bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan …repository.unpas.ac.id/41919/5/bab ii fix.pdf ·...
TRANSCRIPT
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Proses penelitian tentunya membutuhkan teori atau literasi yang telah ada
dari hasil penelitian terdahulu, sehingga landasan teori tersebut dapat
dipergunakan untuk memecahkan permasalahan yang ada serta mengarahkan
penelitian ini ke dalam skema yang lebih sistematis.
2.1.1 Pengertian Manajemen
Dewasa ini, manajemen sangatlah penting dan sangat diperlukan oleh
berbagai kalangan. Manajemen banyak digunakan oleh perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Bahkan manajemen sering digunakan dalam kehidupan
sehari - hari. Sehingga sebelum menerapkan manajemen perlu adanya pemahaman
mengenai pengertian manajemen itu sendiri.
Berikut adalah pengertian manajemen berdasarkan pendapat para ahli
diantaranya :
Manajemen menurut Stephen P. Robbins dan mary coulter (2016: 39)
adalah “Coordinating and Overseeing the work activities of others, so their
activities are completed efficiently and effectively”.
Sedarmayanti (2013:6) membuat definisi yang menyatakan bahwa :
Manajemen adalah seni untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,
mengawasi kegiatan sumber daya atau karyawan, dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi.
24
Sedangkan menurut Hasibuan (2014: 2) mendefinisikam manajemen
sebagai ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya lainnya secara
efesien, efektif, dan produktif merupakan hal yang paling penting untuk mencapai
suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah proses mendesain lingkungan dengan cara bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Proses desain dalam manajemen yang dimaksud adalah
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalain melalui
pemanfaatan sumber daya-sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dari organisasi.
2.1.1.1 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen merupakan bagian penting bagi perusahaan untuk
mencapai tujuan. Menurut Erni & Kurniawan (2017:8) sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yaitu proses yang mennyangkut upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi
dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan operasi.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik
yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur
organisasi yang tepat dan tangguh, system dan lingkungan organisasi yang
kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja
secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
25
3. Pengimplementasin (Directing)
Pengimplementasian yaitu proses implementasi suatu program agar bisa
memotivaasi semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung- jawabnya dengan
pennuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
4. Pengendalian (controlling)
Pengendalian adalah proses yang dilakkan untuk memastikan seluruh rangkaian
kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa
berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan
terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
2.1.2 Pengertian Pemasaran
Pemasaran sangat penting untuk mengenalkan suatu produk yang di
hasilkan oleh perusahaan kepada konsumen pemasara merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan, dimana pemasaran merupakan
aktifitas yang dapat menghasilkan keuntungan dan menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Peran pemasaran sangat penting dalam membantu perusahaan dalam
mencapai tujuannya karena aktifitas perusahaan diarahkan untuk menciptakan
perusahaan yang bisa berkembang dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan
agar tetap bisa bertahan dan bersaing dengan pelaku bisnis sejenis ditengah
persaingan yang ketat pada saat ini.
Berikut ini adalah definisi yang dijelaskan oleh beberapa ahli mengenai
pengertian pemasaran diantaranya sebagai berikut :
Pengertian pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2018:29),
menyatakan bahwa “marketing as the procces by which companies engage
customers, build strong customer relationships in order to capture value from
26
customers in return”.
Sedangkan, menurut William J.Stanton dan Charles Futrell yang dialih
bahasakan oleh Danang Sunyoto (2013:11) mengemukakan bahwa :
“Pemasaran adalah salah satu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat
mencapai tujuan organisasi”.
Menurut Fandy Tjiptono (2014:5) mendefiniskan pemasaran adalah
serangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menstimulasi permintaan
atas produk dan jasanya, memastikan bahwa produk yang dijual dan disampaikan
kepada para konsumen.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,
peneliti sampai pada pemahaman bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dengan masyarakat yang dilakukan oleh pemasar dengan cara
mengidentifikasi keinginan, sehingga dapat memenuhi harapan masyarakat dengan
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk atau jasa yang bernilai
dengan orang lain.
2.1.3. Pengertian Manajemen Pemasaran
Salah satu cara perusahaan untuk dapat meraih kesuksesan dalam
menjalanakan usahanya yaitu dengan adanya manajemen pemasaran yang baik.
Manajemen Pemasaran yang baik dapat menunjang perusahaan untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Aktivitas manajemen
pemasaran sendiri bukan hanya aktivitas menjual suatu produk atau jasa kepada
konsumen, tetapi aktivitas yang juga memberikan nilai – nilai menguntungkan
27
untuk konsumen.
Berikut ini adalah beberapa definisi yang dijelaskan oleh beberapa ahli
mengenai pengertian manajemen pemasaran yang diantaranya sebagi berikut :
Manajemen pemasaran menurut Sofjan Assauri (2013:12)
“Manajemen pemasaran adalah kegiatan menganalisis, merencanakan,
melaksanakan dan mengendalikan program-program yang disusun dalam
pembentukan, pembangunan, dan pemeliharaan keuntungan dari pertukaran/
transaksi melalui sasaran pasar dengan harapan untuk mencapai tujuan
organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang”.
Menurut Buchari Alma (2013:130) manajemen pemasaran adalah proses
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang
dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan.
Sedangkan Manajemen pemasaran menurut Kotler dan Amstrong
(2018:34) adalah “The art and science of choosing target markets and building
profitable relationships with them”.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, penulis sampai ada pemahaman
bahwa manajemen pemasaran adalah ilmu yang dapat digunakan dalam sebuah
perusahaan atau organisasi untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dengan
memilih pasar yang tepat agar dapat mempertahankan dan menumbuhkan
konsumen sehingga dapat mencapai tujuan – tujuan perusahaan atau organisasi.
Maka, dengan diterapkannya manajemen pemasaran akan sangat membantu
perusahaan dalam mendapatkan konsumen dan menjual produk yang telah
dihasilkannya.
2.1.4. Bauran Pemasaran
28
Dewasa ini untuk dapat menjalankan sebuah usaha perlu adanya
manajemen pemasaran yang baik. Karena salah satu yang menjadi penentu
kesuksesan sebuah bisnis adalah bagaimana si pemasar dapat memasarkan
produknya. Untuk mencapai kesuksesan tersebut maka manajemen pemasaran
yang diterapkan harus tepat. Oleh karena itu, seorang pemasar harus memiliki
pemahaman mengenai bauran pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix)
sendiri meliputi kombinasi variabel-variabel yang saling berhubungan satu sama
lainnya. Bauran pemasaran memiliki peranan penting dalam kegiatan bisnis yang
dijalankan perusahaan, karena bauran pemasaran merupakan seperangkat alat
pemasaran yang di dalamnya terdapat variabel – variabel yang dapat membantu
mensukseskan penjualan produk.
Berikut beberapa definisi bauran pemasaran menurut para ahli diantaranya
sebagai berikut :
Bauran pemasaran menurut Buchari Alma (2014:205)
“Bauran pemasaran merupakan strategi mencampuri kegiatan-kegiatan
pemasaran, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil
yang memuaskan. Marketing mix terdiri atas empat komponen atau disebut
4P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), promosi
(promotion). Sedangkan dalam pemasaran jasa memiliki beberapa alat
pemasara tambahan seperti orang (people), fasilitas fisik (physical
evidence), dan proses (process) sehingga dikenal dengan istilah 7P ”.
Bauran pemasaran menurut Kotler dan Armstrong yang dialih bahasakan
oleh Bob Sabran (2014:74) adalah seperangkat alat pemasaran seperti produk,
harga, tempat, dan promosi yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan
tanggapan yang di inginkan di target pasar.
Sedangkan menurut Zeithaml dan Bitner yang dialih bahasakan oleh Ratih
Huriyati (2015:47), mendefinisikan bauran pemasaran sebagai sekumpulan alat
29
pemasaran (Marketing mix) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaannya dalam pasar sasaran.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bauran
pemasaran merupakan sekumpulan alat pemasaran (marketing mix) yang terdiri
dari produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan fasilitas fisik yang
dijadikan strategi oleh perusahaan dalam kegiatannya untuk mencapai tujuan
perusahaan yang sudah ditetapkan.
2.1.4.1 Unsur-unsur Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran mencangkup seperangkat alat pemasara yang dikenal
dalam istilah 4P, yaitu antara lain product (produk), price (harga), place (tempat
atau saluran distribusi), dan promotion (promosi), sedangkan dalam pemasaran
jasa memiliki alat pemasaran (marketing mix) tambahan seperti people (orang),
physical evidence ( fasilitas fisik), dan process (proses), sehingga dikenal dengan
istilah 7P. Maka dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran jasa antara lain
terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotion),
orang (people), pasilitas fisik (physical evidence), dan proses (process).
Pengertian istilah dari 7P menurut Kotler dan Amstrong (2014:76), yaitu
sebagai berikut :
1. Product
Produk adalah mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan
pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan mengubah
produk atau jasa yang ada dengan menambah dan mengambil tindakan yang
lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk atau jasa.
2. Price
30
Harga adalah suatu sistem manajemen perusahaan yang akan menentukan harga
dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus menentukan strategi yang
menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos angkut dan berbagai variabel
yang bersangkutan.
3. Place
Distribusi yakni memilih dan mengelola saluran perdangan yang digunakan
untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga untuk melayani pasar sasaran,
serta mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan perniagaan
produk secara fisik, untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari
konsumen yang menjadi target dari perusahaan.
4. Promotion
Promosi adalah suatu unsur dalam bauran pemasaran yang digunakan untuk
memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk atau jasa yang baru pada
perusahaan melalui media iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, atau
publikasi.
5. People
Orang adalah semua pelaku yang menjalakan peranan penting dalam penyajian
jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen dari orang adalah
pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain. Semua sikap dan tindakan
karyawan, cara berpakaian karyawan, dan penmpilan karyawan memiliki
pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa.
6. Process
31
Proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas
digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini memiliki arti sesuatu
untuk menyampaikan jasa.
7. Physical Evidence
Sarana fisik merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.
Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan atau bangunan
fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna, dan barang-barang lainnya yang
berhubungan dengan toko tersebut.
Berdasarkan penjelasan yang telah di uraikan mengenai bauran pemasaran
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran memiliki elemen-
elemen yang mempunyai peranan yang berpengaruh dalam penjualan karena
elemen tersebut dapat mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan
keputusan pembelian.
2.1.5 Pemasaran Jasa
Bisnis jasa sering kita jumpai dalan kehidupan kita sehari-hari. Di
antaranya meliputi jasa telekomunikasi, hiburan televisi, child care, pendidikan,
konsultasi bisnis, penerbitan, salon, pusat kebugaran, dan restoran. Jasa bukan
hanya hadir sebagai produk utama, namu juga dalam wujud layanan pelengkap
dalam pembelian produk fisik. Kini konsumen tidak lagi sekedar membeli sebuah
produk fisik, tetapi juga segala aspek jasa/layanan yang melekat pada produk
tersebut, mulai dari tahap pra-pembelian hingga purna-beli. Bisa kita bayangkan
betapa berpengaruhnya bsnis jasa dalam dunia modern. Kotler dan Keller
32
(2016:422) mendefinisikan jasa sebagai berikut : A service is any act or
performance one party can offer to another that is essentially intangible and does
not resultin the ownership of anything. Sedangkan menurut Zeithalm dan Bitner
dalam Buchari Alma (2014:243) mendefinisikan Jasa adalah suatu kegiatan
ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu
produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, dan
sehat) bersifat tidak berwujud.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Gronroos (2000) dalam Fandy Tjiptono
(2016:13) bahwa :
“Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang
biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara konsumen
dan karyawan jasa dan/ atau sumber daya fisik atau barang dan/ atau sistem
penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah konsumen”.
Berdasarkan definisi para ahli di atas peneliti sampai pada pemahaman
bahwa jasa merupakan suatu produk yang tidak berwujud, yang ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen tanpa bersifat kepemilikan.
2.1.5.1 Klasifikasi Jasa
Secara garis besar, klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh
kriteria pokok Evans & Berman (1990) dalam Fandy Tjiptono (2016:16) :
1. Segmen Pasar
Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan
pada konsumen akhir (misalnya taksi, asuransi jiwa, katering, jasa tabungan,
dan pendidikan) dan jasa bagi konsumen organisasional (misalnya biro
periklanan, jasa akuntansi dan perpajakan, dan jasa konsultasi manajemen).
33
2. Tingkat Keberwujudan
Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan
konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga
macam:
a. Rented-Goods Services
Konsumen menyewa dan menggunakan produk tertentu berdasarkan tarif
yang disepakati selama jangka waktu spesifik. Konsumen hanya dapat
menggunakan produk tersebut, karena kepemilikannya tetap di tangan
pihak perusahaan yang menyewakan. Contoh penyewaan mobil,
videogames, komputer, villa, dan apartemen.
b. Owned- Goods Services
Produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau
ditingkatkan untuk kerjanya, atau diperilahara/dirawat oleh perusahaan
jasa. Jenis jasa seperti ini juga mencangkup perubahan bentuk pada produk
yang dimiliki konsumen. Contohnya meliputi jasa reparasi (arloji, mobil,
sepeda motor, komputer dan lain-lain), pencucian mobil, perawatan rumput
padang golf, dan sebagainya.
c. Non- Goods Services
Karakter khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible
(tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para konsumen. Contoh
supir, dosen, penata rias, baby-sitter, pemandu wisata, penerjemah lisan,
dan lain-lain.
3. Keterampilan Penyedia Jasa
34
Berdasarakan tingkat keterampilan penyedia jasa, terdapat dua tipe pokok
jasa. Pertama. Profesional services (seperti dosen, konsultan manajemen,
pengacara, arsitek, dan lain-lain). Kedua, non-profesional services (seperti
supir taksi, tukang parkir, pengantar surat, pembantu rumah tangga).
4. Tujuan Organisasi Jasa
Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan menjadi
commercial services atau profit services (misalnya jasa penerbangan, bank,
penyewaan mobil, biro iklan, dan hotel) dan non-profit services ( seperti
sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan, panti wreda, perpustakaan
umum, dan museum).
5. Regulasi
Menurut aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated services
(misalnya jasa pialang, angkutan umum, media massa, dan perbankan) dan
non-regulated services (seperti jasa makelar, katering, pondokan dan asrama,
kantin sekolah, serta pengecatan rumah).
6. Tingkat Intensitas Karyawan
Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja), jasa dapat
dikelompokan menjadi dua macam: equipment-based services (seperti cuci
mobil otomatis, jasa sambungan telepon interlokal dan internasional, mesin
ATM (Anjungan Tarik Mandiri) dan binatu) dan people-based services
(seperti pelatih sepak bola, satpam, akuntan, konsultan hukum, bidan, dan
dokter anak).
7. Tingkat Kontak Penyedia Jasa dan Konsumen
Berdasarakan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dikelompokan
35
menjadi high-contact services (seperti universitas, bank, dokter, penata
rambut, dan konsultan bisnis) dan low-contact services (misalnya, bioskop,
jasa PLN, jasa telekomunikasi, dan jasa layanan pos).
2.1.5.2 Karakteristik Jasa
Berdasarkan riset dan literatur manajemen dan pemasaran jasa
mengungkap bahwa jasa memiliki empat karakteristik unik yang membedakannya
dari barang dan berdampak pada strategi mengelolah dan memasarkannya.
Menurut Lovelock dan Gummesson (2004) dalam Fandy Tjiptono (2016:25)
keempat karakteristik utama tersebut dinamakan paradigma IHIP: Intangibility,
Heterogeneity, Inseparability, dan Perishability.
1. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat,
material, atau benda; maka jasa justru merupakan perbuatan, tindakan,
pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha . Bila barang dapat
dimiliki maka jasa hanya dapat dikonsumsi tapi tidak dapat dimliki (non-
ownershp). Jasa besifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa,
dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Konsep
intangible ini sendiri memiliki dua pengertian : (1) sesuatu yang tidak dapat
disentuh dan tidak dapat dirasakan; dan (2) sesuatu yang tidak mudah
didefiniskan, dirumuskan, atau dipahami secara rohania.
2. Heterogenity/Variability/ Inconsistency
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output,
36
artinya terdapat banyak varasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada
siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Pengalaman berlibur ke
objek wisata tertentu (contohnya, Sydney Opera House dan Pantai Kuta) akan
bervariasi antara kesempatan berbeda. Hal semacam ini terjadi karena jasa
melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya. Berbeda
dengan mesin, orang biasanya cenderung tidak bisa diprediksi dan tidak
konsisten dalam hal sikap dan perilakunya.
3. Inseparability
Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru
dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. Praktik dokter
gigi merupakan salah satu contohnya. Dokter gigi tidak dapat memproduksi
jasanya tanpa kehadiran pasien. Selain hadir secara fisik dan mental, pasien
bersangkutan juga berperan secara aktual sebagai co-producer dalam proses
operasi jasa, dengan jalan menjawab pertanyaan-pertanyaan dokter dan
menjelaskan gejala sakit atau kebutuhan spesifiknya.
4. Perishability
Perishability berarti bahwa jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama,
tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang diwaktu datang, dijual kembali,
atau dikembalikan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni,
atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik dokter umum akan berlalu atau
hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. Kondisi semacam ini tidak akan
menjadi masalah apabila permintaan bersifat konstan, karena staf dan kapasitas
penyedia jasa bisa direncanakan untuk memenuhi permintaan. Namun
37
sayangnya, permintaan konsumen terhadap sebagian besar jasa sangat
fluktuatif dan dipengaruhi faktor musiman (seasonal factors).
2.1.5.3 Strategi Pemasaran Jasa
Perusahaan jasa harus mampu menerapkan strategi agar bisa menarik
konsumen supaya menggunakan jasa perusahaannya. Strategi pemasaran jasa
meliputi tindakan-tindakan yang bisa mempengaruhi permintaan terhadap jasa.
Strategi pemasaran jasa merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi
perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap
permintaan produk atau jasa di pasar sasaran tertentu. Menurut Fandy Tjiptono
(2015:201) secara garis besar strategi pemasaran jasa bisa dikelompokan menjadi
dua kategori: strategi permintaan primer (primary demand stategies) dan strategi
permintaan selektif (selective demand strategies)
1. Strategi Permintaan Primer
Strategi permintaan primer dirancang untuk menaikan tingkat permintaan
terhadap produk (product form) atau kelas produk (product class). Strategi
permintaan primer biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan pioner yang
memasarkan bentuk produk baru, seperti 3M yang memperkenalkan Post-It,
Procter & Gamble dalam pasar popok sekali pakai, FedEx yang mempelopori
konsep jasa pengiriman paket dalam satu hari, dan seterusnya. Di samping itu,
perusahaan yang memiliki pangsa pasar besar dalam pasar yang telah mapan
(seperti Indoofood dalam pasar mi instan dan Microsoft dalam pasar perangkat
lunak komputer) juga sering memfokuskan sebagian besar aktivitas pemasarannya
untuk permintaan permintaan primer. Pada prinsipnya, ada dua sumber untuk
38
bentuk atau kelas produk, yaitu bukan pengguna (non-user) dan pengguna yang
berpotensi memperbesar tingkat penggunaannya.
a. Strategi Menarik Pengguna Baru (Bukan Pengguna)
Dalam strategi ini, perusahaan harus mampu meningkatkan kesediaan
(willingness) atau kemampuan (ability) konsumen untuk membeli produk. Melalui
cara tersebut, jumlah pengguna bisa meningkat.
1. Meningkatkan Kesediaan Untuk Membeli
Kesediaan konsumen untuk membeli produk dapat dipengaruhi melalui
salah satu dari tiga cara berikut:
i. Mendemonstrasikan menfaat yang telah ditawarkan oleh produk.
ii. Mengembangkan poduk baru dengan manfaat-manfaat yang bakal
lebih menarik untuk segmen pasar tertentu.
iii. Mendemonstrasika n atau mempromosikan manfaat baru dari produk
yang sudah ada.
2. Meningkatkan Kemampuan Untuk Membeli
Kemampuan konsumen untuk membeli produk atau jasa berkaitan erat
dengan dua hal, yakni daya beli dan akses terhadap produk atau produsen.
Masalah daya beli yang rendah bisa diatasi dengan cara menawarkan harga
yang lebih murah (misalnya, harga buku teks orisinal berbahasa Inggris
untuk kawasan Asia Tenggara lebih mmuurah dibandingkan di Amerika
Serikat), membuat ukuran produk yang lebih kecil, dan pemberian fasilitas
kredit. Sedangkan persoalan akses yang rendah bisa diatasi melalui cara
meningkatkan kertersediaan produk, misalnya menambah jumlah outlet
penjualan, meningkatkan frekuensi pengiriman produk, manajemen sediaan
39
terkomputerisasi yang bisa mencegah siatuasi kehabisan pasokan dan lain-
lain.
b. Strategi Menaikan Tingkat Pembelian Saat Ini
Dalam rangka menaikan tingkat pembelian, perusahaan harus mengarahkan
strategi pemasarannya pada kesediaan konsumen untuk membeli lebih sering
(more often) atau dalam volume pembelian yang lebih banyak (more volume).
a. Menambah Situasi Penggunaan
Pembeli mungkin akan meningkatkan pemakaiannya jika ragam produk
atau situasi penggunaan produk diperluas.
b. Menaikan Tingkat Konsumsi Produk
Volume konsumsi rata-rata dan frekuensi konsumsi bisa ditingkatkan
melalui harga yang lebih murah atau kemasan dengan isi khusus.
c. Mendorong Penggantian Produk
Meskipun lemari es bisa berusia sekitar 20 tahun, konsumen akan
melakukan penggantian lebih awal jika kenyamanan produk, pemanfaatan
ruang, dan biaya oprasi bisa diperbaiki.
2. Strategi Permintaan Selektif
Strategi permintaan selektif bisa berupa tiga alternatif utama yaitu,
memperluas pasar yang dilayani, merebut konsumen dari pesaing, dan
mempertahankan atau meningkkatkan permintaan dari basis pelannggan saat ini.
a. Strategi Memperluas Pasar yang Dilayani
Perusahaan merumuskan pasar relevan (relevant market) berdasarkan bentuk
atau kelas produk di mana mereka berkompetisi. Sebagai berikut:
1. Memperluas Distribusi
40
Program penjualan dan distribusi perusahaan dirancang untuk membuat
produk tersedia bagi pasar sasaran dan untuk memperoleh dukungan
pengantaran, pemajangan, dan promosi secara efektif.
2. Perluasan Lini Produk
Perusahaan dapat memperluas lini produk yang ditawarkan di pasar
melalui program pengembangan produk dengan dua alternatif utama:
i. Perluasan lini produk secara vertikal (vertikal product-line extension),
yaitu menambah produk baru tertentu pada tingkatan harga yang
berbeda untuk melayani segmen pasar yang berbeda.
ii. Perluasan lini produk secara horisontal (horisontal product-line
extension), yaitu menambah produk baru tertentu dengan karakteristik
berbeda, namun pada tingkat harga relatif sama.
b. Strategi Merebut Konsumen Dari Pesaing
Pesaing langsung perusahaan adalah perusahaan-perusahaan lain yang
bersaing dalam served market yang sama. Misalnya, pesaing langsung
McDonald’s adalah Burger King. Pada saat konsumen menentukan pilihan dalam
served market tertentu, mereka yang menganggap proses pemilihan merek
merupakan aktivitas non-rutin akan membendingkan berbagai alternantif merek
berdasarkan sejumlah atribut. Karena pilihan konsumen sangat dipengaruhi oleh
persepsi konsumen terhadap atribut-atribut tersebut, maka akuisisi konsumen akan
sangat tergantung pada positioning produk dipasar. Posisi produk menggambarkan
bagiamana suatu produk dipersepsikan berbeda secara relatif dibandingkan
pesaing atas dasar atribut-atribut determinan pada masing-masing segmen. Dibagi
menjadi dua yaitu:
41
1. Head to Head Positioning
Dalam strategi ini perusahaan menawarkan manfaat yang pada dasarnya
sama seperti pesaingnya, tetapi berusaha untuk memenangkan persaingan
dengan dua alternatif cara berikut:
i. Melakukan usaha-usaha pemasaran yang lebih unggul (superior
marketing effort) seperti kualitas, kelengkapan, ketersediaan produk,
atau nama merek yang lebih superior.
ii. Kepemimpinan dalam harga dan biaya (price-cost leadership), yaitu
menawarkan kualitas sebanding dengan harga lebih murah dari
pesaing.
2. Differentiated Positioning
Dalam strategi ini, perusahaan berusaha membedakan diri dengan cara
menawarkan atribut atau manfaat tertentu yang unik atau dengan jalan
berfokus hanya melayani jenis konsumen tertentu.
i. Benefit/Attribute Positioning adalah strategi yang pemasaran yang
menonjolkan atribut unik, pengemasan produk secara unik, atau
manfaat unik.
ii. Customer-Oriented Positioning (Niching) adalah strategi pemasaran
yang berusaha untuk memisahkan diri dari pesaing besar dengan
jalan melayani satu atau sejumlah kecil segmen pasar khusus.
c. Strategi Mempertahankan atau Meningkatkan Permintaan dari Basis
Konsumen Saat ini.
Berbagai riset menunjukan bahwa biaya mempertahankan konsumen jauh
lebih murah dibandingkan biaya merebut konsumen baru. Karena itu mulai banyak
42
perusahaan yang berusaha menekankan upaya memaksimalkan potensi penjualan
masa depan dari konsumen saat ini. Berikut alternatif strategi yang bisa dipilih:
1. Mempertahan Tingkat Kepuasan Konsumen yang Tinggi
2. Relationship Marketing
3. Produk Komplementer
2.1.6. Kualitas Produk
Salah satu nilai utama yang diharapkan oleh konsumen dari produsen
adalah kualitas produk dan jasa yang tertinggi. Produk merupakan titik pusat dari
kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang
dapat ditawarkan ke pasar sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Pada dasarnya dalam melakukan pembelian suatu produk seorang
konsumen tidak hanya membeli suatu produk itu sendiri akan tetapi juga manfaat
atau keunggulan yang dapat diperoleh dari produk yang akan dibelinya.
Kotler dan Amstrong (2014:272), menyatakan bahwa “Product quality is
the ability of a product to perform it’s functions”. Oleh karena itu, suatu produk
harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain, salah satunya dari segi
kualitas produk yang ditawarkan. Kualitas produk merupakan salah satu kunci
persaingan diantara pelaku usaha yang ditawarkan kepada konsumen. Kualitas
produk merupakan bagaimana menggambarkan produk tersebut dapat memberikan
sesuatu yang dapat memuaskan konsumen.
Menurut American Society dalam buku Kotler dan Keller (2016:156)
Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik dari suatu produk atau jasa yang
43
bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan
atau tersirat.
Definisi menurut Lupiyoadi (2014:175) kualitas produk adalah sejauh
mana produk memenuhi spesifikasi – spesifikasinya. Selain itu, adapula definisi
menurut Sofjan Assauri (2015:211) kualitas produk adalah pernyataan tingkat
kemampuan dari suatu merek atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsi
yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka
penulis sampai pada pemahaman bahwa kualitas produk merupakan kemampuan
sebuah produk untuk menghasilkan kinerja yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen”.
2.1.6.1 Perspektif Kualitas
Pada dasarnya kualitas mengandung banyak definisi karena setiap individu
pasti memiliki cara pandang yang berbeda-beda. Perspektif kualitas merupakan
persepsi seorang konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu
produk atau jasa dengan maksud yang diharapkan. Menurut David Garvin yang
dikutip dalam buku Fandy Tjiptono (2016:117), perspektif kualitas dapat
diklasifikasikan dalam lima kelompok sebagai berikut:
1. Transcendantal Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dipandang sebagai innate excellence, yaitu
sesuatu yang bisa dirasakan atau diketahui, namun sukar didefinisikan,
dirumuskan atau dioperasionalisasikan. Perspektif ini menegaskan bahwa orang
hanya bisa belajar memahami kualitas melalui pengalaman yang didapatkan dari
44
eksposur berulang kali (repeated exposure). Sudut pandang ini biasanya
diterapkan dalam dunia seni, misalnya seni musik, seni drama, seni tari, dan seni
rupa.
2. Product-based Approach
Ancangan ini mengasumsikan bahwa kualitas merupakan karakteristik atau
atribut obyektif yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam
kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang
dimiliki produk. Contoh spesifik untuk sebuah sepeda motor misalnya harga,
konsumsi BBM, kecepatan, ketersediaan fitur spesifiknya (contohnya rem cakram,
knalpot racing, dan lain-lain), ketersediaan pilihan warna sepeda motor, dan
seterusnya. Karena perspektif ini sangat obyektif maka kelemahannya adalah tidak
bisa menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual
(atau bahkan segmen pasar tertentu).
3. User-based approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang menilainya (eyes of the beholder), sehingga produk yang paling
memuaskan preferensi orang (maximum satisfaction) merupakan produk yang
berkualitas paling tinggi. Perspektif yang bersifat subyektif dan demandoriented
ini juga menyatakan bahwa setiap pelanggan memiliki kebutuhan dan keinginan
masing-masing yang berbeda satu sama lain, sehingga kualitas bagi seseorang
adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya. Produk yang diniliai
berkualitas baik oleh individu tertentu belum tentu dinilai sama oleh orang lain.
4. Manufacturing-based approach
45
Presfektif ini bersifat supply-based dan lebih berfokus pada praktik-praktik
perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai
kesesuaian atau kecocokan dengan persyaratan (conformance to
requirements). Dalam konteks bisnis jasa, kualitas berdasarkan perspektif ini
cenderung bersifat operations-driven. Ancangan semacam ini menekankan
penyesuaian spesifikasi produksi dan operasi yang disusun secara internal, yang
seringkali dipicu oleh keinginan untuk meningkatkan produktivitas dan
menekankan biaya. Jadi, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang
ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang membeli dan
menggunakan produk atau jasa.
5. Value based approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari aspek nilai (value) dan harga (price).
Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas,
didefinisikan sebagai “affordable excellence”. Kualitas dalam perspektif ini
bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu
produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah produk atau
jasa yang paling tepat dibeli (best buy).
2.1.6.2 Dimensi Kualitas Produk
Konsumen selalu mengaharapkan akan mendapat kualitas produk yang
terbaik dari barang atau produk yang dibelinya. Kualitas produk menjadi salah
satu faktor dalam mebentuk sebuah citra merek dan kepuasaan konsumen. Kualitas
produk juga dapat mempengaruhi minat konsumen untuk menjadikan produk
tersebut menjadi alternatif saat melakukan proses pembelian. Mayoritas konsumen
sangat memperhatikan kualitas produk untuk sesuatu yang akan dinelinya.
46
Kualitas produk sendiri memiliki beberapa dimensi. Menurut Lupiyoadi
(2014:176) mengemukakan bahwa kualitas suatu produk memiliki delapan
dimensi pengukuran yang terjadi dari aspek-aspek berikut :
1. Kinerja (performance)
Kinerja disini merujuk pada karakter produk inti yang meliputi merek, atribut-
atribut yang dapat diukur, dan aspek-aspek kinerja individu. Kinerja beberapa
produk biasanya didasari oleh preferensi subjektif konsumen yang pada
dasarnya bersifat umum (universal).
2. Keragaman produk (features)
Dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk inti yang dapat
menambah nilai suatu produk. Fitur suatu produk biasanya diukur secara
subjektif oleh masing-masing individu (dalam hal ini konsumen) yang
menunjukkan adanya perbedaan kualitas suatu produk. dengan demikian
perkembangan kualitas suatu produk menurut karakter fleksibilitas agar dapat
menyesuaikan diri dengan permintaan pasar.
3. Kehandalan (Reliability)
Dimensi ini berkaitan dengan timbulnya kemungkinan suatu produk
mengalami keadaan tidak berfungsi (malfunction) pada suatu periode.
Kehandalan suatu produk yang menandakan tingkat kualitas sangat berarti
bagi konsumen dalam memilih produk. hal ini menjadi semakin penting
mengingat besarnya biaya penggantian dan pemeliharaan yang harus
dikeluarkan apabila produk yang dianggap tidak reliable mengalami
kerusakan.
4. Kesesuaian (Conformance)
47
Dimensi lain yang berhubungan dengan kualitas suatu barang adalah
kesesuaian produk dengan standar dalam industrinya. Kesesuaian suatu
produk dalam industri jasa diukur dari tingkat akurasi dan waktu penyelesaian
termasuk juga perhitungan kesalahan yang terjadi, keterlambatan yang tidak
dapat diantisipasi dan beberapa kesalahan lain.
5. Daya tahan/ketahanan (Durability)
Ukuran ketahanan suatu produk meliputi segi ekonomis maupun teknis.
Secara teknis, ketahanan suatu produk didefinisikan sebagai sejumlah
kegunaan yang diperoleh oleh seseorang sebelum mengalami penurunan
kualitas. Secara ekonomis, ketahanan diartikan sebagai usia ekonomis suatu
produk dilihat melalui jumlah kegunaan yang diperoleh sebelum terjadi
kerusakan dan keputusan untuk mengganti produk.
6. Kemampuan pelayanan (Serviceability)
Kemampuan pelayanan bisa juga disebut dengan kecepatan, kompetensi,
kegunaan dan kemudahan produk untuk diperbaiki. Dimensi ini menunjukkan
bahwa konsumen tidak hanya memperhatikan adanya penurunan kualitas
produk tetapi juga waktu sebelum produk disimpan, penjadwalan pelayanan,
proses komunikasi dengan staff, frekuensi pelayanan perbaikan akan
kerusakan produk dan pelayanan lainnya. Variabel-variabel tersebut dapat
merefleksikan adanya perbedaan standar perorangan mengenai pelayanan
yang diterima. Dimana kemampuan pelayanan suatu produk tersebut
menghasilkan kesimpulan akan kualitas produk yang dinilai secara subjektif
oleh konsumen.
7. Estetika (Aesthetics)
48
Merupakan dimensi pengukuran yang paling subjektif. Estetika suatu produk
dilihat melalui bagaimana suatu produk terdengar oleh konsumen, bagaimana
tampak luar suatu produk, rasa, maupun bau. Jadi estetika jelas merupakan
penilaian dan refleksi yang dirasakan oleh konsumen.
8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceive quality)
Konsumen tidak selalu memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut -
atribut produk dan jasa. Namun demikian, biasanya konsumen memiliki
informasi tentang produk secara tidak langsung, misalnya melalui merek,
nama dan negara produsen. Ketahanan produk misalnya, dapat menjadi sangat
kritis dalam pengukuran kualitas produk.
Sedangkan menurut David Garvin yang dikutip oleh Fandy Tjiptono
(2015:121) kualitas produk memiliki indikator – indikator sebagai berikut :
1. Kinerja (Performance)
Merupakan karakteristik operasi dan produk inti (core product) yang dibeli.
Kinerja adalah performa atau hasil yang diberikan suatu produk dalam
memenuhi kebutuhan. Misalnya kecepatan, kemudahan dan kenyaman dalam
penggunaan produk tersebut.
2. Ketahanan (Durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan dan
tidak mengalami kerusakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur
ekonomis.
3. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Specification)
Sejauh mana karakteristik desain suatu produk dan operasi dapat memenuhi
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar karakteristik
49
operasional.
4. Fitur (feature)
Fitur produk merupakan sesuatu yang melengkapi fungsi dasar dari suatu
produk tersebut.
5. Keandalan (Realibility)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau kegagalan pada saat
penggunaan.
6. Estetika (Esthetica)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misal keindahan desain
produk, keunikan model produk dan kombinasi.
7. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality)
Merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suaatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut
atau ciri – ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersiapkan
kualitasnya dari aspek harga, iklan, reputasi perushaan maupun negara
pembuatnya.
8. Pelayan (Serviceability)
Meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, serta penanganan keluhan yang
memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum
penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga purna jual, yang juga
mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan.
2.1.7. Pengertian Lingkungan Layanan (Servicescape)
Lingkungan layanan atau servicescape, merupakan elemen penting dalam
50
bauran pemasaran jasa yang secara nyata turut mempengaruhi kepuasan seorang
konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan. Fasilitas servicescape
yang disediakan dapat memberikan kesempatan istimewa kepada perusahaan
dalam mengirimkan pesan-pesan yang kuat dan konsisten berkenaan dengan apa
yang ingin dicapai, diberikan perusahaan kepada segmen pasar yang dituju, serta
pesan-pesan berkenaan dengan karakteristik jasa yang dimiliki. Servicescape juga
sangat penting dalam membentuk image atau persepsi karena melalui lingkungan
layanan konsumen siap untuk mengidentifikasikan dan membandingkan suatu
perusahaan jasa dengan perusahaan jasa lainnya. Berikut adalah pengertian
servicescape menurut para ahli:
Menurut Zeithaml dan Bitner yang dialih bahasakan oleh Ratih Huriyanti
(2015:278) menyatakan bahwa :
“Servicecape (lingkungan layanan) merupakan semua aspek fasilitas suatu
organisasi jasa yang meliputi atribut-atribut eksterior (papan informasi, tempat
parkir, pemandangan alam) dan atributatribut interior (desain, tata letak,
peralatan, dan dekorasi)”.
Teori lainnya mengenai servicescape menurut Lupiyoadi (2013:120)
servicescape (lingkungan layanan) adalah Lingkungan tempat penyampaian jasa
tersebut berada.
Menurut Lovelock dan Wartz dalam jurnal Ghea Astri Yuliantina (2013),
Sebagai bagian dari physical evidence, servicecape merupakan gaya dan wujud
dari lingkungan fisik dan elemen-elemen eksperimental lainnya yang ditemukan
oleh konsumen ditempat jasa tersebut disampaikan.
Berdasarkan beberapa teori tersebut, peneliti sampai pada pemahaman
bahwa servicescape adalah gaya dan wujud dari lingkungan fisik yang terdiri dari
51
elemen-elemen eksterior seperti papan informasi, tempat parkir, pemandangan
alam dan atribut-atribut interior seperti desain, tata letak, peralatan, dan dekorasi
yang ditemukan oleh konsumen di tempat jasa tersebut disampaikan.
2.1.7.1 Model Servicescape
Dalam membangun model dasar psikologi lingkungan, Mary Jo Bitner
dalam buku Zeithaml dan Bitner (2013:290) menggambarkan bahwa lingkungan
jasa tidak hanya dapat mempengaruhi pelanggan sebagai objek jasa, tetapi juga
bagi pegawai yang menjadi pelaku (subjek) jasa tersebut. Oleh karena itu,
berdasarkan model tersebut penyedia jasa sebaiknya mempertimbangkan
lingkungan jasanya sehingga selain nyaman bagi pelanggan, juga nyaman bagi
pegawai karena pegawai sebagai pelaku jasa tersebut akan menghabiskan lebih
banyak waktu dalam lingkungan jasa dibandingkan dengan pelanggan. Sehingga
penting bagi para penyedia jasa untuk menyadari bagaimana lingkungan jasa
tertentu dapat memperkarya atau setidaknya tidak mengurangi produktivitas dan
kualitas layanan yang mereka berikan.
Pelanggan dan pegawai dalam model lingkungan jasa akan menghasilkan
respon internal. Respon pelanggan dan pegawai dapat dikategorikan ke dalam
respon kognitif misalnya seperti kualitas persepsi dan keyakinan, respon emosi
seperti perasaan dan mood/suasana hati, dan respon psikologis seperti seperti rasa
sakit dan kenyamanan. Respon-respon internal ini akan menghasilkan respon
perilaku yang nyata seperti merespon negatif seperti menghindari sebuah toko
yang penuh sesak, atau merespon positif terhadap lingkungan yang menyenangkan
untuk berdiam diri di tempat tersebut lebih lama dan membelanjakan lebih banyak
52
uang untuk pembelian yang bersifat spontan. Oleh karena itu respon perilaku
pelanggan dan pegawai perlu dibentuk sedemikan rupa sehingga dapat
memfasilitasi produksi dan pembelian jasa yang berkualitas tinggi.
2.1.7.2 Peranan Servicescape
Lingkungan fisik atau servicescape memainkan peranan penting dalam
konteks pemberian layanan kepada konsumen dan perannya dalam membentuk
perilaku dan persepsi konsumen atas jasa yang diberikan. Menurut Zeithaml dan
Bitner (2013:283) pemahaman servicescape sangat penting bagi pemasar jasa,
karena servicescape dapat memainkan beberapa peran sekaligus, yaitu sebagai
package/mengemas, facilitator/memfasilitasi, socializer/membantu sosialisasi dan
differentiator/pembeda:
1. Package
Servicescape berperan sebagai package (kemasan) dari jasa yang ditawarkan
dalam suatu cara yang berbeda dengan cara menawarkan barang. Paket produk
di desain untuk menggambarkan image tertentu sehingga mampu menyentuh
sensor tertentu atau reaksi emosional konsumen. Sementara paket jasa
menanamkan image melalui interaksi berbagai stimuli yang kompleks. Bukti
jasa “membungkus” dan menyampaikan image eksternal tentang apa yang ada
“di dalam bungkus” kepada konsumen. Dengan demikian servicescape
merupakan penampilan tangible organisasi dan karenanya menjadi sangat
penting dalam membentuk kesan awal atau dalam membentuk harapan
konsumen. Peran pengepakan ini khsusunya penting dalam menciptakan
harapan dari konsumen baru dan untuk perusahaan jasa yang baru berdiri yang
53
sedang mencoba memabangun suatu image.
2. Facilitator
Servicescape membantu memfasilitasi setiap kegiatan individu dalam
lingkungan jasa tersebut. Desain yang dibentuk dapat meningkatkan atau
menghambat efisiensi arus aktifitas, dan membuatnya menjadi lebih mudah
atau lebih sulit bagi konsumen dan karyawan untuk mencapai tujuan mereka.
Fasilitas fungsional yang di desain dengan baik akan mampu menyajikan
pengalaman yang menyenangkan kepada konsumen, disamping itu akan
membuat karyawan merasa nyaman bekerja.
3. Socializer
Desain servicescape dapat membantu sosialisasi baik bagi konsumen dan
karyawan, sehingga dapat menuntun mereka untuk melakukan peran-peran
tertentu dan bagaimana seharusnya beperilaku ketika berada dalam lingkungan
jasa tersebut.
4. Differentiator
Desain dari servicescape dapat membedakan perusahaan pesaing-pesaingnya
dan segmen pasar yang dituju. Karena kekuatannya sebagai differentiator
(pembeda), perubahan-perubahan dalam lingkungan fisik dapat digunakan
untuk memposisikan kembali suatu perusahaan atau untuk menarik segmen
pasar baru.
2.1.7.3 Dimensi Servicescape
Menurut Zeithaml dan Bitner yang dialih bahasakan oleh Ratih Ruhiyanti
(2015:296) servicescape memiliki tiga dimensi sebagai berikut:
1. Ambient conditions (Kondisi sekitar)
54
Meliputi latar belakang karakteristik lingkungan yang umumnya digunakan
untuk mempengaruhi panca indera. Misalnya temperatur udara, pencahayaan,
kebisingan, musik, aroma atau bau, dan warna. Semua faktor ini sangat
mempengaruhi bagaimana orang merasakan, berpikir dan merespon terhadap
keberadaan suatu produk atau jasa.
2. Spatial layout and functionality (tata ruang dan fungsional)
Lingkungan layanan pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen, oleh karena itu tata ruang tentu sangat penting. Spatial layout
menunjukkan bagaimana mesin, peralatan dan furnitur diatur atau disusun,
ukuran dan bentuk dari item tersebut, dan hubungan spesial diantara
semuanya, sedangkan functionality menunjukkan pada kemampuan dari setiap
item untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konsumen dan karyawan.
3. Signs, symbol and artifact (tanda-tanda, symbol dan artefak)
Signs digunakan untuk mengkomunikasikan label, tujuan dan peraturan,
sedangkan symbol and artifact memberikan isyarat kepada pengunjung
mengenai tempat, norma dan perilaku yang diharapkan dalam tempat tersebut.
Item-item ini bertindak sebagai sinyal eksplisit dan implisit yang
mengkomunikasikan tempat pada penggunanya. Tanda petunjuk atau
keterangan sebagai sinyal eksplisit dapat digunakan sebagai label misalnya
nama perusahaan atau nama departemen. Sebagai keterangan arah atau tujuan
(contoh: masuk atau keluar) dan untuk mengkomunikasikan atau berperilaku
(contoh: dilarang merokok). Tanda petunjuk dan keterangan yang cukup akan
mengurangi persepsi atau kesimpangsiuran dan stress. Symbol and artifact
memberikan sinyal komunikasi implisit dan menciptakan daya tarik estesis
55
secara keseluruhan. Sign, symbol and artifact sangat penting sebagai bentuk
“first impression” dari konsumen dan untuk mengkomunikasikan konsep baru
dalam suatu jasa.
2.1.8. Perilaku konsumen
Perilaku konsumen merupakan aktivitas langsung atau terlihat dalam
memperoleh dan menggunakan barang-barang ataupun jasa, termasuk dalamnya
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-
tindakan tersebut. Berikut adalah beberapa pengertian Perilaku konsumen menurut
para ahli :
Michael R. Solomon (2015:28) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
berikut,“Consumer behavior is the study of the processes involved when
individuals or groups select, purchase, use, or dispose of product, service, ideas,
or experiences to satisfy needs and desires”.
Kotler dan Armstrong (2014:158) mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai berikut, “Consumer buyer behaviors of final consumers – individuals and
households that buy good and service for personal consumption”.
Sedangkan Menurut J.Paul Peter Jerry C Olson (2013:06) Definisi perilaku
konsumen (Customer Behavior) adalah sebagai dinamika interaksi antara
pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan
pertukaran aspek-aspek kehidupan.
Berdasarkan pengertian perilaku konsumen menurut para ahli yang telah
dijelaskan, ditarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah suatu
pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan pembelian dan menggunakan
56
barang atau jasa dengan melakukan tindakan yang secara langsung untuk
memperoleh barang atau jasa tersebut yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan mereka. Tindakan itu akan menjadi keuntungan bagi
perusahaan yang menawarkan produk karena barang atau produk yang dihasilkan
perusahaan dibeli oleh pasar.
2.1.8.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian pada suatu produk dan jasa. Faktor-faktor ini
memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap konsumen dalam memilih
suatu produk atau jasa yang akan dibelinya. Menurut Kotler dan Keller (2016:179)
terdapat tiga factor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen yaitu cultural
factors, social factors, dan personal factors:
1. Faktor budaya (Cultural factors)
a. Budaya (culture), adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan
perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan institusi
penting lainnya. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang
paling mendasar.
b. Sub-budaya (subculture), adalah kelompok masyarakat yang berbagi sistem
nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum. Sub-budaya
terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan daerah geografis.
c. Kelas sosial (social classes), merupakan pembagian masyarakat yang relatif
homogen dan permanen, dan tersusun secara hirarki dan anggotanya
menganut nilai-nilai minat dan perilaku yang sama.
57
2. Faktor sosial (Social factors)
a. Kelompok referensi (reference groups), adalah dua atau lebih orang yang
berinteraksi untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan bersama.
b. Keluarga (family), adalah organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat dan anggota keluarga mempresentasikan
kelompok referensi utama yang paling berpengaruh.
c. Peran sosial dan status (roles and status), peran terdiri dari aktivitas yang
diharapkan dilakukan seseorang yang ada disekitarnya.
3. Faktor personal (personal factors)
Faktor pribadi juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi meliputi usia dan
tahap dalam siklus hidup pembeli (age and stage in life cycle), pekerjaan dan
keadaan ekonomi (occupation and economic circumstances), kepribadian dan
konsep diri (personality and self-concept), serta gaya hidup dan nilai (lifestyle and
value).
2.1.8.2 Model Perilaku Konsumen
Perusahaan perlu memahami perilaku konsumen agar dapat memasarkan
produknya dengan baik karena pada dasarnya seorang konsumen memiliki banyak
perbedaan, namun disisi lain memiliki banyak kesamaan sehingga hal tersebut
perlu menjadi perhatian pemasar. seorang pemasar perlu memahami mengapa dan
bagaimana seorang konsumen melakukan keputusan pembelian sehingga dengan
begitu pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan tepat. Selain mampu
memahami konsumen dengan baik akan memiliki kemampuan bersaing yang baik
sebuah perusahaan.
58
Berbicara mengenai perilaku konsumen, pada akhirnya akan sampai
kepada bagaimana implikasinya terhadap langkah-langkah strategi pemasaran
yang dilakukan. Mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan
memahami berbagai aspek yang berada pada diri konsumen dalam memutuskan
pembelian. Model perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2016:187) akan
peneliti sajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Sumber: Kotler dan Keller (2016:187)
Gambar 2.1
Model Perilaku Konsumen
2.1.9. Kepuasan Konsumen
Upaya dalam memenuhi kepuasan konsumen, perusahaan memang dituntut
untuk mengetahui pergeseran kebutuhan dan keinginan konsumen yang hampir
setiap saat berubah. Pembeli akan bergerak setelah membentuk persepsi terhadap
nilai penawaran, kepuasan sesudah pembelian tergantung dari kinerja penawaran
dibandingkan dengan harapannya. Kepuasan konsumen dapat dirasakan setelah
konsumen membandingkan pengalaman mereka dalam melakukan pembelian
barang/jasa dari penjual atau penyedia barang/jasa dengan harapan dari pembeli
59
itu sendiri. Harapan tersebut terbentuk melalui pengalaman pertama mereka dalam
membeli suatu barang/jasa, komentar teman dan kenalan, serta janji dan informasi
pemasar dan pesaingnya. Pemasar yang ingin unggul dalam persaingan tentu harus
memperhatikan harapan konsumen serta kepuasan konsumennya.
Berikut beberapa definisi kepuasan konsumen menurut para ahli
Menurut Daryanto dan Setyobudi (2014: 43) mengatakan kepuasan
konsumen adalah suatu penilaian emosional dari konsumen setelah konsumen
menggunakan produk dimana harapan dan kebutuhan konsumen yang
menggunakannya terpenuhi.
Kotler dan Armstrong (2014:35) mendefinisikan kepuasan konsumen
sebagai berikut :
“Kepuasan konsumen adalah sejauh mana kinerja suatu produk yang
dirasakan sesuai dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk tidak sesuai
dengan harapan, maka konsumen akan merasa tidak puas. Jika kinerja
sesuai dengan harapan, maka konsumen akan merasa puas. Jika kinerja
melebihi harapan, konsumen akan merasa sangat puas atau senang”.
Kotler (2012) dalam Fandy Tjiptono (2014:354) mendefinisikan kepuasan
konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena
membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk terhadap ekspektasi mereka.
Bedasarkan definisi tersebut, penulis sampai pada pemahaman bahwa
tingkat kepuasan merupakan perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, konsumen tidak puas. Apabila kinerja
sesuai harapan, konsumen puas. Apabila kinerja melebihi harapan, konsumen
sangat puas.
2.1.9.1 Faktor – Faktor Pendorong Kepuasan Konsumen
Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan seorang
60
konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Faktor-faktor ini memberi pengaruh
yang cukup signifikan terhadap kepuasan seorang konsumen. Menurut Fandy
Tjiptono (2016:295) terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
seorang konsumen yaitu:
1. Kualitas produk, konsumen akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
2. Harga, produk dengan kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif
murah akan memberi nilai yang tinggi kepada konsumennya.
3. Kualitas pelayanan, konsumen akan merasa puas jika mereka mendapatkan
pelayanan yang baik atau sesuai dengan harapannya.
4. Faktor emosional, konsumen akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan
bahwa orang lain kagum kepadanya bila mengunakan produk merek tertentu.
5. Biaya dan kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa, konsumen yang
tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau membuang waktu untuk
mendapatkan suatu produk, cenderung puas terhadap produk.
2.1.9.2 Menentukan Tingkat Kepuasan Konsumen
Kepuasan seorang konsumen dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingkatannya. Hal tersebut dijelaskan oleh Kotler dan Keller (2016:155) yang
menyebutkan terdapat tiga tingkat kepuasan konsumen yang dapat dirangking
dengan skala 1 hingga 5, sebagai berikut:
1. Kepuasan yang sangat rendah (Level one)
Pelanggan cenderung akan berpindah meninggalkan perusahaan bahkan
menjelek-jelekkannya.
61
2. Pelanggan cukup puas (Level two to level four)
Pelanggan merasa cukup puas, tetapi masih mungkin untuk berpindah ketika
suatu penawaran lebih baik muncul.
3. Kepuasan tinggi (Level five)
Pelanggan sangat mungkin membeli kembali dan bahkan menyebarluaskan
kabar baik tentang perusahaan. Kesenangan atau kepuasan yang tinggi
menciptakan suatu ikatan emosional dengan merek atau perusahaan tersebut
dan tidak hanya terpaku pada pilihan yang masuk akal saja.
2.1.9.3 Tipe Kepuasan dan Ketidakpuasan Konsumen
Menurut Stauss dan Neuhauss yang dikutip Fandy Tjiptono (2016:204)
terdapat tiga tipe kepuasan dan dua tipe ketidakpuasan berdasarkan kombinasi
antara emosi-emosi spesifik terhadap penyedia jasa, ekspektasi menyangkut
kapabilitas kinerja masa depan pemasok jasa, dan minat berperilaku untuk
memilih lagi penyedia jasa bersangkutan. Tipe-tipe kepuasan dan ketidakpuasan
tersebut adalah demanding satisfaction, stable satisfaction, resigned satisfaction
dan demanding dissatisfaction:
1. Demanding Customer Satisfaction
Tipe ini merupakan tipe kepuasan yang aktif. Relasi dengan penyedia jasa
diwarnai emosi positif, terutama optimisme dan kepercayaan. Berdasarkan
pengalaman di masa lalu, pelanggan dengan tipe kepuasan ini berharap bahwa
penyedia jasa akan mampu memuaskan ekspektasi mereka yang semakin
meningkat di masa depan. Selain itu, mereka bersedia meneruskan relasi yang
memuaskan dengan penyedia jasa. Kendati demikian, loyalitas akan tergantung
62
pada kemampuan penyedia jasa dalam meningkatkan kinerjanya seiring
dengan meningkatnya tuntutan pelanggan.
2. Stable Customer Satisfaction
Pelanggan dalam tipe ini memiliki tingkat aspirasi pasif dan perilaku yang
demanding. Emosi positifnya terhadap penyedia jasa bercirikan steadiness dan
trust dalam relasi yang terbina saat ini. Mereka menginginkan segala
sesuatunya tetap sama. Berdasarkan pengalaman-pengalaman positif yang telah
terbentuk hingga saat ini, mereka mereka bersedia melanjutkan relasi dengan
penyedia jasa.
3. Resigned Customer Satisfaction
Pelanggan dalam tipe ini juga merasa puas. Namun, kepuasannya bukan
disebabkan oleh pemenuhan ekspektasi, namun lebih didasarkan pada kesan
bahwa tidak realistis untuk berharap lebih. Perilaku konsumen tipe ini
cenderung pasif. Mereka tidak bersedia melakukan berbagai upaya dalam
rangka menuntut perbaikan situasi.
4. Stable Customer Dissatisfaction
Pelanggan dalam tipe ini tidak puas terhadap kinerja penyedia jasa, namun
mereka cenderung tidak melakukan apa-apa. Relasi mereka dengan penyedia
jasa diwarna emosi negatif dan asumsi bahwa ekspektasi mereka tidak akan
terpenuhi di masa mendatang. Mereka juga tidak melihat adanya peluang untuk
perubahan atau perbaikan.
5. Demanding Customer Dissatisfaction
63
Tipe ini bercirikan tingkat aspirasi aktif dan perilaku demanding. Pada tingkat
emosi, ketidakpuasannya menimbulkan protes dan oposi. Hal ini menyiratkan
bahwa mereka akan aktif dalam menuntut perbaikan. Pada saat bersamaan,
mereka juga merasa tidak perlu tetap loyal pada penyedia jasa. Berdasarkan
pengalaman negatifnya, mereka tidak akan memilih penyedia jasa yang sama
lagi dikemudian hari.
2.1.9.4 Elemen Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen begitu penting untuk sebuah perusahaan karena
dengan konsumen merasa puas maka konsumen tersebut akan loyal, elemen yang
terdapat dalam kepuasan konsumen menurut Wilkie dalam Dinarty SH Manurung
(2013) terbagi menjadi lima elemen diantaranya sebagai berikut :
1. Expectations
Pemahaman mengenai kepuasan konsumen dibangun selama fase
prapembelian melalui proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
konsumen. Sebelum melakukan pembelian, konsumen mengembangkan
expectation (pengharapan) atau keyakinan mengenai apa yang mereka
harapkan dari suatu produk ataupun jasa ketika mereka menggunakan suatu
produk ataupun jasa tersebut.
2. Performance
Selama mengkonsumsi suatu produk, konsumen menyadari kegunaan produk
aktual dan menerima kinerja produk tersebut sebagai dimensi yang penting
bagi konsumen.
3. Comparison
64
Setelah mengkonsumsi, terdapat adanya harapan prapembelian dan persepsi
kinerja actual yang pada akhirnya konsumen akan membandingkan.
4. Confirmation/disconfirmation
Hasil dari perbandingan tersebut akan menghasilkan confirmation
ofexpectation, yaitu ketika harapan dan kinerja berada pada level yang sama
atau akan menghasilkan disconfirmation of expectation, yaitu jika kinerja
aktual lebih baik atau kurang dari level yang diharapkan.
5. Discrepancy
Jika level kinerja tidak sama, discrepancy mengindikasikan bagaimana
perbedaan antara level kinerja dengan harapan. Untuk negative
disconfirmations, yaitu ketika kinerja aktual berada dibawah level harapan,
kesenjangan yang lebih luas lagi akan mengakibatkan tingginya level
ketidakpuasan.
2.1.9.5 Dimensi Kepuasan Konsumen
Hawkins dan Lonney dalam Fandy Tjiptono (2016:101) menyebutkan
atribut pembentuk kepuasan konsumen terdiri dari:
1. Kesesuaian harapan
Merupakan tingkat kesesuaian antara kinerja produk/jasa yang diharapkan
oleh konsumen dengan yang dirasakan oleh konsumen.
2. Minat berkunjung kembali
Merupakan kesediaan konsumen untuk berkunjung kembali atau
melakukan pembelian ulang terhadap produk/jasa terkait.
3. Kesediaan merekomendasikan
65
Merupakan kesediaan konsumen untuk merekomendasikan produk/jasa
yang telah dirasakannya kepada teman atau keluarga.
2.1.10. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat digunakan untuk hipotesis atau jawaban
sementara dalam penelitian ini. Selain menggunakan pendapat para ahli dari suatu
penelitian, peneliti juga menggunakan jurnal yang telah diteliti untuk
membuktikan bahwa penelitian yang diambil oleh peneliti benar berkaitan antara
variabel yang satu dengan variabel lainnya. Judul penelitian yang diambil sebagai
pembanding yaitu yang memiliki variabel independent tentang Kualitas produk
dan Servicescape yang dikaitkan dengan variabel dependent tentang kepuasan
konsumen. Pada penelitian ini akan dijelaskan persamaan dan perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan agar diketahui
perbandingannya. Berikut ini penelitiannya:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1
Ahmad A. Al-Tit
(2015) The Effect of Service and Food Quality on Customer Satisfaction
and Hence Customer
Retention
Asian Social Science;
Vol. 11, No. 23; 2015 ISSN 1911-2017, E-
ISSN 1911-2025
The findings showed
that service quality
and product (food)
quality have a
positive influence on
customer
satisfaction. In
addition, service
quality dimensions
besides customer
satisfaction have a
positive influence on
customer retention in
a specific type of
Restaurants in
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu kualitas
produk
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel
servicescape,
selain itu terdapat
variabel
independent lain
yaitu variabel
kualitas
pelayanan.
66
No Peneliti dan Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Jordan.
2
Kiran Raza (2013) Impact of Servicescape
on Customer Satisfaction in Pakistan Restaurant
Industry.
International Journal of Economics, Business and Social Science
Volume: 1
Issue: 1 Pages: 47-66
Results indicate that
there is a significant
impact of
servicescape on
customer satisfaction
in Pakistan’s restaurant
industry.
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu
servicescape
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel kualitas
produk.
3
XiangdongShen,Byung-
Ryul Bae (2018)
The Effect of Coffee
Shop's Servicescape on
the Customer
satisfaction - Focused on
Jeonju Area
Journal of Industrial
Distribution & Business
Vol.9 No.3
Results indicate that
there is a significant
impact of
servicescape on
customer satisfaction
in coffe shop
jeonju area.
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu
servicescape
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel kualitas
produk.
4
Vinita Kaura Ch. S.
Durga Prasad Sourabh
Sharma (2015)
Service quality, service
convenience, price and
fairness, customer
loyalty, and the
mediating role of
customer satisfaction
International Journal of
Bank Marketing, Vol. 33
Iss 4 pp. (2015)
Berdasarkan pada
analisis data dengan
menggunakan
analisis regresi linier
berganda, dan
korelasi menunjukan
bahwa Service
quality, servicecape,
price and fairness,
customer loyalty, and
the mediating role
secara parsial
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap customer
satisfaction
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu
servicescape
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel kualitas
produk,
5
Winston Asiedu
Inkumsah (2013) Measuring Customer Satisfaction in the Local Ghanaian Restaurant
Industry.
European Journal of Business and
The aftermath of the
study showed that
out of the five
variables utilized
only the three
variables (namely
food quality, service
quality and price)
had significant
influence in
Mengetahui
pengaruh
kualitas produk
terhadap
kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel
servicescape,
selain itu terdapat
variabel lain yaitu
service quality
dan price.
67
No Peneliti dan Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Management,
Vol.56 no.15 2013
determining
customer
satisfaction. .
6
Ahmad Arief Rivaldy (2014) Pengaruh Servicescape Terhadap Kepuasan Konsumen di Kafe
Lawangwangi
Creative Space.
Journal Faculty of Communication and Business, Business Administrasion, Telkom University Vol.1 No.3 2014
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
servicescape yang
dihasilkan dari
dimensi ambient
conditi on, spatial
layout and
functionality, dan
signs, symbol and
artifact secara
bersama-sama
mempengaruhi
kepuasan konsumen
di Kafe Lawangwangi
Creative Space .
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu
servicescape
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel kualitas
produk.
7
Johanes Gerardo
Runtunuwu, Sem
Oroh, dan Rita
Taroreh (2014) Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pengguna Café dan
Resto Cabana Menado.
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 3,
2014 ISSN 2303-1174
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
kualitas produk,
harga dan kualitas
pelayanan
berpengaruh positif
terhadap kepuasan
pengguna Cafe dan
Resto Cabana
Manado.
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu kualitas
produk
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel
servicescape,
selain tu terdapat
variabel
independent lain
yaitu harga dan
kualitas
pelayanan.
8
Meika Putra Pratama (2015) Pengaruh Servicescape Terhadap Kepuasan Konsumen Kafe Roti Gempol dan Kopi Anjis Cabang Jalan Bengawan Bandung
Journal Faculty of Communication and Business, Business Administrasion, Telkom University Vol. 2 No. 1. 2015
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
servicescape yang
dihasilkan dari
dimensi
mempengaruhi
kepuasan konsumen
di kafe ini sebesar
74,6%. Faktor yang
paling berpengaruh
signifikan terhadap
kepuasan konsumen
di kafe ini adalah
Spatial Layout and
Functionality,
dengan nilai t hitung
sebesar 10,262 dan
nilai koefisien
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu
servicescape
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel kualitas
produk.
68
No Peneliti dan Judul Hasil Persamaan Perbedaan
determinasi sebesar
0,518.
9
Mega Silvia
Ransulangi, Silvya Mandey dan Willem A. Tambuan
(2015) Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Servicescape Terhadap Kepuasan Konsumen
Pengguna Rumah Makan
Ocean 27 Manado.
Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi (EMBA),
Vol. 3, No. 3, Sept 2015, Hal.
839-848, ISSN 2303-11
Hasil penelitian
menunjukkan secara
simultan kualitas
produk, harga dan
servicescape
berpengaruh
terhadap kepuasan
konsumen. Secara
parsial kualitas
produk dan
servicescape
berpengaruh
signifikan,
sedangkan harga
secara parsial tidak
berpengaruh
terhadap kepuasan
Konsumen.
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu kualitas
produk dan
servicescape
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
terdapat variabel
lain yaitu harga.
10
Muhammad Ludfi Rahmawan (2015) Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kualitas Produk
Terhadap Kepuasan Konsumen di
Restoran Master Penyet
Bekasi.
Journal Universitas
Bakrie Indonesia, Vol. 3, No.
03, 2015
Hasil dari analisis
regresi, ditemukan
bahwa kualitas
pelayanan dan
kualitas produk
memiliki dampak
positif dan signifikan
terhadap kepuasan
konsumen baik
secara parsial dan
simultan. Kualitas
produk ditemukan
menunjukkan hasil
yang paling
dominan.
Mengetahui
pengaruh
kualitas produk
terhadap
kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel
servicescape,
selain tu terdapat
variabel
independent lain
yaitu kalitas
pelayanan.
11
Andre Eris Tatangin,
Imelda W.J. Ogi,
Sjendry Serulo R.
Loindong (2017)
Pengaruh Servicescape
dan kualitas produk
terhadap kepuasan
konsumen pada Rumah
Makan Mie Medan 99
Manado
Jurnal EMBA
Vol.5 No.2 Juni 2017,
Hal. 811 – 820
Servicescape dan
Kualitas Produk
secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
Kepuasan Konsumen
Pada Rumah Makan
Mie Medan 99
Manado.
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu kualitas
produk dan
servicescape
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Khairina Sabila (2017)
Analisis pengaruh
kualitas produk, harga
dan servicescape
Kualitas produk,
Harga dan
Sericescape secara
bersama-sama
Mengetahui
pengaruh
variable yaitu
kualitas
Terdapat variable
independent lain,
yaitu harga
69
No Peneliti dan Judul Hasil Persamaan Perbedaan
12
terhadap kepuasan
konsumen produk
kosmetik etude house
semarang
Journal DINUS, Vol. 3, No. 3
berpengaruh
terhadap kepuasan
konsumen produk
kosmetik Etude
House,
produk dan
servicescape
terhadap
variabel yaitu
kepuasan
konsumen.
13
Yetty Husnul Hayati
dan Gracia Sekartaji (2015) Pengaruh Kualitas
Produk Terhadap Kepuasan Konsumen di Restoran Bebek dan Ayam
Goreng Pak Ndut Solo
Journal Universitas Pakuan, Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi (JIMFE), Volume 1 No. 1 Tahun 2015, Hal. 49-56, ISSN 2502-1400, 2015
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
berdasarkan uji-f dan
t, uji f menyatakan
bahwa nilai F hitung > F tabel
yaitu 89,621 > 1,96
dan berdasarkan uji t
menyatakan bahwa t
hitung memiliki nilai
yang lebih besar dari
nilai t tabel yaitu
1,966 > 0,05, yang
artinya terdapat
hubungan yang
signifikan antara
kualitas produk
terhadap kepuasan
konsumen
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu kualitas
produk
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen
Penelitian ini
tidak membahas
variabel
servicescape.
14
Hafizh Dannur
Hafshah (2016) Pengaruh Café Atmosphere dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Pada Konsumen
Justomie Café & Resto
Tulungagung).
Journal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Brawijaya
Vol. 4, No. 2, 2016
Hasil analisis
multivariate
(termasuk analisis
regresi berganda)
menunjukkan bahwa:
variabel café
atmosphere
berpengaruh
terhadap variabel
kepuasan konsumen,
variabel kualitas
produk berpengaruh
terhadap variabel
kepuasan konsumen
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu kualitas
produk
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Penelitian ini
tidak membahas
variabel
servicescape,
selain tu terdapat
variabel
independent lain
yaitu café
atmosphere.
15
Mirna Masloman, Bode
Lumanauw, Irvan
Trang (2014)
Kualitas pelayanan dan
Servicecape
pengaruhnya terhadap
kepuasan konsumen
(pada Kentucky Fried
Chicken multimart
ranotana Manado)
Jurnal EMBA
Vol. 2 No.4 Desember
2014
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel kualitas
pelayanan dan
servicescape secara
positif dan simultan
berpengaruh
terhadap kepuasan
konsumen KFC di
Multimart Ranotama
Manado.
Mengetahui
pengaruh
variabel
independent
yaitu
servicescape
terhadap
variabel
dependent
yaitu kepuasan
konsumen.
Tidak membahas
variable kualitas
produk, selain itu
terdapat variabel
independent lain
yaitu kualitas
pelayanan
70
Sumber: Hasil olah data peneliti, 2018
Berdasarkan Tabel 2.1 menunjukan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya memfokuskan pada aspek Kepuasan konsumen sebagai isu
permasalahan, meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam variabel yang lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kualitas produk dan Servicecape yang
menunjukan perbandingan yang substantif dengan penelitian sebelumnya.
Terdapat variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu namun tidak diteliti
pada penelitian ini diantaranya yaitu kualitas pelayanan, gaya hidup, harga,
keputusan pembelian, niat kunjung ulang, loyalitas dan lainnya serta tempat
penelitian terdahulu dengan rencana penelitian yang berbeda, dengan tersedianya
hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Setelah didapat penelitian
terdahulu yang memiliki variabel yang sama dengan hasil yang relevan sehingga
penelitian ini mempunyai dasar acuan guna memperkuat hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini.
2.2 Kerangka Pemikiran
Hakikatnya, dalam melakukan pembelian suatu produk, seorang konsumen
tidak hanya membeli suatu produk itu sendiri akan tetapi juga manfaat atau
kualitas yang dapat diperoleh dari produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginannya. Adanya kualitas yang baik akan mempengaruhi kinerja dari
suatu produk yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan seorang
konsumen, sehingga kualitas produk yang baik memiliki hubungan yang erat
dengan kepuasan seorang konsumen.
71
Penggunaan servicescape yang tepat menjadi salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan pemasar untuk menarik minat konsumen terhadap suatu
perusahaan jasa. Servicescape akan memberikan pengalaman personal bagi
konsumen pada saat sebelum dan sesudah mengunjungi sebuah perusahaan jasa.
Dengan adanya servicescape yang baik akan memberikan sebuah kesan dan
pengalaman positif bagi konsumen, sehingga melalui pemanfaatan servicescape
yang tepat akan mempengaruhi kepuasan seorang konsumen.
Penggunaan kualitas produk dan servicescape sama-sama memiliki
peranan penting yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Kualitas produk
yang baik akan mempengaruhi kepuasan seorang konsumen, serta penggunaan
servicescape yang tepat akan menciptakan persepsi yang baik terhadap suatu
perusahan jasa bagi konsumen sehingga nantinya akan menjadi salah satu faktor
yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Dengan kata lain, kualitas produk
dan servicescape akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Kualitas produk dan
servicescape dianggap memiliki kekuatan yang besar dalam mempengaruhi
kepuasan konsumen pada suatu jasa yang ditawarkan.
2.2.1 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Konsumen
Kualitas produk merupakan salah satu faktor penting yang akan
mempengaruhi kepuasan seorang konsumen terhadap suatu produk yang dibelinya
karena dengan adanya kualitas yang baik akan mempengaruhi kinerja dari suatu
produk yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan seorang konsumen.
Timbulnya rasa puas dalam diri konsumen tersebut kemudian akan mempengaruhi
sikap konsumen, selanjutnya sikap yang dihasilkan ini akan berpengaruh terhadap
72
pengambilan keputusan konsumen yang bersangkutan dalam pembelian ulang dan
akan mempengaruhi calon konsumen lain.
Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan pada jurnal Jimmy Sugianto
dan Sugiono Sugiharto (2013:05), “Sales of product or sevice must satisfy the
customer’s objectives and requierments”. Artinya penjualan produk atau layanan
pelanggan harus memenuhi tujuan dan persyaratan, karena apabila produk atau
layanan yang diberikan oleh perusahaan dapat memenuhi semua kebutuhan dan
persyaratan dari pelanggan maka akan timbul perasaan puas dalam diri pelanggan.
Timbulnya rasa puas dalam diri pelanggan tersebut kemudian akan mempengaruhi
sikap pelanggan, selanjutnya sikap yang dihasilkan ini akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan pelanggan yang bersangkutan dalam pembelian ulang dan
akan mempengaruhi calon pelanggan lain.
Hal tersebut diperkuat dengan teori yang disampaikan oleh Zeithnaml dan
Bitner dalam jurnal Jimmy Sugianto dan Sugiono Sugiharto (2013:04), “Customer
evaluation of a product or service in term of whether that product or service has
met the customer’s needs and expectations”. Dimana menurutnya kepuasan
konsumen adalah penilaian konsumen atas produk ataupun jasa dalam hal menilai
apakah produk atau jasa tersebut telah memenuhi kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan. Suatu produk yang berkualitas akan mempengaruhi kinerja dari suatu
produk yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan seorang konsumen.
Beberapa penelitian sebelumnya membahas pengaruh kualitas produk
terhadap kepuasan konsumen yang di dalamnya terdapat kesimpulan mengenai
pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen. Salah satunya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Yetti Husnul Hayati dan Gracia Sekartaji (2015)
73
dimana variabel kualitas produk berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
konsumen di Restoran Bebek dan Ayam Goreng Pak Ndut di Kota Solo. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji-F dan t, uji-F menyatakan bahwa
nilai Fhitung > Ftabel yaitu 89,621 > 1,96 dan berdasarkan uji t menyatakan bahwa
thitung memiliki nilai yang lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,966 > 0,05, yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas produk terhadap
kepuasan konsumen di Restoran Bebek dan Ayam Goreng Pak Ndut di Kota Solo.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Muhammad Ludfi Rahmawan
(2015), hasil yang didapatkan juga menunjukan dari analisis regresi ditemukan
bahwa kualitas produk memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kepuasan
konsumen baik secara parsial dan simultan, serta kualitas produk ditemukan
menunjukan hasil yang paling dominan. Salah satu penelitian Internasional yang
dilakukan oleh Ahmad A. Al-Tit (2015) mendapatkan hasil sebagai berikut :
“product (food quality ) have a positive influence on customer satisfaction of
restaurants in Jordan”. Dalam penelitiannya ditemukan hasil bahwa kualitas
produk memiliki pengaruh yang positif terhadap kepuasan konsumen Restoran
yang ada di Jordan.
2.2.2 Pengaruh Servicescape Terhadap Kepuasan Konsumen
Servicescape merupakan salah satu unsur dari physical evidence atau bukti
fisik, dimana suatu produk atau jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan
konsumen. Sejalan dengan Rambat Lupiyoadi (2014:94) yang menyatakan bahwa
“bukti fisik merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung
berinteraksi dengan konsumen”. Servicescape memiliki keterkaitan erat dengan
74
interaksi antara perusahaan dan konsumen yang berhubungan secara langsung
dalam proses kegiatan penyaluran produk atau jasa kepada seorang konsumen.
Penataan servicescape dapat berupa pemilihan lokasi yang strategis, penataan
meja dan kursi yang memudahkan ruang gerak konsumen, pengaturan suhu
ruangan, kualitas udara, kebisingan, kebersihan, serta menghadirkan suasana area
yang nyaman yang akan mampu mempengaruhi pikiran dan perasaan konsumen.
Lingkungan servicescape yang nyaman dan sesuai untuk target pasar yang
dituju juga akan membuat konsumen bersedia untuk menghabiskan lebih banyak
waktu atau lebih sering mengunjungi outlet jasa tersebut. Sehingga dengan adanya
lingkungan servicescape yang berkualitas akan terkait erat dengan kenyamanan
konsumen yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan seorang konsumen
pada lingkungan jasa tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Zeithaml dan
Bitner (2013:280) yang mengemukakan bahwa semakin lama seseorang berada
dalam suatu fasilitas jasa, maka semakin besar kemungkinan kualitas yang
dirasakan dari servicescape tersebut untuk memainkan peranan penting dalam
menentukan kepuasan jasa.
Pengaruh servicescape terhadap kepuasan konsumen diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Meika Putra Pratama (2015), yang menyebutkan
bahwa variabel servicescape yang dihasilkan dari dimensi ambient conditions,
spatial layout functionality, dan symbol and artifact mempengaruhi kepuasan
konsumen di Kafe Roti Gempol dan Kopi Anjis Cabang Jalan Bengawan Kota
Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel servicescape
mempengaruhi kepuasan konsumen sebesar 74,6% dimana faktor yang paling
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen di kafe ini adalah spatial
75
layout and functionality, dengan nilai t hitung sebesar 10,262 dan nilai koefisien
determinasi sebesar 0,518.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ahmad Arief Rivaldy (2014) dimana
hasil penelitiannya menunjukan bahwa servicescape yang dihasilkan dari dimensi
ambient condition, spatial layout and functionality, dan sign, symbol, and artifact
bersama – sama mempengaruhi kepuasan konsumen di Kafe Lawang Wangi
Creative Space. Kiran Raza (2013) dalam jurnal internasionalnya yang
menemukan bahwa “Result indicate that there is a significant impact of
servicecape on customer satisfaction in Pakistan Resatrant Industry”.
2.2.3 Pengaruh Kualitas Produk dan Servicescape Terhadap Kepuasan
Konsumen
Pemahaman kepuasan konsumen adalah sikap, penilaian dan respon
emosional yang ditunjukkan konsumen setelah proses pembelian atau konsumsi
yang berasal dari perbandingan kesan terhadap kinerja suatu produk atau jasa
dengan harapannya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Kotler dan Keller
(2016:153) yang mendefinisikan kepuasan bahwa, “Satisfaction is a person’s
feelings of pleasure or disappointment that result from comparing a product or
service’s perceived performance (or outcome) to expectations”. Dimana kepuasan
merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul setelah
membandingkan kinerja yang telah dipersepsikan suatu produk atau jasa (atau
hasil) dengan harapannya.
Kualitas produk dan servicescape merupakan salah satu faktor yang dapat
menciptakan kepuasan konsumen. Suatu produk yang berkualitas akan
76
mempengaruhi kinerja dari suatu produk yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kepuasan seorang konsumen, sehingga kualitas produk memiliki hubungan yang
erat dengan kepuasan seorang konsumen. Selain itu penggunaan servicescape
yang tepat juga secara langsung akan mempengaruhi kepuasan seorang konsumen
terhadap jasa yang diterima. Lingkungan jasa yang nyaman dan sesuai untuk target
pasar yang dituju juga akan membuat konsumen bersedia untuk menghabiskan
lebih banyak waktu atau lebih sering mengunjungi outlet jasa tersebut. Sehingga
dengan adanya servicescape yang berkualitas akan terkait erat dengan
kenyamanan seorang konsumen yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan
seorang konsumen pada lingkungan jasa tersebut. Hal ini sejalan dengan teori
yang disampaikan oleh Zeithaml dan Bitner dalam jurnal Jimmy Sugianto dan
Sugiono Suharto (2013:04), “Satisfaction is more inclusive: it is influence by
perceptions of service quality, product quality, and price as well as situational
factor and personal factor”. Artinya kepuasan lebih bersifat inclusif (pribadi) dan
keberadaannya dipengaruhi oleh persepsi pelanggan atas lima faktor, yaitu kualitas
layanan (service quality), kualitas produk (product quality), harga (price), faktor
situasional (situational factor), dan faktor personal (personal factor).
Pengaruh kualitas produk dan servicescape terhadap kepuasan konsumen
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Andre eris tatangin, Imelda W.J.
ogi,Sjendry serulo R. Loindong (2017) yang menunjukan hasil penelitian bahwa
adanya pengaruh positif dan sangat kuat antara kualitas produk dan servicescape
(lingkungan layanan) serta memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama
terhadap kepuasan konsumen.
Berdasarkan kerangka penelitian tersebut, maka dapat digambarkan
77
paradigma penelitian hubungan antara variabel kualitas produk dan servicescape
terhadap kepuasan konsumen pada Gambar 2.2 berikut :
Sumber : Olah Data Peneliti (2018)
Keterangan :
Secara Simultan
Secara Parsial
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat diketahui hipotesis
penelitian. Menurut Sugiyono (2013:39),
KUALITAS PRODUK
1. Kinerja
2. Keragaman produk
3. Kehandalan
4. Kesesuaian
5. Daya tahan
6. Kemampuan
Pelayanan
7. Estetika
8. Kualitas yang
dipersepsikan
Rambat Lupiyoadi
(2014:176)
Servicecape :
1. Kondisi sekitar
2. Tata ruang dan
Fungsional
3. Tanda-tanda,
symbol dan artefak
Zeithaml dan Bitner
dialih bahasakan
oleh Ratih Ruhiyanti
(2015:296)
Kepuasan Konsumen
1. Kesesuaian
Harapan
2. Minat Berkunjung
Kembali
3. Kesediaan
Merekomendasikan
Hawkins dan Lonney
dalam Fandy Tjiptono
(2016:101)
Ahmad A. Al-Tit (2015),
Yetty Husnul (2015), Muhammad
Ludfi (2015)
Kiran Raza (2013), Ahmad Arief Rivaldy (2014),
Andre Eris Tatangin,
Imelda W.J. Ogi,
Sjendry Serulo
Loindong (2017)
Meika Putra Pratama
(2015)
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
78
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.
Berdasarkan kerangka pemikiran dan paradigma penelitian pada halaman
sebelumnya, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis penelitian secara simultan
Terdapat pengaruh kualitas produk dan servicescape terhadap kepuasan
konsumen.
2. Hipotesis penelitian parsial
a. Terdapat pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen.
b. Terdapat pengaruh servicescape terhadap kepuasan konsumen.