bab ii kajian pustaka, konsep dan kerangka teori … ii.pdf · murakami”. dalam penelitiannya,...

17
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi pada penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut digunakan sebagai acuan, referensi perbandingan dan pertimbangan dalam penelitian yang akan dilakukan. Anggaraini (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan Makna Uchi ni, Aida ni, dan Kagiri yang Berfungsi sebagai Setsuzokushi dalam Novel Ryoma ga Yuku Karya Ryoutarou Shiba”. Dalam penelitiannya, Anggaraini menganalisis mengenai bentuk dan perbedaan makna setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri. Metode yang digunakan dalam menganalisis data-data tersebut adalah metode agih dan teknik ganti dari Sudaryanto. Dalam menganalisis bentuk uchi ni, aida ni, dan kagiri digunakan pendapat Makino dan Tsutsui (1989), sedangkan untuk menganalisis perbedaan maknanya digunakan teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001). Hasil dari penelitian Anggaraini menunjukan bahwa ditemukan persamaan fungsi setsuzokushi uchi ni dan aida ni yaitu digunakan untuk menyatakan adanya perubahan yang terjadi dari a ke b pada saat terjadinya suatu situasi atau tindakan yang dilakukan dalam jangka waktu yang sama. Perubahan yang dimaksud misalnya pada saat jangka waktu yang sama terjadi

Upload: dinhthuy

Post on 16-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

1.1 Kajian pustaka

Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

memiliki relevansi pada penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

digunakan sebagai acuan, referensi perbandingan dan pertimbangan dalam

penelitian yang akan dilakukan.

Anggaraini (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan

Perbedaan Makna Uchi ni, Aida ni, dan Kagiri yang Berfungsi sebagai

Setsuzokushi dalam Novel Ryoma ga Yuku Karya Ryoutarou Shiba”. Dalam

penelitiannya, Anggaraini menganalisis mengenai bentuk dan perbedaan

makna setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri. Metode yang digunakan

dalam menganalisis data-data tersebut adalah metode agih dan teknik ganti

dari Sudaryanto. Dalam menganalisis bentuk uchi ni, aida ni, dan kagiri

digunakan pendapat Makino dan Tsutsui (1989), sedangkan untuk

menganalisis perbedaan maknanya digunakan teori makna yang dikemukakan

oleh Pateda (2001).

Hasil dari penelitian Anggaraini menunjukan bahwa ditemukan

persamaan fungsi setsuzokushi uchi ni dan aida ni yaitu digunakan untuk

menyatakan adanya perubahan yang terjadi dari a ke b pada saat terjadinya

suatu situasi atau tindakan yang dilakukan dalam jangka waktu yang sama.

Perubahan yang dimaksud misalnya pada saat jangka waktu yang sama terjadi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

10

pergerakan dari duduk ke berdiri. Namun perubahan tersebut tidak

terkandung dalam setsuzokushi kagiri. Perbedaan uchi ni, aida ni dan kagiri

adalah setsuzokushi uchi ni mengandung kesan “mumpung” yang menyatakan

kegiatan yang dilakukan secara bersamaan. Rentang waktu yang lama

maupun yang singkat dapat dinyatakan dengan setsuzokushi aida ni,

sedangkan uchi ni hanya digunakan untuk menyatakan rentang waktu yang

pendek. Setsuzokushi kagiri hanya dapat menekankan pada kesan adanya

suatu persyaratan dan tidak dapat menyatakan rentang waktu. Setsuzokushi

uchi ni dan aida ni dapat saling menggantikan dalam beberapa kalimat yang

menyatakan rentang waktu sedangkan kagiri tidak dapat menggantikan aida

ni dan uchi ni.

Persamaan antara penelitian Anggaraini dengan penelitian yang akan

dilakukan, yaitu dari segi teori dan metode analisis, menggunakan teori

makna yang dikemukakan oleh Pateda dan juga metode agih untuk

menganalisis data. Namun terdapat perbedaan pada permasalahan yang

dibahas. Penelitian Anggaraini hanya menganalisis bentuk dan perbedaan

makna setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri sedangkan penelitian yang

akan dilakukan ini tidak hanya menganalisis bentuk tetapi juga menganalisis

variasi struktur kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni,

kagiri dan ijo wa. Dalam penelitian Anggaraini, tidak dibahas mengenai

setsuzokushi ijo wa sehingga penelitian ini memiliki kelebihan dari penelitian

yang telah dilakukan oleh Anggaraini. Melalui penelitian yang telah

dilakukan oleh Anggaraini dapat dipahami mengenai cara menggunakan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

11

metode dan teknik untuk menganalisis setsuzokushi, sehingga dapat

memberikan kontribusi terhadap penelitian yang akan dilakukan.

Padmawati (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan

Setsuzokushi Shikashi dan Demo dalam novel Norwei no Mori Karya Haruki

Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai

perbedaan penggunaan setsuzokushi shikashi dan demo yang terdapat dalam

novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami. Data-data setsuzokushi

tersebut dianalisis dengan metode agih dan teknik dasar bagi unsur langsung

serta teknik lanjutan yaitu teknik baca markah. Untuk menganalisis perbedaan

penggunaan kedua setsuzokushi tersebut, Padmawati menggunakan teori

setsuzokushi shikashi dan teori setsuzokushi demo yang dikemukakan oleh

Yuriko dkk (1998).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Padmawati menunjukan

bahwa terdapat perbedaan penggunaan antara setsuzokushi shikashi dan

demo. Shikashi digunakan pada saat menceritakan tokoh yang dianggap

penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam bahasa tulis, sedangkan

demo digunakan untuk menyampaikan hal-hal atau pendapat yang bersifat

pribadi yang menyatakan perasaan pembicara secara pribadi. Demo tidak

dapat menggantikan shikashi ketika kedua kalimat yang dihubungkan oleh

shikashi merupakan bentuk {~de aru}.

Persamaan antara penelitian yang telah dilakukan oleh Padmawati

dengan penelitian ini yaitu terletak pada metode yang digunakan yaitu metode

agih dalam menganalisis data, sedangkan perbedaannya terletak pada teori

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

12

yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teori sintaksis yang

dikemukakan oleh Verhaar (2012) yang dikaitkan dengan pendapat dari

Makino dan Tsutsui (1989) tentang struktur kalimat yang mengandung

setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa. Teori serta pendapat tersebut

dalam kaitannya digunakan untuk menganalisis penggunaan setsuzokushi

khususnya dalam menganalisis variasi struktur kalimat yang mengandung

(setsuzokushi) uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa dalam novel Tobu ga Gotoku

karya Ryotaro Shiba. Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Padmawati

dapat dipahami cara menggunakan metode agih untuk menganalisis

penggunaan setsuzokushi, sehingga dapat dijadikan refrensi untuk penelitian

yang akan dilakukan.

Penelitian berikutnya mengenai analisis setsuzokushi telah dilakukan

oleh Dwita (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan

Setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novel Kappa Karya Akutagawa

Ryunosuke”. Dalam penelitiannya, Dwita menganalisis mengenai perbedaan

fungsi dan makna yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan keredomo

dengan metode agih dan teknik baca markah. Untuk menganalisis perbedaan

fungsi setsuzokushi ga dan keredomo mengacu pada pendapat dari beberapa

ahli yaitu Koizumi (1993), Takayuki (1993), Yuriko dkk (1998) serta

Katsumi dan Y. Shinichi (1998) tentang setsuzokushi ga dan keredomo.

Kemudian, untuk menganalisis perbedaan makna setsuzokushi ga dan

keredomo digunakan teori makna gramatikal yang dikemukakan oleh Abdul

Chaer.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

13

Hasil penelitan yang telah dilakukan oleh Dwita menunjukan bahwa

setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama dan juga

beberapa fungsi yang berbeda. Persamaan fungsi setsuzokushi ga dan

keredomo yaitu digunakan untuk menggabungkan dua peristiwa yang

berlawanan, menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan

ekspresi dan menunjukan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki

fungsi lain yang tidak dimiliki oleh ga yaitu menyatukan dua hal yang

berbeda. Kemudian perbedaan antara setsuzokushi ga dan keredomo adalah

ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan dibandingkan keredomo, ga

dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun hormat sedangkan keredomo

tidak dapat digunakan dalam bentuk baku atau bentuk hormat. Secara arti ga

dapat menggantikan keredomo dengan memperhatikan konteksnya sedangkan

keredomo tidak dapat menggantikan ga jika kedua kalimat yang dihubungkan

oleh ga merupakan bahasa hormat.

Persamaan antara penelitian Dwita dengan penelitian yang dilakukan,

yaitu dari segi metode analisis data menggunakan metode agih, dari segi

permasalahan yang diambil menganalisis makna setsuzokushi. Namun

perbedaannya adalah terletak dari teori yang digunakan dalam menganalisis

makna. Dwita menggunakan teori makna gramatikal sedangkan penelitian ini

akan menggunakan teori makna kontekstual yang dikemukakan oleh Pateda

(2011). Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Dwita dapat dipahami

cara menggunakan metode agih, cara membandingkan setsuzokushi yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

14

memiliki padanan kata yang sama dengan menggunakan teori makna,

sehingga dapat dijadikan referensi dalam penelitian yang akan dilakukan.

1.2 Konsep

Berikut ini adalah beberapa konsep atau definisi dasar yang menjadi

acuan dalam penelitian. Pemaparan konsep-konsep bertujuan untuk

menyamakan persepsi dari istilah-istilah yang digunakan. Adapun beberapa

konsep yang digunakan yaitu:

2.2.1 Setsuzokushi

Setsuzokushi yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan konjungsi

atau kata sambung, merupakan kelas kata yang digunakan untuk

merangkaikan atau menghubungkan kalimat dengan kalimat atau

menghubungkan kalimat dengan bagian-bagian kalimat. Setsuzokushi tidak

dapat digunakan sebagai subjek, objek predikat atau adverbia (kata

keterangan) Nagayama dalam Sudjianto (1996: 101).

Setsuzokushi juga memiliki fungsi dalam penggunaannya. Nagayama

dalam Sudjianto (1996: 101-105) menyatakan setsuzokushi memiliki tiga

fungsi yaitu:

1. Digunakan untuk menjajarkan, merangkaikan atau mengumpulkan

beberapa kata. Contohnya : mata wa, narabi ni, oyobi dan lain-

lain.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

15

2. Digunakan untuk menghubungkan dua klausa atau lebih dalam

sebuah kalimat serta menghubungkan induk kalimat dengan anak

kalimat. Contohnya: shikamo, mata, shikashi, dan lain-lain.

3. Digunakan untuk menghubungkan dua kalimat yang kalimat

pertamanya memiliki hubungan dengan kalimat berikutnya.

Contohnya: daga, soretemo, shikashi, uchi ni, aida ni, kagiri, ijou

wa dan lain-lain.

Berdasarkan ketiga fungsi setsuzokushi tersebut, setsuzokushi uchi ni,

aida ni, kagiri dan ijo wa termasuk pada fungsi setsuzokushi nomor tiga, yaitu

digunakan untuk menghubungkan dua kalimat yang kalimat pertamanya

memiliki hubungan dengan kalimat berikutnya. Berikut adalah definisi dasar

mengenai setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa:

2.2.1.1 Uchi ni

Makino dan Tsutsui (1989) menjelaskan mengenai uchi ni yaitu sebagai

berikut:

“(Uchi ni) is a conjuction which express during a period when a certain

situasion remains in effect. While; before; during”

“(Uchi ni) adalah konjungsi yang digunakan untuk menyatakan periode,

ketika suatu situasi sedang berlangsung. Ketika;selagi; sebelum;selama”

(ADBJG,1989:512)

Contoh:

1. 前田さんはアメリカにいるうちに英語が上手になった。

Maeda san wa Amerika ni iru uchi ni eigo ga jyouzu ni natta.

‘Selama tinggal di Amerika, Maeda menjadi pintar berbahasa Inggris

(ADBJG, 1989:512)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

16

2.2.1.2 Aida ni

Makino dan Tsutsui (1986) menyatakan mengenai aida ni adalah sebagai

berikut :

“The space between two temporal or physical points. During (the time when);

while”

“Ruang antara dua keadaan membatasi antara titik awal dan titik akhir.

Selama (ketika); ketika”

(ADBJG, 1986:67)

Contoh:

2. 私が食べている間に山田さんが来ました。

Watashi ga tabete iru aida ni Yamada san ga kimashita.

‘Ketika saya makan, Tuan Yamada datang’

(ADBJG,1986:68)

2.2.1.3 Kagiri

Makino dan Tsutsui (1995) menjelaskan mengenai kagiri dengan menyatakan

bahwa:

“A conjunction which expresses the idea “as long as” (a certain condition is

met) or “as long as” (= to the extent)”

“(Kagiri) merupakan konjungsi (kata penghubung) yang mengekspresikan ide

yang memiliki arti “selama” (untuk keadaan yang pasti) atau “selama”

(batasan)”

(ADIJG, 1995:82)

Contoh:

3. 私がここにいる限り心配は無用です。

Watashi ga koko ni iru kagiri shinpai wa muyou desu.

‘Selama saya di sini kamu tidak perlu khawatir’

(ADIJG, 1995:82)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

17

2.2.1.4 Ijo wa

Makino dan Tsutsui (1995) menjelaskan mengenai ijo wa dengan menyatakan

bahwa:

“A conjunction indicating the speaker’s/ writer’s strong feeling that there

should be a very strong logical/ natural connection between what precedes

the conjunction and what follow it. Since; now that; once; if~ at all; as long

as”

“(Ijo wa) merupakan sebuah kata penghubung yang menunjukan perasaan

yang kuat milik pembicara atau penulis yang harus logis atau alami antara apa

yang mendahului kata penghubung tersebut dan apa yang mengikutinya. Ijo

wa memiliki arti sejak; selama”

(ADIJG, 1995: 65)

Contoh :

4. 日本語を始めた以上、良く話して、聞けて、読めて、書けるよう

になるまで頑張ります。

Nihongo wo hajimeta ijou, yoku hanashite, kikete, yomete, kakeru youni

naru made ganbarimasu.

‘Sejak saya mulai belajar bahasa Jepang, saya akan semangat sampai

bisa berbicara, mendengar, membaca dan menulis dengan baik’

(ADIJG, 1995:65)

5. 体を良く動かしている以上は、人間の体は衰えないらしい。

Karada wo yoku ugokashite iru ijou wa ningen no karada wa otoroenai

rashii.

‘Selama kamu bergerak , tubuhmu akan kuat’

(ADIJG, 1995:65)

2.2.2 Makna

Kridalaksana (2001:132) mengartikan makna (meaning, linguistic

meaning, sense) sebagai: 1) maksud pembicara; 2) pengaruh satuan bahasa

dalam pemahaman persepsi atau prilaku manusia atau kelompok manusia; 3)

hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa dan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

18

alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya;

4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Pateda (2001:82) menyatakan bahwa terdapat tiga istilah ketika

seseorang mengatakan sesuatu, istilah tersebut antara lain : name, sense dan

thing. Soal makna terdapat dalam sense, dan ada hubungan timbal balik

antara name dengan pengertian sense. Apabila seseorang mendengar kata-

kata tertentu, ia akan dapat membayangkan bendanya atau sesuatu yang diacu,

apabila seseorang membayangkan sesuatu, ia akan segera dapat mengatakan

pengertiannya tersebut. Hubungan antara nama dengan pengertian itulah yang

disebut dengan makna.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

makna adalah hubungan kesepadanan antara bahasa atau kata yang diucapkan

dengan pengertiannya.

2.3 Kerangka Teori

Dalam melakukan suatu penelitian harus dilandasi dengan teori.

Dalam menganalisis variasi struktur kalimat yang mengandung setsuzokushi

uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa digunakan teori sintaksis yang

dikemukakan oleh Verhaar (2012). Kemudian untuk menganalisis makna

kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa

digunakan teori makna kontekstual yang dikemukakan oleh Pateda (2001).

2.3.1 Teori Sintaksis

Dalam menganalisis struktur kalimat digunakan teori sintaksis.

Verhaar (2012:161) mendefinisikan sintaksis sebagai ilmu yang membahas

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

19

hubungan antar kata dalam tuturan. Hubungan antar kata tersebut meliputi

satuan gramatikal yang meliputi frasa, klausa dan kalimat. Terdapat tiga poin

penting dalam menganalisis klausa secara sintaksis yaitu dengan menganalisis

fungsi. Fungsi tersebut meliputi subjek, predikat dan objek yang terkandung

dalam sebuah kalimat, kemudian menganalisis kategori-kategori. Kategori

tersebut adalah nomina, verba dan preposisi.

Contoh :

Ayah membeli beras ketan untuk saya

Fungsinya adalah Ayah sebagai (subjek), membeli (predikat) beras ketan

(objek), saya (keterangan). Kata keterangan bukan merupakan fungsi.

Kategorinya adalah Ayah dan beras ketan merupakan (nomina), membeli

(verba), untuk (preposisi), saya (pronomina) (Verhaar, 2012: 163). Fungsi-

fungsi dalam sebuah kalimat diisi dengan berbagai kelas kata, salah satunya

yang paling sering digunakan dalam sebuah kalimat adalah kata penghubung.

Dalam bahasa Jepang kata penghubung atau konjungsi disebut dengan istilah

setsuzokushi. Nagayama dalam Sudjianto (1996: 100) menjelaskan bahwa

setsuzokushi adalah kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau

menghubungkan kalimat dengan kalimat atau menghubungkan kalimat dengan

bagian-bagian kalimat. Teori sintaksis ini akan digunakan untuk menganalisis

variasi struktur kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri

dan ijo wa dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryotaro Shiba yang mengacu

pada pendapat Makino dan Tsutsui (1989).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

20

2.3.1.1 Uchi ni

Makino dan Tsutsui (1989) mengemukakan pendapat mengenai struktur uchi

ni:

a. Kata kerja bentuk kamus + uchi ni

Contoh :

6. アメリカにいるうちに

Amerika ni iru uchi ni

‘Selama berada di Amerika’

(ADBJG, 1989:513)

b. Kata sifat -i + uchi ni

Contoh :

7. 若いうちに

Wakai uchi ni

‘Selagi muda’

(ADBJG, 1989:513)

c. Kata sifat –na + uchi ni

Contoh :

8. 花がきれいなうちに

Hana ga kirei na uchi ni

‘Selagi bunga-bunga masih cantik’

(ADBJG, 1989:513)

d. Kata benda + no + uchi ni

Contoh :

9. やすみのうちに

Yasumi no uchi ni

‘Selagi liburan ’

(ADBJG, 1989:513)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

21

2.3.1.2 Aida ni

Makino dan Tsutsui (1989) mengemukakan pendapat mengenai struktur aida

ni :

a. Kata kerja bentuk kamus + aida ni

Contoh :

10. 話している間に

Hanashite iru aida ni

‘Ketika sedang berbicara’

(ADBJG, 1989:68)

b. Kata sifat –i + aida ni

Contoh:

11. 高い間に

Takai aida ni

‘Ketika masih mahal’

(ADBJG, 1989:68)

c. Kata sifat –na + aida ni

Contoh :

12. 静かな間に

Shizuka na aida ni

‘Ketika sedang sepi’

(ADBJG, 1989:69)

d. Kata benda + no + aida ni

Contoh :

13. 夏休みの間に

Natsu yasumi no aida ni

‘Selama liburan musim panas’

(ADBJG, 1989:69)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

22

2.3.1.3 Kagiri

Makino dan Tsutsui (1995) mengemukakan pendapat mengenai struktur kagiri:

a. Kata kerja + kagiri

Contoh:

14. 調べた限り

Shirabeta kagiri

‘Selama memeriksa’

(ADIJG,1995:83)

b. Kata benda+ de aru + kagiri

Contoh:

15. 学生である限り

Gakusei de aru kagiri

‘Selama menjadi siswa’

(ADIJG, 1995:83)

2.3.1.4 Ijo wa

Makino dan Tsutsui (1989) mengemukakan pendapat mengenai struktur ijo

wa :

a. Kata kerja + ijo wa

Contoh :

16. はなす/話した以上は

Hanasu / hanashita ijo wa

‘Sejak berbicara’

(ADIJG, 1995: 64)

b. Kata benda + de aru + ijo wa

Contoh :

17. 先生である以上は

Sensei de aru ijo wa

‘Selama menjadi guru’

(ADIJG, 1995: 64)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

23

2.3.2 Makna Kontekstual

Makna yang dianalisis dalam penelitian ini adalah makna kontekstual.

Teori yang digunakan ialah mengacu pada pendapat Pateda (2001: 116) yang

menyatakan bahwa makna kontekstual adalah salah satu jenis makna yang

ada dalam kajian ilmu semantik yang muncul sebagai akibat hubungan antara

ujaran dan konteks. Konteks kesamaan bahasa memengaruhi makna secara

keseluruhan. Konteks yang dimaksud antara lain sebagai berikut.

1. Konteks orangan adalah konteks yang berkaitan dengan jenis kelamin,

kedudukan pembicara, usia pendengar atau pembicara, latar belakang

sosial atau ekonomi pembicara atau pendengar. Dalam konteks orangan,

seseorang dipaksa menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh

lawan bicara sesuai dengan usia, jenis kelamin, latar belakang sosial

ekonomi dan latar belakang pendidikan.

2. Konteks situasi, misalnya situasi ribut, situasi aman (kondusif) atau

berbahaya. Seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya berkaitan

dengan situasi misalnya menggunakan kata-kata yang maknanya ikut

bersedih, kasihan, sayang dan lain sebagainya.

3. Konteks tujuan, misalnya meminta atau mengharapkan sesuatu misalnya

tujuan untuk meminta, maka seseorang akan mencari kata-kata yang

maknanya meminta.

4. Konteks formal atau tidaknya suatu pembicaraan, memaksa seseorang

mencari kata-kata yang sesuai dengan formal atau tidaknya pembicaraan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

24

5. Konteks suasana hati pembicara atau pendengar, memaksa seseorang

mencari kata-kata yang maknanya menyatakan suasana hati pembicara

atau pendengar, misalnya takut, gembira atau jengkel.

6. Konteks waktu, misalnya siang atau malam hari (waktu akan beristirahat).

Jika seseorang bertamu pada waktu orang akan beristirahat maka orang

yang diajak bicara akan merasa kesal. Hal tersebut dapat dilihat dari

makna kata-kata yang digunakan seseorang.

7. Konteks tempat, misalnya di bioskop atau di pasar, konteks tempat sangat

mempengaruhi kata yang digunakan. Di tempat- tempat tersebut orang

akan mencari kata-kata yang bermakna biasa-biasa saja misalnya makna

yang berhubungan dengan informasi.

8. Konteks objek yaitu hal yang menjadi fokus dalam pembicaraan. Misalnya

fokus pembicara adalah tentang ekonomi, maka orang akan mencari kata-

kata yang berkaitan dengan ekonomi.

9. Konteks alat kelengkapan pembicara atau pendengar pada pembicara atau

pendengar. misalnya orang yang tidak normal alat bicaranya ketika sedang

melafalkan suatu kata namun kata tersebut tidak dapat dilafalkan dengan

baik, sehingga orang yang mendengar tidak dapat memahami apa isi

kalimat dan menyebabkan salah pengertian.

10. Konteks kebahasaan yaitu memenuhi atau tidak kaedah kebahasaan antara

pembicara dan lawan bicara. Misalnya dalam tulis -menulis hal yang

diperhatikan adalah tanda baca dan diksi, sedangkan dalam bahasa lisan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI … II.pdf · Murakami”. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai ... penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam

25

yang perlu diperhatikan adalah tekanan suara, panjang-pendek dan getaran

suara yang menunjukan emosi tertentu.

11. Konteks bahasa yaitu bahasa yang digunakan. Hal ini menandakan bahwa

suatu kata atau simbol ujaran tidak akan memiliki makna jika terlepas dari

konteks kalimat tersebut.

Berdasarkan kesebelas konteks makna yang dikemukakan oleh Pateda (2011:116),

akan dianalisis makna kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni,

kagiri dan ijo wa dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba sesuai

dengan kesebelas konteks makna tersebut.