bab ii kajian pustaka -...

16
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar belajar merupakan kata yang tidak asing dan sudah menjadi bagian dari semua kegiatan yang dilakukan dalam memperoleh ilmu dalam dunia pendidikan. Namun, tidak semua orang mengetahui apa itu belajar. Maka peneliti akan membahas tentang pengertian belajar, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru tentang pengertian belajar. Para ahli pendidikan mengemukakan pengertian dari belajar yang berbeda antar satu sama lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Menurut Slameto (2003:23) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Hamalik (2004:36) memdefinisikan belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Kemudian Winkel (2004:53) mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Menurut Mahmud (2010:61) belajar adalah proses munculnya atau perubahannya suatu perilaku karena adanya respons terhadap suatu situasi. Menurut skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 9) bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku. Berdasarkan uraian beberapa pengertian belajar dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan

Upload: hoangdang

Post on 16-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Bagi para pelajar belajar merupakan kata yang tidak asing dan sudah

menjadi bagian dari semua kegiatan yang dilakukan dalam memperoleh ilmu

dalam dunia pendidikan. Namun, tidak semua orang mengetahui apa itu belajar.

Maka peneliti akan membahas tentang pengertian belajar, sehingga tidak

melahirkan pemahaman yang keliru tentang pengertian belajar.

Para ahli pendidikan mengemukakan pengertian dari belajar yang berbeda

antar satu sama lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama

yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu

perubahan dalam dirinya. Menurut Slameto (2003:23) belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Hamalik (2004:36) memdefinisikan

belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan

latihan. Kemudian Winkel (2004:53) mengatakan bahwa belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan sikap. Menurut Mahmud (2010:61) belajar adalah

proses munculnya atau perubahannya suatu perilaku karena adanya respons

terhadap suatu situasi. Menurut skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 9)

bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta

melalui proses tingkah laku.

Berdasarkan uraian beberapa pengertian belajar dari para ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

seseorang melalui interaksi dengan

perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang.

2.1.2 Keaktifan Belajar

Dimyati & Mudjiono (2013:44) Kecenderungan psikologi dewasa ini

menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif.

berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau

keadaaan dimana siswa dapat aktif. Menurut

dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain seba

a. Tingkat prestasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon yang aktif dari siswa.

b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya di lakukan secara cepat dan luwes.

c. Berikan pengajaran dengan jelas dan tepat mengajar yang akan dicapai.

d. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa.Menurut Lidgren (dalam Usman, 2002: 24)

dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya sebagai berikut:

Komunikasi satu arah (gambar 1.a) merupakan komunikasi yang hanya dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif sebatas mendengarkan komunikasi dari guru. (gambar 1.b). komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan

melalui interaksi dengan lingkungan sekitar yang menghasilkan

perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang.

Belajar

Dimyati & Mudjiono (2013:44) Kecenderungan psikologi dewasa ini

menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Aktif menurut Alwi (2002)

berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau

keadaaan dimana siswa dapat aktif. Menurut Usman (2002: 26) cara yang dapat

dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain seba

Tingkat prestasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon yang aktif dari siswa. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya di lakukan secara cepat dan luwes. Berikan pengajaran dengan jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa.

Menurut Lidgren (dalam Usman, 2002: 24) terdapat empat jenis interaksi

dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya sebagai berikut:

Komunikasi satu arah (gambar 1.a) merupakan komunikasi yang hanya dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif sebatas mendengarkan komunikasi dari guru. (gambar 1.b). komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan

6

lingkungan sekitar yang menghasilkan

Dimyati & Mudjiono (2013:44) Kecenderungan psikologi dewasa ini

Aktif menurut Alwi (2002)

berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau

sman (2002: 26) cara yang dapat

dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut:

Tingkat prestasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar

Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya di

sesuai dengan tujuan

Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa. terdapat empat jenis interaksi

Komunikasi satu arah (gambar 1.a) merupakan komunikasi yang hanya dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif sebatas mendengarkan komunikasi dari guru. (gambar 1.b). komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

7

ada interaksi antar siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang melakukan interaksi baik dengan guru maupun siswa lainnya (gambar 1.c). komunikasi sudah berjalan baik antar guru dengan siswa maupun antar siswa dengan siswa yang lainnya. Dalam hal ini interaksi sudah optimal selama proses pembelajaran (gambar 1.d).

Menurut Weblog (dalam Aries. S, E.F, 2009) menyatakan bahwa keaktifan

belajar siswa dapat dilihat dari:

a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru. b. Kerjasamanya dalam kelompok. c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok. d. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam

kelompok. e. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat. f. Memberi gagasan yang cemerlang. g. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang. h. Saling membantu dan menyelesaikan masalah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Keaktifan siswa

merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam

pembelajaran. Keaktifan dapat dilihat dalam pembelajaran siswa semangat

mengikuti penjelasan dari guru, respon siswa terhadap pertanyaan ysng diberikan

oleh guru, sering bertanya kepada guru, senang ketika diberi tugas, mengerjakan

tugas yang diberikan guru dengan baik dan tepat waktu, mampu bekerjasama

dalam kelompok, aktif dalam mengungkapkan ide atau pendapat dan memberikan

kesempatan kepada teman untuk berpendapat.

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Aunurrahman (2011:37) mengemukakan hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang diperoleh dai aktivitas belajar. Walaupun tidak

semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas

belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada

kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati, akan tetapi

juga tidak selalu perubahan tingkah laku dimaksudkan sebagai hasil belajar

tersebut dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan

berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

8

Menurut Winkel dalam Purwanto (2011) hasil belajar adalah perubahan

yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Nana

sudjana (2010: 3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

laku yang terjadi akibat aktivitas belajar.

Dari tiga pendapat di atas mengenai hasil belajar, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari belajar.

2.1.3.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu diciptakan suasana belajar

yang kondusif, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapat

pengetahuan, pemahaman konsep, ketrampilan, dan pembetukan sikap.

Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor Intern Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor-faktor yang temasuk dalam faktor internal antar lain: a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh). b. Faktor psikologis (intelegensi, minat, perhatian, bakat motif, dan

kematangan). c. Faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).

2. Faktor Ekstern Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu. Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah: a. Faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan).

b. Faktor sekolah (metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah).

c. Faktor masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan eksternal yang memberikan

pengaruh yang banyak bagi siswa. Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

9

optimal atau memuaskan siswa harus memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar di atas agar tewujud kebiasaan belajar yang baik.

2.1.4 Pembelajaran Matematika di SD

2.1.4.1 Pengertian pembelajaran dan Matematika

Trianto (2010:17) pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang

kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai “proses,

cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar” (Suratin, 2007). Dimyati &

Mudjiono (2002) menjabarkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,

yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber

belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah keterampilan

dalam Pembelajaran teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika

diskrit.

Kata matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa yunani yang

artinya sains, ilmu pengetahuan atau belajar. Juga mathematikos yang diartikan

sebagai suka belajar. Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian

pola-pola dari struktur, perubahan, dan ruang, seorang mungkin mengatakan

adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika

adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan

logika simbolik dan notasi matematika sebagai pelayanan dan sekaligus raja dari

ilmu-ilmu lain.

Matematika menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2010) adalah bahasa

symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu

tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

tidak di definisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan

Setyono (2007: 1) mengemukakan bahwa Matematika adalah ilmu yang sangat

penting dalam dan untuk hidup kita. Banyak hal di sekitar kita yang selalu

berhubungan dengan matematika.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

10

Pernyataan yang hampir sama adalah pernyataan dari Johnson dan Myklebus

(dalam Abdulrahman, 2003: 252) matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi

praktisnya untuk mengekpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.

Sedangkan menurut Suherman (2007) Matematika sebagai ilmu mengenai

struktur dan hubungan-hubungannya, simbul-simbul diperlukan. Simbul-simbul

itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang di

terapkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang tersebut di atas dapat di simpulkan

bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan

tujuan untuk belajar tentang bahasa simbolik yang berhubungan dengan bentuk-

bentuk dan setruktur-setruktur yang abstrak dan juga mempermudah manusia

untuk berfikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

BSNP ( dalam Hardini dan Puspitasari, 2011: 159) matematika merupakan

ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

peranan penting dalam berbagai disiplin da memajukan daya pikir manusia.

Hardini dan Puspitasari (2011: 159) menyatakan bahwa mata pelajaran

Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar

untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis,

sistematis, krisis, dan kreatif serta mampu bekerjasama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah,

dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

11

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan matematika di sekolah, khusus di SD atau MI menurut Aisyah

(2008: 1) agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matamatika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.

Jadi tujuan dari pembelajaran matematika adalah untuk membuat siswa

paham dengan konsep-konsep yang terdapat dalam matematika, sehingga siswa

dapat menjelaskan keterkaitan antar konsep satu dengan yang lain yang saling

berhubungan dengan penalaran dan pola sifat yang ada dalam matematika.

Dengan begitu siswa dapat memecahkan masalah yang ada dalam kegiatan belajar

mengajar atau pun dikehidupan sehari-hari dengan menerapkan sikap

mengahargai kegunaan matematika seperti rasa ingin tahu, minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap percaya diri dalam memecahkan

permasalahan yang ada.

2.1.5 Pembelajaran Kooperatif

Salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan

aspek ketrampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa adalah

Model Kooperatif (Cooperative Learning). Model pembelajaran kooperatif

merupakan rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif ini

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

12

merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham

konstruktivis.

Menurut Johnson (dalam Isjoni, 2010: 15) pembelajaran kooperatif

mengandung pengertian bekerjasama demi mencapai tujuan bersama. Menurut

Slavin 1985, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan

Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2010: 17) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu

kelompok kecil agar siswa dapat bekerja dengan kemampuan maksimal yang

mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan

sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok

harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran

Artzt dan Newman dalam (Trianto, 2010: 56) menyatakan bahwa dalam

belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan

tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota

kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk

saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakekat

sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam

pembelajaran kooperatif.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,

kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain membantu. Tujuan

dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatatan kepada

semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan

belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

13

mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman

sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara koopertaif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya

selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan

khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti

terjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan pada teman sekelompok dengan

baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberikan

lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah

mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota

kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran. Oleh sebab itu,

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa bekrjasama

dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi.

Model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu

dalam memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman.

dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada saat proses pembelajaran

berlangsung, sehingga memberikan dampak positif terhadap interaksi dan

komunikasi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan dapat memotivasi

siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.

2.1.6 Model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournamen

(TGT)

Menurut Trianto (2010: 83) Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT, atau

pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David De Vies dan

Keath Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan

anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim

mereka. TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah

diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,

melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan

dan penguatan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

14

Joko Purnomo (2011: 9) Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

TGT dapat diilustrasikan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan : mempersiapkan soal-soal yang akan digunakan dalam kegiatan diskusi, game dan turnamen.

2. Penyampaian materi di kelas : guru menyampaikan materi didepan kelas.

3. Pembagian team dan diskusi kelompok : Kelompok biasanya terdiri dari 4-6 siswa.

4. Permainan (game) : Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyampaian materi di kelas dan belajar kelompok.

5. Pertandingan (tournament) : Biasanya tournamen dilaksanakan setelah guru menyampaikan materi dan kelompok mempraktikan tugas-tugasnya.

6. Penghargaan kelompok : Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk kelompok, bukan individu, sehingga keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap kelompoknya..

Prosedur pelaksanaan TGT dimulai dari tahap persiapan soal-soal yang

akan digunakan dalam melaksanakan model pembelajaran Team Games

Tournamen, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas guru dalam menyampaikan

materi pelajaran didepan kelas, langkah selanjutnya siswa bekerja dalam tim

mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.

Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game akademik

dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.

Menurut Tukiran (2011: 72) Kelebihan pembelajaran Kooperatif Pembelajaran

tipe Team Games Tournamen adalah:

1. Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.

2. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi. 3. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil. 4. Motivasi belajar siswa bertambah. 5. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasa

Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model kooperatif

siswa lebih mendalami pokok bahasan karena siswa bebas untuk berinteraksi

dengan siapa saja dan bebas mengemukakan pendapatnya sehingga dapat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

15

mengurangi perilaku siswa untuk mengganggu teman yang lainnya. Sedangkan

kekurangan pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournamen adalah:

1. Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.

2. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran. 3. Terjadi kegaduhan bila guru kurang pintar mengelola kelas.

Jadi kekurangan dari model pembelajaran Kooperatif tipe Team Games

Tournamen yaitu waktu yang diperlukan lebih banyak sehingga tidak semua siswa

dapat menyampaikan pendapatnya dan guru harus pintar dalam mengatur siswa

supaya kelas tetap dalam keadaan yang kondusif.

2.1.7 Alat Peraga

2.1.7.1 Pengertian Alat Peraga

Menurut Ahmadin Sitanggang (2013) Alat peraga merupakan bagian dari

media pembelajaran yang diartikan sebagai semua benda (dapat berupa manusia,

objek atau benda mati) sebagai perantara di mana digunakan dalam proses

pembelajaran. Sedangkan menurut Djoko Iswadji (dalam Pujiati: 2004) Alat

peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat,

dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu

menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam

matematika. Selanjutnya menurut Elly E, (dalam Ahmadin Sitanggang, 2013)

Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau

membawa ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Menurut Gagne (dalam Nasution,

1998) gagne menerapkan alat peraga sebagai sumber. Alat peraga adalah sebagai

komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang merangsang siswa untuk

belajar.

Dari empat pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa alat peraga

merupakan bagian dari media pembelajaran yang dibuat dari benda-benda konkrit

yang ada dilingkungan sekitar dan dirancang untuk mempermudah belajar dalam

proses kegiatan pembelajaran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

16

2.1.7.2 Fungsi Alat Peraga

Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah teknik penggunaan alat

peraga dalam pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu perlu

dipertimbangkan kapan digunakan dan jenis alat peraga mana yang sesuai untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Agar dalam memilih dan menggunakan alat

peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, maka perlu

diketahui fungsi alat peraga. (Pujiati: 2004) Secara umum fungsi alat peraga

adalah :

1. Sebagai media dalam menanam konsep-konsep matematika.

2. Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep.

3. Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep matematika

dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.

2.1.8 Roda Pintar Matematika

Roda pintar matematika merupakan salah satu alat peraga matematika

yang digunakan oleh guru untuk mempermudah penyampaian materi, khususnya

penyampaian materi untuk mencari geometri (bangun datar dan bangun ruang).

Alat Peraga Roda Pintar Matematika menciptakan situasi “learning by playing”

pada anak agar mudah memahami materi pelajaran sehingga anak menjadi lebih

senang dan tertarik pada mata pelajaran Matematika. Matematika lebih bermakna

dan memudahkan para siswa untuk mengingat kembali materi-materi yang telah

mereka pelajari dan yang pasti lebih menarik dan memberikan kesan bahwa

Matematika itu tidak sulit seperti mereka yang bayangkan sebelumnya, dan

memberikan inspirasi dan motivasi untuk terus menggali pembelajaran

Matematika khususnya agar selalu di senangi dan di minati para siswa.

Alat peraga roda pintar matematika adalah sebuah alat peraga yang

menggabungkan antara ilmu matematika dan ilmu psiologis anak, berisi tentang

rumus bangun datar dan bangun ruang. Roda Pintar Matematika ini merupakan

alat peraga yang kreatif, menarik dan mudah digunakan serta mudah dibawa

sehingga dapat digunakan setiap saat bagi siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

17

Gambar 2.1 Roda Pintar Matematika

2.1.8.1 Cara Pemakaian

Cara pemakaian dari roda pintar matematika sangatlah mudah, yaitu:

1. Putar dan arahkan anak panah petunjuk berada pada bangun yang diinginkan.

2. Pastikan anak panah petunjuk berada di garis tengah rumus bangun yang

dicari.

3. Setelah tepat pada bangun yang dituju, baik bangun datar maupun bangun

ruang, akan muncul rumus keliling, rumus luas dan rumus volume yang

sesuai dengan rumus bangun yang dicari.

2.2 Kajian hasil penelitian yang relevan

Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka penelitian hasil belajar

pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan Model pembelajaran

kooperatif learning tipe team games tournament, akan tetapi berbeda dengan

penelitian yang penulis lakukan ini, diantaranya adalah:

Inayati (2012) dengan judul penelitian “Upaya Peningkatan Hail Belajar

Matematika Melalui Metode Kooperatif Team Games Tournamen pokok bahasan

Perkalian Dan pembagian Bilangan Pada Siswa Kelas 2 SD Negeri Sidorejolor 01

Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan oleh Neneng Inayati dengan menggunakan metode Kooperatif

Team Games Tournamen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 2 SD N

Sidorejolor 01 Salatiga Semester II tahun 2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

18

nilai hasil belajar siswa pada siklus 1. Hasil belajar matematika siswa kelas 2 pada

siklus 1 nilai tertingginya adalah 85 menjadi 100 sedangkan nilai terendah dari

nilai 25 menjadi 55 dan presentase ketuntasan siswa pada siklus 1 sejumlah 66%

atau 14 siswa. Pada siklus II ketuntasannya meningkat menjadi 92% atau 21 siswa

siswa. Siswa yang dibawah KKM pada siklus I terdapat 10 siswa atau 34%

menjadi 2 orang siswa atau 8 %

Nuriyanto, Rhony (2013) Peningkatan Hasil Belajar Dan Keaktifan Siswa

Melalui Model Pembelajaran TGT Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SDN

1 Baleharjo Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dengan penerapan model TGT hasil belajar dan keaktifan siswa kelas 4

dapat meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa meningkat secara bertahap pada

kondisi awal yang tuntas ada 10 siswa (50%), siklus 1 jumlah siswa tuntas ada 19

(95%) siswa dan siklus 2 jumlah siswa yang tuntas ada 20 siswa (100%).

Sedangkan keaktifan siswa kondisi awal frekuensi terbanyak berada pada kondisi

cukup aktif (65%), siklus 1 frekuensi terbanyak berada pada kondisi aktif (100%),

dan pada siklus 2 frekuensi terbanyak berada pada sangat aktif (65%). Dari hasil

penelitian dengan menggunakan model pembelajaran TGT terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.

Menurut Edy Hartomo (2014) penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe tgt berbantuan permainan ular tangga untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas 4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

berbantuan permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas 4 di SDN Kemiri 1 tahun pelajaran 2012/2013 Kecamatan Jepon

Kabupaten Blora. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan persentase hasil

belajar siklus I sebesar 70,5% yaitu pada kategori sedang menjadi 80,20% pada

kategori tinggi. Hasil belajar matematika siswa kelas IV siklus I ke siklus II

mengalami peningkatan sebesar 9,75%. Hasil tes siswa berupa rata-rata nilai

setiap siklusnya mencapai lebih dari KKM dan mencapai kategori nilai yang

peneliti harapkan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

2.3 Kerangka Berfikir

Pada kondisi awal guru

ceramah, sehingga siswa menjadi bosan dan malas memperhatikan penjelasan dari

guru, tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan untuk

bertanya. Hal tersebut disebabkan karena, guru kurang

memanfaatkan model pembelajaran

rendah.

Dari keadaan ini

pembelajaran kooperatif tipe TGT

melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, mengandung

unsur permainan dan penguatan, memungkinkan siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Disamping

dalam persaingan sehat dan keterlibatan

kemampuan untuk mengingat dan memahami materi dengan baik.

Kondisi akhir

matematika dan semua siswa mencapai nilai KKM.

berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kerangka Berfikir

kondisi awal guru masih menggunakan model pembelajaran

sehingga siswa menjadi bosan dan malas memperhatikan penjelasan dari

, tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan untuk

Hal tersebut disebabkan karena, guru kurang

memanfaatkan model pembelajaran dan menyebabkan hasil belajar siswa menjadi

Dari keadaan ini akan dilakukan tindakan berupa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan roda pintar matematika

ivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, mengandung

unsur permainan dan penguatan, memungkinkan siswa lebih aktif dalam

isamping itu dapat menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama

dalam persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Sehingga siswa

kemampuan untuk mengingat dan memahami materi dengan baik.

akhir yang diharapkan adalah hasil belajar pada mata pelajaran

dan semua siswa mencapai nilai KKM. Adapun skema kerangka

berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

19

menggunakan model pembelajaran

sehingga siswa menjadi bosan dan malas memperhatikan penjelasan dari

, tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan untuk

optimal dalam

dan menyebabkan hasil belajar siswa menjadi

dilakukan tindakan berupa penggunaan model

berbantuan roda pintar matematika. Model ini

ivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, mengandung

unsur permainan dan penguatan, memungkinkan siswa lebih aktif dalam kegiatan

menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama

belajar. Sehingga siswa memiliki

kemampuan untuk mengingat dan memahami materi dengan baik.

pada mata pelajaran

Adapun skema kerangka

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16386/2/T1_292011145_BAB II... · kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. ... dalam Pembelajaran

20

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika dalam pembelajaran

Matematika diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa

kelas 5 SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati.