bab ii kajian pustaka -...

13
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Modul a. Pengertian Modul Menurut Mudlofir (2011) modul ialah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara evaluasi. Keempat hal tersebut dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Pengertian modul juga dirumuskan oleh Winkel (2007) yaitu satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional); setelah siswa menyelesaikan satuan yang satu, dia melangkah maju mempelajari satuan yang berikutnya. Modul pengajaran berupa suatu paket bahan pelajaran yang memuat bahan bacaan bagi siswa, evaluasi belajar, dan lembar kunci. Target dari pengajaran modul supaya semua tujuan pendidikan tercapai secara efisien dan efektif, siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan laju kemajuannya/kecepatannya sendiri-sendiri dan dapat menghayati kegiatan belajarnya, baik dengan mendapat bimbingan belajar dari guru maupun tanpa bimbingan dari guru. Nasution (2008) mengatakan bahwa modul yaitu suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul ini dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa. Modul menurut Sunyoto (2006) ialah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan kompetensi tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh siswa. Selain itu disertai juga dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Berdasarkan dengan pengertian tersebut penelitian ini mengacu dengan pengertian modul menurut Nasution (2008) mengatakan bahwa modul yaitu suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar

Upload: truongphuc

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Modul

a. Pengertian Modul

Menurut Mudlofir (2011) modul ialah alat atau sarana

pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan

cara evaluasi. Keempat hal tersebut dirancang secara sistematis

dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai

dengan tingkat kompleksitasnya.

Pengertian modul juga dirumuskan oleh Winkel (2007) yaitu

satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa

kepada dirinya sendiri (self-instructional); setelah siswa

menyelesaikan satuan yang satu, dia melangkah maju

mempelajari satuan yang berikutnya. Modul pengajaran berupa

suatu paket bahan pelajaran yang memuat bahan bacaan bagi

siswa, evaluasi belajar, dan lembar kunci. Target dari pengajaran

modul supaya semua tujuan pendidikan tercapai secara efisien

dan efektif, siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai

dengan laju kemajuannya/kecepatannya sendiri-sendiri dan

dapat menghayati kegiatan belajarnya, baik dengan mendapat

bimbingan belajar dari guru maupun tanpa bimbingan dari guru.

Nasution (2008) mengatakan bahwa modul yaitu suatu unit

yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian

kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai

sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul

ini dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa.

Modul menurut Sunyoto (2006) ialah suatu proses

pembelajaran mengenai suatu satuan kompetensi tertentu yang

disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk

digunakan oleh siswa. Selain itu disertai juga dengan pedoman

penggunaannya untuk para guru.

Berdasarkan dengan pengertian tersebut penelitian ini

mengacu dengan pengertian modul menurut Nasution (2008)

mengatakan bahwa modul yaitu suatu unit yang lengkap yang

berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

6

yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan

yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul ini dapat

dipelajari secara mandiri oleh siswa.

b. Unsur-unsur modul

Unsur-unsur modul ialah pedoman guru/petunjuk untuk

guru yaitu menguraikan peranan guru dalam kegiatan belajar-

mengajar; lembar kegiatan siswa yaitu berisikan rumusan tujuan

instruksional yang akan dicapai, rangkaian kegiatan belajar yang

harus dilakukan, alat-alat pelajaran yang akan digunakan, tugas-

tugas yang harus diselesaikan; lembar kerja yaitu menyertai

lembar kegiatan siswa dan berisikan setumpuk pertanyaan dan

semua tugas yang harus dikerjakan; kunci lembaran kerja yaitu

berisikan seluruh jawaban atas pertanyaan atau tugas yang

dimuat dalam lembaran kerja. Siswa dapat mencocokan sendiri;

lembaran tes yaitu berisikan soal-soal yang harus dikerjakan

untuk mengukur tingkat keberhasilan/penguasaan, setelah

modul selesai dipelajari dan bersifat tes formatif; dan kunci

lembaran tes yaitu berisikan seluruh jawaban atas soal-soal

dalam lembaran tes dan siswa dapat mencocokkan sendiri

(Winkel: 2007).

Menurut Hamalik (2004) format modul pada umumnya,

yaitu: propektus, yang memuat pernyataan yang jelas tentang

rasional daripada asumsi-asumsi pokok yang menjadi landasan,

hubungan antar modul satu dengan modul lainnya dan dengan

keseluruhan program, garis besar kegiatan dan prerequisite;

tujuan atau seperangkat tujuan, setiap tujuan harus dirumuskan

dengan jelas dan tidak boleh membingungkan; preassesment

yang meliputi assessment diagnostic terhadap sub-sub

kompetensi atau tujuan-tujuan dalam modul; kegiatan-kegiatan

yang merupakan alternatif instruksional untuk mencapai

kompetensi modul, alternatif yang dapat di pilih oleh siswa

berdasarkan asumsi bahwa para siswa bersikap accountable

terhadap kompetensi. Jadi, bukan semata-mata ikut

berpartisipasi; dan postassesment, untuk mengetahui

keberhasilan modul. Modul tak mengisolasi kurikulum, melainkan

bersifat luwes dan menggunakan strategi (instruksional yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

7

terpadu). Efektifitas modul bergantung pada kreatifitas,

kepandaian, dan kecakapan para pengembangnya.

Prosedur dalam penyusunan modul menurut Hamdani

(2011) adalah: pertama halaman sampul berisi judul pokok

bahasan dan logo. Halaman sampul ini juga berisi nama penulis,

nama mata pelajaran, dan keterangan yang dianggap perlu

ditambahkan. Kedua, pokok bahasan, berisi seperti yang tertulis

pada standar kompetensi. Ketiga, pengantar berisi kedudukan

modul dalam suatu mata pelajaran, ruang lingkup materi modul

serta kaitan antar pokok bahasan dan subsub pokok bahasan.

Keempat, kompetensi dasar dikutip dari standar isi (kurikulum).

Satu kompetensi dasar biasanya dirancang menjadi beberapa

kegiatan belajar, tergantung pada keluasan dan kedalaman

materi. Kelima, tujuan pembelajaran yaitu merupakan rumusan

gambaran tentang kemampuan tertentu yang harus di capai oleh

siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar tertentu.

Keenam, kegiatan belajar, dalam satu modul biasanya terdiri dari

satu sampai tiga kegiatan belajar atau bahkan lebih, sesuai

dengan silabus dan RPP. Ketujuh, judul kegiatan belajar di tulis

secara singkat, tetapi menggambarkan keseluruhan isi materi

pembelajaran.

Langkah Kedelapan, uraian dan contoh, pada bagian ini

sebelum menuliskan uraian dan contoh harus di tulis judul dan

sub unit kecil terlebih dahulu. Uraian materi di tulis dengan

bahasa sederhana, tetapi tidak mengurangi substansi materi,

uraian disampaikan dalam bntuk bertutur sehingga memberi

kesan seolah-olah guru berada didepan siswa. Contoh juga harus

disertakan secara lengkap dan jelas sehingga dapat membantu

siswa dalam memahami materi. Kesembilan, latihan dalam

modul merupakan alat untuk menguji diri sendiri bagi siswa.

Mengerjakan tugas dan soal-soal dalam latihan, siswa dapat

mengukur seberapa besar kemampuannya menguasai pokok-

pokok materi. Hendaknya latihan juga disertai dengan petunjuk-

petunjuk praktis dan jelas. Kesepuluh, bagian rangkuman, ditulis

pokok-pokok materi yang telah disajikan dalam uraian dan

contoh. Kesebelas, tes formatif, dibuat untuk mengukur

kemajuan belajar siswa dalam satu unit pembelajaran. Tes

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

8

formatif biasanya dibuat dalam bentuk tes obyektif (benar salah,

pilihan ganda, isian atau melengkapi kalimat, menjodohkan atau

memasangkan sesuatu). Kedua belas, umpan balik dan tindak

lanjut yaitu memberikan rumus yang dapat digunakan untuk

memaknai pencapaian hasil belajar siswa, sehingga dapat

memberikan umpan balik dan tindak lanjut yang harus

digunakan. Ketiga belas, kunci jawaban, diberikan pada halaman

yang berbeda dengan maksud agar siswa dapat mengukur

kemampuan diri sendiri. Keempat belas, daftar pustaka,

mencantumkan daftar kepustakaan yang dijadikan sumber dalam

penyusunan modul.

Berdasarkan keterangan diatas pembuatan modul mengacu

pada unsur-unsur modul menurut Hamdani (2011). Unsur-unsur

tersebut meliputi halaman sampul, standar kompetensi,

kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, pengantar modul, pokok

bahasan, kegiatan belajar, judul kegiatan belajar, uraian dan

contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, pemberian rumus,

kunci jawaban, dan daftar pustaka.

c. Kelebihan Modul

Ada beberapa kelebihan dari pengajaran yang menggunakan

modul, yaitu: feedback atau balikan, modul memberikan

feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat

mengetahui taraf hasil belajarnya. Kesalahan yang terjadi segera

dapat diperbaiki dan tidak dibiarkan begitu saja seperti halnya

dengan pengajaran tradisional; penguasaan yang tuntas, setiap

siswa mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi

dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Hal ini dapat

menjadi dasar bagi siswa untuk maju atau menguasai pelajaran

baru; tujuan, modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya

jelas, spesifik serta dapat dicapai oleh siswa. Adanya tujuan yang

jelas dalam modul maka usaha siswa akan terarah untuk

mencapainya dengan cepat; fleksibilitas, pengajaran modul dapat

disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain mengenai

kecepatan belajar, cara belajar, dan bahan pelajaran; pengajaran

remedial, pengajaran modul dengan sengaja memberi

kesempatan untuk pelajaran remedial yakni memperbaiki

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

9

kelemahan, kesalahan atau kekurangan siswa yang segera dapat

ditemukan sendiri oleh murid berdasarkan evaluasi yang

diberikan secara continu; rasa puas, modul disusun dengan

cermat sehingga memudahkan siswa belajar untuk menguasai

bahan pelajaran menurut metode yang sesuai bagi siswa yang

berbeda-beda. Maka hasil belajar yang baik bagi semua siswa

terjamin; dan bantuan individual, pengajaran modul memberi

kesempatan yang lebih besar dan waktu lebih banyak kepada

guru untuk memberikan bantuan dan perhatian individual

kepada setiap siswa yang membutuhkan tanpa harus

mengganggu aktifitas belajar mengajar dikelas Nasution (2008).

d. Prosedur Pembelajaran Modul

Siswa hendaknya mempunyai suatu bahan apersepsi atau

entry behavior yang diperlukan sebelum mempelajari suatu

modul. Entry behavior diselidiki dengan pretest. Apabila siswa

telah menguasai pretest sepenuhya, berarti bahwa siswa juga

telah menguasai modul itu. Jika siswa telah menyelesaikan suatu

modul, maka ia harus dinilai dengan posttest. Posttest ini dapat

sama dengan pretest. Apabila dengan posttest siswa dinilai

belum mencapai tujuan pembelajaran maka siswa perlu diberi

latihan mengenai materi yang belum di pahami atau di beri

remedial. Jika hasil posttest memuaskan maka siswa dapat lanjut

ke modul berikutnya (Nasution, 2008). Langkah-langkah yang

dilalui siswa pada saat belajar dengan modul adalah mengerjakan

soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal, mempelajari

setiap bagian modul dengan teliti dan cermat yang berfungsi agar

siswa mengetahui inti pelajaran sesuai dengan topik yang

disebutkan pada modul, mengerjakan soal-soal pada modul,

mencocokkan dengan kunci jawaban, mengerjakan soal posttest

apabila siswa telah selesai mempelajari seluruh isi modul.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (2005) yang sejalan dengan Dimyati dan Mudjiono

(2009) menyatakan hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima pembelajaran.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

10

Kemampuan tersebut dapat dibagi dalam tiga ranah, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitiflah yang paling

dominan dinilai oleh para guru di sekolah karena ranah kognitif

berkaitan dengan penguasaan siswa terhadap suatu materi.

Keberhasilan ini dapat berupa huruf atau kata-kata simbol.

Serupa dengan pengertian tersebut hasil belajar menurut

Adam dalam Keshavarz (2011) lebih berfokus pada

pengembangan kognitif yang terukur, perilaku dan sikap siswa

sebagai interaksi dengan aktivitas belajar. Hal itu yang

diharapkan pada siswa untuk menunjukkan dalam hal

pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah menyelesaikan

pengalaman.

Lebih diperjelas lagi oleh Hamalik (2004) bahwa hasil belajar

adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi suatu

perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut. Perubahan

tingkah laku itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Abdurrahman (2003) hasil belajar merupakan

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk

perubahan perilaku yang relatif menetap.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut penelitian ini

menggunakan rumusan hasil belajar menurut Sudjana (2005)

yang menyatakan hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima pembelajaran.

Ranah yang paling dominan dinilai oleh para guru di sekolah ialah

ranah kognitif karena ranah berkaitan dengan penguasaan siswa

terhadap suatu materi.

b. Faktor-Faktor Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Keller (dalam Abdurrahman. 2003)

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor internal yang

mempengaruhi hasil belajar ialah: pertama motivasi atau nilai-

nilai; indikator adanya motivasi ialah dapat berupa usaha,

sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang

dilakukan oleh anak. Kedua intelegensi atau penguasaan awal;

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

11

guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran sesuai dengan

intelegensi siswa. Pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan

bahan apersepsi sebagai batu loncatan untuk menguasai materi

baru. Ketiga evaluasi kognitif tentang kewajaran dan keadilan;

anak akan melakukan evaluasi kognitif atas kewajaran dan

keadilan dari hasil konsekuensi atas hasil belajar. Konsekuensi

tersebut dapat instrinsik dan dapat pula ekstrinsik. Konsekuensi

instrinsik berupa perasaan puas dan tidak puas; sedangkan

konsekuensi ekstrinsik dapat berupa hadiah atau hukuman dari

orang tua. Keempat harapan untuk berhasil (expectancy);

harapan untuk berhasil tidak jauh berbeda dengan motivasi. Hasil

belajar juga dipengaruhi oleh faktor dari luar, antara lain:

pertama rancangan dan pengelolaan motivasional. Kedua

rancangan dan pengelolaan pembelajaran. Ketiga ulangan

penguatan (reinforcement); pemberian ulangan pengingatan

merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan

pembelajaran karena hal ini dapat memotivasi siswa untuk lebih

giat belajar sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Tu’u

(2004) ialah pertama usaha diri sendiri, hasil belajar akan lebih

baik bila ada kesadaran diri sendiri, misalnya menambahkan jam

belajar di rumah secara rutin ataupun dengan les private. Kedua,

teman bergaul, diharapkan teman dekat ini memberi pengaruh

positif bagi perubahan perilakunya. Nasihat dan bantuan teman

diakui dapat memberi pengaruh sangat besar dan positif bagi

keberhasilan dalam belajar. Ketiga, rasa malas. Rasa malas

menjadi penyebab hasil belajar kurang baik. Seringkali siswa lebih

banyak menghabiskan waktu untuk bermain dan menonton TV

dari belajar. Keempat, tingkat kecerdasan (IQ). Kecerdasan

meman sangat penting untuk menentukan nilai siswa, namun

kecedasan tidak dapat optimal bila tidak ditunjang dengan hal

yang lain. Jadi, hasil belajar dipengaruhi oleh usaha diri sendiri

untuk memiliki waktu belajar yang cukup, teman bergaul, rasa

malas, dan tingkat kecerdasan.

Berdasarkan faktor-faktor hasil belajar tersebut penelitian

ini menggunakan faktor-faktor menurut Tu’u (2004). Faktor-

faktor tersebut antara lain usaha diri sendiri untuk memiliki

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

12

waktu belajar yang cukup, teman bergaul, rasa malas, tingkat

kecerdasan (IQ).

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Pengertian CTL

Contextual teaching and learning (CTL) atau pembelajaran

konstektual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa

anak akan belajar dengan baik jika lingkungan diciptakan secara

alami. Belajar akan bermakna jika siswa “mengalami” sendiri.

Pembelajaran bukan kegiatan mentransfer pengetahuan dari

guru ke siswa, namun siswa dapat memaknai sendiri.

Pembelajaran kontekstual itu sendiri adalah konsep belajar yang

membantu guru menghubungkan materi dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari (Kusnandar, 2009).

Baharudin dan Wahyuni (2008) sejalan dengan Johnson

(2010) menyatakan hal yang sama yaitu bahwa pembelajaran

kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

menghubungkan materi dengan kehidupan nyata. Selain itu

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dan melihat makna dalam bahan pelajaran yang

mereka pelajari dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan dengan pengertian tersebut maka penelitian

sejalan dengan pengertian Kusnandar (2009) tentang

pembelajaran konstektual, yaitu konsep belajar yang membantu

guru menghubungkan materi dengan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

The Northwest Regional Education Laboratory USA (dalam

Kusnandar, 2009) mengidentifikasi ada beberapa kunci dasar dari

pembelajaran kontekstual. Pertama, pembelajaran bermakna:

pemahaman, relavansi, dan penilaian pribadi sangat terkait

dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi

pelajaran. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan

nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran. Kedua,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

13

penerapan pengetahuan yaitu kemampuan siswa untuk

memahami apa yang dipelajari. Ketiga, berpikir tingkat tinggi

yaitu siswa diwajibkan untuk berpikir kritis dan kreatif. Keempat,

kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar. Isi

pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, provinsi,

nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

duni kerja. Kelima, responsif terhadap budaya: guru harus

memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan

siswa, teman, pendidik, dan masyarakat tempat ia mendidik.

Keenam, penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi

penilaian, misalnya penilaian proyek/ tugas terstruktur, kegiatan

siswa, penggunaan portofolio, rubrik, daftar cek, pedoman

observasi, dan sebagainya.

c. Kelebihan CTL

Menurut Johnson (2007) kelebihan CTL yang utama yaitu

pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna dan nyata.

Maksudnya ialah siswa dapat menemukan hubungan atau

keterkaitan antara materi yang di dapat dengan kehidupan nyata

kesehariannya. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena

materi yang dipelajari akan tertanam dalam memori siswa,

sehingga tidak mudah untuk dilupakan.

d. Prosedur Pembelajaran CTL

Sanjaya (2008) merumuskan prosedur pembelajaran CTL

seperti dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Prosedur Pembelajaran Modul

Pendahuluan 1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai.

2) Guru menjelaskankan prosedur pembelajaran.

3) Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa.

Inti 1) Siswa menemukan suatu hasil temuan. 2) Siswa melaporkan hasil temuan. 3) Siswa menjawab pertanyaan yang ada.

Penutup 1) Guru bersama siswa menyimpulkan atau memberi umpan balik.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

14

e. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual

Ada beberapa ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual. Pertama,

adanya kerja sama antar semua pihak. Kedua, menekankan

pentingnya pemecahan atau problem. Ketiga, bermuara pada

keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.

Keempat, saling menunjang. Kelima, menyenangkan dan tiak

membosankan. Keenam, belajar dengan bergairah. Ketujuh,

pembelajaran terintegrasi. Kedelapan, siswa aktif. Kesembilan,

sharing dengan teman dan sebagainya.

4. Karakteristik Siswa SMP

Sunarto (2008) mengatakan bahwa setiap individu memiliki ciri

dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang

diperoleh dari pengaruh lingkungan. Makin disadari bahwa apa yang

dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh

seorang anak, remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan

antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan

dan pengaruh lingkungan.

Dua fakta yang menonjol, yaitu: semua manusia mempunyai

unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangan dan didalam

pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia

secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai

kecenderungan berbeda.

Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-

siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam

sebuah kelas,tidak terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali

dua orang dilihatnya hampir sama atau mirip, akan tetapi pada

kenyataannya jika diamati benar-benar keduanya tentu terdapat

perbedaan. Perbedaan yang segera dikenal oleh guru tentang

siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk

badan, warna kulit, bentuk muka, dan semacamnya. Ciri lain yang

segera dapat dikenal ialah tingkah laku masing-masing siswa. Ada

yang lincah, banyak gerak, pendiam, banyak tanya, dan sebagainya.

5. Garis dan Sudut

Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh pertemuan antara dua

buah sinar atau dua buah garis lurus. Besar suatu sudut dapat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

15

dinyatakan dalam satuan derajat (ᵒ), menit (’), dan detik (”). Dalam

mengukur besar suatu sudut, diperlukan suatu alat yang dinamakan

busur derajat. Secara umum, ada lima jenis sudut, yakni: a) sudut siku-

siku yaitu sudut yang besarnya 90ᵒ ; b) sudut lurus yaitu sudut yang

besarnya 180ᵒ; c) sudut lancip yaitu sudut yang besarnya antara 0ᵒ

dan 90ᵒ; d) sudut tumpul yaitu sudut yang besarnya antara 90ᵒ dan

180ᵒ ; e) sudut refleks yaitu sudut yang besarnya lebih dari 180ᵒ dan

kurang dari 360ᵒ. Selain itu adapun hubungan antarsudut, yakni: 1)

berpelurus (bersuplemen) yaitu jika jumlah kedua sudut 180ᵒ; 2)

berpenyiku (berkomplemen) yaitu jika jumlah kedua sudut 90ᵒ; 3)

bertolak belakang yaitu jika dua garis berpotongan maka dua sudut

yang letaknya saling membelakangi titik potongnya.

Garis adalah kumpulan titik-titik. Adapun kedudukan garis

sebagai berikut: 1) dua garis sejajar yaitu jika kedua garis tersebut

terletak pada satu bidang datar dan tidak akan pernah bertemu atau

berpotongan jika garis tersebut diperpanjang sampai tak berhingga; 2)

dua garis berpotongan yaitu jika kedua garis tersebut terletak pada

satu bidang datar dan mempunyai satu titik potong; 3) dua garis

berimpit yaitu apabila garis tersebut terletak pada satu garis lurus,

sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus saja; 4) dua garis

bersilangan yaitu apabila garis-garis tersebut tidak terletak pada satu

bidang datar dan tidak akan berpotongan apabila diperpanjang.

Hubungan antarsudut jika dua garis sejajar dipotong oleh garis

lain antara lain sudut sehadap, sudut berseberangan, sudut dalam

sepihak, sudut luar sepihak. Dimana sudut yang sehadap dan sudut

bersebrangan mempunyai besar sudut yang sama. Sudut dalam

sepihak dan sudut luar sepihak jika dijumlahkan maka akan

menjadisudut berpelurus yang besar sudutnya 180ᵒ.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan ini relevan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sunyoto (2006) pada siswa kelas XI jurusan Keahlian Teknik

Mesin SMK Panca Bhakti Banjarnegara tahun ajaran 2005/2006. Populasi

dalam penelitian ini berjumlah 226 siswa yang terbagi dalam 6 kelas.

Sampel yang diambil sebanyak 70 siswa dan dibagi menjadi 2 kelompok,

yaitu kelas II TMO-4 sebanyak 35 siswa sebagai kelompok eksperimen dan

kelas II TMO-3 sebanyak 35 siswa sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

16

merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan modul interaktif

pada kelompok eksperimen dan tanpa menggunakan modul interaktif

pada kelompok kontrol. Hasil uji t pada postes diperoleh t hitung sebesar

4,303 > t tabel sebesar 1,67 yang berarti siswa yang menggunakan modul

pembelajaran interaktif kinerja belajar lebih baik dan modul interaktif ini

dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam menelaah materi

sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien dari pada yang tidak

menggunakan modul interaktif.

Neli (2004) juga melakukan penelitian pada siswa kelas V di SD

Laboratorium UM, hasilnya yaitu ada perbedaan yang sangat signifikan

terhadap hasil belajar antara siswa yang belajar dengan modul dan tanpa

modul. Hasil belajar siswa yang belajar menggunakan modul lebih baik

daripada siswa yang belajar tanpa modul. Hal ini berarti bahwa

pembelajaran dengan menggunakan modul lebih efektif ialah daripada

yang tidak menggunakan modul.

Sejalan dengan penelitian tersebut adalah Penelitian Santosa (2009)

yang dilakukan di Kelas XII IPA3 SMA Negeri 1 hasilnya adalah optimalisasi

penggunaan modul dapat meningkatkan penguasaan materi integral siswa

serta dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar. Sumarsono (2009)

juga melakukan penelitian serupa pada pembelajaran matematika

terhadap mahasiswa dan hasilnya yaitu ada perbedaan antara sebelum

dan sesudah diajar dengan modul berbasis CTL. Siswa yang diajar dengan

menggunakan modul hasil belajar, partisipasi, dan keaktifan meningkat.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan

modul yang berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) yang sudah d

validasi oleh tiga validator yang ahli dalam matematika, dimana modul

yang dipelajari ini berusaha menghubungkan materi pembelajaran dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari atau dengan kehidupan yang

dekat dengan siswa. Modul ini juga menyuguhkan banyak contoh soal dan

cara menjawabnya yang begitu urut. Siswa dapat belajar secara mandiri

dengan menggunakan modul ini. Modul ini dibuat berbasis Contextual

Teaching and Learning (CTL) karena supaya siswa lebih mudah untuk

memahami materi yang disampaikan. Dalam pembelajaran menggunakan

modul ini berusaha membuat siswa lebih semangat dan antusias dalam

belajar.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2569/12/T1_202008015_BAB II... · satuan program belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari

17

C. Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa kelas VII di SMP Kristen 2 Salatiga khususnya pada

pelajaran Matematika masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) atau masih dibawah 62. Setelah mengetahui keadaan dan

karakteristik siswa maka disusun modul yang berbasis CTL. Modul ini

dirancang supaya siswa dapat belajar sesuai kecepatan masing-masing dan

mandiri. Pada saat pembelajaran Garis dan Sudut itulah kelas esperimen

diberikan modul tersebut. Setelah itu diamati hasil belajar siswa setelah

diajar dengan modul.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian teori diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

H0: tidak ada pengaruh yang signifikan modul berbasis contextual teaching

learning pada materi garis dan sudut terhadap hasil belajar siswa di

kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga.

H1: ada pengaruh yang signifikan modul berbasis contextual teaching

learning pada materi garis dan sudut terhadap hasil belajar siswa di

kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga

modul hasil belajar

Gambar 2.1