bab ii kajian teori a. family well beingrepository.ump.ac.id/2289/3/bab ii.pdf · telah resmi dan...

14
BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Being 1. Pengertian Family Well Being Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyatakan bahwa Family Well Being adalah keluarga yang di bentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, maupun memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga denganmasyarakat dan lingkungannya. Menurut Soejipto (1992), Family Well Being adalah terciptanya suatu keadaan harmoni dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa mengalami hambatan yang serius dalam keluarga, dan dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah untuk di atasi secara bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga dapat terwujud. Konsepsi tersebut mengandung arti bahwa, Family Well Being adalah suatu yang harus diciptakan oleh keluarga dalam membentuk keluarga yang sejahtera. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1979) Family Well Being merupakan kesatuan hubungan baik antara ayah, ibu dan anak yang diartikan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antara semua pihak buka bertepuk sebelah tangan. 9 Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Upload: others

Post on 25-Jan-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Family Well Being

1. Pengertian Family Well Being

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyatakan bahwa

Family Well Being adalah keluarga yang di bentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, maupun memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar

keluarga denganmasyarakat dan lingkungannya.

Menurut Soejipto (1992), Family Well Being adalah terciptanya

suatu keadaan harmoni dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial

bagi anggota keluarga, tanpa mengalami hambatan yang serius dalam

keluarga, dan dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah

untuk di atasi secara bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar

kehidupan keluarga dapat terwujud. Konsepsi tersebut mengandung arti

bahwa, Family Well Being adalah suatu yang harus diciptakan oleh

keluarga dalam membentuk keluarga yang sejahtera.

Menurut Gunarsa & Gunarsa (1979) Family Well Being

merupakan kesatuan hubungan baik antara ayah, ibu dan anak yang

diartikan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antara semua

pihak buka bertepuk sebelah tangan.

9

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

10

Robertson, Jeremy (2010) mengatakan Family Well Being sebagai

kemampuan keluarga untuk memenuhi fungsi dasar mereka kemudian

fungsi dasar didefinisikan dan disepakati yang nanti akan dijalankan

bersama.

Sword, dkk (2010) mengatakan Family Well Being merupakan

hubungan keterkaitan antara kesejahteraan orang tua, kesejahteraan anak

dan kesejahteraan keluarga. Ketiga itu terkait dan membentuk suatu

kesatuan yang dinamakan Family Well Being.

Lestari, dkk (2001) berpendapat bahwa Family Well Being adalah

suatu harapan dan cita-cita yang dapat diusahakan bersama dengan

mewujudkan keadaan rumah tangga yang anggotanya hidup dalam

keadaan tenang lahir batin.

Ishak, Ismahali (2012) adala sebuah konsep multi dimensi,

merangkumi perbagai hal aspek kehidupan seorang individu atau sebuah

keluarga seperti pembangunan modal, kerohanian, psikologis, ekonomi

dan sosial.

Berdasarkan uraian dia atas dapat peneliti simpulkan bahwa

Family Well Being adalah suatu harapan dan cita dalam keluarga yang di

usahakan serta disepakati yang nanti akan dijalankan bersama, kehidupan

seorang individu atau sebuah keluarga seperti pembangunan modal,

kerohanian, psikologis, ekonomi dan sosial dan kesemua itu akan

membentuk suatu kesatuan yang dinamakan Family Well Being.

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

11

2. Aspek-aspek Family Well Being

Menurut Ishak (2012) aspek-aspek Family Well Being adalah

sebagai berikut:

a. Hubungan keluarga yaitu terdiri dari keterlibatan ibu dan bapak, daya

tahan keluarga, fungsi keluarga, kebersamaan bersama keluarga dan

hubungan suami dan istri.

b. Ekonomi keluarga yaitu terdiri dari taraf hidup, situasi ekonomi

keluarga, tidak ada beban hutang dan tabungan masa depan.

c. Kesehatan keluarga yaitu terdiri dari kesehatan keluarga, asuransi

kesehatan dan kontrol pikiran

d. Keselamatan keluarga yaitu terdiri dari pengetahuan, perasaan selamat

dalam rumah dan keselamatan keluarga.

e. Hubungan dengan masyarakat yaitu terdiri dari hubungan, kerjasama,

dan keterlibatan dengan masyarakat sekitar

f. Keluarga dan spiritual yaitu terdiri dari peranan agama dan amalan

kerhanian

g. Keluarga dan lingkungan yaitu terdiri dari kemudahan dan penyebaran

informasi

Menurut hasil penelitian yang di lakukan oleh The Colorado

Foundation For Families And Children (2003) memberikan hasil data

statistik, yang mengidentifikasi indikator utama dari Kesejahteraan

Keluarga yang di kaitkan dengan kuat dan kesuksesan keluarga yaitu

meliputi:

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

12

a. Keluarga itu tinggal dimana sebuah keluarga yang bertempat tinggal

pada suatu daerah akan mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga

tersebut, sebagai contoh sebuah keluarga yang tinggal di lingkungan

yang sebagaian besar orang-rangnya bekerja sebagai orang kantoran

namun disitu ada keluarga yang hanya bekerja sebagai buruh

serabuatan. Itu akan mempengaruhi Kepuasan dalam keluarga.

b. Pendapatan ekonomi keluarga dimana sebuah keluarga haruslah

memiliki pekerjaan untuk bisa memenuhi segalab kebutuhan tidak

hanya kebutuhan sekarang-sekarang namun juga kebutuhan untuk

jangka panjang.

c. Pencapaian pendidikan dimana setiap anggota keluarga harus mampu

memperoleh jenjang pendidikan yang tinggi demi masa depannya.

d. Ukuran keluarga adalah jumlah dari anggota keluarga yang mana di

dalam 1 rumah di huni oleh beberapa anggota keluarga.

e. Status perkawinan disini yang di magsudkan itu adalah status yang

telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti

adanya surat nikah.

f. Jumlah anak yang ada dalam sebuah keluarga jumlah anak sangat

penting dimana akan menentukan sebuah Kesejahteraan yang telah di

raih di keluarga tersebut.

g. Usia dimana untuk membuat sebuah keluarga harusnya memiliki umur

yang memenuhi syarat dan harus selaras dengan apa yang telah di

sepakati.

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

13

Berdasarkan uraian diatas, family well being memiliki beberapa

aspek. Aspek-aspek tersebut ialah hubungan kekeluargaan, ekonomi

keluarga, kesehatan keluarga, keselamatan keluarga, hubungan dengan

masyarakat, keluarga dan spiritual serta keluarga dan lingkungan. Dan

menurut hasil dari Biro Sensus AS ada 7 aspek dalam pencapaian sebuah

Kesejahteraan Keluarga, yaitu keluarga itu tinggsl, pendapatan ekonomi

keluarga, pencapaian pendidikan yang di raih, ukuran keluarga, status

perkawinan, jumlah anak yang adadan usia.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Family Well Being

Menurut Gunarsa & Gunarsa (2012) Family Well Being

mempunyai beberapa faktor adalah sebagai berikut:

a. Perhatian, dapat diartikan sebagai “menaruh hati” pada anggota

seluruh keluarga. Dalam hal ini adalah pelekat dasar utama hubungan

baik diantara para anggota keluarga. Menaruh hati terhadap kejadian

dan peristiwa didalam keluarga, berarti mengikuti dan memperhatikan

seluruh perkembangan keluarganya. Lebih jauh lagi, orang tua dan

anggota keluarga yang lainnya harus mengerahkan perhatian untuk

mencari lebih mendalam sebab-sebab dan sumber-sumber

permasalahan. Selain itu juga perlu perhatian terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada anggota keluarga.

b. Pengetahuan, mencapai pengetahuan dan menambah pengetahuan.

Dalam keluarga baik orang tua maupun anak harus menambah

pengetahuan tanpa henti. Diluar rumah mereka harus dapat menarik

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

14

pelajaran dan inti dari segala yang dilihat dan dialaminya. Lebih

penting lagi ialah usaha mencari tahu mengenai mereka yang “dekat”

yakni seluruh anggota keluarga. Biasanya kita lebih cenderung untuk

memperhatikan kejadian-kejadian diluar keluarga atau rumah,

sehingga kejadian-kejadian dirumah terdesak dengan kemungkinan

kelak kembali dalam bentuk atau akibat yang tidak di sangka dan rasa

sesal akan kelainan kita. Mengetahui setiap perubahan didalam

keluarga dan perubahan anggota keluarga, berarti mengikuti

perkembangan setiap anggota.

c. Pengenalan diri, pengenalan diri setiap anggota berarti juga

pengenalan diri sendiri. Anak-anak biasanya belum mengadakan

pengenalan diri dan baru akan mencapainya melalui bimbingan dalam

keluarganya. Setelah anak banyak pergi keluar rumah, dimana

lingkungan social lebih luas, pandangan dan pengetahuan diri

mengenai kemampuan, kesanggupan dan sebagainya akan menambah

pengenalan dirinya, pengenalan diri yang baik akan memupuk pula

pengertian pada anak.

d. Pengertian, masalah-masalah lebih mudah diatasi karena banyak latar

belakang kejadian lebih cepat terungkapkan dan teratasi. Tujuan

pemberian pengertian terhadap setiap anggota keluarga adalah agar

dengan demikian dapat mengurangi masalah-masalah didalam

keluarga.

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

15

e. Sikap menerima, sikap menerima setiap anggota keluarga, sebagai

langkah kelanjutan pengertian, berarti dengan segala kelemahan,

kekurangan dan kelebihannya, ia seharusnya mendapatkan tempat

dalam keluarga. Seseorang harus yakin bahwa ia sungguh diterima

dan merupakan anggota penuh dari keluarganya. Setiap anggota

keluarga berhak atas kasih saying orang tuanya, sebaliknya anak harus

pula menunaikan tugas dan kewajiban sebagai anak terhadap orang

tuanya. Setiap hak selalu harus disertai kewajiban. Menerima terhadap

kekurangan-kekurangan yang sulit berubah. Sikap menerima terhadap

kekurangan-kekurangan ini sangat perlu, supaya tidak menimbulkan

kekesalan yang kronis. Kekecewaan yang disebabkan kegagalan atau

tidak tercapainya harap tidak merusak suasana keluarga dan

memenuhi perkembangan lainnya.

f. Peningkatan usaha, setelah setiap anggota diterima dengan segala

kekurangan dan kemampuannya sebagai anggota penuh yang

menduduki tempatnya masing-masing dalam keluarga, perlu adanya

peningkatan usaha. Peningkatan usaha dilakukan dengan

memperkembangkan setiap aspek dari anggotanya secara optimal.

Peningkatan usaha ini perlu supaya tidak terjadi keadaan yang statis

dan membosankan.

Peningkatan usaha disesuaikan dengan setiap kemampuan, baik

materi dari pribadinya sendiri maupun kondisi lainnya. Sebagai hasil

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

16

peningkatan usaha, tentu akan kembali menimbulkan perubahan-

perubahan.

g. Penyesuaian, penyesuaian harus selalu mengikuti setiap perubahan,

baik dari pihak orang tua maupun anak. Penyesuaian terhadap

perubahan-perubahan ini dialami oleh dirinya sendiri, misalnya akibat

perkembangan biologis. Penyesuaian ini meliputi perubahan-

perubahan di diri sendiri, perubahan diri anggota keluarga lainya dan

perubahan diluar keluarga.

Berdasarkan uraian diatas, family well being dipengaruhi berbagai

faktor yaitu faktor perhatian, pengetahuan, pengenalan diri, pengertian,

sikap menerima, peningkatan usaha dan penyesuaian.

B. Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Departemen Kesehatan RI, 1988).

Kalau kita mempersempit pengertiannya, keluarga dapat diartikan

sebagai sekumpulan orang-orang yang bertempat tinggal dalam satu atap

rumah dimana satu sama lainnya saling ketergantungan (BKKBN, 1990).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan keluarga

adalah mereka yang tinggal di dalam satu rumah atau satu atap baik itu

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

17

adanya ikatan darah maupun bukan ikatan darah. Jadi dalam hal ini,

pengertian keluarga dibatasi oleh tempat tinggal.

Keluarga adalah kelompok terkecil yang biasanya terdiri dari

seorang ayah dengan seorang ibu serta satu atau lebih anak-anak. Dimana

ada keseimbangan, kselarasan kasih sayang dan tanggung jawab serta anak

menjadi orang yang berkepribadian dan berkecenderungan untuk

bermasyarakat.

Ahmadi, (2005) Keluarga adalah merupakan kelompok primer

yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah

grup yang terbentuk dari perhubungan mana sedikit banyak berlangsung

lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga

dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari

suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai

sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.

C. Urbanisasi

Urbanisasi merupakan gejala alamiah sejalan dengan perkembangan

ekonomi dan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah, adanya

konsentrasi penduduk yang tinggi atau berlebihan di suatu wilayah dapat

menimbulkan apa yang disebut dengan aglomerasi atau primacy

Tjiptoherijanto (dalam Nurwati 2005).

Di negara berkembang termasuk Indonesia urbanisasi lebih berfungsi

sebagai faktor penghambat daripada faktor pendorong bagi pembangunan

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

18

nasional. Urbanisasi dapat menimbulkan masalah di perkotaan yang berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan public utilitas dan kesempatan kerja. Gejala

yang selama ini terjadi sudah sangat jelas dengan berbagai indikator,

misalnya munculnya perumahan kumuh (slums) dan pemukiman liar,

kemiskinan dan pengangguran yang tinggi di perkotaan Sukamdi (dalam

Nurwati 2005). Selain itu, menurut Wiyono (dalam Nurwati 2005)

pertumbuhan penduduk yang cepat di perkotaan berdampak langsung

terhadap lingkungan melalui berbagai cara, seperti; (1) Karena luas perkotaan

terus berkembang, pemerintah mengubah lahan pertanian menjadi lahan

industri dan pemukiman, (2) Penduduk perkotaan lebih banyak menggunakan

air dan energi, serta lebih banyak membuang limbah atau sampah

dibandingkan dengan penduduk pedesaan, dan (3) Penduduk perkotaan yang

padat akan menyebabkan polusi udara dan air. Selain itu, terkonsentrasinya

penduduk dan lokasi industri menyebabkan meningkatnya polusi di

perkotaan.

Selanjutnya Keban (dalam Nurwati 2005) mengemukakan, jika dilihat

dari pendekatan demografis urbanisasi dapat diartikan sebagai proses

peningkatan konsentrasi penduduk di perkotaan sehingga penduduk yang

tinggal di perkotaan secara keseluruhan meningkat. Biasanya konsep

konsentrasi tersebut dapat diukur dari proporsi penduduk yang tinggal di

perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut, atau kadang-kadang

perubahan jumlah pusat kota. Kesulitan yang sering timbul dari konsep

tersebut adalah menyepakati definisi kota atau perkotaan.

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

19

Urbanisasi jika dilihat dari konsep modernisasi merupakan perubahan

orientasi tradisional ke orientasi modern tempat terjadinya difusi modal,

teknologi, nilai-nilai, pengelolaan kelembagaan dan orientasi politik dari

dunia barat (kota) ke masyarakat yang masih tradisional (desa). Pada mulanya

banyak yang menilai urbanisasi sebagai suatu kesuksesan pembangunan

nasional, karena dalam proses tersebut terjadi replikasi pola barat dan

perluasan nilai-nilai barat dalam bidang teknologi, politik, ekonomi, dan

budaya. Pada tataran seperti ini urbanisasi identik dengan modernisasi Smith

dan Nemeth (dalam Nurwati 2005), dan proses tersebut meningkatkan

intensitas kontak sosial per unit waktu sehingga dapat menyebabkan

perubahan sosial.

Dari sisi legal formal, urbanisasi dapat dilihat dari perkembangan kota

yang telah ada. Secara hukum kota memiliki batas-batas admistratif tertentu,

dan hanya dapat berubah melalui prosedur legal formal. Konsep ini berlainan

dengan konteks fungsional yang batas-batas kotanya lebih ditentukan oleh

fungsi atau karakteristik suatu lokasi. Misalnya ada desa yang memiliki batas-

batas wilayah administratif tertentu, tetapi sebagian besar wilayahnya

terklasifikasi sebagai perkotaan.

Selanjutnya Evers dan Korff (dalam Nurwati 2005) mengemukakan,

riset mengenai proses urbanisasi di negara berkembang sangat dipengaruhi

oleh teori-teori urbanisasi Eropa dan Amerika yang berpendapat kota kecil

(town) atau kota besar (city) adalah pusat kemajuan dan pembangunan serta

pusat perubahan sosial. Kritik terhadap teori urbanisasi di atas dikemukakan

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

20

oleh Castells yang mengatakan kota tidak otomatis sebagai pusat modernisasi

dan belum tentu pula menghimpun semua struktur modernitas.

Urbanisasi yang cepat dan terpusat hanya di satu kota utama

mengakibatkan timbulnya sejumlah masalah seperti kemacetan, polusi dan

daerah kumuh. Dominasi berlebihan kota utama menghambat pertumbuhan

kota-kota yang lebih kecil, bahkan dalam hal pertumbuhan dan

perkembangan, kota utama berekspansi lebih cepat dibandingkan kota kecil.

Rendahnya tingkat urbanisasi keseluruhan, ditambah dengan

terkonsentrasinya penduduk di satu kota utama yang memiliki karakter

heterogen, metropolitan dan internasional bukan karakter nasional, serta

adanya fakta bahwa kota-kota utama (primate cities) ini masih muda (usia di

bawah 200 tahun) memperkuat kesan bahwa urbanisme memang asing bagi

budaya dan masyarakat Asia Tenggara.

Di masa kini, perkembangan urbanisasi di Asia Tenggara rancu dan

cenderung ruwet untuk dianalisa. Salah satunya adalah karena di Asia

Tenggara sulit untuk menunjuk suatu gerakan yang benar-benar gerakan

sosial kota, gerakan yang berbasis pada permasalahan kota, sebab antara

gerakan yang bertujuan untuk mencapai perubahan politik secara umum dan

gerakan kota sulit sekali dibedakan

Urbanisasi sebagaimana migrasi pada umumnya mempunyai faktor

penarik dan faktor pendorong. Perbedaan karakteristik antara perdesaan dan

perkotaan menjadi faktor utama yang melandasi faktor penarik dan

pendorong terjadinya arus urbanisasi.

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

21

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan jika Urbanisasi

adalah pertambahan proporsi penduduk yang tinggal di daerah kota yang

berupa pertambahan penduduk yang tinggal di perkotaan dapat disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu; (1) kelahiran alamiah yang terjadi di daerah

tersebut, (2) perpindahan penduduk, baik dari perkotaan lainnya maupun dari

pedesaan, (3) anexasi, dan (4) reklasifikasi. Ada yang menyebutkan bahwa

urbanisasi merupakan gejala alamiah sejalan dengan perkembangan ekonomi

dan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah, adanya konsentrasi

penduduk yang tinggi atau berlebihan di suatu wilayah.

D. Kerangka Berfikir

Menurut Soejipto (1992), Family Well Being adalah terciptanya suatu

keadaan keharmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi

anggota keluarga, tanpa mengalami hambatan yang serius dalam keluarga,

dan dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah untuk di atasi

secara bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga

dapat terwujud. Konsepsi tersebut mengandung arti bahwa, Family Well

Being adalah suatu yang harus diciptakan oleh keluarga dalam membentuk

keluarga yang sejahtera.

Menurut Gunarsa & Gunarsa (1979) Family Well Being merupakan

kesatuan hubungan baik antara ayah, ibu dan anak yang diartikan adanya

keserasian dalam hubungan timbal balik antara semua pihak buka bertepuk

sebelah tangan.

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Family Well Beingrepository.ump.ac.id/2289/3/BAB II.pdf · telah resmi dan tercatat dalam agama maupun Negara, dengan bukti adanya surat nikah. f. Jumlah anak

22

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis tuliskan jika adanya

urbanisasi yang di lakukan oleh kepala keluarga (suami) dapat mempengaruhi

sebuah kualitas keluarga karena Urbanisasi merupakan gejala alamiah sejalan

dengan perkembangan ekonomi dan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu

daerah, adanya konsentrasi penduduk yang tinggi atau berlebihan di suatu

wilayah.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Family Well-Being

Keluarga yang

ditinggal berurbaniasi

1. Hubungan keluarga

2. Pemenuhan ekonomi keluarga

3. Terjaminnya kesehatan keluarga

4. Pencapaian kualitas pendidikan

5. Hubungan dengan masyarakat

6. Keluarga dalam kehidupan

beragama

Family Well-Being Pada..., Felicitasya Indah Mujiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016