bab ii kajian pustaka -...

20
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya pengusaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, secara prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerpakan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BNSP, 2006). IPA pada dasarnya ilmu yang mempelajari tentang alam, bukan hanya fakta-fakta, maunpun konsep-konsep, melainkan IPA adalah suatu proses penemuan. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memilihara kelestarian lingkungan. Ditingkat SMP/MTs diharapakan ada penekanan pembelajaran Salisngtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Mata pelajaran IPA dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam sehari- hari karena IPA dapat memecahkan masalah di dalam kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiry ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengomuinikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI dan SMP/MTs menekankan pada pemberian

Upload: duongkiet

Post on 02-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya pengusaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, secara prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerpakan di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiry

dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BNSP, 2006). IPA pada

dasarnya ilmu yang mempelajari tentang alam, bukan hanya fakta-fakta, maunpun

konsep-konsep, melainkan IPA adalah suatu proses penemuan.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memilihara

kelestarian lingkungan. Ditingkat SMP/MTs diharapakan ada penekanan

pembelajaran Salisngtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara

terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat

suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara

bijaksana. Mata pelajaran IPA dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam sehari-

hari karena IPA dapat memecahkan masalah di dalam kehidupan manusia.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiry ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengomuinikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena

itu, pembelajaran IPA di SD/MI dan SMP/MTs menekankan pada pemberian

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

6

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pada dasarnya IPA seharusnya dilakukan

dengan pendekatan inquiry atau secara alam, karena akan membentuk anak didik

berfikir dan lebih terampil dalam proses pembelajaranya.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI dan

SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh

peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam BNSP (2006:161) merupakan ilmu

pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu penemuan.

IPA merupakam ilmu alam yang prsosesnya adalah penuman, bukan hanya

prinsip-prinsip, fakta-fakta saja.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Fowler (dalam Trianto, 2010:136)

adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan

gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.

IPA berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan dengan

pengamatan dan dedukasi.

Ilmu Pengetahuan Alam menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010:136)

adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya

tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode

ilmiah dan sikap ilmiah. Pada dasaranya IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

yang tersusun sistematik, dan perkembangannya secara ilmiah.

Pembelajaran IPA dalam BNSP (2006:161) menekankan pada pemberian

pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA

sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (scientific inquiry) untuk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

7

menumbuhkan kemapuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. IPA

memberikan penekanan secara langsung untuk menjelajahi alam sekitar dan

menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap secara ilmiah.

Dari beberapa pengertian IPA diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

ilmu yang bukan hanya berdasarkan dengan fakta-fakta, atau konsep-konsep saja,

tetapi ilmu yang prosesnya adalah penemuan, IPA menekankan pembelajarannya

secara langsung dengan alam, agar didalam prosesnya muncul akan kekreatifan

berfikir secara alam, terampil dan bersikap alamiah.

Menurut Hardini dan Puspitasari (2012:151) Mata pelajaran IPA di SD/MI

dan SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam Ciptaan-

Nya.

2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala

alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari .

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran

terhadap adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara

IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat.

4. Melakukan inquiry ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir, bersikap, bertindak ilmiah serta komunikasi.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memilihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber

daya alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke Jenjang

selanjutnya.

2.1.2 Ruang Lingkup IPA

Menurut BNSP (2006:162)ruang lingkup bahan kajian IPA untuk

SD/MImeliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan danInteraksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat

dan gas.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

8

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-bendalangit lainnya.

Berdasarkan penjabaran diatas maka standar kompetesi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam silabus yang akan digunakan

dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Standar Kompetensi (KD) Dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

7. Memahami perubahan yang terjadi

di alam dan hubunganya dengan

penggunaan sumber daya alam.

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.

7.3 Mendiskripsikan struktur bumi.

2.1.3 Proses Belajar Mengajar IPA SD

Menurut Sanjaya (2006:101) pembelajaran adalah proses penambahan

informasi dan kemampuan/kompetensi baru. Ketika seorang guru berpikir

informasi dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu

juga berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

Pembelajaran menurut Hamalik (2011:70) adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapi tujuan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran adalah suatu proses penambahan informasi baru untuk

mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan strategi apa yang tepat untuk

diajarkan kepada siswa agar dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Pembelajaran IPA yang dikutip oleh Tisno Hadisubroto (dalam Usman

Samatowa, 2011:5), bahwa Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang

memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif

anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

9

lahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung pada anak

tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat

perkembangan kognitif anak. Sedangkan menurut Alverman dalam (Usman

Samatowa, 2011:9) pembelajaran IPA menjadi berarti bila IPA diajarkan

sedemikian, sehingga anak menjalani suatu proses perubahan konsepsi.

2.2 Belajar dan Hasil Belajar

2.2.1 Belajar

Slameto (2003:2) mendefinisikan bahwa “belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannnya”. Belajar menurut Kamus besar bahasa

Indonesia (2008:23) adalah “berubah tingkah laku yang atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman”. Belajar disini lebih kepada proses perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2009:38) mendefinisikan bahwa

“belajar adalah “proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan

untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”.Belajar berlangsung dalam

interaksi aktif dengan dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Menurut Skinner dan (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:4) belajar

adalah suatu proses adaptasi atau penyesuain tingkah laku yang berlangsung

secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang

belajar, maka responya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar,

responnya menurun. Dengan demikian belajar diartikan sebagai suatu perubahan

dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon.Belajar adalah suatu

prosesadaptasi penyesuaian tingkah laku yang memberikan respon lebih baik jika

dilakukan, dan begitu juga sebaliknya jika tidak dilakukan responnya akan

menurun.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

10

Menurut Robert M Gagne (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:4) belajar

adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya

kapabilitas disebabkan stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses koginitif

yang dilakukan oleh pelajar.Belajar adalah proses yang komplek dan berupa

kapabilitas, yang disebabkan stimulus dari lingkungan dan proses kognitif.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat

pengalaman yang berasal dari lingkungan. Dan belajar terjadi karena adanya

proses belajar atau perubahan tingkah laku sebelum mengikuti kegiatan belajar.

2.2.2 Hasil Belajar

Furchan (2005:39) Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab

pertanyaan “apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa”. Hasil belajar

ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas (secara berdegradasi)

dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik tertentu.

Perbedaan antara kompetensi dan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-

patokan kinerja siswa yang dapat diukur.

Rusman (2012:123) mengatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah

pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:486), hasil belajar

adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran.

Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan

kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran, apabila hasil belajar yang

diperoleh siswa sesuai yang diharapkan maka siswa akan merasakan kepuasan.

Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah

mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi,

siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi

partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari

informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.

Hasil belajar menurut Mulyasa (2008:212) merupakan prestasi belajar

peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dasar dan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

11

derajat perubahan perilaku yang berlangsung. Hasil belajar merupakan prestasi

peserta didik secara keseluruhan yang mencapai indicator kompetensi dasar yang

ada perubahan perilaku secara langsung.

Dari beberapa pengertian di atas, hasil belajar adalah sebuah pengalaman

yang diperoleh dari ranah kognitif, afektif, psimotorik dan merupakan hasil

belajar adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha

pikiran. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang

menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (dalam Rusman

2012:124) adalah sebagai berikut.

a. Faktor internal

1. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak

dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat,

jasmani dan sebagainya.

2. Faktor psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki

kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut

mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis

meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif,

motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.Faktor

lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial, lingkungan

alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada

tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang

tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar

di pagi hari yang udaranya masih segar dan ruang yang cukup

mendukung untuk bernafas lega.

2. Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi

sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang

telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa

kurikulum, sarana, dan guru.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

12

2.2.4 Pengukuran Hasil Belajar

Cara untuk mengukur hasil belajar adalah dengan melakukan evaluasi hasil

belajar. Menurut Hamalik (2011:159) evaluasi hasil belajar adalah “keseluruhan

kegiatan pengukuran pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai

siswa setelah melakukan kegiatan hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan”. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah:

a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya

mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan.

b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina

kegiatan-kegiatan belajar siswa lanjut, baik keseluruhan kelas

maupun masing-masing individu.

c. Untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-

kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remidial

(perbaikan).

d. Untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal

kemajuaanya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan

upaya perbaikan.

e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa,

sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi

warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.

f. Untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan yang

sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya

Prosedur yang dilakukan dalam mengukur hasil belajar menurut Hamalik

(20011:163) adalah sebagai berikut:

a. Persiapan

Pada tahap ini, guru menyusun kisi-kisi. Melalui instrument evaluasi yang

direvisi terus sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar. Menurut

Purwamto (2010:57) Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk

mengukur dalam rangka pengumpula data. Dalam penyusunan kisi-kisi

langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) Menetapkan ruang lingkup materi pelajaran yang akan diujikan

berdasarkan pokok bahasan.

2) Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

13

3) Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan tujuan/ranah, yang disusun dan

tersebar secara proporsional.

4) Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal berupa tes objektif atau bentuk essay.

5) Menentapkan proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal yang menacapkup

keseluruhan perangkat instrument penelitian.

b. Penyusunan alat ukur yang dibagi menjadi dua jenis yaitu penilaian dengan tes

dan non tes. Menurut Purwanto (2010:56) Tes merupakan alat ukur

pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan penampilan

maksimal. Sedangkan non tes merupakan alat ukur yang mendorong peserta

untuk melaporkan keadaan dirinya dengan respon yang jujur sesuai dengan

pikiran dan perasaan.

c. Pelaksanaan pengukuran, yaitu dirancang dengan model desain evaluasi

adalah dengan evaluasi sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif, dan

kombinasi ketiga model. Di dalam penelitian inti evaluasi yang digunakan

adalah dengan evaluasi formatif yaitu suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran.

Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses

belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi untuk perbaikan, yang

dilakukan dengan metode pengajaran remidial.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk melihat hasil

belajar siswa adalah dengan melakukan evaluasi hasil belajar.Evaluasi hasil

belajar merupakan alat untuk mengukur keberhasilan siswa dengan adanya

evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan ketika berakhirnya kegiatan

pembelajaran.Sebelum melakukan evaluasi formatif, guru membuat kisi-kisi soal

yang digunakan untuk menguji tingkat keberhasilan dalam suatu pelajaran setelah

diajarkan.Tes penilaian yang digunakan ada dua macam yaitu tes dan non tes.

2.3 Metode Inquiry

Menurut Sagala (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:33) Metode Inquiry

merupakn metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar perilaku

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

14

ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak

belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

Metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap

memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru

berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala

guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan

komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan

kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan

fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.

Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka

dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses

pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.

Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif,

analitis, dan kritis.Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan

keingintahuan terhadap sesuatu, memperadugakan suatu jawaban, serta menarik

kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan

yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan

untuk menganalisis data yang baru, (Mulyasa 2005:235).

2.3.1 Tujuan Metode Inquiry

Tujuan utama dari pada penggunaan metode inquiry (pemecahan masalah)

adalah mengembangkan kemampuan berfikir, terutama di dalam mencari sebab

akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid-murid dalam cara-cara

mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah bila akan memecahkan

suatu masalah yaitu dengan memberikan kepada murid pengetahuan kecakapan

praktis yang bernilai/bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini

memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara

memecahkan suatu masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan

menghadapi masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

15

Menurut Hardini dan Puspitasari (2011:34) Tujuan metode Inquiry adalah

sebagai berikut.

1. Meningkatkan kerterlibatan peserta didik dalam menemukan dan

memproses bahan pelajarannya.

2. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk

mendapatlan pengalaman belajarnya.

3. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.

4. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.

Alasan penggunaan metode inquiry adalah sebagai berikut.

1. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.

2. Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah, tetapi dari

lingkungan sekitar.

3. Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri

kebutuhan belajarnya.

4. Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.

Mengingat tujuan tersebut di atas, maka pemecahan suatu masalah jangan

diajarkan sebagai pengetahuan saja, melainkan harus menjadi alat bagi murid atau

sebagai proses pembelajaran untuk selanjutnya dapat memecahkan sendiri segala

macam masalah yang mungkin akan dijumpainya, sekarang maupun kelak,

disekolah, dirumah maupun di masyarakat.

2.3.2 Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiry

Pendekatan pembelajaran inquiry merupakan pendekatan yang

menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa

prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran

inquiry:

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari pendekatan inquiry adalah pengembangan kemampuan

berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi

kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria

keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry

bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi

pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik beraktifitas mencari dan

menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh peserta didik

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

16

melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang

tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah

gagasan yang dapat ditemukan.

b. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi

antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan interaksi

antar peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi

berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai

pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan

agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui

interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan

pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat

mengenai proses interaksi itu sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan

pembelajaran inquiry adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta

didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian

dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap

langkah inkuiri sangat diperlukan.Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu

dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta

perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan

kemampuan atau bertanya untuk menguji.

d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah

proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potesni

seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah

pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya

cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk

berfikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa.

Oleh karena itu belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

17

otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur estetika melalui proses belajar

yang menyenangkan dan menggairahkan.

e. Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala

sesuatu mungkin saja terjadi.Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk

mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan

nalarnya.Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan

berbagai kemungkinana sebagai hipotesis yang harus dibuktikan

kebenarannya.Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan

kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka

membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

2.3.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry

Guloa (dalam Trianto, 2002:138) menyatakan, bahwa kemampuan yang

diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan

Kegiatan inquiry dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan

diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas,

pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa

diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan

proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai

hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih

salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan dengan

permasalahan yang diberikan.

c. Mengumpulkan Data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data.

Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.

d. Analisis Data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah

dirumuskan dengan menganalisa data yang telah diperoleh.

Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran

„benar‟ atau „salah‟. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data

percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah

dirumuskan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

18

Bila ternayata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat

menjelaskan sesuai dengan proses inquiry yang telah

dilakukannya.

e. Membuat Kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inquiry adalah membuat

kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Dari Langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

pembelajaran metode inquiri sebagai berikut:

a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan

Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan dan diajukan kepada siswa,

guru memperjelas pertanyaan tersebut dan meminta siswa untuk membuat

hipotesis.

b. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah yang diberikan siswa memberikan kemudahan guru untuk

memberikan pertanyaan lebih terhadap siswa.

c. Mengumpulkan Data

Data yang akan dikumpulkan berupa, table, matrik.

d. Analisis Data

Data yang dibuat oleh siswa harus dapat dibuktikan dengan menggunakan

percobaan dan data tersebut terbukti benar atau salah.

e. Membuat Kesimpulan

Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan data yang sudah

dibuat.

2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Metode Inquiry

Metode pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang

banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

1. Keunggulan

Inquiry merupakan strategi pembelajaran yang banyak

dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan,

diantaranya:

a. Secara aktif siswa menemukan informasi dan pengetahuan,

ingatan menjadi meningkatkan.

b. Penemuan membantu siswa memperlajari bagaimana untuk

mengikuti petunjuk-petunjuk dan kunci-kunci, dan mencatat

penemuan-penemuan, dengan demikian membekali dirinya untuk

menangani situasi-situasi masalah yang baru.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

19

c. Hadiah-hadiah yang diberikan berkenaan dengan penemuan

sesuatu memberikan dorongan para peserta didik dengan motivasi

dari dalam.

d. Peserta didik mengembangkan minat ketrampilan-ketrampilan

dan sikap yang pokok bagi belajar dengan mengarahkan diri

sendiri.

e. Peserta didik mengembangkan pengertian yang lebih mendalam

tentang tugas dari guru.

f. Penemuan bekerja pada saat tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi

dari bidang kognitif (analisa, sintesa, dan seterusnya). Hal

tersebut juga mendorong pemikiran intuitif (Jones, dalam

Widiarto, 2009:33).

Keuntungan lain yang jelas adalah peranan peserta didik menjadi aktif dan

kreatif. Oleh karena itu, peserta didik mungkin memperoleh lebih banyak

ketrampilan inquiri dari pada yang mereka peroleh dalam mempelajari situasi

yang mana mereka mempunyai suatu peranan aktif dalam proses belajar mengajar

(Soewarso, dalam Widiarto, 2009:34).

Di samping memimiliki keunggulan, Inquiry juga mempunyai kelemahan

di antaranya:

a. Memperkenalkan peserta didik untuk menemukan

pengetahuannya sendiri-sendiri sangat membutuhkan banyak

waktu. Tidaklah efisien untuk mengharapkan peserta didik

menemukan kembali semua pengetahuan.

b. Kebanyakan buku-buku teks dan bahan yang sekarang tersedia

bagi guru ditulis lebih sebagi pameran dari pada sebagai suatu

penemuan.

c. Peserta didik seringkali putus asa sebelum memecahkan masalah

tersebut.

d. Suatu penemuan yang salah membutuhkan banyak usaha dapat

menurunkan semangat para peserta didik secara luar biasa.

e. Peserta didik seringkali menemukan hal-hal yang lain dari pada

yang dimaksud untuk “ditemukan”.

f. Guru harus mempunyai latar belakang yang kuat di dalam

bidangnya untuk menangani penemuan-penemuan yang tidak

diharapkan.

g. Beberapa peserta didik nampaknya tidak mampu membuat

penemuan yang dimaksudkan (Jones, dalam Widiarto, 2009:34).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

20

2.3.5 Sintaks Pembelajaran Inquiry

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi

dari tahapan pembelajaran inquiry yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak

(dalam Trianto, 2007:141) Adapun tahapan pembelajaran inquiri sebagai berikut.

Tabel 3

Sintaks Metode Pembelajaran Inquiry

Fase Perilaku Guru

1.Menyajikan

pertanyaan atau

masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasikan masalah

dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi

siswa dalam kelompok

2.Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah

pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru

membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang

relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidik.

3.Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan

hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa

mengurutkan langkah-langkah percobaan.

4.Melakukan percobaan

untuk memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi

melalui percoabaan

5.Mengumpulkan dan

menganalisa data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk

menyajikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6.Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesipulan.

Sudjana (dalam Trianto, 2007: 142) menyatakan, ada lima tahapan yang

ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inquiri yaitu: (1) merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;

(2) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis;

(3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab

hipotesis atau permasalahan;

(4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan

(5) mengaplikasikan kesimpulan.

2.3.6 Penerapan Metode Inquiry Dalam Standar Proses

Berdasarkan langkah-langkah di atas, penerapan pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode inquiry adalah sebagai berikut.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

21

Tabel 4

Langkah-langkah Penerapan Metode Inquiry dalam Standar Proses

NO Kegiatan

1. Kegiatan Awal

Salam pembuka.

Absensi

Menanyakan kesiapan belajar pada anak

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan

2 Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru menyampaikan peta konsep materi tentang susunan dan jenis-jenis tanah.

Guru bertanya jawab kepada siswa tentang jenis-jenis tanah yang diketahui siswa.

Guru menunjukkan dan menjelaskan alat peraga yang berupa susunan lapisan

tanah.

Melului alat peraga yang ditampilkan oleh guru, guru dan siswa bertanya jawab

tentang susunan lapisan tanah.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa pada

setiap kelompok.

Elaborasi

Siswa dibimbing mengidentifikasikan masalah yang dituliskan di papan tulis.

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari 4-5 siswa pada setiap

kelompoknya.

Siswa dibimbing dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan

dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidik.

Siswa dibimbing dalam mengurutkan langkah-langkah percobaan.

Setiap kelompok diberikan sebuah telur sebagai alat peraga.

Siswa diminta untuk mengupas telur satu per satu yaitu dari cangkang telur

sampai ke kuning telur.

Siswa mendapatkan informasi melalui percoabaan

Siswa diberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyajikan hasil pengolahan

data yang terkumpul.

Siswa diminta untuk membuat kesipulan.

Konfirmasi

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,

memberikan penguatan dan penyimpulan.

3. Kegiatan Akhir

Melakukan refleksi apakah kegiatan pembelajarannya menyenangkan atau tidak,

dan menyampaiakan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

2.4 Hubungan Antara Metode Inquiry dengan Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebuah pengalaman yang diperoleh dari ranah

kognitif, afektif, psimotorik dan merupakan hasil belajar adalah sesuatu yang

diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran. Hasil belajar

merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

22

penguasaan materi pelajaran. Hasil belajar diperoleh melalui tes setelah akhir

pembelajaran dan hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan oleh guru setelah

mengerjakan soal tes. Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki

siswa. Dan kemampuan guru di dalam menyampaikan materi dengan

menggunakan metode inquiry, yang mempunyai kelebihan sebagai berikut:

a)Secara aktif siswa menemukan informasi dan pengetahuan, ingatan menjadi

meningkatkan. b)Penemuan membantu siswa memperlajari bagaimana untuk

mengikuti petunjuk-petunjuk dan kunci-kunci, dan mencatat penemuan-

penemuan, dengan demikian membekali dirinya untuk menangani situasi-situasi

masalah yang baru. c) Hadiah-hadiah yang diberikan berkenaan dengan penemuan

sesuatu memberikan dorongan para peserta didik dengan motivasi dari dalam. d)

Peserta didik mengembangkan minat ketrampilan-ketrampilan dan sikap yang

pokok bagi belajar dengan mengarahkan diri sendiri. e) Peserta didik

mengembangkan pengertian yang lebih mendalam tentang tugas dari guru.

Dengan melihat kelebihan inquiry dan guru menerapkanya dalam kegiatan belajar

mengajar maka akan berdampak pada hasil belajar yang meningkat.

2.5 Hasil Penelitian yang Relevan

Pendekatan inquiry ini juga pernah diteliti oleh Anjar (2009) yang berjudul

“Upaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode inquiri dalam

pembelajaran IPA dengan materi pokok pesawat sederhana di SD N 3Kaloran

tahun ajaran 2009/2010”.

Hasil penelitian menunjukan, nilai rata-rata hasil belajar kognitif pada siklus 1

diperoleh 70,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77,69. Nilai rata-rata hasil

belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 80,10 dan pada siklus 2 meningkat

menjadi 90,83. Nilai rata-rata belajar afektif sikap pada siklus 1 diperoleh 80,35

dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,15. Nilai rata-rata hasil belajar afektif

nilai pada siklus 1 diperoleh 82,45 dan siklus 2 meningkat menjadi 88,10. Nilai

rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 85,50 meningkat menjadi 93,00

pada siklus 2.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

23

Dari hasil yang diperoleh, penelitian dengan menggunakan metode inquiry

pada siswa SD Kaloran Temanggung dapat menigkat hasil belajar siswa secara

optimal.

Rokhmat (2009) dalam skripsi berjudul “ Upaya meningkatkan hasil belajar

siswa dalam mata pelajaran IPA untuk kelas IV dengan menggunakan metode

inquiri di SDN Tulusrejo Malang”.

Menurut penelitian secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa

melaluin penerapan metode inquiri memperoleh kemajuan yang lebih baik

dibandingkan sebelumnya menerapkan metode inquiri.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode inquiri sangat efektif untuk

digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA.Hal itu disebabkan

oleh aktivitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan

pendapat, menentukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percoban-

percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesame teman dalam berkelompok

dan sebagainya.

2.6 Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sangat dibutuhkan media atau

penerapan metode yang digunakan oleh guru tercapai materi yang diajarkan, disini

guru mengajarkan pelajara IPA yang mengaitkan dengan kehidupan nyata, dengan

pemanfaatan dengan alam sekitar, guru berupaya meningkatkan hasil belajar IPA

dengan menggunakan metode inquiry dimana didalam proses belajar mengajar

Guru membimbing siswa mengidentifikasikan masalah. Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis, guru

membagi siswa dalam kelompok dan memberikan langkah-langkah untuk

melakukan percobaan, guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui

percoabaan dengan melakukan percobaan tersebut guru mengharapkan siswa lebih

aktif di dalam pembelajaran, siswa lebih termotivasi dalam belajar, siswa dapat

berfikir secara alamiah, Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.

Melihat langkah-langkah dan kelebihan-kelebihan metode inquiry tersebut,

maka diharapkan di dalam penggunaanya akan sangat membantu siswa

memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dan hal ini tentunya

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8208/2/T1_292009258_BAB II.pdf · Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik

24

akan berdampak atau berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar IPA yang

dapat dilihat dari tercapainya kompetensi materi pembelajaran. Hasil belajar IPA

bisa dilihat dari nilai KKM yang sudah ditentukan.

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dan kajian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

tindakan yaitu:

1) Penerpan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa

Kelas 5 semester II SD Negeri Kutowinangun 04 Kecamatan Tingkir

Salatiga

2) Dengan menerpakan langkah-langkah metode inquiry dalam proses

kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa

kelas 5 semester II SD Negeri Kutowinangun 04 Kecamatan Salatiga.