonarki kekaisaran Austria-Hongaria pada Tahun 1867.

Kekaisaran ini terpecah belah menjadi banyak negara selepas keruntuhan Blok

Sentral pada Perang Dunia I, salah satunya adalah Republik Austria sebagai awal

dari negara Austria modern.86

Pada Tahun 1918, Austria menjadi sebuah negara republik sampai Tahun

1934 saat Engelbert Dollfuss mewujudkan sistem diktator. Austria dicaplok oleh

Jerman di bawah rezim Nazi pada Tahun 1938. Selepas kekalahan Jerman pada

perang dunia II, pihak Sekutu mengambil-alih administrasi Austria. Pada Tahun

1955 Austria dibebaskan dan menjadi sebuah negara republik yang merdeka

dengan syarat Austria mesti bersifat netral. Meskipun demikian, dalam

perkembangannya Austria semakin condong kepada kekuatan barat. Selepas

kejatuhan komunisme di Eropa Timur pada Tahun 1989, Austria menjadi semakin

aktif dalam urusan Eropa dan pada 1995 Austria bergabung dengan Uni Eropa dan

85

Http//www. Wikipedia Indonesia.com 86

Ibid,. http

Page 40: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

40

mengadopsi Euro (menggantikan Schilling Austria) menjadi mata uang Austria

pada Tahun 199987

.

3.2.1.1 Sistem Pemerintahan Austria

Austria menjadi Republik federal, demokrasi parlementer melalui

Konstitusi Federal Tahun 1920. Diperkenalkan kembali pada Tahun 1945 kepada

9 negara bagian Republik Federal. Kepala Negara ialah Presiden Federal, yang

dipilih secara langsung. Ketua Pemerintahan Federal ialah Kanselir Federal, yang

diangkat Presiden. Pemerintahan bisa dihapus dari posisi oleh dekrit Presiden

maupun mosi tidak percaya di kamar parlemen yang lebih rendah, nationalrat.

Parlemen Austria terdiri atas 2 kamar. Susunan nationalrat ditentukan tiap

4 Tahun oleh pemilu bebas yang mana tiap warga negara diizinkan memilih untuk

mengisi ke-183 kursinya. "Rintangan Empat Persen" mencegah perpecahan besar

pada kancah politik di nationalrat dengan menghadiahi kursi hanya kepada parpol

yang telah mendapat sedikitnya 4% permulaan pemilu, atau dengan pilihan lain,

telah memenangkan kursi langsung, atau direktmandat, di salah satu dari 43

distrik pemilihan regional. Nationalrat ialah kamar dominan dalam pembentukan

badan legislatif di Austria. Bagaimanapun, majelis parlemen atas, Bundesrat

memiliki hak veto terbatas. Konvensi, disebut Ö.88

Sterreich–Konvent diadakan pada 30 Juni Tahun 2003 untuk memutuskan

usulan mereformasi konstitusi, namun telah gagal mengajukan usulan yang akan

menerima dua pertiga suara di Nationalrat yang perlu untuk amendemen dan/atau

reformasi konstitusional. Bagaimanapun beberapa bagian penting laporan akhir

87

Ibid,. http 88

Http// www.Wikipedia Indonesia.com

Page 41: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

41

umumnya disetujui dan tetap diharapkan untuk diwujudkan. Sebagai republik,

Austria dibagi menjadi sembilan negara bagian, (di Austria disebut negara bagian

Austria/ Bundesländ/er). Negara bagian ini kemudian dibagi lagi menjadi distrik

(Bezirk) dan kota (Stadt). Selanjutnya pada tingkat lebih rendah dibagi menjadi

Gemeinde.89

3.2.1.2 Mahkamah Konstitusi Austria

Perkembangan Mahkamah Konstitusi Austria tidak terlepas dari sejarah

ketatanegaraan yang beberapa kali melakukan perubahan terhadap konstitusi

Austria, pada Tahun 1848, ada dua yang di petik dari pengalaman ini; pertama;

berawal dari pemberontakan kaum bangsawan terhadap kekuasaan kekaisaran

Viena dan Habsburg yang menginginkan pembatasan kekuasan raja atau

hegemoni raja.90

Kedua; terbitnya keputusan kaisar yang menyetujui pembentukan

komisi konstitusi.91

Atas dasar persoalan ini, konstitusi Tahun 1848 dibentuk

dengan tujuan membatasi kekuasan raja, namun tidaklah demikian karena sistem

pemerintahan monarchy konstitusional Reichstag, raja tetap memiliki kewenangan

legislatif dan hak veto. Secara structural Reichstag adalah parlemen bicameral

terdiri dari senat yang komposisinya ditentukan oleh kaisar sendiri, disamping

keanggotaan house of representative yang dipilih secara langsung oleh rakyat.92

Terdapat dua hal dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Austria;

pertama terbentuknya senat yang dipilih oleh raja, kedua house representive

dipilih secara langsung oleh rakyat. Setelah itu konstitusi Tahun 1867

89

Austria,1920, Austria Press&information Service-washington, D.C. 90

Austria,. loc.cit. 91

Jimly Asshidique, 2006 , Peradilan Konstitusi di Sepuluh Negara, Mahkamah

Konstitusi RI, h. 269 92

Ibid., h. 271

Page 42: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

42

diberlakukan secara paralel atas kekaisaran Austria dan Hungria, akibatnya

lahirlah kekaisaran Austro-Hungarian. Sistem kekaisaraan ini mengilustrasikan

model kerajan konstitusional ganda. Dalam dasawarsa ini konstitusi Tahun 1967

memuat hak asasi manusia. Kehadiran Mahkamah Konstitusi Austria dilatar

belakangi oleh terbentuk konstitusi Tahun 1920 yang dirancang oleh Hans Kelsen

adalah satu-satunya hukum dasar Austria yang paling memenuhi syarat. Karena

dalam konstitusi Austria tersebut, sistem demokrasi perwakilan, jaminan atas hak

asasi manusia dan berlakunya prinsip pemisahan kekuasaan memperoleh

kepastian. Melalui konstitusi Tahun 1920 itulah hubungan lembaga-lembaga

Negara dipetahkan secara jelas.

3.2.1.3 Hans Kelsen Membentuk Pengadilan Khusus Penguji Undang-

Undang

Pada hakekatnya kehadiran Mahkamah Konstitusi Austria adalah untuk

membatasi kekuasaan parlemen yang dinilai memiliki kekuasaan yang tak

tertandingi, hasil ini memicu tuntutan berbagai kalangan terutama ahli hukum tata

negara untuk mengajukan ide pengujian konstitusioanl atau pembentukan lembaga

khusus diluar Mahkamah Agung kepada pemerintah. Pengujian kostitusional ini

bertujuan untuk menguji produk legislastif yang bertentangan dengan konstitusi

Wina Tahun 1920 dan perlindugan hak-hak asasi manusia.

Sebagaimana ide pembentukan Mahkamah Konstitusi dan ide pengujian

konstitusioanl yang dimunculkan oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa

pelaksanaan konstitusional tentang legislasi dapat secara efektif dijamin hanya

jika suatu organ selain badan legislatif diberikan tugas untuk menguji apakah

Page 43: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

43

suatu produk hukum itu konstitusional atau tidak, dan tidak memberlakukannya

jika menurut organ ini produk hukum tersebut tidak konstitusional.

Kemudian untuk itu dapat diadakan organ khusus seperti pengadilan

khusus yang disebut Mahkamah Konstitusi (constitutional court), atau kontrol

terhadap konstitusionalitas undang-undang (judicial review) diberikan kepada

pengadilan biasa, khususnya Mahkamah Agung. Organ khusus yang mengontrol

tersebut dapat menghapuskan secara keseluruhan undang-undang yang tidak

konstitusional sehingga tidak dapat diaplikasikan oleh organ lain. Sedangkan jika

sebuah pengadilan biasa memiliki kompetensi menguji konstitusionalitas undang-

undang, mungkin hanya dalam bentuk menolak untuk menerapkannya dalam

kasus kongkrit ketika menyatakan bahwa undang-undang tersebut tidak

konstitusional sedangkan organ lain tetap diwajibkan menerapkannya.93

George Jellinek pada akhir abad ke-19 mengembangkan gagasan agar

kewenangan judicial review tersebut diterapkan di Austria, seperti yang telah

diterapkan oleh John Marshal di Amerika. Pada Tahun 1867, Mahkamah Agung

Austria mendapatkan kewenangan menangani sengketa yuridis terkait dengan

perlindungan hak-hak politik berhadapan dengan pemerintah.94

Pemikiran Kelsen

yang telah diungkapkan di atas, mendorong dibentuknya suatu lembaga yang

diberi nama Verfassungsgerichtshoft atau Mahkamah Konstitusi (Constitutional

Court) yang berdiri sendiri di luar Mahkamah Agung, sehingga model ini sering

disebut sebagai “The Kelsenian Model ”.

93

Hans Kelsen, 1961, General Theory of Law and State, (New York: Russell & Russell),

h. 157 94

Disebut juga dengan “the centralized sistem of judicial review”. Dalam Arend Lijphart,

Patterns of Democracy: Government Forms and Performance in Thirty-Six Countries, (New

Heaven and London: Yale University Press, 1999), h. 225.

Page 44: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

44

Gagasan ini diajukan ketika Kelsen diangkat sebagai anggota lembaga

pembaharuan konstitusi Austria (Chancelery) pada Tahun 1919-1920 dan diterima

dalam konstitusi Tahun 1920. Inilah Mahkamah Konstitusi pertama di dunia.

Model ini menyangkut hubungan antara prinsip supremasi konstitusi (the

principle of the supremacy of the Constitution) dan prinsip supremasi parlemen

(the principle of the supremacy of the Parliament). Mahkamah Konstitusi ini

melakukan pengujian baik terhadap norma-norma yang bersifat abstrak (abstract

review) dan juga memungkinkan pengujian terhadap norma kongkrit (concrete

review). Pengujian biasanya dilakukan secara a posteriori, meskipun tidak

menutup kemungkinan dilakukan pengujian a priori.95

3.2.1.4 Kedudukan Mahkamah Konstitusi Austria

Terbentuknya Mahkamah Kontitusi Austria Tahun 1920, mensejajarkan

kedudukan lembaga-lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Austria.

Berkaitan dengan kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam sistem

ketatanegaraannya; berkedudukan di ibu kota Negara; Viena, sedangkan dalam

struktur ketatanegaraan memiliki kedudukan sejajar dengan lembaga lainnya 70

sebagaimana pada bab vii, Pasal 137 konstitusi Austria 1920 (setelah amandamen

pada Tahun 2013). Dari pasal ini jelas, dasar peletakan Mahkamah Konstitusi

Austria sebagai lembaga Negara yang berkedudukan sejajar dengan lembaga lain.

Demikian juga terdapat pengadilan federal yang disebut lander Mahkamah

Konstitusi Austria anggotanya terdiri dari Presiden, wakil Presiden dan dua belas

hakim anggota lainnya. Mahkamah Konstitusi Austria anggotanya terdiri dari

95

Jimly Asshiddiqie, 2005, Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara,

Konstitusi Press, Jakarta, h. 28, 29, 64 – 66, 108-109

Page 45: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

45

Presiden, wakil Presiden dan dua belas hakim anggota lainnya. Disamping itu,

mahkamah juga memiliki tujuh orang hakim yang berstatus sebagai hakim

pengganti, seluruh hakim secara formal diangkat atas rekomendasi Presiden

federal. Presiden dan wakil Presiden Mahkamah Konstitusi, berserta tujuh hakim

anggota dan ditambah tiga hakim pengganti lainnya diangkat setelah memperoleh

rekomendasi dari pemerintahan federal.

Sedangkan tujuh anggota sisanya maupun tiga anggota pengganti diangkat

berdasarkan rekomendasi dari dua kamar dalam parlemen (tiga hakim tetap dan

dua hakim pengganti oleh majelis nasional), sedangkan dua hakim dan satu hakim

pengganti lainnya oleh Majelis Federal. Tiga hakim prospektif dipersiapkan untuk

mengisi kekosongan jabatan hakim apabila sewaktu-waktu jabatan tersebut tidak

ada yang menempati.

3.2.1.5 Kewenangan Mahkamah Konstitusi Austria

Autria negara yang tercatat sebagai negara pertama di dunia dalam

membentuk Mahkamah Konstitusi, dan menjadi role model bagi negara-negara di

dunia. Mahkamah Konstitusi Austria terdiri dari Presiden Mahkamah, Wakil

Presiden Mahkamah dan 12 anggota, sehingga kesemuanya jumlahnya 14 hakim.

Disamping ke 14 hakim itu, terdapat 7 hakim pengganti yang siap mengisi atau

menggantikan hakim yang sedang berhalangan, sehingga diharapkan persidangan

Mahkamah Konstitusi akan selalu dihadiri oleh 14 hakim secara lengkap (full

bench).96

96

Pasal 147 Konstitusi Austria.

Page 46: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

46

Berdasarkan Konstitusi Austria, Mahkamah Konstitusi Austria memiliki

cukup banyak kewenangan yang jika dirangkum ialah sebagai berikut: 97

1. Pengujian Konstitusional yang meliputi:

a) Pengujian undang-undang, baik undang-undang federal maupun

undang-undang negara bagian terhadap Undang-Undang Dasar

(konstitusi);

b) Preventive review berdasarkan permohonan dari pemerintah federal

terhadap rancangan undang-undang negara bagian atau sebaliknya

(dari pemerintah negara bagian terhadap rancangan undang-undang

federal).

c) Pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang

terhadap undang-undang (biasanya merupakan limpahan dari

pengadilan umum dan Pengadilan Tata Usaha Negara);

d) Pengujian perjanjian internasional (secara umum);

e) Pengujian formil konstitusi (terhadap hasil amandemen);

f) Pengujian konstitusi negara bagian terhadap konstitusi federal;

2. Memutus sengketa hasil pemilu parlemen dan Presiden;

3. Memutus sengketa kompetensi antara peradilan umum dan peradilan

administrasi serta seluruh jenis peradilan lainnya;

4. Memutus perkara impeachment terhadap pejabat tinggi negara; dan

5. Constitutional complaint (individual complaint) sejak Tahun 1975 (namun

tidak untuk menggugat putusan pengadilan).98

Pengujian konstitusional yang berlaku dalam sistem Austria ini cukup luas

jangkauannya, yakni meliputi; a priori review dan juga posteriori review. A

priori review atau biasa disebut juga dengan istilah preventive review ini berlaku

terhadap suatu RUU (undang-undang yang belum berlaku). Legal standing atau

pihak yang dapat mengajukan pengujian jenis ini terbatas hanya pada organ

pemerintahan federal dan pemerintahan negara bagian.99

Untuk jenis pengujian

97

Chapter VI tentang “Constitutional and Administrative Guarantees” Khususnya pada

Bagian D tentang “Constitutional Court” dari Pasal 137 sampai dengan Pasal 148. 98

Pasal 144 Konstitusi Austria. 99

Pasal 138 ayat (2) Konstitusi Austria, dalam Jimly Asshiddiqie dan Ahmad Syahrizal,

2012, Peradilan Konstitusi di 10 Negara, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, h. 16.

Page 47: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

47

yang tergolong dalam kategori posteriori review ( pengujian terhadap undang-

undang ; setelah disahkan dan resmi menjadi undang-undang ) hanya dapat

diajukan dalam kerangka concrete review. Artinya pengujian dapat diajukan

dalam hal terdapat kasus konkret yang dihadapi oleh pemohon. Permohonan juga

dapat diajukan atas inisiatif hakim yang sedang menghadapi persoalan

konstitusionalitas dari suatu norma hukum yang menjadi dasar dalam perkara

yang sedang ia tangani. Dalam hal yang demikian, maka hakim mengajukan

penyerahan/pelimpahan (judicial referral) perkara konstitusionalitas tersebut

kepada Mahkamah Konstitusi (MK) dan disertai dengan penghentian atau

penundaan pemeriksaan terhadap perkara yang dimaksud sampai ada putusan

Mahkamah Konstitusi. Namun kenyataan menunjukkan bahwa perkara-perkara

yang berasal dari pelimpahan (referral) pengadilan itu mayoritas tidak diterima

oleh Mahkamah Konstitusi.100

Satu hal yang menarik dan unik dari sistem

pengujian konstitusional di Austria ini adalah dimungkinkannya pengujian

terhadap undang-undang secara aktif atas inisiatif mahkamah sendiri apabila

mahkamah menilai bahwa suatu undang-undang nyata-nyata bertentangan dengan

konstitusi dan keberadaannya tidak dapat ditolelir lagi.101

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, objek pengujian (objectum litis)

konstitusional di Austria ini terbilang cukup banyak apabila dibandingkan dengan

negara-negara lain, apalagi jika dibandingkan dengan Indonesia yang Mahkamah

Konstitusi hanya dapat menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar.

100

Herbert Hesmauninger, 2003, The Austrian Legal System, Manzsche Verlagsund

Universitat Buchhandlung, Wien, h. 157. 101

Pasal 140 ayat (3) Konstitusi Austria.

Page 48: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

48

Jika dirangkum, maka objek atau norma hukum yang dapat diuji

konstitusionalitasnya oleh Mahkamah Konstitusi Austria ini meliputi:

a) Rancangan undang-undang federal dan rancangan undang-undang negara

bagian;

b) Undang-undang federal dan undang-undang negara bagian;

c) Undang-Undang Dasar negara bagian;

d) Perjanjian internasional;

e) Konstitusi hasil perubahan/amandemen yang dilihat dan diuji secara formil

(tata cara dan prosedur pembentukannya); dan

f) Peraturan dibawah undang-undang (secondary legislation).

Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final dan mengikat umum (erga

omnes), artinya tidak dimungkinkan adanya perlawanan atau upaya hukum apa

pun terhadap putusan tersebut. Sifat putusan Mahkamah Konstitusi yang final dan

erga omnes ini memang merupakan sebuah kelaziman dalam peradilan konstitusi

di semua negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Dalam putusannya, terutama dalam perkara pengujian konstitusional,

Mahkamah Konstitusi Austria mengenal adanya dua kategori putusan, yakni

Putusan yang membatalkan sebagian isi undang-undang yang diuji (biasanya

dalam hal uji materiil) dan Putusan yang membatalkan suatu undang-undang

secara keseluruhan (biasanya dalam hal uji formil). Selain itu, salah satu ciri khas

dari Mahkamah Konstitusi Austria ialah kewenangannya untuk menunda akibat

hukum dari suatu putusan hingga jangka waktu lebih dari 18 bulan. Hal ini

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada legislator untuk

memperbaiki undang-undang/norma hukum yang telah dibatalkan untuk

menghindari kekosongan hukum.102

Bahkan pembatalan tersebut dapat juga diikuti

pemberlakukan undang-undang lama yang pernah berlaku sebelumnya. Namun

102

Jimly Asshiddiqie, op. cit., h. 20 - 21

Page 49: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

49

dalam kenyataannya yang terakhir ini selalu dihindari oleh Mahkamah

Konstitusi.103

Daya jangkau putusan Mahkamah Konstitusi Austria, sebagaimana

lazimnya Mahkamah-Mahkamah Konstitusi di negara lain, bersifat prospektif atau

berlaku kedepan (ex nunc). Tidak bersifat retroaktif atau berlaku surut (ex

tunc).104

Jadi intinya kewenangan pengujian undang-undang mempunyai batas

waktu tertentu untuk dapat memberikan kesempatan bagi legislatif

menyempurnakan produk legislasi yang tidak sesuai norma hukum dan

Mahkamah Konstitusi Austria tidak memberlakukan sifat retroatif.

3.2.2 Jerman

Negara Jerman sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Eropa

Barat ini merupakan negara yang maju dan terkemuka di daratan Eropa. Secara

teritorial, negara Perancis juga merupakan negara yang maju di wilayah ini

memang memiliki luas wilayah yang jauh lebih besar di daerah Eropa Barat.

Namun, secara demografi maupun secara ekonomi negara Jerman lebih besar dan

maju. Berakhirnya, perang dunia kedua, menyebabkan negara Jerman menjadi

terbagi dua, yaitu Jerman Barat yang mengembangkan suatu paham demokrasi.

Sedangkan, Jerman Timur menganut aliran komunis. Akan tetapi, sejak hegemoni

komunis Uni Soviet telah berakhir, maka pengaruhnya juga berdampak pada

reformasi publik di negara–negara yang ada dalam pengaruh Uni Soviet di Eropa,

salah satunya Jerman Timur.105

3.2.2.1. Sistem Tata Negara Jerman

103

Herbert Hesmauninger, op. cit., h. 146 104

Daya jangkau putusan yang bersifat prospektif ini sangat berbeda dengan putusan

pengujian konstitusional di AS yang bersifat retroaktif. Lihat kembali bagian B tentang Pengujian

Konstitusional di Amerika Serikat 105

http//profil negara Jerman.com

Page 50: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

50

Pada akhirnya, Jerman Barat dan Jerman Timur melakukan unifikasi atau

bersatu kembali. Unfikasi ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin. Tembok

Berlin ini merupakan simbol pemisah dua paham tersebut di kota Berlin.

Hancurnya tembok Berlin pada tanggal 9 November 1989 menjadi momentum

yang bersejarah bagi kedua wilayah negara Jerman. Hal tersebut disebabkan

menjadi bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur.

Kedua, wilayah ini yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur telah

bermusuhan selama 40 Tahun. Kemudian, pada tanggal 30 Oktober 1990,

berdirilah negara Jerman bersatu dengan ibu kota Berlin. Pada saat ini, nama

resmi Jerman unifikasi yaitu Republik Federasi Jerman atau Bundes Republik

Deutscland. Kegagalan negara Jerman Timur dalam membangun

perekonomiannya sangat nyata. Hal tersebut disebabkan sistem komunisme yang

dijalankannya. Berbeda dengan negara Jerman Barat yang menerapkan sistem

ekonomi liberal. Sistem ekonomi tersebut mampu membuat negara Jerman Barat

mengalami keberhasilan. Ditunjukkan dengan kemajuan yang pesat, baik dalam

bidang ekonomi maupun dalam aspek-aspek yang lain.

Pada saat ini dalam unifikasi, negara Jerman berusaha mempertahankan

dan mengembangkan pencapaian yang telah diraih. Berkembangnya negara

Jerman menjadi negara yang maju, tidak terlepas dari kebudayaan yang dimiliki

dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekayaan sumber daya alam

negara Jerman terutama barang tambang mendukung Jerman pada kemajuannya

pada saat ini. Pusat kekayaan sumber barang tambang negara Jerman berada di

daerah Ruhr. Daerah Ruhr ini terletak di salah satu lembah aliran sungai Rhein.

Page 51: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

51

Pentingnya Ruhr menyebabkan berkembangnya kawasan yang berada di

sepanjang sungai Rhein. Ruhr merupakan suatu kawasan untuk pertambangan

batu bara yang terbesar di negara Jerman ini.

Di mana, kawasan Ruhr ini memiliki tingkat perkembangan yang sangat

pesat. Kondisi tersebut ditandai dengan berkembang pesatnya kota-kota di

sepanjang lembah ini. Kota ini menjadi wilayah metropolitan antara lain kota

Bonn, kota Koln, kota Frankfurt, kota Dusseldorf, kota Dortmund, dan kota

Essen. Negara Jerman merupakan negara yang penting bagi Uni Eropa dan

memiliki jumlah penduduk yang paling banyak. Selain itu, negara Jerman menjadi

salah satu negara anggota NATO dan G8.

Pemaparan di atas merupakan gambaran umum yang terjadi di negara

Jerman. Dimana semula negara Jerman terbagi menjadi dua wilayah, selanjutnya

disatukan menjadi unifikasi. Kemudian, bagaimana letak dan luas negara

Jerman.106

Negara Jerman merupakan salah satu negara yang berada di wilayah

Eropa Barat. Wilayah Jerman ini membentang mulai dari Laut Utara dan Laut

Balthik sampai pada perbatasan dengan Swiss dan Austria yang terletak di sebelah

selatan. Secara geografis, kondisi wilayah negara Jerman ini terletak antara 470

Lintang Utara (LU) sampai 550 Lintang Selatan (LS) dan antara 60 Bujur Timur

(BT) sampai 150 Bujur Timur (BT). Sedangkan luas wilayah negara Jerman

secara keseluruhan yaitu mencapai 356.910 km2.

Secara geografis negara Jerman memiliki batas-batas wilayah yaitu

sebagai berikut:

106

Ibid,. http

Page 52: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

52

a) Sebelah utara negara Jerman berbatasan dengan Laut Utara dan Laut

Baltik.

b) Sebelah Timur negara Jerman berbatasan dengan negara Polandia,

Republik Ceko, dan Slovakia.

c) Sebelah Selatan negara Jerman berbatasan dengan Swiss dan Austria.

d) Sebelah Barat negara Jerman berbatasan dengan negara Perancis,

Luksemburg, Belgia, dan Belanda.

Berdasarkan letak geografinya, nampak bahwa negara Jerman tidak

seberuntung negara tetangganya di wilayah Eropa Barat, antara lain Perancis,

Belanda, dan Belgia. Di mana negara-negara tersebut memiliki akses ke laut

lepas. Negara Perancis bahkan memiliki akses yang luas, baik ke Samudra

Atlantik maupun ke Laut Tengah. Negara Jerman memiliki wilayah pantai yang

berada di kawasan Laut Utara. Namun, garis pantainya relatif pendek.

Meskipun ada wilayah pantai yang lebih panjang pada Laut Baltik, namun

perairan di laut ini cenderung membeku pada saat musim winter. Pada wilayah

darat terkesan terkunci, pada sisi Barat oleh Belanda dan Belgia. Kemudian, pada

sisi selatan, terbatasi oleh pegunungan Alpen. Sedangkan di bagian timur,

terbatasi oleh Polandia. Meskipun demikian, negara Jerman mampu mengatasi

hambatan atau faktor rintangan tersebut. Negara Jerman memiliki pelabuhan alam

yang baik, sungai dan saluran-saluran pedalamannya yang memiliki akses ke

pelabuhan tersebut. Selain itu, juga dapat dilayari oleh kapal-kapal berukuran

samudra, termasuk ke pelabuhan Rotterdam di negara tetangganya Belanda.

Page 53: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

53

Sebaliknya, negara Perancis tidak memilikinya. Dengan letak astronomis dan

geografis yang demikian.107

3.2.2.2. Mahkamah Konstitusi Jerman

Negara Jerman membentuk Mahkamah Konstitusi pada Tahun 1949, di

Jerman telah dibentuk semacam peradilan negara (State Adjudication) pada era

Konfederasi Tahun 1815 yang fungsinya mirip dengan Mahkamah Konstitusi. Ide

pembentukan peradilan negara itu sendiri dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk

menangani sengketa kesewenangan antar negara bagian yang ada dibawah

Konfederasi Jerman 1815.108

Jadi kompetensi peradilan negara ini ialah

menyelenggarakan sengketa kewenangan antar negara bagian yang bernaung di

bawah Konfederasi Jerman yang ketika itu berjumlah 36 negara bagian.109

Peradilan inilah yang dapat dikatakan sebagai cikal bakal dari Mahkamah

Konstitusi Jerman yang kita kenal sekarang ini. Didalam perjalanannya, Peradilan

negara tidak berhasil menunjukkan eksistensi dan supremasinya. Hal tersebut

disebabkan karena pada waktu itu ide konstitusionalisme dan persoalan HAM

tidak mendapat perhatian serius di Jerman.110

Perkembangan ketatanegaraan

Jerman memasuki babak baru pada saat terbentuknya Konstitusi Weimar 11

Agustus 1919. Konstitusi yang dibuat seTahun setelah kekalahan Jerman pada

perang dunia I itu secara resmi mengganti bentuk pemerintahaan Jerman dari yang

semula berbentuk kekaisaran (sejak Tahun 1871-1918) menjadi republik (1919-

107

Ibid., http 108

Ibid 109

Perihal Negara-negara bagian yang menjadi anggota Konfederasi Jerman yang

dipersatukan melalui kongres Wina 1815 ini dapat dibaca lebih lanjut pada Wikipedia,

Konfederasi Jerman, di akses pada 15 mei 2016 110

Alfret Rinken dalam Jimly Asshiddiqie dan ahmad Syarizal, op.cit., h. 39

Page 54: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

54

1933).

111Melalui konstitusi Weimar dibentuklah sebuah organ bernama

Staatsgerichtshof/ Reichgerichtshof. Organ ini disebut-sebut sebagai embrio dari

MK Jerman.112

Organ tersebut memiliki wewenang untuk menyelesaikan sengketa

antara pemerintah federal/ pusat dengan negara bagian serta sengketa yang terjadi

diantara negara-negara bagian itu sendiri.

Akan tetapi mekanisme perlindungan HAM dan judicial review pada

periode ini kurang berkembang karena dianggap bertentangan dengan teori

konstitusional yang berlaku pada saat itu, yakni teori supremasi parlemen.113

Pada

periode konstitusi Weimar (1919-1933) Reichgerichtshof dan lembaga judicial

review lebih banyak dilingkupi aneka kontroversi dari pada prestasi. Akibatnya

Reichgerichtshof oleh banyak kalangan (salah satunya Carl Schmitt), dinilai telah

gagal menjalankan tugas sebagai pengawal konstitusi (the guardion of the

constitutiona ).114

Harapan untuk membentuk peradilan konstitusi yang solid dan efektif

menemui titik terang seiring dengan berakhirnya perang dunia 2. Sesaat telah

berahirnya perang, maka para ahli hukum tata negara Jerman berusaha merancang

kembali bangunan peradilan (konstitusi) yang ideal sebagai bagian dari reformasi

111

Konstitusi Weimar ini lahir sebagai hasil dari dinamika kenegaraan yang berkembang

pada saat itu (tahun 1918-1919), dimana terjadi penurunan kepercayaan rakyat pada titik yang

paling nadir terhadap kekaisaran Jerman akibat kesalahan yang diderita Jerman dalam Perang

Dunia I. itulah sebabnya Konstitusi Weimar 1919 ini secara resmi membubarkan kekaisaran

Jerman dan menggantinya dengan Pemerintahan Republik. Lihat lebih lanjut mengenai hal ini

dalam Arthur Gunlicks, The Lander and German Federalism, Manchester University Press,

Manchester and New York, 2003, h. 29-33 112

Martin Borowski, 2003,`The Beginnings of germany`s Federal Constitusional

Court.``Journal Ratio Juris, Vol. 16, No. 2, Juni , (Malden, John Wiley & Sons Inc), h. 159-160. 113

Teori dan alam pemikiran yang berkembang pada saat itu adalah Supremasi Parlemen,

dimana parlemen dan segala produk yang dikeluarkannya dianggap sebagai yang paling tinggi atau

supreme sehingga tidak terpikirkan waktu itu untuk menguji produk-produk Parlemen (undang-

undang) yang diasumsikan sebagai perwujudan dan representasi dari rakyat yang berdaulat. 114

Alfred Rinken, dalam Jimly Asshiddie dan Ahmad Syahrizal, Op.Cit. h. 41

Page 55: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

55

total di Jerman pasca Perang Dunia ke 2. Diantara ahli hukum itu terdapat tiga

nama penting yang besar pengaruhnya dalam menggagas pembentukan MK

Jerman sebagai istitusi peradilan yang mandiri dan terpisah dari MA. Mereka

adalah Richrad Thoma, Anschutz, dan Gustav Radbruch.

Menurut ketiganya bahwa; tugas dan kewajiban untuk menyelesaikan

perkara perdata konstitusional senyogianya dilaksanakan oleh MK, bukan

peradilan biasa yang berpuncak pada MA seperti model Amerika.115

Upaya

membentuk MK Jerman menjadi semakin kongkrit manakala diadakan rapat

dalam rangka menyusun konstitusi Jerman yang di kenal dengan istilah ``Rapat

Besar Konstitusi``pada Tahun 1948 di Herrenchiemdee.116

Semangat

pembentukan MK Jerman dalam rapat tersebut nampaknya sudah tidak

terbendung lagi. Rapat tersebut telah berhasil menetapkan substansi penting bagi

Konstitusi (Basic Law) yang akan disahkan dikemudian hari.

Pembentukan Mahkamah Konstitusi Jerman (Bundesverfassung gericht)

Tahun 1949 merupakan bagian dari reformasi total pasca kehancuran negara

tersebut akibat perang dunia ke 2. Pembentukannya tidak bisa dilepaskan dari

latar belakang situasi yang ada pada saat itu dimana muncul keinginan yang kuat

dari rakyat Jerman untuk mendirikan negara demokratik konstitusional setelah

sebelumnya dibelenggu oleh rezim totalitre nazi. Tujuan ialah untuk memastikan

agar dimasa mendatang, tidak ada lagi pemerintahan totaliter atau fasis di Jerman

115

Ibid., h. 42 116

Forum tempat berlangsungnya pembahasan-pembahasan dalam rangka penyusunan

konstitusi Jerman dan puncaknya adalah dirampungkan dan disahkannya Konstitusi atau Basic

Law pada tanggal 23 Mei 1949. Basis 1949 ini dalam David P. Currie, The Constitutional of the

federal Republic of Germany. The University of Chicago and London, 1994, h. 1-8

Page 56: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

56

seperti yang terjadi pada masa lalu dibawah pimpinan Adolf Hitler,

117 mengenai

hal ini Michaela Hailbronner mengatakan bahwa :

``The German Constitutional Court draws its considerable strength from the

reaction to the German Nazi past: Because the Nazis abused rights and had

been elected by the people, the argument runs, it was necessary to create a

strong Court to guard these rights in the future.118

Pembentukan MK Jerman dituangkan dalam Basic Law 1949

(Grundgesetz). Mahkamah Konstitusi Jerman berkedudukan di Kalsruhe, sebuah

kota yang disebut-sebut sebagai ibu kotanya hukum, karena di kota itulah

pengadilan-pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung Jerman berkedudukan.119

Salah satu substansi penting yang berhasil disepakati dalam rapat tersebut ialah

mengenai perlunya pembentukan Mahkamah Konstitusi Jerman, lengkap dengan

kewenangannya yang luas dan lebih kuat dari Staatgerichtshof pada masa yang

lalu. Sehingga lembaga tersebut diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam

menjamin tegaknya konstitusi dan perlindungan HAM Jerman.120

Tulisan Martin

Borowski yang salah satu bagiannya mengulas sejarah singkat penyusunan

konstitusi Jerman 1949, diceritakan bahwa :

The comference-whose participants `expertise is an established fact-

worked up a draft of a constitution as a guideline for the

deliberations that would follow. The succeeded in setting sown many

of the fundamentals of the forthcoming constitution. The draft of the

Herrenchiemsee Conference (HCHE) comprises, in section viii, arts.

97 to100, an independent section respecting the Federal

Constitutional Court,….the Herrenchiemsee Conference emphasizes

117

Anja Seibert, 2012, =Fahr, ``Judical Independence in Germany,`` dalam Anja Seibert-

Fahr (editor), Judicial Independence in Transition, Max Planck Institute for Comparative Public

Law and International Law, Heidelberg-Karlsruhe, h. 447-448 118

Mochaele Hailbronner, ``Rethinking the rise of the German Constitutional Court: from

anti-Nazism to value formalism, ``International Journal of Constitutional Law, Vol. 12, No. 3, Juli

2014, (Oxford : Oxford University Press), h. 626 119

Jimly Asshiddigie dan Ahmad Syarizal, 2012, Peradilan Konstitusi di Sepuluh Negara,

Sinar Grafika, Jakarta, h. 36 120

Ibid., h. 41

Page 57: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

57

that the powers of the constitsutional court, by comparison with

those of the Staatsgerchtshof of trhe Weimar Constitutional, ought to

be enlarged. In this way, the new constitutional could become the

``real guardian of the constitutional``.121

Akhirnya, melalui pengesahan Basic Law pada tanggal 23 Mei 1949,

lahirlah sebuah instituti peradilan baru di Jerman yang dirancang untuk

menangani suatu perkara-perkara bersifat konstitusional yang bernama

``Bundesverfassungsgericht`` atau yang kita kenal dengan sebutan Mahkamah

Konstitusi Jerman. Demikian landasan pembentukan Mahkamah Konstitusi

Jerman didasari adanya tuntutan perubahan total dari masyarakat yang

menginginkan mendirikan Mahkamah Konstitusi sebagai alternatif untuk

menjawab persoalan kenegaraan sebelumnya.

3.2.2.3 Kedudukan Mahkamah Konstitusi Jerman

Pembicaraan tentang Mahkamah Konstitusi di dunia, MK Jerman

menempati kedudukan yang sangat terhormat. Hal ini disebabkan karena luasnya

kewenangan konstitusional yang dimiliki oleh MK Jerman sebagai pengawal

konstitusi di negaranya (grundgesetz). Disamping itu, pada kenyataannya MK

Jerman juga mampu melaksanakan tugas dan kewenangannya yang luas itu

dengan sangat baik sehingga semakin mengukuhkan kedudukannya sebagai organ

federal yang sangat dihormati dan disegani, tidak hanya di Jerman melainkan juga

di dunia.

Luasnya kewenangan yang di miliki Mahkamah Konstitusi Jerman

bersumber dari konstitusi dan juga undang-undang yang mengatur tentang

Mahkamah Konstitusi Jerman. Salah satu faktor yang menyebabkan luas dan

121

Martin Borowski, op. cit., h. 158 dan 159

Page 58: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

58

fleksibelnya kewenangan MK Jerman ialah karena Konstitusi Jerman, tepatnya

pasal 93 ayat (2), mengizinkan adanya penambahan kewenangan MK Jerman

melalui undang-undang (undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi). Hal

mana merupakan suatu ketentuan yang sangat bertolak belakang dengan rumusan

kewenangan Mahkamah Konstitusi Indonesia yang secara limitatif sudah

ditentukan dan dibatasi oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945, tepatnya oleh

Pasal 24 C.

Jerman sebagai sebuah negara federal, selain memiliki Mahkamah

Konstitusi di tingkat pusat (Bundesverfassungsgericht), tiap-tiap negara bagian di

Jerman yang jumlahnya 16, juga memiliki MK negara bagiannya masing-masing.

Meski antara satu Mahkamah Konstitusi negara bagian dengan Mahkamah

Konstitusi negara bagian lainnya memiliki kewenangan yang berbeda-beda,

namun secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi Mahkamah Konstitusi negara

bagian itu ialah untuk menyelesaikan perkara-perkara konstitusional di level

regional/negara bagian dengan mengacu pada konstitusi negara bagiannya

masing-masing. Dengan kata lain, fungsi Mahkamah Konstitusi negara bagian ini

ialah untuk mempertahankan konstitusi negara bagiannya masing-masing dari

segala bentuk penyelenggara.

Diantara beragam kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing

Mahkamah Konstitusi negara bagian itu, kewenangan pengujian konstitusional

(abstract dan concrete review) dan kewenangan penyelesaian sengketa pemilu (di

tingkat negara bagian) merupakan dua kewenangan yang paling umum dan

dimiliki oleh semua Mahkamah Konstitusi negara bagian di Jerman. Ruang

Page 59: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

59

lingkup kekuasaan atau kompetensi relatif dari Mahkamah Konstitusi negara

bagaian tentu saja terbatas hanya pada wilayah negara bagiannya saja.

Pembentukan Mahkamah Konstitusi Republik Federal Jerman

(Bundesverfassunggericht) merupakan satu proses perjalanan panjang dalam

upaya menegakan negara demokratik konstitusional. Jerman diadopsi bersamaan

dengan ditetapkannya Basic Law 1949. Jerman berkedudukan di alsruhe, sebuah

kota yang disebut sebagai ibukotanya hukum. Mahkamah Konstitusi federal

Jerman memiliki dua senat, yang bekerja secara independen dalam organisasi

Mahkamah Konstitusi dan memiliki hubungan sederajat. Kemudian dalam

perekrutan hakim-hakim Mahkamah Konstitusi, untuk mengisi 16 jabatan hakim,

yang diatur dalam Pasal 94 ayat (1) konstitusi Jerman sebagai berikut;

a) Delapan hakim mengisi panel pertama atau senat (1) panel dipilih oleh

Bunsdetag dan Bundesrat,

b) Delapan hakim mengisi panel kedua atau senat (2) dari pemerintah federal

dan Mahkamah Agung Federal.

Dengan demikian metode rekrutment dan komposisi hakim Mahkamah

Konstitusi Jerman telah ditegaskan dalam konstitusi Jerman, namun pembagian

secara jelas hakim yang dipilih oleh lembaga-lembaga tidak dijelaskan, hal ini

berbeda dengan sistem rekrutment oleh Mahkamah Konstitusi Indonesia dan

Mahkamah Konstitusi Austria

3.2.2.4 Kewenangan Mahkamah Konstitusi Jerman

Page 60: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

60

Berkaitan dengan kompetensi Mahkamah Konstitusi Federal Jerman di

atur dalam Pasal 93 basic law 1949,122

menyatakan bahwa:

a) Perselisihan lembaga tinggi negara

b) Pengujian norma hukum abstrak dan konkrit

c) Hak mengajukan petisi yang dimiliki secara perorangan atau kelompok

d) Menyelesaikan sengketa pemilihan umum

e) Perselisihan konstitusional (“Constitutional Dispute”)

Tidak terdapat prosedur yang secara institusional membatasi penyelesaian

sengketa konstitusional. Untuk itu pihak yang bersengketa dapat langsung

mengajukan ke Mahkamah Konstitusi.

122

Pasal 93 basic law 1949 setelah diamandamen 2012, menyatakan bahwa;

The Federal Constitutional Court shall rule: 1. on the interpretation of this Basic Law in

the event of disputes concerning the extent of the rights and duties of a supreme federal body or of

other parties vested with rights of their own by this Basic Law or by the rules of procedure of a

supreme federal body; 2. in the event of disagreements or doubts concerning the formal or

substantive compatibility of federal law or Land law with this Basic Law, or the compatibility of

Land law with other federal law, on application of the Federal Government, of a Land

government, or of one fourth of the Members of the Bundestag; 2a. in the event of disagreements

whether a law meets the requirements of paragraph (2) of Article 72, on application of the

Bundesrat or of the government or legislature of a Land; . in the event of disagreements

concerning the rights and duties of the Federation and the Länder, especially in the execution of

federal law by the Länder and in the exercise of federal oversight; 4. on other disputes involving

public law between the Federation and the Länder, between different Länder, or within a Land,

unless there is recourse to another court; 4a. on constitutional complaints, which may be filed by

any person alleging thatone of his basic rights or one of his rights under paragraph (4) of Article

20 or under Article 33, 38, 101, 103 or 104 has been infringed by public authority; 4b. on

constitutional complaints filed by municipalities or associations of municipalities on the ground

that their right to self-government under Article 28 has been infringed by a law; in the case of

infringement by a Land law, however, only if the law cannot be challenged in the constitutional

court of the Land; 4c. on constitutional complaints filed by associations concerning their non-

recognition as political parties for an election to the Bundestag; 5. in the other instances provided

for in this Basic Law.

2. At the request of the Bundesrat, a Land government or the parliamentary assembly of a

Land, the Federal Constitutional Court shall also rule whether in cases falling under paragraph

(4) of Article 72 the need for a regulation by federal law does not exist any longer or whether in

the cases referred to in clause 1 of paragraph (2) of Article 125a federal law could not be enacted

any longer. The Court's determination that the need has ceased to exist or that federal law could

no longer be enacted substitutes a federal law according to paragraph (4) of Article 72 or clause 2

of paragraph (2) of Article 125a. A request under the first sentence is admissible only if a bill

falling under paragraph (4) of Article 72 or the second sentence of paragraph (2) of Article 125a

has beenrejected by the German Bundestag or if it has not been considered and determined upon

within one year, or if a similar bill has been rejected by the Bundesrat.

3. The Federal Constitutional Court shall also rule on such other matters as shall be

assigned to it by a federal law

Page 61: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

61

Pengendalian norma abstrak (“Abstraktes Normenkontrolverfahren”)

adalah mekanisme preventif bagi masa depan produk legislasi yang diprediksi

tidak konstitusional. Pengendalian norma konkrit (konkretes Normenkontrol

verfahren); model pengujian ini dapat dilaksanakan pada saat terdapat penyerahan

dari peradilan umum, penyerahan dikarenakan adanya keragu-raguan hakim atas

makna konstitusionalitas suatu undang-undang, peraturan perundang-undangan,

peraturan pemerintah maupun putusan peradilan umum. Gugatan perorangan

(“Constitutional Complaint”); gugatan perorangan dapat dilakukan apabila

terdapat kerugian oleh pemohon terkait pelanggaran hak asasi manusia. Namun

tindakan hukum itu sebelumnya tidak melakukan upaya hukum di peradilan

umum. Namun apabila terdapat kerugian yang sungguh-sungguh, maka dapat

diajukan ke Mahkamah Konstitusi.

3.2.3. Perancis

Perancis, merupakan sebuah negara yang teritori metropolitannya terletak

di Eropa Barat dan juga memiliki berbagai pulau dan teritori seberang laut yang

terletak di benua lain. Perancis metropolitan memanjang dari laut Mediterania

hingga selat Inggris dan laut utara, dan dari Rhine ke samudera atlantik. Orang

Perancis sering menyebut Perancis Metropolitan sebagai “L‟Hexagone”

(“Heksagon“) karena bentuk geometris teritorinya.

Perancis adalah sebuah republik kesatuan semi-Presidensial yang tidak

punya Presiden. Ideologi utamanya tercantum dalam deklarasi hak asasi manusia

dan warga negara. Perancis, merupakan salah satu negara yang memiliki teritori

metropolitannya terletak di Eropa Barat dan juga memiliki berbagai pulau dan

Page 62: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

62

teritori seberang laut yang terletak di benua lain. Perancis metropolitan

mempunyai karakter geografis yang memanjang dari laut Mediterania hingga selat

Inggris dan laut utara, dan dari Rhine ke samudera atlantik. Orang Perancis sering

menyebut Perancis metropolitan sebagai “L‟Hexagone” (“Heksagon“) karena

bentuk geometris teritorinya. Perancis adalah sebuah republik kesatuan semi-

Presidensial yang tidak punya Presiden. Ideologi utamanya tercantum

dalam deklarasi hak asasi manusia dan warga negara.123

Total luas tanah Perancis, dengan departemen dan teritori seberang lautnya

(tak termasuk daratan Adélie), adalah 674.843 kilometer persegi (260.558 sq mi),

0.45% dari luas bumi. Tetapi, Perancis memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

terbesar kedua di dunia, dengan 11.035.000 kilometer persegi (4.260.000 sq mi),

sekitar 8% dari total permukaan semua ZEE dunia, setelah Amerika Serikat

(11.351.000 km²/ 4.383.000 sq mi) dan sebelum Australia (8.232.000 km² /

3.178.000 sq mi).124

Modern Perancis adalah keturunan bangsa Celtic, Iberia,

Ligurians dan Yunani di selatan Perancis, dicampur dengan bangsa Jerman tiba di

akhir Kekaisaran Romawi seperti Frank dan Burgundi, beberapa Moor dan

Saracen, dan beberapa Viking yang dicampur dengan Normandia dan menetap

terutama di Normandia pada abad 9. Sejak awal Republik Ketiga (1871-1940),

negara tidak dikategorikan orang menurut dugaan asal-usul etnis mereka.

Oleh karena itu, kontras dengan sensus Amerika Serikat, orang Perancis

tidak diminta untuk mendefinisikan appartenance etnis mereka, mana mungkin.

Penggunaan kategorisasi etnis dan rasial dihindari untuk mencegah kasus

123

Http//www. Negara Perancis.com 124

Ibid., http

Page 63: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

63

diskriminasi, peraturan yang sama berlaku untuk data keanggotaan keagamaan

yang tidak dapat dikompilasi di bawah sensus Perancis. Ini Perancis klasik

republik non-esensialis konsepsi kebangsaan adalah officialized oleh konstitusi

Perancis, menurut yang “Perancis” adalah kebangsaan, dan bukan etnis tertentu.125

Penduduk negara Perancis berjumlah 60.424.210 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduknya 0,3% setiap Tahunnya, dan kepadatan penduduk 111

jiwa/km2. Penduduk asli negara Perancis adalah orang Perancis. Kelompok etnis

lain yang terdapat di Perancis berasal dari kaum imigran yang sebagian besar

datang dari negara Portugis, Maroko, Italia, dan Tunisia. Bahasa persatuan

penduduk negara Perancis adalah bahasa Perancis.126

Perancis sebuah negara sekuler karena kebebasan beragama salah satu hak

konstitusional, meskipun beberapa organisasi religius seperti Scientology,

Children of God, Unification Church, dan Order of the Solar Temple dianggap

sebagai pemujaan. Menurut jajak pendapat Januari 2007 oleh Catholic World

News: 51% orang Perancis beragama Katolik, 31% agnostik atau ateis. (Jajak

pendapat lainnya memberikan ateis persentase 27%), 10% dari agama lain atau

tanpa pendapat, 4% Muslim, 3% Protesan, 1% Yahudi. Menurut Eurobarometer

Poll terbaru 2005, 34% warga Perancis merespon bahwa “mereka mempercayai

adanya Tuhan”, sementara 27% menjawab “mereka percaya terdapat suatu jenis

ruh atau kekuatan hidup” dan 33% menyatakan “mereka tidak percaya adanya

suatu jenis ruh, Tuhan, atau kekuatan hidup”.

125

Ibid 126

Ibid., http

Page 64: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

64

Satu survei lain menyatakan 32% penduduk di Perancis ateis, dan 32%

lainnya “meragukan adanya Tuhan tapi bukan ateis”. Jumlah komunitas Yahudi di

Perancis mencapai 600.000 menurut World Jewish Congress dan merupakan yang

terbesar di Eropa. Perkiraan jumlah muslim di Perancis selalu bermacam. Menurut

sensus Perancis 1999, terdapat 3.7 juta orang dengan “kemungkinan kepercayaan

muslim” di Perancis (6.3% dari total populasi). Tahun 2003, kementerian dalam

negeri Perancis memperkirakan jumlah muslim mencapai 5-6 juta. Konsep laïcité

ada di Perancis dan karena ini, sejak 1905, pemerintah Perancis secara legal

menolak pengakuan agama apapun (kecuali peraturan seperti ulama militer dan

Alsace-Moselle).

Sementara itu, Perancis mengakui organisasi religius, sesuai kriteria

hukum formal yang tidak menggunakan doktrin keagamaan. Sebaliknya,

organisasi religius harus mengulang dari intervensi dalam pembuatan kebijakan.

Ketegangan sering terjadi mengenai diskriminasi tuduhan terhadap kaum

minoritas, khususnya terhadap muslim (lihat Islam di Perancis).127

Di Perancis

Kebanyakan orang Perancis berbicara dalam bahasa Perancis sebagai mereka

bahasa ibu, namun bahasa tertentu seperti Norman, Occitan, Corsica, Basque,

Perancis Flemish dan Breton tetap digunakan di daerah tertentu. Ada juga telah

periode sejarah ketika mayoritas orang Perancis memiliki bahasa pertama lainnya

(bahasa lokal seperti Occitan, Katalan, Alsatian, Flemish Barat, Lorraine

Franconian, Gallo, Picard atau Ch‟timi dan Arpitan ). Hari ini, banyak imigran

berbicara lain lidah di rumah.

127

Http//www. Negara Perancis.com

Page 65: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

65

Menurut sejarawan Eric Hobsbawm, “bahasa Perancis telah penting untuk

konsep „Perancis'”, meskipun pada Tahun 1789, 50 persen orang Perancis tidak

berbicara sama sekali, dan hanya 12 sampai 13 persen berbicara dengan cukup

baik; bahkan dalam bahasa minyak zona, itu biasanya tidak digunakan kecuali di

kota-kota, dan bahkan tidak selalu ada di kabupaten terpencil. Luar negeri, bahasa

Perancis dituturkan di berbagai negara khususnya mantan jajahan Perancis.

Namun demikian, berbicara dalam bahasa Perancis berbeda dari menjadi warga

negara Perancis. Jadi, Francophonie, atau berbicara tentang Perancis, tidak harus

bingung dengan kewarganegaraan Perancis atau etnis. Sebagai contoh, speaker

Perancis di Swiss tidak “warga negara Perancis”.

Asli berbahasa Inggris kulit hitam di pulau Saint-Martin memiliki

kewarganegaraan Perancis meskipun mereka tidak bisa bahasa Perancis sebagai

bahasa pertama, sementara tetangga mereka berbahasa Perancis imigran Haiti

Creole Perancis berbicara namun tetap asing. Sejumlah besar orang-orang

keturunan Perancis di luar Eropa pertama berbicara bahasa lain, khususnya

Inggris, seluruh sebagian besar Amerika Utara (kecuali Perancis, Kanada),

Spanyol atau Portugis di selatan Amerika Selatan, dan Afrika di Afrika Selatan.

Kata sifat “Perancis” dapat digunakan untuk berarti “warga negara Perancis” atau

“Perancis-speaker”, dan penggunaan bervariasi tergantung pada konteks, dengan

mantan yang umum di Perancis. Makna yang terakhir ini kadang-kadang

digunakan di Kanada, ketika membahas masalah internal ke Kanada.

3.2.3.1. Sistem Pemerintahan Perancis

Page 66: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

66

Perancis terbagi menjadi 26 region administratif. 22 terletak di Perancis

metropolitan (21 berada di wilayah kontinental atau Perancis metropolitan; satu

adalah jajahan teritorial Corsica), dan empat adalah region seberang laut. Region

itu kemudian dibagi lagi menjadi 100 departemen yang diberi nomor (umumnya

huruf). Nomor ini digunakan di kode pos dan plat nomor kendaraan di antara yang

lain. Empat dari departemen tersebut terletak di region seberang laut dan secara

langsung region seberang laut dan departemen seberang laut adalah bagian

integral Perancis (dan Uni Eropa) dan menikmati status yang sama dengan

departemen metropolitan. Ke-100 departemen terbagi menjadi 341 arondisemen

yang kemudian, dibagi lagi menjadi 4.032 kanton. Kanton-kanton tersebut dibagi

menjadi 36.680 komune, yang merupakan kotamadya dengan dewan kotamadya

terpilih. Juga ditetapkan 2.588 entitas antarkomune yang mengumpulkan 33.414

dari 36.680 komune (91.1% dari seluruh komune). Tiga komune, Paris, Lyon dan

Marseille dibagi menjadi 45 arondisemen kotamadya.

Region, departemen dan komune dikenal sebagai jajahan teritorial, berarti

mereka memiliki majelis lokal juga eksekutif. Arondisemen dan kanton adalah

pembagian administratif. Tetapi, tidak selalu menjadi masalah. Hingga 1940,

arondisemen adalah jajahan teritorial dengan majelis terpilih, tapi dibatalkan oleh

rezim Vichy dan dihapus oleh Republik Keempat Tahun 1946. Secara sejarah,

kanton juga jajahan teritorial dengan majelis terpilih.

Selain 26 region dan 100 departemen, republik Perancis juga memiliki

enam jajahan seberang laut, satu jajahan sui generis (Kaledonia Baru), dan satu

teritori seberang laut. Jajahan dan teritori seberang laut membentuk bagian dari

Page 67: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

67

republik Perancis, tapi tidak membentuk bagian dari Uni Eropa atau wilayah

keuangannya. Teritori pasifik terus menggunakan Franc pasifik yang nilainya

dihubungkan dengan euro. Secara kontras, empat region seberang laut sebelumnya

menggunakan franc Perancis dan sekarang menggunakan euro. Perancis juga

mempertahankan kontrol terhadap sejumlah pulau berpenghuni non-permanen

kecil di samudera hindia dan samudera pasifik: Bassas da India, pulau Clipperton,

pulau Europa, kepulauan Glorioso, pulau Juan de Nova, pulau Tromelin.128

3.2.3.2 Dewan Konstitusi Perancis

Revolusi Perancis ini memiliki semboyan “kemerdekaan, persamaan, dan

persaudaraan” yang menjadikan istilah Mari-Anne sebagai symbol kebebasan

yang merupakan pergantian bentuk pemerintahan dari monarki menjadi republik.

Tidak diketahui siapa itu Mari-Anne. Tapi istilah tersebut sangat umum diucapkan

saat abad ke-18. Sehingga saat terjadi revolusi besar-besaran kekuasaan mutlak

raja tumbang dan pemerintahan negara diserahkan kepada sebuah assemble

nationale yang berkuasa penuh dan mula-mula tersusun menurut sistem

unicameral, karena tujuan revolusi ini sesungguhnya adalah membebaskan rakyat

dari raja dan para pembantunya yakni kaum bangsawan dan gereja.

Kemudian dibentuk badan perwakilan rakyat dipusat dan daerah. Jadi,

sistem demokrasi di Perancis, sifatnya politis atau sekedar perwakilan saja, sudut

lain kemasyarakatan kurang diperhatikan, sehingga dilapangan sosial ekonomi

kekuasaan masih ditangan golongan kecil yang sejak dulu berkuasa. Republik

Perancis yang sekarang ini merupakan Republik Kelima. Penamaan ini didasarkan

128

Ibid., http

Page 68: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

68

pada adanya konstitusi baru. Pemikiran perubahan konstitusi baru di Perancis

dimulai sejak Jenderal Charles de Guelle menjadi perdana menteri di Perancis

tanggal 1 Juni 1948. Oleh karena inisiatif perubahan konstitusi republik Perancis

kelima berasal dari de Guelle, maka konstitusinya lebih dikenal dengan konstitusi

de Guelle. Pengaturan tentang dewan konstitusi (The Constitutional Council)

dalam Konstitusi Perancis terdapat dalam Titel VII yang terangkum dalam 8

(delapan) Pasal (Pasal 56 sampai dengan Pasal 63). Dewan Konstitusi Perancis

bukan merupakan lembaga yudikatif tetapi merupakan lembaga politik. Tujuan

dari dewan ini adalah memberikan perlindungan masyarakat dari kediktatoran

yang lahir dari sistem pemilihan. Legal standingnya adalah Presiden dan perdana

menteri (konstitusi 1958) serta parlemen (sejak konstitusi 1974).

Dewan konstitusi di Perancis bertindak sebagai dewan yang mengkaji

undang-undang, peraturan-peraturan tata tertib, dan perjanjian internasional.

Pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan oleh Dewan Konstitusi dilakukan

secara preventif, artinya dilakukan sebelum satu undang-undang diundangkan,

atau sebelum peraturan tata tertib diberlakukan dan sebelum perjanjian

internasional diratifikasi. Undang-undang organik sebelum diundangkan oleh

Perdana Menteri Perancis wajib dahulu diserahkan kepada Dewan Konstitusi

untuk dikaji. Jika undang-undang peraturan tata tertib dan perjanjian internasional

menurut pendapat Dewan Konstitusi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar

maka tidak dapat diundangkan dan diberlakukan, kecuali Undang-Undang

Dasarnya diubah.

3.2.3.3 Pemikiran Dibentuknya Dewan Konstitusi

Page 69: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

69

Setelah terbentuknya Dewan Konstitusi Perancis berdasarkan konstitusi ke

lima Republik Perancis 1958. Ide ini didesain untuk melucuti kekuasaan

parlemen. Maksudnya, membatasi kekuasaan parlemen yang dianggap terlalu

mendominasi, sebab pada era sebelum dibentuk konstitusi 1958, parlemen

dipandang sebagai instabilitas politik.129

Oleh karena itu organ ini tersendiri

bernama Dewan Konstitusional dibentuk guna menjamin distribusi kekuasaan

yang baru mengalami rekturisasi secara menyeluruh.

Dalam Konstitusi kelima langkah memperkuat peran eksekutif justru

memperoleh jaminan dari dewan konstitusi, Jhon Bell dalam bukunya French

Constitutional law, berkenan dengan persoalan itu mengatakan; “the creation of

the conceil constitutionnel was originally intended as an additional mechanism to

ensure executive by keeping Parliament within constitutional”130

Jika dicermati pandangan Bell ini terlihat dengan jelas bahwa Dewan

Konstitusi dibentuk untuk mengendalikan kekuasaan parlemen yang

diselenggarakan berdasarkan ikatan-ikatan konstitusi Tahun 1958. Oleh karena

itu, regresi atas sistem kedaulatan parlemen, serta merta telah menggiring otoritas

eksekutif kedalam pusat pengendalian keputusan yang berlaku dibawah sistem

Konstitusional Republik Kelima.131

Dari pandangan ada tiga hal yakni; pertama;

kekuasaan parlemen dibatasi, kedua; peralihan sebagian kewenangan yang di

miliki oleh parlemen ke eksekutif, ketiga; keterlibatan eksekutif dalam

pengambilan keputusan.

129

Jimly Asshiddiqie & Ahmad Syahrisal, 2012, Peradilan Konstitusi di 10 negara, Sinar

Grafika, Jakarta, h. 136 130

Ibid, h.149 131

Ibid

Page 70: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

70

3.2.3.4. Pembentukan Dewan Konstitusi Perancis

Undang-Undang Dasar Perancis Tahun 1958 menentukan adanya lembaga

baru yang disebut „Conseil Constitutionnel‟, melengkapi lembaga peradilan

tertinggi di bidang hukum administrasi yang sudah ada sejak sebelumnya, yaitu

“Conseil d‟Etat”. Sejak dibentuk, lembaga inilah yang sering dikaitkan dengan

„Mahkamah Konstitusi‟ Perancis,132

meskipun sebutannya adalah „dewan‟

(conseil), bukan „mahkamah‟ (cour). Namun, seperti dikemukakan oleh Mauro

Cappelletti, sejak putusan yang dikenal sebagai „landmark decision‟ “Conseil

d‟Etat” pada Tahun 1959 dalam kasus terkenal “Syndicat General des

Ingenieurs-Conseils”, Dewan Negara (Conseil d‟Etat) inilah yang biasa

digambarkan sebagai “a true (pen: French) Constitutional Court”133

.

Model „Constitutional Review‟ di Perancis ini berbeda dari tradisi negara-

negara Eropah Kontinental lainnya. Model ini didasarkan atas bentuk

kelembagaan Dewan Konstitusi (Conseil Constitutionnel) untuk menjalankan

fungsi pengujian konstitusionalitas. Pada mulanya, Perancis termasuk bersama-

sama dengan Inggris dan Belanda dikenal sebagai penentang keras gagasan

memberikan kewenangan kepada hakim atau pengadilan untuk melakukan

pengujian konstitusionalitas atas undang-undang. Namun dalam perkembangan di

kemudian hari, ide pengujian konstitusionalitas itu sendiri di terima, tetapi sebagai

alternatifnya, sistem pengujian itu tidak dilakukan oleh hakim atau lembaga

peradilan, melainkan oleh lembaga non-peradilan. Karena itu, yang dirumuskan

132

Alec Stone, 1992, The Birth of Judicial Politics in France: The Constitutional Council

in Comparative Perspective, Oxford University Press, New York 133

Mauro Cappelletti, op.cit., h. 155 (… after the Syndicat General decision, the Conseil

d‟Etat was described as a true „Constitutional Court‟)

Page 71: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

71

dalam Konstitusi Perancis bukan „cour‟ (pengadilan), melainkan „conseil‟

(dewan), sehingga dibentuk lembaga „Conseil Constitutionnel‟, bukan „Cour

Constitutionnel‟.

Sistem hukum dan konstitusi Perancis sampai sekarang, pengujian

konstitusionalitas tersebut pada umumnya memang dilakukan oleh „Conseil

Constitutionnel‟ ini. Akan tetapi, dalam perkembangannya, di samping oleh

„Conseil Constitutionnel‟, pengujian konstitusionalitas juga dilakukan oleh kamar

khusus (special chambers) dari Mahkamah Agung secara terkonsentrasi

(concentrated constitutional review) di dalam perkara-perkara khusus (special

proceedings atau principaliter). Hanya saja, pengujian konstitusionalitas yang

dimaksudkan itu terbatas hanya untuk pengujian bersifat preventif (a priori

review) ataupun pengujian yang bersifat konsultatif. Meskipun demikian, dalam

bidang-bidang tertentu, khususnya yang berhubungan dengan pemilihan umum,

sifat pengujian konstitusionalitas oleh „special chamber‟ di Mahkamah Agung itu

dapat pula bersifat represif (a posteriori review).

Sistem yang diterapkan di Perancis ini berpengaruh luas juga di banyak

negara, terutama di negara-negara yang pernah dijajah oleh Perancis. Karena

pengaruh sistem hukum Perancis yang juga sangat luas di banyak negara, maka

tentu saja pola atau model Perancis inipun diadopsikan dan di ikuti oleh banyak

negara pula. Semua negara seperti di benua Afrika dan Asia yang menamakan

lembaga pengawal konstitusinya dengan istilah „Dewan Konstitusi‟ dapat

dikaitkan dengan pengaruh „Constitutional Review‟ Model Perancis ini.

3.2.3.5 Kedudukan Dewan Konstitusi Perancis

Page 72: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

72

Kedudukan Dewan Konstitusi Perancis dalam sistem ketatanegaraannya

berada sejajar dengan lembaga negara lain, dalam Pasal 67 konstitusi 1958. Jelas

tercantum ketentuan mengenai „Cour de‟Cassation‟ yang terpisah keberadaannya

dari „Conseil Constitutionnel‟. „Cour de‟Cassation‟ adalah Mahkamah Agung,

lembaga peradilan; sedangkan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 56 konstitusi

1958.

Karena itu sebutannya bukan „cour‟ (pengadilan) tetapi „conseil‟ (dewan).

Perbedaan karakter politik atau hukum dari kedua lembaga ini jelas terlihat pula

dalam pola susunan keanggotaan keduanya. Jika di Mahkamah Agung, seluruh

anggotanya adalah ahli hukum dan berprofesi sebagai hakim, maka dalam susunan

keanggotaan „Conseil Constitutionnel‟ tidak demikian. Anggotanya dapat berasal

dari partai politik atau birokrat dan sebagainya, meskipun sebagian terbesar di

antaranya selalu para ahli hukum. Memang pada hakikatnya fungsi-fungsi yang

dijalankan oleh lembaga pengawal konstitusi ini bukanlah fungsi-fungsi peradilan

dalam arti yang lazim. Dalam sistem konstitusi Perancis, lembaga ini lebih

bersifat semi-peradilan.

Di pihak lain, fungsi pengujian yang dilakukan Dewan Konstitusi inipun

berbeda dari pengujian konstitusionalitas (constitutional review) di dalam pola

Austria, tidak bersifat „a poteriori‟, melainkan bersifat „a priori‟ atau preventif.

Adapun diuji oleh dewan ini adalah rancangan undang-undang yang telah di

sahkan atau telah mendapat persetujuan di Parlemen, tetapi belum diundangkan

sebagaimana mestinya, apabila muncul persoalan konstitusionalitas di dalamnya,

Page 73: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

73

maka Dewan Konstitusilah yang harus memutuskannya bertentangan atau tidak

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Setelah suatu undang-undang telah diundangkan sebagaimana mestinya,

maka dewan ini tidak boleh lagi melakukan pengujian. Mekanisme demikian

inilah yang disebut sebagai „preventive constitutional review‟ atau „a priori

constitutional review‟, yang oleh sementara sarjana lebih cenderung di sebut

sebagai „constitutional preview‟, daripada „constitutional review‟. Mengapa di

anggap lebih tepat disebut „preview‟ daripada „review‟, karena pengujian yang

dilakukan itu bersifat „a priori‟ dan „preventif‟ sebelum rancangan undang-

undang yang bersangkutan resmi menjadi undang-undang (legislative act) yang

mengikat untuk umum.

Dengan begitu berarti bahwa pengujian itu dilakukan terhadap produk

hukum yang belum resmi di sahkan menjadi undang-undang. Setelah suatu

rancangan undang-undang di‟preview‟ dan di nyatakan tidak bertentangan dengan

konstitusi, barulah rancangan itu dapat di undangkan sebagaimana mestinya

sehingga dapat berlaku mengikat untuk umum. Komposisi dewan konstitusi telah

diatur dalam Pasal 56 Konstitusi Perancis Tahun 1958, komposisi anggota Dewan

Konstitusi Perancis ditentukan oleh tiga institusi kenegaraan, yaitu;

1) Tiga orang diangkat oleh Presiden

2) Tiga orang diangkat oleh ketua majelis nasional dan

3) Tiga orang diangkat oleh ketua senat

Kewenangan untuk mengangkat ketua dan anggota Dewan Konstitusi

berada pada tiga institusi yang berbeda. Keanggotan mantan Presiden dalam

Page 74: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

74

dewan konstitusi adalah seumur hidup, sedangkan masa jabatan sembilan anggota

dewan konstitusional tidak boleh lebih dari sembilan Tahun, artinya anggota

dewan tidak dapat diangkat kembali, jadi hanya untuk sekali masa jabatan.

Namun, pemberhentian atau berakhirnya masa jabatan sembilan anggota dewan

tidak dilakukan secara serempak pada waktu yang bersamaan, melainkan

sepertiga dari anggota berhenti setiap tiga Tahun sekali, artinya tiap tiga Tahun

akan ada tiga anggota baru yang menggantikan anggota yang berhenti.

Disamping adanya Dewan Konstitusi Perancis, demikian juga dalam

konstitusi Perancis 1958 telah mengatur sistem Yudikatif Perancis terdiri dari dua

cabang, dimana pada masing-masing cabang terdapat semacam hierarki

Mahkamah Agung. Cabang yang pertama (pengadilan administratif) mengurusi

masalah yang berkaitan dengan peraturan pemerintah atau sengketa antar

lembaga-lembaga publik. Cabang yang kedua (pengadilan umum) mengurusi

kasus-kasus sipil dan kriminalitas warga Perancis. Dalam pengadilan umum atau

pengadilan yudisial terdapat dua jenis pengadilan. Yaitu pengadilan sipil dan

pengadilan kasus kriminalitas. Pengadilan sipil bertugas untuk menangani kasus

antar perseorangan atau perseorangan dengan korporasi. Sedangkan pengadilan

kriminal menangani kasus pelanggaran ringan dan atau kasus pembunuhan.

Berdasarkan pemaparan diatas, kedudukan Dewan Konstitusi memang di

letakan dalam konstitusi Perancis 1958, sebagai penguji produk legilatif sebelum

diundangkan, namun dewan ini bukan bagian dari sistem peradilan Perancis,

sebab dewan ini dibentuk untuk membatasi kekuasaan parlemen pada masa

Page 75: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

75

sebelumnya, dapat dikatakan dewan merupakan dewan politik untuk menunjang

dan mendukung kekuasaan eksekutif semata.

3.2.3.6 Kewenangan Dewan Konstitusi Perancis

Berkaitan dengan kewenangan Dewan Konstitusi Perancis, secara

konstitusi terbagi dalam beberapa pasal antara lain; kewenangan Dewan

Konstitusi diatur dalam Pasal 54 konstitusi Perancis setelah perubahan Tahun

1974134

menyatakan bahwa: Disamping pengujian juga dapat meratifikasi

perjanjian internasional. Dan putusan Dewan Konstitusi bersifat final dan

mengikat terhadap seluruh kekuasaan publik, kewenangan administrative maupun

badan peradilan umum lainnya. Kemudian kewenangan menguji “A Priori

Abstract Review” yang diatur dalam pasal 61 dan 62 konstitusi Perancis setelah

perubahan 1974, menyatakan bahwa: Tugas utama Dewan Konstitusi Perancis

adalah menyelenggarakan pengujian konstitusional atas rancangan legislasi yang

dapat ditetapkan oleh parlemen. Secara konstitusional dewan bukanlah satu-

satunya organ penjamin konstitusi, Presiden juga ditugasi sebagai menegakkan

dan menghormati konstitusi. Rancangan undang-undang yang dinyatakan

bertentangan dengan konstitusi maka dianggap tidak berlaku, dan memiliki

kekuatan hukum mengikat terhadap seluruh kewenangan administrative dan organ

peradilan umum. 135

134

Pasal 54 setelah perubahan tahun 1974, menyatakan bahwa; If the Constitutional

Council, on a referral from the President of the Republic, from the Prime Minister, from the

President of one or the other Houses, or from sixty Members of the National Assembly or sixty

Senators, has held that an international undertaking contains a clause contrary to the

Constitution, authorization to ratify or approve the international undertaking involved may be

given only after amending the Constitution. 135

Article 61 konstitusi 1958 setelah perubahan tahun 1974, menyatakan bahwa;

Institutional Acts, before their promulgation, Private Members' Bills mentioned in article 11

before they are submitted to referendum, and the rules of procedure of the Houses of Parliament

Page 76: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

76

Pada tahap awal perkara yang teregister kemudian diadakan penunjukan

oleh Presiden terhadap Repporteur. Tanggung jawab dari repporteur adalah 1.

mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan perkara, 2. menyiapkan draf

putusan, 3. mengadakan pleno. Dalam mendesain putusan dapat kemudian Dewan

Konstitusi dapat secara objective mendasari masing-masing putusannya. Dewan

memberikan alasan-alasan esensial terhadap putusan yang diputuskan. Hal itu

berakibat terhadap dikotonomi putusan yang sudah sejak lama diselenggarakan

oleh Mahkamah Konstitusi Austria dan Jerman sebagai grand design yang

mempengaruhi bentuk putusan Mahkamah Konstitusi negara-negara lain.

3.2.4 Sejarah Kesatuan Republik Indonesia

Kata "Indonesia" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang

merujuk kepada sungai Indus di India dan nesos yang berarti "pulau". Jadi, kata

shall, before coming into force, be referred to the Constitutional Council, which shall rule on their

conformity with the Constitution.

To the same end, Acts of Parliament may be referred to the Constitutional Council, before

their promulgation, by the President of the Republic, the Prime Minister, the President of the

National Assembly, the President of the Senate, sixty Members of the National Assembly or sixty

Senators.In the cases provided for in the two foregoing paragraphs, the Constitutional Council

must deliver its ruling within one month. However, at the request of the Government, in cases of

urgency, this period shall be reduced to eight days.In these same cases, referral to the

Constitutional Council shall suspend the time allotted for promulgation.

Article 61-1

If, during proceedings in progress before a court of law, it is claimed that a legislative

provision infringes the rights and freedoms guaranteed by the Constitution, the matter may be

referred by the Conseil d'État or by the Cour de Cassation to the Constitutional Council which

shall rule within a determined period.

An Institutional Act shall determine the conditions for the application of the present

article.

Article 62

A provision declared unconstitutional on the basis of article 61 shall be neither

promulgated nor implemented.

A provision declared unconstitutional on the basis of article 61-1 shall be repealed as of

the publication of the said decision of the Constitutional Council or as of a subsequent date

determined by said decision. The Constitutional Council shall determine the conditions and the

limits according to which the effects produced by the provision shall be liable to challenge.

No appeal shall lie from the decisions of the Constitutional Council. They shall be

binding on public authorities and on all administrative authorities and all courts.

Page 77: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

77

Indonesia berarti wilayah "kepulauan India", atau kepulauan yang berada di

wilayah Hindia, ini merujuk kepada persamaan antara dua bangsa tersebut (India

dan Indonesia). Pada Tahun 1850, George Windsor Earl, seorang etnolog

berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia

untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu". Murid dari Earl,

James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari

Kepulauan India. Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda

tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische

Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië);

Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan Tahun 1860

dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik

terhadap kolonialisme Belanda).

Sejak Tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan

akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya

untuk ekspresi politik. Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan

nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels,

1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi

Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di

Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada Tahun 1913.136

Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki

"Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai

136

Http//.www.sejarah Indonesia wikipedia.com.

Page 78: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

78

berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 Tahun yang lalu.

137 Bangsa

Austronesia, yang membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke

Asia Tenggara dari Taiwan. Mereka tiba di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan

bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-

wilayah yang jauh di timur kepulauan. Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian,

dan penguasaan atas cara bercocok tanam padi setidaknya sejak abad ke-8 SM,

menyebabkan banyak perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh

berkembang dengan baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia yang

terletak di jalur perdagangan laut internasional dan antar pulau, telah menjadi jalur

pelayaran antara India dan Tiongkok selama beberapa abad. Sejarah Indonesia

selanjutnya mengalami banyak sekali pengaruh dari kegiatan perdagangan

tersebut.

Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan

sampai ke Afrika. Sebuah bagian dari relief kapal di candi Borobudur, k. 800 M.

Di bawah pengaruh agama Hindu dan Budha, beberapa kerajaan terbentuk di

pulau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa sejak abad ke-4 hingga abad ke-14. Kutai,

merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu

sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-

4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara. Pemerintahan

Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda dari Tahun 669 M sampai 1579

M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan Malayu yang berpusat di Jambi, Sumatera.

Sriwijaya mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling

137

Ibid

Page 79: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

79

perkasa di Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa,

semenanjung Melayu, sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat

Sunda, dan Laut Tiongkok Selatan. Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-

8 dan ke-10 wangsa Syailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-

kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti

candi Borobudur dan candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di

bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan Mahapatih Gajah Mada,

kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering

disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.138

Kedatangan pedagang-pedagang Arab dan Persia melalui Gujarat, India,

kemudian membawa agama Islam. Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok yang

dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga

pernah menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15. Para pedagang-pedagang

ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah nusantara. Samudera

Pasai yang berdiri pada Tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di

Indonesia.

Peta Indonesia berkisar Tahun 1674-1745 oleh Katip Çelebi seorang

geografer asal Turki Utsmani. Johannes van den Bosch, pencetus Cultuurstelsel.

Lukisan kekaisaran Belanda yang menggambarkan Hindia Belanda sebagai

"Permata kami yang paling berharga". (1916) Indonesia juga merupakan negara

yang dijajah oleh banyak negara Eropa dan juga Asia, karena sejak zaman dahulu

Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya yang berlimpah,

138

Ibid., Http

Page 80: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

80

hingga membuat negara-negara Eropa tergiur untuk menjajah dan bermaksud

menguasai sumber daya alam untuk pemasukan bagi negaranya, Negara-negara

yang pernah menjajah Indonesia antara lain:

1. Portugis pada Tahun 1509, hanya Maluku, lalu berhasil diusir pada pada

Tahun 1595

2. Spanyol pada Tahun 1521, hanya Sulawesi Utara, tetapi berhasil diusir

pada Tahun 1692.

3. Belanda pada Tahun 1602, sebagian besar wilayah Indonesia.

4. Perancis (1795-1811). Perancis menaklukan Republik Belanda pada 1795

dalam Perang Revolusi Perancis, dan Perancis mendirikan Republik

Batavia (1795-1806) dan Kerajaan Hollandia (1806-1810) yang berstatus

sebagai negara bawahan Perancis.

Dengan demikian, secara tidak langsung Perancis adalah penguasa

tertinggi Hindia Belanda. Pada Tahun 1810 kerajaan Hollandia dileburkan dalam

kekaisaran pertama Perancis, sehingga wilayah Hindia Belanda menjadi jajahan

Perancis secara langsung. Meskipun demikian pemerintahan dan pertahanan tetap

dipegang oleh warga Belanda (termasuk Herman Willem Daendels yang berkuasa

Tahun 1908-1811 dan dikenal pro-Perancis) Kekuasaan Perancis berakhir pada

Tahun 1811 ketika Britania mengalahkan kekuatan Belanda-Perancis di pulau

Jawa.

1. Britania Raya pada Tahun 1811, sejak ditandatanganinya Kapitulasi

Tuntang yang salah satunya berisi penyerahan Pulau Jawa dari Belanda

kepada Britania, Pada Tahun 1814 dilakukanlah konvensi London yang

isinya pemerintah Belanda berkuasa kembali atas wilayah jajahan Britania

di Indonesia. Lalu baru pada Tahun 1816, pemerintahan Britania di

Indonesia secara resmi berakhir.

2. Jepang pada Tahun 1942 dan berakhir pada Tahun 1945, oleh karena

kekalahan Jepang kepada pasukan Sekutu.139

Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16, menemukan

beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi

139

Ibid., http

Page 81: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

81

perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan

Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tetapi dapat diusir dan bergerak

ke arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai

yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya

dan Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Portugis). Pada masa itulah

agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama

yang dikenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel.140

Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II,

awalnya melalui VOC, dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak

awal abad ke-19. Di bawah sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman) pada abad

ke-19, perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya

menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada

masa pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah 1870, sistem ini dihapus.

Setelah 1901 pihak Belanda memperkenalkan Kebijakan Beretika, yang termasuk

reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di Hindia

Belanda.141

Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang

menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada Tahun 1942, Jepang

melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang

kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno,

Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan

penghargaan oleh Kaisar Jepang pada Tahun 1943.

140

Ibid., http 141

Http, loc.Cit.

Page 82: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

82

1.2.4.1. Sistem Pemerintahan Indonesia.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan

Indonesia. Setelah Perang Pasifik berakhir pada Tahun 1945, di bawah tekanan

organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

pada tanggal 17 Agustus 1945 yang pada saat itu sedang bulan Ramadhan. Setelah

kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan

Sjahrir masing-masing menjabat sebagai Presiden, wakil Presiden, dan perdana

menteri. Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan

pasukan mereka.

Usaha-usaha berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini

kemudian dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (politionele actie),

atau dikenal oleh orang Indonesia sebagai Agresi Militer. Belanda akhirnya

menerima hak Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember 1949 sebagai negara

federal yang disebut Republik Indonesia Serikat setelah mendapat tekanan yang

kuat dari kalangan internasional, terutama Amerika Serikat. Mosi Integral Natsir

pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Republik

Indonesia dan membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali

menjadi Presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil Presiden dan

Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.142

Pada Tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai

mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi

lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Tiongkok dan

142

Http, loc,cit.

Page 83: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

83

Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap

negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"), dan ketidakpuasan terhadap kesulitan

ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada Tahun 1965 meletus kejadian

G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira

menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru yang

segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di belakang kejadian ini

dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi

nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini sekaligus

dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden

Soekarno. (Hatta, Sukarno, dan Sjahrir, tiga pendiri Indonesia).143

Jenderal Soeharto menjadi Pejabat Presiden pada Tahun 1967 dengan

alasan untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme. Sementara itu

kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa,

ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh,

sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri,

tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga

puluh dua Tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara

masa pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.

Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan

investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde

Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan

143

Http, loc.cit

Page 84: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

84

Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia

Berkeley". Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui

praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa

turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi

negara yang memburuk pada Tahun 1998.

Masa Peralihan Orde Reformasi atau Era Reformasi berlangsung dari

Tahun 1998 hingga 2001, ketika terdapat tiga masa Presiden: Bacharuddin Jusuf

(BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada Tahun

2004, diselenggarakan Pemilihan Umum satu hari terbesar di dunia yang

dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Presiden terpilih secara

langsung oleh rakyat, yang menjabat selama dua periode (2004-2009 dan 2009-

2014). Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan

pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk

melepaskan diri dari naungan NKRI, terutama Papua. Timor Timur secara resmi

memisahkan diri pada Tahun 1999 setelah 24 Tahun bersatu dengan Indonesia dan

3 Tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.

Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa

bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat gempa bumi

Samudra Hindia 2004 dan gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul

oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai

Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak

kunjung terpecahkan.144

144

Http. loc.cit

Page 85: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

85

Indonesia menjalankan pemerintahan republik Presidensial multipartai

yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik

di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif

dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR pernah menjadi lembaga tertinggi

negara Unikameral, namun setelah amendemen ke-4 MPR bukanlah lembaga

tertinggi lagi, dan komposisi keanggotaannya juga berubah. MPR setelah

amendemen UUD 1945, yaitu sejak 2004 menjelma menjadi lembaga bikameral

yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan

wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan

Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur independen.

Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik untuk masa jabatan

lima Tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah

utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat ini diketuai oleh Zulkifli Hasan. DPR

saat ini diketuai oleh Bambang Soesatyo, sedangkan DPD saat ini diketuai oleh

Oesman Sapta Odang.

Lembaga eksekutif berpusat pada Presiden, wakil Presiden, dan kabinet.

Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri

bertanggung jawab kepada Presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di

parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat ini yakni Joko Widodo yang diusung

oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan juga menunjuk sejumlah pemimpin

partai politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas

pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun

Page 86: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

86

pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai

(berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya). Lembaga Yudikatif

sejak masa reformasi dan adanya amendemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945

dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi,

termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.145

Mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dengan Barack

Obama, Mantan Presiden Amerika Serikat, dalam sebuah acara penyambutan

tamu negara di Istana Merdeka di Jakarta, pada tanggal 9 Nopember 2010. Obama

terkenal di Indonesia, karena menghabiskan masa kecilnya di Jakarta. Berlawanan

dengan Sukarno yang anti-Imperialisme, antipati terhadap kekuatan barat, dan

bersitegang dengan Malaysia, hubungan luar negeri sejak "Orde baru"-nya

Suharto didasarkan pada ekonomi dan kerja sama politik dengan negara-negara

barat. Indonesia menjaga hubungan baik dengan tetangga-tetangganya di Asia,

dan Indonesia adalah pendiri ASEAN dan East Asia Summit.

Indonesia menjalin hubungan kembali dengan Republik Rakyat Tiongkok

pada Tahun 1990, padahal sebelumnya melakukan pembekuan hubungan

sehubungan dengan gejolak anti-komunis di awal kepemerintahan Suharto.

Indonesia menjadi anggota perserikatan bangsa-bangsa sejak Tahun 1950, dan

pendiri Gerakan Non Blok dan Organisasi Kelompok Islam yang sekarang telah

menjadi Organisasi Kerjasama Islam. Indonesia telah menandatangani perjanjian

ASEAN Free Trade Area, Cairns Group, dan World Trade Organization, dan

145

Http, loc.cit

Page 87: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

87

pernah menjadi anggota OPEC, meskipun Indonesia menarik diri pada Tahun

2008 sehubungan Indonesia bukan lagi pengekspor minyak mentah bersih.

Indonesia telah menerima bantuan kemanusiaan dan pembangunan sejak Tahun

1966, terutama dari Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Australia dan

Jepang.

Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan dunia international

sehubungan dengan pengeboman yang dilakukan oleh militan Islam dan Al-

Qaeda. Pemboman besar menimbulkan korban 202 orang tewas (termasuk 164

turis mancanegara) di Kuta, Bali pada Tahun 2012. Serangan tersebut dan

peringatan perjalanan (travel warnings) yang dikeluarkan oleh negara-negara lain,

menimbulkan dampak yang berat bagi industri jasa perjalanan/turis dan juga

prospek investasi asing.Tetapi beruntung ekonomi Indonesia secara keseluruhan

tidak terlalu dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di atas, karena Indonesia adalah

negara yang ekonomi domestiknya cukup kuat dan dominan.

Tentara Nasional Indonesia terdiri dari TNI–AD, TNI-AL (termasuk

Marinir) dan TNI-AU. Berkekuatan 400.000 prajurit aktif, memiliki anggaran 4%

dari GDP pada Tahun 2006, tetapi terdapat kontroversi bahwa ada sumber-sumber

dana dari kepentingan-kepentingan komersial dan yayasan-yayasan yang

dilindungi oleh militer. Satu hal baik dari reformasi sejalan dengan mundurnya

Suharto adalah mundurnya TNI dari parlemen setelah bubarnya Dwi Fungsi

ABRI, walaupun pengaruh militer dalam bernegara masih tetap kuat.

Gerakan separatis di sebagian daerah Aceh dan Papua telah menimbulkan

konflik bersenjata, dan terjadi pelanggaran HAM serta kebrutalan yang dilakukan

Page 88: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

88

oleh keduabelah pihak. Setelah 30 Tahun perseteruan sporadis antara Gerakan

Aceh Merdeka dan militer Indonesia, maka persetujuan gencatan senjata terjadi

pada Tahun 2005. Di Papua, telah terjadi kemajuan yang mencolok, walaupun

masih terjadi kekurangan-kekurangan, dengan diterapkannya otonomi, dengan

akibat berkurangannya pelanggaran HAM.146

Indonesia saat ini secara de facto terdiri dari 34 provinsi, lima di antaranya

memiliki status yang berbeda (Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat,

Papua, dan DKI Jakarta). Provinsi dibagi menjadi 416 kabupaten dan 98 kota atau

7024 daerah setingkat kecamatan atau 81626 daerah setingkat desa. Terdapat

berbagai istilah lokal untuk suatu daerah di Indonesia misal: kelurahan, desa,

gampong, kampung, nagari, pekon, atau istilah lain yang diakomodasi oleh

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Tiap provinsi memiliki DPRD Provinsi dan gubernur; sementara

kabupaten memiliki DPRD Kabupaten dan bupati; kemudian kota memiliki

DPRD Kota dan wali kota; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu

dan Pilkada. Bagaimanapun di Jakarta tidak terdapat DPR Kabupaten atau Kota,

karena Kabupaten Administrasi dan Kota Administrasi di Jakarta bukanlah daerah

otonom.147

Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Papua Barat, dan

Papua memiliki hak istimewa legislatur yang lebih besar dan tingkat otonomi

yang lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak

146

Http, loc.cit 147

Ibid, http

Page 89: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

89

membentuk sistem legal sendiri; pada Tahun 2003, Aceh mulai menetapkan

hukum Syariah.

Yogyakarta mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan

terhadap peran penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.

Provinsi Papua, sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus

Tahun 2001. DKI Jakarta, adalah daerah khusus ibukota negara. Timor Portugis

digabungkan ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi provinsi Timor Timur pada

Tahun 1976–1999, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi

Negara Timor Leste.

Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki

17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang

menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia

terletak pada koordinat 6°LU-11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT serta terletak

di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania. Wilayah

Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra

Pasifik.

Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya

3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana setengah

populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa

dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan

luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan luas

421.981 km². Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan

Page 90: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

90

menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif: 200 mil

laut, searah penjuru mata angin, yaitu:

Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel,

kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan

terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput

sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14%

dengan lahan irigasi seluas 45.970 km

3.2.4.2. Mahkamah Konstitusi Indonesia

Secara umum landasan pembentukan Mahkamah Konstitusi diberbagai

Negara pada intinya menjaga dan melindungi konstitusi, agar tetap konsisten dan

dijunjung tinggi bagi penyelenggara negara, meminjam pendapat Jimly

Asshidieqie demikian dari pandangan ini, terlihat jelas, negara-negara modern

menggunakan fungsi konstitusi sebagai dasar untuk membentuk lembaga-lembaga

baru salah satunya lembaga penguji undang-undang atau Mahkamah Konstitusi,

pengaturan ini dilakukan agar dapat menjawab tuntutan masyarakat terhadap

negara, yang dalam menyelenggarakan pemerintahan negara sesuai prinsip negara

hukum sebagaimana pendapat Brian L Tamanha, dengan demikian

penyelenggaraan pemerintahan dari berbagai negara menempatkan konstitusi

sebagai norma tertinggi dalam sistem ketatanegaraannya.

Pada hakekatnya pembentukan Mahkamah Konstitusi memiliki dua hal

yaitu menjaga dan melindungi konstitusi agar tetap ditaati dan menjunjung tinggi

prinsip negara hukum, oleh karena itu negara-negara modern ( Indonesia, Austria,

Jerman dan Perancis, telah berhasil mendudukkan lembaga penguji Undang-

Page 91: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

91

Undang dalam sistem ketatanegaraan masing-masing walaupun dengan nama

yang berbeda dan pengalaman sejarah ketatanegaraan yang berbeda, hal inilah

yang membuat penulis berkeinginan menelusuri pembentukan lembaga penguji

undang-undang dari negara-negara yang disebutkan dan melakukan perbandingan

mengenai landasaan pembentukan dan kedudukan lembaga penguji undang-

undang dalam sistem ketatanegaraannya.

3.2.4.2.1 Ide Constitusional Review Oleh The Funding Father

Tahun 1945

Proses pembentukan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 terjadi

perdebatan tentang usulan Moh. Yamin menggagas lembaga yang berwenang

menyelesaikan sengketa konstitusi, lazim disebut Constitutionaleele geschil atau

constitutional disputes. Diawali dengan Gagasan Moh. Yamin perlunya

diberlakukan suatu materieele toetsingrecht (uji materil) terhadap undang-undang.

Moh. Yamin mengusulkan perlunya Mahkamah Agung diberi wewenang

``membanding`` undang-undang. Namum usulan Yamin disanggah Soepomo

dengan empat alasan bahwa; (i). Konsep dasar yang dianut dalam Undang-

Undang Dasar yang tengah disusun bukan konsep pemisahan kekuasaan

(separation of power) melainkan konsep pembagian kekuasaan (distribution of

power), selain itu, (ii) tugas hakim adalah menerapkan undang-undang, bukan

menguji undang-undang, (iii). Kewenangan hakim untuk melakukan pengujian

undang-undang bertentangan dengan konsep supremasi Majelis Permusyawaratan

Rakyat, dan (iv). Sebagai negara yang baru merdeka belum memiliki ahli-ahli

mengenai hal tersebut serta pengalaman mengenai judician review.

Page 92: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

92

Akhirnya, ide itu urung diadapsi dalam Undang-Undang Dasar Tahun

1945. Agar Mahkamah Agung sebagai pemegang kekuasaan yudikatif diberi

kewenangan menilai apakah suatu peraturan perundangan sesuai dengan

konstitusi. Soepomo tidak sependapat dengan Muh. Yamin, karena menurutnya

kekuasaaan demikian terdapat pada negara yang menganut sistem pemisahan

kekuasaan (konsep trias politica). Sementara Rancangan Undang-Undang Dasar

tidak, dan kekuasaan yudikatif tidak mengontrol kekuasaan legislatif sebagai

pembentuk undang-undang. Menurut Supomo, di negara-negara lain seperti

Austria, Ceko Slowakia dan Jerman, kewenangan tersebut dilaksanakan oleh suatu

pengadilan yang memang khusus menangani masalah konstitusi. Akhirnya

BPUPKI dan PPKI menolak usul tersebut dan tidak memasukkannya ke dalam

Undang-Undang Dasar sebagai bagian wewenang yudikatif MA.

3.2.4.2.2. Konstitusi RIS

Konstitusi RIS yang diundangkan pada Tahun 1949 disebutkan bahwa,

kewenangan untuk menilai apakah suatu undang-undang negara bagian

bertentangan atau tidak dengan undang-undang federal dan konstitusi RIS

diberikan kepada MA. Untuk merespon perkembangan, di sekitar Tahun 1956–

1959 IKAHI dan MA mengusulkan bahwa MA seharusnya memiliki kewenangan

untuk menyatakan suatu peraturan perundangan bertentangan dengan Undang-

Undang Dasar. Kemudian dalam pembahasan konstitusi bidang peradilan,

Konstituante memutuskan untuk memuat pembentukan peradilan khusus yang

terdiri dari Hakim Agung yang berwenang menilai peraturan perundangan.

Namun, dengan Dekrit 1959, Presiden membubarkan Parlemen.

Page 93: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

93

3.2.4.2.3. Gagasan Pengujian Undang-Undang Tahun 1970-1985

Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi di Indonesia dalam rangka

tuntutan untuk memberdayakan Mahkamah Agung. Diawali pada Tahun 1970-an

dengan perjuangan Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) yang memperjuangkan agar

Mahkamah Agung Indonesia diberi kewenangan untuk menguji undang-undang

terhadap Undang Undang Dasar. Tuntutan ini tidak pernah ditanggapi karena

dilatarbelakangi oleh suasana dan paradigma kehidupan ketatanegaraan dan

kehidupan politik yang monolitik waktu itu. Juga tidak diperkenankannya adanya

perubahan konstitusi, bahkan Undang-Undang Dasar cenderung disakralkan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan

Kehakiman memberikan kewenangan kepada MA untuk menilai kesesuaian suatu

peraturan dengan peraturan yang lebih tinggi (judical review). Namun

kewenangan itu, terbatas pada peraturan yang tingkatnya lebih rendah dari

undang-undang dan tidak mengatur penilaian undang-undang terhadap Undang-

Undang Dasar. Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung juga menyebutkan hal yang kurang lebih sama. Tahun 1993 diterbitkan

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 1 Tahun 1993 Tentang Hak Uji

Materiil tertanggal 15 Juni 1993 sebagai reaksi terhadap permohonan judicial

review yang diajukan harian Prioritas kepada MA terhadap Peraturan Menteri

Penerangan No. 01/Per/Menpen/1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers

(SIUPP) sekitar 7 bulan sebelumnya. Tahun 1999 MA mengeluarkan Surat

Edaran MA No. 1 Tahun 1999 tentang Judicial review dalam rangka

memperbaharui teknis pelaksanaan judicial review yang sebelumnya diatur dalam

Page 94: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

94

PERMA No. 1 Tahun 1993. Perbedaan prinsipil dengan aturan sebelumnya adalah

permohonan judicial review dapat juga diajukan terpisah dari suatu perkara

(permohonan).

Pada bulan Nopember 1997 F-PDI mengusulkan untuk memberi MA

kewenangan melakukan judicial review terhadap undang-undang, namun PAH II

BP MPR menolak, dengan alasan MA tidak berhak untuk melakukan judicial

review terhadap ketentuan hasil lembaga tinggi negara. F-KP, F-UD, F-PP, F-

ABRI menyatakan bahwa yang berhak melakukan judicial review terhadap

undang-undang adalah lembaga yang menghasilkan undang-undang tersebut,

yaitu pemerintah dan DPR.

3.2.4.3.4 Pembentukan Mahkamah Konstitusi Indonesia

Pembentukan Mahkamah Konsitusi Indonesia tidak terlepas dari tuntutan

amandemen terhadap Undang-Undang 1945 yang terjadi pada Tahun 1999,

namun dalam amadamen ini ide untuk memasukkan lembaga Mahkamah

Konstitusi sebagai lembaga peradilan tidaklah terlaksana. Pada saat itu pasal-pasal

yang diamandamen ini meliputi;

9 Pasal, 16 ayat yang ditetapkan pada tanggal 19-Oktober-1999, yaitu:

Pasal 7: tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan wakil Presiden.

Pasal 13 ayat (2) dan (3): tentang penempatan dan pengangkatan duta.

Pasal 5 ayat (1): tentang hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada

DPR.

Pasal 14 ayat (1): tentang pemberian grasi dan rehabilitasi.

Pasal 15: tentang pemberian tanda jasa, gelar, serta kehormatan lain.

Pasal 9 ayat (1) dan (2): tentang sumpah Presiden dan wakil Presiden.

Pasal 21: tentang hak DPR untuk mengajukan RUU.

Pasal 14 ayat (2): tentang pemberian abolisi dan amnesty.

Pasal 20 ayat (1-4): tentang DPR.

Pasal 17 ayat (2) dan (3): tentang pengangkatan menteri.

Page 95: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

95

Dengan demikian perubahan pertama Undang-Undang 1945, ide

membentuk Mahkamah Konstitusi memang telah ada, namun untuk

merealisasikannya, nanti pada tahap amandamen kedua Undang-Undang Dasar

Tahun 1945. Gagasan membentuk Mahkamah Konstitusi mengemukakan pada

sidang kedua Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR RI (PAH I BP MPR), pada

Maret-April Tahun 2000. Mulanya, MK akan ditempatkan dalam lingkungan MA,

dengan kewenangan melakukan uji materil atas undang-undang, memberikan

putusan atas pertentangan antar undang-undang serta kewenangan lain yang

diberikan undang-undang. Usulan lainnya, MK diberi kewenangan memberikan

putusan atas persengketaan kewenangan antar lembaga negara, antar pemerintah

pusat dengan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah. Dan setelah

melewati perdebatan panjang, pembahasan mendalam, serta dengan mengkaji

lembaga pengujian konstitusional undang-undang di berbagai negara, serta

mendengarkan masukan berbagai pihak, terutama para pakar hukum tata negara,

rumusan mengenai pembentukan Mahkamah Konstitusi diakomodir dalam

Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Pada bulan Juli 2000 dalam Pembahasan Amandemen Kedua Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 oleh PAH I BP MPR Tim ahli mengusulkan untuk

segera dibentuk MK. Usul itu diterima dalam rapat pleno ke-26. Dalam Pasal

25B, Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman dan Penegakan Hukum dalam

Rancangan Amandemen Kedua Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

disiapkan oleh PAH BP MPR, Mahkamah Konstitusi direncanakan untuk

mempunyai 3 kewenangan: (i) menguji secara materiil atas undang-undang dan

Page 96: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

96

Undang-Undang Dasar; (ii) memutus atas pertentangan antar undang-undang; (iii)

memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, antara pemerintah pusat

dengan daerah, antar pemerintah daerah.

Dalam kesepakatan finalisasi PAH I BP MPR, 22 Juli 2000, PAH I

menyepakati MK berada dalam lingkungan MA. Pada bulan Agustus Tahun 2000

dalam Sidang Tahunan I MPR Bab ini dibahas dalam ST I MPR, namun tidak

dicapai kesepakatan. Oleh karena itu, MPR menerbitkan TAP III/2000, yang

menegaskan kembali bahwa judicial review atas undang-undang dan Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 serta TAP MPR ada di tangan MPR, sedang MA

hanya berwenang untuk menguji peraturan di bawah undang-undang. Pada bulan

September 2001 dalam Pembahasan Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar

Tahun 1945, seluruh fraksi dalam PAH I BP MPR setuju untuk memasukkan

aturan tentang MK dalam Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar Tahun

1945. Idealnya kewenangan pengujian materi peraturan perundang-undangan

diintegrasikan saja menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi. Sayangnya,

perumus kebijakan konstitusional negara kita tidak berpendapat demikian. Dalam

perubahan terhadap rumusan pasal 24 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hasil

Perubahan Ketiga yang disahkan pada bulan November 2001, kewenangan uji

materil oleh Mahkamah Konstitusi dibatasi hanya sampai tingkat undang-undang.

Sedangkan peraturan di bawahnya tetap ditentukan sebagai kewenangan

Mahkamah Agung. Dalam Pasal 24 A ayat (1) Perubahan Ketiga Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 dinyatakan: “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada

tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang

Page 97: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

97

terhadap undang-undang, dan mempunyai kewenangan lainnya yang diberikan

oleh undang-undang”. Sedangkan Pasal 24 C ayat (1) menyatakan: “Mahkamah

Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang

putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang

Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan

memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”

PAH II BP MPR pada bulan Mei 2002 menyusun rancangan perubahan

peraturan tata tertib MPR dimana jika disetujui dalam ST 2001, BP MPR akan

memiliki kewenangan melakukan uji materil atas undang-undang, TAP MPR, dan

Undang-Undang Dasar. Walaupun mengakui MK yang seharusnya berwenang,

sebelum terbentuk BP sesuai TAP MPR III/2000, BP MPR yang

melaksanakannya. Kalaupun pandangan ini dapat dibenarkan, maka pengujian

oleh lembaga MPR ini tidaklah dapat dikategorikan sebagai „judicial review‟,

karena sama sekali tidak dilakukan oleh hakim, melainkan oleh „legislator‟.

Namun demikian, ketentuan demikian ini sangatlah keliru karena memberikan

wewenang kepada lembaga yang tidak tepat. Sri Soemantri menyatakan, bahwa

prosedur serta sistem perubahan Undang-Undang Dasar 1945 seharusnya

merupakan perwujudan dua hal, yaitu menjamin kelangsungan hidup bangsa

Indonesia dan memungkinkan adanya perubahan. Merujuk pada pendapat ini,

terjadinya perubahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, sejak Perubahan

Page 98: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

98

Pertama sampai Perubahan Keempat, tentunya harus mempengaruhi sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia.148

Terjadinya perubahan yang mendasar terhadap sistem ketatanegaraan

Indonesia terutama mengenai lembaga Negara. Dengan demikian, pengujian

terhadap materi peraturan oleh Mahkamah Konstitusi hanya dibatasi menyangkut

konstitusionalitas undang-undang saja, dan penyelesaian sengketa antara pusat

dan daerah ataupun antar pemerintah daerah tidak ditentukan sebagai kewenangan

Mahkamah Konstitusi. Penyelesaian sengketa yang diputus oleh Mahkamah

Konstitusi dibatasi hanya menyangkut sengketa kewenangan antar lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Sebelum

hakim Mahkamah Konstitusi itu ada, kewenangan melakukan pengujian itu

dilimpahkan kepada Mahkamah Agung.

3.2.4.3.5. Lahirnya Mahkamah Konstitusi Indonesia

Pembentukan Mahkamah Konsitusi Indonesia tidak terlepas dari tuntutan

amandemen terhadap Undang-Undang Tahun 1945 yang terjadi pada Tahun 1999,

namun dalam amadamen ini ide untuk memasukkan lembaga Mahkamah

Konstitusi sebagai lembaga peradilan tidaklah terlaksana. Pada saat itu pasal-pasal

yang diamandamen ini meliputi;

a) 9 Pasal, 16 ayat yang ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999, yaitu:

Pasal 7: tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan wakil Presiden.

Pasal 13 ayat (2) dan (3): tentang penempatan dan pengangkatan duta.

Pasal 5 ayat (1): tentang hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada

DPR.

Pasal 14 ayat (1): tentang pemberian grasi dan rehabilitasi.

Pasal 15: tentang pemberian tanda jasa, gelar, serta kehormatan lain.

Pasal 9 ayat (1) dan (2): tentang sumpah Presiden dan wakil Presiden.

148

Loc.Cit. Http//.www.sejarah Indonesia wikipedia.com

Page 99: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

99

Pasal 21: tentang hak DPR untuk mengajukan RUU.

Pasal 14 ayat (2): tentang pemberian abolisi dan amnesty.

Pasal 20 ayat (1-4): tentang DPR.

Pasal 17 ayat (2) dan (3): tentang pengangkatan menteri.

Dengan demikian dalam perubahan pertama Undang-Undang Dasar 1945,

ide pembentukan Mahkamah Konstitusi memang telah ada sebelumnya, namun

untuk merealisasikannya, nanti pada tahap amandamen kedua Undang-Undang

Dasar Tahun 1945. Gagasan membentuk Mahkamah Konstitusi mengemukakan

pada sidang kedua panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR RI (PAH I BP MPR),

pada Maret-April Tahun 2000. Mulanya, MK akan ditempatkan dalam lingkungan

MA, dengan adanya kewenangan melakukan uji materil atas undang-undang,

memberikan putusan atas pertentangan antar undang-undang serta kewenangan

lain yang diberikan undang-undang. Usulan lainnya, MK diberi kewenangan

memberikan putusan atas persengketaan kewenangan antar lembaga negara, antar

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah.

Dan setelah melewati perdebatan panjang, pembahasan mendalam, serta

dengan mengkaji lembaga pengujian konstitusional undang-undang di berbagai

negara, serta mendengarkan masukan berbagai pihak, terutama para pakar hukum

tata negara, rumusan mengenai pembentukan Mahkamah Konstitusi diakomodir

dalam Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pada bulan Juli

2000 dalam pembahasan amandemen kedua Undang-Undang Dasar Tahun 1945

oleh PAH I BP MPR tim ahli mengusulkan untuk segera dibentuk MK. Usul itu

diterima dalam rapat pleno ke-26. Dalam Pasal 25B, bab IX tentang kekuasaan

kehakiman dan penegakan hukum dalam rancangan amandemen kedua Undang-

Undang Dasar Tahun 1945, yang disiapkan oleh PAH BP MPR, Mahkamah

Page 100: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

100

Konstitusi direncanakan untuk mempunyai 3 kewenangan: (i) menguji secara

materiil atas undang-undang dan Undang-Undang Dasar; (ii) memutus atas

pertentangan antar undang-undang; (iii) memutus sengketa kewenangan antar

lembaga negara, antara pemerintah pusat dengan daerah, antar pemerintah daerah.

Dalam kesepakatan finalisasi PAH I BP MPR, 22 Juli 2000, PAH I

menyepakati MK berada dalam lingkungan MA. Pada bulan Agustus Tahun 2000

dalam Sidang Tahunan I MPR bab ini dibahas dalam ST I MPR, namun tidak

dicapai kesepakatan. Oleh karena itu, MPR menerbitkan TAP III/2000, yang

menegaskan kembali bahwa judicial review atas undang-undang dan Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 serta TAP MPR ada di tangan MPR, sedang MA

hanya berwenang untuk menguji peraturan di bawah undang-undang.

Pada bulan September 2001 dalam pembahasan amandemen ketiga

Undang-Undang Dasar Tahun 1945, seluruh fraksi dalam PAH I BP MPR setuju

untuk memasukkan aturan tentang MK dalam amandemen ketiga Undang-Undang

Dasar Tahun 1945. Idealnya kewenangan pengujian materi peraturan perundang-

undangan diintegrasikan saja menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi.

Sayangnya, perumus kebijakan konstitusional negara kita tidak berpendapat

demikian.

Dalam perubahan terhadap rumusan Pasal 24 Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 hasil perubahan ketiga yang disahkan pada bulan November 2001,

kewenangan uji materil oleh Mahkamah Konstitusi dibatasi hanya sampai tingkat

undang-undang, sedangkan peraturan di bawahnya tetap ditentukan sebagai

kewenangan Mahkamah Agung. Dalam Pasal 24 A ayat (1) perubahan ketiga

Page 101: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

101

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan: “Mahkamah Agung berwenang

mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang undangan di bawah

undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai kewenangan lainnya

yang diberikan oleh undang-undang”.

Sedangkan Pasal 24 C ayat (1) menyatakan: “Mahkamah Konstitusi

berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat

final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus

sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh

Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus

perselisihan tentang hasil pemilihan umum”

PAH II BP MPR pada bulan Mei 2002 menyusun rancangan perubahan

peraturan tata tertib MPR dimana jika disetujui dalam ST 2001, BP MPR akan

memiliki kewenangan melakukan uji materiil atas undang-undang, TAP MPR,

dan Undang-Undang Dasar. Walaupun mengakui MK yang seharusnya

berwenang, sebelum terbentuk BP sesuai TAP MPR III/2000, BP MPR yang

melaksanakannya. Kalaupun pandangan ini dapat dibenarkan, maka pengujian

oleh lembaga MPR ini tidaklah dapat dikategorikan sebagai „judicial review‟,

karena sama sekali tidak dilakukan oleh hakim, melainkan oleh „legislator‟.

Namun demikian, ketentuan demikian ini sangatlah keliru karena memberikan

wewenang kepada lembaga yang tidak tepat.

Sri Soemantri menyatakan, bahwa prosedur serta sistem perubahan

Undang-Undang Dasar 1945 seharusnya merupakan perwujudan dua hal, yaitu

menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan memungkinkan adanya

Page 102: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

102

perubahan. Merujuk pada pendapat ini, terjadinya perubahan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 sejak perubahan pertama sampai perubahan keempat, tentunya

harus mempengaruhi sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. 149

Terjadinya perubahan yang mendasar terhadap sistem ketatanegaraan

Indonesia terutama mengenai lembaga negara. Dengan demikian, pengujian

terhadap materi peraturan oleh Mahkamah Konstitusi hanya dibatasi menyangkut

konstitusionalitas undang-undang saja, dan penyelesaian sengketa antara pusat

dan daerah ataupun antar pemerintah daerah tidak ditentukan sebagai kewenangan

Mahkamah Konstitusi. Penyelesaian sengketa yang diputus oleh Mahkamah

Konstitusi dibatasi hanya menyangkut sengketa kewenangan antar lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Sebelum

hakim Mahkamah Konstitusi itu ada, kewenangan melakukan pengujian itu

dilimpahkan kepada Mahkamah Agung.

1.2.4.3.6. Lembaga Negara Sebelum Amandamen Undang-Undang

Dasar Tahun 1945

Sebelum adanya amandemen Undang-Undang Dasar 1945, lembaga-

lembaga negara sesuai Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai berikut:

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

2) Presiden dan Wakil Presiden

3) Dewan Pertimbangan Agung (DPA)

4) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

6) Mahkamah Agung (MA)

149

Mochamad Isnaeni Ramdhan, 2006, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi,: PT.

Alumni Bandung, h. 273

Page 103: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

103

Pertama; tugas dan wewenang MPR sebelum perubahan Undang- Undang

Dasar Tahun 1945 ada didalam Pasal 3 dan Pasal 6 Undang-Undang Dasar Tahun

1945 serta Pasal 3 Ketetapan MPR No. 1/MPR/ 1983, dan dinyatakan sebagai

berikut: menetapkan Undang-Undang Dasar menetapkan Garis-Garis Besar

Haluan Negara, memilih (dan mengangkat) Presiden dan wakil Presiden.

a) MPR

Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas (super

power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya

oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat yang

berwenang:menetapkan Undang-Undang Dasar, menetapkan GBHN,

mengangkat Presiden dan wakil Presiden.

Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta

utusan golongan yang diangkat.

Dalam praktek ketatanegaraan, MPR pernah menetapkan antara lain:

Presiden, sebagai Presiden seumur hidup.

Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 (tujuh) kali berturut

turut.

Memberhentikan sebagai pejabat Presiden.

Meminta Presiden untuk mundur dari jabatannya.

Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai Presiden.

Lembaga negara yang paling mungkin menandingi MPR adalah Presiden,

yaitu dengan memanfaatkan kekuatan partai politik yang paling banyak

menduduki kursi di MPR.

b) Presiden / Wapres

Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR,

meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”.

Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi

(consentration of power and responsiblity upon the President).

Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga

memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan

yudikatif (judicative power).

Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.

Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat

sebagai Presiden serta mekanisme pemberhentian Presiden dalam masa

jabatannya.

c) DPR

Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan Presiden.

Memberikan persetujuan atas PERPU.

Page 104: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

104

Memberikan persetujuan atas Anggaran.

Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta

pertanggungjawaban Presiden.

d) DPA DAN BPK

Disamping itu, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak banyak

mengintrodusir lembaga-lembaga negara lain seperti DPA dan BPK dengan

memberikan kewenangan yang sangat minim.

e) MA

Merupakan lembaga tinggi negara dari peradilan Tata Usaha Negara, PN,

PA, dan PM. Dengan demikian sebelum adanya amandamen Undang-Undang

Dasar Tahun 1945, pertama, kedudukan lembaga negara tidak sederajat, sebab

Majelis Permusyarataan Rakyat (MPR) memiliki kedudukan lebih tinggi dari

keempat lembaga negara yang ada, ini disebabkan karena menganut pembagian

kekuasaan/division of power. Kedua menganut sistem pemerintahan yang

diktaktor, ketiga sistem demokrasi yang terselenggara sebagaimana mestinya.

3.2.4.3.7 Lembaga Negara Sesudah Amandamen Undang-Undang

Dasar Tahun 1945

Setelah mengalami tahapan perubahan yang ke-emapat kalinya, secara

signifikan telah terjadi perubahan struktural bagi lembaga-lembaga negara dengan

ditambahkannya Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara dan bagian dari

kekuasaan kehakiman, hasil amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945:

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Perubahan mendasar akibat amandemen Undang-Undang Dasar Tahun

1945 ialah adanya perubahan kedudukan, tugas dan kewenangan Majelis

Page 105: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

105

Permusyawaratan Rakyat (MPR). Yang sebelum amandemen, MPR merupakan

lembaga tertinggi negara bahkan kedudukan Presiden sebagai mandataris MPR.

Sebelum amandemen, MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Namun setelah

amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kedudukan MPR menjadi sejajar

atau setingkat dengan lembaga-lembaga tinggi lainnya. Dengan demikian, MPR

bersifat saling melengkapi dengan lembaga negara yang lain. Berdasarkan Pasal 2

ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan bahwa: anggota MPR

terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilu secara

langsung untuk masa jabatan selama lima Tahun.

Keanggotaan, MPR menggunakan sistem bicameral atau dua kamar. Hal

ini mengingat keanggotaan MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD, sehingga

sidangnyapun disebut sebagai joint session antara kedua lembaga tersebut.

Ketentuan tentang keanggotaan MPR ini diatur dalam Undang-Undang No. 23

Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Masa

jabatan anggota MPR dalam satu periode adalah lima Tahun dan melaksanakan

sidang sedikitnya sekali dalam lima Tahun tersebut di ibu kota negara.

1) Tugas dan Wewenang MPR

Berkenan dengan tugas dan wewenang MPR diatur dalam Pasal 3 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hasil amandemen, MPR mempunyai tugas

dan wewenang sebagai berikut:

a) Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

b) Melantik Presiden dan/wakil Presiden berdasarkan hasil pemilu dalam

sidang paripurna MPR.

Page 106: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

106

c) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi

untuk memberhentikan Presiden atau wakil Presiden dalam masa

jabatannya setelah Presiden dan/atau wakil Presiden diberi kesempatan

untuk menyampaikan penjelasan dalam sidang paripurna MPR.

2. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

Dewan perwakilan rakyat (DPR) merupakan tempat bergabungnya wakil-

wakil rakyat dan mengemban amanat seluruh rakyat untuk mengawasi jalannya

pemerintahan. Kedudukan DPR sebagai lembaga negara diatur dalam bab VII

Pasal 19 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hasil amandemen. Keanggotaan

DPR berasal dari partai politik yang dipilih melalui pemilu setiap lima Tahun

sekali. DPR menjadi sarana penting, karena melalui lembaga negara ini rakyat

dapat menyalurkan segala aspirasi dan kehendak rakyat.

Lembaga ini tidak hanya sebagai penampung aspirasi rakyat, tetapi juga

sebagai penjelmaan dari kedaulatan rakyat dalam kehidupan bernegara. Selain

DPR, ada pula DPRD. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang

berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten

atau kota disebut DPRD kabupaten atau kota. Berdasarkan Undang-Undang

pemilu Nomor 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:

a) Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang.

b) Jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-

banyak 100 orang;

c) Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-

banyaknya 50 orang.

Page 107: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

107

A. Tugas dan Wewenang DPR

DPR adalah lembaga yang memegang kekuasaan legislatif. Artinya

lembaga ini sebagai pemegang kekuasaan membuat undang-undang (Pasal 20 A

Undang-Undang Dasar Tahun 1945). Dalam sistem pemerintahan, DPR

dilengkapi 3 fungsi penting sebagai berikut. (1). Fungsi legislasi, yaitu kekuasaan

dalam membuat undang-undang yang kemudian dijadikan pedoman oleh

pemerintah dalam penyelenggaraan sistem pemeritahan. DPR membuat undang-

undang bersama Presiden. (2). Fungsi anggaran, yaitu DPR sebagai pemegang

kekuasaan mengesahkan rancangan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja

Negara) yang diajukan Presiden. Jika RAPBN ini tidak disetujui oleh DPR maka

yang diberlakukan adalah APBN Tahun sebelumnya. (3). Fungsi pengawasan,

yaitu DPR berkewajiban dalam mengawasi jalannya pemerintahan. Jika diketahui

adanya pelanggaran undang-undang yang dilakukan pemerintah dalam hal ini

Presiden, maka DPR berhak mengajukannya kepada Mahkamah Konstitusi.

Sebagaimana Pasal 20A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 DPR mempunyai

hak-hak, menyatakan bahwa:

a) Hak Interpelasi, adalah hak untuk meminta keterangan kepada

Presiden.

b) Hak Angket, adalah hak untuk mengadakan penyelidikan atas suatu

kebijakan pemerintah/Presiden.

c) Hak Inisiatif, adalah hak untuk mengajukan rancangan undang-undang

kepada pemerintah/Presiden.

d) Hak amandemen, adalah hak untuk menilai atau mengadakan

perubahan atas RUU (Rancangan Undang-Undang).

e) Hak budget, adalah hak untuk mengajukan RAPBN (Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

f) Hak petisi, adalah hak untuk mengajukan pertanyaan atas kebijakan

pemerintah/Presiden.

g) Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan

pendapat terhadap kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar

Page 108: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

108

biasa yang terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi

penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi

dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka

dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai

mitra kerja.

B. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

DPD merupakan salah satu lembaga negara yang kedudukannya ada di

setiap provinsi. Keanggotan DPD ditentukan empat orang untuk tiap-tiap provinsi

yang dipilih melalui pemilihan umum. Anggota DPD secara langsung juga

menjadi anggota MPR. DPD merupakan lembaga negara yang baru dibentuk

setelah adanya amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Masa jabatan

anggota DPD adalah lima Tahun. Menurut Pasal 22 D Undang-Undang Dasar

Tahun 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.

1) Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan,

pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam

atau sumber ekonomi lainnya, juga yang berkaitan dengan perimbangan

keuangan pusat daerah.

2) Memberi pertimbangan kepada DPR atas Rancangan Undang-Undang

APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,

pendidikan, dan agama.

3) Melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-

undang otonomi daerah serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada

DPR untuk ditindak lanjuti.

3. Presiden dan Wakil Presiden

Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensial, oleh karena itu

Presiden juga memegang peranan yang sangat penting dalam

pemerintahan. Fungsi yang dijalankan oleh Presiden antara lain sebagai

berikut.

Page 109: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

109

a) Legislatif yaitu wewenang dalam mengajukan Rancangan Undang-Undang

bersama-sama dengan DPR.

b) Eksekutif yaitu memegang kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan

yang dibantu oleh wakil Presiden dan para menteri. Menurut (Pasal 7

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hasil amendemen), masa jabatan

Presiden dan wakil Presiden adalah lima Tahun, selanjutnya dapat dipilih

kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa jabatan. Dalam

menjalankan pemerintahan, Presiden memiliki dua kedudukan yaitu

sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

A. Presiden Sebagai Kepala Negara

Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:

1) Presiden merupakan panglima tertinggi angkatan perang. Presiden

memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan

Angkatan Udara (Pasal 10 Undang-Undang Dasar Tahun 1945).

2) Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara

lain dengan persetujuan DPR (Pasal 11 Undang-Undang Dasar Tahun

1945).

3) Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (Pasal 12 Undang-Undang

Dasar Tahun 1945).

4) Mengangkat duta dan konsul.

5) Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi. Grasi adalah

pengampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada orang yang

dijatuhi hukuman. Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik atau

kehormatan seseorang yang telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar

kehormatannya. Grasi dan rehabilitasi diberikan dengan memperhatikan

pertimbangan Mahkamah Agung. Amnesti adalah pengampunan atau

pengurangan hukuman yang diberikan oleh negara kepada para tahanan,

terutama tahanan politik. Sedangkan abolisi adalah pembatalan tuntutan

pidana. Amnesti dan abolisi diberikan dengan memperhatikan

pertimbangan DPR.

6) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain sebagai tanda kehormatan.

B. Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan

Page 110: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

110

Sebagai seorang kepala pemerintahan, Presiden mempunyai kekuasaan

tertinggi untuk menyelenggarakan pemerintahan. Wewenang, hak dan kewajiban

Presiden sebagai kepala pemerintahan sebagai berikut.

Memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar

(UUD).

Mengajukan RUU (Rancangan undang-undang) kepada DPR.

Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan undang-

undang.

Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

Berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan, Presiden dibantu oleh

wakil Presiden dan beberapa menteri yang tergabung dalam kekuasaan. Menteri-

menteri tersebut merupakan implementasi dari hak prerogatif Presiden, sehingga

yang berhak mengangkat dan memberhentikannya juga Presiden. Menteri-menteri

tersebut harus mempertanggung jawabkan tugasnya kepada Presiden.

4. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

BPK merupakan lembaga pemeriksa keuangan yang bersifat bebas dan

mandiri. Badan ini sekaligus berperan sebagai lembaga audit keuangan negara.

Tugas BPK adalah memeriksa dan mengawasi penggunaan keuangan negara.

Hasil kerja dari BPK kemudian diserahkan kepada DPR/DPRD, atau DPD sesuai

dengan kewenangannya. Badan ini berdomisili di ibu kota negara, dan memiliki

perwakilan di setiap provinsi. Lembaga ini juga dikenal sebagai lembaga

eksaminatif. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan pertimbangan-pertimbangan

dari DPD dan ditetapkan oleh Presiden.

5 MA (Mahkamah Agung)

Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan

kehakiman. MA diketuai oleh seorang Hakim Agung dan dibantu oleh Hakim-

Page 111: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

111

hakim Agung. Jumlah Hakim Agung paling banyak 60 orang. Hakim Agung

merupakan pejabat tinggi negara setingkat menteri negara yang diangkat oleh

Presiden atas usul DPR. Hakim Agung yang diusulkan oleh DPR berasal dari

usulan Komisi Yudisial.

a) Tugas dan Wewenang MA

Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan

perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-

undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh

undang-undang.

Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;

Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan

rehabilitasi.

6 MK (Mahkamah Konstitusi)

Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang baru dibentuk

setelah amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Mahkamah Konstitusi

beranggotakan sembilan hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Yang

mana, tiga orang diajukan oleh MA, tiga orang diajukan oleh DPR, dan tiga orang

lagi diajukan oleh Presiden.

A. Tugas dan Wewenang MK

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 24C ayat (1) dan

ayat (2) , yang menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai wewenang

sebagai berikut;

1) Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat

final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar.

Page 112: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

112

2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

diberikan oleh Undang-Undang Dasar.

3) Memutus perselisihan hasil pemilu

4) Membubarkan partai politik

5) Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh

Presiden dan/wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.

Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah

adanya amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Lembaga ini dibentuk

untuk mengawasi perilaku para hakim. Selain itu lembaga ini dibentuk untuk

mengawasi praktik kotor dalam penyelenggaraan atau proses peradilan. Dalam

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hasil amandemen, kedudukan Komisi

Yudisial diatur dalam Pasal 24 B. Lembaga ini bersifat mandiri.

Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

dengan persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua

merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang

anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial adalah lima Tahun. Keanggotaan

yang ada dalam Komisi Yudisial dipilih guna mencapai tujuan lembaga ini yaitu :

1) Mendukung terwujudnya kekuasaan kehakiman yang mandiri untuk

menegakkan hukum dan keadilan.

2) Meningkatkan integritas, kapasitas, dan professionalitas hakim dalam

menjalankan kewenangan dan tugasnya.

Demikian sebagai salah satu lembaga mempunyai komisi yudisial

mempunyai tugas dan wewenang yang ditegaskan dalam Pasal 24B Undang-

Undang Dasar Tahun 1945, "Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang

mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain dalam

Page 113: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

113

rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim".

Beranjak dari penjelasan diatas, sesudah amandemen Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 kedudukan lembaga-lembaga negara berkedudukan sejajar atau

sederajat dan menganut prinsip check and balance. Dan dibentuknya lembaga

penguji undang-undang yaitu Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu lembaga

Negara yang berfungsi sebagai penyelenggara kekuasaan Kehakiman yang diatur

dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

3.2.4.3.8 Mahkamah Konstitusi Hasil Amandamen Undang-Undang

Dasar Tahun 1945

Paradigma susunan kelembagaan negara mengalami perubahan drastis

sejak reformasi konstitusi mulai 1999 sampai dengan 2002. Karena berbagai

alasan dan kebutuhan, lembaga-lembaga negara baru dibentuk, meskipun ada juga

lembaga yang dihapuskan. Salah satu lembaga yang dibentuk adalah Mahkamah

Konstitusi (MK). Mahkamah Konstitusi didesain menjadi pengawal dan sekaligus

penafsir terhadap Undang-Undang Dasar melalui putusan-putusannya.

Dalam menyelenggarakan tugas konstitusionalnya, MK berupaya

mewujudkan visi kelembagaannya, yaitu tegaknya konstitusi dalam rangka

mewujudkan cita negara hukum dan demokrasi demi kehidupan berbangsa dan

bernegara yang bermartabat. Visi tersebut menjadi pedoman bagi MK dalam

menjalankan kekuasaan kehakiman secara merdeka dan bertanggung jawab sesuai

amanat konstitusi.150

Kiprah MK sejak kehadirannya enam Tahun silam banyak

150

Janedjri M. Gaffar, Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Page 114: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

114

dinilai cukup signifikan terutama dalam kontribusi menjaga hukum dan

mengembangkan demokrasi. Namun usianya yang masih belia, membuat

Mahkamah Konstitusi belum begitu dikenal oleh khalayak luas. Berbagai hal,

istilah dan konsep yang terkait dengan Mahkamah Konstitusi dan segenap

kewenangannya belum begitu dipahami oleh masyarakat.

Sejalan dengan misi Mahkamah Konstitusi untuk membangun

konstitusionalitas Indonesia serta budaya sadar berkonstitusi maka upaya

memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai kedudukan, fungsi dan

peran MK terus menerus dilakukan.151

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 (sesudah perubahan): Kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Secara kedudukan lembaga negara

horizontal-fungsional:

1. Tidak ada lagi pengelompokan lembaga tertinggi negara dan lembaga

tinggi negara.

2. Kedudukan setiap lembaga negara ditentukan oleh fungsi dan

wewenangnya yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar.

3. Masing-masing lembaga negara saling mengawasi dan saling

mengimbangi (checks and balances).

Struktur Kelembagaan Mahkamah Konstitusi152

151

Kiprah MK dalam ketatanegaraan Indonesia dimulai sejak 13 Agustus 2003,seusai

Presiden menandatangani RUU Mahkamah Konstitusi yang kemudianmenjadi UU Nomor 24

tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Disusul kemudian pada 16 Agustus 2003, Presiden

mengambil sumpah sembilan orang hakim konstitusi yang telah ditunjuk oleh DPR, MA dan

Presiden 152

www. Mahkamah konstitusi. com

Page 115: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

115

3.2.4.3.9 Hakim Mahkamah Konstitusi

Pengertian hakim dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah

hakim1/ha·kim/ n (1). orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau

mahkamah): keputusan tidak dapat diganggu gugat; (2). pengadilan: perkaranya

sudah diserahkan kepada 3 juri; penilai (dalam perlombaan dan sebagainya);

main-sendiri (menjadi-sendiri), ki berbuat sewenang-wenang terhadap orang yang

dianggap bersalah;153

berikut:

Istilah hakim dalam bahasa Inggris”judge” memiliki dua pengertian sebagai

berikut: pertama. public officer appointed to decide cases in a law court.

„he is due to appear before a judge and jury on Monday‟ „a High Court

Judge‟ (1) A person who decides the results of a competition. „a

distinguished panel of judges select the winning design‟ (2) A person able

or qualified to give an opinion on something. „she was a good judge of

character‟, kedua; A leader having temporary authority in ancient Israel in

the period between Joshua and the kings.154

Meminjam pendapat Ahmad Kamil yang menjelaskan tentang hakim salah

satu elemen dasar dalam sistem peradilan selain jaksa dan penyidik (kehakiman

dan kepolisian), sebagai subyek yang melakukan tindakan keputusan atas suatu

perkara didalam suatu pengadilan. Hakim yang merupakan personifikasi atas

hukum harus menjamin rasa keadilan bagi setiap orang yang mencari keadilan

melalui proses hukum negara, dan untuk menjamin rasa keadilan itu maka seorang

hakim dibatasi oleh rambu-rambu.155

Dari konsep terdapat beberapa makna,

pertama, hakim merupakan elemen penting dalam sistem peradilan, kedua,

sebagai personfikasi dalam menegakkan keadilan, ketiga, dalam menegakkan

153

Https://Www.Kbbi.Web.Id/Hakim di download pada tanggal 18 November 2017 154

Https://Www.Oxford.Dictionary.Web.Id/judge di download pada tanggal 18 November

2017 155

Ahmad Kamil, 2012, Filsafat Kebebasan Hakim, PT Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, h.167

Page 116: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

116

keadilan hakim harus dibatasi oleh rambu-rambu artinya, hakim dalam

melaksanakan tugas dan kewenangannya harus sesuai hukum.

Hakim adalah Hakim pada Mahkamah Agung dan pada badan peradilan

yang berada dibawah dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan

Agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan

hakim pada pengadilan yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.156

Kemudian juga diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

menyatakan bahwa; hakim dan hakim konstitusi adalah pejabat negara yang

melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang,157

Kaitannya dengan hakim konstitusi yang memiliki kedudukan sebagai

pejabat negara diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003158

jadi pada intinya hakim konstitusi memiliki perbedaan dengan hakim-hakim

peradilan umum, sebab dalam undang-undang kekuasaan kehakiman tidak

menjelaskan hakim peradilan sebagai pejabat negara, namun hakim sebagai

pejabat jelas diatur oleh undang-undang Mahkamah Konstitusi. Berpijak dari

pemaparan diatas maka hakim konstitusi berbeda dengan hakim-hakim lainnya

oleh karena disebut sebagai pejabat negara159

yang menyelenggarakan tugas dan

fungsi kenegaraan.

3.2.4.3.10 Komposisi dan Rekrutment Hakim Mahkamah Kostitusi

156

Pasal 1 ayat (1), Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 157

Pasal 19 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman 158

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, menyatakan bahwa; hakim konstitusi

adalah pejabat negara. 159

http//.www. KBBI. Oline. Com, mengartikan kata jabat, pejabat, pejabat negara

adalah jabat; memegang, pejabat, memiliki dua makan; (1) n pegawai pemerintah yang memegang

jabatan penting (unsur pimpinan): ia seorang ~ yang amat jujur dalam melaksanakan tugasnya (2)

n kl kantor; markas; jawatan dan pejabat negara adalah orang yang memegang jabatan penting

dalam pemerintahan

Page 117: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

117

Mahkamah Konstitusi Indonesia yang dibentuk pada Tahun 2003 dan

melalui perdebatan cukup lama dan alot, oleh karena itu untuk mengisi posisi

hakim-hakim yang akan mengemban tugas dan fungsi sebagai hakim Mahkamah

Konstitusi, sesuai Pasal 18 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, yang

menetapkan sembilan orang hakim konstitusi diisi oleh calon yang dipilih oleh 3

lembaga, yaitu 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, 3 (tiga) orang oleh

Presiden, dan 3 (tiga) orang oleh Mahkamah Agung. Jika terdapat lowongan

jabatan, maka lembaga yang akan mengisi lowongan tersebut adalah lembaga

darimana pencalonan hakim sebelumnya berasal. Misalnya, hakim “A” meninggal

dunia atau diberhentikan, maka apabila pengusulan pencalonannya sebelumnya

berasal dari Pemerintah, berarti Presidenlah yang berwenang menentukan calon

pengganti hakim yang meninggal tersebut. Jika pencalonannya sebelumnya

berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat, maka pengisian jabatan penggantinya juga

harus diajukan oleh DPR setelah melalui proses pemilihan sebagaimana

seharusnya. Dengan kata lain, dalam rekruitmen hakim konstitusi, Mahkamah

Konstitusi berhubungan erat dengan 3 (tiga) lembaga negara yang sederajat, yaitu:

Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Mahkamah Agung.

Prasyarat Menjadi Hakim Mahkamah Konstitusi

Berkenaan dengan komposisi hakim yang di uraikan sebelumnya, melalui

perekrutan hakim harus memenuhi syarat sebagai hakim sebagaimana dalam Pasal

15 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 setelah perubahan. Pasal 15 ayat (1)

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 setelah perubahan,menyatakan bahwa;

1. Hakim Konstitusi harus memenuhi syarat sebagai berikut : a). Memiliki Integritas dan

kepribadian yang tidak tercela. b). Adil dan c). Negarawan yang menguasai konstitusi dan

ketatanegaraan. 2. Untuk dapat diangkat menjadi hakim Konstitusi, selain harus memenuhi syarat

Page 118: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

118

huruf (a,b,c), maksudnya mempunyai rasa kebangsaan dalam berbangsa dan

bernegara, kepribadian yang luhur dan sifat terpuji, serta arif dan bijaksana dalam

menyelenggarakan dan memikul tugas dan tanggung jawabnya. Demikian juga

memiliki sifat negarawan yang menguasai konstitusi dan bidang pemerintahan dan

ketatanegaraan. Dan Pasal 15 ayat (2) huruf ( a, b, c, d, e, f, g, h, ) maksudnya

personality bagi calon hakim Mahkamah Konstitusi. Demikian secara filosofis

prasyarat untuk menjadi hakim Mahkamah Konstitusi harus memiliki martabat

dan berwibawa dalam berbangsa dan bernegara sehingga pada saat

menyelenggarakan tugas dan fungsinya sebagai hakim tidak menyimpang dari apa

yang telah digariskan.

Kewajiban Hakim Konstitusi

Berdasarkan Pasal 27B UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang perubahan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003.Jadi dalam menyelenggarakan tugas dan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1),seseorang calon hakim konstitusi harus memenuhi syarat : a).

Warga Negara Indonesia, b). Berijazah DR dan Magister dengan dasar sarjana yang

berlatarbelakang pendidikan tinggi hukum; c). Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berakhlak mulia; d). Berusia paling rendah 47 tahun ( empat puluh tujuh tahun ) dan paling tinggi

65 tahun ( enam puluh lima ) tahun pada saat pengangkatan. e). Mampu secara jasmani dan rohani

dalam menjalankan tugas dan kewajiban f). tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan

putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. g). tidak sedang dinyatakan pailit

berdasarkan putusan pengadilan. h). mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit

15 (lima belas) tahun dan/atau pernah menjadi pejabat negara.

Pasal 27B UU Nomor 8 tahun 2011 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 24 tahun

2003, menyatakan bahwa: (1). Mahkamah Konstitusi wajib menyusun Kode Etikdan Pedoman

Perilaku Hakim Konstitusi yang berisi norma yang harus dipatuhi oleh setiap hakim konstitusi

dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,

dan negarawan, (2). hakim konstitusi wajib: a.mentaati peraturan perundang-undangan; b.

menghadiri persidangan; c. menjalankan hukum acara sebagaimana mestinya; d. menaati Kode

Etik dan Pedoman Perilaku Hakim Konstitusi; e. memperlakukan para pihak yang berperkara

dengan adil, tidak diskriminatif, dan tidakmemihak; dan f. menjatuhkan putusan secara objektif

didasarkan pada fakta dan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Page 119: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

119

fungsinya hakim konstitusi, harus berpedoman pada kode etik hakim konstitusi,

dan juga pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.2.4.3.11. Kedudukan Mahkamah Konstitusi Dalam Ketatanegaraan

Indonesia

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara

yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah

Agung (MA). Menurut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pasca perubahan keempat (tahun 2002), dalam struktur

kelembagaan Republik Indonesia terdapat (setidaknya) 9 (sembilan) buah organ

negara yang secara langsung menerima kewenangan langsung dari Undang-

Undang Dasar.

Karena itu, dapat dibedakan dengan tegas antara kewenangan organ

negara berdasarkan perintah Undang-Undang Dasar (constitutionally entrusted

power), dan kewenangan organ negara yang hanya berdasarkan perintah undang-

undang (legislatively entrusted power), dan bahkan dalam kenyataan ada pula

lembaga atau organ yang kewenangannya berasal dari atau bersumber dari

Keputusan Presiden belaka. Contoh yang terakhir ini misalnya adalah

pembentukan Komisi Ombudsman Nasional, Komisi Hukum Nasional, dan

sebagainya. Sedangkan contoh lembaga-lembaga yang kewenangannya diberikan

oleh undang-undang, misalnya, adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,

Komisi Penyiaran Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisa Traksaksi Keuangan

(PPATK).

Page 120: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

120

Dari uraian di atas, Mahkamah Konstitusi dapat dikatakan mempunyai

kedudukan yang sederajat dan sama tinggi dengan Mahkamah Agung. Mahkamah

Konstitusi dan Mahkamah Agung sama-sama merupakan pelaksana cabang

kekuasaan kehakiman (judiciary) yang merdeka dan terpisah dari cabang-cabang

kekuasaan lain, yaitu pemerintah (executive) dan lembaga permusyawaratan-

perwakilan (legislature).

Kedua; Mahkamah ini sama-sama berkedudukan hukum di Jakarta sebagai

ibukota Negara Republik Indonesia. Hanya struktur kedua organ kekuasaan

kehakiman ini terpisah dan berbeda sama sekali satu sama lain. Mahkamah

Konstitusi sebagai lembaga peradilan tingkat pertama dan terakhir tidak

mempunyai struktur organisasi sebesar Mahkamah Agung yang merupakan

puncak sistem peradilan yang strukturnya bertingkat secara vertikal dan secara

horizontal mencakup lima lingkungan peradilan, yaitu lingkungan peradilan

umum, lingkungan peradilan tata usaha negara, lingkungan peradilan agama, dan

lingkungan peradilan militer.

Lembaga Negara

Istilah organ negara atau lembaga negara dapat dibedakan dari perkataan

organ atau lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau yang biasa disebut Ornop

atau organisasi non-pemerintahan yang dalam bahasa Inggris disebut Non-

Government Organization atau Non-Governmental Organization (NGO‟s).

Lembaga negara itu dapat berada dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif,

Page 121: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

121

ataupun yang bersifat campuran.

160Istilah yang terkait dengan penulisan ini adalah

organ atau lembaga negara.

Lebih lanjut konsepsi tentang lembaga negara ini dalam bahasa Belanda

biasa disebut staatsorgaan. 161

Dalam bahasa Indonesia hal itu identik dengan

lembaga negara, badan negara, atau disebut dengan organ negara. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia, kata “lembaga” diartikan sebagai : (i) asal mula atau

bakal (yang akan menjadi sesuatu); (ii) bentuk asli (rupa, wujud); (iii) acuan,

ikatan; (iv) badan atau organisasi yang bertujuan melakukan penyelidikan

keilmuan atau melakukan suatu usaha; dan (v) pola perilaku yang mapan yang

terdiri atas interaksi sosial yang berstruktur.162

Lebih lanjut kamus hukum

Fockema Andreae yang diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, kata organ

juga diartikan sebagai perlengkapan.163

Penulis dapat jelaskan lembaga negara baik

dilihat dari arti bahasa maupun istilah mempunyai makna legislatif, eksekutif

maupun yudikatif.

Dikaitkan dengan pendapat Natabaya bahwa; penyusunan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 sebelum adanya perubahan, cenderung konsisten

menggunakan istilah badan negara, bukan lembaga negara atau organ negara.

Sedangkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 setelah perubahan keempat

(Tahun 2002), melanjutkan kebiasaan MPR sebelum masa reformasi dengan

160

Jimly Asshiddiqie, 2010, Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Amandemen, Sinar Grafika, Jakarta, h. 27. 161

Kamus Hukum Belanda-Indonesia, kata staatsorgaan itu diterjemahkan sebagai alat

perlengkapan negara. 162

Jimly Asshiddiqie, 2004, Menjaga Denyut Nadi Konstitusi: Refleksi Satu Tahun

Mahkamah Konstitusi, Konstitusi Press, Jakarta), (Editor Refly Harun, dkk), h. 60 - 61 163

Jimly Asshiddiqie, op.cit h. 28.

Page 122: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

122

tidak konsisten menggunakan peristilahan lembaga negara, organ negara, dan

badan negara.164

Peristilahan mengenai lembaga negara atau organ negara sesungguhnya

mengandung makna leksikal sebagaimana dikatakan oleh I Dewa Gede Atmadja

bahwa; definisi leksikal diawal “ kamus umum, kamus hukum” dan definisi pakar

berdasarkan kronologi, dimensi waktu dikemukakan pemikiran tersebut. Perlu

dicatat definisi leksikal paling mudah, ditemukan dalam “kamus” biasanya dengan

urutan alpabetis (abjad), tetap kelemahan definisi leksikal arti yang diberikan

lebih dari satu sehingga kurang menjamin kepastian makna dan menimbulkan

multi tafsir, multi pemahaman.165

Dengan demikian istilah lembaga negara atau

organ negara harus dikembalikan pada posisi aslinya sebelum amandamen

Undang-Undang Dasar Tahun 1945, hal ini bertujuan untuk menghindari multi

tafsir dalam pemahaman bagi masyarakat.

Kemudian secara teoritis, sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II

mengenai Trias Politika oleh Montesquieu, bahwa; Ketiga; fungsi kekuasaan

negara itu terdiri atas (i) fungsi legislatif; (ii) fungsi eksekutif; dan (iii) fungsi

yudisial. Menurut Montesquieu, disetiap negara selalu terdapat tiga cabang

kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam struktur pemerintahan yaitu kekuasaan

legislatif, dan kekuasaan eksekutif yang berhubungan dengan pembentukan

hukum atau undang-undang negara dan cabang kekuasaan eksekutif yang

berhubungan dengan penerapan hukum sipil.

164

Jimly Asshidiqie, loc. cit 165

I Dewa Gede Atmadja, 2012, Hukum Konstitusi, Problematika Konstitusi Indonesia

sesudah perubahan Undang-undang 1945, Setara press, Malang, h.22

Page 123: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

123

Konsepsi trias politica yang diidealkan oleh Montesquieu ini jelas tidak

relevan lagi dewasa ini, mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa

ketiga organisasi tersebut hanya berurusan secaara eksklusif dengan salah satu

dari ketiga fungsi kekuasaan tersebut. Kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa

hubungan antar cabang kekuasaan itu tidak mungkin tidak saling bersentuhan dan

bahkan ketiganya bersifat sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain

sesuai dengan prinsip check and balances.166

Berdasarkan konsepsi trias politika dikaitkan dengan lembaga-lembaga

negara yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 terdapat sembilan

organ tersebut adalah (i) Dewan Perwakilan Rakyat, (ii) Dewan Perwakilan

Daerah, (iii) Majelis Permusyawaratan Rakyat, (iv) Badan Pemeriksa Keuangan,

(v) Presiden, (vi) Wakil Presiden, (vii) Mahkamah Agung, (viii) Mahkamah

Konstitusi, dan (ix) Komisi Yudisial. Di samping kesembilan lembaga tersebut.

Lembaga negara yang terkadang juga disebut dengan istilah lembaga

pemerintahan, lembaga pemerintahan non departemen, atau lembaga negara saja,

ada yang dibentuk berdasarkan atau karena diberi kekuasaan oleh Undang-

Undang Dasar, ada pula yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari

undang-undang, dan bahkan ada pula yang hanya dibentuk berdasarkan

Keputusan Presiden.167

Jimly Asshiddiqie, selain lembaga-lembaga negara yang

secara eksplisit disebut dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, ada pula

lembaga-lembaga negara yang memliki constitutional importance yang sama

dengan lembaga negara yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun

166

Ibid., h. 29 167

I Dewa Gede Atmadja, loc.cit

Page 124: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

124

1945, meskipun keberadaannya hanya diatur dengan atau dalam undang-undang.

Baik yang diatur dalam Undang-Undang Dasar maupun yang hanya diatur

dengan atau dalam undang-undang asalkan sama-sama memiliki constitusional

importance dapat dikategorikan sebagai lembaga negara yang memiliki derajat

konstitusional yang serupa, tetapi tidak dapat disebut sebagai lembaga tinggi

negara. Hierarki atau ranking kedudukannya tentu saja tergantung pada derajat

pengaturannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.168

Pendapat diatas mengandung beberapa makna; pertama; lembaga negara

yang diatur oleh Undang-Undang Dasar, kedua; lembaga negara yang memilki

constitional importance yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar walaupun

kedudukannya diatur oleh undang-undang, dikaitan dengan lembaga negara yang

memberikan dukungan kepada lembaga-lembaga negara utama dalam

menyelenggarakan fungsi dan kewenangannya ada beberapa lembaga atau

institusi yang diatur kewenangannya dalam Undang-Undang Dasar, yaitu: (a).

Tentara Nasional Indonesia, (b). Kepolisian Negara Republik Indonesia, (c)

Pemerintah Daerah, (d) Partai Politik.

Kedua; ada pula lembaga yang tidak disebut namanya, tetapi disebut

fungsinya, namun kewenangan dinyatakan akan diatur dengan undang-undang,

yaitu: (i) Bank Central yang tidak disebut namanya “Bank Indonesia”, dan (ii)

komisi pemilihan umum yang juga bukan nama karena ditulis dengan huruf kecil.

Baik Bank Indonesia maupun Komisi Pemilihan Umum yang sekarang

168

Ibid h. 37.

Page 125: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

125

menyelenggarakan kegiatan pemilihan umum merupakan lembaga-lembaga

independen yang mendapatkan kewenangannya dari undang-undang.

Senada dengan pendapat Ni‟matul Huda yang mengatakan bahwa‟

lembaga negara seperti Komisi Yudisial, TNI dan Kepolisian Negara meskipun

kewenangannya langsung diberikan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, lembaga

tersebut tidak tepat disebut sebagai lembaga tinggi negara. Hal ini dikarenakan

(1). fungsinya hanya bersifat supporting atau auxiliary terhadap fungsi utama,

seperti Komisi Yudisial (KY) yang menunjang terhadap fungsi kekuasaan

kehakiman (2). Pemberian kewenangan konstitusional ekplisit hanya

dimaksudkan untuk menegaskan kedudukan konstitusionalnya yang independen,

meskipun tetap berada dalam ranah atau domain urusan pemerintahan, seperti TNI

dan Kepolisian Negara. (3). Penentuan kewenangan pokoknya dalam Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 hanya bersifat by implication, bukan dirumuskan

secara tegas (strict sence), seperti kewenangan penyelenggara pemilihan umum

yang dikaitkan dengan komisi pemilihan umum. Bahkan namanya tidak disebut

secara tegas dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945; (4). Karena keberadaan

kelembagaannya atau kewenangannya tidak tegas ditentukan dalam Undang-

Undang Dasar Tahun 1945, melainkan hanya disebut akan diatur atau ditentukan

dengan undang-undang, seperti keberadaan bank sentral. Tetapi dalam Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 ditentukan bahwa kewenangan bank sentral harus

bersifat independen. Maksudnya by implication kewenangan bank sentral itu

Page 126: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

126

diatur juga dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, meskipun bukan

substansinya, melainkan hanya kualitas atau sifatnya.169

3.3. Putusan Mahkamah Konstitusi Yang Bersifat Final dan Mengikat

3.3.1 Landasan Filosofis

Landasan filosofis pembentukan Mahkamah Konstitusi pada dasarnya

untuk melakukan judicial review dan memberikan jaminan hak-hak asasi manusia

merupakan tuntutan negara-negara modern yang menempatkan hukum sebagai

panglima atau supremasi hukum. Walaupun dalam sejarah ketatanegaraan negara-

negara yang telah mengadopsi Mahkamah Konstitusi berbeda-beda, namun

intinya sama. Sebagaimana Indonesia dalam sejarah ketatanegaraannya,

Mahkamah Konstitusi telah eksis selama 15 tahun, dan telah berhasil menetapkan

putusan dari berbagai persoalan konstitusional.

Demikian sebagai salah salah satu lembaga penyelenggara kekekuasaan

kehakiman yang memiliki kewenangan khusus untuk menetapkan putusan yang

bersifat final dan mengikat, sebagaimana diatur dalam pasal 24C ayat (1) Undang-

Undang Dasar Tahun 1945, akan tetapi putusan-putusan Mahkamah Konstitusi

acapkali mengandung kontroversial dari berbagai kalangan mayarakat. Oleh

karena itu untuk mengetahui putusan-putusan yang kontroversi tersebut, penulis

mencoba menelusuri dasar putusan MK, berdasarkan Landasan filosofis negara

Indonesia Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai landasan untuk menguji

udang-undang, namun menurut penulis sesungguhnya dalam pengujian UU secara

materiil (ayat, pasal, dll) mengacu pada Pancasila, alasannya, karena pancasila

169

Ni‟matul Huda, 2007, Lembaga Negara dalam masa Transisi Demokrasi, UII Press,

Yogyakarta, h. 91

Page 127: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

127

adalah norma fundamental negara yang merupakan norma tertinggi dalam suatu

negara ini merupakan norma yang tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih

tinggi lagi, tetapi bersifat “ pre-supposed‟‟ atau ditetapkan terlebih dahulu” oleh

masyarakat dalam suatu negara dan merupakan norma yang menjadi tempat

bergantungnya norma-norma hukum dibawahnya. Norma yang tertinggi ini tidak

dibentuk oleh norma yang lebih tinggi lagi, oleh karena jika norma yang tertinggi

itu dibentuk oleh norma yang lebih tinggi lagi maka ia bukan merupakan norma

yang tertinggi.

Menurut Hans Nawiasky, isi Staatsfundamentalnorm ialah norma yang

merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar dari

suatu negara. Staatsfundamentalnorm ialah syarat bagi berlakunya suatu

konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Ia ada terlebih dulu sebelum adanya

konstitusi atau Undang-Undang Dasar.170

Konstitusi menurut Carl Schmitt

merupakan keputusan atau konsensus bersama tentang sifat dan bentuk suatu

kesatuan politik (eine Gesammtentscheidung Uber Art und Form einer politischen

Einheit) yang disepakati oleh suatu bangsa.171

Pendapat ini disederhanakan oleh

penulis, bahwa sebuah konstitusi memiliki kedudukan norma yang tinggi, yang

mengatur pembentukan norma-norma lain dibawahnya. Dikaitkan dengan

landasan filosofis bangsa Indonesia yaitu pancasila sebagai landasan bagi hakim

Mahkamah Konstitusi untuk menguji peraturan perundang-undangan yang

normanya bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

170

Ibid, h. 48-49 171

A.Hamid S Attamimi, 2007, Ilmu Perundang-undangan, jenis, Fungsi, dan Materi

Muatan, PT Kanisius, Yogjakarta, h. 46

Page 128: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

128

Alasan lain pancasila sebagai landasan pengujian undang-undang,

pertama, peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga legislatif

atau DPR dan Eksekutif atau Presiden (sebagai kepala negara dan pemerintahan,

yang memiliki kewenangan membuat undang-undang), acapkali melangar atau

tidak sesuai dengan tatanan kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia,

yang mana telah terakumulasi dalam pancansila. Dengan demikian, dasar hukum

final putusan Mahkamah Konstitusi dalam pengujian undang-undang adalah

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pertama; Pancasila sebagai idiologi dan dasar negara yang merupakan

nilai-nilai luhur yang terangkum dalam lima sila. Dalam pertumbuhan dan

perkembangan kebangsaan Indonesia, dinamika rumusan kepentingan hidup

bersama di wilayah nusantara diuji dan didewasakan sejak dimulainya sejarah

kebangsaan Indonesia. Pendewasaan kebangsaan memuncak ketika mulai dijajah

dan dihadapkan pada perbedaan kepentingan ideologi (awal Abad XIX) antara

liberalisme, nasionalisme, yang diakhiri secara yuridis ketatanegaraan tanggal 18

Agustus 1945 bertepatan dengan ditetapkannya pancasila oleh PPKI sebagai

Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 alinea keempat terdapat rumusan pancasila sebagai dasar negara

Indonesia. Rumusan pancasila itulah dalam hukum positif Indonesia secara

yuridis-konstitusional sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara,

lembaga masyarakat, dan setiap warga negara, tanpa kecuali. Rumusan pancasila

secara imperatif harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam kehidupan

Page 129: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

129

berbangsa dan bernegara. Setiap sila pancasila merupakan satu kesatuan yang

integral, yang saling mengandaikan dan saling mengunci. Ketuhanan dijunjung

tinggi dalam kehidupan bernegara, tetapi diletakkan dalam konteks negara

kekeluargaan yang egaliter, yang mengatasi paham perseorangan dan golongan:

selaras dengan visi kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan kebangsaan,

demokrasi permusyawaratan yang menekankan konsensus, serta keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.172

Jadi landasan epistimologi (metode) pengujian

undang-undang yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi adalah pancasila.

Kedua; Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai aturan dasar negara

atau aturan pokok negara (staatsgrundgezets) merupakan kelompok norma

fundamental negara. Norma-norma dari aturan dasar negara/aturan pokok negara

ini merupakan aturan-aturan yang masih bersifat pokok dan merupakan aturan-

aturan umum yang masih bersifat garis besar, sehingga masih merupakan norma

hukum tunggal.

Hans Nwasky, suatu aturan dasar negara/aturan pokok negara dapat

dituangkan didalam suatu dokumen negara yang disebut staatsverfassung, atau

dapat juga dituangkan dalam beberapa dokumen negara yang tersebar-sebar yang

disebut dengan istilah staatsgrundgezets. Didalam setiap aturan dasar

negara/aturan pokok negara biasanya diatur hal-hal mengenai pembagian negara

dipuncak pemerintahan, dan selain itu mengatur juga hubungan antar lembaga-

lembaga negara, serta mengatur hubungan antara negara dengan warga negaranya.

172

Sekjen MPR, 2016, Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, 2016, h. 87 - 88

Page 130: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

130

Demikian Undang-Undang Dasar Tahun 1945 merupakan aturan pokok

bagi penyelenggaraan pemeritahan negara, oleh karena itu Undang-Undang Dasar

bukanlah epistemologi bagi pengujian undang-undang yang bertentangan dengan

Undang-Undang Dasar, sebagaimana selama didengungkan oleh ahli hukum tata

negara. Namun Undang-Undang Dasar Tahun 1945 digunakan sebagai

epistimologi dalam menguji pertentangan norma antar undang-undang satu

dengan lainnya.

1) Ontologi Uji materill

Berkaitan dengan ontologi uji materiiil undang-undang tidak terlepas

ontologi dari aliran positivime hukum yaitu norma-norma peraturan perundang

suatu negara (sebagaimana telah diuraikan sebelumnya), demikian pengujian

undang-undang secara materiil oleh Mahkamah Konstitusi adalah norma-norma

dalan suatu undang-undang, pengujian yang dilakukan untuk memberikan penilian

atas ayat, pasal, sub-bagian bab-bab atau keseluruhan suatu undang-undang

sebagaimana diatur dalam Pasal 51 ayat (3) Huruf-b Undang-Undang MK,

pengujian yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi, atas dasar pengajuan

perhomonan dari pihak yang merasa suatu undang-undang ( ayat, atau pasal )

telah secara tidak langsung menyinggung perasan hukum atau hak-hak pemohon,

hak konstitusional mengajukan permohonan pengujian undang-undang diatur

dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Menurut Jimly

Asshiddiqie, ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya kedudukan hukum

(legal standing) pemohon dalam perkara pengujian undang-undang terhadap

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 di Mahkamah Konstitusi .

Page 131: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

131

1. Keempat pihak atau subyek hukum tersebut (perorangan WNI), Kesatuan

Masyarakat Adat (KMA), Badan Hukum Publik atau Privat (BDHP), dan

Lembaga Negara (LN), haruslah terlebih dahulu membuktikan identitas

dirinya memang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud oleh Pasal 51

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

2. Pihak-pihak yang bersangkutan haruslah membuktikan bahwa dirinya

memang mempunyai hak-hak tertentu yang dijamin atau kewenangan-

kewenangan tertentu yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Tahun

1945.

3. Hak-hak atau kewenangan konstitusional dimaksud memang terbukti telah

dirugikan oleh berlakunya undang-undang yang bersangkutan.173

Dengan demikian ontologi dari pengujian undang-undang secara materiil

oleh MK adalah norma-norma (ayat, pasal, sub dll) yang bertentangan dengan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

2) Epistemologi Uji Materiil

Berkenaan dengan hal epistemologi pengujian undang-undang, terkait

dengan epistimologi dari ilmu hukum (sebagaimana telah dipaparkan

sebelumnya), maka metode pengujian undang-undang atau prosedur pengujian

undang-undang yang diatur Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi tahapan-tahapan pengujian undang-

undang yang dimaksud sebagai berikut;

173

Marwan Mas, op.cit,. h. 145 Pasal 10 ayat (10) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, bahwa; Mahkamah

Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final

untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945.

Page 132: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

132

Pengajuan permohonan oleh legal standing yang diatur dalam Pasal 29

Undang-Undang Mahkamah Konstitusi

Pembentukan Panel Hakim yang diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-

Undang Mahkamah Konstitusi

Pemeriksaan Pendahuluan, dalam Pasal 34 Undang-Undang Mahkamah

Konstitusi

Pemeriksaan Persidangan, dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang

Mahkamah Konstitusi174

Relevansi epistimologi pengujian undang-undang oleh Mahkamah

Konstitusi, merupakan suatu metode atau cara, atau prosedur pengujian yang

ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi.

3) Aksiologi Uji Materiil

Terkait dengan aksiologi pengujian undang-undang, dikaitkan dengan

aksiologi ilmu hukum yaitu; nilai-nilai atau cita hukum yang telah diuraikan

sebelumnya), nilai-nilai hukum merupakan tujuan dari hukum yaitu nilai

kepastian, keadilan dan kemanfaatan hukum, sehingga dalam pengujian undang-

undang antar norma hukum yang bertentangan atau dengan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 yang diajukan oleh pemohon adalah untuk mencari keadilan

atas haknya sebagai warga negara, kepastian atas suatu norma yang memang tidak

secara/telah melanggar hak konstitusionalnya, dan nilai kemanfaatan hukum dari

pengujian undang-undang oleh Mahkamah Konstitusi bagi para pemohon.

174

R. iriyanti, A. Baso Ence, op.cit., h. 143-146

Page 133: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

133

1.3.2. Landasan Sosiologis

Kewenangan Mahkamah Konstitusi yang diatur dalam Pasal 24C ayat ( 1)

dan (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang meliputi satu subyek dan empat

obyek kewenangan yaitu:

a) Obyek

Pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar.

Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

diberikan oleh Undang-Undang Dasar.

Memutus pembubaran partai politik

Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

b) Subyek

Mahkamah Konstitusi, DPR, MPR, Presiden dan Wakil Presiden

Berdasarkan subyek dan objek kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam

menyelesaikan dan menetapkan putusan yang sifatnya final dan mengikat secara

umum bagi seluruh masyarakat (organ negara, individu dan warga negara). Diatur

dalam Pasal 45 dan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Mengacu

pada rumusan kedua pasal diatas, pengujian penyelesaian sengketa lembaga

negara oleh Mahkamah Konstitusi, oleh karena adanya perselisihan atau tumpah

tindih kewenangan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga negara, maka salah satu

lembaga yang merasa kewenangannya telah dilanggar oleh lembaga lain

mengajukan permohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk diuji keabsahan

kewenangan yang telah digunakan oleh lembaga lain, dikaitkan dengan teori

pembagian dan teori kewenangan kekuasaan (telah dijelaskan dalam bab II),

secara konstitusional kewenangan lembaga-negara dalam menyelenggarakan

fungsi pemerintahan harus sesuai prinpris-prinsip yang telah diatur dalam

Undang-Undang Dasar dan undang-undang.

Page 134: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

134

Sebelum menguraikan kewenangan penyelesaian sengketa lembaga

negara, penulis terlebih dahulu mengartikan kata sengketa: dalam KBBI (1).

Sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan. (2).

pertikaian, perselisihan. (3). Perkara (dipengadilan).175

Pengertian sengketa

kewenangan adalah perselisihan atau perbedaan pendapat yang berkaitan dengan

pelaksanaan kewenangan antara dua atau lebih lembaga negara.176

Jadi, ada

kewenangan yang dipersengketakan, yang berupa perselisihan atau perbedaan

pendapat mengenai pelaksanaannya oleh dua atau lebih lembaga negara.177

Selanjutnya pengaturan mengenai pemohon sengketa kewenangan

lembaga negara diatur dalam Pasal 61 ayat (1) UU MK adalah lembaga negara

yang kewenangannnya diberikan oleh UUD negara Republik Indonesia 1945 yang

mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan.

Pasal 1 angka 7 (tujuh) PMK No. 8 /2006 yang dimaksud dengan sengketa adalah

perselisihan atau perbedaan pendapat yang berkaitan dengan pelaksanaan

kewenangan antar dua atau lebih lembaga negara, sesuai Pasal 2 ayat (1) PMK

No.8/2006 menyebutkan bahwa lembaga negara yang dapat menjadi pemohon dan

termohon dalam perkara sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara

adalah DPR, DPD, MPR, Presiden, BPK: Pemda atau lembaga negara lain yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kemudian

dalam Pasal 2 ayat (2) ditegaskan, kewenangan yang dipersengketakan adalah

175

KBBI, ibid., h. 1037 176

Ibid,. h.158. 177

A.Muktie Fadjar, 2008, Sang Penggembala Perjalanan Hidup dan Pemikiran

,Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan MK, jakarta, h. 123.

Page 135: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

135

kewenangan yang diberikan atau ditentukan oleh Undang-Undang Dasar Tahun

1945.

A. Mukthie Fadjar, lembaga-lembaga negara yang kewenangannya diatur

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan ada

yang diatur dalam undang-undang. Lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya disebut/tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, ada 13 lembaga negara, yakni; MPR, Presiden,

DPR, DPD, MA, BPK, Pemerintahan daerah, KPU, KY, MK, Bank Central, TNI,

dan POLRI. Apabila ditafsirkan secara luas dari 13 lembaga negara yang disebut

dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, hanya bank sentral yang

kewenangannya masih akan diatur dengan undang-undang sedangkan 12 lembaga

negara lainnya mempunyai kewenangan konstitusional. Berdasarkan penafsiran

luas ini yang bisa menjadi subyek sengketa kewenangan konstitutional lembaga

negara ada 10 (setelah dikurangi MA dan MK), yaitu, MPR, Presiden, DPR, DPD,

KPU, Pemerintahan Daerah, KY, BPK, TNI dan POLRI atau sebelas lembaga

negara jika bank sentral dimasukan.178

Dan apabila ditafsirkan secara moderat, maka hanya MPR, Presiden, DPR,

DPD, BPK, MA, dan MK yang disebut sebagai lembaga negara yang memiliki

kewenangan konstitusional sehingga yang bisa menjadi subyek sengketa setelah

dikurangi MA (vide Pasal 65 UU MK) dan MK (sebagai lembaga peradilan yang

memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa) hanyalah MPR, Presiden,

DPR, DPD, dan BPK. Apabila ditafsirkan sempit subyek hukum sengketa

178

A.Muktie Fadjar, op.cit., h. 191-192

Page 136: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

136

hanyalah DPR, DPD, dan Presiden (tafsiran dari Pasal 67 Undang-Undang

Mahkamah Konstitusi).179

Dari apa yang terurai diatas Penulis memiliki pandangan berbeda;

pertama; yang disebut lembaga negara, mempunyai kedudukan sederajat secara

vertikal dan horizontal dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yakni, MPR,

Presiden, DPR, DPD, KY,BPK, MA Dan MK sedangkan lembaga yang secara

horisontal, fungsinya mendukung penyelenggaraan pemerintahan negara atau

sebagai lembaga pendukung bagi lembaga negara yang telah disebut diatas,

lembaga-lembaga pendukung, yang kewenangannya tidak diberikan oleh Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 yakni; Bank Sental, pemerintah daerah, KPU, TNI dan

POLRI, Dewan Penasehat Presiden, lembaga-lembaga ini memiliki kewenangan

konstitusional, hanya MA dan MK yang diberikan kewenangan untuk

menyelesaikan sengketa lembaga negara sesuai Pasal 24 Undang-Undang Dasar

Tahun 1945.

Demikian potensi terjadi sengketa lembaga negara, ke tujuh (7) lembaga

negara dalam hal perselisihan kewenangan dan fungsi pembentukan undang-

undang, kemudian secara fungsional dapat terjadi antara lembaga-lembaga

pendukung penyelenggaraan pemerintahan, (TNI, POLRI, Dewan Penasehat

Presiden, Pemerintah Daerah, Bank Central). Mengacu kepada pembedaan

lembaga negara sebagai organ konstitusi yang memperoleh wewenang dari

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan yang bukan, sumber kewenangan

merupakan tolak ukur atau ukuran untuk menentukan lembaga Negara yang

179

Ibid., h. 191-192

Page 137: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

137

menyangkut kewenangannya. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 (enam) PMK

No.8/2006, Mahkamah Konstitusi memberikan pengertian mengenai kewenangan

konstitusional lembaga negara adalah kewenangan yang dapat berupa wewenang

atau hak dan tugas atau kewajiban lembaga negara yang diberikan oleh Undang-

Undang Dasar Tahun 1945.

Dalam perkara sengketa kewenangan lembaga negara jelas harus disebut

dalam permohonan pemohon tentang kepentingan langsung pemohon dan

lembaga negara mana yang menjadi termohon yang merugikan kewenangannya

yang diperoleh dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, Perkara ini tentu berhubungan erat dengan adanya duplikasi atau tumpang

tindih kewenangan antara satu lembaga negara dengan lembaga negara lainnya.

Tetapi juga dapat terjadi bahwa kewenangan satu lembaga negara sebagaimana

diperoleh dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945 telah diabaikan oleh lembaga

negara lain baik dalam suatu keputusan atau kebijakan negara.180

Adapun yang menjadi obyek sengketa lembaga adalah persengketaan

mengenai kewenangan konstitusioanl antar lembaga negara. Isu pokoknya bukan

pada kelembagaan lembaga negaranya, melainkan pada soal kewenangan

konstitusionalnya, apabila timbul sengketa penafsiran antara satu sama

Pasal 3 PMK nomor 08/2006; bahwa; pemohon adalah lembaga negara yang

menganggap kewenangan konstitutionalnya diambil, dikurangi, dihalangi, dan/atau dirugikan

lembaga negara yang lain; pemohon mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yang

dipersengketakan; dan termohon adalah lembaga negara yang dianggap telah mengambil,

mengurangi, menghalangi, mengabaikan dan/atau merugikan pemohon. 180

Maruar Siahaan, op.cit. h.162-163.

Page 138: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

138

lain.

181Contoh; putusan mahkamah nomor 004/SKLN-IV/2006. Bahan yang

diperoleh dari diklat Mahkamah Konstitusi. 182

3.3.2.1 Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Lembaga

Negara

Pasal 24 C ayat (1) menyebutkan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang

untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir dimana putusannya bersifat

181

Jimly Asshiddiqie, op.cit., h. 49-58 182

Jendri M. Gaffar, Diklat, Mahkamah Konstitusi yang diadakan pada tanggal 30-01

November 2017

Page 139: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

139

final. Demikian dapat dikatakan bahwa Mahkamah Konstitusi adalah sebuah

forum khusus (forum privilege) untuk melakukan kewenangannya. Dalam

menjalankan fungsi, tugas dan kewenanganya sebagai lembaga negara penjaga

konstitusi (the Guardian of Constitutions) dan penafsiran konstitusi (Constitution

interpretationi),183

maka Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia diberi

kewenangan yang diatur dalam Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun

1945 yang kemudian dipertegas dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2003

tentang Mahkamah Konstitusi yang menentukan bahwa Mahkamah Konstitusi

berwenang mengadili: a). Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang

Dasar Tahun 1945, b). Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara

yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945, c).

Memutus pembubaran partai politik, d). Memutus perselisihan tentang hasil

pemilu, e). Memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa

Presiden dan/ atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum

berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat

lainnya, atau perbuatan tercela, dan atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Presiden dan/atau Wakil Presiden, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Tahun 1945.

Kehadiran Mahkamah Konstitusi untuk melakukan uji undang-undang

adalah untuk menjaga/ menegakkan konstitusi bilamana terjadi pelanggaran

konstitusi oleh undang-undang. Dengan mekanisme ini, jelas bahwa peranan

Mahkamah Konstitusi dalam ketatanegaraan Indonesia adalah untuk menjaga

183

Jimly Asshiddiqie, 2005, Sengketa Antara Lembaga Negara, Konstitusi Press, Jakarta,

h.12

Page 140: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

140

jangan sampai terjadi pelanggaran konstitusi oleh lembaga negara. Jadi untuk

mengetahui filosofis kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam menyelesaikan

sengketa lembaga negara, penulis memaparkan secara filsafat hukum.

Pertama, dimensi ontologi, istilah ontologi (ontologi,ontologia), berarti

ajaran mengenai yang ada atau segala sesuatu yang ada. Istilah ini dijabarkan dari

dua istilah yakni onta yang berarti segala sesuatu yang ada dan logia yang berarti

ajaran atau ilmu pengetahuan. Selain istilah ontologi, ada pula istilah metafisika.

Keduanya mengkaji tentang ada namun memiliki perbedaan yakni, ontologi

adalah ilmu pengetahuan yang ada yang bisa diserap, sedangkan metafisika adalah

ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang tidak dapat diserap. Jadi ukuran

perbedaan adalah pada obyeknya yakni obyek yang dapat diserap dan tidak dapat

diserap dengan menggunakan panca indera.184

Maka kajian ontologis, yang ingin

dibahas adalah mengenai hal-hal apa saja yang dikaji oleh suatu ilmu, dengan

kata lain, apa yang merupakan kajian objek dari ilmu tersebut dan apa saja ruang

lingkupnya.

Dikaitkan dengan kajian ontologi ilmu hukum adalah hukum itu sendiri,

sebagaiman dikemukakan oleh Van Apeldoorn, hukum sebagai gejala dalam

masyarakat, maka keseluruhan kebiasaan-kebiasaan hukum yang berlaku dalam

masyarakat adalah objek dari ilmu hukum. Ilmu hukum menurut Van Apeldoorn

hanya meliputi tiga cabang, yaitu Sosiologi Hukum, Sejarah Hukum dan

Perbandingan Hukum.185

Kemudian ontologi ilmu hukum atau disiplin Hukum

184

Nengah Bawa Atmaja dan Anantawikarma Tungga atmaja, 2014, Filsafat ilmu

pengetahuan Prespektif Proses dan Produk, Pustaka Larasan, Denpasar Bali, h.140. 185

L.J.Van Apeldoorn, 1958, Pengantar Ilmu Hukum, penerjemah Mr. Oetarid

Sadino, Noordhoff Kolff, Jakarta, h. 320

Page 141: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

141

pada umumnya terikat pada suatu pertanyaan utama yakni apa hakikat hukum

yang dipertegas oleh Soetandyo Wignyo Soebroto, sebagai berikut:

a. Asas-asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku

universal (Aliran Hukum Alam).

b. Norma-norma positif dalam sistem perundang-undangan suatu negara

(Aliran Positivisme Hukum).

c. Putusan hakim in konkreto, yang tersistimatisasi sebagai judge-metlaw

(Aliran Sosiological Jurisprudensi).

d. Pola-pola prilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai sosial yang

empirik (Aliran Sejarah Hukum dan Kebudayaan).

e. Manifestasi makna makna simbolik para pelaku sosial sebagaimana

tampak dalam interaksi diantara mereka (aliran realisme hukum).186

f. Norma-norma positif yang diimplementasikan ke dalam peraturan

perundang-undangan (aliran utilitarianisme).187

Demikian kajian ontologi ilmu hukum adalah hukum sebagaimana aliran

positivisme, ontologinya yaitu norma-norma positif dalam sistem perundang-

undangan suatu negara. Maka ontologi dari kewenangan Mahkamah Konstitusi

dalam penyelesaian sengketa lembaga negara dalam Pasal 61 sampai Pasal 67

Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan peraturan Mahkamah Konstitusi No.8

Tahun 2006 sangat jelas kewenangan Mahkamah Konstitusi yang tersistimatis

dalam perundang-undangan oleh karena itu hakekat kewenangan MK adalah

untuk menetapkan putusan dan ketetapan. Kedua, dimensi epistemologi, secara

etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata

dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. “Episteme” artinya pengetahuan,

sedangkan “logos” lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan

sistematik.188

186

Shidarta, 2013, Hukum penalaran dan Penalaran Hukum, Genta Publising, Jogjakarta,

h. 146-147. 187

I Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hkum Dimensi Tematis danHhistoris, Setara

Press, Malang, h. 13. 188

C. A Van Peurson., 1980, Orientasi di Alam Filsafat, PT Gramedia. Jakarta, h 19

Page 142: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

142

Senada dengan pendapat di atas Simon Blackburn menjelaskan bahwa

epistemologi, (dari bahasa Yunaniepisteme (pengetahuan) dan logos (kata/

pembicaraan/ ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,

karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling

sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat. Misalnya tentang apa

itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya

dengan kebenaran dan keyakinan.189

Dengan demikian epistemologi dapat

diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Webster Third

New International Dictionary mengartikan epistemologi sebagai;

“The Study of method and ground of knowledge, especially

with reference to its limits and validity”.Paul Edwards, dalam The

Encyclopedia of Philosophy, menjelaskan bahwa epistemologi

adalah “the theory of knowledge” Pada tempat yang sama ia

menerangkan bahwa epistemologi merupakan “the branch of

philosophy which concerned with the nature and scope of

knowledge, its presuppositions and basis, and the general

reliability of claims to knowledge.”190

Karena membahas tentang kebenaran, epistemologi juga disebut

logika,191

yaitu ilmu tentang pikiran atau ilmu tentang metode (cara) berpikir.

Tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor.

Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya seperti silogisme.

Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yang sama

dengan lingkup epistemolo.192

Intinya penggunaan logika sebagai salah prosedur

mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

189

Simon Blackburn, 2013, Kamus Filsafat, , Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h, 286 190

Simon Blackburn, loc.cit 191

Simon Blackburn, loc.cit 192

Ibid., http://astaqauliyah.com/2007/05/

Page 143: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

143

Dari pendapat dikaitkan dengan epistemologi ilmu hukum terdapat dua

pandangan besar, penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. dari

dua penelitian tersebut, fokus kajian penelitian ini adalah metode penelitian

hukum doktrinal-deduktif (legal research) disebut juga penelitian hukum normatif,

merupakan epitemologi hukum dari aliran hukum alam/ kodrat dan aliran

positivisme hukum. perbedaannya pada landasan epistemologinya, disatu pihak

hukum alam/ kodrat, memandang dunia hukum adalah kodrat (deus sive natura).

Dengan demikian dimana pun berlaku prinsip yang immoral merupakan tidak adil

dan melanggar hukum.

Terkait dengan penyelesaian kewenangan sengketa lembaga negara oleh

Mahkamah Konstitusi, epistemologi yang digunakan adalah penelitian normatif

dan metode interpretasi hukum oleh Curzon, interpretasi atau penafsiran diartikan

memberikan makna yang tepat arti kata suatu pasal undang-undang; konstruksi

merujuk pada mengatasi ambiguitas atau multi-tafsir, kekaburaan dan

ketidakpastian norma hukum pasal undang-undang yang intinya pada prosedur

pembentukan putusan dan ketetapan oleh hakim Mahkamah Konstitusi.193

Dengan demikian epistimologi dari penyelesaian sengketa kewenangan

antar lembaga negara adalah metode atau Prosedur yang dilakukan oleh hakim

untuk menetapkan putusan dan ketetapan.

Ketiga, dimensi aksiologi, istilah aksiologi berasal dari kata axio dan

logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos artinya akal, teori,

axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status

193

Ibid, h.19

Page 144: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

144

metafisik dari nilai.

194Aksiologi sebagai cabang filsafat ialah ilmu pengetahuan

yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan

kefilsafatan.195

Terdapat banyak pendapat tentang pengertian aksiologi. Menurut Jujun S.

Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari

ilmu pengetahuan yang diperoleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, aksiologi

adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-

nilai khususnya etika.196

Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai

tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan

penggalian, serta penerapan ilmu.197

Menurut Jujun S Suriasumantri maka ditinjau dari aspek axiologi

membahas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: “Untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek

yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma

moral/referisonal”.198

Konkritnya, axiologi ilmu hukum akan berkolaborasi

terhadap kegunaan dari ilmu hukum itu sendiri. Sebagaimana diketahui

194

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, 2001, Filsafat Ilmu,: Pustaka Pelajar, Yogyakarta

h. 26 195

Soejono Soe Margono. 1986, Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff,: Tiara Wacana

Yogya, Yogyakarta, h. 327 196

Ibid, h.19 197

Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 23 198

Jujun S. Suriamantri, 1996, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta, h. 33

Page 145: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

145

bahwasanya ilmu hukum bersifat dinamis yang mempunyai pengaruh dan fungsi

khas dibanding dengan disiplin ilmu yang lain.

Kaitan axiologi hukum yang tidak terlepas dari nilai dan tujuan hukum

yaitu kepastian, keadilan dan kemanfaatan hukum (telah diuraikan pada bab iii),

dari fokus kajian penyelesaian kewenangan sengketa kewenangan lembaga negara

oleh Mahkamah Konstitusi, yang menjadi persoalannya mengenai nilai dari

putusan Mahkamah Konstitusi atas sengketa kewenangan yang terjadi yaitu; nilai

keadilan bagi pemohon (lembaga negara) yang mengajukan sengketa kewenangan

antara lembaga, sehingga Mahkamah Konsitusi dapat menilai dan memeriksa

sesuai alat bukti-bukti (diatur dalam undang-undang Mahkamah Konstitusi) serta

dalam pengambilan putusan, Mahkamah Konstitusi dapat mempertimbangkan

nilai keadilan sesuai alat bukti.

Selanjutnya nilai kepastian (mengenai amar atau isi putusan dan

ketetapan), bagi pemohon maupun tergugat, tidak menimbulkan multitafsir, dan

dapat diaplikasikan oleh kedua pihak yang bersengketa. Terakhir kemanfaatan,

putusan Mahkamah Konstitusi atas sengketa kewenangan lembaga negara dapat

memberikan implikasi bagi pihak yang bersengketa, sehingga tidak lagi

menggunakan kekuasaan atau kewenangannya sesuai amanat peraturan

perundang-perundangan. Setelah mengkaji kewenangan Mahkamah Konstitusi

dalam penyelesaian sengketa lembaga negara, penulis menganalisis putusan-

putusan Mahkamah Konstitusi tentang sengketa lembaga negara dari Tahun 2003

hingga Tahun 2015,199

data putusan Mahkamah Konstitusi.

199

Ni‟matul Huda, op.cit, h.174-178

Page 146: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

146

No Para pihak yang bersengketa Putusan MK Tanggal Keterangan

1 DPD dengan Presiden mengenai

pemilihan anggota BPK

Putusan perkara

no.068/SKLN-II/2004

10 november 2004 Permohonan ditolak untu

seluruhnya

2 Gubernur Provinsi Lampung

dengan DPRD Provinsi Lampung

Ketetapan Perkara

No.025/SKLN-III/2005

5 januari 2006 Mengabulkan Pemohon

menarik kembali

permohonan

3 Badrul Kamal dan Syihabudin

(pasangan calon Walikota Depok)

dengan KPUD Depok

Putusan perkara no.

002/SKLN-IV/2006

25 Januari 2006 Diterima(niet ontvanklijk

verklaard/NO)

4 Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

dengan Presiden RI, Mentri dalam

Negari dan DPRD

Putusan perkara no.

004/SKLN-IV/2006

12 Juli 2006 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

5 Ketua dan Wakil Ketua DPRD Poso

Provinsi Sulewesi Tengah dengan

Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah

Putusan perkara no.

027/SKLN-IV/2006

12 Maret 2007 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

6 Komisi penyiaran Indonesia dengan

Mentri Komunikasi dan Informatika

Putusan perkara

no.030/SKLN-IV/2006

17 April 2007 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

7 Komisi Independen Pemilu Tingkat

Kabupaten Aceh Tenggara dan DPRD

Kabupaten Aceh Tenggara

Putusan perkara no.

026/SKLN-V/2008

11 Maret 2008 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

8 KPUD Provinsi Maluku Utara dengan

KPU

Ketetapan Perkara No.

032/SKLN-V/2007

21 Januari 2008 Mengabulkan Pemohon

menarik kembali

permohonan

9 Panitia Pengawas Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Kabupaten Morowali

dengan KPU Kabupaten Morowali

Putusan perkara

no.01/SKLN-VI/2008

28 Maret 2008 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

10 Bank Indonesia dengan Komisi

Pemberantasan Korupsi

Ketetapan Perkara

no.07/SKLN-VI/2008

18 Maret 2008 Mengabulkan Pemohon

menarik kembali

permohonan

11 KPUD Provinsi Maluku Utara dengan

Presiden RI

Putusan Perkara No.

27/SKLN-VI/2008

10 Febuari 2009 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

12 Bupati Maluku Tengah dan Ketua

DPRD Kabupaten Maluku Tengah

dengan Menteri dalam Negeri

Putusan Perkara No.

01/SKLN-VIII/2010

11 Maret 2011 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

13 Bupati Sorong dengan Walikota Sorong Putusan Perkara No.

01/SKLN-IX/2011

20 Juni 2011 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

14 Bupati Penajam Paser Utara dan Ketua

DPRD Penajam Paser Utara dengan

Mentri Kehutanan RI

Putusan Perkara

No.02/SKLN-XI/2011

20 September 2011 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

15 Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai

Timur, Provinsi Kalimantan Timur

dengan Presiden RI casu quo Menteri

Energi dan Sumber Daya Alam

Putusan Perkara No.

02/SKLN-IX/2011

17 Januari 2012 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

16 Gerakan Nasional Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi(GN-PK)

dengan Kementrian Agama

Putusan Perkara

No.04/SKLN-IX/2011

24 November 2012 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

17 Komite Kerja Advokat

Indonesia(KKAI) dengan Mahkamah

Agung RI

Putusan Perkara No.

05/SKLN-IX/2011

1 Febuari 2011 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

18 Pemerintahan Daerah (DPR Aceh)

terhadap KPU dan Kommisi

Independen Pemilihan (KIP) Aceh

Ketetapan Nomor

6/SKLN-IX/2011

4 Januari 2012 Mengabulkan

Permohonan Pemohon

menarik kembali

permohonan

19 Menteri Dalam Negeri dengan KPU

Pusat dan KIP Aceh

Putusan Perkara

No.1/SKLN-X/2012

27 Januari 2012 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

20 Presiden dengan DPR DAN BPK

dalam Kasus diversi 7% saham PT

Newmon Nusa Tenggara

Putusan Perkara No.

02/SKLN-X/2012

31 Juli 2012 Permohonan Pemohon

terhadap termohon II

tidak dapat di terima,

serta menolak

Page 147: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

147

permohonan pemohon

terhadap termohon I

untuk seharusnya

21 KPU dengan DPR Papua dan Gubernur

Papua

Putusan Perkara No.

03/SKLN-X/2012

19 September 2012 Mengabulkan

permohonan Pemohon

22 Advokat dengan Kementrian Hukum

dan HAM in casu Badan Pembinaan

Hukum Nasional

Putusan Perkara No.

01/SKLN-XI/2013

28 Mei 2013 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

23 Panitia Pengawas Pemilihan Umum

Provinsi Sumatera Utara dengan

Bawaslu dan Komisi Pemilihan Umum

Putusan Perkara No.

02/SKLN-XI/2013

28 Agustus 2013 Permohonan pemohonan

tidak dapat diterima(NO)

24 Bawaslu dengan DPRD

Nanggroe Aceh Darussalam dan

Gubernur Nanggroe Aceh Darusalam

Putusan Perkara

No.3/SKLN-XI/2013

16 Januari 2014 Permohonan Pemohon

tidak dapat diterima (NO)

25 KPU Kabupaten Labuhanbatu Selatan

dengan KPU Provinsi Sumatera Utara

Ketetapan Perkara

No.)1/SKLN-XIII/2015

13 Oktober 2015 Mengabulkan Pemohon

menarik kembali

permohonan

Berkenaan dengan rekapitulasi yang dikutip diatas, penulis, menilai dari

tahun 2003 hingga tahun 2015, terdapat 25 kasus sengketa kewenangan lembaga

yang terjadi, baik antara lembaga-lembaga negara utama, maupun lembaga-

lembaga negara yang mendukung penyelenggaraan pemerintahan negara, jumlah

sengketa yang terjadi sebanyak 25 sengketa. Kemudian Mahkamah Konstitusi

berhasil menyelesaikannya dan membuat putusan konstitusional sebanyak 20

sengketa kewenangan sengketa lembaga negara dan lima (5) ketetapan

konstitusional mengenai penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara.

Hemat penulis, terdapat 2 hal penting yang dapat dikaji pertama; putusan

sengketa kewenangan lembaga negara, hakim Mahkamah Konstitusi menetapkan

20 putusan menolak, yang kedua 5 ketetapan sengketa kewenangan lembaga

negara, persoalannya apabila berpijak pada Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor. 24 Tahun 2003 secara substansi

menegaskan mengenai putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final dan

mengikat. Namun dalam menyelenggarakan tugas dan kewenangannya

Page 148: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

148

mengeluarkan suatu ketetapan (besschiking), sebelum adanya putusan sengketa

kewenangan lembaga negara, sesuai Pasal 63 Undang-Undang Mahkamah

Konstitusi Nomor 24 Tahun 2003.200

Ada dua makna kata; frase “putusan”

(diuraikan bab V), dan frase “ketetapan” oleh karena itu penulis mencoba

menelusuri konsep ketetapan dalam kajian hukum administrasi negara.

Berkaitan dengan hukum adminsitrasi negara, Beschiking atau ketetapan

pertama kali” diperkenalkan di negeri Belanda oleh Van der Pot dan Van

Vollenhoven dan masuk ke Indonesia melalui Prins. Istilah beschiking ini di

negeri Perancis terkenal dengan nama Acte Administratif. Kemudian pengertian

acte Administratif tersebut dimasukkan kedalam ilmu hukum Jerman oleh Otto

Meyer dengan diberi nama “Verwaltungsangkt”.201

Perkataan ini di Indonesia ada

yang menyalin dengan istilah “ ketetapan”. Menurut Kuntjoro Purbopranoto,

karena istilah “ketetapan” itu sekarang sudah mempunyai arti yang yuridis teknis

yaitu sebagai keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang berlaku

umum (keluar maupun kedalam), maka seyogyanya kita mempergunakan istilah

yang masih mulus (neutral) guna beschiking itu misalnya: “keputusan”.202

Prins

mengartikan beschiking adalah suatu tindak hukum sepihak dibidang

pemerintahan, dilakukan oleh alat penguasa berdasarkan kewenangan khusus.203

Utrecht menjelaskan bahwa beschiking merupakan suatu perbuatan

berdasarkan hukum publik yang bersegi satu adalah yang dilakukan oleh alat-alat

200

Pasal 63 UU MK; Mahkamah Konstitusi dapat mengeluarkan penetapan yang

memerintahkan pada pemohon dan/atau termohon untuk menghentikan sementara pelaksanaan

kewenangan yang dipersengketakan sampai ada putusan Mahkamah Konstitusi 201

Kranenburg-Vegtig, 1978, dalam Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa catatan Hukum

Tata Pemerintahan dan Peradilan Adiministrasi Negara, cet. 2, Alumni, Bandung, h. 45 202

Kuntjoro Purbopranoto, loc.cit 203

Ibid., h. 46

Page 149: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

149

pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa. Kemudian Van Poelje,

beschiking sebagai pernyataan tertulis kehendak suatu alat pemerintahan dari

penguasa pusat yang sifatnya sepihak dan ditujukan keluar, berdasarkan

kewenangan atas dasar satu peraturan hukum tata negara atau hukum tata

pemerintahan dan yang tujuannya ialah perubahan atau pembatalan sesuatu

hubungan hukum yang ada atau penetapan sesuatu hubungan hukum yang baru

ataupun yang memuat sesuatu penolakan pemerintah penguasa terhadap hal-hal

tersebut.204

Menurut A.M. Donner, penetapan adalah tindakan pemerintahan dalam

jabatan yang secara sepihak dan disengaja dalam suatu ikhwal tertentu,

menetapkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang sedang berjalan

atau menimbulkan suatu hubungan hukum baru atau menolak salah satu yang

dimaksud.205

Demikian ketetapan merupakan bagian dari kewenangan Mahkamah

Konstitusi guna menyelesaikan sengketa kewenangan lembaga negara, sebelum

pengambilan putusan dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.

Selanjutnya penulis melakukan penulusuran dari data yang terhimpun dari

Mahkamah Konstitusi yang sudah tercatat secara terinci didalam (website

Mahkamah Konstitusi) dalam menyelenggarakan fungsi dan kewenangannya

selama tahun 2016 sampai dengan tahun 2017, telah berhasil melakukan

pengujian terhadap undang-undang dan sengketa pemilu yang terjadi serta

menetapkan berbagai jenis putusan. Namun selama tahun itu pun perkara sengketa

kewenangan tidak terjadi dan memang tidak ada pengajuan dari lembaga-lembaga

204

Kuntjoro Purbopranoto, loc.cit 205

A.M.Donner, op.cit., h. 47-48

Page 150: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

150

negara. Demikian pula selama awal tahun 2017 hingga akhir Desember 2017 tidak

ada pengajuan perkara sengketa kewenangan yang diajukan dari lembaga-lembaga

negara. Dan dalam tahun tersebut yang diputuskan Mahkamah Konstitusi hanya

perkara pengujian undang-undang dan yang terkait dengan sengketa hasil pemilu

baik yang diajukan oleh sekelompok maupun individu.

3.3.3 Landasan Yuridis

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Tahun

1945, merupakan landasan kewenangan bagi Mahkamah Konstitusi untuk

menyelesaikan persoalan-persolaan konstitusional, kemudian dijabarkan lebih

lanjut dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 dan perubahannya Nomor 8

Tahun 2011, akan tetapi terdapat norma (subtansi) yang sama antara Pasal 10 (1)

dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003.

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, menyatakan bahwa:

MK berwenang mewakili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusan

bersifat final untuk:………..

Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, menyatakan bahwa:”

putusan MK memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan

dalam sidang pleno terbuka untuk umum”.

Dari kedua rumusan pasal diatas, secara gramatikal Pasal 10 ayat (1)

merupakan replika dari Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945

sedangkan Pasal 47 ayat (1) sebagai penjabaran pelaksanaan kewenangan

Mahkamah Konstitusi dalam menangani perkara-perkara konstitusional dari Pasal

24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Pasal 10 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2003, namun menimbulkan pertanyaan apakah dalam

satu undang-undang harus menetapkan kalimat berbeda makna, namun secara

teologis atau kata makna yang sama mengenai kewenangan Mahkamah

Page 151: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

151

Konstitusi, dikaitkan dengan teori jenjang norma hukum (telah dijelaskan

sebelumnya) maka norma yang tertera dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2003, kedudukannya tidak sesuai menurut hierarki peraturan-

perundang-undangan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011. Dalam Hermeneutika atau metode memahami atau metode

interpretasi dilakukan terhadap teks secara holistik dalam bingkai keterkaitan

anatara teks, konteks, dan kontekstualisasi. Memahami suatu adalah

menginterpretasi sesuatu agar memahaminya. Dalam hubungan ini Gadamer

mengatakan, seperti dikutip oleh Arief Sidharta, ilmu hukum adalah sebuah

eksemplar Hermeneutika in optima forma, yang diaplikasikan pada aspek

kehidupan bermasyarakat. Sebab, dalam menerapkan ilmu hukum ketika

menghadapi kasus hukum, maka kegiatan interpretasi tidak hanya dilakukan

terhadap teks yuridis, tetapi terhadap kenyataan.

3.4 Sengketa Lembaga Negara di Berbagai Negara

Kewenangan memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara telah

diadopsi dalam praktek sistem ketatanegeraan diberbagai negara. Kewenangan

memutus sengketa kewenangan lembaga ini ada yang diberikan kepada lembaga

Mahkamah Agung (supreme court) sebagaimana berlaku di Amerika Serikat ada

juga yang memberikannya kepada Lembaga Mahkamah Konstitusi sebagaimana

berlaku di Jerman. Dengan demikian, ada dua model pemilik kewenangan

memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara yaitu model Amerika

serikat dan model Jerman.206

Pada hakekatnya negara Amerika Serikat dan Jerman

206

Ni‟matul Huda, op.cit, h. 151-152

Page 152: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

152

sebagai negara yang mencetuskan ide penyelesaian sengketa kewenangan

lembaga negara dan diselesaikan pada lembaga yang memiliki kewenangan

konstitutisional.

Di Amerika Serikat kewenangan supreme court memutus sengketa

kewenangan antar lembaga negara bertolak dari ketentuan dalam di United State

Constitution pada article 3 tentang the judicial branch section 2 clause 1. Dalam

ketentuan itu disebutkan sebagai berikut;207

the judicial power shall extend to all case, in law and quaty, arising under

this constitutions, the laws of united state, and treaties made or which shall

be made, under there authority; -to all cases affecting ambassador, all there

public ministers and consuls; -to all cases admiralty and maritims

juridiction;-to controversias to which united state shall be a party;- to

controversias between two or more states;- between a state and Citizensof

another state;-between Citizens of different states;- between Citizens of the

some states claiming lands under grants of different states, and between a

state, or the citizens there of and foregin state, Citizens or subjects”.

Di Jerman, Kewenangan memutus sengketa kewenangan antar lembaga

negara oleh Mahkamah Konstitusi diatur dalam Pasal 93 ayat (3) Konstitusi

Federal Jerman. Disebutkan bahwa; the Federal Constittutional Court, berwenang

memutus:208

“ in case of differences of opinion on the rights and duties of the Federation

and the states ( Lander), particularly in the execution of federal law by the

states ( lander) and in the exercise of federal supervision: on other disputes

involving public law, between the Federation and the states ( lander),

between different states (Lander) or withina staes ( lander), unless recourse

to another court exist.”

Hal ini dipertegas lagi dalam undang-undang Mahkamah Konstitusi

Jerman Pasal 13 ayat (5) mengenai sengketa kewenangan antar Lembaga Negara

207

Ni‟matul Huda, loc.cit 208

Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan hukum administrasi Negara Indonesia,

Jakarta, h.337.

Page 153: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

153

Federal Jerman dan dalam Pasal 13 (7) mengenai sengketa kewenangan antar

lembaga pemerintah federal dengan dan atau antar lembaga pemerintah negara

bagian terutama yang berkaitan dengan penerapan pembagian kekuasaan Federal.

Undang-undang Mahkamah Konstitusi Jerman mengatur yang berhak untuk

menjadi tergugat dan penggugat dalam perkara sengketa kewenangan adalah

presiden bundestag, bundesrat, pemerintah federal, serta bagian bagian lembaga

yang memiliki kewenangan tersendiri sesuai dengan konstitusi, atau peraturan tata

tertib bundestag atau bundesrat.

Disampinng itu, pemerintah federal dalam kasus sengketa kewenangan

antar lembaga negara federasi, dan pemerintah negara bagian dalam kasus

sengketa kewenangan antara lembaga negara bagian berhak menjadi penggugat

dan tergugat dalam sengketa kewenangan antar lembaga negara.209

Jadi

pembagian sengketa lembaga negara Jerman jelas tertuang dalam konstitusi

federal Jerman, dan lebih lanjut diatur dalam UU MK Jerman dimana terdapat

dua pembagian sengketa kewenangan yang dapat terjadi; pertama; sengketa

kewenangan yang lahir antar lembaga negara federal Jerman, kedua sengketa

kewenangan yang tercipta antara lembaga negara federal dengan lembaga negara

bagian, yang satu dapat menjadi tergugat ataupun penggugat maupun sebaliknya.

Relevansinya dengan penulisan ini, pertama, penyelesaian sengketa

kewenangan lembaga negara yang diadopsi oleh negara-negara di dunia

merupakan warisan dari negara Amerika Serikat dan Jerman, selanjutnya, negara

Indonesia mengikuti jejak ini, setelah amandamen UUD 1945 pada tahapan ke 3

209

Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan hukum administrasi Negara Indonesia,

op.cit, h.6

Page 154: BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KONSEPTUAL · 2018. 4. 10. · 12Dahlan Taib, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta, h. 1 . 4 ideologi yang dicapai melalui proses

154

yang telah diuraikan sebelumnya dalam bab III, salah satu kewenangan

penyelesaian sengketa kewenangan dimasukan sebagai kewanangan Mahkamah

Konstitusi Indonesia yang diatur dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan

ditegaskan dalam Pasal 61 sampai Pasal 67 Undang-Undang Mahkamah

Konstitusi dan diperkuat dengan mekanisme pelaksanaannya diatur dalam

peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 08/PMK/2006, tentang pedoman

beracara dalam sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara.

Dari uraian bab III ini penulis dapat memaknai, bahwa yang mendasari

putusan final Mahkamah Konstitusi berpijak pada nilai-nilai dasar hukum dan

tujuan hukum (keadilan, kepastian dan kemanfaatan) untuk menegakkan Negara

hukum.