bab ii acuan teoritik 2.1 2.1.1 addie

26
BAB II ACUAN TEORITIK 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Model Pembelajaran ADDIE 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu pola interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik. Pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas (Lestari, 2015:37). Meyer, W.J. dalam Triatno (2009:21) berpendapat bahwa model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Suatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Model mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, metode atau prosedur. Model dapat pula berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting dalam mengajar di kelas. Model itu di klasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks dan sifat dari lingkungan belajarnya (Suprihatiningrum, 2013:143). Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Nasution dalam Sugihartono, dkk (2007:80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

ACUAN TEORITIK

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Model Pembelajaran ADDIE

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pola interaksi antara siswa dan guru di

dalam kelas yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik.

Pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di

kelas (Lestari, 2015:37).

Meyer, W.J. dalam Triatno (2009:21) berpendapat bahwa model

dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk

mempresentasikan suatu hal. Suatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah

bentuk yang lebih komprehensif. Model mempunyai makna yang lebih luas dari

strategi, metode atau prosedur. Model dapat pula berfungsi sebagai sarana

komunikasi yang penting dalam mengajar di kelas. Model itu di klasifikasikan

berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks dan sifat dari lingkungan belajarnya

(Suprihatiningrum, 2013:143).

Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang

sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan.

Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu,

harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan

belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka

guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.

Menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan

setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat

menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Nasution dalam Sugihartono, dkk (2007:80) mendefinisikan

pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi

proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar,

tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan

sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.

Maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang

dan melaksanakan proses belajar mengajar.

2. Pengertian Model Pembelajaran ADDIE

Model pembelajaran ADDIE (analysis, desain, development,

implementation, evoaluation). Menurut Fauzi (2014:367) Model pembelajaran

ADDIE adalah salah satu desain pembelajaran yang bersifat generik. ADDIE

muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Raiser dan Mollenda.

Salah satu fungsinya yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan

infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja

pelatihan itu sendiri.

Menurut Pribadi dalam Dwipayanti (2013) Penerapan model

pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa diduga

dapat membantu siswa dalam pencapaian hasil belajar. Perlu diterapkan suatu

perspektif model pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah model

pembelajaran ADDIE (analysis, design, development, implementation,

evaluation). Model ADDIE dikembangkan sebagai model pembelajaran yang

inovatif karena memberikan proses belajar yang sistematis, efektif, dan efisien

yang dikemas dalam langkah-langkah pembelajaran.

Sehingga dapat dikatakan model ADDIE merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan

proses pembelajaran yang sistematis, efektif dan efisien.

Adapun tahapan model ADDIE adalah Analisys, Design, Development,

Implementation, dan Evaluation. Akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis (Analisys)

Lagkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kenerja atau

performance analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap

pertama, yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan

mengklarifikasi apakah masalah kinerja perlu dilakukan solusi berupa

penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan menejemen. Tahap

kedua, yaitu analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk

menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu

dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atas prestasi belajar. Hal

ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi

dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. (Rahman, 2013:201)

pada tahap ini juga merupakan suatu proses mendefinisaikan apa yang

akan dipelajari oeleh peserta belajar. Oleh karena itu, output yang akan kita

hasilkan adalah berupa karekteristik atau profil calon peserta belajar,

identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan, dan analisis tugas yang

rinci didasarkan atas kenutuhan (Rahman, 2013: 210).

Jadi pada tahap ini pendidik/ pendesain sistem pembelajaran harus

memperhatikan komponen- komponen penunjang agar proses belajar

mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pendesain harus

mengetahui terlebih dahulu pengetahuan, karaktreristik, keterampilan yang

dimiliki oleh peserta didik serta kemampuan apa yang perlu dimiliki oleh

peserta didik.

2. Desain (Design)

Desain adalah langkah kedua dari model system pembelajaran

ADDIE. Pada langkah ini diperlukan adanya klarifikasi program

pembelajaran yang didisain sehingga program tersebut dapat mencapai

tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Pada langkah desain, pusat

perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk menyelidiki masalah

pembelajaran yang sedang dihadapi. Hal ini merupakan inti dari langkah

analisis, yaitu mempelajari masalah dan menemukan alternatif solusi yang

akan ditempuh untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran yang berhasil

diidentifikasi melalui langkah analisis kebutuhan. Langkah penting dalam

desain adalah menetukan pengalaman belajar atau leraning experience yang

perlul dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas belajar. Langkah

desain juga harus mampu menjawab pertanyaan apakah program

pembelajaran yang didesaindapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan

performa (performance gap) yang terjadi pada diri siswa (Rahman,

2013:202).

Jadi pada tahap desain ini merupakan langkah lanjutan setelah

analisis. Setelah masalah- masalah dianalisis maka harus dicari solusi

alternatif, dengan merancang sistem pembelajaran yang sesuai sehingga

tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh peserta didik. Dan

untuk mengetahui apakah program pembelajaran yang didesain dapat

digunakan untuk mengatasi masalah- masalah yang terjadi pada peserta

didik atau tidak.

3. Pengembangan (Development)

Menurut Rahman (2013: 203) pengembangan merupakan langkah

ketiga dalam implementasi model desain sistem pembelajaran ADDIE.

Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, member dan

memodifikasi bahan ajar atau learning materials uantuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirtentukan. Pengadaan bahan ajar perlu

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran spesifik atau learning outcomes

yang telah dirumuskan oleh desainer atau peranncang program

pembelajaran dalam langkah desain. Langkah pengembangan dengan kata

lain mancakuk kegiatan memilih dan menetukan metode, media aerta

strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan

materi atau substansi program pembelajaran.

Jadi pada Langkah pengembangan ini merupakan penjabaran dari

langkah desain, setelah pembelajaran di desain maka apa yang ada dalam

desain pembelajaran dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran

tersebut. Seperti mengembangkan materi pelajaran, strategi pembelajaran,

pengembangan media pembelajaran dan penunjang pembelajaran lainnya.

4. Implementasi (Implementation)

Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan

langkah keempat dari model desain system pembelajaran ADDIE. Langkah

implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan program

pembeljaran itu sendiri . langkah ini memang mempunyai makna adanya

penyampaian materi pembelajaran dari guru atau instruktur kepada siswa

(Rahman, 2013:203).

Jadi pada tahap ini merupakan realisasi dari langkah pengembangan

atau dalam kata lain ada proses penyampaian materi dan informasi.

Pendidik membimbing peserta didik untuk memperoleh pengetahuan

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pendesain juga harus

memperhatikan model dan strategi pembelajaran apa yang efektif untuk

digunakan dalam penyampaian materi, karena akan mempengaruhi

pencapaian tujuan pembelajaran.

5. Evaluasi (Evaluation)

Langkah terkahir atau kelima dari model desain pembelajaran ADDIE

adalah evaluasi. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang

dilakukan untuk meberikan nilai terhadap program pebelajatran. Pada

dasarnya, evaluasi dapat dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima langkah

model ADDIE. Pada langkah analisis misalnya, proses evaluasi

dilaksanakan dengan cara mengklarifikasi terhadap kompetensi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa

setelah mengikuti program pembelajaran. Evaluasi ini dikenal dengan

istilah evaluasi formatif. Disamping itu, evaluasi juga dapat dilakukan

dengancara membandingkan antara hasil pembelajaran yang telah dicapai

oleh siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya

(Rahman, 2013:203).

Evaluasi ini merupakan proses yang dilakukan untuk memberikan

nilai terhadap program pembelajaran. Penilaian terhadap kompetensi,

pengetahuan, keterampilan, sikap peserta didik setelah memperoleh

program pembelajaran tersebut. Evaluasi ini merupakan tahap akhir dari

proses pembelajaran.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ADDIE

Menurut Pribadi (2009:125) kelebihan dan kelemahan dari model

pembelajran ADDIE adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang

sistematis.

Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang

saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis yang artinya dari tahapan

yang pertama sampai tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus

secara sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau kita bisa memilih

mana yang menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/ langkah

ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan model desain yang

lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka

model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.

b. Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan

waktu yang lama.

Dalam tahap analisis ini pendesain/ pendidik diharapkan mampu

menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi

analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan anlisis kebutuhan. Dua

komponen analisis ini yang nantinya akan mempengaruhi lamanya proses

menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua

komponen ini merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi tahap

mendesain pembelajaran yang selanjutnya.

Sedangkan menurut Setiada dalam Dwipayanti (2013) Kelebihan model

pembelajaran ADDIE yaitu memperhatikan perkembangan ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor siswa, bersifat konsisten dan reliabel, artinya tidak dapat berubah-

ubah dan dapat dipercaya, saling ketergantungan satu sama lain, sehingga tidak ada

unsur-unsur yang terpisah dari sistem, serta sederhana dan terstruktur dengan

sistematis sehingga model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik

Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ADDIE ini

merupakan model yang memiliki 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur

secara sistematis sehingga dalam pengaplikasiannya tidak boleh dilakukan secara

acak melainkan harus sistematis yaitu mulai dari analisys, design, develovment,

implementation, dan evaluation dan juga model pembelajaran ini memperhatikan 3

ranah dalam penilaian yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.1.2 Pendekatan Inkuiri Terbimbing

1. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terbimbing

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy kellen

dalam Rusman (2011: 131) mancatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam

pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered

approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered

approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi

pembelajaran langsung (direct intruction), pembelajaran deduktif atau

pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat

pada siswa menurunkan startegi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta

pembelajaran induktif. Sedangkan model-model pembelajaran sendiri biasanya

disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan.

Fathurohman (2015 : 106) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri yaitu

suatu model pembelajaran pelaksanaanya guru menyediakan bimbingan dan

petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Dalam pembelajaran inkuiri

terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh peserta didik. Sedangkan menurut Rizal (2014) Proses pembelajaran inkuiri

memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang

nyata dan aktif sehingga siswa terlatih dalam memecahkan masalah sekaligus

membuat keputusan dan menurut Pratika (2016) model pembelajaran inkuiri

terbimbing memberikan kepada siswa untuk mempelajari cara menemukan fakta,

konsep dan dan prinsip melalui pengalamannya secara langsung.

Hamalik (1991: 28) menyatakan bahwa Pendekatan inkuiri terbimbing

yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan

dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru

mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap

pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang

kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini

siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga

siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan

dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui

diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah

dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Menurut Meidawati (2014) Model pembelajaran inkuiri terbimbing

merupakan model pembelajaran diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru

mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian

yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan

yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang

membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah. Dalam

pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan

kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir

lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti

kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan

berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan.

Dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan pembelajaran

inkuiri terbimbing, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk-

petunjuk itu umumnya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

membimbing siswa. Inkuiri jenis ini digunakan terutama pada siswa-siswa yang

belum berpengalaman belajar dengan model inkuiri. Pada tahap awal diberikan

lebih banyak bimbingan baru kemudian lambat laun bimbingan dikurangi.

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan

memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru

banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya,

bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri

secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan

dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami

konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan

melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses

belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat

mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa.

Adapun proses pembelajaran menggunkan inkuiri terbimbing menurut

Triatno dalam Yusman (2010) adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dilaksanakan ketika pertanyaan atau permasalahan

diajukan. Untuk meyakinkan penrtanyaan sudah jelas, pertanyaan dituliskan

dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permaslahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini,

guru menannyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang

mungkin. Dari semua gagasan yang ada , dipilih salah satu hipotesis yang

relevan dengan permasalahan yang diberikan.

c. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang

dihasilkan dapat berupa table, matriks, atau grafik.

d. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan

menganalisis data yang diperoleh. Factor penting dalam menguji hipotesis

adalah pemikiran “Benar” atau “Salah”. Setelah memperoleh kesimpulan

kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah

dirumuskan. Bila ternyata hipotesis ini salah atau ditolak, siswa dapat

menjelaskan dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

e. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

2. Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri Terbimbing

Dalam suatu pedekatan pasti memilki kelebihan dan kekurangan adapun

kelebihan dan kekurangan inkuiri terbimbing. Adapun kelebihan inkuiri

terbimbing Menurut Hidayati dalam Taofik (2014) adalah sebagi berikut:

a) Mengembangkan ketrampilan siswa untuk memecahkan

permasalahan dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.

b) Mengembangkan ketrampilan berfikir siswa.

c) Membina pengembangan sikap penasaran siswa melalui kegiatan ilmiah

baik secara individual maupun kelompok.

d) Menambah kemampuan untuk melacak kembali pengetahuan dari inkuiri,

karena inkuiri merupakan cara berfikir dan cara menghadapi masalah

berdasarkan pengalaman dan fakta .

e) Dengan adanya metode inkuiri atau pemecahan masalah dapat menjadi

alat bantu untuk mengingat sesuatu. Dengan alat bantu tersebut siswa

dapat mengorganisasikan pengetahuan dapat diingat dan ditemukan kembali

sehingga tidak menjadi bahan simpanan.

Selain memiliki kelebihan inkuiri terbimbing juga memiliki kekurangan,

seperti yang dikemukakan oleh Sitiativa dalam Taofik adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran dengan inkuiri mengandalakan suatu kesiapan berfikir,

sehingga siswa yang berfikir lambat akan mengalami kebingungan dalam

membuat rumusan masalah, mencari dan mengolah data serta menyusun

hasil penelitian secara tertulis maupun lisan. Sedangkan, siswa yang

mempunyai kemampuan berfikir cepat akan mendominasi pembelajaran

sehingga menimbulkan kekecewaan bagi siswa lainnya.

b) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan inkuri sangat besar terutama bagi

kelas dengan jumlah siswa besar karena peran guru untuk pendamping siswa

lebih banyak. Tujuan dari metode pembelajaran inkuri dapat terganggu oleh

guru dan siswa yang telah terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional.

c) Bidang-bidang IPA membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide.

d) Kebebasan yang diberikan guru terkadang disalahgunakan siswa untuk

melakukan hal-hal diluar kegiatan pembelajaran inkuiri.

Meskipun inkuiri terbimbing memiliki kekurangan dalam proses

pembelajarannya namun pada penelitian ini peneliti tertarik menggunkan inkuiri

terbimbing dalam proses pembelajarnnya karena dapat mengembangkan

ketrampilan siswa untuk memecahkan permasalahan dan mengambil

keputusan secara objektif dan mandiri sehingga dijika siswa mampu memecahkan

masalah dengan sendirinya maka siswapun akan mampu memecahkan soal-soal

latihan yang diberikan pada saat pembelajaran sehingga diharapkan siswa mampu

meningkatkan hasil belajarnya.

2.1.3 Aplikasi Model Pembelajaran ADDIE Melalui Pendekatan inkuiri Terbimbing

dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Siwardani (2015) Model pembelajaran ADDIE adalah model

pembelajaran yang dapat menumbuhkan kegairahan belajar peserta didik,

meningkatkan sikap ilmiah, motivasi belajar, keterampilan berpikir kritis,

kerjasama, saling belajar, keakraban, saling menghargai, dan partisipasi peserta

didik. Model pembelajaran ADDIE juga merupakan desain/model pembelajaran

yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan proses sains, bersifat

kooperatif, fleksibel, menyesuaikan dengan lingkungan belajar yang

berorientasikan pada struktur implementasi. Model ADDIE dapat dipadukan

dengan pendekatan inkuiri terbimbing, karena inkuiri terbimbing juga memilik

langkah-langkah didalam proses pembelajaran, yaitu merumuskan masalah,

mengumpulkan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan

data dan mengolah data, interpretasi hasil analisis dan pembahasan, menarik

kesimpulan. Pada kegiatan inkuiri terbimbing pada tahap merumuskan masalah

dilaksanakan pada langkah analyze, di mana pada langkah ini siswa terlebih

dahulu menganalisis masalah melalui kegiatan identifikasi masalah yang bersifat

kontekstual kemudian mentransformasi dalam bentuk rumusan masalah dan

membuat hipotesis sebagai jawaban sementara. Kegiatan melakukan induksi

dilakukan siswa untuk merancang (design) pemecahan masalah dalam bentuk

aktivitas ilmiah berupa eksperimen maupun diskusi dan mengembangkan

(development) rancangan tersebut berdasarkan informasi-informasi relevan yang

diperoleh baik dalam pemilihan alat, bahan, teknik pengumpulan data, dan analisis

data. Kegiatan memutuskan dilaksanakan pada saat siswa mengimplementasikan

(implementation) rancangan yang telah dikembangkan dalam bentuk pembahasan

dan kesimpulan terkait eskperimen yang telah dilakukan sebagai bentuk inkuiri.

Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada akhir kegiatan di mana siswa mengevaluasi

(evaluate) teori dan fakta berdasakan hasil kegiatan. Model ADDIE tidak hanya

meningkatkan ranah kognitif saja, tetapi juga meningkatkan ranah afektif dan

psikomotorik siswa. Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai

motivator, fasilitator, mediator, dan evaluator.

Model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing dapat

diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. Adapun sintaks pembelajarannya

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kegiatan pembelajaran

Tahapan Inkuiri

Terbimbing Tahapan ADDIE

Deskripsi Kegiatan

Pembelajaran

Pengamatan Analisis Siswa (berkelompok)

mengamati benda berupa

kardus yang berbentuk

bangun ruang sisi datar

yaitu kubus dan balok

Perumusan masalah

dan perumusan

hipotesis

Siswa (berkelompok)

kemudian menganalisis apa

yang ditemukan dari kardus

yang berbentuk kubus dan

balok tersebut

desain Menganalisis pertanyaan-

pertanyaan yang ditemukan

Tahapan Inkuiri

Terbimbing Tahapan ADDIE

Deskripsi Kegiatan

Pembelajaran

terkait kardus yang

berbentuk kubus dan balok

tesebut

Pengumpulan data Pengembangan Siswa mencari dan

mengumpulkan data untuk

menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ada

dengan bertukar pendapat

dengan siswa

lain/kelompok lain

Implementasi Siswa dengan

kelompoknya mencoba

menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ada

berdasarkan informasi data

yang didapat

Siswa bersama kelomoknya

kemudian

mempresentasikan hasil

pengamatan kelompok dan

kelompok lain memberi

tangggapan terhadap apa

yang dipresentasikan

Merumuskan

kesimpulan

Guru dan siswa

menyimpulkan hasil

pengamatan terkait materi

yang dipelajari

Evaluasi Siswa diberikan soal terkait

Tahapan Inkuiri

Terbimbing Tahapan ADDIE

Deskripsi Kegiatan

Pembelajaran

materi yang telah dipelajari

2.1.4 Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 3) hasil belajar adalah hasil

dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Proses belajar

bukan hal yang dialami oleh siswa, suatu respon terhadap segala cara

pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Sedangkan Abdurahman dalam

Jihad (2013: 14) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku

yang relatif menetap.

Sudjana (2003: 3) mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan

yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang

dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan karena

kebetulan. Tingkat pencapaian hasil belajar disebut dengan hasil belajar hasil

belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, untuk

mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa

dalam suatu pokok bahasan biasanya mengadakan tes hasil belajar. Hasil

belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti

suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran.

Dengan demikian hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti

keberhasilan proses belajar mengajar yang dilami siswa dalam pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai. Hasi belajar tidak semata-mata di dapat oleh

seseorang, tetapi hasil belajar didapat setelah seseorang mengikuti proses

belajar serta tes hasil belajar. Menurut Purwanto (2011:46) mendefinisikan

hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan

perilaku disebabkan dia mencapai penguasaan sejumlah bahan yang diberikan

dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan hasil belajar

dapat berupa perubahan dalam sapek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Bloom dalam Uno (2012 : 149) Ranah kognitif adalah ranah

yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang

berawal dari tingket pengetahuan sampai ke tingkat evaluasi.

Menurut Supriahiningrum (2013 : 41) ranah afektif adalah kemampuan

yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Menurut Uno

dalam Supriahtiningrum (2013: 41) ada lima tingkatan afeksi dari yang paling

sederhana ke yang kompleks yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi,

berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.

Menurut Suprihatiningrum (2013: 45) ranah psikomotorik mencakup

tujuan yang berkaitan dengan keterampialn yang bersifat manual atau motorik.

Domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan, urutan dari yang paling

sederhana ke yang paling kompleks, yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu

kegiatan, maknisme, respon tebimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.

Luitzen Egburtus jam Brower dalam Uno ( 2012 : 127) mengatakan

matematika adalah sama dengan bagaikan eksakta dari pemikiran manusia.

Ketepatan dalil-dalil matematika terletak pada akal manusia (human intellect).

Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,

berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-

unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konduksi, generalitas dan individualitas

serta mempunyai cabang-cabang antara aritmetika, aljabar, geometri, dan

analisis.

Dari berbagai pendapat diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar

matematika siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa

dalam proses pembelajaran matematika. Dalam hal ini keberhasilan yang

dimaksud adalah bagaimana peserta didik dapat memahami dan mempelajari

pola, bentuk dan struktur melalui penalaran yang logis. Untuk mengoptimalkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran.

Hasil belajar matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar

matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perilaku atau

pembelajaran yang dilakukan siswa atau dengan kata lain hasil belajar siswa pada

mata pelajaran matematika merupakan apa yang di peroleh siswa dari proses

belajar matematika. Dalam penelitian ini Yang diukur dari hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika adalah dilihat dari ketiga ranah yaitu ranah

kognitif,afektif dan psikomotorik.

Menurut Bloom dalam Uno (201 :149) Ranah kognitif adalah ranah

yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang

berawal dari tingket pengetahuan sampai ke tingkat evaluasi. Sedangkan ranah

afektif menurut Suprihatiningrum (2013:41) ranah afektif adalah kemampuan

yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ranah psikomotorik

Menurut Suprihatiningrum (2013:45) mencakup tujuan yang berkaitan dengan

keterampialn yang bersifat manual atau motorik. Domain ini juga mempunyai

berbagai tingkatan, urutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks,

yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, maknisme, respon tebimbing,

kemahiran, adaptasi, dan organisasi.

2. Aspek Hasil Belajar

Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:206), domain kognitif dan

afektif adalah sebagai berikut:

a) Domain kognitif

1. Pengetahuan hafalan (knowedge) ialah tingkat kemampuan untuk

mengenal atau mengetahui adanya respon, fakta , atau istilah-istilah tanpa

harus mengerti, atau dapat menilai dan menggunakannya

2. Pemahaman adalah kemampuan memahami arti konsep, situasi serta fakta

yang diketahuinya. Pemahaman dibedakan menajdi 3 kategori:

pemahaman terjemahan,

pemahaman penafsiran,

pemahaman eksplorasi.

3. Aplikasi atau penerapan adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkrit

yang dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis.

4. Analisis adalah kemampuan menguraikan suatu intregasi atau situasi

tertentu kedalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya.

5. Sintesis yaitu penyatuan unsure-unsur atau bagian –bagian kedalan suatu

bentuk menyeluruh.

6. Evaluasi adalah membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan,

konsep, situasi, dan lain sebagainya.

b) Domain afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai sebagai hasil belaja, ranah afektif terdiri

dari :

1. Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa

perhatian terhadap stimulus secara pasif yang meningkat secara lebih

aktif.

2. Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulus dan

merasa terikat serta secara aktif memperhatikan.

3. Menilai, merupakan kemampuan menilaingejala atau kegiatan sehingga

dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencapai jalan bagaimana

dapat mengambil bagian atas yang terjadi.

4. Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu system

nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya.

5. Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan

masing-masing nilai pada waktu merespon, dengan jalan mengidentifikasi

karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.

c) Domain psikomotorik

Ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi

benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan

antara lain:

1. Gerakan tubug, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang mencolok.

2. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan keterampilan yang

berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan

biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga dan badan.

3. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan mengadakan

komunikasi tanpa kata.

4. Kemampuan berbicara, merupakan yang berhubungan dengan komunikasi

secara lisan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Djamarah (2002:142) didalam proses belajar mengajar itu ikut

berpengaruh sejumlah factor lingkungan, yang merupakan masukan dari

lingkungan dan sejumlah factor instrumental yang dengan sengaja dirancang dan

dimanipulasikan guna menunjang tercapaianya keluaran yang dikehendaki.

Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yakni:

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Selama hidup anak

didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan l;ingkungan

sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi

dalam mengisi kehidupan anak didik.Keduanya mempunyai pengaruh cukup

signifikan terhadap belajar anak didik disekolah. Oleh karena itu kedua

lingkungan ini akan dibahas satu demi satu dalam uraian berikut :

1. Lingkungan Alami

Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi peserta

didikyang hidup didalamnya salah satunya udara yang tercemar, oleh

karena itu keadaan suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap

belajar peserta didik disekolah. Belajar dengan keadaan udara yang segar

akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang

pengap.

2. Lingkungan Sosial Budaya

Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa lepaskan diri dari

ikatan sosial.System sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik

untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukumk yang berlaku

dalam masyarakat.Demikian juga halnya disekolah, ketika anak didik

berada disekolah, maka dia berada dalam system sosial

disekolah.Peraturan dan tata tertib sekolah harus anak didik taati.

Pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan sanksi sesuai

dengan jenis berat ringannya pelanggaran. Lahirnya peraturan sekolah

bertujuan untuk mengatur dan membentuk perilaku anak didik yang

menunjang keberhasilan belajar disekolah. Djamarah (2002:145)

b. Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, program sekolah dapat

dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar mengajar.

Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar

berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik disekolah.

Adapun yang terdapat dalam faktor instrumental yakni:

1. Kurikulum : tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat

berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu

pertemuan kelas, sebelum guru programkan sebelumnya. Setiap guru

harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang

lebih rincidan jelas sasarannya.

2. Program : Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program

pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan.

Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung dari baik tidaknya program

pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan

potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, sarana dan prasarana.

3. Sarana dan fasilitas : Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.

Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang stretegis bagi

berlangsungnya kegiatan belajar mengjar disekolah. Salah satu

persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung

sekolah, yang didalamnya da ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang

dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium,

dan halam sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk memberikan

kemudahan pelayanan anak didik.

4. Guru : guru merupakan unsure manusiawi dalam pendidikan kehadiran

guru mutlak diperlukan didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi

guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar

disekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru saja sudah

merupakan masalah. mata pelajaran tertentu pasti kekosongan guru yang

dapat memegangnya. Itu berarti mata pelajarn itu tidak dapat diterima

anak didik, karena tidak ada guru yang memberikan pelajaran untuk mata

pelajaran itu. Djamarah (2002:151)

c. Kondisi Fisiologis

Pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuanj belajar seseorang.

Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlaianan belajarnya dari

orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi

ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan

gizi, mereka lekas lelah mudah ngantuk, dan sukar menerima pelajaran.

d. Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu semua

keadaan dan fungsi psikologis tertentu saja mempengaruhi belajar seseorang.

Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, maka dari itu minat,

kecerdasan,bakat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah

factor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak

didik. Demi jelasnya , kelima factor ini akan diuraikan satu demi satu.Yakni :

1. Minat : suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang

menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal

lainnya. Dapat pula dipartisipasikan dalam suatu aktivitas.

2. Kecerdasan : seorang ahli seperti Raden Cahaya Prabu berkeyakinan

bahwa perkembangan taraf intelegensi sangat pesat pada masa umur

balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi tidak

mengalami penurunan, yang menurun hanya penerapannya saja, terutama

setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka alat indranya mengalami

kerusakan.

3. Bakat : disamping intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan fakktor

yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang.

Hamper tidak ada orang yang membantah bahwa belajar pada bidang

yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha

itu. Akan tetapi banyak sekali hal-hal yang menghalangi untuk

terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap orang.

4. Motivasi : mengingat motivasi merupakan motor penggerak dalam

perbuatan, maka bila anak didik yang kurang memiliki motivasi intrinsic,

diperlukan dorongan dari luar, yaitu motivasi ekstrinsik agar anak didik

termotivasi untuk belajar. Disini diperlukan pemanfaatan bentuk-bentuk

motivasi secara akurat dan bijaksana. Penjabaran dan pembahasan lebih

mendalam tentang bentuk-bentuk motivasi dalam belajar. Djamarah

(2002:167)

2.1.5 Respon Siswa Terhadap Model pembelajaran

Menurut teori Thorndike (Djamarah, 2000: 25) belajar adalah proses

interaksi anatara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang

terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat

ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan

peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan atau gerakan.

Sama halnya belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon

antara aksi dan reaksi (Salvin, 2000: 35).

Menurut Rosita dalam Setianingsih (2009) kegiatan belajar mengajar dalam

suatu ruangan kelas akan ditemukan suatu reaksi yang berbeda terhadap berbagai

tugas dan materi pelajaran yang diberikan. Siswa akan memberikan respon yang

berbeda-beda terhadap kegiatan dan materi yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas, kedudukan respon dalam proses pembelajaranan

merupakan bagian yang sangat penting. Seorang guru yang menerapkan model

pembelajaran merupakan bagian dari stimulus yang yang diberikan pada saat

pembelajaran, sedangkan yang diperlukan selanjutnya adalah reaksi atau disebut

juga respon yang ditunjukkan oleh siswa terhadap proses pembelajaran. Disamping

itu, karena reaksi yang ditunjukan antar siswa akan berbeda-beda, maka guru perlu

melakukan klarifikasi mengenai reaksi atau respon siswa tersebut. Dalam hal ini,

peneliti menggunakan instrumen angket yang berupa pernyataan. Pernyataan ini

akan menunjukan bagaimana siswa menanggapi atau merespon stimulus yang

diberikan oleh guru.

Respons siswa dalam penelitian ini adalah tanggapan/pendapat siswa tentang

pembelajaran aktif dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE melalui

pendekatan inkuiri terbimbing. Respon siswa terhadap model pembelajaran diukur

pada ketertarikan terhadap pembelajaran, interaksi antar siswa dan guru pada saat

proses pembelajaran, merumuskan permasalahan dan hipotesis, mencari dan

menemukan serta merumuskan kesimpulan.

2.2 Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) dengan judul

Jurnalnya “Penerapan Model Pembelajaran Analysis Design development Implement

Evaluation untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kesala IV SD Negeri 3

Bengkel” Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Model Pembelajaran ADDIE

(Analysis Design Development Implement Evaluation) dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Bengkel pada tahun pelajaran 2013/2014. Nilai

rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 65,64 dengan

persentase rata-rata 65,64% yang tergolong pada kategori cukup dan ketuntasan belajar

sebesar 51,25%. Pada siklus II rata-rata meningkat menjadi 80,24 dengan persentase

rata-rata sebesar 80,24% yang berada dalam kategori baik dan ketuntasan belajar

sebesar 92,31%. Rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I

ke siklus II sebesar 11,04. Seiring dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa

persentase rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pun ikut meningkat. Peningkatan

persentase rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 15,60%, dan peningkatan

ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 40,06.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina Sofiani (2011) dengan Judul penelitiannya

“Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada

Konsep Listrik Dinamis” hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga sebesar 2,94 dan

sebesar 1,98. Hasil pengujian diperoleh menunjukan bahwa < . Dengan

demikian Ho di tolak dan Ha diterima taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok

eksperimen daengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap

hasil belajar siswa

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nurtyaningsari, Avis (2011) dengan Judul

penelitiannya “Penerapan Model Pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-

Development-Implementation-Evaluation) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar IPS Siswa Kelas IV A SDN Pendem 02 Kecamatan Junrejo Kota Batu”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas IV A mengalami

peningkatan nilai rata-rata yang cukup baik yaitu pada siklus I sebesar 68,4, pada

siklus II meningkat menjadi 86,43. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa

sebelum diberi tindakan sebesar 58, pada akhir siklus II meningkat sebesar 80,86.

Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE

(Analysis-Design-Development-Implementation-Evaluation) pada siklus II meningkat

sebesar 80,86. Untuk itu disarankan model pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-

Development-Implementation-Evaluation) digunakan pada mata pelajaran yang lain.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Wijana, Eka (2011) dengan Judul penelitiannya

“Penerapan Model Belajar Word Square untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran matematika(penelitian tindak kelas VIII-C SMP Al-Falah Karang wangi

Depok)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan prosentase pencapaian

ketuntasan belajar klasikal pada siklus I 73,3% dan siklus II 86,67% sedangkan

keaktifan klasikal pada siklus I 51,7% dan siklus II 66,67%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa menunjukan bahwa penerapan

Model Pembelajaran ADDIE untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus I ke siklus

II mengalami peningkatan sebesar 15,60%, Penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa

juga kesamaan pada Variabel X dan Y nya yaitu tentang model ADDIE dan Hasil

Belajar. Dari segi perbedaannya penulis menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing

serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlina Sofiani menunjukan bahwa

< . Dengan taraf kepercayaan 95% dengan demikian terdapat pengaruh

model inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar. Hasil penelitan diatas juga terdapat

kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu penelitiannya ingin

mengetahui pengaruh pendekatan inkuiri tebimbing terhadap hasil belajar,

perbedaannya penulis menggunkan model pemebalajaran ADDIE melalui pendekatan

serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Avis Nurtyaningsarimenunjukan bahwa

penerapan Model Pembelajaran ADDIE untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus I

ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,03 Hasil penelitan diatas terdapat

kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu Variabel X dan Y nya yaitu

tentang model ADDIE dan Hasil Belajar. perbedaannya yaitu variable Y dalam

penelitian tersebut tidak hanya hasil belajar saja melainkan dengan aktivitas belajarnya

serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka Wijana menunjukan bahwa penerapan

model model belajar word square untuk meningkatkan hasil belajar belajar pada siklus

I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,37% pada ketuntasan belajar,

sedangkan pada keaktifan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,97%.

Hasil penelitan diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis,

yaitu pada variable Y yaitu hasil belajar sedangkan untuk variabel X nya terdapat

perbedaan penelitian yang dilakukan Eka Wijana dan penulis, yaitu eka wijana

menggunkan model belajar word square sedangkan penulis menggunkan model

pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing.

Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model

Pembelajran ADDIE Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar”

layak dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-

penelitian yang telah dilakukan sebelumya.

2.3 Kerangka Berfikir

Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang

sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan

sebelum belajar. Kegiatan pembelajaran matematika merupakan proses yang

mengarahkan siswa untuk belajar sehingga pada diri siswa terjadi perubahan tingkah

laku baik dalam hal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan akan sesuatu serta

kritis dalam berfikir.

Keberhasilan pembelajaran didukung oleh beberapa faktor, faktor tesebut bisa

berasal dari dalam ataupun luar peserta didik, salah satu factor pendukung tersebut

berasal dari seorang pendidik. Pendidik harus mampu melakukan manajemen

pembelajaran secara efektif dan efisien. Kemempuan guru memilih strategi pembelajaran

ini harus disesuaikan dengan karakter siswa yang ada. Model pembelajaran ADDIE

melalui pendekatan inkuiri terbimbing adalah model yang memiliki lima tahapan yaitu,

analisys, design, development, implementation, evaluation.

Pada tahap analisys siswa diajak mengamati benda disekitar dan dirangsang untuk

menganalisis apa yang ditemukan dari benda tersebut sehingga pada tahap ini siswa

didorong untuk berfikir kritis. Kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian hasil belajar

ranah kognitif. Pada tahap design siswa menganalisis pertanyaan yang ditemukan pada

tahap analisys, kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian hasil belajar pada ranah

kognitif. Pada tahap development siswa mencari dan menaumpulkan data dan bertukar

pendapat untuk menjawab pertanyaan yang ada pada tahap design, hal ini menunjukaan

bahwa siswa mampu merespon apa yang ada didalam proses pembelajaran sehingga

kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian ranah afektif. Pada tahap implementation

siswa mencoba menjawab pertanyaan dari informasi yang didapat pada saat kegiatan

development dan mempresentasikan hasil dari jawaban pertanyaan tersebut, sehingga

pada kegiatan implementation ini siswa memiliki kemampuan berbicara yang merupakan

bagian dari penilaian hasil belajar ranah psikomotorik. Tahap terkhir dalam model

pembelajaran ADDIE yaitu evaluation pada tahap ini siswa dan guru menyimpulkan apa

yang pada tahap implementation di presentasikan oleh siswa dan pada tahap ini juga

siswa di berikan soal untuk menevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, sehinnga

kegiatan ini merupakan bagian darai penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan uraian diatas mengenai model pembelajaran ADDIE melalui

pendekatan inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran

Keterangan :

X = Model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing

(variabel bebas)

Y = Hasil belajar Matematika (variabel terikat)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, kerangka berfikir yang telah diuraikan

sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini :

Ho : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan

inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar matematika.

Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri

terbimbing terhadap hasil belajar matematika.

MODEL

ADDIE

PENDEKATA

N INKUIRI

TERBIMBING

1. Analysis

2. Design

3. Development

4. Imlemetation

5. Evaluation

a) Pengamatan

b) Perumusan

Masalah

c) Perumusan

Hipotesis

d) Pengumpulan

Data

e) Merumuskan

Kesimpulan

HASIL

BELAJAR

Kognitif

Psikomotorik

Afektif