bab ii kajian pustaka -...

12
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan merupakan keadaan atau situasi kejiwaan yang senantiasa terjadi dan bisa timbul dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan wajar terjadi dan mesti diterima, dialami oleh setiap individu dalam segala usia. Hal ini bukan berarti bahwa kecemasan itu selalu sama pada setiap orang siswa. Kecemasan berbeda- beda sesuai dengan tingkat kesanggupan seseorang dalam hal menerima dan mengatasinya. Menurut Chaplin (2001), Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan-ketakutan yang lain. Kecemasan juga merupakan salah satu bentuk emosi yang mempunyai peran utama dalam proses penyesuaian individu yaitu sebagai suatu indikator respon terhadap stres sebagai suatu tanda untuk menghadapi stres selanjutnya. Perasaan cemas dan takut biasanya berhubungan dengan situasi tertentu, dan biasanya orang yang berhadapan dengan situasi tersebut perasaannya akan menjadi takut. Daradjat (1985) menyatakan bahwa kecemasan merupakan manisfestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin. Kecemasan merupakan suatu keadaan emosional, suatu perasaan yang tidak menyenangkan sebagai reaksi terhadap ancaman dari sesuatu objek yang belum jelas (Chaplin, 2001). Menurut Atkinson (1987), kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut, yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Sementara itu, Gunarsa (2004) menyatakan “Istilah kecemasan dipakai untuk menunjukkan suatu respon emosionil yang tidak menyenangkan dan dalam derajat yang berlebih-lebihan yang tidak sesuai dengan keadaan yang menimbulkan rasa takut.”

Upload: vokiet

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kecemasan1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan keadaan atau situasi kejiwaan yang senantiasa terjadi dan bisa timbul dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan wajar terjadi dan mesti diterima, dialami oleh setiap individu dalam segala usia. Hal ini bukan berarti bahwa kecemasan itu selalu sama pada setiap orang siswa. Kecemasan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesanggupan seseorang dalam hal menerima dan mengatasinya.

Menurut Chaplin (2001), Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan-ketakutan yang lain. Kecemasan juga merupakan salah satu bentuk emosi yang mempunyai peran utama dalam proses penyesuaian individu yaitu sebagai suatu indikator respon terhadap stres sebagai suatu tanda untuk menghadapi stres selanjutnya. Perasaan cemas dan takut biasanya berhubungan dengan situasi tertentu, dan biasanya orang yang berhadapan dengan situasi tersebut perasaannya akan menjadi takut.

Daradjat (1985) menyatakan bahwa kecemasan merupakan manisfestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin. Kecemasan merupakan suatu keadaan emosional, suatu perasaan yang tidak menyenangkan sebagai reaksi terhadap ancaman dari sesuatu objek yang belum jelas (Chaplin, 2001). Menurut Atkinson (1987), kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut, yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda.

Sementara itu, Gunarsa (2004) menyatakan “Istilah kecemasan dipakai untuk menunjukkan suatu respon emosionil yang tidak menyenangkan dan dalam derajat yang berlebih-lebihan yang tidak sesuai dengan keadaan yang menimbulkan rasa takut.”

7

Berdasarkan definisi-definisi kecemasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang dirasakan individu akan adanya suatu ancaman yang datang dari luar serta manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami tekanan perasaan atau frustasi konflik dan dalam derajat yang berlebih-lebihan yang tidak sesuai dengan keadaan yang menimbulkan rasa takut.

2. Jenis – jenis KecemasanKecemasan dapat dan biasa dialami oleh setiap individu dalam kehidupan

sehari-hari. Namun taraf kecemasan yang dialami masing-masing individu berbeda-beda tergantung dari pengaruh serta respons yang di berikan oleh individu. Perasaan cemas yang dialami oleh setiap individu dapat disebabkan oleh banyak hal, namun rasa cemas biasanya hampir sama dengan perasaan takut (Daradjat, 1985).

Banyak para ahli yang mengungkapkan macam-macam kecemasan, diantaranya Daradjat (1985) membagi rasa cemas menjadi tiga jenis yaitu: rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya, rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat beberapa bentuk, dan cemas karena merasa berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hatu nurani.

Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui adanya bahaya yang mengancam dirinya. Cemas ini cenderung lebih dekat dengan rasa takut karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran. Misalnya seorang siswa yang sepanjang tahun hanya bermain-main saja, maka akan merasa cemas atau gelisah apabila ujian datang.

Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Cemas ini umumnya terjadi apabila orang merasa cemas atau takut yang kurang jelas, tidak ada hubungannya dengan apa-apa, dan takut itu mempengaruhi keseluruhan diri pribadi. Kecemasan ini biasanya dalam bentuk ancaman dan dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu.

Cemas karena merasa berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering disertai gejala-gejala dalam bentuk gejala fisik, yaitu: ujung jari terasa dingin, sesak nafas, detak jantung cepat, kepala pusing dan sebagainya serta gejala psikis yang

8

meliputi: sangat takut, tidak dapat memusatkan perhatian, rendah diri, kehilangan kepercayaan diri dan sebagainya.

Spielberger (dalam Slameto, 2003) membedakan kecemasan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety)Suatu bentuk kecemasan yang bersifat stabil pada tiap individu dan merupakan pembeda antara satu individu dengan individu lainnya.

b. Kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety)Suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subjektif, dan meningginya aktivitas sistem saraf otonom. Kecemasan ini biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus, misalnya situasi tes.

3. Gejala – gejala KecemasanMenurut Daradjat (1988) seseorang dapat diketahui sedang memiliki

kecemasan atau tidak dapat diperhatikan melalui gejala-gejala kecemasan. Gejala-gejala kecemasan ini dibedakan menjadi dua yaitu gejala fisiologis dan gejala psikologis.a. Gejala fisiologis meliputi detak jantung cepat, istirahat tidak teratur, nafsu

makan hilang, sakit perut, gangguan pencernaan, diare, mual, tidur tidak nyenyak, otot-otot tegang (dari dahi, tengkuk, bahu dan pinggul), pandangan mata kabur, pucat, mudah mengeluarkan keringat, ujung jari dingin, sering buang air kecil, gemetar, nafas sesak, dan kepala terasa pusing.

b. Gejala psikologis meliputi perasaan tertekan, takut, marah, gelisah, tegang, ingin menghindar/lari dari kenyataan, selalu kawatir, gugup, rendah diri, hilang kepercayaan diri, ragu-ragu, gerakan serba salah, tidak sabar, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau orang lain, tidak berani mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi dan kurang mampu mengontrol diri (sebagian atau seluruhnya).

4. Klasifikasi Tingkat KecemasanMenurut Kusumawati dan Yudi (2010) ada empat tingkat kecemasan,

yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

9

a. Kecemasan ringanKecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manisfestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, tidak sabar, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

b. Kecemasan sedangMemungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manisfestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung, gugup, pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat,bicara cepat dengan volume tinggi, sering melakukan kesalahan yang sederhana, mampu untuk belajar namun tidak optimal, nafsu makan berkurang, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif, mudah tersinggung, mudah lupa dan marah.

c. Kecemasan beratSeseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manisfestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, penglihatan kabur, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi dan tidak percaya diri.

d. PanikPanik berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Manisfestasi yang muncul pada tingkat ini adalah sesak napas, gemetar, sering mual, tertekan, pucat, berkeringat, tidak dapat berespon terhadap perintah yang

10

sederhana, berteriak, menjerit, ketakutan kehilangan kendali diri, ketakutan mati dan mengalami halusinasi.

5. Faktor – Faktor Penyebab KecemasanTimbulnya kecemasan pada diri seseorang tentunya dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor. Menurut Tjandarini (1989), paling sedikit terdapat tiga kondisi atau faktor di mana seseorang dapat mengalami kecemasan yakni: a) adanya objek, situasi, hasil, gagasan, dan sebagainya yang mengancam harga diri atau nilai-nilai seseorang, b) kebutuhan untuk menanggulangi situasi dengan cara mempertahankan konsep diri atau nilai-nilai, c) keragu-raguan apakah dapat menangani situasi dengan baik.

menurut Collins (dalam Ika, 2010) menyatakan bahwa kecemasan timbul karena adanya: a) Threat (Ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti kehidupan) maupun ancaman terhadap eksistensinya (seperti kehilangan hak), b) Conflict (pertentangan) yaitu karena ada dua keinginan yang keadaannya bertolak belakang, hampir tiap dua konflik, dua alternatif atau lebih yang masing-masing mempunyai sifat approach & avoidance conflicts, c) Fear (ketakutan), kecemasan timbul karena takut akan sesuatu, takut akan kegagalan menimbulkan kecemasan, misalnya takut akan kegagalan dalam mengahdapi ujian atau takut akan penolakan menimbulkan kecemasan tiap kali perlu berhadapan dengan orang yang baru, d) Unfullfil Needs (kebutuhan yang tidak terpenuhi) kebutuhan manusia begitu kompleks dan bila siswa gagal untuk memenuhinya maka timbul kecemasan.

Syah (2002) meneliti bahwa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan pada diri siswa di dalam kelas pada umumnya karena mereka merasa risau tidak dapat memahami apa yang dikatakan guru, tidak tahu pasti apa yang diaharapkan guru, dan beberapa hal lain seperti ketakutan tidak lulus, tidak naik kelas, ataupun prestasi akademiknya rendah.

B. Mata Pelajaran Matematika di Jurusan IPA, IPS dan BahasaMatematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di semua

sekolah, baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Pelajaran matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat membantu ketajaman berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan. Mata pelajaran

11

matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus.

Sujono (1988) mendefinisikan pelajaran matematika adalah sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi dengan sistematik, bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi, matematika membantu orang dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan, ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, matematika berkenaan dengan fakta-fakta kuantitatif dan masalah-masalah tentang ruang dan bentuk, ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan ruang.

Mata pelajaran matematika diajarkan sejak dari sekolah dasar hingga menengah. Di tingkat SMA materi mata pelajaran matematika yang di ajarkan antara satu jurusan dengan jurusan lainnya akan sangat berbeda. Hal ini karena kemampuan masing-masing dari tiap jurusan berbeda-beda. Penjurusan atau program studi sendiri di tingkat SMA telah di atur dalam PP Nomor 17 tahun 2010 pasal 79, yang dibagi menjadi 4 jurusan/program studi yakni program studi IPA, IPS, Bahasa dan Keagamaan. Disini akan dibahas tiga program studi/jurusan yang ada di tingkat SMA yakni jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Penjurusan akan disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa. Tujuannya agar kelak dikemudian hari, pelajaran yang akan diberikan kepada siswa menjadi lebih terarah karena telah sesuai dengan minatnya. Adapun tujuan dari penjurusan antara lain: mengelompokkan siswa sesuai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama; membantu mempersiapkan siswa melanjutkan studi dan memilih dunia kerja dan membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang (kelanjutan studi dan dunia kerja).

Fakta yang terjadi di Indonesia, jurusan IPS menjadi pilihan terakhir bagi siswa yang tidak dapat diterima di jurusan IPA. Hal ini memperkuat anggapan adanya perbedaan antara jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Siswa jurusan IPA dikenal dengan ketekunan dalam belajar, karena mata pelajaran mereka yang berwujud hitungan menuntut konsentrasi dan keseriusan yang tinggi. Lain halnya dengan jurusan IPS dan Bahasa, yang terlihat kurang antusias dalam menerima pelajaran yang syarat akan hafalan (Drost, 2001).

Didalam struktur kurikulum SMA beban mata pelajaran matematika yang diterima ditiap jurusan berbeda. untuk jurusan IPA dan IPS dalam seminggu mendapatkan alokasi waktu sebanyak 4 jam pelajaran, sedangkan bahasa hanya 3

12

jam pelajaran (Kusnandar, 2009). Muatan kurikulum matematika ditiap jurusan juga sangat berbeda. Muatan kurikulum pada jurusan IPA lebih banyak dibandingkan dengan jurusan IPS dan bahasa. Untuk lebih jelasnya mengenai muatan kurikulum ditiap jurusan, dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 SK dan KD mata pelajaran matematika untuk SMA Kelas XII

Standar Kompetensi

Kompetensi DasarJURUSAN

IPA IPS BAHASAKalkulus1. Menggunakan

konsep integral dalam pemecahan masalah

1.1. Memahami konsep integral tak tentu dan integral tentu

√ √-

1.2. Menghitung integral tak tentu dan integral tentu dari fungsi aljabar dan fungsi trigonometri yang sederhana

√ √-

1.3. Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah di bawah kurvadan volum benda putar

√ √ -

Aljabar2. Menyelesaika

n masalah program linear

2.1. Menyelesaikan sistem pertidaksamaan linear dua variabel

√ √ √

2.2. Merancang model matematika dari masalah program linear

√ √ √

2.3. Menyelesaikan model matematika dari masalah program linear dan penafsirannya

√ √ √

3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan transformasi dalam pemecahan masalah

3.1. Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers dari matriks persegi lain

√ √ √

3.2. Menentukan determinan dan invers matriks 2x2

√ √ √

3.3. Menggunakan determinan dan invers dalam penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel

√ √ √

3.4. Menggunakan sifat-sifat dan operasi aljabar vektor dalam pemecahan masalah

√ - -

3.5. Menggunakan sifat-sifat dan operasi perkalian skalar dua vektor dalam pemecahan masalah

√- -

3.6. Menggunakan transformasi geometri yang dapat dinyatakan dengan matriks dalam pemecahan masalah

√- -

3.7. Menentukan komposisi dari beberapa transformasi geometri beserta matriks transformasinya

√ - -

13

Aljabar4. Menggunakan

konsep barisan dan deret dalam pemecahan masalah

4.1. Menentukan suku ke-n barisan dan jumlah n suku deret aritmetika dan geometri

√ √ √

4.2. Menggunakan notasi sigma dalam deret dan induksi matematika dalam pembuktian

√ - -

4.3. Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan deret

√ √-

4.4. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan deret dan penafsirannya

√ √ √

5. Menggunakan aturan yang berkaitan dengan fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah

5.1. Menggunakan sifat-sifat fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah

√ - -

5.2. MengGambar grafik fungsi eksponen dan logaritma

√- -

5.3. Menggunakan sifat-sifat fungsi eksponen atau logaritma dalam penyelesaian pertidaksamaan eksponen atau logaritma sederhana

√- -

C. Ujian Nasional Mata Pelajaran MatematikaMenurut Permendikbud Nomor 3 tahun 2013 tentang kriteria kelulusan

dan penyelenggaraan Ujian menjelaskan bahwa Ujian Nasional (UN) yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. UN bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: 1) pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan; 2) seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; 3) penentuan kelulusan siswa dari program dan/atau satuan pendidikan; 4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya; dan 5) peningkatan mutu pendidikan.

Adapun penyelenggaraan UN diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bab I Ketentuan Umum) dan juga menurut Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0020/P/BSNP/I/2013 Tentang Penyelenggaraan Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas

14

Luar Biasa, Sekolah Menengah Kejuruan, Serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/Ula, Program Paket B/Wustha, Program Paket C, san Program Paket C Kejuruan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Ujian Nasional merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan untuk menentukan standar mutu pendidikan, walaupun materi ujian nasional hanya mengukur aspek kognitif dengan mata kajian terbatas pada yang diujikan dan aspek lain sama sekali tidak terGambarkan. Lepas dari berbagai keterbatasan dan kelemahan ujian nasional, melalui ujian nasional pemerintah memiliki kepentingan untuk mengetahui kemampuan lulusan pendidikan dari berbagai jenjang dalam bidang kajian tertentu sebagi indikator keberhasilan sistem pendidikan dan kemampuan siswa dalam mata ujian.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ikut diujikan kedalam UN, hal ini diatur dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa untuk jenjang SMA/MA jumlah mata pelajaran yang diujikan secara nasional berjumlah enam mata pelajaran. Adapun untuk program/jurusan IPA meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Program IPS meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi. Program Bahasa meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Asing lain, Sejarah Budaya (Antropologi) dan Sastra Indonesia.

D. Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika

Tingkatan kecemasan individu tergantung pada situasi, beratnya impuls yang datang dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan. Salah satunya adalah beban siswa dalam menghadapi ujian nasional khususnya pada mata pelajaran matematika. Beban ini mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kecemasan siswa. Proses terbentuknya kecemasan siswa menghadapi UN mata pelajaran matematika dapat diGambarkan dengan urutan: Adanya stimulus berupa bayangan ancaman atau bahaya potensial yang muncul saat menghadapi UN mata pelajaran matematika, kemudian memicu kecemasan dan menyebabkan siswa terseret dalam pikiran yang mencemaskan. Sebab awal dari kecemasan itu adalah tanggapan pikiran dalam mempersepsikan stimulus yang diterima oleh siswa saat UN mata pelajaran matematika. Siswa yang teridentifikasi mengalami kecemasan UN mata pelajaran matematika akan

15

memperlihatkan perilaku cemas yang dapat dikaji dari sudut psikologis dan fisiologis saat siswa berada dalam situasi ujian. Kecemasan yang muncul tersebut akan berdampak negatif terhadap hasil ujian yang akan diperoleh oleh masing-masing siswa yang mengalami intensitas kecemasan yang terlalu tinggi (Sudrajat, 2008).

Mengacu pada teori kecemasan yang diungkapkan oleh Chaplin (2001) dan berdasarkan beberapa definisi para ahli, maka yang dimaksud kecemasan siswa menghadapi ujian nasional matematika dalam penelitian ini adalah suatu kondisi psikologis dan fisiologis siswa yang tidak menyenangkan yang ditandai pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali yang memicu timbulnya kecemasan dalam menghadapi ujian. Adapun kondisi yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan tersebut yaitu: sulit konsentrasi, bingung memilih jawaban yang benar, mental blocking, khawatir, takut, gelisah, gemetar pada saat menghadapi ujian. Kecemasan menghadapi ujian nasional mata pelajaran matematika terjadi karena siswa merasa takut tidak bisa menjawab soal dengan sempurna, takut yang dipelajarinya tidak keluar dalam ujian, takut dikalahkan siswa lain dan takut tidak lulus dalam ujian.

E. Penelitian Yang RelevanPenelitian yang dilakukan oleh Eti dan Absorin (2009) mengenai “Pengaruh

Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”, yang mengatakan bahwa kecemasan siswa dalam menghadapi ujian matematika SMA Negeri 1 Jatibarang berada pada kategori agak cemas atau cenderung mengalami tingkat kecemasan yang sedang yaitu sebesar 47%, selebihnya 28% siswa cenderung berada pada kategori cemas atau mengalami kecemasan yang berat dan sisanya yaitu sebesar 25% berada pada kategori tidak cemas atau bersikap biasa-biasa saja dalam menghadapi ujian matematika.

Studi penelitian yang dilakukan oleh Gantina dan Herdi (2010) mengenai“Coping Skills Untuk Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri di Provinsi DKI Jakarta”, yang mengatakan bahwa siswa mengalami kecemasan pada tingkat sedang sebesar 60,4%, sisanya berada pada tingkat rendah 35,4% dan tinggi 4,2%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecemasan siswa berada pada kategori sedang, yang artinya siswa cenderung cemas dalam menghadapi ujian.

16

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2010) mengenai “Perbedaan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XII Yang Mengikuti Bimbingan Belajar Dengan Yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar Dalam Menghadapi UN Di SMAN2 Sragen”, yang mengatakan bahwa siswa kelas XII yang tidak mengikuti bimbingan belajar mempunyai resiko untuk mengalami kecemasan tiga kali lebih besar daripada siswa kelas XII yang mengikuti bimbingan belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Tresna (2011) mengenai “Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian”, yang mengatakan bahwa dari 34 siswa, 27 orang (79,41%) berada pada katagori sangat cemas, 5 orang (14,71%) berada pada katagori cukup cemas, sisanya 2 orang siswa (5,88%) tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian sebelumnya tidak mengukur kecemasan tiap jurusan dan juga waktu penelitiannya sebelum diberlakukan peraturan baru mengenai UN tetapi pada penelitian ini akan lebih membahas secara mendalam mengenai kecemasan yang dialami tiap jurusan dan juga akan mengetahui apakah ada dampak positif/negatif mengenai peraturan baru mengenai UN tersebut.

F. Kerangka BerpikirSampai saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami

siswa dalam mempelajari matematika. Kenyataannya bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan masih berkembang dalam masyarakat. Anggapan negatif tersebut memungkinkan siswa tidak bergairah dalam belajar matematika dan pada akhirnya tidak memperoleh prestasi tinggi. Terlebih lagi mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). UN dilaksanakan untuk semua jenjang pendidikan termasuk di SMA. SMA merupakan sekolah menengah yang memiliki jurusan diantaranya IPA, IPS dan Bahasa. Umumnya, pada saat mereka berada di kelas XII siswa dihadapkan dengan yang namanya ujian nasional. Bagi sebagian besar siswa, UN merupakan salah satu hal yang menakutkan/momok yang harus dihindari. Terlebih lagi disaat mereka mengerjakan UN khususnya mata pelajaran matematika, yang membuat siswa menjadi cemas saat mengerjakannya. Kecemasan menghadapi ujian terjadi karena siswa merasa takut tidak bisa menjawab soal dengan sempurna, takut yang dipelajarinya tidak keluar dalam

17

ujian, takut dikalahkan siswa lain dan takut tidak lulus dalam ujian. Hal yang dialami siswa tersebut merupakan perasaan belaka, sehingga apa yang telah dipelajari sebelumnya menjadi terlupakan saat ujian. Gambar kerangpka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

G. Hipotesis PenelitianAda perbedaan kecemasan siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa dalam

menghadapi Ujian Nasional mata pelajaran matematika di SMA Kristen 1 Salatiga tahun ajaran 2012/2013.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

IPA

Kecemasan siswa

Ujian Nasional (UN)

IPS

Bahasa

Matematika mata pelajaran yang sulit

Matematika salah satu mata pelajaran UN