peran intelejen densus 88 dalam menanggulangi …digilib.unila.ac.id/55096/3/skripsi tanpa bab...

64
PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA TERORISME (Skripsi) Oleh RYAN FAIZUL FAJRI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 31-Oct-2019

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI TINDAK

PIDANA TERORISME

(Skripsi)

Oleh

RYAN FAIZUL FAJRI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

ABSTRAK

PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI TINDAK

PIDANA TERORISME

Oleh

RYAN FAIZUL FAJRI

Kejahatan terorisme merupakan salah satu bentuk kejahatan berdimensi

internasional yang sangat menakutkan masyarakat. Intelijen menjadi salah satu

kunci pemberantasan tindak pidana terorisme. Bukti awal dari laporan intelijen

memberikan kewenangan Densus 88/AT untuk melakukan penangkapan. bahwa

terdapat kelemahan selama ini terkait fungsi intelejen buktinya banyak sekali

kejadian teror bom yang tidak dapat dicegah dan pihak intelejen belum

sepenuhnya efektif dalam menanggulangi hal tersebut jadi selama ini intelejen

kecolongan terus terkait aksi bom yang ada di Indonesia. Adapun yang menjadi

permasalahan dalam penulisan ini adalah: Bagaimanakah peran intelejen Densus

88 Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Terorisme?Apakah bentuk koordinasi

Densus 88 dengan lembaga lain yang terkait dengan penganggulangan tindak

pidana terorisme?

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan empiris. Penelitian

normatif dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat teoritis asas-asas hukum,

sedangkan pendekatan empiris yaitu dilakukan untuk mempelajari hukum dalam

kenyataannya baik berupa penilaian perilaku. Narasumber yang dipakai adalah

Penyidik Densus 88 Anti Teror Polda Lampung, Dosen Bagian Hukum Pidana FH

Unila dan Jaksa Pada Kejaksaan Tinggi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diketahui bahwa : Peran

Intelejen Densus 88 Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Terorisme tidak lepas

dari Peran Polri sebagai penegakan hukum dan menjaga ketertiban umum Fungsi

Kepolisian (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian)

yang mana Intelejen Densus 88 melakukan Strategi pendekatan lunak dalam

menangani terorisme dilakukan melalui 5 (lima) kegiatan yaitu: Pertama,

melakukan Kontra Radikalisasi (counter radicalization), Kedua Deradikalisasi

(deradicalization), Ketiga, Kontra Ideologi (counter ideology), Keempat,

Menetralisir channel atau media, Kelima, Menjaga kondusifitas situasi untuk

mencegah penyebaran paham Islam radikal. Langkah preventif yang diambil oleh

intelejen Densus 88 dalam rangka penanggulangan terhadap tindak pidana

terorisme, yaitu: Peningkatan pengamanan dan pengawasan terhadap senjata api,

Peningkatan kesiapsiagaan terhadap teroris; Pengawasan terhadap bahan peledak

Page 3: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

Ryan Faizul Fajri dan bahan-bahan kimia yang dapat dirakit menjadi bom, Pengetatan pengawasan

perbatasan dan pintu-pintu keluar masuk, dan Pengawasan kegiatan masyarakat

yang mengarah kepada aksi teror. Bentuk Koordinasi Densus 88 Dengan

Lembaga Lain Yang Terkait Dengan Penganggulangan Tindak Pidana Terorisme

dengan melakukan koordinasi dengan intelejen daerah. Langkah ini dapat

ditempuh melalui Kominda. Kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh Kominda

merupakan faktor yang sangat penting dalam menghimpun informasi. Ini

dilakukan guna mendeteksi secara dini segala bentuk kerawanan di daerah.

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi saran penulis adalah: Hendaknya

peran intelejen dapat ditingkatkan secara maksimal baik dalam pengolahan data

dan informasi berkaitan dengan mengendus rencana serangan terorisme yang

hendak dilakukan. dan Hendaknya Pemerintah membuat fungsi pengawasan

terkait operasi yang dilakukan oleh densus dalam memburu terorisme patut

diawasai juga oleh sebuah lembaga yang fungsinya memberikan teguran dan

sanksi kepada anggota densus yang melakukan tindakan diluar batas seperti

melanggar HAM selama ini banyak kritikan terkait kinerja densus yang tidak

pernah dihukum terkait tindakannya dilapangan.

Kata Kunci : Peran, Intelejen Densus 88, Terorisme

Page 4: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI TINDAK

PIDANA TERORISME

Oleh

RYAN FAIZUL FAJRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian
Page 6: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian
Page 7: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian
Page 8: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

PERSEMBAHAN

Teriring Do’a dan rasa syukur Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-

Nya serta Junjungan Tinggi Rasulullah Muhammad SAW, kupersembahkan karya

skripsi ini kepada inspirasi terbesarku :

Kedua orangtuaku Ayahanda Syaiful Dermawan, S.H., M.M. dan

Ibunda Hana Kurniati, S.E. yang sudah membesarkan, mendidik, membimbing,

berdoa, berkorban serta mendukungku. Terimakasih untuk semua kasih sayang

dan pengorbanan serta setiap doa yang selalu mengiringi langkahku.

Kakakku Annisa Nur Syafina, S.H. Adik-adikku Raden Hamdi Zayyad, Riska

Putri Soraya, Irfan Ahmad Ghozali dan Ariel Abdul Hakim yang kusayangi dan

kubanggakan, terimakasih atas motivasi dan doa untuk keberhasilanku.

Dosen pembimbing dan dosen pembahasku, terimakasih atas bantuan dan

dukungan dalam pembuatan skripsi ini.

Almamater Universitas Lampung Fakultas Hukum tempat aku menimba ilmu dan

mendapatkan pengalaman berharga yang menjadi awal langkahku meraih

kesuksesan.

Page 9: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

MOTTO

Maka sesunguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Al- Insyirah:5-6)

Hatiku tenang mengetahui bahwa apa yang telah melewatkanku tidak akan pernah

menjadi takdirku. Dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan melewatkanku.

(Umar bin Khattab)

Page 10: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang maha

pengasih dan maha penyayang yang telah melimpahkan nikmat hidayah serta

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyeslesaikan skripsi ini dengan tepat

waktu. Shalawat serta salam, senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga, sahabat serta seluruh umat.

Skripsi dengan judul “Peran intelejen Densus 88 dalam menanggulangi tindak

pidana terorisme” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan

untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini,

penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H. M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung beserta staf yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada

penulis selama mengikuti pendidikan.

Page 11: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

3. Bapak Eko Raharjo, S.H, M.H. selaku Ketua Bagian Hukm Pidana

sekaligus pembimbing kesatu yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dona Raisa Monica, S.H, M.H. Selaku pembimbing kedua sekaligus

sekretaris Bagian Hukum Pidana , yang tak kenal lelah meluangkan waktu,

tenaga serta pikiran untuk memberi dorongan dan semangat kepada penulis

dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Sunarto, S.H, M.H. selaku pembahan kesatu dan juga penguji

utama yang telah memberikan masukan, saran dan pengarahannya dalam

penulisan skripsi ini.

6. Ibu Emilia Susanti, S.H, M.H. Selaku pembahas kedua yangtelah memebrikan

kritik, masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Martha Rianana, S.H, M.H. Sebagai dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbigan dan motivasi selama ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, terimakasih atas ilmu dan pengetahuan serta bantuan

kepada penulis selama ini.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

senantiasa membantu dan melayani dengan tulus dan sepenuh hati kepada

penulis selama menajalani perkuliahan.

10. Narasumber dalam penulisan skripsi ini Prof.Dr. Sanusi Husin, S.H, M.H.

selaku dosen di Fakultas Hukum, Ilhamd Wahyudi, .S.H. Selaku jaksa di

Kejaksaan Tinggi Lampung, Briptu. Heru Robiansyah selaku anggota Densus

Page 12: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

88 yang telah membantu dalam mendapatkan data yang diperlukan dalam

penulisan skripsi ini.

11. Kedua orangtuaku Ayahanda Syaiful Dermawan, S.H, M.H. dan Ibunda Hana

Kurniati, S.E. , kakak dan adik-adikku serta seluruh keluarga terimakasih tak

tehingga atas segala dukungan moril dan materiil serta motivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan seluruh proses perkuliahan.

12. Kepada kakakku Annisa Nur Syafina, S.H. beserta suami Heru Robiansyah,

adik-adikku Raden Hamdi Zayyad, Riska Putri Soraya, Irfan Ahmad Ghozali

dan Ariel Abdul Hakim yang telah mendukung, memberikan semangat serta

bantuan selama ini, aku bangga tumbuh bersama kalian dalam satu ikatan

keluarga

13. Kepada yang terkasih Anisa Zulfia, A,Md yang selalu menemani, memberi

semangat dan menjadi motivasi hidupku selama ini.

14. Sahabat-sahabat karibku Adon, Dinda, Ook, Atika, Reggy, Cici, Ari dan

Ramli kita telah lewati suka duka bersama-sama, terimakasih untuk semuanya

semoga persahabatan kita dapat terjalin selamanya.

15. Para sahabat Fakultas Hukum Syuhada, Verdinan, Ipul, Reza, Okta, Kadapi,

Reynaldi, Olan, Ohang, Qomar, Aden, Dona, Ute, Uci, dan masih banyak

sahabatku yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terimakasih telah

menemaniku melewati hari-hari selama proses pendidikan di Fakultas Hukum.

16. Keluarga baruku KKN Kampung Sumber Katon Kecamatan Seputih Surabaya

Lampung Tengah Bapak Ade Suryaman beserta Ibu, Kiki, Gita, Heri, Zul,

Irma, Melinda dan seluruh masyarakat Sumber Katon, terimakasih atas 40 hari

yang sangat berkesan dan berharga dalam hidupku.

Page 13: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

17. Keluarga besar Datuk H. Dermawan, Jidah, Wak Atu, Pakcik, Biksu, Bikcik,

Ahmed, Atu Kin, Fakhri dan semuanya, terimakasih atas doa dan dukungan

selama ini.

18. Keluarga besar Yayik H. Abdul Rani, Nyaik, Wak Herzun, Wak Ipum, Wak

Heri, Binda, Muda, Om Udin, Kiki, Ndek, Abin, Zahra, Adib, Sari, Selly,

Hendi, dan Sandi terimakasih atas doa, dukungan, bantuan dan bimbingan

selama penulis menjalankan perkuliahan di Universitas Lampung.

19. Adik-adik Fakultas hukum Bill Clinton, Kaisar, Adit, dan Ojay terimakasih

atas bantuan dan telah menemaniku dalam menyelesaikan skripsi ini.

20, Karyawan-karyawati gedung A Fakultas Hukum Bu Aswati, Bu De Siti, Pak

De Misiyo dan Bang Ijal yang senantiasa membantu dan tulus melayani penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

20. Kepada semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu

penulis mengucapkan terimaksih atas dukungan dan bantuannya selama ini.

21. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung

Terimakasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Akhir kata

atas bantuan dan dukungan serta doa dan semangat dari kalian, penulis

mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan pada

umumnya dan ilmu hukum khususnya hukum pidana.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis

Ryan Faizul Fajri

Page 14: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ......................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 6

D. Kerangka Teori dan Konseptual ............................................................. 7

E. Sistematika Penulisan ............................................................................. 18

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Peran Intelejen Densus 88 Anti Teror ........ 20

B. Tinjauan Umum Mengenai Tindak Pidana Terorisme diIndonesia ........ 21

C. Prosedur Penangkapan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia ............. 32

D. Teori Mengenai Upaya Penanggulangan Kejahatan .............................. 33

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ............................................................................. 38

B. Sumber dan Jenis Data ......................................................................... 39

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................................... 40

D. Penentuan Narasumber......................................................................... 41

E. Analisis Data ........................................................................................ 42

Page 15: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran Intelejen Densus 88 Dalam Menanggulangi Tindak Pidana

Terorisme ......................................................................................... 43

B. Upaya Bentuk Koordinasi Densus 88 Dengan Lembaga Lain

Yang Terkait Dengan Penganggulangan Tindak Pidana

Terorisme ......................................................................................... 62

V. PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................................... 73

B. Saran ............................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejahatan terorisme merupakan salah satu bentuk kejahatan berdimensi

internasional yang sangat menakutkan masyarakat. Peristiwa 11 September 2001

di New York menjadi babak baru dalam menentukan dan membangun sistem

keamanan di banyak negara terutama dalam menghadapai aksi-aksi terorisme

global.1 Terorisme menjadi isu global yang penggalangannya melibatkan negara-

negara di seluruh dunia. Terorisme menjadi musuh bersama (common enemy) dan

merupakan bagian dari kejahatan terhadap kemanusiaan yang mengakibatkan

traumatik mendalam bagi korbannya, sehingga menjadikan sebagai “gross

violation of human right” yang pemberantasannya dilakukan secara luar biasa

(extra ordinary), serta harus diberantas sampai ke akar-akarnya.

Banyaknya rangkaian peristiwa pemboman yang dilakukan oleh terorisme di

wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut bagi

masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian harta

benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang besar pada kehidupan sosial,

ekonomi, politik, dan hubungan dengan dunia internasional.

1 Ari Wibowo, Hukum Pidana Terorisme: Kebijakan Formulatif Hukum Pidana dalam

Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta: 2012, hlm. 139

Page 17: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

2

Terorisme dapat didefinisikan sebagai sebuah aksi kekerasan terencana dengan

motivasi tertentu yang dapat menimbulkan ketakutan pada orang banyak.

Kekerasan dalam terorisme bisa terjadi terhadap negara atau terhadap kelompok

tertentu. Aksi terorisme bertujuan untuk intimidasi atau memaksakan kepentingan

tertentu karena dianggap cara lain sudah tidak mungkin dilakukan.

Selain itu hal tersebut, teroris mempunyai keyakinan bahwa kekerasan adalah

suatu cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang diperkuat dengan tafsir

keyakinan (misal keyakinan terhadap suatu ideologi) secara parsial. Definisi

tersebut linear dengan arti terorisme yang merujuk pada KBBI Pusat Bahasa edisi

IV yaitu penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha

mencapai tujuan (terutama tujuan politik).

Peran intelijen dalam aplikasi sistem pemerintah Indonesia adalah memberikan

peringatan (early detection and early warning system) tentang hal-hal yang

berkaitan dengan ancaman terhadap negara dari dalam maupun dari luar. Secara

yuridis maka peran intelijen jika diterjemahkan dari tujuan Intelijen Negara yang

tertulis dalam UU Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara Pasal 5

disebutkan bahwa: Tujuan Intelijen Negara adalah mendeteksi, mengidentifikasi,

menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen dalam rangka

memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan bentuk

dan sifat ancaman yang potensial dan nyata terhadap keselamatan dan eksistensi

bangsa dan negara serta peluang yang ada bagi kepentingan dan keamanan

nasional.

Page 18: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

3

Secara umum fungsi sebuah organisasi intelijen negara adalah mengamankan

kepentingan nasional.2 Berkaitan dengan terorisme yang terjadi di Indonesia yang

merupakan salah satu ancaman yang mengganggu kepentingan nasional, maka

intelijen wajib berperan serta dalam mencegah, menanggulangi dan memberantas

terorisme. Intelijen tidak memiliki kewenangan dalam bidang penegakan hukum.

Jika intelijen menemukan alat bukti yang menyangkut tentang pencegahan,

penangkalan, dan penanggulangan ancaman keamanan nasional maka dilakukan

koordinasi dengan pihak lain seperti kepolisian untuk penegakan hukum.

Berdasarkan tugas dan kewenangannya maka intelijen mempunyai peran yang

sangat vital dalam penganggulangan terorisme. Sesuai dengan Pasal 7 UU Nomor

17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara maka ruang lingkup intelijen negara

adalah Intelijen dalam negeri dan luar negeri, Intelijen pertahanan dan/atau

militer, Intelijen Kepolisian, Intelijen penegakan hukum, dan Intelijen

kementrian/lembaga pemerintah nonkementrian.

POLRI sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan dalam penindakan hukum

membentuk Satuan Tugas Anti Teror bernama Detesamen Khusus 88 Anti Teror

POLRI (Densus 88/AT). Tugas Densus 88/AT adalah menangani segala bentuk

ancaman teroris termasuk diantaranya ancaman bom dan penyanderaan. Dalam

menangani ancaman dan aksi teroris, Densus 88/AT memerlukan laporan intelijen

sebagai informasi awal untuk melakukan tindakan.

Intelijen menjadi salah satu kunci pemberantasan tindak pidana terorisme. Bukti

awal dari laporan intelijen memberikan kewenangan Densus 88/AT untuk

2 Supono Soegirman, Intelijen, Profesi Unik Orang-orang Aneh, Media Bangsa, 2005.

Page 19: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

4

melakukan penangkapan. Fungsi intelijen dalam struktur organisasi dari Densus

88/AT sangat strategis. Densus 88/AT dalam organisasinya memiliki empat pilar

pendukung operasional setingkat sub-detasemen (Subden), yakni: Subden

Intelijen, Subden Penindakan, Subden Investigasi, dan Subden Perbantuan.

Peristiwa bom beruntun terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada bulan Mei

2018 Seperti kasus Pertama Kerusuhan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua.

tragedi penyanderaan anggota polisi oleh narapidana teroris (napiter) di Rutan

Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, mencuri banyak perhatian..3

Kasus kedua ledakan bom di Surabaya pertama kali terjadi pukul 06.30 di

Gereja Santa Maria Tak Bercela. Setelah ledakan di Gereja Santa Maria Tak

Bercela, bom selanjutnya meledak di Gereja Kristen Indonesia di Jalan

Diponegoro pada pukul 07.15 dan disusul ledakan di Gereja Pantekosta di Jalan

Arjuno pada pukul 07.53. Dalam peristiwa ledakan bom di Surabaya ini, 10

orang tewas dan 41 orang luka-luka.4

Kasus ketiga Bom bunuh diri meledak di Markas Polrestabes Surabaya Senin 14

Mei 2018 sekitar pukul 08.50 WIB. Kepolisian menyebut bom bunuh diri itu

menggunakan sepeda motor yang dikendarai seorang pria, perempuan, dan

seorang bocah yang duduk di depan. Berdasarkan rekaman CCTV, saat itu sebuah

minibus hendak memasuki gerbang penjagaan Mapolrestabes untuk dilakukan

pemeriksaan oleh tiga petugas jaga dan provost. Saat mobil tersebut diperiksa, dua

3 https://mojok.co/apk/ulasan/pojokan/kejadian-mako-brimob/ diakses pada Tanggal 5 Juli

2018 4 http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44097913 diakses pada Tanggal 5 Juli 2018

Page 20: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

5

motor mencoba menyalip mobil yang diperiksa. Saat dilakukan pemeriksaan

itulah pengendara yang membonceng seorang perempuan itu meledakkan diri..5

Kasus keempat. Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo Di hari yang sama dengan

peledakan di tiga gereja, Minggu (13/5), sekitar pukul 21.30 WIB, bom meledak

di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Bom itu milik Anton Ferdiantoro (46) dan

meledak tidak sengaja. Dalam insiden ini, Anton, beserta istri dan satu anaknya

tewas. Sedangkan tiga anaknya selamat dan mendapat perawatan di rumah sakit.6

Kasus kelima.Penyerangan di Mapolda Riau Markas Polda Riau di Pekanbaru

diserang teroris, Rabu (16/5), sekitar pukul 08.30 WIB. Lima teroris menyerang

Mapolda Riau mengunakan mobil Avanza. Teroris tersebut mencoba menerobos

ke gerbang Mapolda. Empat pelaku langsung ditembak mati sesaat setelah insiden

itu dan satu pelaku terluka. Seorang lainnya yang menyetir mobil juga berhasil

diamankan. Dua orang polisi luka-luk karena diserang dengan pedang dan seorang

polisi tewas karena tertabrak mobil teroris.7

Kejadian ini meninggalkan pertanyaan sangat besar pada publik: Mengapa bisa

terjadi? Apa yang kita bisa lakukan untuk mencegah hal ini terulang? apakah

memang Intelijen tak bekerja untuk melakukan deteksi dini gejala serangan

teroris. mengapa dalam hal-hal yang jelas sensitif tetapi Kepolisian tak mampu

mencegahnya.

5https://www.liputan6.com/news/read/3524571/kronologi-bom-bunuh-diri-mapolrestabes-

surabaya, diakses pada Tanggal 5 Juli 2018 6 https://kumparan.com/@kumparannews/5-aksi-teror-yang-terjadi-di-bulan-mei, diakses

pada Tanggal 5 Juli 2018 7 Ibid

Page 21: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

6

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis akan melakukan

penelitian dan menuangkannya ke dalam skripsi berjudul : “Peran Intelejen

Densus 88 Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Terorisme”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah peran intelejen Densus 88 Dalam Menanggulangi Tindak

Pidana Terorisme?

b. Apakah bentuk koordinasi Densus 88 dengan lembaga lain yang terkait

dengan penganggulangan tindak pidana terorisme?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah hukum pidana dan dibatasi pada kajian

mengenai Peran Intelejen Densus 88 Dalam Menanggulangi Tindak Pidana

Terorisme berdasarkan hukum di Indonesia. Ruang lingkup Lokasi Penelitian

adalah pada Detasemen Khusus 88 Polda Lampung dan Penelitian dilaksanakan

pada Tahun 2018.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Page 22: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

7

a. Untuk mengetahui peran intelejen densus 88 dalam menanggulangi tindak

pidana terorisme.

b. Untuk mengetahui koordinasi Densus 88 dengan lembaga lain yang terkait

dengan penanggulangan tindak pidana terorisme.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun

secara praktis, yaitu sebagai berikut :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah

kajian ilmu hukum pidana, khususnya yang berhubungan dengan upaya Peran

Intelejen Densus 88 Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Terorisme.

b. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan

dan kontibusi positif bagi Peran Intelejen Densus 88 Dalam Menanggulangi

Tindak Pidana Terorisme.

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

1) Peran Dari Intelejen Densus 88 Anti Teror

Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara

Republik Indonesia berperan guna penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan

khusus berompi merah ini dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror,

termasuk teror bom. Beberapa anggota juga merupakan anggota tim Gegana.

Detasemen 88 dirancang sebagai unit antiteroris yang memiliki kemampuan

mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom hingga penyanderaan.

Page 23: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

8

Densus 88 di pusat (Mabes Polri) berkekuatan diperkirakan 400 personel ini

terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul

yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu. Selain itu masing-masing

kepolisian daerah juga memiliki unit antiteror yang disebut Densus 88,

beranggotakan 45-75 orang, namun dengan fasilitas dan kemampuan yang lebih

terbatas.

Fungsi Densus 88 Polda adalah memeriksa laporan aktivitas teror di daerah.

Melakukan penangkapan kepada personel atau seseorang atau sekelompok orang

yang dipastikan merupakan anggota jaringan teroris yang dapat membahayakan

keutuhan dan keamanan negara R.I.

Penggunaan Laporan Intelejen diatur dalam Pasal 26 Ayat 1 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2003 menyebutkan: 12 “untuk memperoleh bukti permulaan

yang cukup, penyidik dapat menggunakan setiap laporan intelejen.” Dalam

penjelasan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Pasal 26 Ayat (1) diatas

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laporan intelejen adalah laporan yang

berkaitan dan berhubungan dengan masalah-masalah keamanan nasional. Laporan

intelejen dapat diperoleh dari Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar

Negeri, Departemen Pertanahan, Departemen Kehakiman dan HAM, Departemen

Keuangan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia,

Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Badan Intelejen Negara, atau instansi

lainya yang terkait. Jadi pasal ini memberikan kewenangan khusus kepada

penyidik dalam hal ini Densus 88 untuk menggunakan setiap laporan intelejen

sebagai bukti permulaan yang cukup.

Page 24: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

9

2). Teori Peran

Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: “Peranan

merupakan aspek dinamisi kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu

peranan”.Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan

merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang

usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 (dua)

variabel yang mempunyai sebab dan akibat.Sedangkan peran ideal, dapat

diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan

tersebut.8

Secara sosiologis, setiap aparat penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan

(status) dan peranan (role).Kedudukan merupakan posisi tertentu di dalam

struktur kemasyarakatan.Kedudukan tersebut merupakan peranan atau role, oleh

karena itu seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya dinamakan

pemegang peranan (role occupant). Menurut Soerjono Soekanto, suatu peranan

tertentu dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut:

1. Peranan yang ideal (ideal role)

2. Peranan yang seharusnya (expected role)

3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)

4. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role),9

Hak merupakan wewenang untuk berbuat dan tidak berbuat dan secara sosiologis,

hak merupakan suatu peranan atau lebih tepat peranan yang diharapkan (ideal

8Ibid, ,hlm125

9Ibid, ,hlm125

Page 25: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

10

role; expected role). Suatu kewajiban merupakan beban atau tugas pada seseorang

untuk melakukan sesuatu dan di dalam sosiologi kewajiban juga disebut peranan

atau peranan yang diharapkan.

Peranan yang diharapkan merupakan apa yang disebut dengan norma atau kaidah.

Kaidah tersebut, merupakan patokan atau pedoman mengenai sikap tindak yang

pantas atau yang diharapkan.Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa secara

sosiologis konsepnya adalah peranan yang diharapkan.Selain itu, dalam sosiologi

juga dikenal konsep peranan yang dianggap oleh pemegang peran itu sendiri

(perceived role).

Peranan juga ada yang dianggap oleh pemegang peran berbeda dengan peranan

yang ideal. Misalnya peranan yang diharapkan dari seorang petugas hukum,

adalah melindungi warga masyarakat.Akan tetapi mungkin petugas itu sendiri

beranggapan peranannya adalah senantiasa menindak atau menegakkan ketertiban

(yang tidak selalu serasi dengan ketenteraman pribadi). Suatu hal lain yang

memerlukan tinjauan adalah konsep peranan yang aktual (actual role).

Peranan yang aktual merupakan peranan yang dilaksanakan dalam kenyataan,

yang tidak mustahil adalah tidak serasi dengan peranan yang diharapkan ataupun

dengan peranan yang dianggap oleh pemegang peran.Kalau hal tersebut terjadi,

dapat dikatakan bahwa suatu kaidah hukum tertentu tidaklah efektif oleh karena

tidak mencapai tujuannya dan tidak ditaati dalam kenyataannya.

Secara yuridis gejala tersebut dinamakan hak dan kewajiban.Setiap hak biasanya

dilingkupi oleh suatu kewajiban, yakni kewajiban untuk tidak menyalahgunakan

hak tersebut.Demikian pula halnya dengan setiap kewajiban, yang senantiasa

Page 26: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

11

dilingkupi oleh suatu hak, yakni hak untuk tidak diganggu dalam melaksanakan

kewajiban tersebut.Hal ini merupakan suatu peranan yang diharapkan, oleh karena

dalam kenyataan tidaklah selalu demikian adanya.

Peran menyebabkan, seseorang pada batas-batas tertentu, dapat meramalkan

perbuatan atau tindakan orang lain. Setiap individu yang bersangkutan akan dapat

menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang yang ada dalam

kelompoknya. Sebagai pola perlakuan, peran memiliki beberapa unsur, antara

lain:

a. Peran ideal, sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat

terhadap status-status tertentu. Peran tersebut merumuskan hak-hak dan

kewajiban yang terkait dengan status tertentu.

b. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Ini merupakan peranan yang

sesungguhnya dilaksanakan oleh seseorang dalam kehidupan nyata. Peranana

yang dilakukan dalam kehidupan nyata mungkin saja berbeda dengan peranan

ideal, yang ideal hanya berada dalam fikiran dan belum terealisasi dalam

kehidupan yang sebenarnya.10

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh

seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang

dimiliki seorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajibankewajiban

sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku

tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Peran merupakan tindakan

atau perilaku dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam

status sosial, syarat peran mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

dimana seseorang itu didalam masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh

individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat

10

Ibid, ,hlm126

Page 27: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

12

dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial

masyarakat.

c. Peran adalah suatu yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Peran merupakan

suatu aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka

orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan tersebut.11

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa peran adalah suatu

sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang

terhadap seseoraang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Hal tersebut

dapat diartikan apabila dihubungkan dengan lembaga pemerintahan, peran tidak

berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan tugas dan wewenangnya

sebagai lembaga pemerintahan.

2) Teori Upaya Penanggulangan Kejahatan

Menurut Romli Atmasasmita kejahatan adalah masalah sosial yang di hadapi oleh

masyarakat di seluruh Negara semejak dahulu dan pada hakikat nya merupakan

produk dari masyarakat itu sendiri. Kejahatan dalam arti luas, menyangkut

pelanggaran dari norma-norma yang di kenal masyarakat, seperti norma-norma

agama, norma moral hukum. Norma hukum pada umumnya dirumuskan dalam

undang-undang yang di pertanggung jawab kan aparat pemerintah untuk

menegakkan nya, terutama kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.12

Menurut Soejono D menyadari tingginya tingkat kejahatan, maka secara langsung

atau tidak langsung mendorong pula perkembangan dari pemberian reaksi

terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan pada hakikat nya berkaitan dengan

maksud dan tujuan dari usaha penanggulangan kejahatan tersebut. Upaya

11

Miftah Thoha, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo

Perkasa, Jakarta, 2008 hlm. 98 12

Romli atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung, Tarsito, 2006, hlm.

32.

Page 28: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

13

penanggulangan kejahatan telah dilakukan semua pihak, baik pemerintah maupun

masyarakat pada umum nya.13

Berbagai program serta kegiatan yang telah di lakukan sambil terus mencari cara

yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi masalah kejahatan. Terdapat

beberapa cara yang dapat digunakan dalam melakukan penanggulangan kejahatan,

yaitu :

a) Penerapan hukum pidana (criminal law application);

b) Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment);

c) Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan

lewat media massa (influencing views of society on crime and

punishment/mass media).14

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan

kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal.15

Kebijakan kriminal tidak terlepas

dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan

atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan upaya-upaya untuk

perlindungan masyarakat. Dengan demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan

kejahatan dilakukan dengan menggunakan sarana penal, maka kebijakan hukum

pidana khususnya pada tahap yudikatif/aplikatif harus memperhatikan dan

13

Soejono, D..Doktrin-doktrin krimonologi, Bandung, Alumni, 1973, hlm.42 14

Barda Nawawi Arif, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakkan dan Pengembangan dan

Pengembangan Hukum Pidana, Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 52 15

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta, Kencana, 2008,

hlm. 1.

Page 29: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

14

mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa kesejahteraan

sosial dan kebijakan untuk perlindungan masyarakat.16

Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan kebijakan kriminal. Usaha -

usaha yang rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan sudah

tentu tidak hanya dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), tetapi juga

menggunakan sarana non penal. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus

menunjang tujuan yang sangat penting yaitu aspek kesejahteraan masyarakat yang

bersifat immateril, terutama nilai kepercayaan, kebenaran, kejujuran dan keadilan.

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan

intergral ada keseimbangan sarana penal dan nonpenal. Dilihat dari sudut politik

kriminal, kebijakan paling strategis melalui sarana nonpenal karna lebih bersifat

preventif dan kerena kebijakan penal mempunyai keterbatasan/kelemahan yaitu

bersifat fragmentaris/tidak struktural fungsional dan harus didukung oleh

infrastruktur biaya yang tinggi.17

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal yang

operasionalnya melalui beberapa tahap yaitu :

a) Tahap Formulasi (kebijakan legislatif).

b) Tahap Aplikasi (kebijakan yudikatif/yudisial).

c) Tahap Eksekusi (kebijakan eksekutif/administratif).

Upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan adanya tahap

formulasi, maka bukan hanya tugas aparat penegak hukum saja, tetapi juga tugas

16

Shafrudin, Politik Hukum Pidana, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 1998, hlm.

75. 17

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam

Penanggulangan Kesejahteraan, Jakarta, Kencana, 2010, hlm. 77.

Page 30: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

15

aparat pembuat hukum (aparat legislatif) bahkan kebijakan legislatif merupakan

tahap paling strategis dari penal policy. Karena itu kesalahan atau kelemahan

kebijakan legislatif merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi

penghambat upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan pada tahap aplikasi

dan eksekusi.18

Upaya-upaya penanggulangan kejahatan di atas dapat dikelompokan dalam

bentuk upaya-upaya: Pertama, Upaya Preventif yaitu segala upaya untuk

mencegah seorang atau masyarakat melakukan kejahatan diantaranya dengan

mengupayakan untuk menghilangkan faktor kesempatan misalnya dengan

mengadakan patroli secara kontinyu, pengadaan posko-posko keamanan,

pengadaan operasi atau razia senjata tajam.19

Kedua, Upaya Represif yaitu segala

tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dan masyarakat sesudah

terjadinya kejahatan diantaranya dengan mengadakan tindakan penyidikan,

penuntutan, dan seterusnya sampai dilaksanakannya pidana atau keputusan

hakim.20

Upaya ini dalam pengambilan tindakannya, apabila petugas menemukan yang

merupakan gangguan bagi ketertiban dan keamanan umum dan peristiwa itu

belum merupakan suatu tindakan pidana tetapi petugas sudah menindaknya

dengan tujuan untuk menghindarkan terlaksananya suatu tindak pidana misalnya

dalam hal kerusuhan maka petugas dapat berinisiatif menindak tegas massa yang

melakukan tindakan agresif dan deskrutif seperti penyerangan, perusakan, dan

penjarahan yang dapat mengancam harta dan jiwa seseorang.

18

Ibid, hlm. 79. 19

Ibid, hlm. 48 20

Ibid, hlm. 48

Page 31: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

16

Ketiga, Upaya Kuratif yaitu sebagai pelaksanaan pidana dengan mengadakan

pembinaan bagi para pelaku kejahatan atau tindakan pidana.21

Upaya

penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi juga menjadi dua: yaitu

lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat jalur non penal (di luar hukum

pidana). Dalam pembagian G.P Hoefnagels di atas upaya-upaya yang disebut

dalam butir (b) dan (c) dapat dimasukkan dalam kelompok upaya nonpenal.

Secara kasar dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat

jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represif yaitu sesudah kejahatan

terjadi, sedangkan jalur nonpenal lebih menitikberatkan pada sifat preventive

yaitu pencegahan, penangkalan, pengendalian sebelum kejahatan terjadi.

Upaya penaggulangan dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan

represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti

luas. Maka perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan sebelum terjadinya kejahatan

serta memperbaiki pelaku yang telah diputuskan bersalah mengenai pengenaan

hukuman.

Usaha-usaha tersebut di atas sebenarnya yang lebih baik adalah usaha mencegah

sebelum terjadinya kejahatan daripada memperbaiki pelaku yang telah melakukan

kejahatan.22

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan antara konsep-

konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah

21

Ibid, hlm. 49 22

Ibid, hlm. 46-47

Page 32: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

17

yang ingin atau yang akan diteliti.23

Kerangka konseptual yang akan digunakan

dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Intelejen

Intelijen adalah pengetahuan, organisasi, dan kegiatan yang terkait dengan

perumusan kebijakan, strategi nasional, dan pengambilan keputusan berdasarkan

analisis dari informasi dan fakta yang terkumpul melalui metode kerja untuk

pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan

penanggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional.24

2. Dentasemen Anti Teror 88

Dentasemen Anti Teror 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik

Indonesia untuk penanggulangan terorisme di Indonesia. Pasukan khusus ini

dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom.

Beberapa anggota juga merupakan anggota tim Gegana.25

3. Tindak Pidana

Tindak Pidana adalah suatu kelakuan/handeling yang diancam pidana, bersifat

melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh

orang yang mampu bertanggung-jawab.26

4. Terorisme

Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur tindak

pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang yang mengatur

pemberantasan tindak pidana terorisme.27

23

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat, Rajawali, Jakarta,. 24

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2011 Tentang

Intelijen Negara 25

https://id.wikipedia.org/wiki/Detasemen_Khusus_88_(Anti_Teror) 26

Moeljatno. 1983. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Bandung, hlm 56

Page 33: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

18

E. Sistematika Penulisan

I. PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang Latar Belakang, Permasalahan dan Ruang Lingkup

Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teoritis dan Konseptual

serta Sistematika Penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan Bab yang berisikan tentang pengertian-pengertian dari istilah

sebagai latar belakang pembuktian masalah dan dasar hukum yang terdiri dari

Teori Upaya Penanggulangan Kejahatan, Tinjauan Umum Mengenai Tindak

Pidana Terorisme di Indonesia, Prosedur Penangkapan Tindak Pidana Terorisme

di Indonesia, dan Tinjauan Umum Densus 88 Anti Teror.

III. METODE PENELITIAN

Merupakan Bab yang menjelaskan metode yang dilakukan untuk memperoleh dan

mengolah data yang akurat. Adapun metode yang digunakan terdiri dari

pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan

pengolahan data, serta analisa data.

IV .HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pembahasan berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan

dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah peran intelejen Densus 88 Dalam

Menanggulangi Tindak Pidana Terorisme? Apakah bentuk koordinasi Densus 88

27

Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan Pendanaan

Terorisme

Page 34: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

19

dengan lembaga lain yang terkait dengan penganggulangan tindak pidana

terorisme?

V. PENUTUP

Merupakan Bab yang berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang

berupa jawaban dari permasalahan berdasarkan hasil penelitian serta berisikan

saran-saran penulis mengenai apa yang harus kita tingkatkan dari pengembangan

teori-teori yang berkaitan dengan hasil penelitian demi perbaikan dimasa

mendatang.

Page 35: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Peran Densus 88 Anti Teror

Densus 88 dibentuk dengan Skep Kapolri No. 30/VI/2003 tertanggal 20 Juni

2003, untuk melaksanakan UU No. 15 Tahun 2003. Kemudian Densus 88 baru

diresmikan pada tanggal 26 Agustus 2004. Densus 88 adalah satuan khusus Polri

untuk penaggulangan teroris di Indonesia. Densus 88 dirancang sebagai unit anti

teroris yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari

ancaman bom hingga penyanderaan. 28 Densus 88 di pusat (Mabes Polri)

berkekuatan diperkirakan 400 personel ini terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan

peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli

penembak jitu. Selain itu masing-masing kepolisian daerah juga memiliki unit anti

terror Densus 88, beranggotakan 45-75 orang, namun dengan fasilitas dan

kemampuan yang lebih terbatas.

Densus 88 adalah salah satu dari unit anti terror di Indonesia, disamping:

Datasemen C Gegana Brimob, Datasemen Penaggulangan Teror (Dengulator TNI

D) alias Grup 5 Anti Terror, Datasemen 81 Kopasus TNI D (Kopsus) sendiri

sebagai pasukan khusus juga memiliki kemampuan anti teror, Datasemen

Jalamangkar (Denjaka) Korps Marinir TNI AU, dan satuan anti teror BIN.

28

Frassminggi Kamasa, Terorisme, Kebijakan Kontra Terorisme Indonesia, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2015), hlm. 136.

Page 36: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

21

Fungsi yang diselenggarakan Densus 88 AT antara lain:

1) penyelidikan, meliputi negosiasi pendahuluan, penetrasi dan intelijen;

2) Penindakan meliputi negosiasi pendahuluan, penetrasi dan penjinakan bahan

peledak;

3) investigasi, meliputi kegiatan pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP),

pemeriksaan terhadap saksi/tersangka/barang bukti dan penyerahan perkara

dalam rangka CSJ (Criminal Justice System);

4) bantuan, meliputi kegiatan memberikan dukungan peralatan, komunikasi,

trnsportasi, dna materil kerajasama luar negeri dan dalam negeri.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 52 tahun 2010 Tentang Susunan

Organisasi Dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia, Densus 88 kini

langsung berada di bawah kepala Polri setelah sebelumnya berada di bawah

Badan Reserse Kriminal Polri.29

B. Tinjauan Umum Mengenai Penanganan Tindak Pidana Terorisme Oleh

Penegak Hukum

Pengertian terorisme masih menjadi perdebatan meskipun sudah ada ahli yang

merumuskan, dan dirumuskan di dalam peraturan perundang-undangan. Kejelasan

definisi ini diperlukan agar tidak terjadi salah tangkap, dan berakibat merugikan

kepentingan banyak pihak, disamping demi kepentingan atau target merespon Hak

Asasi Manusia (HAM) yang seharusnya wajib dihormati.30

Secara etimolgi,

perkataan “teror” berasal dari bahasa Latin “terrere” yang dalam bahasa Inggris

berarti “menakutkan” atau “mengerikan”.31

Pakar sosial politik Barat juga belum menyepakati tentang definisi terorisme. J.

Bowyer Bell misalnya yang mendefinisikan terorisme sebagai senjata kaum lemah

29

Ibid 30

Abdul Wahid, Sunardi, dan Muhammad Imam Sidik, Kejahatan Terorisme Perspektif

Agama, HAM dan Hukum, Refika Aditama, Bandung: 2004, hlm. 21. 31

O.C. Kaligis, Terorisme Tragedi Umat Manusia, OC. Kaligis & Associates, Jakarta:

2003, hlm. 6.

Page 37: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

22

yang paling ampuh. Sementara itu Brian Michael Jenkins melihat terorisme

sebagai “a new form of warfare”,.32

Permasalahan penyelidikan dan penyidikan mengenai kasus Tindak Pidana

terorisme ini di Indonesia mempunyai badan-badan atau lembaga-lembaga tinggi

negara yang dikhususkan untuk menjalankan prosedur dari pada kasus ini dan

juga memiliki wewenang tersendiri. Antara lain dari pihak kepolisian ada tim

khusus penanggulangan Tindak Pidana terorisme yakni Tim DENSUS 88 Anti

Teror dari kepolisian, detasemen 81 yang tergabung dalam Kopassus (Komando

pasukan khusus), Pasukan Elit TNI AD, TNI AL, ada Detasemen Jamangkara

(Denjaka), yang tergabung dalam Korps Mariner, TNI AU, ada Detasemen Bravo

(Denbravo), yang tergabung dalam Paskhas TNI AU, Pasukan Elit TNI AU.

Badan Intelijen Negara atau disingkat BIN juga memiliki desk gabungan yang

merupakan representatif dari kesatuan anti-terror. Pemerintah pada saat ini

menempatkan pasukan milik TNI berada dibelakang tim anti-teror milik Polri.

Detasemen khusus 88 menjadi Leading Sector dalam operasi penaggulangan

tindak pidana terorisme di Indonesia. Penempatan Densus 88 sebagai garda depan

penanggulangan tindak pidana terorisme ini kadang menimbulkan kecemburuan

di antara kesatuan-kesatuan anti-teror lainnya.33

Kondisi ini bahkan seringkali mengarah ke konflik terbuka antara kesatuan anti-

teror di lapangan, khususnya terkait dengan penaganan Seperatisme di Aceh dan

Papua, serta konflik komunal seperti di Poso dan Maluku, dimana densus 88 Anti

32

M. Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, Hikmah, Jakarta: 2007, hlm. 172-173. 33

Galih Priatmodjo, Densus 88, The Under cover squad, Jagakarsa, Jakarta: 2010, hlm. 82-

83.

Page 38: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

23

terror Polri, karena berada dibawah Ditserse Polda, maka dilibatkan juga pada

operasional kasus-kasus tersebut pada penjelasan. Padahal, bila mengacu kepada

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri atau dalam Susunan dan

kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang tercantum pada BAB II

Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Polri tersebut. dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang

TNI separatism menjadi titik temu tugas antara TNI dan POLRI. Dimana TNI

menjadi unsur utama, dan Polri menjadi unsur pendukung. Selama ini penugasan

dari terhadap aksi terror terkait separatisme adalah oleh Brimob Polri, dengan

Unit wanteror dan Gegana.34

Densus 88 anti-teror dalam strukturalnya tingkat pusat berada dibawah Badan

Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri Dipimpin oleh Komandan Detasemen

berpangkat Brigjen Polisi dan dibantu oleh wakil detasemen (Waden). Sedangkan

pada tingkat Polda, Densus 88 berada dibawah Direktorat Serse (Dit Serse)

dipimpin oleh komandan berpangkat Perwira menengah Polisi (Pamen Pol).

Dalam pembentukan detasemen Anti Teror ini menpunyai landasan hukum.

Detasemen ini digagas pada tahun 2003 oleh Jendral Polisi Da’I Bachtiar dengan

skep Nomor 30/IV/2003 tanggal 30 Juni 2003. Alasan utama pembentukan

Denssus 88 Anti-teror ini adalah untuk menaggulangi meningkatnya kejahatan

terorisme di Indonesia, khususnya aksi terror dengan modus peledakan bom.

Komandan densus 88 dalam menjalankan operasinya memiliki empat pilar

pendukung setingkat Sub-Detasemen, yakni subden bantuan yang bekerja

dibawah naungan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

34

Ibid

Page 39: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

24

Negara Republik Indonesia dan Pasal 13 Undang-Undang Kepolisian dan

ketertiban masyarakat, penegak hukum, memberikan perlindungan, pengayoman

dan pelayanan kepada masyarakat terkhususnya mengenai aksi teror tersebut.

Akan tetapi sering terjadi kejanggalan atau ketidak sempurnaan dalam masalah

penyelidikan daripada setiap kasus-kasus terorisme ini.

Kendala-kendala yang terjadi kebanyakan terdapat pada tingkat kesulitan medan

atau tempat penyelidikan dan dalam masalah penyidikan masih banyak kasus-

kasus yang belum tahu jelas duduk persoalannya ataupun belum ada bukti

permulaan yang cukup. Pemerintah Indonesia masih sulit untuk memutuskan

tentang ancaman hukuman yang tepat dan akan menjerat para pelaku pemboman

ini dan masih diberikan status tersangka. Densus 88 yang notabene dibawah

naungan Kepolisian Negara Republik Indonesia justru mempunyai peran penting

dalam penyidikan disamping mendapat bantuan dari pihak yang lain.35

Densus 88 berbeda dengan lembaga yang lain yang merupakan gabungan dari

berbagai instansi atau alat Negara yang berwenang untuk menyelesaikan masalah

terorisme ini. Ada tiga alasan mengapa Polri yang diberikan kewenangan utama

dalam pemberantasan tindak pidana terorisme, yakni:36

Pertama, pemberian kewenangan utama pemberantasan tindak pidana terorisme

merupakan strategi pemerintah untuk dapat berpartisipasi dalam perang global

melawan terorisme, yang salah satunya adalah mendorong penguatan kesatuan

khusus anti terorisme yang handal dan profesional, dengan dukungan peralatan

yang canggih dan SDM yang berkualitas. Kedua, kejahatan terorisme merupakan

35

Ibid 36

Ibid

Page 40: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

25

tindak pidana yang bersifat khas, lintas negara (borderless) dan melibatkan

banyak faktor yang berkembang di masyarakat.37

Terkait dengan itu terorisme dalam konteks Indonesia dianggap sebagai domain

kriminal, karena cita-cita separatisme sebagaimana konteks terorisme dulu tidak

lagi menjadi yang utama, tapi mengedepankan aksi terror yang mengganggu

keamanan dan ketertiban, serta mengancam keselamatan jiwa dari masyarakat.

Karenanya terorisme dimasukkan ke dalam kewenangan kepolisian. Ketiga,

menghindari sikap resistensi masyarakat dan internasional perihal pemberantasan

terorisme jika dilakukan oleh TNI dan intelijen.38

TNI dan kemudian lembaga intelijen dituding sebagai institusi yang mem-back up

kekuasaan Soeharto. Sebagaimana diketahui sejak Soeharto dan rejimnya

tumbang, sehingga pilihan mengembangkan kesatuan anti terror yang professional

akhirnya berada di kepolisian, dengan menitikberatkan pada penegakan hukum,

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka terpeliharanya

Keamanan Dalam Negeri (Kamdagri), sebagaimana yang ditegaskan dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Polri, khususnya Pasal 2,4, dan5.

Keberadaan Densus 88 AT Polri harus menjadi kesatuan professional yang

mampu menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsinya

sebagaimana ditegaskan pada awal pembentukan. Bila merujuk pada Skep Kapolri

No. 30/VI/2003 tertanggal 30 Juni 2003 maka tugas dan fungsi dari Densus 88 AT

Polri secara spesifik untuk menanggulangi meningkatnya kejahatan terorisme di

Indonesia, khususnya aksi terror dengan modus peledakan bom. Dengan

37

Ibid 38

Ibid

Page 41: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

26

penegasan ini berarti Densus 88 AT Polri adalah unit pelaksana tugas

penanggulangan terror dalam negeri, sebagaimana tertuang dalam UU Anti

Terorisme.

Detasemen 81 memiliki tugas dan fungsi yang hampir sama dengan Detasemen 88

Polri, milik TNI seperti detasemen 81 kopassus, detasemen 81 AD,AL, dan AU

ini mempunyai tugas untuk pertahanan Negara dimana mereka menjaga kondisi

Negara sehingga menjadi kondusif setiap saat. Seperti menjaga aksi terorisme

lewat udara,laut dan darat.

Wewenang penangkapan yang diatur dalam Undang-Undang Anti Teroris adalah

wewenang penegak hukum, yakni POLRI yang didalamnya terdapat satuan tugas

yaitu DENSUS 88 Anti Teroris. upaya pemerintah untuk melakukan penguatan

kewenangan intelijen melalui pembahasan Undang-Undang Intelijen Negara

dalam rangka pemberantasan teroris justru mempersempit makna dan tujuan dari

perlunya pengaturan intelijen dalam peraturan perundang-undangan.

Undang-undang ini tidak memberikan kesempatan atau ruang bagi aparat intelijen

untuk menggunakan kewenangan yang dimiliki aparat penegak hukum. Keinginan

intelijen untuk memiliki kewenangan khusus dengan melakukan pelanggaran

hukum dan HAM, katanya, merupakan suatu bukti bahwa intelijen masih

menggunakan paradigma intelijen otoriter. Karena itu, pemerintah dan DPR

seharusnya tetap mengacu pada aturan hukum dan HAM dalam membahas

kewenangan intelejen pada RUU Intelejen Negara. Pemerintah dan DPR juga

harus tetap berpegang pada semangat reformasi intelejen.

Page 42: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

27

Desakan untuk memberikan kewenangan lebih kepada intelejen untuk

menangkap, menahan, melakukan interogasi dan menyadap, haruslah ditolak,

karena hal tersebut sudah masuk dalam ranah penegakan hukum. “Aparat intelejen

adalah aparat extra judicial, sehingga tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam

ranah hukum,”

Pasal dalam RUU Intelijen yang mengatur bahwa intelijen memiliki kewenangan

dan tugas untuk melakukan pengamanan dan penyelidikan, tanpa ada penjelasan

yang lebih lanjut dan rinci tentang peristilahan itu, sehingga jelas ketentuan ini

bersifat karet dan multitafsir. Intelijen Negara, secara ideal-teoretis, sesungguhnya

tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penegakkan hokum. Institusi

Negara ini hanya memberikan warning atau peringatan kepada user Negara

terhadap adanya ancaman, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar

negeri.

Mereka menilai penolakan mekanisme penyadapan melalui ijin pengadilan oleh

intelijen sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 31 RUU Intelijen, telah

mengancam hak privasi warganegara dan rentan untuk disalahgunakan oleh

kekuasaan (abuse of power). Maka dapat disimpulkan bahwa RUU Intelijen

Negara yang telah disetujui oleh DPR ini, terutama dalam hal kewenangan untuk

melakukan pemberantasan terorisme, belum cukup fit and proper untuk disahkan

menjadi UU24. Informasi intelijen tak bisa dijadikan alat bukti untuk melakukan

penangkapan terhadap pelaku teror.

Sebagaimana pengertian tersebut di atas, maka pengaturan pasal 25 Undang-

Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,

Page 43: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

28

untuk menyelesaikan kasus-kasus Tindak Pidana Terorisme, hukum acara yang

berlaku adalah ketentuan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana/KUHAP).

Pelaksanaan Undang-Undang khusus ini tidak boleh bertentangan dengan asas

umum Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana yang telah ada. Namun, pada

kenyataannya, terdapat isi ketentuan beberapa pasal dalam Undang-Undang

tersebut yang merupakan penyimpangan asas umum Hukum Pidana dan Hukum

Acara Pidana.

Permasalahan pokok pertama, karena aparat badan intelijen bukanlah aparat

penegak hukum, maka kewenangan ini bertentangan prinsip due process of law.

Karenanya, tidak mengherankan praktik badan intelijen yang menangkap orang

secara sewenang-wenang dan tanpa adanya pertanggungjawaban selalu terjadi,

sejak zaman Orde Baru. Kedua, masalah dualisme kewenangan antara kepolisian

dengan badan intelijen. Masalah ini, pernah disampaikan oleh Wakil Presiden

Hamzah Haz pada masa pemerintahan Megawati. Hamzah ketika itu sempat

menyatakan kewenangan melakukan penangkapan, jika diberikan kepada badan

intelijen, akan melahirkan kontroversi yang dapat meresahkan masyarakat serta

menimbulkan ketidakpastian hukum.

Masalah pokok ketiga, masalah akuntabilitas. Badan intelijen, bukanlah aparat

yang berstatus penegak hukum. Di Indonesia, berdasarkan UU, penegak hukum

adalah status yang diberikan kepada perangkat dalam proses peradilan dan atau

fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman: hakim, jaksa, polisi dan

advokat. Dalam KUHAP, walaupun penyelidik adalah semua aparat kepolisian,

Page 44: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

29

namun hanya penyidik dan aparat kepolisian yang diberi perintah penyidik dapat

melakukan penangkapan.

Urusan penangkapan dalam tubuh kepolisian, dilakukan oleh aparat yang memang

memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan penyidikan

serta mempunyai kecakapan dan kemampuan untuk melakukan tugas penyidikan,

dalam hal ini aparat kepolisian yang dididik sebagai “reserse”. Hal ini diatur agar

tidak terjadi penangkapan sewenang-wenang, kecuali penangkapan saat pelaku

kejahatan tertangkap tangan.

Secara singkat, hukum internasional hak asasi manusia, memberikan jaminan hak

asasi manusia: “tidak seorang pun dapat ditangkap dan ditahan secara sewenang-

wenang”. Disiplin hukum hak asasi manusia baik hukum internasional dan

regional, banyak menetapkan instrumen hak asasi manusia berkaitan dengan

penangkapan seseorang. Petugas penegak hukum yang berkompeten dan yang

diberikan otoritas memiliki code of conduct yang dapat melakukan penangkapan,

serta kewenangan yang diberikan mesti dapat dipertanggungjawabkan melalui

prosedur hukum.

Pengadilan negeri di Indonesia adalah institusi yang diberikan kewenangan untuk

memeriksa dan memutus sah atau tidaknya penangkapan yang dilakukan

penyelidik dan penyelidik serta memutus ganti kerugian terhadap korban

penangkapan yang sewenang-wenang yang telah dilakukan aparat penegak

hukum. Dalam menjalankan tugasnya intelijen bisa melakukan penangkapan

dengan melakukan koordinasi dengan kepolisian. Penangkapan itu merupakan

bagian dari upaya penegakan hukum yang merupakan kewenangan polisi.

Page 45: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

30

Intelijen tidak untuk menangkap, memeriksa sendiri. Batasan intelijen terukur,

menjunjung tinggi HAM, jadi tidak sewenang-wenang menangkap dan menahan

orang. Karena menangkap dan menahan orang itu merupakan kewenangan polisi.

Pemberian kewenangan menangkap kepada lembaga intelijen tersebut sama saja

melegalisasi kewenangan penculikan di dalam undang-undang intelijen,

mengingat kerja intelijen yang rahasia dan tertutup.

Kewenangan penangkapan ditegaskan sebagai bentuk upaya paksa dalam proses

penegakan hukum hanya bisa dan boleh dilakukan oleh aparat penegak hukum,

diantaranya Polisi, Jaksa dan lembaga penegak hukum lainnya, seperti Terorisme,

sebagaimana diatur dalam KUHAP dan peraturan lainnya. Dalam konteks itu,

badan intelijen negara maupun intelijen militer bukanlah bagian dari aparat

penegak hukum, sehingga adalah salah dan keliru apabila mereka diberikan

kewenangan menangkap. Body of Principle for the Protection under Any Form of

Detention or Imprisonment.

Evaluasi telah diadakan oleh Lembaga tinggi Negara atau oleh lembaga

ekssekutif, dalam hal ini Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan

baru mengenai masalah penerepan prosedur penaganan tindak pidana terorisme

ini. Peraturan tersebut yakni Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46

Tahun 2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang ditetapkan

pada tanggal 16 Juli 2010 oleh Presiden Republik Indonesia bapak Dr. H. Susilo

Bambang Yudhoyono. Badan ini dibuat sebagai forum koordinasi antara lembaga-

lembaga lain mengenai pemberantasan terorisme di Indonesia yang dilaksanakan

secara berkala dan hasil dari pada keputusan mengenai ancaman hukuman

Page 46: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

31

terhadap masalah Tindak Pidana Terorisme harus melewati pertimbangan dari

Badan ini.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sendiri menguraikan tentang

tatacara perlindungan terhadap saksi, penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam

perkara Tindak Pidana Terorisme. Dijelaskan pada pasal 1, pasal 12 sampai pasal

19 dan dalam hal saksi yang didatangkan dari luar Wilayah Republik Indonesia

diterangkan pada Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003.

Uraian di atas menyangkut masalah proses penyelidikan, penyidikan, penahanan,

penangakapan, pembuatan berita acara terpola menjadi unsur suplement di antara

ketentuan-ketentuan Hukum Acara Pidana tersebut. Dalam hal ini mengenai

prosedur penanganan kasus tindak pidana terorisme ini,segala proses yang akan

dilewati oleh lembaga-lembaga yang terkait seperti Densus 88 polri, Detasemen

81 TNI dan Badan Intelijen Negara, serta lembaga atau badan-badan lain yang

menaggulangi permasalahan terorisme ini harus dilaporkan atau meminta

pertimbangan kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang notabene

di buat sebagai wadah penampung serta suatu lembaga yang sengaja di buat dalam

rangka pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai ancaman hukuman

mengenai pelaku terorisme tersebut, dan seluhuh proses penyidikan di ambil alih

oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia yakni Badan Reserse Kriminal

(BARESKRIM) dan segala keputusan berada di tangan hakim sesuai dengan

pertimbangan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang tercantum

pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 mengenai Hukum Acara Pidana yang

juga menjadi dasar penerapan hukum di Indonesia.

Page 47: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

32

C. Prosedur Penangkapan Kasus Tindak Pidana Terorisme di Indonesia.

a. Penyelidikan

Penyelidikan dalam kasus penanganan tidak jauh berbeda dengan penanganan

kasus tindak pidana lainnya, teknik-teknik yang digunakan yakni: interview,

observasi, surveillance, dan undercover. Namun teknik-teknik ini lebih ketat

dilakukan dalam proses penyelidikan terorisme dan menggunakan pendekatan-

pendekatan yang berbeda dalam hal ini dilakukan oleh Densus 88 Anti-Teror.

b. Penyidikan

Tahap penyidikan ini dimana dimulai dilakukan tindakan-tindakan hukum yang

langsung bersinggungan dengan hak-hak asasi manusia yaitu berupa pembatasan

bahkan mungkin berupa “Pelanggaran” terhadap hak-hak asasi manusia. Tahap ini

dilakukan setelah penyidik yakin bahwa telah terjadi suatu tindak pidana

terorisme dan untuk memperjelas segala sesuatu tentang tindak pidana terorisme

tersebut diperlukan tindakan-tindakan tertentu yang berupa pembatasan

“Pelanggaran” hak-hak asasi seseorang yang bertanggung jawab atas terjadinya

tindak pidana terorisme tersebut.

c. Penangkapan

Penangkapan dilakukan 7 x 24 (tujuh kali dua puluh empat) jam berlainan dengan

Pasal 19 ayat (1) KUHAP, penangkapan hanya dapat dilakukan untuk waktu

paling lama 1 (satu) hari dan tidak ada ketentuan dapat diperpanjang. Menurut

Koesno Adi“lamanya masa penangkapan itu karena pelaku terorisme memiliki

jaringan yang luas dan tertutup, sehingga pelaku tindak pidana terorisme masih

Page 48: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

33

ada jaringan yang lebih luas dibelakangnya. Oleh karena itu untuk memperoleh

dan mendapatkan informasi yang jauh dan lebih akurat diperlukan penambahan

waktu masa penangkapan”.

d. Penggeledahan

Penggeledahan pada dasarnya tidak boleh memasuki dan menginjak pekarangan

orang lain atau mencari sesuatu yang tersembunyi dipakaian atau dibadan orang

tanpa izin dari yang bersangkutan, karena hal itu bertentangan dengan HAM.

e. Penahanan

Menurut Pasal 20 ayat (1) KUHAP untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau

penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

berwenang melakukan penahanan, sedangkan ayat (2) untuk kepentingan

penuntutan, penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan

lanjutan. Ketentuan Pasal 20 ayat (1), ayat (2) KUHAP berlainan dengan

penahanan tersangka dalam tindak pidana terorisme yaitu memuat Pasal 25 ayat

(2) untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan, penyidik diberi wewenang

untuk melakukan penahanan tersangka paling lama 6 (enam) bulan yang

dimaksud dalam ketentuan ini terdiri dari 4 (empat) bulan untuk kepentingan

penyidikan dan 2 (dua) bulan untuk kepentingan penuntutan.

D. Teori Upaya Penanggulangan Kejahatan

Menurut Romli Atmasasmita kejahatan adalah masalah sosial yang di hadapi oleh

masyarakat di seluruh Negara semejak dahulu dan pada hakikat nya merupakan

Page 49: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

34

produk dari masyarakat itu sendiri. Kejahatan dalam arti luas, menyangkut

pelanggaran dari norma-norma yang di kenal masyarakat, seperti norma-norma

agama, norma moral hukum. Norma hukum pada umumnya dirumuskan dalam

undang-undang yang di pertanggung jawab kan aparat pemerintah untuk

menegakkan nya, terutama kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.39

Menurut Soejono D menyadari tingginya tingkat kejahatan, maka secara langsung

atau tidak langsung mendorong pula perkembangan dari pemberian reaksi

terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan pada hakikat nya berkaitan dengan

maksud dan tujuan dari usaha penanggulangan kejahatan tersebut. Upaya

penanggulangan kejahatan telah dilakukan semua pihak, baik pemerintah maupun

masyarakat pada umum nya.40

Berbagai program serta kegiatan yang telah di lakukan sambil terus mencari cara

yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi masalah kejahatan. Terdapat

beberapa cara yang dapat digunakan dalam melakukan penanggulangan kejahatan,

yaitu :

a) Penerapan hukum pidana (criminal law application);

b) Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment);

c) Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan

lewat media massa (influencing views of society on crime and

punishment/mass media).41

39

Romli atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung, Tarsito, 2006,

hlm.32. 40

Soejono, D..Doktrin-doktrin krimonologi, Bandung, Alumni, 1973, hlm.42 41

Barda Nawawi Arif, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakkan dan Pengembangan dan

Pengembangan Hukum Pidana, Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 52

Page 50: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

35

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan

kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal.42

Kebijakan kriminal tidak terlepas

dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan

atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan upaya-upaya untuk

perlindungan masyarakat. Dengan demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan

kejahatan dilakukan dengan menggunakan sarana penal, maka kebijakan hukum

pidana khususnya pada tahap yudikatif/aplikatif harus memperhatikan dan

mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa kesejahteraan

sosial dan kebijakan untuk perlindungan masyarakat.43

Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan kebijakan kriminal. Usaha-

usaha yang rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan sudah

tentu tidak hanya dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), tetapi juga

menggunakan sarana non penal. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus

menunjang tujuan yang sangat penting yaitu aspek kesejahteraan masyarakat yang

bersifat immateril, terutama nilai kepercayaan, kebenaran, kejujuran dan keadilan.

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan

intergral ada keseimbangan sarana penal dan nonpenal. Dilihat dari sudut politik

kriminal, kebijakan paling strategis melalui sarana nonpenal karna lebih bersifat

preventif dan kerena kebijakan penal mempunyai keterbatasan/kelemahan yaitu

42

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta, Kencana, 2008,

hlm. 1. 43

Shafrudin, Politik Hukum Pidana, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 1998, hlm.

75.

Page 51: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

36

bersifat fragmentaris/tidak struktural fungsional dan harus didukung oleh

infrastruktur biaya yang tinggi.44

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal yang

operasionalnya melalui beberapa tahap yaitu :

a) Tahap Formulasi (kebijakan legislatif).

b) Tahap Aplikasi (kebijakan yudikatif/yudisial).

c) Tahap Eksekusi (kebijakan eksekutif/administratif).

Upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan adanya tahap

formulasi, maka bukan hanya tugas aparat penegak hukum saja, tetapi juga tugas

aparat pembuat hukum (aparat legislatif) bahkan kebijakan legislatif merupakan

tahap paling strategis dari penal policy. Karena itu kesalahan atau kelemahan

kebijakan legislatif merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi

penghambat upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan pada tahap aplikasi

dan eksekusi.45

Upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua:

yaitu lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat jalur non penal (di luar hukum

pidana). Dalam pembagian G.P Hoefnagels di atas upaya-upaya yang disebut

dalam butir (b) dan (c) dapat dimasukkan dalam kelompok upaya nonpenal.

Secara kasar dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat

jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represif yaitu sesudah kejahatan

44

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam

Penanggulangan Kesejahteraan, Jakarta, Kencana, 2010, hlm. 77. 45

Ibid, hlm. 79.

Page 52: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

37

terjadi, sedangkan jalur nonpenal lebih menitikberatkan pada sifat preventive

yaitu pencegahan, penangkalan, pengendalian sebelum kejahatan terjadi.

Upaya penanggulangan kejahatan dikatakan sebagai perbedaan secara kasar,

karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan

preventif dalam arti luas. Maka perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan sebelum

terjadinya kejahatan serta memperbaiki pelaku yang telah diputuskan bersalah

mengenai pengenaan hukuman.

Usaha-usaha tersebut sebenarnya yang lebih baik adalah usaha mencegah sebelum

terjadinya kejahatan daripada memperbaiki pelaku yang telah melakukan

kejahatan.46

46

Ibid, hlm. 46-47

Page 53: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum dan masyarakat, dengan jalan menganalisisnya. Yang

diadakan pemeriksaan secara mendalam terhadap fakta hukum tersebut

permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. Agar

suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan baik maka perlu menggunakan suatu

metode penelitian yang baik dan tepat. Metodologi merupakan suatu unsur yang

mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.43

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pendekatan yuridis normatif yaitu yaitu pendekatan dengan cara menelaah

kaidah-kaidah, norma-norma, aturan-aturan, yang berhubung dengan masalah

yang akan diteliti. Pendekatan tersebut dimaksud untuk mengumpulkan

berbagai macam Peraturan Perundang-Undangan, teori-teori dan literature-

literatur yang erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

2. Pendekatan yuridis empiris yaitu dilakukan dengan berdasarkan pada fakta

objektif yang didapatkan dalam penelitian lapangan baik berupa hasil

43 Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, UI-Press Jakarta, 1984, hlm 32.

Page 54: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

39

wawancara dengan responden, hasil kuisioner atau alat bukti lain yang

diperoleh dari narasumber.

B. Sumber Dan Jenis Data

Sumber data dalam penulisan skripsi ini diperoleh dari dua sumber, yaitu data

lapangan dan kepustakaan dengan jenis data:

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian

lapangan, baik melalui pengamatan atau wawancara dengan para responden,

dalam hal ini adalah pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan masalah

penulisan skripsi ini.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan menelusuri literatur-literatur

maupun peraturan-peraturan dan norma-norma yang berhubungan dengan

masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Data sekunder dalam penulisan

skripsi ini terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu:

a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Pemberlakuan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP);

b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP);

c) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Terorisme;

d) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara

e) Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan

KUHAP;

Page 55: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

40

b. Bahan hukum Sekunder, bahan hukum yang bersifat memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer yaitu berupa buku-buku literatur ilmu hukum,

dan makalah-makalah yang berkaitan dengan pokok bahasan.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang mencakup bahan

memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, seperti: kamus, biografi, karya-karya ilmiah, bahan seminar, hasil-

hasil penelitian para sarjana yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang

dibahas dalam skripsi ini.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu

melakukan serangkaian studi dokumentasi, dengan cara membaca, mencatat

dan mengutip buku-buku atau referensi yang berhubungan dengan peran

intelejen Densus 88 Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Terorisme.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer. Adapun cara

mendapatkan data primer dilakukan dengan metode wawancara terpimpin,

yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu

dan dilakukan secara langsung dengan responden. Studi Lapangan

dilakukan dengan cara wawancara (interview), yaitu kegiatan

Page 56: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

41

pengumpulan data primer yang bersumber langsung dari responden

penelitian di lapangan.

2. Pengolahan Data

a. Seleksi Data

Seleksi data yaitu yang diperiksa kelengkapannya, kejelasannya, serta

relevansinya terhadap penelitian.

b. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu memilah-memilah atau menggolongkan data yang

diperoleh baik dengan studi pustaka maupun hasil wawancara.

c. Sistematisasi Data

Sistematika data yaitu menempatkan data sesuai dengan pokok bahasan

yang telah ditetapkan secara praktis dan sistematis.

D. Penentuan Narasumber

Adapun penentuan responden ini dilakukan dengan responden dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dimana wawancara

(interview) tersebut dilakukan terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian ini yang terdiri dari:

1) Penyidik Densus 88 Anti Teror Polda Lampung : 1 Orang

2) Dosen Bagian Hukum Pidana FH Unila : 1 Orang

3) Jaksa Pada Kejaksaan Tinggi : 1 Orang +

Jumlah : 3 Orang

Page 57: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

42

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis

kualitatif, yaitu menggambarkan kenyataan-kenyataan yang ada berdasarkan hasil

penelitian dengan menguraikan secara sistematis untuk memperoleh kejelasan dan

memudahkan pembahasan. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data tersebut

kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif, yaitu suatu

metode penarik data yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus untuk

kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum guna menjawab permasalahan

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Page 58: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran Intelejen Densus 88 Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Terorisme

tidak lepas dari Peran Polri sebagai penegakan hukum dan menjaga ketertiban

umum Fungsi Kepolisian (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian) yang mana Intelejen Densus 88 melakukan Strategi

pendekatan lunak dalam menangani terorisme dilakukan melalui 5 (lima)

kegiatan yaitu: Pertama, melakukan Kontra Radikalisasi (counter

radicalization) yang ditujukan kepada pihak-pihak yang rentan terhadap

penyebaran paham radikal, Kedua Deradikalisasi (deradicalization) yang

ditujukan kepada mereka yang sudah terkena dan mempunyai paham radikal

dalam segala tingkatan, Ketiga, Kontra Ideologi (counter ideology) yaitu

dengan menyebarkan ideologi yang moderat melalui peran para sarjana dan

ulama, Keempat, Menetralisir channel atau media, Kelima, Menjaga

kondusifitas situasi untuk mencegah penyebaran paham Islam radikal.

Langkah preventif yang diambil oleh intelejen Densus 88 dalam rangka

penanggulangan terhadap tindak pidana terorisme, yaitu: Peningkatan

pengamanan dan pengawasan terhadap senjata api, Peningkatan kesiapsiagaan

terhadap teroris; Pengawasan terhadap bahan peledak dan bahan-bahan kimia

yang dapat dirakit menjadi bom, Pengetatan pengawasan perbatasan dan

Page 59: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

74

pintu-pintu keluar masuk, dan Pengawasan kegiatan masyarakat yang

mengarah kepada aksi teror.

2. Bentuk Koordinasi Densus 88 Dengan Lembaga Lain Yang Terkait Dengan

Penganggulangan Tindak Pidana Terorisme dengan melakukan koordinasi

dengan intelejen daerah. Langkah ini dapat ditempuh melalui Kominda.

Kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh Kominda merupakan faktor yang

sangat penting dalam menghimpun informasi. Ini dilakukan guna mendeteksi

secara dini segala bentuk kerawanan di daerah. Koordinasi oleh Kominda

berfungsi untuk memelihara hubungan baik dan juga perputaran informasi

dalam rangka mencegah terjadinya aksi terorisme. Dalam kominda dilakukan

rapat koordinasi yang kontinyu dan terjadwal dan direncankan dilakukan

setiap satu bulan sekali, namun apabila ada hal-hal yang bersifat khusus maka

rapat koordinasi dapat dilakukan setiap saat, namun menurut peneliti bahwa

terdapat kelemahan selama ini terkait fungsi intelejen buktinya banyak sekali

kejadian teror bom yang tidak dapat dicegah dan pihak intelejen belum

sepenuhnya efektif dalam menanggulangi hal tersebut jadi selama ini intelejen

selalu kalah cepat terkait aksi bom yang ada di Indonesia.

B. Saran

1. Hendaknya peran intelejen dapat ditingkatkan secara maksimal baik dalam

pengolahan data dan informasi berkaitan dengan mengendus rencana serangan

terorisme yang hendak dilakukan. peningkatan kapasitas dan juga SDM

diperlukan serta turut sertanya masyarakat dalam membantu memberikan

informasi terkait terorisme agar tidak terulang serupa kejadian terorisme;

Page 60: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

75

2. Hendaknya Pemerintah membuat fungsi pengawasan terkait operasi yang

dilakukan oleh densus dalam memburu terorisme patut diawasai juga oleh

sebuah lembaga yang fungsinya memberikan teguran dan sanksi kepada

anggota densus yang melakukan tindakan diluar batas seperti melanggar

HAM selama ini banyak kritikan terkait kinerja densus yang tidak pernah

dihukum terkait tindakannya dilapangan.

Page 61: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Abdul Wahid, Sunardi, dan Muhammad Imam Sidik, Kejahatan Terorisme

Perspektif Agama, HAM dan Hukum, Refika Aditama, Bandung: 2004

Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Jalur Hukum Pidana Nasional

dan Internasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Ari Wibowo, Hukum Pidana Terorisme: Kebijakan Formulatif Hukum Pidana

dalam Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia, Graha Ilmu,

Yogyakarta: 2012

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan

Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung

-------------, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta, Kencana, 2008

-------------, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam

Penanggulangan Kesejahteraan, Jakarta, Kencana, 2010

-------------, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam

Penanggulangan Kesejahteraan, Jakarta, Kencana, 2010

-------------, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakkan dan Pengembangan dan

Pengembangan Hukum Pidana, Jakarta, Kencana, 2006

Galih Priatmodjo, Densus 88, The Under cover squad, Jagakarsa, Jakarta: 2010,

Page 62: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

M. Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, Hikmah, Jakarta: 2007

O.C. Kaligis, Terorisme Tragedi Umat Manusia, OC. Kaligis & Associates,

Jakarta: 2003

Romli atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung, Tarsito,

2006

Shafrudin, Politik Hukum Pidana, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 1998

Soejono, D..Doktrin-doktrin krimonologi, Bandung, Alumni, 1973

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, 1987, Bandung

Supono Soegirman, Intelijen, Profesi Unik Orang-orang Aneh, Media Bangsa,

2005.

-------------, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981

------------, Hukum Pidana I, Universitas Diponegoro, Yayasan Sudarto Fakultas

Hukum, 1990

Sukarton Marmosudjono, Penegakan Hukum di Negara Pancasila, Pustaka

Kartini, 1989, Jakarta

Soejono, D..Doktrin-doktrin krimonologi, Bandung, Alumni, 1973

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun

1985 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana

Page 63: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Pencegahan Pendanaan

Terorisme

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan

KUHAP;

C. Jurnal

Barda Nawawi Arief, Perlindungan Korban Kejahatan Dalam Proses Peradilan

Pidana, (Jurnal Hukum Pidana Dan Kriminologi, Vol. I/No.I/1998)

Sugeng, ”Perlindungan Hukum Korban Salah Tangkap”, Makalah, Fakultas

Hukum Universitas Pawyatan Daha

Kamus Bahasa Indonesia, http://m.artikata.com/arti-339692-manfaat.html, tanggal

28 Oktober 2012, jam 11.00 wib.

Ansyaad Mbai,. Kebijakan Penanggulangan Terorisme di Indonesia. Seminar dan

Lokakarya Sespim Polri, Bandung, 29 Juni 2018

D. Internet

http://advokathandal.wordpress.com, diakses, tanggal, 05 Maret 2018.

http://www. rmol.com, diakses, tanggal 01 Juni 2014.

https://id.wikipedia.org/wiki/Detasemen_Khusus_88_(Anti_Teror)

http://id.wikipedia.org/wiki/Detasemen_Khusus_88_%28Anti_Teror%29?veactio

n=edit

www. tni.mil.com. Keterlibatan TNI Dalam Memerangi Terorisme.

Page 64: PERAN INTELEJEN DENSUS 88 DALAM MENANGGULANGI …digilib.unila.ac.id/55096/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat luas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian

www. Geogle.Com. Posted by Farah Fitriani. Di unduh pada 6 juni 2018.

http://www. http://yustisi.blogspot.com, diakses, tanggal, 29 Juni 2018.

https://mojok.co/apk/ulasan/pojokan/kejadian-mako-brimob/

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44097913

https://www.liputan6.com/news/read/3524571/kronologi-bom-bunuh-diri-

mapolrestabes-surabaya

https://kumparan.com/@kumparannews/5-aksi-teror-yang-terjadi-di-bulan-mei