bab ii kajian teoritik - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/bab 2.pdf · proses...

63
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 29 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Tinjauan Tentang Autis Jumlah penyandang autisme dari waktu ke waktu tampaknya semakin meningkat pesat. Autis seolah-olah mewabah keberbagai belahan dunia. Di beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penyandang autisme yang cukup tajam. Jumlah tersebut di atas angat menghawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan masih menjadi perdebatan diantara pakar kesehatan didunia. 1. Pengertian Autis Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia modern, “autismetik” yaitu terganggu jika berhubungan dengan orang lain. “autisme” yaitu gangguan perkembangan pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu. 1 Kate Wall mendefinisikan tentang definisi autis sebagai berikut: Autism is a lifelong disability that affects the way a person communicates and relates to people around them. Children with autism have difficulty in relating to others in a meaningful way. Their ability to develop friendship is generally limited as is their capacity to understand other people‟s emotional expressions. Some children, but not all, have accompanying learning disabilities. All children with autism have impairments in social interaction, social communication and imagination. This is known as the triad of impairments. 2 1 Tim bahasa PAH, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2003), 59. 2 Kate Wall, Autism and Early Years Practice (London: Sage Publications LTD, 2010), 7.

Upload: haliem

Post on 31-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Tentang Autis

Jumlah penyandang autisme dari waktu ke waktu tampaknya semakin

meningkat pesat. Autis seolah-olah mewabah keberbagai belahan dunia. Di

beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penyandang autisme yang

cukup tajam. Jumlah tersebut di atas angat menghawatirkan mengingat sampai

saat ini penyebab autisme masih misterius dan masih menjadi perdebatan

diantara pakar kesehatan didunia.

1. Pengertian Autis

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia modern, “autismetik”

yaitu terganggu jika berhubungan dengan orang lain. “autisme” yaitu

gangguan perkembangan pada anak yang berakibat tidak dapat

berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan

keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu.1

Kate Wall mendefinisikan tentang definisi autis sebagai berikut:

Autism is a lifelong disability that affects the way a person

communicates and relates to people around them. Children with autism

have difficulty in relating to others in a meaningful way. Their ability to

develop friendship is generally limited as is their capacity to understand

other people‟s emotional expressions. Some children, but not all, have

accompanying learning disabilities. All children with autism have

impairments in social interaction, social communication and

imagination. This is known as the triad of impairments.2

1 Tim bahasa PAH, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Surabaya: CV. Pustaka Agung

Harapan, 2003), 59. 2 Kate Wall, Autism and Early Years Practice (London: Sage Publications LTD, 2010), 7.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Penjelasan tentang definisi dari Kate Wall dapat diartikan sebagai

berikut, Autisme adalah cacat seumur hidup yang mempengaruhi cara

seseorang berkomunikasi dan berhubungan dengan orang-orang di sekitar

mereka. Anak-anak dengan autisme mengalami kesulitan dalam

berhubungan dengan orang lain. Kemampuan mereka untuk

mengembangkan persahabatan umumnya terbatas karena kapasitas mereka

untuk memahami ekspresi emosi orang lain. Hal tersebut berlaku pada

beberapa anak saja dan semua anak dengan autisme memiliki gangguan

dalam interaksi sosial, komunikasi sosial dan imajinasi . Hal ini dikenal

sebagai tiga serangkai gangguan.

Dari pendapat Y. Handojo, pengertian autisme berasal dari kata

“Auto” yang berarti sendiri, yaitu anak yang menyandang autisme seakan-

akan hidup di dunianya sendiri.3

Adapun menurut David Smith, autism adalah suatu kelainan

ketidakmampuan interaksi komunikasi dan sosial.4

Menurut Badrut Tamam, anak autisme adalah anak yang dalam

proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna)

mengalami kelainan atau penyimpangan, kelainan itu bisa terjadi pada

fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional.5

Autis spectrum disorder atau yang sering digambarkan sebagai

anak yang hidup dalam dunianya sendiri. Mereka tidak menyukai bila

3 Y. Handojo, Autisma Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal Autis

dan Perilaku Lain (Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2003), 12. 4 J. David Smith, Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua (Bandung: Nuansa, 2006), 150.

5 Badrut Tamam, Pelita Jukbil Untuk Anak Autis (Jawa Pos: 28 Pebruari, 2008), 37.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

orang lain menganggu dunia hayalannya. Anak dengan autis menunjukkan

prilaku aneh, seperti suka melihat benda-benda berputar, suka bermain

dengan jarinya sendiri, melihat orang lain dengan tatapan tajam, dan

bahasa komunikasi yang digunakan oleh anak autis ini sangat terbatas juga

malu saat saling pandangan mata saat bicara.6

Autisme ( autisme ) adalah cacat mental yang mempengaruhi

kemampuan individu untuk melakukan pemahaman yang meliputi,

memahami bahasa , bermain , dan berkomunikasi dengan orang lain atau

Anak autis adalah anak yang memiliki cacat perkembangan atau gangguan

dibeberapa fungsi otak yang bisa mempengaruhi fungsi komunikasi sosial.

Sebuah sindrom perilaku autis ini didasarkan pada bentuk perilaku yang

dikeluarkan oleh seorang individu. Hal ini telah dikonfirmasikan bahwa

autis bukanlah penyakit melainkan sindrom yang tidak menular hanya

dengan melalui interaksi dengan lingkungannya dan keberadaannya di

bawah sejak sejak lahir, sindrom ini muncul sebelum usia tiga dan bisa

mempengaruhi fungsi otak .7

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengertian

autis adalah sebutan kepada orang atau nama dari sekelompok kelainan

kebiasaan atau tingkah laku dengan ciri-ciri penyimpangan interaksi sosial,

khususnya bahasa yang diucapkannya, kontak mata, bahasa tubuh dan

6 Melly Budiman, Gangguan Perkembangan pada Anak (Jakarta: Yayasan Autism Indonesia,

1997), 1. 7 Sa’ad Riya>d}, Al- T{ifl al-Tawh}idy: Asra>r al-T{ifl al-Dha>tawy> wa kayfa Nataa<’mal Maa’hu (Mesir:

Da>r al-Qahirah lilja>mia>’t, 2008), 14.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

pendekatan sosial, terutama kekurangan hubungan sosial dengan orang

lain.

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Autis

Faktor yang menyebabkan autis sendiri masih belum jelas benar

dan bagaimana terjadinya gejala dari autisme ini, akan tetapi banyak pakar

dalam bidang ini telah sepakat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

anak autisme adalah pada otak anak autisme dijumpai suatu kelainan. Ada

tiga lokasi di otak yang ternyata mengalami kelainan neuro-anatomis atau

fungsi otak.

Berikut beberapa penyebab autis, diantaranya: Pertama, faktor

genetik, kurang lebih dua puluh persen kasus autis itu disebabkan oleh

faktor genetik. Penyakit genetik ini sering dihubungkan dengan autis atau

biasa disebut dengan sindrom fragile-x karena penyakit ini ditandai dengan

kerapuhan yang terjadi pada ujung lengan kromosom x.8 Kedua, gangguan

pada sistem saraf, banyak penelitian yang melaporkan tentang anak autis

yang memiliki kelainan pada struktur otaknya dan kelainan yang paling

sering terjadi yaitu pada otak kecil. Laporan yang diberikan oleh peneliti

menyebutkan bahwa berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada anak

autis dapat merangsang pertumbuhan akson, glia dan myelin sehingga

terjadi pertumbuhan otak yang abnormal.9

8 Lorna Wing, Autistik Children a Guide for Parents and Professionals (New Jersey: The Chitadel

Press, 1974), 67. 9 Richard P. Halgin, Autism from Theoritical Underestanding to Educational Interventation

(London: Whure Publisher Ltd, 1998), 235.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Sedangkan menurut Y. Handojo, Faktor-faktor yang menyebabkan

autis antara lain adalah:

a. Genetika (faktor keturunan) ditengarai adanya kelainan kromosom

pada anak autisme, namun kelainan ini tidak berada pada kromosom

yang selalu sama.

b. Infeksi virus dan jamur yang terdiri dari toksoplasmosis, rubella,

candida yang menyebabkan tingkah laku yang tidak pantas dan

masalah kesehatan pada anak autismem

c. Kekurangan nutrisi dan oksigenasi.

d. Polusi udara, air dan makanan.

e. Sensory interpretation errors yaitu rangsangan yang berasal dari

reseptor visual, auditori, dan taktil yang mengalami proses yang kacau

pada otak anak sehingga timbul persepsi yang semrawut, kacau atau

berlebihan yang pada akhirnya menyebabkan kebingungan dan

ketakutan pada anak. Akibatnya anak menarik diri dari lingkungan

yang “menakutkan“ tersebut.10

Dari faktor-faktor penyebab anak autisme yang telah dijelaskan di

atas, maka anak autisme dapat sembuh atau menjadi normal kembali

dengan cara membutuhkan penggunaan terapi-terapi khusus atau metode-

metode khusus dalam belajar mengajar. Akan tetapi hal ini akan

membutuhkan waktu yang relatif tidak singkat dan penanganannya tidak

sesederhana yang diperkirakan.

10

Handojo, Autisma Petunjuk Praktis, 4.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

Banyak para profesi yang perlu dilibatkan, seperti ahli

laboratorium tertentu, ahli keracunan logam berat, ahli gizi tertentu dan

sebagainya. Yang paling disorot dari faktor yang menyebabkan autismem

adalah paparan logam berat terutama merkuri dan timbal dari lingkungan.

Oleh karena itu, apabila di dalam proses terapi perilaku dijumpai

keterlambatan yang menyolok, maka perlu diwaspadai kemungkinan

penyebab gejala yang lebih komplek.

3. Gejala-Gejala Autis

Masalah komunikasi yang paling sering ditemui oleh anak

autismem yaitu anak terlambat bicara. Sementara kekerapan pada masalah

interaksi sosial adalah tidak adanya kontak mata. Untuk minat yang

terbatas, masalah yang sering ditemukan adalah stimulasi diri seperti jalan

jinjit, berputar-putar, membentur-benturkan tubuh atau kepala berulang

kali serta masalah sensitifitas pada lima indra.

Menurut Y. Handojo, anak autisme memiliki karakteristik atau

ciriciri khusus antara lain:

a. Selektif berlebihan terhadap rangsang.

b. Kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru.

c. Respon stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial.

d. Respon unik terhadap imbalan (reinforcement), khususnya imbalan

dari stimulasi diri.11

11

Ibid., 13.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

Untuk menegakkan sebuah diagnosa bahwa seorang anak

mengidap autisme, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Selama ini

panduan yang dipakai dokter, psikiater, atau psikolog biasanya merujuk

pada ICD-10 (International Clasification of Disease) 1993, atau

menggunakan rumusan dalam DSM-IV (Diagnostic Statistical

Manual)1994 yang disusun oleh kelompok Psikiatri di Amerika Serikat

sebagai panduan untuk menegakkan diagnosa. Pada dasarnya diagnosa

autisme yang ditegakkan berdasarkan ICD-10 dan DSM-IV menunjukkan

kriteria yang sama. Orang tua sebenarnya dapat mencoba mengecek

sendiri apakah anaknya termasuk kategori autisme atau tidak dengan

memperhatikan kriteria autisme yang ada di dalam DSM-IV, berikut

panduannya :12

a. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3) dengan minimal 2

gejala dari (1) dan masing-masing1 gejala dari (2) dan (3).

1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.

Minimal 2 gejala dari gejala-gejala di bawah ini :

a) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai:

kontak mata sangat kurang, ekspresi mata yang kurang hidup,

gerak-gerik yang kurang tertuju.

b) Tidak bisa bermain dengan teman sebayanya.

c) Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.

d) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.

12

Yurike Fauziah Wardhani, Autisme Terapi Medis Alternatif (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, 2009), 13.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal 1 dari

gejala-gejala di bawah ini :

a) Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang

(tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara

lain tanpa bicara).

b) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.

c) Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.

d) Cara bermain yang kurang variatif, kurang imajinatif, dan

kurang bisa meniru.

3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku,

minat, dan kegiatan sedikitnya harus ada 1 dari gejala-gejala di

bawah ini:13

a) Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang

sangat khas dan berlebih-lebihan.

b) Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang

tidak berguna.

c) Ada gerakan-gerakan yang aneh dan diulang-ulang.

d) Seringkali terpaku pada bagian-bagian benda.

b. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan

dalam bidang:

1) Interaksi sosial,

2) Bicara dan berbahasa,

13

Ibid., 14.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

3) Cara bermain yang kurang variatif.

c. Bukan disebabkan oleh sindroma Rett atau gangguan Disintegratif

Masa Kanak.

Tanda-tanda autisme biasanya muncul pada tahun pertama dan

selalu sebelum anak berusia 3 tahun. Autisme 2-4 kali lebih sering

ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.14

Selain itu dapat juga dipakai checklist deteksi autisme berdasarkan

ICD-10 dari WHO berikut. Kelompok satu merupakan gejala interaksi

sosial, kelompok dua gejala komunikasi dan kelompok, kelompok tiga

gejala prilaku tak wajar. Bila anda menemukan minimal total ada 6 gejala

secara keseluruhan, dengan ketentuan masing-masing minimal 2 gejala

dikelompok satu,1 gejala di kelompok dua, dan 1 gejala di kelompok tiga,

pada seorang anak, maka diagnosa autisme dapat ditegakkan.15

Tabel II

Deteksi Autisme Berdasarkan

(International Clasification of Disease)

Ke

l

N

O Gejala √ Jml KET

1 A Interaksi sosial tidak memadahi

a. Kontak mata sangat kurang

b. Ekspresi muka kurang hidup

c. Gerak-gerik yang kurang tertuju

d. Menolak untuk dipeluk Min 2

e. Tidak menengok bila dipanggil (cuek) ........... Gejala

14

Christopeh Sunu, Unlocking Autism (Yogyakarta : Lintang terbit, 2012), 13-14. 15

Wardhani, Autisme, 17.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

..

f. Menangis atau tertawa tanpa sebab

g. Tidak tertarik pada mainan

h. Bermain dengan bendayang bukan mainan

B Tidak bisa bermain dengan teman sebaya

C

Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang

lain

D Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang

timbal balik

2 A Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak

berkembang (dan tak ada usaha mengimbangi

komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),

menarik tangan bila ingin sesuatu bahasa isyarat

tak berkembang

Min 1

Gejala

B

bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk

komunikasi

...........

..

C

sering menggunakan bahasa yang aneh dan

diulang-ulang

D Cara bermain kurang variatif,kurang imajinatif,

dan kurang bisa meniru

3 A Mempertahankan satu minat atau lebih dengan

cara yang sangan khas dan berlebih-lebih

Min 1

Gejala

B Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau

rutinitas yang tak ada gunanya, misalnya

makanan dicium dulu

...........

.

C Ada gerakan-gerakan yang aneh yang khas dan

diulang-ulang

D sering kali sangat terpaku pada bagian-bagian

benda

JUMLAH

...........

.

...........

..

DIAGNOSA AUTISME DAPAT DITEGAKKAN BILA JUMLAH:GEJALA

SEMUANYA MINIMAL 6

Menurut Derek Wood dkk. Gejala-gejala autisme mulai tampak

sejak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka, gejala-gejala

tersebut tampak ketika bayi menolak sentuhan orangtuanya, tidak

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

merespon kehadiran orangtuanya, melakukan kebiasaan-kebiasaan lainnya

yang tidak dilakukan oleh bayi-bayi normal pada umumnya. Ketika

memasuki umur dimana mereka seharusnya mulai mengucapkan beberapa

kata, misalnya ayah, ibu, dan seterusnya. Di samping itu, ia juga

mengalami keterlambatan dalam beberapa perkembangan kemampuan

yang lainnya.16

Menurut pandapatnya Delay & Deinaker dan Marholin & Philips

dalam buku Bandi Delphie, mengatakan bahwa gejala-gejala anak autis

antara lain:17

a. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan

tampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu memandang ke

bawah.

b. Selalu diam sepanjang waktu.

c. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan

nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh ia akan

mengucapkan atau menceritakan dirinya dengan beberapa kata,

kemudian diam menyendiri lagi.

d. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut, tidak punya

keinginan bermacam-macam, serta tidak menyenangi sekelilingnya.

e. Tidak tampak ceria.

f. Tidak perduli terhadap lingkungannya, kecuali pada benda yang

disukainya, misalnya boneka.

16

Derek Wood dkk, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar (Yogyakarta: Kata Hati, 2005), 235. 17

Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (Bandung: Refika Aditama, 2006),

121.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

Dari pendapat-pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa ciri-ciri khusus dan gejala-gejala yang timbul pada anak autismem

sangat komplek dan tergantung dari tingkat parah tidaknya anak autisme.

Salah satu ciri dan gejala yang timbul pada umumnya yaitu tidak adanya

kontak mata, bergerak berulang-ulang, suka dengan dunianya sendiri dan

lain-lain. Pada intinya anak autisme mengalami masalah gangguan pada

perkembangan perilaku dan berbicaranya sehingga mereka tidak mampu

mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya

sendiri.

4. Perlunya Perhatian Khusus bagi Siswa Autis

Perlu diingat bahwa pada anak kita yang normal pun, kita tidak

mungkin menentukan dengan pasti apakah pendidikan yang kita berikan

kepadanya akan berhasil memenuhi harapan kita. Banyak anak normal

yang mendapat kesempatan menempuh pendidikan yang normal dan

canggih, setelah dewasa dia tidak berhasil memanfaatkannya.

Sangat perlu dipahami oleh para orang tua yang anaknya

menyandang autisme bahwa terapi harus dimulai sedini mungkin sebelum

usia 5 tahun, karena perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi

pada usia sebelum 5 tahun, puncaknya pada usia 2-3 tahun. Oleh sebab itu,

penatalaksanaan terapi setelah usia 5 tahun hasilnya berjalan lebih lambat.

Pada usia 5-7 tahun perkembangan otak melambat menjadi 25% dari usia

sebelum 5 tahun.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

Meskipun anak autisme ini mempunyai kelainan perilaku, kita

berikan kesempatan untuk belajar kepada anak autisme ini, sehingga

walaupun perkembangan perilakunya tidak secepat anak normal, dia masih

dapat menguasai beberapa kemampuan yang mungkin dapat menyebabkan

timbulnya kemandirian pada dirinya setelah dia dewasa kelak.

Menurut Y. Handojo, adapun perhatian-perhatian khusus atau

jenis-jenis terapi yang bisa diberikan pada anak autisme ini sebagai

berikut:18

a. Terapi perilaku.

Berbagai jenis terapi telah dikembangkan untuk mendidik anak-

anak dengan kebutuhan khusus, termasuk penyandang autisme

mengurangi perilaku yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku

yang bisa diterima dalam masyarakat. Terapi perilaku sangat untuk

membantu para anak-anak ini untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam

masyarakat. Bukan saja pendidiknya yang harus menerapkan terapi

perilaku pada saat belajar mengajar, namun setiap anggota keluarga di

rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi anakanak

dengan kebutuhan khusus ini. Terapi perilaku terdiri dari terapi okupasi,

terapi wicara, dan menghilangkan perilaku yang asosial.

1) Terapi okupasi.

Sebagian penyandang kelainan perilaku, terutama anak autisme,

juga mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik.

18

Handojo, Autisma Petunjuk Praktis, 29.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

Gerakgeriknya kasar dan kurang luwes bila dibandingdengan anak-

anak seumurnya. Pada anak-anak ini perlu diberi bantuan terapi

okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan

keterampilan ototnya. Otot jari tangan misalnya sangat penting

dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua

hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tangannya, seperti

menunjuk, bersalaman, memegang pensil, memetik gitar dan

sebagainya.

Para terapis okupasi jika sering memakai sensory integeration

(SI) untuk menterapi kelainan sensoris pada anak autisme. Namun dari

banyak penelitian yang dilakukan, dibuktikan bahwa SI saja tidak

dapat meningkatkan perilaku anak, bahkan sering mengakibatkan

kemunduran perilaku, dan tidak berhasil menghilangkan ataupun

mengurangi perilaku-perilaku aneh dari anak.19

2) Terapi wicara.

Bagi anak dengan Speech delay atau keterlambatan bicara, maka

terapi wicara merupakan pilihan utama. Untuk memporoleh hasil yang

optimal, materi speech therapy sebaiknya dilaksanakan dengan metode

ABA (Applied Behaviour Analysis) atau metode Lovaas. Bagi semua

penyandang autisme yang mempunyai keterlambatan bicara dan

kesulitan berbahasa, speech therapy adalah suatu keharusan, tetapi

pelaksanaannya harus dengan metode ABA tersebut. Penerapan terapi

19

Ibid.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

wicara pada anak penyandang autisme berbeda dengan anak lain.

Terapis harus berbekal diri dengan pengetahuan yang cukup mendalam

tentang gejala dan gangguan bicara yang khas bagi penyandang

autisme.

3) Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar.

Untuk menghilangkan perilaku yang tidak dapat diterima oleh

masyarakat umum, perlu dimulai dari kepatuhan dan kontak mata,

kemudian diberikan pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa

reseptif dan ekspresif. Setelah itu barulah anak dapat diajarkan hal-hal

yang bersangkutan dengan tata krama. Agar seluruh perilaku asosial

itu dapat ditekan, maka penting sekali diperhatikan bahwa anak jangan

dibiarkan sendirian tetapi harus selalu ditemani secara interaktif.

Seluruh waktu pada saat anak bangun, perlu diisi dengan kegiatan

interaktif, baik yang bersangkutan dengan akademik, bina diri,

keterampilan motorik, sosialisasi, dan jangan lupa, disediakan dan

diberikan imbalan yang efektif.20

b. Terapi biomedik (obat, vitamin, mineral, food suplement).

Obat-obatan juga dipakai terutama untuk anak penyandang

autisme. tetapi sifatnya sangat individual dan perlu berhati-hati. Dosis dan

jenisnya sebaiknya diserahkan kepada dokter spesialis yang memahami

dan mempelajari autisme. Baik obat maupun vitamin hendaknya diberikan

secara berhati-hati, karena baik obat maupun vitamin dapat memberikan

20

Ibid., 30.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

efek yang tidak dikehendaki. Jenis obat, food supplement dan vitamin

yang sering dipakai saat ini untuk anak autisme adalah risperidone

(risperdal), ritalin, haloperidol, pyridoksin (vit B6), DMG (vit B15),

TMG, magnesium, omega-3, dan omega-6. Sebaiknya tiap obat dan

vitamin diberikan kepada penyandang autisme dengan tujuan efek yang

sudah diketahui. Efek serta efek sampingnya perlu secara cermat diamati,

sehingga diperoleh manfaat yang optimal.21

c. Sosialisasi ke sekolah reguler.

Anak dengan kelainan perilaku, terutama penyandang autisme

yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, dapat

dicoba untuk memasuki sekolah „normal‟ sesuai dengan umurnya. Namun

perlu diingat bahwa terapi perilakunya jangan ditinggalkan, karena sangat

besar kemungkinan terjadi regresi yaitu perkembangan perilaku anak yang

mundur kembali. Sebaiknya keikutsertaan di sekolah normal tetap

diimbangi dengan penanganan perilaku yang tetap terus dikembangkan

dan dipelihara. Perlu diingat pula bahwa bagi anak dengan autisme yang

masuk sekolah normal harus dipantau terus (oleh shadower dan helper).

Di lingkungan sekolah normal, anak-anak ini dapat dilatih untuk

kemampuan komunikasi dan sosialisasi dengan anak-anak sebayanya.

Sedangkan materi akademiknya bila terjadi kesulitan, tetap dapat diajarkan

secara One on One.

21

Ibid., 31.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

d. Sekolah (pendidikan) khusus.

Di dalam pendidikan khusus ini, biasanya telah diterapkan terapi

perilaku, terapi wicara dan terapi okupasi. Dan bila perlu dapat ditambah

dengan terapi obat-obatan, vitamin dan nutrisi yang memadai. Pendidikan

anak dengan kebutuhan khusus ini tidak dapat disamakan dengan

pendidikan normal, karena kelainannya sangat bervariatif dan usia mereka

juga berbeda-beda. Cara penatalaksanaannya sangat jauh berbeda dengan

pendidikan normal. Kalau di pendidikan normal seorang pendidik dapat

menangani beberapa anak sekaligus, maka untuk anak dengan kebutuhan

khusus ini, biasanya seorang terapis hanya mampu menangani seorang

anak pada saat yang sama (One on One).

Dengan deteksi dini ini, diharapkan para orang tua anak autismem

dapat segera mengambil keputusan dan langkah-langkah penaggulangan

yang tepat. Diharapkan pula para pendidik profesional yang mengatasi

anak autisme ini dapat menyediakan fasilitas layanan terpadu sehingga

memudahkan anak autisme dalam proses belajar mengajar dan orang tua

sebagai pendorong bagi anaknya untuk bisa normal kembali.22

22

Handojo, Autisma Petunjuk Praktis, 33.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

B. Tinjauan tentang Problematika Pembelajaran Remaja Autis

1. Problematika Pembelajaran

Problematika mempunya arti masalah, persoalan atau hal-hal yang

menimbulkan masalah yang belum bisa terpecahkan23

. Dalam undang-

undang tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.24

Jadi dapat disimpulkan

bahwa problematika pembelajaran adalah suatu rintangan yang harus

dipecahkan oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan.

Problematika atau Kendala pembelajaran adalah hambatan yang

menjadikan pelaksanaan pembelajaran tidak efektif. Kendala disini juga

meliputi problem-problem yang sering dikeluhkan oleh peserta didik

maupun guru selaku pelaksana kurikulum. Kendala-kendala dalam

pembelajaran PAI dapat berasal dari guru, peserta didik, kepala sekolah,

ketersediaan sarana dan prasarana, dan sebagainya. Kendala-kendala itu

sebagai berikut:25

a. Guru dan Peserta Didik

Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran peran guru

sebagai pelaksana kurikulum dan peserta didik sebagai subjek

pembelajaran sangat berpengaruh. Kurangnya keterampilan guru

melaksanakan pembelajaran yang mendidik terkait erat dengan

23

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008), 701. 24

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. 25

Muhaimin, Paradigma pengertian Pendidikan Islam (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004),

54.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

kebiasaan yang sudah lama melekat dalam sistem sentralisasi

pendidikan, yaitu pembelajaran yang menekankan pada pencapaian

target materi dan ranah kognitif (menghafal, memindahkan

pengetahuan dari otak ke otak) yang disampaikan secara verbal.

Padahal, sesungguhnya pembelajaran PAI menuntut porsi yang lebih

besar pada aspek afektif. Namun kenyataannya, justru aspek ini yang

menjadi kelemahan pembelajaran PAI selama ini.

Responden lain mengeluhkan masih adanya sebagian peserta

didik yang menganggap bahwa PAI merupakan mata pelajaran yang

kurang penting, yaitu sebagai mata pelajaran pelengkap disbanding

dengan mata pelajaran lain yang diujikan secara nasional. Anggapan

seperti ini menjadikan motivasi belajar mereka rendah. Kondisi

demikian seharusnya menjadi tantangan oleh guru PAI untuk mencari

strategi yang mampu mengajak peserta didik memiliki etos dan

tanggung jawab belajar sebagai kebutuhannya sendiri. Dalam

pembelajaran, guru PAI harus punya niat untuk membimbing peserta

didik selamat didunia dan akhirat. Untuk itu, guru PAI harus bisa

menjadi teladan bagi peserta didiknya.

b. Kepala Sekolah

Komponen pendidikan yang harus bertanggung jawab terhadap

keberhasilan maupun keberlangsungan proses pendidikan di sekolah

adalah kepala sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah berkewajiban

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

membantu guru-guru dalam usaha mereka mengembangkan

keterampilan mengajarnya.

c. Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan pembelajaran PAI tidak akan optimal tanpa adanya

dukungan sarana prasarana yang memadai untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Data menunjukan bahwa problem yang dihadapi guru PAI

adalah terbatasnya sarana prasarana yang dibutuhkan.

Dalam proses belajar atau dalam melaksanakan pendidikan perlu

diperhatikan adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran, dan faktor-faktor tersebut ikut menentukan berhasil dan

tidaknya pembelajaran. problematika yang timbul dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam bila dilihat dari faktor-faktor pembelajarannya

antara lain:

a. Tujuan

Pendidikan agama Islam diajarkan bertujuan untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik

tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman

dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama

Islam, yaitu :

1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

2) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan

peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan

peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam

4) Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang

telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh

peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya

untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama

dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadinya serta merealisasikan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan sehari-

hari.26

Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil

pembelajaran apa yang diharapkan. Adapun yang menjadi problem

tujuan adalah :27

1) Tujuan pembelajaran tidak dirumuskan dengan jelas, baik tujuan

yang bersifat umum maupun khusus, hasil pencapaian

pembelajaran bagaimanakah yang diharapkan, sehingga dapat

timbul pertanyaan dalam diri siswa untuk apakah saya belajar

pendidikan agama Islam dan apa gunanya.

2) Tujuan pembelajaran yang terlalu tinggi sehingga tujuan tidak

akan pernah tercapai karena tujuan tersebut tidak sesuai dengan

26

Muhaimin, Paradigma, 78. 27

Irfan Abdul Gafar dan Muhammad Jamil, Re-Formulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), 32.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

kemampuan siswa maupun guru dan keadaan pembelajaran yang

ada.

b. Materi

Menurut Rusdinah dalam Paradigma Pendidikan Agama Islam

mengemukakan beberapa kelemahan dari pendidikan agama Islam,

baik dalam pemahaman materi Pendidikan Agama Islam maupun

dalam pelaksanaannya, yaitu:

1) Dalam bidang teologi, ada kecenderungan mengarah pada paham

fatalistik.

2) Bidang akhlak yang berorientasi pada urusan sopan santun dan

belum dipahami sebagai keseluruhan pribadi manusia beragama.

3) Bidang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan kurang

ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian.

4) Dalam bidang hukum (fiqih) cenderung dipelajari sebagai tata

aturan yang tidak akan berubah sepanjang masa, dan kurang

memahami dinamika dan jiwa hukum Islam.

5) Agama Islam cenderung diajarkan sebagai dogma kemajuan ilmu

pengetahuan.

6) Orientasi mempelajari Al-Qur'an masih cenderung pada

kemampuan membaca teks, belum mengarah pada pemahaman arti

dan penggalan makna.28

28

Muhaimin, Paradigma, 89.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

c. Guru

Dalam Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional

Pendidikan sebagaimana dikutip di atas, ditegaskan agar proses

pembelajaran diselenggarakan dengan menyenangkan, motivatif,

inspiratif agar terjadi proses pengambangan kreatifitas. Dengan

demikian model-model sekolah feodal yang memberi ruang pada

hukuman fisik kini sudah tidak memperoleh ruang dalam pendidikan

dan proses pembelajaran. Guru memperoleh ruang dalam pendidikan

dan pembelajaran. Guru dengan demikian harus mendefinisi tentang

pengembangan proses pembelajarandari proses mengubah perilaku

anak dengan dengan memfasilitasi anak untuk berubah.

Pendidikan sebagai ilmu (paedagogik), sebagaimana ilmu yang

lain memiliki objek material dan objek formal. Objek material dari

pendidikan, sebagaimana objek material dari ilmu-ilmu sosial dan

humaniora yang lain adalah manusia. Sedangkan objek formal dari

pendidikan adalah problem-problem yang menyangkut apa, siapa,

mengapa, dan bagaimana dalam hubungannya dengan usaha membawa

anak didik pada suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, objek formal

dari pendidikan adalah kegiatan manusia dalam upayanya

membawa/membimbing manusia lain ke arah kedewasaan dalam artian

mampu mandiri, yaitu terlepas dari kebergantungan penuh kepada

orang lain.29

29

Abu Ahmadi dan Nur Uhbayati, Ilmu Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), 68.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

Gilbert H. Hunt dalam bukunya Effective Teaching sebagaimana

dikutip oleh Dede menyatakan bahwa guru yang baik itu harus

memenuhi tujuh kriteria, antara lain:30

1) Sifat; guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif,

mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan

pekerja keras, toleransi, sopan dan bijaksana, bisa dipercaya,

fleksibel, dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh

harapan bagi siswa, tidak semata mencuri reputasi pribadi, mampu

mengatasi strereotype siswa, bertanggungjawab terhadap kegiatan

belajar siswa, mampu menyampaikan perasaannya, dan memiliki

pendengaran yang baik.

2) Pengetahuan; Guru yang baik juga memiliki pengetahuan yang

memadai dalam mata pelajaran yang diampunya, dan terus

mengikuti kemajuan dalam bidang ilmunya itu.

3) Apa yang disampaikan; Guru yang baik juga mampu memberikan

jaminan bahwa materi yang diharapkan mencakup semua unit

bahasan yang diharapkan siswa secara maksimal.

4) Bagaimana mengajar; Guru yang baik mampu menjelaskan

berbagai infomasi secara jelas dan terang, memberikan layanan

yang variatif, menciptakan dan memelihara memonetum,

menggunakan kelompok kecil secara efektif, memandang semua

siswa untuk berpartisipasi, memonitor, dan bahkan sering

30

Dede Rosyada, Paradigama Pendidikan Demokratis (Jakarta: Prenada Media, 2004), 15-17.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

mendatangi siswa, mampu mengambil keuntungan dari kejadian-

kejadian yang tidak diharapkan, memonitor tempat duduk siswa,

senantiasa melakuskan formatif test dan post test, melibatkan siswa

dalam tutorial atau pengajaran sebaya, menggunakan kelompok

besar untuk pengajaran instruktional, menghindari kesukaran yang

kompleks dengan menyederhanakan saja informasi, menggunakan

beberapa bahan tradisional, menunjukkan pada siswa tentang

pentingnya bahan-bahan yang mereka punyai, menunjukkan proses

berfikir yang penting untuk belajar, berpartisipasi dan mampu

memberikan perbaikan terhadap kesalahan konsepsi yang

dilakukan siswa.

5) Harapan; Guru yang baik mampu memberikan harapan pada siswa,

mampu membuat siswa akuntabe, dan mendorong partisipasi orang

tua dalam memajukan kemampuan akademik siswanya.

6) Reaksi guru terhadap siswa; Guru yang baik biasa menerima

berbagai masukan, resiko, dan tantangan konsistensi dalam

kesepakatankesepakatan dengan siswa, bijaksana terhadap kritik

siswa, menyesuaikan diri dengan kemajuan-kemajuan siswa,

pengajaran yang memperhatikan individu, mampu memberikan

jaminan atas kesetaraan partisipasi siswa, mempu menyediakan

waktu yang pantas untuk siswa bertanya, cepat dalam memberikan

pengarahan/pengajaran bagi siswa dalam membantu mereka

belajar, peduli dan sensitif terhadap perbedaan-perbedaan latar

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

belakang sosial ekonomi dan kultur siswa, dan menyesuaikannya

pada kebijakan menghadapi berbagai perbedaan.

7) Managemen; Guru yang baik juga harus mampu menunjukkan

keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan

mengorganisasi kelas sejak hari pertama dia bertugas, mampu

merancang kelas multi dimensional sebagaimana dia juga mampu

menyusun bangku belajar siswa secara dinamis dan sesuai dengan

suasana belajar yang akan dikembangkannya, cepat memulai kelas,

melewati masa transisi dengan baik, memiliki kemampuan dalam

mengatasi dan/atau pembelajaran kelas dalam satu waktu yang

sama, mampu memelihara waktu bekerja serta menggunakannya

secara efisien dan konsisten, dapat meminimalisasi gangguan,

dapat menerima suasana kelas yang ribut dengan kegiatan

pembelajaran, memiliki teknik untuk mengontrol kelas, memberi

hukuman dengan bentuk yang paling ringan, dapat memelihara

suasana tenang dalam belajar, dan tetap dapat menjaga siswa untuk

tetap belajar menuju sukses.

d. Peserta Didik

Peserta didik adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang.

Mereka merupakan individu dinamis yang memiliki karakteristik

tertentu pada setiap perkembangannya. Pertumbuhan dan

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

perkembangann ini merupakan proses alami yang terjadi dalam

kehidupan manusia.31

Perkembangan peserta didik memiliki konsekuensi kepada

perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang dilaksanakan

oleh orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan pada

perkembangan fisik, seperti bantuan orang tua kepada anak agar dapat

menfungsikan kakinya untuk berjalan. Hal ini terus dilakukan sampai

anak memiliki kemampuan mengendalikan dan menfungsikan organ

tubuhnya. Menginjak usia sekolah taman kanak-kanak proses

pendidikan bukan hanya sekadar melatih organ tubuhnya agar

berfungsi lebih sempurna, akan tetapi juga mengembangkan

kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya

memgembagkan keberanian melalui permainan-permainan32

.

Mempelajari perkembangan peserta didik merupakan suatu

keharusan bagi setiap pendidik. Ada beberapa alasan mengapa

pendidik perlu memahami faktor problem perkembangan peserta didik,

yaitu:33

1) Kemampuan atau kecerdasan siswa yang kurang, cara mengatasi

problem ini yaitu dengan mempelajari dan memahami karakteristik

perkembangan peserta didik.

31

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 39. 32

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 255-

256. 33

Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012), 5-6.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

2) Motivasi mempelajari pendidikan agama Islam yang rendah dan

tidak ada kesungguhan dalam mempelajari pendidikan agama

Islam, cara mengatasi problem ini yaitu dengan melalui

pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan peserta didik baik di lingkungan keluarga, sekolah

maupun masyarakat. Disamping itu, dapat diantisipasi juga tentang

upaya untuk mencegah berbagai kendala atau penghambat yang

mungkin akan mengontaminasi perkembangan mereka.

3) Siswa tidak suka terhadap pelajaran pendidikan agama Islam atau

guru mata pelajaran tersebut, cara mengatasi problem ini yaitu

dengan menanamkan presepsi kepada guru bahwa Peserta didik

memiliki potensi yang multidimensi yang meliputi

biopsikososiospiritual (fisik/biologis, psikologis, sosial, dan moral-

spiritual). Pemahaman terhadap keragaman dimensi potensi ini

memberikan implikasi terhadap kebijakan pendidikan, baik

menyangkut penentuan arah atau tujuan, kompetensi guru, model

kurikulum, maupun penyiapan fasilitas (sarana dan prasarana

pendidikan).

e. Media

Secara bahasa kata media berasal dari bahasa Latin medius yang

berarti tengah, perantara atau pengantar.34

Selaras dengan pendapat

Heinich, Molenda dan Russel yang dikutip oleh Wina Sanjaya,

34

Azhar Arsyad. Media Pembelajaran (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2007), 3.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

mengungkapkan bahwa media is a channel of communication. Derived

from the Latin word for “between”, the term refers to “anything that

carries information between a source and a receiver. Media adalah

sebuah alat komunikasi. Berasal dari bahasa Latin yang berarti

“antara”, maksud term tersebut adalah apapun yang menyampaikan

informasi antara sumber dan penerimanya.35

Zakiah Daradjat dkk memberikan definisi bahwa media pendidikan

adalah suatu benda yang dapat diindra, khususnya penglihatan dan

pendengaran, baik yang terdapat di dalam maupun di luar kelas, yang

digunakan sebagai alat bantu penghubung dalam proses interaksi

belajar-mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar peserta

didik.36

Secara umum, manfaat media dalam proses belajar mengajar

adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga

pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus

ada beberapa manfaat media yang lebih rinci, Selain itu media dalam

proses belajar mengajar mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1) Media dapat megatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang

dimiliki peserta didik. Pengalaman masing-masing individu

beragam karena dipengaruhi lingkungan tempatnya berada. Dalam

hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.

35

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta:Kencana, 2009), 204. 36

Zakiah Daradjat,dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

226.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

2) Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar

dialami oleh peserta didik di dalam kelas, seperti objek yang

terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati

terlalu cepat atau terlalu lambat. Melalui media kesukaran-

kesukaran tersebut dapat diatasi.

3) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta

didik dengan lingkungan.

4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan

peserta didik dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal

yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan

realistis. Penggunaan media seperti gambar, film, grafik dan

lainnya dapat memberikan konsep yang benar.

6) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

Melalui media, pengalaman peserta didik semakin luas, persepsi

semakin tajam, dan konsep-konsep dengan sendirinya makin

lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar akan

timbul.

7) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta

didik untuk belajar.

8) Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu

yang konkrit sampai pada yang abstrak.37

37

Asnawir, Basyirudin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 14-15.

Page 31: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

Media adalah faktor yang sangat penting bagi tercapainya tujuan

pembelajaran, akan tetapi yang menjadi problem adalah media yang

tersedia dan yang sering digunakan hanyalah media tradisional,

misalnya buku-buku dan alat tulis. Sedangkan laboratorium /

perpustakaan, audio visual, LCD proyektor dan alat peraga belum

dapat terpenuhi secara maksimal.

f. Strategi

Abdul Majid menjelaskan bahwa strategi adalah suatu ilmu atau

seni perintah militer yang diterapkan dalam suatu rencana pertempuran

besar atau kemampuan menggunakan strategi untuk mengejutkan

musuh. Semakin luasnya pengertian strategi Abdul Majid mengutip

pendapat dari Mintzberg dan Waters yang menjelaskan strategi adalah

pola umum tentang keputusan atau tindakan atau strategi dapat

dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan

mengendalikan kegiatan.38

Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu pola yang direncanakan

dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tidak.

Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan,

isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.39

Dick dan Carey dalam Sanjaya menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan

prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru

38

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), 3. 39

Ibid., 4.

Page 32: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran

tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas

pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk

juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan

disampaikan kepada peserta didik.40

Dalam proses belajar mengajar guru mampu menggunakan strategi

aktif, sehingga siswa dapat belajar dengan penuh semangat dan

antusias untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Penggunaan strategi

aktif dalam proses pembelajaran merupakan suatu keharusan dalam

kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu strategi merupakan

komponen yang menentukan terhadap keberhasilan kegiatan belajar

mengajar di samping tujuan, materi, dan evaluasi. Strategi yang

digunakan adalah betul-betul dapat melayani kebutuhan peserta didik,

baik secara individu maupun kelompok merupakan suatu hal yang

diharapkan saat ini. Penggunaan strategi yang tepat dapat berpengaruh

terhadap efektifitas kegiatan belajar mengajar

g. Evaluasi

Evaluasi dapat diartikan sebagai upaya sistematik untuk

menghimpun, menyusun, dan memperoleh data serta informasi yang

dapat diolah dan dianalisa menjadi kesimpulan yang berguna bagi

landasan pengelolaan program. Evaluasi dilaksanakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengajaran

40

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2008), 17.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi juga

dimaksudkan untuk mengetahui hambatan- hambatan dan kelemahan

yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran. Evaluasi

belajar yang baik berdasarakan acuan patokan untuk mengetahui

apakah tujuan pembelajaran dari kurikulum sudah tercapai. Bila

kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat teridentifikasi dan

dapat terukur target pencapaian pembelajaran dan dapat terukur target

pencapaian pembelajaran, sehingga evaluasi belajar yang diadakan

mampu mempetakan kemampuan siswa.41

Data evaluasi belajar diperoleh melalui evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif. Evaluasi formatif lebih diarahkan kepada pertanyaan

sampai dimanakah guru telah berhasil menyampaikan bahan pelajaran

kepada siswanya. Evaluasi formatif pada umumnya dilakukan pada

akhir satuan pelajaran maupun dalam bentuk ulangan harian.

Sedangkan evaluasi sumatif langsung diarahkan kepada keberhasilan

siswa mempelajari suatu program pengajaran. Biasanya dilakukan

pada akhir program pengajaran yang relatif besar, misalnya: triwulan,

tengah semester atau akhir semester.42

Lembaga pendidikan adalah sebuah wadah yang digunakan untuk

proses pembelajaran, adapun menurut Islam, tujuan pendidikan ialah

membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada

perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Namun dalam

41

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), 76. 42

Ainurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabet, 2010), 54.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

menyukseskan tujuan pendidikan tersebut tidaklah mudah. Pasti ada

kendala di dalamnya. Menurut Ahmadi dan Uhbiyati, problematika atau

kendala dalam proses pembelajaran pendidikan itu menyangkut 5 W dan 1

H, yaitu:43

a. Problematika Who (Siapa)

Problematika Who (Siapa) yaitu menguraikan kendala dari

pendidik dan anak didik sebagai subjek pendidikan.

1) Problem Pendidik

Masalah yang berkaitan dengan pendidik antara lain: Problem

kemampuan ekonomi, Problem kemampuan pengetahuan dan

pengalaman, Problem kemampuan, Problem kewibawaan, Problem

kepribadian, Problem attitude (sikap), Problem sifat, Problem

kebijaksanaan, Problem kerajinan, Problem tanggung jawab,

Problem kesehatan dan sebagainya.

Masalah yang berkaitan dengan pendidik antara lain rendahnya

kualitas guru dan rendahnya kesejahteraan guru. Kedua masalah ini

saling berkaitan. Kualitas guru yang rendah dipengaruhi oleh

kesejahteraan guru yang rendah, begitu juga sebaliknya.

Rendahnya penghasilan yang diterima para guru memaksa mereka

untuk mencari pekerjaan sampingan. Hal ini tentunya membuat

kualitas para guru menurun karena perhatian mereka tidak hanya

tertuju pada tugas mereka sebagai guru

43

Ahmadi dan Nur Uhbayati, Ilmu Pendidikan, 255.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

2) Problem Anak Didik

Problem yang berkaitan dengan anak didik juga tidak kalah

pentingnya untuk diperhatikan, dipikirkan dan dipecahkan, karena

anak didik adalah pihak yang digarap untuk dijadikan manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan baik

dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Adapun problem-

problem yang ada pada anak didik antara lain: a) Problem

kemampuan ekonomi keluarga, b) Problem intelegensi, c)

Problem bakat dan minat, d) Problem pertumbuhan dan

perkembangan, e) Problem kepribadian, f) Problem sikap, g)

Problem sifat, h) Problem kerajinan dan ketekunan, i) Problem

pergaulan, j) Problem kesehatan.

Selain masalah di atas, ada lagi satu masalah yang sering di

alami oleh para siswa yaitu rendahnya prestasi yang dimiliki oleh

para siswa. Berdasarkan teori di atas, faktor penyebab masalah

yang dihadapi oleh peserta didik dapat digolongkan menjadi dua

macam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu

sendiri dan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, seperti

faktor lingkungan dan faktor keluarga44

.

44

Ibid., 256.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

b. Problem Why (Mengapa)

Dalam proses pendidikan, tidak semua pelaksanaannya bisa

berjalan dengan lancar, tetapi dijumpai rintangan-rintangan atau

hambatan-hambatan. Kesulitan-kesulitan tersebut bisa terdapat pada

semua faktor pendidikan yang menghambat jalannya proses

pendidikan. Hambatan-hambatan yang dapat dijumpai dalam proses

pendidikan antara lain:

1) Mengapa anak-anak sulit bekerja sama sesama mereka.

2) Mengapa masyarakat tidak menghargai jasa guru yang mendidik

putra-putri mereka.

3) Mengapa masyarakat sulit dimintai sumbangan tenaga, pikiran dan

dana dalam pembangunan prasarana, pendidikan untuk

kepentingan anak-anak mereka

4) Mengapa orang tua anak-anak menghalangi kegiatan ekstra

kurikuler putra-putranya.

5) Mengapa pejabat setempat mengizinkan mendirikan pabrik

disebelah sekolah yang mengganggu jalanya proses belajar

mengajar.

6) Mengapa penyaluran buku-buku paket tidak sampai atau selalu

terlambat datang di sekolah.

7) Mengapa kasus amoral terjadi di kalangan guru, murid, dan orang

tua anak.45

45

Ibid., 258.

Page 37: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

salah satu hal yang sering menjadi hambatan dalam pendidikan

adalah rendahnya kualitas sarana fisik. Untuk sarana fisik misalnya,

banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya

rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku

perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,

pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan

masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak

memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, pendidikan dipandang sebagai suatu

pemborosan; pemborosan waktu, tenaga dan materi. Hal ini terlihat

sangat jelas pada masyarakat pedesaan yang lebih suka anaknya

bekerja daripada bersekolah. Jadi, problematika why sangat berkaitan

dengan masih kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan

bagi anak.

c. Problem Where (Dimana)

Pada umumnya pendidikan itu biasanya dapat dilaksanakan pada

yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat (Ahmadi, Uhbiyati,

1991:258). Sistem pendidikan pada masing-masing tempat tersebut

tidak sama dan metodenya pun juga berbeda. Pendidikan di

sekolahsekolah merupakan pendidikan formal yang diselenggarakan

pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan

yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai

pendidikan tinggi.

Page 38: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

Problem pendidikan keluarga sebagai tempat pendidikan

anakanak antara lain adalah situasi keluarga itu sendiri dan letak

keluarga yang berbeda di tengah-tengah lingkungan yang tidak

menguntungkan. Demikian pula sekolah sebagai tempat pendidikan

murid-murid, bila letak sekolah itu di tengah-tengah lingkungan yang

tidak menguntungkan, juga akan menjadi problema.

Apabila tempat pendidikan itu di masyarakat, yang menjadi

problem tempat di masyarakat adalah jika kebudayaan dan peradaban

masyarakat itu bertentangan dan norma-norma agama atau

normanorma pancasila.46

Berdasarkan uraian di atas, setiap tempat pembelajaran memiliki

karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat memberikan

pengaruh yang positif terhadap peserta didik dan ada pula yang

memberikan pengaruh negatif pada anak didik. Oleh karena itu, para

orang tua harus bisa mempertimbangkan lokasi mana yang sesuai

dengan kondisi anak mereka

d. Problem When (Kapan)

Problema when (bilamana/kapan) banyak menyangkut tentang

penyiapan sesuatu kepada anak didik, sehingga akan timbul beberapa

pertanyaan yaitu: 1) Kapan sesuatu materi itu disampaikan 2) Kapan

sesuatu hukuman itu dijatuhkan 3) Kapan sesuatu ganjaran itu

diberikan 4) Kapan sesuatu kewajiban itu dibebankan 5) Kapan sesuatu

46

Ibid., 259.

Page 39: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

perintah itu dilaksanakan. Masalah when (kapan) tidak hanya

berkenaan dengan sesuatu yang diberikan, tetapi juga berkenaan usia

anak, seperti: 1) Pada usia berapa anak mulai dididik 2) Pada usia

berapa pendidikan berakhir.47

Anak dari segi pertumbuhan dan perkembangan mengalami

perubahan dengan standar periodesasi usia, baik usia kronologis,

psikologis, biologis, kejasmanian, dan pengalaman. Yang menjadi

problem adalah berkenaan dengan anak penyandang cacat seperti

halnya anak autis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran harus

dilaksanakan secara bertahap mulai dari pendidikan untuk anak usia

dini, pendidikan untuk anak sekolah dasar, dan pendidikan untuk anak

sekolah menengah. Selain itu, diperlukan pendidikan khusus bagi

anak–anak yang memiliki kebutuhan khusus yang mana semua aspek

pembelajarannya harus dibedakan dengan anak-anak pada umumnya

sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

e. Problem What (Apa)

Problem what (apa) menyangkut dasar, tujuan, bahan atau materi,

sarana, prasarana, dan media. Masalah materi erat hubungannya

dengan kurikulum, silabi dan SAP. Apakah kurikulum, silabi dan SAP

sesuai dengan situasi saat itu dan kondisi anak. Masalah sarana adalah

47

Ibid., 260.

Page 40: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

bila tidak lengkap sarana pendidikan hal ini akan mengganggu

jalannya pendidikan, seperti kurangnya kursi, meja dan buku.

Perubahan sistem pendidikan secara otomatis juga mempengaruhi

perubahan kurikulum, silabi, dan SAP. Apabila kurikulum selalu

berubah maka pendidik dan anak didik di sekolah akan terombang-

ambing. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan

kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya

kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika

peserta didik memasuki dunia kerja.

Berdasarkan urain tersebut, terlihat bahwa pemerintah belum

begitu memperhtikan pendidikan secara kesuluruhan. Kurikulum yang

selama ini dipakai mungkin tidak sesuai dengan semua kondisi siswa.

Di saat siswa baru bisa beradaptasi dengan kurikulum yang lama,

sudah muncul lagi kurikulum yang baru. Ini tentunya akan sangat

mengganggu proses pembelajaran karena butuh waktu yang lama agar

siswa mampu menyesuaikan dengan kurikulum yang baru.48

f. Problem How (Bagaimana)

Masalah how (bagaimana) berkenaan dengan metode atau cara

yang akan digunakan dalam proses pendidikan. Anak didik

mempunyai sifat dan bakat yang berbeda-beda dan pendidik harus

mengakui adanya perbedaan tersebut. Problematika how sangat

berkaitan dengan problem pendidik. Di sinilah pendidik diuji

48

Ibid., 263.

Page 41: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

kualitasnya dalam mengelola pembelajaran. Akan tetapi, banyak guru

yang masih memiliki kualitas pengelolaan pembelajaran yang rendah.

Oleh karena itu, diperlukan pelatihanpelatihan yang berkenaan dengan

peningkatan kualitas dan kompetensi pendidik agar kegiatan

pembelajaran terlaksana dengan baik.49

2. Problematika Remaja Autis

Permasalahan yang dihadapi oleh anak autis dalam usia remaja yang

mungkin dimulai 10-15 tahun yang ditandai dengan permasalahan seputar

Kemandirian, Identitas diri (perubahan fisik, hormon dan sebagainya),

Pergaulan sosial, Pendidikan seks, dan Tuntutan akademis yang semakin

tinggi. Saat usia 15 hingga 20 tahun, orang tua dari anak penyandang

autis mulai disibukkan dengan persiapan masa depan bagi anak terutama

mengenai kemandirian anak dari segi fisik, sosial maupun nafkah hidup

(lapangan kerja). Di usia ini, anak mulai semakin sadar bahwa dirinya

berbeda dengan teman-teman sebayanya. Norma-norma sosial tentang apa

yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, juga merupakan

salah satu isu yang kuat terutama dari segi pendidikan seks.50

Robin L. Gabriels dalam bukunya menjelaskan tentang problem

siswa autis yang akan dihadapi pada saat usia sekolah dan remaja.

Beberapa permasalahnnya yaitu51

49

Ibid., 265. 50

Gayatri Pamoedji, 200 Pertanyaan dan Jawaban Seputar Autisme (Jakarta: Yayasan MPATI

Masyarakat Peduli Autis Indonesia, 2010), 138. 51

Robin L. Gabriels dan Dina E. Hill, Growing Up with Autis; Working with School-Age Children

and Adolescent (New York: The Guliford Press, 2007), 229-233.

Page 42: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

a. Communication Abilities

Mengajari siswa autis untuk berkomunikasi sangatlah berdampak

besar pada dirinya. Siswa autis dimungkinkan ada yang kurang dalam

memahami bahasa dan ada yang sangat cepat dalam mengembangkan

bahasa yang diajarkan oleh gurunya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sigman dan Ruskin,

mereka membagi anak autis dalam 2 grup (pertama grup umur 3 tahun

11 bulan, grup kedua 12 tahun 10 bulan). Grup pertama masih bisa

berkomunikasi dalam 18 bulan dari umurnya dan grup kedua masih

bisa berkomunikasi setelah umur 8-9 tahun. Dan dalam penelitiannya

pada autis berumur 18-39 tahun mereka mendiagnosis bahwa mereka

masih kesulitan dan lemah pada saat berkomunikasi dan masalah ini

akan terus berlanjut sampai remaja.

b. Social Skills

Lemahnya kemampuan remaja autis dalam berinteraksi sosial

mempunyai dampak yang sangat beragam seperti kurangnya kualitas

berinteraksi dengan sesama temannya dan kelemahan ini kedepannya

akan berdampak pada kemampuannya untuk bisa mencapai dan

mendapatkan informasi tambahan dalam kehidupan sosialnya.

Kurangnya kemampuan bersosialisasi ini berdampak pada remaja

autis tentang kurang bisanya bersikap bijaksana dengan sesama,

rendahnya sifat sosial dan rendahnya respot remaja autis terhadap

sesama.

Page 43: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

c. Behavior Problems

Problem-problem yang dilakukan oleh remaja autis meliputi sifat

marah, merusak sesuatu, dan agresif kepada dirinya maupun orang

lain. Sifat-sifat di atas ini mempunyai beberapa rintangan yang akan

dialami oleh penghuni rumah, sekolah, dan grup belajar.

Problem tingkah laku remaja autis ini bisa menjadi sumber yang

sangat signifikan terhadap prilaku stress yang dihadapi oleh keluarga

autis, pengasuh anak, guru autis dan kesetresan ini akan menjadi luas

seiring dengan bertambahnya umur, kekuatan, dan besar anak autis.

d. Adaptive Living Skills

Ada beberapa fakta yang terdapata pada beberapa remaja autis

yaitu terdapatnya kemampuan penyesuaian diri pada remaja autis

untuk menolak atau tidak adanya sifat adaptasi sama sekali pada diri

remaja autis.

Kurangnya kemajuan dalam beradaptasi ini bisa memperburuk

keadaannya. Oleh karena itu, anggota keluarga autis harus membantu

dan mendukung guna untuk memaksimalkan dan menyeimbangkan

antara sifat bebas dan ketergantungan yang dihadapi oleh remaja

autis.

Page 44: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

Lorna Wing menuliskan dua kelompok besar yang menjadi

masalah pada anak autis yaitu:52

a. Masalah dalam memahami lingkungan (problem in understanding the

world)

1) Respon terhadap suara yang tidak biasa (unusually responses to

sounds). Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung

mengabaikan suara yang sangat keras dan tidak tergerak sekalipun

ada yang menjatuhkan benda di sampingnya. Anak autis dapat

juga sangat tertarik pada beberapa suara benda seperti suara bel,

tetapi ada anak autis yang sangat tergangu oleh suara-suara

tertentu, sehingga ia akan menutup telinganya.

2) Sulit dalam memahami pembicaraan (dificulties in understanding

speech). Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan

memiliki makna, tidak dapat mengikuti instruksi verbal,

mendengar peringatan atau paham apabila dirinya dimarahi

(scolded). Menjelang usia lima tahun banyak autis yang

mengalami keterbatasan dalam memahami pembicaraan.

3) Kesulitan ketika bercakap-cakap (difiltuties when talking).

Beberpa anak autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis

belajar untuk mengatakan sedikit kata-kata, biasanya mereka

mengulang kata-kata yang diucapkan orang lain, mereka memiliki

52

Wing, Autistik Children, 37.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

kesulitan dalam mempergunakan kata sambung, tidak dapat

menggunakan kata-kata secara fleksibel atau mengungkapkan ide.

4) Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (poor pronunciation

and voice control). Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam

membedakan suara tertentu yang mereka dengar. Mereka

kebingungan dengan kata-kata yang hampir sama, memiliki

kesulitan untuk mengucapkan kata-kata yang sulit. Mereka

biasanya memiliki kesulitan dalam mengontrol kekerasan

(loudness) suara.

5) Masalah dalam memahami benda yang dilihat (problems in

understanding things that are seen). Beberapa anak autis sangat

sensitif terhadap cahaya yang sangat terang, seperti cahaya lampu

kamera (blitz), anak autis mengenali orang atau benda dengan

gambaran mereka yang umum tanpa melihat detil yang tampak.

6) Masalah dalam pemahaman gerak isyarat (problem in

understanding gesturs). Anak autis memiliki masalah dalam

menggunakan bahasa komunikasi; seperti gerakan isyarat, gerakan

tubuh, ekspresi wajah.

7) Indra peraba, perasa dan pembau (the senses of touch, taste and

smell). Anak-anak autis menjelajahi lingkungannya melalui indera

peraba, perasa dan pembau mereka. Beberapa anak autis tidak

sensitif terhadap dingin dan sakit.

Page 46: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

8) Gerakan tubuh yang tidak biasa (unusually bodily movement).

Ada gerakan-gerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa

dilakukan oleh anak-anak yang normal seperti mengepak-

ngepakan tangannya, meloncat-loncat, dan menyeringai.

9) Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih (clumsiness in skilled

movements). Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak anggun,

mampu memanjat dan seimbang seperti kucing, namun yang

lainnya lebih kaku dan berjalan seperti memiliki bebrapa kesulitan

dalam keseimbangan dan biasanya mereka tidak menikmati

memanjat. Mereka sangat kurang dalam koordinasi dalam berjalan

dan berlari atau sebaliknya.

b. Masalah gangguan perilaku dan emosi (dificult behaviour and

emotional problems).

1) Sikap menyendiri dan menarik diri (aloofness and withdrawal).

Banyak anak autis yang berprilaku seolah-olah orang lain tidak

ada. Anak autis tidak merespon ketika dipanggil atau seperti tidak

mendengar ketika ada orang yang berbicara padanya, ekspresi

mukanya kosong.

2) Menentang perubahan (resistance to change). Banyak anak autis

yang menuntut pengulangan rutinitas yang sama. Beberapa anak

autis memiliki rutinitas mereka sendiri, seperti mengetuk-ngetuk

kursi sebelum duduk, atau menempatkan objek dalam garis yang

panjang.

Page 47: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

3) Ketakutan khusus (special fears). Anak-anak autis tidak

menyadari bahaya yang sebenarnya, mungkin karena mereka tidak

memahami kemungkinan konsekuensinya.

4) Prilaku yang memalukan secara sosial (socially embarrassing

behaviour). Pemahaman anak autis terhadap kata-kata terbatas

dan secara umum tidak matang, mereka sering berperilaku dalam

cara yang kurang dapat diterima secara sosial. anak-anak autis

tidak malu untuk berteriak di tempat umum atau berteriak dengan

keras di senjang jalan.

5) Ketidakmampuan untuk bermain (inability to play). Banyak anak

autis bermain dengan air, pasir atau lumpur selam berjam-jam.

Mereka tidak dapat bermain pura-pura. Anak-anak autis kurang

dalam bahasa dan imajinasi, mereka tidak dapat bersama-sama

dalam permainan denga anak-anak yang lain.

Masalah pubertas yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan

penampilan fisik yang cepat disertai timbulnya hasrat seksusal, seringkali

menimbulkan kecemasan pada orang muda penderita autis. Terdapat tiga

masalah utama yang secara kebetulan dibicarakan dalam diskusi-diskusi

tentang seksualitas yang biasa dihadapi oleh remaja autis, diantaranya :

1. Mereka cenderung bermastrubasi di depan umum.

2. Mereka menunjukkan prilaku seksual yang tidak pantas terhadap orang

lain.

Page 48: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

3. Kebanyakan dari mereka melakukan mastrubasi dengan cara yang

menyakiti diri.53

C. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam.

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.

Sebelum melangkah lebih jauh lagi tentang pembahasan Pendidikan

Agama Islam, maka penulis akan memaparkan beberapa definisi pendidikan

antara lain :

Pendidikan secara garis besar menurut UU RI No. 2 tahun 1989, Bab I

pasal 1 yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di

masa yang akan datang”.54

Menurut Hamdani Ali, Secara umum pengertian pendidikan mencakup

segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan

pengalamannya, kecakapannya, keterampilannya, kepada generasi muda

untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-

baiknya.55

Menurut pendapatnya Amin, bahwasannya Pendidikan adalah suatu

usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang

yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat

dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan kata lain bahwa

53

Bugi Rustamadji dan Sri Sudaryati, Suka Duka Orang Tua Penyandang Autis (Yogyakarta:

Kosudgama Press, 2008), 59. 54

Depdikbud, Sistem Pendidikan Nasional, UU RI No. 2 Th. 1989 (Jakarta: PT. Armas Duta Jaya,

1989), 20. 55

Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Kota Kembang, 1987), 8.

Page 49: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak,

dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat

dewasa.56

Adapun pengertian pendidikan menurut Oemar Hamalik yakni “Suatu

proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menguasai

diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan

menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk

berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat”.57

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengertian

pendidikan merupakan suatu bagian integral dalam pembangunan. Adapun

yang dimaksud dengan “usaha sadar” adalah bahwa pendidikan

diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, jelas, lengkap,

menyeluruh, dan berdasarkan pemikiran rasional-objektif. Jadi, pendidikan

tidak dapat diselenggarakan dengan secara tidak sengaja, atau bersifat

insidental dan seenaknya.

Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam secara garis besar akan

dikemukakan oleh beberapa ahli di bawah ini:

Menurut Arifin dalam buku Filsafat Pendidikan Islam menyatakan

bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha mengubah tingkah laku

individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan

56

Amin, Pengantar Ilmu Pendidikan (Pasuruan: Garuda Buana Indah, 1992), 1. 57

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 3.

Page 50: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan yang dilandasi

dengan nilai-nilai Islami.58

Dari pendapatnya Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam

adalah “Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama

Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut Islam”.59

Pengertian lain yang dikemukakan oleh Syahminan Zaini, beliau

mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai suatu usaha untuk

mengembangkan fitrah manusia yang makmur dan bahagia”. Oleh karena itu,

seluruh umat Islam haruslah memikirkan dan melaksanakan Pendidikan

Agama Islam ini, kalau Pendidikan Agama Islam ini telah mereka fikirkan

dan dilaksanakan dengan mantap, maka ada harapan bahwa kehidupan

mereka akan meningkat dari kehinaan menuju kejayaan.60

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat dkk, pengertian Pendidikan

Agama Islam adalah “Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam,

yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya,

setelah selesai dari pendidikan mereka dapat memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara

menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu

pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan

di akhirat kelak”.61

58

Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 14. 59

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung,: Al-Ma'arif, 1989), 23. 60

Syahminan Zaini, Dasar Konsepsi Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,

1990), 12. 61

Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 86.

Page 51: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

Pendidikan Agama Islam memiliki pengertian bahwa Pendidikan

Agama Islam dipandang dari sudut yang berbeda-beda. Perbedaan sudut

pandang disebabkan adanya pemahaman tertentu yang disesuaikan dengan

ruang lingkup yang menjadi pokok ajarannya, walaupun pada dasarnya ada

kesamaan pengertian yang mendasar. Hal ini sesuai dengan apa yang telah

diungkapkan oleh Muhaimin bahwa, Pendidikan Agama Islam adalah: “Suatu

usaha membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, mau belajar, dan

tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk

kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun

mempelajari Islam sebagai pengetahuan”.62

Jadi pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan

mutlak yang harus dipenuhi sepanjang masa, tanpa pendidikan sama sekali

mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan

aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep

pandangan hidup mereka.

Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu sektor yang paling penting

dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi

semaksimal mugkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia.

Dimana iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber

motivasi kehidupan dalam segala bidang.

Bardasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dimengerti

bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu ikhtiyar yang dilakukan oleh

62

Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), 183.

Page 52: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

pendidik secara sadar, sistematis, dan pragmatis untuk membimbing dan

mengarahkan peserta didik agar mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran

agama Islam. Untuk itu, Pendidikan Agama Islam bukan hanya merupakan

materi yang harus dipelajari sebagai pengetahuan, tetapi dituntut setelah

mendapatkan Pendidikan Agama Islam kelak untuk mempersiapkan peserta

didik mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari berdasarkan ajaran-

ajaran agama Islam.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam.

a. Dasar Yuridis

Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai status

yang sangat kuat. Adapun dasar Yuridis yang dimaksud adalah peraturan

dan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan Pendidikan Agama

Islam. Dasar pendidikan Agama Islam dari segi Yuridis di Indonesia

adalah:

1) Pancasila

Dasar Pendidikan Agama Islam secara idiil bersumber pada

Pancasila khususnya sila pertama. Ini mengandung pengertian bahwa

bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan YME. Untuk

merealisasikan sila pertama ini diperlukan adanya Pendidikan Agama

Islam, karena tanpa Pendidikan Agama Islam akan sulit mewujudkan

sila pertama tersebut.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

2) UUD 1945

Dasar strukturil Pendidikan Agama Islam yaitu UUD 1945.

Mengenai Pendidikan Agama Islam ini sebagaimana tertera dalam

pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: “Negara berdasarkan atas

Ketuhanan Yang 31 Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-

tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah

menurut agamanya dan kepercayaannya itu.63

Berdasarkan UUD 1945 tersebut, maka bangsa Indonesia

merupakan bangsa yang menganut suatu agama dan kepercayaan

adanya Tuhan YME, artinya negara melindungi umat beragama untuk

menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agamanya

masing-masing.

3) Garis-Garis Besar Haluan Negara

Dari segi operasionalnya Pendidikan Agama Islam tertera

Dalam Tap MPR RI No IV/MPR/1999 tentang GBHN yang

menyatakan bahwa: Melakukan pembaharuan Sistem Pendidikan

termasuk pembaharuan kurikulum berupa diversifikasi kurikulum

untuk melayani keberagamaan peserta didik, penyusunan kurikulum

yang berlaku nasional dan local sesuai dengan kepentingan setempat

serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional. Hal ini

diperkuat lagi dengan UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada bab X Pasal 37 Ayat 2 yang menyatakan:

63

UUD 1945, Tahun 2003, 7.

Page 54: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

Kurikulum Pendidikan wajib memuat: (1) Pendidikan Agama, (2)

Pendidikan Kewarganegaraan, dan (3) Bahasa.64

b. Dasar religius

Dasar Pendidikan Agama Islam sudah jelas dan tegas ditetapkan,

yaitu terdapat di dalam firman Allah SWT. dan sunnah Rosulullah SAW.

Pendidikan diibaratkan sebagai bangunan, maka isi Al-Qur'an dan

Hadistlah yang menjadi dasarnya. Al-Qur'an adalah sumber kebenaran

dalam Islam, kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan sunnah

Rosulullah yang dijadikan landasan Pendidikan Agama Islam adalah

berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan Rosulullah SAW dalam

bentuk isyarat. Bentuk isyarat ini adalah suatu perkataan yang dilakukan

oleh Sahabat atau orang lain dan Rosulullah membiarkan saja dan

Ayat Al-Qur’an dan Hadist di atas juga menyatakan bahwa apabila

manusia telah mengatur seluruh aspek kehidupannya (termasuk

Pendidikan) dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya akan bahagia,

apabila mereka tidak berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah

mereka akan binasa.

Dari uraian tentang dasar dan tujuan Pendidikan Agama Islam di

atas, maka dapat dipahami bahwa disamping Pendidikan merupakan pusat

kebudayaan bangsa, bahkan pendidikan itu adalah bagian yang tak

terpisahkan dari kebudayaan bangsa kita. Oleh karena itu, pelestarian

ataupun pengembangan budaya bangsa hendaknya bersamaan dengan

64

UU RI No.20. Tahun 2003, 19-20.

Page 55: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

usaha-usaha memajukan dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama

Islam bagi anak yang berkebutuhan khusus yaitu anak autisme. Sehingga

pendidikan Agama Islam untuk anak autisme ini sebagai bagian dari

pendidikan nasional kita, tentu tidak akan dikecualikan atau dilupakan.

Dengan demikian, jelaslah bahwa dasar Pendidikan Agama Islam

adalah yang terpenting bersumber pada dasar yuridis dan religius. Adapun

dari dasar Pendidikan Agama Islam secara yuridis terdiri dari pancasila,

UUD 1945, dan GBHN, sedangkan dasar Pendidikan Agama Islam yang

sumbernya dari religius terdiri dari Al-Qur’an dan Hadist yang telah

dijelaskan di atas. Antara dasar Pendidikan Agama Islam secara yuridis

dan religius sangat berkaitan erat, karena negara kita menganut ideology

yaitu pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara sekaligus falsafah

hidup bangsa, sehingga dasar Pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari

aturan-aturan negara maupun aturan-aturan dari agama Islam yang

sebagian besar dianut oleh penduduk Indonesia.

Tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah agar anak didik dapat

memahami ajaran Islam secara elementer (sederhana) dan bersifat

menyeluruh, sehingga dapat dijadikan pedoman hidup dan amalan

perbuatannya serta membentuk pribadi yang berakhlak mulia.

Adapun tujuan dari pada Pendidikan Agama Islam itu sendiri

menurut Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa tujuan

Pendidikan Agama Islam adalah merealisasikan ubudiyah kepada Allah di

dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Islam

Page 56: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

menganjurkan agar manusia dididik supaya mereka dapat merealisasikan

tujuan hidupnya sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Allah SWT

yaitu kepada-Nya.65

Di samping beribadah kepada Allah SWT, tujuan dari pendidikan

agama Islam yaitu untuk beribadah dan menyembah hanya kepada-Nya.

Adapun kaitannya antara dasar dan tujuan Pendidikan Agama Islam

dengan proses belajar mengajar bagi anak autisme yaitu untuk membekali

peserta didik beragama di dalam kehidupannya dan mengembangkan

kehidupan emosionalnya, karena kehidupan emoional ini merupakan salah

satu faktor yang terpenting di dalam membentuk kepribadian peserta

didik khususnya anak autisme tersebut.

Menurut Zakiah Daradjat, ada beberapa tujuan pendidikan agama

Islam yang telah dikemukakannya antara lain:

1) Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pembelajaran atau dengan cara lain. Tujuan

ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah

laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.

2) Tujuan akhir adalah pendidikan Islam itu berlangsung selama

hidupnya, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu ia hidup di dunia

ini telah berakhir pula.

65

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam (Bandung:: CV.

Diponegoro, 1992), 163.

Page 57: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

3) Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

kurikulum pendidikan formal.

4) Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan

jumlah kegiatan pendidikan tertentu.66

Dari tujuan-tujuan di atas, maka tujuan inilah yang diharapkan oleh

para pendidik, orang tua didik, dan terutama bagi peserta didik yang

menyandang autisme agar tercapai setelah sesuatu usaha dan kegiatan

yang telah dilakukan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu,

tujuan pendidikan agama Islam ini adalah seperangkat hasil pendidikan

yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan

pendidikan, serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehariharinya baik bagi Agama, Nusa, dan Bangsa.

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani Pendidikan Agama Islam

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan

keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam

keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut

dalam diri anak melalui bimbingan, pembelajaran dan pelatihan agar

66

Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, 30.

Page 58: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal

sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan dari dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan

dapat mengubah lingkungannya sesuai ajaran agama Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam

keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam

kehidupan seharihari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia

Indonesia seutuhnya. Pembelajaran, tentang ilmu pengetahuan

keagamaan secara umum (alam nyata dan tidak-nyata), sistem dan

fungsionalnya.

6) Penyaluran, untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus dibidang Agama Islam agar dapat berkembang secara optimal

sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang

lain.67

67

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan

Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 134-135.

Page 59: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam

mempunyai peranan yang penting yaitu: agama merupakan motivasi

hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan

pengendalian diri yang amat penting. Maka, fungsi dari Pendidikan

Agama Islam adalah agama perlu diketahui, dipelajari serta dipahami, dan

diamalkan oleh manusia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga

peserta didik dapat menjadi manusia yang utuh.68

Mansur berpendapat bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam secara

macro dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri

manusia, alam sekitarnya, dan mengenai kebesaran Ilahi, sehingga

tumbuh kreatifitas yang benar.

2) Mensucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan

perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaannya, dengan

menginternalalisasikan nilai-nilai insani dan Ilahi pada subjek didik.

3) Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan

kehidupan baik individu maupun sosial.

Fungsi dari Pendidikan Agama Islam pada dasarnya memelihara

dan mengembangkan fitrah atau sumber daya insani yang terdapat pada

diri peserta didik menuju terbentuknya manusia yang seutuhnya (insan

kamil) sesuai dengan norma Islam yang diridhai Allah yaitu yang dapat

mengembangkan wawasannya, jati dirinya, kreatifitasnya,

68

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, 86.

Page 60: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

menginternalalisasikan nilai-nilai insaniyah yang dapat menopang dan

memajukan kehidupannya baik individu maupun sosial di dunia dan

akhirat.69

Berangkat dari fungsi-fungsi Pendidikan Agama Islam menurut

para ahli di atas, maka dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam

berfungsi untuk membimbing dan mengasuh terhadap peserta didik agar

kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya,

menjadikannya sebagai pandangan hidupnya, serta demi keselamatan dan

kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Di samping itu, dengan adanya fungsi Pendidikan Agama Islam,

dapat menumbuhkan pembentukan kebiasaan dalam melakukan amal

ibadat serta akhlak yang mulia, mendorong tumbuhnya iman yang kuat,

dan menumbuhkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai

anugerah Allah SWT kepada manusia serta diharapkan peserta didik

dapat menyadari menjadi hamba Allah yang beriman dan bertakwa serta

berilmu pengetahuan.

d. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Peserta Didik

Sejak dahulu kita telah mengetahui bahwa anak perlu pendidikan.

Dalam masyarakat yang belum berkembangpun, anak itu memerlukan

suatu pendidikan agar dia berkembang sebagai manusia yang wajar.

69

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 334.

Page 61: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

Sebagai anak manusia, mereka membutuhkan pendidikan karena

pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia.

Pada dasarnya, orang masih menganggap sepele dan mudah

mengenai pendidikan. Hal ini terlihat dari banyaknya orang tua dalam

mendidik anaknya hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman praktisnya

saja. Misalnya mereka beranggapan bahwa mendidik itu sudah dengan

sendirinya akan dipunyai oleh setiap orang dari pergaulannya dengan

anak-anak, sehingga dengan sendirinya akan mendapatkan sikap dan

tindakan yang tepat. Akan tetapi, lebih baiknya dalam pendidikan

berdasarkan dari hasil penyelidikan secara teori dan prakteknya.

Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Agama Islam merupakan

pendidikan yang amat penting bagi peserta didik yang berkenaan dengan

aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain, akhlak dan keagamaan. Jadi

sudah jelas bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan penting

dalam kehidupan manusia khususnya peserta didik yang menyandang

autisme, karena agama merupakan motivasi dalam hidup yang berfungsi

sebagai alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting.

Adapun Pendidikan Agama Islam bagi peserta didik khususnya anak

autisme ini, merupakan sebagai bekal utama untuk penanaman akhlak

maupun pengenalan keagamaannya agar menjadi manusia yang

berkepribadian utuh serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

sebagai pencipta alam semesta.70

70

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, 87.

Page 62: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

Begitu pentingnya pendidikan Agama Islam bagi setiap warga

negara Indonesia, menurut pendapat Ngalim Purwanto secara paedagogis:

Pendidikan Agama Islam harus sudah dimulai sedini-dininya, sejak anak

masih kecil. Ini terbukti dengan adanya peraturan pemerintah yang

mengharuskan Pendidikan Agama Islam itu diberikan kepada anak-anak

sejak anak itu bersekolah di Taman Kanak-kanak sampai dengan

Perguruan Tinggi. Bahkan, Pendidikan Agama Islam dimulai dari anak

masih dalam kandungan ibunya sampai akhir hayatnya.71

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1

dan 2 dan pencasil sebagai dasar dan falsafah Negara Republik Indonesia,

maka Pendidikan Agama Islam merupakan segi pendidikan yang utama

yang mendasari semua segi pendidikan lainnya.

Lebih lanjut, menurut Ngalim Purwanto Pendidikan Agama Islam

penting bagi peserta didik karena menyangkut tiga aspek yaitu aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Ini berarti bahwa Pendidikan Agama

Islam bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan tentang keagamaan,

tetapi justru yang lebih utama adalah membiasakan anak taat dan patuh

menjalankan ibadah dan berbuat serta bertingkah laku di dalam kehidupan

sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan dalam agama Islam.72

Dari ketiga aspek di atas, maka Pendidikan Agama Islam bukan

hanya menjadi tugas dan tanggung jawab para pendidik agama saja, tetapi

71

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktek (Bandung: Remadja Karya, 1985),

196. 72

Ibid., 197.

Page 63: BAB II KAJIAN TEORITIK - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3524/5/Bab 2.pdf · proses pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) ... autis bukanlah penyakit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

merupakan tanggung jawab pendidik bersama. Pendidik yang bukan

dalam bidang agamapun juga turut ikut bertanggung jawab, terutama

mengenai aspek afektifnya. Hal ini dapat diajarkan melalui contoh

teladan dalam tingkah laku serta perbuatannya.

Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang sangat

penting bagi peserta didik sebagai ihktiar manusia dengan jalan

bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama

anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran

agama Islam. Disamping itu, semua Pendidikan Agama Islam

dimaksudkan untuk membawa si anak atau peserta didik agar selalu

berbakti kepada Tuhannya, selalu menuruti dan sesuai dengan apa yang

diperintahkan oleh agamanya. Anak dididik bukan untuk hidup di dunia

ini dan sekarang, tetapi dengan bekal Pendidikan Agama Islam itu

pendidik hendak mempersiapkan anak untuk hidup di lingkungan

sekitarnya dan juga di akhirat nanti.

Secara praktisnya, pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi

peserta didik yang menyandang autisme ini sebagai suatu pengenalan

dasar dalam ajaran keagamaan sebagai bekal pegangan untuk

pengembangan potensi-potensi selanjutnya.