bab ii kerangka teoretik a. kajian pustaka 1. media massadigilib.uinsby.ac.id/7579/2/bab 2.pdf ·...

25
BAB II KERANGKA TEORETIK A. Kajian Pustaka 1. Media Massa a. Pengertian Media Massa Media massa merupakan alat Bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana adalah suatu alat transmisi informasi seperti koran, majalah, buku, film, radio dan televisi atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media. 1 Merujuk pada penjelasan mengenai media komunikasi massa adalah media komunikasi massa yang merupakan produk dari pers yang menyajikan berbagai informasi kepada masyarakat mengenai fenomena-fenomena atau gejalah-gejalah sosial yang terjadi ditengah- tengah kehidupan masyarakat.. 2 Proses penyampaian pesan antara manusia yang didasarkan pers Islam maupun media pers umum. Karena peran tersebut terkait dengan visi dan misi serta kewajiban agama Islam serta profesi yang merekat pada dirinya. Berhadapan 1 Asep Saepul Muhtadi, Jurnalistik Prndekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hal.173 2 Totok djuroto, Menejemen Penerbitan Pers,, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hal 4 9

Upload: dinhdan

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Kajian Pustaka

1. Media Massa

a. Pengertian Media Massa

Media massa merupakan alat Bantu utama dalam proses

komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana

adalah suatu alat transmisi informasi seperti koran, majalah, buku,

film, radio dan televisi atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk

media.1

Merujuk pada penjelasan mengenai media komunikasi massa

adalah media komunikasi massa yang merupakan produk dari pers

yang menyajikan berbagai informasi kepada masyarakat mengenai

fenomena-fenomena atau gejalah-gejalah sosial yang terjadi ditengah-

tengah kehidupan masyarakat..2 Proses penyampaian pesan antara

manusia yang didasarkan pers Islam maupun media pers umum.

Karena peran tersebut terkait dengan visi dan misi serta kewajiban

agama Islam serta profesi yang merekat pada dirinya. Berhadapan

1 Asep Saepul Muhtadi, Jurnalistik Prndekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 1999) hal.173 2 Totok djuroto, Menejemen Penerbitan Pers,, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hal

4

9

10

dengan kondisi faktual keterbelakangan umat Islam dalam penguasaan

informasi dan ilmu pengetahuan secara teknologi.3

Secara umum fungsi media massa yaitu mensyiarkan informasi,

mendidik, menghibur. Untuk memainkan fungsinya media massa cetak

memiliki strategi komunikasi pendekatan yang berbeda dengan media

massa elektronik. Karena penyususnan pesan-pesan yang akan

disampaikan kepada khalayak.4

Merujuk pada penjelasan mengenai media massa, pers dan

komunikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa media massa adalah

media komunikasi massa yang merupakan produk dari pers yang

menyajikan berbagai informasi kepada masyrakat mengenai fenomena-

fenomena atau gejala-gejala sosial yang terjadi di tengah-tengah

kehidupan masyarakat sendiri, baik yang menyangkut masalah sosial,

ekonomi, budaya, politik maupun berbagai sektor kehidupan

masyarakat lainnya. Sedangkan pers merupakan sebutan atau nama

dari lembaga yang memproduksi media massa. Selanjutnya media

massa dan pers merupakan media (perantara) terjadinya proses

komunikasi massa. Jadi meskipun secara arti termitologi

(istilah)tersebut mempunyai perbedaan yang cukup mendasar, tetapi

pada hakikatnya ketiga istilah itu merupakan suatu kesatuan yang

saling terkait. Sehingga tidak heran apabila terdapat literature yang

mengkaji salah satu istilah tersebut, baik media massa, pers, maupun

3 Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 65-66.

4 Muhatadi, Jurnalistik…, hal.82.

11

komunikasi massa. Karena sering dalam pembahasannya senantiasa

mengikut sertakan kedua istilah yang lainnya.

b. Misi Media Massa

Kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari adanya

fenomena-fenomena atau sosial yang senantiasa melingkupinya. Gejala

sosial atau fenomena sosial tersebut meliputi berbagai sendi

kehiddupan, seperti sendi ekonomi, budaya, kesehatan, pendidikan

amaupun politik. Guna mengekspos atau mengover informasi yang

berkaitan dengan barbagai dinamika kehidupan masyarakat tersebut,

maka media massa sebagai salah satu media yang cukup efektif dalam

upaya mendidik, mengarahkan, membentuk pola kepribadian dan cara

pandang masyarakat dalam menyikapi fenomena yang terjadi dalam

lingkungan sosialnya maupun memberikan ideal, yakni terciptanya

ketenangan, kesusahan, pencerahan dan berbagai implikasi positif

lainnya.

Media massa terkait erat dengan misi pers sebagai sebuah

institusi yang memprodulsi keberadaannya, dengan kata lain misi

media massa senantiasa sejalan dengan misi pers. Karena produk dari

pers yang bergerak dibidang pengumpulan dan penyebaran informasi

media massa dituntut senantiasa tampil dalam upaya mencerdaskan

masyarakat, menegakkan keadilan dan memberantas kebatilan. Selama

melaksanakan tugasnya, pers terkait erat dengan tata nilai sosial yang

berlaku dalam masyarakat.

12

Dalam kehidupan sosial, masyarakat mempunyai hak untuk

mengetahui segala hal yang berkaitan dengan hajat hidup mereka.5

Untuk itulah media massa sebagai produk dari pers senantiasa

memainkan peranan yang sangat signifikan dalm kancah kehidupan

manusia di muka bumi ini dengan barusaha menyajikan berbagai

informasi yang positif dengan landasan sifat pers yang telah di sepakati

dan ditetapkan bersama.

c. Majalah Sebagai Media Massa

Majalah merupakan media massa yang dipakai untuk

menyalurkan dan memperlancar dan sampailah pesan komunikasi

kepada komunikasi khalayak dan majalah termasuk penerbitan berkala

yang menggunakan kertas sampul, memuat bermacam-macam teladan

yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto.6

Dalam hal ini, media cetak majalah sebagai jembatan

komunikasi yang mampu menerjemahkan pesan komunikasi yang

dimaksud komunikator kedalam pesan komunikasi yang bisa dipahami

komunikannya. Islam dalam menyebarkan agamanya (berdakwah),

juga membutuhkan media massa yang dipakai masyarakat Islam.

Untuk itu, yang menjadi ciri khas dari media massa Islam dan

membedakan dengan media massa lainnya adalah media massa Islam

berkarakteristik religius (Islami), berorientasi, berwawasan, berpijak

dan bernafaskan ajaran agama Islam. Sebagai massa religius (Islami),

5 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers ( Bandung :Remaja Rosdakarya,2002)hal.8 6 Kurniawan Djunaedi, Ensiklopedi Pers Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1999) hal.154

13

niscaya media massa Islam memegang peranan penting dalam

kehidupan beragam, bermasyarakat terutama masyarakat Islam.7

Majalah adalah suatu majalah penerbitan berkala yang

menyajikan liputan jurnalistik dan artikel berisi informasi dan opini

yang membahas berbagi aspek kehidupan.8 Kurnia Junaedhie dalam

bukunya “rahasia dapur majalah Indonesia” memberikan batasan

pengertian bahwa yang disebut majalah adalah:

1. Media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan yang tebit setiap

hari.

2. Media cetak itu bersampul, setidak-tidaknya punya wajah dan

dirancang secara khusus.

3. Media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah

halaman.

4. Madia cetak itu, harus berformat tabloid atau saku atau formal

konvensional sebagai format majalah yang kita kenal selama ini.

Sedangkan Totok Djuroto memberikan definisi majalah yaitu:

kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan lain sebagainya yang dicetak

dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio, dijilid dalam bentuk

buku, majalah biasanya terbit teratur seminggu sekali, dua minggu

sekali, ataus satu bulan sekali.9

7 Rusdi Hamka dan Rofiah, Islam dan Era Reformasi, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989),

hal.41 8 Kurniawan Junaedie, Rahasia Dapur Majalah Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka,

1955), hal. Xiii. 9 Kurniawan Junaedie, Rahasia Dapur Majalah Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka,

1995), h. xiii

14

2. Dakwah

a. Pengetian Dakwah

Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu do’a,

yad’u, da’wan, du’a yang artinya sebagai mengajak, menyeruhkan,

memanggi, seruan, permohonan dan permintaan.

Istilah dakwah dalam al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il

maupun mashdar lebih dari seratus kata. Al-Qur’an menggunakan kata

dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai resiko masing-

masing pilihan diantaranya:

1. Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Musyidin mengatakan

dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan

mengikuti petunjuk (agama) menyeru merekakepada kebaikan dan

mencegah mereka dari perbuatan mungkar agama memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “Al-Dakwah Ila al

Ishiah” mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang

agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan

amar ma’ruf nahi mungkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan

dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.10

Dalam Islam, dakwah merupakan aspek yang sangat penting

dan memiliki nilai yang sangat tinggi, bahkan menjadi indicator

tingkat kualitas umat Islam, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an,

surat Ali Imran, ayat 110 :

10 Muhammad Munir dan Wahyu ILahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmad Semesta,

2006), hal. 12-21

15

⌧ ☺

kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.11

Ayat di atas dipahami bahwa spirit berdakwah merupakan

barometer bagi tingkat kualitas, hakekat dan martabat umat Islam.

Umat Islam akan memiliki kualitas dan kewibawaan di mata umat-

umat yang lain di muka bumi manakala mereka memiiki spirit untuk

berdakwah dengan landasan al-quran dan sunnah dengan konsisten dan

benar, dengan adanya tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali

fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya

mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran agama Islam

sehingga menjadi orang baik dan menjadikan orang baik itu berarti

menyelamatkan orang itu dari kesesatan, kebodohan, kemiskinan, dan

keterbelakangan.12

b. Pesan-Pesan Dakwah

11 Subandji, Departemen Agama RI, Al-Qur'qn dan Terjemahanya (Surabaya:CV.Karya

Utama,2000), hal.94 12 Andy Darmawan, Metodologi Ilmu Dakwah (Yogyakarta:Lespi, 2002), hal.8

16

Pesan-pesan (message) dari pada komunikasi ini secara khas

mengenai risalah-risalah Allah ini, Moh. Natsir membaginya dalam

tiga bagian pokok, yaitu:

1. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliq-nya, hablum

minallah atau mua'amallah ma'al khaliq.

2. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesame manusia

hamlumminan-nas atau mua'mallah ma'al khalqi.

3. Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu, dan

mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan berjalin.

Apa yang disampaikan oleh Moh. Natsir itu sebenarnya adalah

termasuk dalam tujuan dari pada komunikasi dakwah dimana pesan-

pesan dakwah hendaknya mencapai sasaran utama dari kesempurnaan

antara manusia (khalqi) dengan penciptanya (khaliq) dan mengatur

keseimbangan diantara dua hubungan tersebut (tawazun).13

Pesan-pesan dakwah juga meliputi hampir semua bidang kehidupan

antara lain:

1. Jenis Pesan Dakwah

Dalam ilmu komunikasi pesan dakwah adalah massage,

yaitu simbol-simbol dalam literature berbahasa Arab, pesan

dakwah disebut maudlu’ al-da’wah (موضوع الدعوة). Istilah ini

lebih tepat dibanding dengan istilah-istilah materi dakwah yang

diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi maaddah al-da’wah

13 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 42-43

17

Sebutan yang terakhir ini bsia menimbulkan .(مادة الدعوة)

kesalah pahaman sebagai logistik dakwah. Pesan dakwah

dipandang lebih tepat untuk menjelaskan, istilah dakwah berupa

kata, gambar, lukisan dan sebagai mana yang diharapkan dapat

memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku

mitra dakwah. Jika dakwah melalui tulisan umpamanya, maka

yang ditulis itulah pesan dakwah. Jika dakwah melalui lisan, maka

yang diucapkan pembicara itulah pesan dakwah. Jika dakwah

melalui tindakan, maka perbuatan baik yang dilakukan itulah pesan

dakwah.

Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai

pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya,

yaitu al-Qur’an dan hadits.14 Pesan utama (Al-Qur’an dan Hadits)

yang mana kedua sumber utama ajaran-ajaran Islam. Oleh karena

itu materi dakwah Islam tidak dapat terlepas dari dua sumber

tersebut, bahkan bila tidak berstandar dari keduanya (Al-Qur’an

dan Hadits) seluruh aktivitas dakwah akan siah-siah dan dilarang

oleh syari’at Islam,15 dalam beberapa hal sebagai berikut:

a. Ayat-Ayat Al-Qur’an

1. Penulisan atau pengucapan ayat al-Qur’an harus benar.

Kekurangan satu huruf saja atau kesalahan tanda baca

14 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Prenada Media Group), hal. 319 15 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas), hal. 63

18

(syaki) dapat mengubah makna ayat al-Qur’an. Begitu pula,

pengucapan yang tidak sesuai dengan pedoman

pengucapannya (tajwid) akan dapat merusak maknanya.

Dari sini pendakwah wajib belajar ilmu tajwid.

2. Penulisan atua pengucapan ayat al-Qur’an sebaiknya

disertai terjemahannya. Hal ini dimaksudkan agar mitra

dakwah dapat memahami arti ayat al-Qur’an. Bagi

pendakwah yang mampu menerjemahkanny asendiri

dengan baik, ia lebih baik menggunakan terjemahannya.

Jika ia tidak mampu, maka ia harus memilih terjemahan

dari sumber yang terpercaya serta menulis atau mengatakan

sumber tersebut. Jika memungkinkan, sebaiknya

pendakwah menulis atau mengucapkan ayat al-Qur’an

sesuai teks aslinya, tidak menuliskan terjemahan saja.

3. Sebaiknya ayat ditulis pada lembaran yang tidak mudah

diletakkan pada tempat yang kotor atau mudah terinjak.

Begitu pula, pengucapan ayat al-Qur’an sebaiknya

dilakukan dalam keadaan berwudlu (suci dari hadas). Ayat

al-Qur’an adalah suci dan mulia. Dengan cara tersebut kita

memuliakannya.

b. Hadits Nabi SAW

1. Penulis atau pengucapan hadits harus benar-kesalahannya

dapat menimbulkan perubahan makna. Namun, kesalahan

19

ini tidak lebih berat disbanding dengan kesalahan penulisan

atau pengucapan ayat al-Qur’an. Untuk mengucapkan

redaksi (matan) hadits, aturan ilmu tajwid tidak seketar

seperti pembacaan al-Qur’an.

2. Penulisan atau pengucapan mantan hadits sebaiknya

disertai terjemahannya, agar pengertiannya dapat dipahami

oleh mitra dakwah. Dalam terjemahan harus dapat

membedakan antara matan hadits dan cerita perawinya.

Bentuk kalimat langsung lebih sering terungkap dalam

matan hadits, dengan terjemahannya yang benar, mitra

dakwah dapat merasakan kehadiran nabi SAW, serta

membayangkan peristiwa yang ada di sekitar nabi SAW,

sertra membayangkan peristiwa yang ada di sekitar nabi

SAW. Jika hadits tidak disebut dan hanya terjemahnya saja,

maka hal itu tidak menjadi persoalan. Tidak sedikit hadits

yang diriwayatkan makanya saja, sementara matan

merupakan redaksi perawi.

c. Pendapat Para Sahabat Nabi SAW

Periode kedua sejarah perkembangan hadits pada masa

sahabat, khususnya khulafa Ar-Rosyidin (Abu Bakar, Umar bin

Khaththab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Karena

pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada

pemeliharaan dan penyebaran al-Qur’an, periwayatan hadits

20

belum begitu berkembang dan masih dibatasi. Oleh karena itu,

para ulama menganggap masalah ini sebagai masa yang

menunjukkan adanya pembatasan periwayatan (At-Tasabbut

wa al-Ilalah min ar-Riwayah).16

Orang yang hidup selama dengan Nabi SAW, pernah

bertemu dan beriman kepadanya adalah sahabat nabi SAW,

pendapat sahabat nabi SAW memiliki nilai tinggi, karena

kedekatan mereka dengan nabi SAW dan proses belajarnya

yang langsung dari beliau. Termasuk sahabat senior (kibar al-

shababah) dan sahabat yunior (shighar al-Shahabah) sahabat

senior diukur dari waktu masuk Islam, perjuangan, dan

kedekatannya dengan Nabi SAW, hamper semua perkataan

sahabat dalam kitab-kitab hadits berasal dari sahabat senior.

Sama dengan kutipan-kutipan sebelumnya, dalam mengutip

pendapat sahabat juga harus mengikuti etika sebagai berikut:

1. Tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits

2. Menyebutkan nama sahabat yang dikutip

3. Menyebutkan sumber rujukan.

4. Membaca do’a dengan kata radliyaliahu ‘anhu’ anha atau

menulis dengan singkatan ra di belakang nama sahabat.

d. Pendapat Para Ulama

16 Mudasir, Ilmu Hadits (Bandung: Pustaka Setia, 1987), hal. 95

21

Pendapat ulama apapun isi dan kualitasnya harus

dihargai, karena ia dihasilkan dari pemikiran yang mendalam

berdasarkan sumber utama hukum Islam serta telah

mendiskusikannya dengan pendapat ulama-ulama yang telah

ada. Ini yang membedakan dengan pendapat ulama-ulama yang

telah ada. Pendapat pera ulama dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu pendapat yang telah disepakati (al-muttafaa

‘alaih) dan pendapat yang masih diperselisihkan (al-mukhtalaf

fih). Tentu saja, macam pendapat yang pertama lebih tinggi

nilainya dari pada yang kedua. Yaitu yang telah disepakati.

Apalagi terhadap pendapat yang masih diperselisihakan.

Misalnya, kepentingan politik tertentu mendorong seseorang

untuk menolak semua pendapat ulama yang tidak sejalan

dengannya. Terhadap pendapat ulama yang tampaknya

berseberangan, kita dapat mencoba melakukan kompromi (al-

jam’u) atau memilih yang lebih kuat argumentasinya (al-tarjih)

atau memilih yang paling baik nilai manfaatnya (mashlahah).

2. Tema-Tema Pesan Dakwah

Untuk memulai uraian sub bab ini, kisah unik kiai Abdul

Rasaq Makmum yang diutarakan oleh KH. Abdurrahman Wahid

sebagai berikut:

“Kiai Abdul Razaq Makmum adalah profil tersendiri

diantara “barisan kiai” di kalangan kaum Betawi. Kalau para kiai

22

selain getol melancarkan serangan gencar kepada hal-hal yang

modern, kiai dari golongan tegal parang ini justru memakai

pendekatan serba ringan. Kalau kiai lain menusukkan kata-kata

tajam, kiai Razaq justru tidak pernah menyinggung-yinggung

perbedaan agama, kalau para kiai lain sibuk mengutuk berbagai

penyimpangan dari ajaran agama, seperti kasus judi beberapa tahun

yang lalu, kiai Razaq justru jarang menyoroti soal-soal hangat

seperti itu. Tema pembicaraannya, walaupun di bumbui dengan

humor segar dan penuh dengan ‘dalil’ ayat al-Qur’an dan hadits

nabi, biasanya hanya berkisar pada pentingnya kerja menuntut

ilmu. Tema tunggal ini disampaikannya secara menetap selama

puluhan tahun”. (Abdurrahman Wajid, 1997: 31).

Dalam kisah di atas, pendakwah memilih tema pesan yang

sama dalam setiap dakwahnya, yaitu tema kesejukan dalam

beragama di tengah masyarakat Plural dan tema peningkatan

kualitas sumber daya manusia dengan bekerja keras mencari ilmu

pengetahuan. Tema yang pertama, yaitu kesejukan dalam

bermasyarakat dapat dihasilkan dari pemahaman ajaran Islam.

Oleh sebab itu, untuk kekayaan tema pesan dakwah, pendakwah

dituntut meningkatkan kualitas diri dengan tetap mencari ilmu di

tengah-tengah kesibukannya memberi ilmu kepada orang lain.

Berdasarkan temanya, pesan dakwah tidak berbeda dengan

pokok-pokok ajaran Islam. Banyak klasifikasi yang dianjurkan

23

para ulama dalam memetakan Islam. Endang Saifuddin Anshari

(1996: 71), membagi pokok-pokok ajaran Islam sebagai berikut:

a. Akidah, yang meliputi iman kepada kitab-kitab Allah,

imankepada rasul-rasul Allah, dan iman kepada qadla dan

qadar.

b. Syari’ah, yang meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah,

shalat, as-shaum, zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas (al-

qanum al-khas/ hukum perdata dan al-qanun al-am/ hukum

publik).

c. Akhlak, yang meliputi akhlak kepada al-Khaliq dan makhluq

(manusia dan non manusia).

3. Karakteristik Pesan Dakwah

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pesan dakwah terdiri

dari ajaran Islam yang disampaikan oleh rasulullah SAW, kepada

umatnya, baik termaktub dalam al-Qur’an maupun hadits. Untuk

memahami kedua sumber pesan dakwah tersebut, dibutuhkan

pengetahuan yang mendalam tentang metodologinya, antara lain:

ushul fikih, ilmu tafsir, ilmu hadits dan sebagainya. Pengetahuan

metodologi ini penting bagi pendakwah agar tidak terjadi

penyimpangan atau kekeliruan dalam menggali pesan dakwah.

Karakteristik pesan dakwah adalah universal, artinya

mencukupi semua bidang kehidupan dengan nilai-nilai mulia yang

diterima oleh semua manusia beradab. Ajaran Islam mengatur hal-

24

hal yang paling kecil dalam kehidupan manusia hingga hal yang

paling besar. Dari masalah pribadi dalam diri manusia hingga

masalah-masalah kemasyarakatan yang lebih luas.

Asep Muhidin (2002: 150-151) merumuskan lebih banyak

karakteristik pesan dakwah sebagai berikut:

1. Islam sebagai agama fitrah

2. Islam sebagai agama rasional dan pemikiran

3. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah, dan fiqiyyah

4. Islam sebagai agama argumentative (hujjah) dan demonstrative

(burhan)

5. Islam sebagai agama hati (qaib), kesadaran (wijdan), dan

nurani (dlamir)

6. Islam sebagai agama kebebasan (hurriyah) dan kemerdekaan

(istiglai)

Pesan dakwah yang memenuhi sejumlah karakteristik di

atas dapat semakin meneguhkan keimanan seorang muslim. Orang-

orang di luar Islam pun mengagumi butir-butir ajaran Islam

walaupun mereka tidak mengimaninya. Mereka jug akagum

bagaiamana kaum muslimin bersedia berkorban apa saja demi

keyakinan itu. Kehebatan agama Allah SWT, yang disajikan dalam

dakwah tidak akan berpengaruh secara maksimal jika salah dalam

memilih metode penyampaiannya. Dengan metode yang tepat,

sesuatu yang sulit bisa menjadi mudah, lawan bisa menjadi kawan,

25

dan yang semula dirasakan sebagai beban kewajiban menjadi

kenikmatan.17

3. Keluarga Sakinah Sebagai Pesan Dakwah

Keluarga merupakan batu bata dalam pembangunan bangsa. Satu

bangsa terdiri dari kumpulan beberapa keluarga. Bangunan rapuh apabila

batu batanya rapuh, demikian pula halnya, kuat bila segenap keluarga utuh

dan kuat. Oleh sebab itu, kewajiban sebagai pemimpin-pemimpin

masyarakat yang bertanggung jawab menumpahkan perhatian untuk

memperkuat keluarga.18

Karena keluarga merupakan unsur terkecil dalam sebuah

masyarakat, tapi memiliki peran terbesar dalam masyarakat tergantung

dari unsur-unsur harmonis diantara para anggota keluarga sangatlah besar

peranannya dalam menumbuhkan kebahagiaan dan kesuksesan para

anggota-anggota rumah yang merupakan surga dan tergantung isi rumah

bisa menjadi neraka, apabila hubungan suami-istri tidak harmonis.

Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang ditegakkan

menurut syari’at ajaran Islam dengan mengikuti prinsip-prinsip pernikahan

sesuai dengan Al-Qur’an dan pedoman sunnah Rosulullah saw. Di dalam

pernikahan bukan semata-mata mengikuti naluri dan memenuhi hasrat

birahi dua jenis manusia, tetapi pernikahan mengandung arti kesetiaan

kepada sunnah Rosulullah untuk menciptakan kehidupan umat manusia

yang tentram dan melahirkan keturunan yang hidup dibawah tanggung

17 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, hal. 317-340 18 Syeikh Mahmud Shalud, Akidah dan Syari’at Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1997),

hal.149.

26

jawab Ibu-Bapak yang beriman. Oleh karena itu, prinsip nikah menurut

syari’at Islam adalah sebagai berikut:19

a. Nikah adalah ibadah.

b. Nikah merupakan fitrah manusia.

c. Nikah harus dilakukan atas dasar suka sama suka.

d. Nikah harus dipermudah apabila syarat-syarat menurut ajaran Islam

sudah dipenuhi.

e. Monogami (dalam keadaan darurat boleh berpoligami).

Dengan kebahagiaan dalam kehidupan keluarga tentulah menjadi

salah satu tujuan yang ingin diperoleh mereka yang mendirikanya. Namun,

kenyataan tidaklah setiap cita-cita akan menjadi kenyataan, kadang sering

hanya menjadi buah impian dikala duduk sendiri. Dalam pencapaianya

diperlukan sejumlah pengetahuan, pengalaman, kesabaran dan keuletan

serta senantiasa memohon kehadirat Allah SWT, agar cita-cita dapat

menjadi kenyataan dalam kehidupan keluarga.

Di sepanjang jalan kehidupan berkeluarga sering pula kita jumpai

beberapa batu penghalang yang mungkin menghambat atau bahkan

meninggalkan kebahagiaan hidup dalam keluarga. Batu-batu penghalang

itu kadang-kadang besar dan sangat mengganggu, tetapi tidak jarang kecil

sangat runcing dan membahayakan bagi kelangsungan hidup sebuah

keluarga.20

19 Nana Rukmana, Menuju Kehidupan Islam, (Jakarta: Yayasan Bumi Cipta Sarana,

1993), hal. 33. 20 Hasan Basri, Merawat Cinta Kasih, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), hal. 55-56.

27

Membentuk keluarga bagi pria dan wanita adalah merupakan hal

yang lumrah, sehat dan mulia. Dalam kehiudpan manusia ada berbagai

maksud dan tujuan dalam membina keluarga. Ada yang bermaksud luhur

dan terpuji, memenuhi perintah Allah SWT Azza Wajalla, mendapatkan

keturunan yang sah, memperoleh ketenangan dan ketentraman,

melenyapkan kesepian ketika hidup sendirian dan berusaha

menghindarkan diri dari kemungkinan terjatuh dalam lembah dosa

(berzina).

Jika suami-istri memiliki kesadaran yang tinggi dalam

perkawinanya, maka mereka akan berusaha memecahkan berbagai

kesulitan, rintangan dan tantangan yang ada. Sebab setiap tujuan yang

ingin diraih, pasti memerlukan usaha dan ilmu pengetahuan agar semakin

dekat (nyata), bukan semakin jauh. Dalam rumah tangga erat kaitanhya

dengan kondisi interaksi masing-masing anggotanya, karena interaksi

sosial bakal berjalan lancar dan menyenangkan bila dasar-dasar keserasian

tersedia didalamnya.

Status ayah dan ibu dalam keluarga sangatlah penting, karena

dengan keserasian dan hubungan yang mesra dapat dijadikan pedoman

(arah) pencapaian tujuan perkawinan yang bakal dijalani oleh putra-

putrinya. Kehidupan yang serasi dalam keluarga merupakan hal yang

cukup menarik untuk diperhatikan dan dibina. Ia tidaklah ditentukan oleh

taraf pendidikan yang tinggi, latar belakang kebudayaan, minat,

kesenangan sama dan kekayaan keluarganya yang melimpah ruah.

28

Keserasian dalam kehidupan keluarga sangat erat hubunganya dengan

keadaan keyakinan dan ketaatan mengerjakan kewajiban-kewajiban

agama, semangat toleransi, sifat pemaaf, menerima kekurangan dan

kelebihan pihak lain.21

B. Kajian Teoretik

Merujuk pada kajian pustaka yang telah dijelaskan di atas, maka pada

kajian ini menjelaskan model kajian teoretik yang berfungsi sebagai penuntun

alur dalam penelitian ini, yaitu tentang "pesan dakwah dalam Majalah Darul

falah (analisis isi rubrik sakinah edisi 2 oktober 2008-5 januari 2009).

Dalam membangun model analisisnya Roger Fowler, Robert Hodge,

Gunther Kress, dan Tonny Trew (dan kawan-kawan) terutama mendasarkan

pada penjelasan Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan

strukutur bahasa ini menjadi dasar struktur tata bahasa itu menyediakan alat

untuk dikomunikasikan kepada khalayak. Apa yang dilakukan oleh Fowler

dan kawan-kawan, adalah meletakan tata bahasa dan praktik pemakainya

tersebut untuk mengetahui praktik ideologi. Berikut akan diuraikan beberapa

elemen yang dipelajari oleh Fowler dan kawan-kawan, antara lain :

a. Kosakata

Bahasa sebagai sistem klasifikasi. Bahasa menggambarkan

bagaimana realitas dunia dilihat, memberi kemungkinan seseorang untuk

mengontrol dan mengatur pengalaman pada realita sosial.

21 Hasan Basri,merawat cinta kasih….hal 155-157.

29

b. Tata Bahasa

Roger Fowler dan kawan-kawan, memandang bahasa sebagai satu

set kategori dan proses, kategori yang penting disebut sebagai "Model"

yang menggambarkan hubungan antara obyek dengan peristiwa.

c. Kerangka Analisis

Bahasa yang dipakai oleh media bukanlah sesuatu yang netral,

tetapi mempunyai aspek atau nilai ideologi tertentu. Permasalahan

pentingnya disini adalah bagaimana realitas itu dibahasakan oleh media.

Realitas itu bisa berarti bagaimana peristiwa dan aktor-aktor yang terlibat

dalam peristiwa itu direpresentasikan dalam pemberitaan melalui bahasa

yang dipakai. Bahasa sebagai representasi dari realitas tersebut bisa jadi

berubah dan berbeda sama sekali dibandingkan dengan realitas yang

sesungguhnya.

Ada dua hal yang bisa diperhatikan. Pertama, pada level kata.

Bagaimana peristiwa dan aktor-aktor yang terlibat dalam peristiwa tersebut

hendak dibahasakan. Kedua, pada level susunan kata, atau kalimat. Bagaimana

kata-kata disusun ke dalam betuk kalimat tertentu dimengerti dan dipahami

bukan semata sebagai persoalan tekstis, tetapi praktik bahasa.

Disini dimaksudkan menetukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi

sangat relevan dengan persoalan atau isi yang sedang dicari dan kemudian

memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan adanya ketekunan

pengamatan, maka akan disesuaikan dengan masalah yang diteliti.

30

Melihat kerangka ini Roger Fowler dan kawan-kawan, ingin

menggambarkan teks berita dalam rangkaian bagaimana ia ditampilkan dalam

bahasa. Dan bagaimana bahasa yang digunakan itu membawa konsekuensi

tertentu ketika diterima oleh khalayak. Oleh karena itu, harus diperhatikan

konteks sejarah teks, bahasa dipahami sebagai perangkat sistem abstrak

menuju interaksi antara bahasa dan konteks dari prespektif kesejarahan

tersebut. Setiap bahasa, kosa kata, kalimat, tata bahasa dipahami dan dikritisi

kehadiran yang disesuaikan dengan konteks dimana teks itu hadir.

Berdasarkan kajian teoritik di atas, dapat dijelaskan bahwa dengan

melakukan analisis isi terhadap majalah darul falah khususnya rubrik

"sakinah", dapat diketahui apakah pesan-pesan komunikasi yang terdapat

dalam kolom rubrik " Sakinah" tersebut mengandung pesan-pesan dakwah.22

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dari hasil pengamatan penelitia, telah cukup banyak hasil penelitian

(dalam bentuk skripsi) yang memfokuskan kajiannya pada upaya melakukan

analisis isi (content analysis) terhadap pesan-pesan komunikasi, baik yang

terdapat dalam majalah maupun surat kabar. Namun diantara beragamnya

hasil penelitian tersebut, tidak ada satupun yang mengkaji mengenai "analisis

isi Rubrik Sakinah di Majalah Darul Falah Edisi 2 Oktober 2008 – 5 Januari

2009". Oleh sebab itu, peneliti ini sengaja dilakukan untuk menambah

"koleksi" berdasarkan hasil-hasil penelitian yang terkait erat dengan upaya

22 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2003),

h.164-166

31

melakukan analisis isi terhadap pesan-pesan komunikasi tersebut, khususnya

penelitian dalam media cetak yang pernah disusun oleh beberapa penelitian

sebelumnya antara lain:

1. Peneliti yang pernah dilakukan oleh Sujarwo, mahasiswa Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, ia mengangkat sebuah judul tentang

"Analisis isi Rubrik Dialog Muallaf Tabloid Nurani Edisi 125-130".

Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif. Dia berhasil

menyelesaikan studinya pada tahun 2005. Kesimpulan dalam penelitian ini

adalah mengupas tentang berbagai problematika hidup di masyarakat

dengan menggunakan pendekatan religi (keagamaan) yang disajikan dari

sumber-sumber hukum agama Islam.

2. Penelitian yang pernah dilakukan oleh M. Fakhur Rahman, mahasiswa

jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, ia mengangkat sebuah judul

"Pesan dakwah tabloid Nurani (Analisis isi Rubrik Kisah Hikmah Edisi

317 – 320 Februari 2007). Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif

dengan jenis penelitian analisis isi dengan model analisis wacana. Dia

berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 2007. Kesimpulan dalam

penelitian ini adalah pesan dakwah dari perspektif struktur makro yang

tentang manusia harus mementingkan orang lain dibandingkan dirinya

sendiri dalam urusan agama, dan kebaikan tidak boleh mengingkari

amanah yang bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

3. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Farhan, mahasiwa jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, ia mengangkat sebuah judul tentang

32

"Analisis isi Rubrik Konsultasi Sufistik Tabloid Posmo Edisi 444-447

November 2007". Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif dengan

model deskriptif. Dia berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 2008.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah mengupas tentang segala

problematika hidup di masyarakat dengan menggunakan pendekatan religi

(keagamaan) yang disarikan dari sumber-sumber hukum agama Islam.

4. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Abd. Rohim, mahasiswa jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, ia mengangkat sebuah judul tentang

"Analisis isi Pesan Dakwah Kolom D. Zawawi Imron edisi Mei-Juni

2005". Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif. Dia berhasil

menyelesaikan studinya pada tahun 2006. Kesimpulan dalam penelitian ini

adalah mengandung pesan dakwah tentang aqidah, dzikir, senantiasa

merasa dilihat Allah, dan mempercayai adanya malaikat besar tugasnya

yang mana mengandung pesan dakwah Islam.

5. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nur Rohmah Hidayati, mahasiswa

jurusan Komunikasi Penyiaran Agama Islam, ini mengangkat sebuah judul

tentang pesan dakwah media cetak (analisis wacana kolom tasawuf

majalah pembangunan agama edisi Mei-Agustus 2007). Metode penelitian

dipakai adalah analisis wacana. Dia berhasil menyelesaikan studinya pada

tahun 2008. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pesan dakwah pada

teks kolom tasawuf secara keseluruhan mengajarkan kita untuk tidak

mudah ditipu oleh cerita seseorang yang belum dipertanyakan

kebenarannya.

33

Dari penelitian di atas, menggunakan analisis isi dan wacana, dalam

mengangkat masalah materi dakwah atau pesan dakwah. Pada penelitian ini,

peneliti mengangkat hal yang serupa. Namun peneliti memiliki pertimbangan

lain dalam mengangkat permasalah tersebut. Menurut peneliti, di zaman

sekarang ini, perkembangan di segala bidang terus bergulir. Dengan kondisi

seperti ini, sudah sepantasnya pesan dakwah harus dikemas sedemikian rupa

agar mampu menjawab tantangan zaman yang dihadapi khalayak di masa

yang akan datang.

Dengan perkembangan IPTEK, pesan dakwah menghadirkan hal-hal

baru, hangat dan menyentuh kehidupan khalayak. Atas dasar pertimbangan

tersebut, maka peneliti tertarik mengangkat pesan dakwah sebagai bahan

untuk analisis isi pada penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan hal-hal

baru yang terungkap dalam penelitian yang telah ada, terutama menyangkut

masalah-masalah analisis isi terhadap pesan dakwah.