bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Al – Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.7 Juga merupakan suatu
bentuk equity financing, secara tekhnis adalah akad kerja sama usaha antara
dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
Mudharabah di bagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka pengelola yang bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.
Mudharabah adalah suatu bentuk kemitraan dimana salah satu mitra
yang disebut dengan shahibul maal atau rabbul maal “penyedia dana“,
menyediakan sejumlah modal tertentu dan bertindak sebagai mitra pasif
(mitra tidur),8 sedangkan mitra lainnya yang disebut mudharib, yang
menyedikan keahlian usaha dan untuk menjalankan ventura, perdagangan,
industri, atau jasa dengan tujuan mendapatkan laba.9 Mudharib dituntut untuk
7 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah:Dari Teori ke Praktik (Jakarta: 2014), 95. 8 Umar Chapra, Sistem Moneter Islam terj. (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 188. 9 Ibid,188.
18
bertindak hati-hati dan kepercayaan yang baik serta bertanggung jawab
terhadap kerugian yang terjadi karena kelalaiannya.
Mudharabah juga sinonim dengan istilah qirad dimana penyedia dana
disebut sebagai muqaridh. Pada umumnya mashab Hanafi, Hambali dan
Zaidiyah menggunakan istilah Mudharabah, sedangkan Maliki dan Syafi’i
menggunakan istilah qiradh.10
Zainul Arifin Memberikan pengertian tentang Mudharabah adalah akad yang
dilakukan antara pemilik modal dengan mudharib (pengelola) dimana untung
disepakati diawal untuk dibagi bersama dan kerugian ditanggung oleh
pemilik modal.11
Gambar dibawah ini merupakan skema pembiayaan mudharabah12
Bagan 2.1. Skema Pembiayaan Mudharabah
10 Ibid,188. 11 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah (Jakarta: Alvabet, 2000), 202. 12 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah:Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2014),98.
19
B. Dasar Hukum Mudharabah
Secara umum, landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak pada ayat-ayat dan Hadits
berikut ini:
a. Al-Qur’an
(i). Q.S Al-Muzzamil : 20
یبتغون من فضل ٱلأرض وءاخرون یضربون فى ٱ>
“ ...dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT...”
(ii). Q.S Al-Jumu’ah : 10
لوة فإذا قضیت من فضل ٱبتغوا و ٱلأرض فى ٱنتشروا ف ٱلص ٱذكروا و ٱ> ا لعلكم تفلحون ٱ> كثیر
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan
carilah karunia Allah SWT...”
(iii). Q.S Al-Baqarah : 198
ب ڪم لیس علی ڪم جناح أن تبتغوا فضلا من ر
“Tidak ada dosa halangan bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu...”
b. Hadits
Hadits diriwayatkan Thabrani dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin
Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai secara Mudharabah ia
mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah serta tidak membeli hewan. Jika persyaratan itu dilanggar ,
ia (mudharib) harus menanggung resikonya ketika persyaratan yang
20
ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah beliau membenarkannya13
menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas
dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah
SAW dan Rasulullah pun membolehkannya” (HR Thabrani).
عن صالح بن صھیب عن أبیھ قال قال رسول الله صلى الله علیھ و سلم ثلاث فیھن البركة البیع إلى أجل
والمقارضة وأخلاط البر بالشعیر للبیت لا للبیع
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW, bersabda, “tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaaradhah
(Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah no.2280, kitab at-Tijarah).
IjmaDiriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,
Mudharib harta anak yatim sebagai Mudharabah dan tak ada seorangpun
yang mengingkari mereka . karenanya hal itu dipandang sebagai ijma’
Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu.14 Secara umum
Mudharabah terbagi :
1) Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal
dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan Fiqih
Ulama Salafus Saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma
13 Abdullah Bin Abdurrahman Al Bassam, Syarah Bulughul maram, Jilid 5 (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2006), 22. 14 Ibid, 25.
21
syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang
memberikan kekuasaan sangat besar.
2) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
Mudharabah/specified Mudharabah adalah kebalikan dari mudahrabah
mutlalaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau
tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecendrungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia
usaha.15
C. Rukun dan Syarat Mudharabah
Menurut ulama Syafi’iyah, rukun-rukun mudharabah ada enam, yaitu:16
1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya;
2. Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik
barang;
3. Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang;
4. Mal, yaitu harta pokok atau modal
5. Amal, yaitu pekerjaan pengelolahan harta sehingga menghasilkan laba;
6. Keuntungan.
Menurut Sayyid Sabiq, rukun mudharabah adalah ijab dan kabul yang keluar dari
orang yang memiliki keahlian. Syarat-syarat sah mudharabah berhubungan dengan
rukun-rukun mudharabah itu sendiri. Syarat-syarat sah mudharabah adalah sebagai
15 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah:Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2014), 95-97. 16 Hendi suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers 2011), 139.
22
berikut:
1. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila
barang itu berbentuk mas atau perak batangan (tabar), mas hiasan atau
barang dagangan lainnya, mudharabah tersebut batal.
2. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasharuf,
maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang gila, dan orang-
orang yang berada di bawah pengampuan.
3. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal yang
diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan tersebut
yang akan dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati.
4. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus
jelas persentasenya, umpamanya setengah, sepertiga atau seperempat.
5. Melafazkan ijab dari pemilik modal, misalnya aku serahkan uang ini
kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua dan kabul dari
pengelola.
6. Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak megikat pengelola harta
untuk berdagang di Negara tertentu, memperdagangkan barang-barang
tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementara di waktu lain tidak karena
persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari tujuan akad
mudharabah, yaitu keuntungan. Bila dalam mudharabah ada persyaratan-
persyaratan, maka mudharabah tersebut menjadi rusak (fasid) menurut
pendapat al-Syafi’i dan Malik. Sedangkan menurut Abu Hanifah dan
23
Ahmad Ibn Hanbal, mudharabah tersebut sah.17
D. Pengertian Pembiayaan
Pengertian Pembiayaan adalah Aktivitas yang tidak kalah
pentingnya dalam manajemen dana Lembaga Keuangan Syari’ah adalah
pelemparan dana atau pembiayaan yang sering juga disebut dengan lending-
financing. Istilah ini dalam keuangan konvensional dikenal dengan sebutan
kredit. Pembiayaan dengan rencana memperoleh pendapatan. Dalam
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perubahan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, terdapat definisi pembiayaan
adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan berupa:18
a) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik
c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna
d) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
e) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan / atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan / atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
17 Hendi suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: 2011), 140. 18 Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan- Edisi Keempat (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), 474.
24
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan, atau bagi hasil.
E. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah dilihat dari segi produktivitasnya yaitu
dalam kaitannya dengan kemampuannya menghasilkan pendapatan bagi
bank, sudah berkurang atau menurun dan bahkan mungkin sudah tidak ada
lagi. Bahkan dari segi bank itu sendiri, sudah tentu mengurangi pendapatan,
memperbesar biaya cadangan, yaitu PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif), sedangkan dari segi nasional, mengurangi kontribusinya
terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.19
Maka dari itu, pembiayaan dapat diartikan sebagai fasilitas yang
berhubungan dengan biaya melalui penyediaan uang atau tagihan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah merupakan salah satu
bentuk dari aktiva produktif. Proses penentuan kualitas aktiva produktif
melalui analisis serta evaluasi terhadap prospek usaha, kinerja
(performance) nasabah, dan kemampuan membayar untuk memenuhi
kewajibannya adalah bertujuan untuk mendapatkan informasi sedini
mungkin terhadap kondisi usaha nasabah, serta kemampuan mereka
mempertahankan usahanya sehingga manajemen bank dapat segera
19 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah (Jakarta:
Sinar Grafika, cet. 1, 2012), 66.
25
mengupayakan solusi yang tepat demi mengamankan dana masyarakat yang
merupakan sumber pendanaan utama bank sekaligus kredibilitas bank di
mata masyarakat luas, karena kegagalan bank dalam mengelola aktiva
produktif sudah pasti akan berdampak yang sangat signifikan terhadap
stabilitas perekonomian nasional.20
Kredit Macet/NPL(Non-Performing Loan) pada mulanya selalu
diawali dengan terjadinya “wanprestasi” (ingkar janji/cedera janji), yaitu
suatu keadaan dimana debitur tidak mau dan tidak mampu memenuhi janji.
Janji yang telah dibuatnya sebagaimana tertera dalam perjanjian kredit.
Penyebab debitur wanprestasi dapat bersifat alamiah (diluar kemampuan
dan kemauan debitur), maupun akibat itikad tidak baik debitur. Wanprestasi
juga bisa disebabkan oleh pihak bank karena membuat syarat perjanjian
kredit yang sangat memberatkan pihak debitur.21
20 Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), 104.
21 Iswi Hariyani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), 28.
26
Di bawah ini merupakan Penggolongan Kualitas Kredit berdasarkan
golongannya:
Tabel 2.2 Penggolongan Kualitas Kredit Berdasarkan Prospek Usaha
Tabel 2.3 Penggolongan Kualitas Kredit Berdasarkan Kondisi Keuangan
27
Tabel 2.4. Penggolongan Kualitas Kredit Berdasarkan Kemampuan Membayar22
Sebagian besar kredit bermasalah tidak muncul secara tiba-tiba. Hal
ini disebabkan karena pada dasarnya kasus kredit bermasalah merupakan
satu proses, yang diharapkan api dalam sekam. Banyak gejala tidak
menguntungkan yang menjurus kepada kredit bermasalah, sebenarnya telah
bermunculan jauh sebelum kasus itu sendiri timbul dipermukaan. Bilamana
gejala tersebut dapat dideteksi dengan tepat dan ditangani secara profesional
sedini mungkin, ada harapan kredit yang bersangkutan dapat ditolong.
Gejala-gejala yang muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit bermasalah
adalah :
1) Penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit
2) Penurunan kondisi keuangan perusahaan
3) Frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti
22 http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsipperaturan/Perbankan1998/skdir31147.pdf, diakses pada tanggal 2 juli 2017.
28
4) Penyajian bahan masukan secara tidak benar
5) Menurunnya sikap kooperatif debitur
6) Penurunan nilai jaminan yang disediakan
7) Problem keuangan atau pribadi23
F. Faktor-faktor yang menyebabkan Pembiayaan Bermasalah
Ada beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut:24
1) Faktor Intern (berasal dari pihak bank):
a) Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah
b) Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah
c) Kesalahan setting fasilitas pembiayaan (berpeluang melakukan side
streaming)
d) Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepadabisnis usaha nasabah
e) Proyeksi penjualan terlalu optimis
f) Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang
memperhitungkan aspek kompetitor
g) Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspekmarketable
h) Lemahnya supervisi dan monitoring
i) Terjadinya erosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara
nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian
pembiayaan tidak didasarkan pada praktik perbankan yang sehat.
2) Faktor Ekstern (berasal dari pihak luar):
23 Siswanto Sutojo, The Management of Commercial Bank (Jakarta: Damar Mulia Pustaka,
2007), 171. 24 Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), 102-103.
29
a) Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan informasi
dan laporan tentang kegiatannya)
b) Melakukan side streaming penggunaan dana
c) Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadaisehingga kalah dalam
persaingan usaha
d) Usaha yang dijalankan relatif baru
e) Bidang usaha nasabah telah jenuh
f) Tidak mampu menanggulangi masalah/kurang menguasai bisnis
g) Meninggalnya key person
h) Perselisihan sesama direksi
i) Terjadinya bencana alam
j) Adanya kebijakan pemerintah : peraturan suatu produk atau sektor
ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi
perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut.