10 publicservice - … · naskah dikirim via email dan hendaknya dilengkapi dengan foto terbaru...

1
sini tentu saja tidak melulu harus dimaknai dalam bentuk uang, akan tetapi juga fasilitas, promosi jabatan, kesempatan berkarir, maupun hal- hal lainnya yang menye- nangkan. Terbuai oleh mimpi itu, ekspektasi yang begitu besar Pemimpin Umum: Seno Subardi Pemimpin Redaksi: Yon Daryono Redaktur Pelaksana: Zunianto Subekti Koordinator Liputan: Angga Saputra Redaktur: Maula Asadilah, Sri Juliati, Bayu Nur Sasongko, Redaktur Foto: Nurul Iman, Redaktur Bahasa: Kholil Rokhman, Reporter Banyumas: Fatimah Arsalan N, Agus Setiyanto, Dedy Afrengki, Renny Tania, Fitri Nurhayati, Hanie Maria, Ade Yulia N, Purbalingga: Yuspita Anjar Palupi, Banjarnegara: Rudal Afghani, Cilacap: Agung Lindu Nagara, Fotografer: Idhad Zakaria, Sekretaris Redaksi: Riyanti Widyastuti, Desain Grafis: Budi Haryanto, Satrio Hapsoro, Desain Iklan: Almumin, Kobahoro, Layouter: Anhar Guruh S, Jack Rastam, Anas Masruri, Iyus Saputra,Rizqi Ramdani IT: Galih Yoga Priyambodo, Aris Riyanto Wartawan SatelitPost selalu dibekali tanda pengenal dan dilarang menerima, meminta, baik uang atau barang yang dapat mempengaruhi isi pemberitaan Direktur Utama: Seno Subardi Direktur: Jessica Noviani Pemimpin Perusahaan: Jessica Noviani Koordinator Iklan: Rendra Arista Koordinator Sirkulasi: Sindu Dwi Hartanto Tarif Iklan Baris: 2 baris 1X muat Rp 15.000 dengan bonus ditayangkan di www.satelitnews.co Paket Iklan Baris: 2 Baris 10 X muat Rp 31.680 10 Baris 10 X muat Rp 158.400 Kantor Redaksi: Jl. Dr. Angka No. 79 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Telepon: 0281 623099, Faximile: 0281 623388 Penerbit: PT. Satria Media Grafika Email: [email protected] www.satelitnews.co Facebook: Harian Pagi SatelitPost SENIN WAGE, 26 MARET 2012 10 Service Public Redaksi SatelitPost menerima kiriman opini dari pembaca. Panjang opini berisi dua halaman spasi 1,5 . Naskah dikirim via email dan hendaknya dilengkapi dengan foto terbaru berikut nomor telepon yang dapat dihubungi. SatelitPost tidak mengembalikan opini yang diterima. Kolom ini juga terbuka untuk guru. email: [email protected] Sorot Redaksi Sorot Redaksi PEMBACA setia SatelitPost, silakan sampaikan keluhan, saran, kritik, dan pertanyaan Anda terhadap public service atau masalah pembangunan di sekitar kita, secara singkat, cerdas, dan santun melalui fanpage Harian Pagi SatelitPost atau melalui sms ke nomor 081 327 751 303. Kami dengan senang hati akan menyampaikan keluhan atau pertanyaan Anda pada pihak yang bersangkutan sehingga bisa langsung dijawab. ANTON Chekhov, membuat tokoh rekaan. Yulia Va- silyevna, namanya. Anton yang cerpenis masyur Rusia abad 19 itu memosisikan diri sebagai majikan. Lalu, Yulia adalah guru pribadi anak- anak Chekhov. Yulia mendapat gaji 30 rubel per bulan. Konon, karena Yulia digaji per dua bulan, Yulia harus mendapatkan pundi-pundi dari Chekhov 60 rubel. Hitung-hitungan dimulai. Chekhov akan memberi 60 rubel. Namun, dia sejenak merinci karena Yulia tak penuh dua bulan mengajar. Ada 9 hari Minggu, tiga hari besar, empat hari anak Chekhov sakit dan tak belajar. Yulia juga tiga hari sakit dan tidak mengajar, memecahkan cangkir dan lepek milik keluarga Chekhov. Keteledoran Yulia membuat rok putri Chekhov sobek, sepatunya pun dicuri babu. Akhirnya Yulia hanya mendapatkan 11 rubel. Mata kiri Yulia memerah dan basah, dagunya bergetar. Dia batuk-batuk dan gelisah. Hidung mancung kecilnya berkeringat. Tapi Yulia berterima kasih. ”Karena di tempat lain saya tidak pernah dibayar,” kata Yulia. Chekhov melabeli cerita pendek itu dengan judul Or- ang Bebal . Chekhov mengaku merampok hak Yulia. Tapi bukan Chekhov namanya jika mengakhiri cerita dengan perampokan yang merugikan. Akhirnya, semua hak Yulia dikembalikan. Chekhov hanya mengetes sejauh mana ketegaran hati seseorang. The Bank Job, film hasil potretan pencurian di sebuah bank di pusat Kota London, Inggris awal 70-an, juga menceritakan perampokan. Bedanya, Roger Donaldson menggambar ulang kejadian nyata yang menghebohkan itu. Perampokan yang terang-terangan. Membobol bank, mengeruk uang, perhiasan, bahkan data-data penting. Kisah nyata itu akhirnya membongkar mafia di Lon- don. Pasalnya, semua data buruk yang tersimpan di Lloyds Bank tercuri dan terbongkar. Polisi, politisi, sampai mucikari terbongkar habis. Itu kisah awal untuk perbaikan sistim di Inggris. Kisah nyata yang berakhir manis. Niat jahat yang dinaungi keberuntungan dan bermanfaat bagi banyak orang. Lalu, Kejobong, Purbalingga dan Adipala, Cilacap dalam waktu tak sampai satu pekan dihebohkan pen- curian. Jika ingin happy ending, tentu berharap mirip cerita Yulia atau Lloyds Bank. Tapi sepertinya tidak. Sulit untuk seperti Yulia Vasilyevna atau kisah Lloyd Bank. Sebab, kasus di Purbalingga dan Cilacap bukan perampokan yang memberi pelajaran seperti Chekhov menuliskan. Bukan juga perampokan yang menggegerkan karena yang dirampok bukan pusat ide, kekuasaan, atau penyimpanan orang-orang penting yang bermasalah. Orang awam hanya menganalisa awal, jika pe- rampokan di Purbalingga dan Cilacap dilakukan dengan senjata api, maka niatan merampok lebih dari sekadar mencari sesuap nasi untuk mengisi perut. Perampokan yang direncanakan, punya jaringan, dan mungkin sudah menjadi profesi tetap Pelbagai barang bukti yang ada di lapangan serta keterangan dari saksi, kiranya tak sulit bagi polisi untuk menangkap para pelaku. Tapi juga tak mudah tentunya, apalagi jika perampok punya jaringan yang berhubungan de- nganoknumpenegakhukumatauoknumpetinggididaerah. Tapi tentu saja, harapannya bahwa polisi bisa mengatasinya. Sebagai orang awam, tentu akan mudah membandingkan kinerja polisi untuk satu kasus dengan yang lainnya. Misalnya, soal terorisme. Penjahat sekelas Noordin M Top dan Dr Azahari saja bisa diselesaikan. Bahkan, fotonya pun pihak kepolisian bisa memu- nyainya. Jejaring teroris kelas tak terkenal pun polisi bisa meringkusnya. Nah, apalagi perampokan terang- terangan, dengan adanya barang bukti, dan saksi. Wajar- nya, semua bisa dituntaskan. Sekali lagi, kita tidak bisa berharap, perampokan di Purbalingga dan Cilacap akan menjadi perampokan dengan ending indah layaknya cerita Chekhov atau Lloyds Bank. Tapi, wajar kan jika kita berharap agar polisi bisa segera menyelesaikan kasus perampokan bersenjata. Hingga bisa membuat nama baik instansi penegak hukum tersebut. Lalu, ke depannya orang akan berpikir lagi jika akan merampok, bahkan dengan senjata. Karena polisi siap sedia memberangusnya. Layaknya Densus 88 menyelesaikan semua jejaring yang mereka duga sebagai teroris. ([email protected]) Perampokan Melawan Kejahatan Berteknologi MANUNGGAL K. WARDAYA Dosen Fakultas Hukum UNSOED, PhD Researcher pada Radboud Universiteit Nijmegen, Belanda Alamat Thomas Aquinasstraat 6, Kamer 6.2.28 Email: [email protected] seseorang tetap dapat dengan mudah ditipu melalui pesan SMS? Tak lain karena harapan besar akan didapatnya keuntungan yang relatif singkat telah begitu ampuhnya melemah- kan kemampuan korban untuk melakukan tindakan penghati-hati. Keuntungan di membuat korban lalai untuk melakukan langkah antisipasi dan penghati-hati. Dalam banyak kasus, tindakan korban yang tidak mendasarkan pada akal sehat, tanpa kehati-hatian, dan kewasp- adaan berkontrubusi besar terhadap keberhasilan pelaku dalam melakukan aksinya. SMS tidak saja memudahkan orang untuk berkomunikasi, kemudahan mana dimanfaatkan dengan baik oleh para penjahat dalam mencari mangsa dengan metode trial and error . Jika satu calon korban lolos, ia akan mencari nomor lain yang siapa tahu adalah mangsa yang teledor dan mudah terninabobok dengan mimpi akan harta dan kenikmatan lainnya. Demi mengamankan diri dari kejaran hukum, pelaku akan secara teratur mengganti nomor kartu telponnya yang tak saja begitu mudah dilakukan namun pula amat murah didapat. Kendati secara ilmu pengetahuan tak mustahil untuk dilacak termasuk dengan menelusuri identitas pemilik rekening bank, absennya penegakan hukum atas kejahatan seperti ini menjadikan penipuan melalui SMS relatif beresiko kecil akan terjerat hukum ketim- bang kejahatan konvensional seperti penjambretan misalnya. Sudah saatnya aparat penegak hukum terutama di daerah secara serius melakukan pengusutan kasus penipuan melalui SMS dan berbagai macam kejahatan yang memanfaatkan teknolo- gi lainnya hingga tuntas. Kasus sebagaimana terjadi baru-baru ini di Salatiga dimana pimpinan kepolisian dicatut namanya seha- rusnya dijadikan tantangan untuk menumpas kejaha- tan ini agar masyarakat merasa terayomi. Jika tidak dan bahkan dibiarkan begitu saja, maka kejahatan seperti ini dipastikan akan terus meningkat sekaligus menguat- kan asumsi bahwa penegak hukum kita memang hanya dipersiapkan untuk menangani keja- hatan-kejahatan konvensional dan tak berdaya manakala menghadapi kejahatan-kejahatan canggih yang melibatkan teknologi. (*) Uniknya, jika korban tergolong kalangan mampu, terdidik, dan terhormat biasanya akan enggan melaporkan peristiwa yang menimpanya tersebut kepada polisi. Kepada para pedagang di Pasar So- karaja, saya menghimbau untuk bersama-sama menjaga ketertiban. Setiap pagi, di depan pasar selalu ramai karena banyak pedagang yang berjualan sayur di luar pasar. Bukan hanya pedagang, pembeli juga lalu lalang di tempat itu. Akibatnya, bukan hanya membahayakan keselamatan diri sendiri tetapi juga pengguna jalan yang lain. Mohon kepada para pedagang dan pembeli di Pasar Sokaraja untuk menghormati pengguna jalan. Kebetulan jalur tersebut banyak dipakai melintas kendaraan dari luar kota. Terimakasih NN,08164283xxx MAUNYA MENANG SENDIRI Heran dengan gaya hidup mahasiswa sekarang, maunya menang sendiri. Di perempatan Dukuhwaluh, banyak mahasiswa yang tidak mau mengalah dan menyerobot lampu merah. Padahal mereka adalah orang terdidik calon pengganti pemimpin negeri ini. NN,02817691xxx HIMBAUAN KHOLIL ROKHMAN Redaktur SatelitPost (SATELITPOST/IMANI) JALAN RUSAK di Ajibarang menuju Bumiayu tergolong parah. Padahal, jalur itu selalu padat oleh kendaraan dari dalam maupun luar kota. I NOVASI di bidang teknologi informasi telah membuat manusia menjadi semakin terhubung satu sama lain dengan mudah lagi murah. Jarak geografis dan berbagai pengha- lang konvensional lainnya yang pernah menjadi penghalang kini menjadi kian tidak berarti. Namun perkembangan di bidang teknologi informasi telah pula memberi peluang baru bagi sebagian manusia untuk berbuat jahat, salah satunya adalah penipuan via SMS ( short messages service) sebagaimana kini makin marak terjadi di tanah air. Mengaku- aku sebagai pejabat, panitia undian maupun posisi lainnya yang ‘mentereng’, pelaku mengirim pesan pendek ke nomor telepon seluler calon korban (yang bisa didapatkan secara acak) yang pada intinya me- minta transfer sejumlah uang atau pulsa. Setelah korban melakukan pengiriman, barulah disadari bahwa nomor telpon tersebut adalah nomor penipu. Diduga banyak yang ‘termakan’ SMS model begini dan kerugian yang diderita korban konon mencapai puluhan juta rupiah. Dalam kasus SMS yang sekedar meminta pulsa, jumlah kerugian yang relatif kecil barangkali tak membuat korban begitu menderita dan akan dianggap sebagai keape- san belaka. Namun dalam penipuan yang melibatkan uang dalam jumlah besar seperti, penyesalan dan bahkan isak tangis tiada berkesudahanlah yang akan terjadi. Uniknya, jika korban tergolong kalangan mampu, terdidik, dan terhormat biasanya akan enggan me- laporkan peristiwa yang menimpanya tersebut kepada polisi. Rasa malu akan diketahui kebodohannya membuat angka kejahatan yang tercatat terkait kasus ini jauh dari realitas yang sebenarnya terjadi. Juga besaran kerugian yang tak terlalu besar dalam kasus penipuan pulsa membuat orang enggan untuk menempuh jalur hukum. Mengapa korban begitu naif dengan secara serta merta mempercayai informasi yang belum tentu kebenarannya melalui SMS? Mengapa di tengah derasn- ya berita mengenai penipuan entah itu yang berkedok yayasan, surat pemberitahuan sebagai pemenang undian, tawaran menjadi jutawan mendadak,

Upload: lexuyen

Post on 30-May-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

sini tentu sajatidak meluluharus dimaknaidalam bentukuang, akantetapi jugafasi l i tas,promosijabatan,kesempatanberkarir,maupun hal-hal lainnyayang menye-nangkan.Terbuai olehmimpi itu,ekspektasiyang begitu

besar

Pemimpin Umum: Seno SubardiPemimpin Redaksi: Yon DaryonoRedaktur Pelaksana: Zunianto SubektiKoordinator Liputan: Angga SaputraRedaktur: Maula Asadilah, Sri Juliati, Bayu Nur Sasongko, Redaktur Foto: Nurul Iman, Redaktur Bahasa: Kholil Rokhman,Reporter Banyumas: Fatimah Arsalan N, Agus Setiyanto, Dedy Afrengki, Renny Tania, Fitri Nurhayati, Hanie Maria, Ade Yulia N, Purbalingga: Yuspita Anjar Palupi, Banjarnegara: Rudal Afghani, Cilacap: Agung Lindu Nagara, Fotografer: Idhad Zakaria, Sekretaris Redaksi: Riyanti Widyastuti, Desain Grafi s: Budi Haryanto, Satrio Hapsoro, Desain Iklan: Almumin, Kobahoro, Layouter: Anhar Guruh S, Jack Rastam, Anas Masruri, Iyus Saputra,Rizqi Ramdani IT: Galih Yoga Priyambodo, Aris Riyanto

Wartawan SatelitPost selalu dibekali tanda pengenal dan dilarang menerima, meminta, baik uang atau barang yang dapat mempengaruhi isi pemberitaan

Direktur Utama: Seno SubardiDirektur: Jessica Noviani

Pemimpin Perusahaan: Jessica NovianiKoordinator Iklan: Rendra Arista

Koordinator Sirkulasi: Sindu Dwi Hartanto

Tarif Iklan Baris:2 baris 1X muat Rp 15.000 dengan bonus ditayangkan di www.satelitnews.co

Paket Iklan Baris:2 Baris 10 X muat Rp 31.680

10 Baris 10 X muat Rp 158.400

Kantor Redaksi: Jl. Dr. Angka No. 79 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Telepon: 0281 623099, Faximile: 0281 623388Penerbit: PT. Satria Media Grafi kaEmail: [email protected]

www.satelitnews.coFacebook: Harian Pagi SatelitPost

SENIN WAGE,26 MARET 201210 ServicePublic

Redaksi SatelitPost menerima kiriman opini dari pembaca. Panjang opini berisi dua halaman spasi 1,5 . Naskah dikirim via email dan hendaknya dilengkapi dengan foto terbaru berikut nomor telepon yang dapat dihubungi.SatelitPost tidak mengembalikan opini yang diterima. Kolom ini juga terbuka untuk guru.email: [email protected]

Sorot Redaksi Sorot Redaksi

PEMBACA setia SatelitPost, silakan sampaikan keluhan, saran, kritik, dan pertanyaan Andaterhadap public service atau masalah pembangunan di sekitar kita, secara singkat, cerdas, dansantun melalui fanpage Harian Pagi SatelitPost atau melalui sms ke nomor 081 327 751 303.Kami dengan senang hati akan menyampaikan keluhan atau pertanyaan Anda pada pihakyang bersangkutan sehingga bisa langsung dijawab.

ANTON Chekhov,membuat tokohrekaan. Yulia Va-silyevna, namanya.Anton yang cerpenismasyur Rusia abad19 itu memosisikandiri sebagai majikan.Lalu, Yulia adalahguru pribadi anak-anak Chekhov.

Yulia mendapatgaji 30 rubel per

bulan. Konon, karena Yulia digaji per dua bulan, Yuliaharus mendapatkan pundi-pundi dari Chekhov 60 rubel.Hitung-hitungan dimulai. Chekhov akan memberi 60rubel. Namun, dia sejenak merinci karena Yulia tak penuhdua bulan mengajar. Ada 9 hari Minggu, tiga hari besar,empat hari anak Chekhov sakit dan tak belajar.

Yulia juga tiga hari sakit dan tidak mengajar,memecahkan cangkir dan lepek milik keluarga Chekhov.Keteledoran Yulia membuat rok putri Chekhov sobek,sepatunya pun dicuri babu. Akhirnya Yulia hanyamendapatkan 11 rubel. Mata kiri Yulia memerah danbasah, dagunya bergetar. Dia batuk-batuk dan gelisah.Hidung mancung kecilnya berkeringat. Tapi Yuliaberterima kasih. ”Karena di tempat lain saya tidak pernahdibayar,” kata Yulia.

Chekhov melabeli cerita pendek itu dengan judul Or-ang Bebal. Chekhov mengaku merampok hak Yulia. Tapibukan Chekhov namanya jika mengakhiri cerita denganperampokan yang merugikan. Akhirnya, semua hakYulia dikembalikan. Chekhov hanya mengetes sejauhmana ketegaran hati seseorang.

The Bank Job, film hasil potretan pencurian di sebuahbank di pusat Kota London, Inggris awal 70-an, jugamenceritakan perampokan. Bedanya, Roger Donaldsonmenggambar ulang kejadian nyata yang menghebohkanitu. Perampokan yang terang-terangan. Membobol bank,mengeruk uang, perhiasan, bahkan data-data penting.

Kisah nyata itu akhirnya membongkar mafia di Lon-don. Pasalnya, semua data buruk yang tersimpan diLloyds Bank tercuri dan terbongkar. Polisi, politisi,sampai mucikari terbongkar habis. Itu kisah awal untukperbaikan sistim di Inggris. Kisah nyata yang berakhirmanis. Niat jahat yang dinaungi keberuntungan danbermanfaat bagi banyak orang.

Lalu, Kejobong, Purbalingga dan Adipala, Cilacapdalam waktu tak sampai satu pekan dihebohkan pen-curian. Jika ingin happy ending, tentu berharap mirip ceritaYulia atau Lloyds Bank. Tapi sepertinya tidak. Sulit untukseperti Yulia Vasilyevna atau kisah Lloyd Bank. Sebab,kasus di Purbalingga dan Cilacap bukan perampokanyang memberi pelajaran seperti Chekhov menuliskan.Bukan juga perampokan yang menggegerkan karenayang dirampok bukan pusat ide, kekuasaan, ataupenyimpanan orang-orang penting yang bermasalah.

Orang awam hanya menganalisa awal, jika pe-rampokan di Purbalingga dan Cilacap dilakukan dengansenjata api, maka niatan merampok lebih dari sekadarmencari sesuap nasi untuk mengisi perut. Perampokanyang direncanakan, punya jaringan, dan mungkin sudahmenjadi profesi tetap

Pelbagai barang bukti yang ada di lapangan sertaketerangan dari saksi, kiranya tak sulit bagi polisi untukmenangkap para pelaku. Tapi juga tak mudah tentunya,apalagi jika perampok punya jaringan yang berhubungan de-ngan oknum penegak hukum atau oknum petinggi di daerah.

Tapi tentu saja, harapannya bahwa polisi bisamengatasinya. Sebagai orang awam, tentu akan mudahmembandingkan kinerja polisi untuk satu kasus denganyang lainnya. Misalnya, soal terorisme. Penjahat sekelasNoordin M Top dan Dr Azahari saja bisa diselesaikan.Bahkan, fotonya pun pihak kepolisian bisa memu-nyainya. Jejaring teroris kelas tak terkenal pun polisi bisameringkusnya. Nah, apalagi perampokan terang-terangan, dengan adanya barang bukti, dan saksi. Wajar-nya, semua bisa dituntaskan.

Sekali lagi, kita tidak bisa berharap, perampokan diPurbalingga dan Cilacap akan menjadi perampokandengan ending indah layaknya cerita Chekhov atauLloyds Bank. Tapi, wajar kan jika kita berharap agar polisibisa segera menyelesaikan kasus perampokan bersenjata.Hingga bisa membuat nama baik instansi penegakhukum tersebut.

Lalu, ke depannya orang akan berpikir lagi jika akanmerampok, bahkan dengan senjata. Karena polisi siapsedia memberangusnya. Layaknya Densus 88menyelesaikan semua jejaring yang mereka dugasebagai teroris. ([email protected])

PerampokanMelawan Kejahatan Berteknologi

MANUNGGAL K. WARDAYA

Dosen Fakultas Hukum UNSOED, PhDResearcher pada Radboud Universiteit Nijmegen, Belanda

Alamat Thomas Aquinasstraat 6, Kamer 6.2.28Email: [email protected]

seseorangtetap dapatdengan mudahditipu melalui pesanSMS? Tak lain karenaharapan besar akandidapatnya keuntunganyang relatif singkat telahbegitu ampuhnya melemah-kan kemampuan korbanuntuk melakukan tindakanpenghati-hati. Keuntungan di

membuat korban lalai untukmelakukan langkah antisipasi danpenghati-hati. Dalam banyakkasus, tindakan korban yang tidakmendasarkan pada akal sehat,tanpa kehati-hatian, dan kewasp-adaan berkontrubusi besarterhadap keberhasilan pelakudalam melakukan aksinya.

SMS tidak saja memudahkanorang untuk berkomunikasi,kemudahan mana dimanfaatkandengan baik oleh para penjahatdalam mencari mangsa denganmetode trial and error. Jika satucalon korban lolos, ia akanmencari nomor lain yang siapatahu adalah mangsa yang teledordan mudah terninabobok denganmimpi akan harta dan kenikmatanlainnya. Demi mengamankan diridari kejaran hukum, pelaku akansecara teratur mengganti nomorkartu telponnya yang tak sajabegitu mudah dilakukan namunpula amat murah didapat. Kendatisecara ilmu pengetahuan takmustahil untuk dilacak termasukdengan menelusuri identitaspemilik rekening bank, absennyapenegakan hukum atas kejahatanseperti ini menjadikan penipuanmelalui SMS relatif beresikokecil akan terjerat hukum ketim-bang kejahatan konvensionalseperti penjambretan misalnya.Sudah saatnya aparat penegak

hukum terutama di daerahsecara serius melakukan

pengusutan kasus penipuanmelalui SMS dan berbagai

macam kejahatan yangmemanfaatkan teknolo-

gi lainnya hinggatuntas. Kasus

sebagaimanaterjadi baru-baruini di Salatigadimana pimpinankepolisian dicatutnamanya seha-rusnya dijadikantantangan untukmenumpas kejaha-tan ini agarmasyarakatmerasa terayomi.Jika tidak danbahkan dibiarkanbegitu saja, makakejahatan sepertiini dipastikan akanterus meningkatsekaligus menguat-kan asumsi bahwapenegak hukum kitamemang hanyadipersiapkan untukmenangani keja-hatan-kejahatankonvensional dan takberdaya manakalamenghadapikejahatan-kejahatancanggih yangmelibatkanteknologi.(*)

Uniknya, jika korban tergolong kalanganmampu, terdidik, dan terhormat biasanyaakan enggan melaporkan peristiwa yang

menimpanya tersebut kepada polisi.

Kepada para pedagang di Pasar So-karaja, saya menghimbau untukbersama-sama menjaga ketertiban.Setiap pagi, di depan pasar selalu ramaikarena banyak pedagang yang berjualansayur di luar pasar. Bukan hanyapedagang, pembeli juga lalu lalang ditempat itu. Akibatnya, bukan hanyamembahayakan keselamatan diri sendiritetapi juga pengguna jalan yang lain.Mohon kepada para pedagang danpembeli di Pasar Sokaraja untukmenghormati pengguna jalan.Kebetulan jalur tersebut banyak dipakai

melintas kendaraan dari luar kota.Terimakasih

NN,08164283xxx

MAUNYA MENANG SENDIRI

Heran dengan gaya hidup mahasiswasekarang, maunya menang sendiri. Diperempatan Dukuhwaluh, banyakmahasiswa yang tidak mau mengalahdan menyerobot lampu merah. Padahalmereka adalah orang terdidik calonpengganti pemimpin negeri ini.

NN,02817691xxx

HIMBAUAN

KHOLILROKHMAN

RedakturSatelitPost

(SATELITPOST/IMANI)

JALAN RUSAK di Ajibarang menuju Bumiayu tergolong parah. Padahal,jalur itu selalu padat oleh kendaraan dari dalam maupun luar kota.

INOVASI di bidang teknologiinformasi telah membuatmanusia menjadi semakin

terhubung satu sama lain denganmudah lagi murah. Jarakgeografis dan berbagai pengha-lang konvensional lainnya yangpernah menjadi penghalang kinimenjadi kian tidak berarti. Namunperkembangan di bidang teknologiinformasi telah pula memberipeluang baru bagi sebagianmanusia untuk berbuat jahat,salah satunya adalah penipuanvia SMS (short messagesservice) sebagaimanakini makin marak terjadidi tanah air. Mengaku-aku sebagai pejabat,panitia undian maupunposisi lainnya yang‘mentereng’, pelakumengirim pesan pendekke nomor telepon selulercalon korban (yang bisadidapatkan secara acak)yang pada intinya me-minta transfer sejumlahuang atau pulsa. Sete lahkorban melakukanpengiriman, barulahdisadari bahwa nomortelpon tersebut adalahnomor penipu. Didugabanyak yang ‘termakan’SMS model begini dankerugian yang dideritakorban konon mencapaipuluhan juta rupiah.

Dalam kasus SMS yangsekedar meminta pulsa,jumlah kerugian yangrelatif kecil barangkali takmembuat korban begitumenderita dan akandianggap sebagai keape-san belaka. Namun dalampenipuan yang melibatkanuang dalam jumlah besarseperti, penyesalan danbahkan isak tangis tiadaberkesudahanlah yang akanterjadi. Uniknya, jika korbantergolong kalangan mampu,terdidik, dan terhormatbiasanya akan enggan me-laporkan peristiwa yangmenimpanya tersebut kepadapolisi. Rasa malu akan diketahuikebodohannya membuat angkakejahatan yang tercatat terkaitkasus ini jauh dari realitas yangsebenarnya terjadi. Juga besarankerugian yang tak terlalu besardalam kasus penipuan pulsamembuat orang enggan untukmenempuh jalur hukum.

Mengapa korban begitu naifdengan secara serta mertamempercayai informasi yangbelum tentu kebenarannya melaluiSMS? Mengapa di tengah derasn-ya berita mengenai penipuanentah itu yang berkedok yayasan,surat pemberitahuan sebagaipemenang undian, tawaranmenjadi jutawan mendadak,