bab ii kajian pustaka dan perumusan hipotesis a ...eprints.umm.ac.id/42011/3/bab ii.pdf11 menurut...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan
peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Lamia (2013) Dalam
penelitian ini membahas modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja dan
lama pendidikan terhadap pendapatan nelayan. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa modal kerja, tenaga kerja dan pengalaman kerja
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan, sedangkan untuk lama
pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.
Mayoli (2017) Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
parsial dan secara simultan variabel modal, tenaga kerja, pengalaman, jarak
tempuh dan umur berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan.
Hartani (2017) Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
simultan variabel modal kerja, Tenaga kerja dan jarak tempuh melaut
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Dan secara parsial
variabel modal kerja berpengaruh signifikan dan positif sedangkan variabel
tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dan negatif dan variabel jarak
9
tempuh tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan
nelayan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Nelayan
Nelayan adalah orang yang bekerja dan hidup dari hasil laut.
Nelayan yang berada di indonesia biasanya tinggal di desa desa pinggir
pantai (Sastrawidjaya, 2002). Nelayan di katagorikan sebagai orang yang
aktif melakukan aktifitas kegiatan menangkap ikan demi mencukupi
kelancaran, kelangsungan dan kebutuhan hidupnya. Tidak hanya
menangkap ikan tetapi nelayan juga melakukan kegiatan lainnya seperti
membuat perlengkapan menangkap ikan seperti jaring dan menyiapkan
kapal sebagai sarana utama dalam mencari ikan. Oleh karena itu Nelayan
juga harus ahli dalam bidang mesin demi kelancaran diatas kapal dalam
melakukan kegiatan mencari ikan di laut.
Nelayan adalah orang yang bekerja menangkap ikan dilaut dan di
tempat yang masih mengalami pasang surut air laut. Jadi jika seseorang
menankap ikan di tempat budidaya seperti kolam, tambak, sungai dan
danau, maka tidak termasuk dalam nelayan (Tarigan, 2000). Komunitas
nelayan adalah sekelompok orang yang mata pencarian hasil laut dan
mereka yang tinggal di tepi pantai (Sastrawidjaya, 2002). Komunitas
nelayan memiliki ciri-ciri dari berbagai segi, yaitu :
10
a. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala
aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut yang dijadikan
mata pencaharian mereka.
b. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah mereka yang
hidup secara bersama-sama saling bergotong royong dan saling
tolong menolong untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
antar nelayan.
c. Dari segi keterampilan, pekerjaan nelayan adalah pekerjaan
yang berat dan pada umumnya para nelayan hanya memiliki
keterampilan sederhana. Kebanyakan dari mereka bekerja
sebagai nelayan dikarenakan profesi yang diturunkan oleh orang
tua, bukan yang di pelajari secara profesional.
Menurut Tarigan (2000), berdasarkan pendapatannya nelayan
terbagi menjadi :
a. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yaitu nelayan yang
pendapatannya seluruhnya dari perikanan.
b. Nelayan sambil utama, yaitu nelayan yang pendapatannya
sebagian besar berasal dari perikanan.
c. Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang pendapatannya
sebagian kecil berasal dari perikanan
d. Nelayan musiman, yaitu nelayan yang aktif pada saat musim-
musim tetentu
11
Menurut Kusnadi (2003) nelayan dibagi menjadi tiga bedasarkan
penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan, yaitu:
a. Dari segi penguasaan alat produksi (kapal, jaring dan alat
tangkap lainnya) struktur masyarakat nelayan terbagi dalam
kategori nelayan yang memiliki alat-alat produksi dan nelayan
buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan
dalam kegiatan sebuah unit kapal, nelayan buruh hanya
menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak
yang terbatas.
b. Dilihat dari tingkat skala investasi modal usaha, masyarakat
nelayan terbagi dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil.
Nelayan bisa disebut sebagai nelayan besar karena jumlah
modal yang diinvestasikan dalam usaha perikanan relatif
banyak, sebaliknya pada nelayan kecil.
c. Dilihat dari peralatan teknologi tangkap yang digunakan,
masyarakat nelayan terbagi dalam kategori nelayan modern dan
nelayan tradisional. Nelayan-nelayan modern menggunakan
teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan
dengan nelayan tradisional.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang
tergambar dalam bentuk kemiskinan sangatlah erat kaitannya dengan
faktor internal dan eksternal masyarakat. Faktor internal yang dimaksud
meliputi pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, kurang berani dalam
12
mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lainnya yang mengandung
unsur moderenisasi. Selain itu kelemahan akan modal usaha dari nelayan
sagat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal
yang dimaksud yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan
lapisan bawah antara lain proses produksi didominasi oleh pemilik
perahu atau modal dan sifat pemasaran produksi hanya dikuasai
kelompok dalam bentuk pasar monopsoni, yaitu pasar yang dikuasai oleh
seorang pelaku usaha yang menjadi pembeli tunggal dalam suatu pasar
komoditas (Kusnadi, 2003).
2. Teori Produksi
Teori produksi adalah hubungan antara kuantitas produk dengan
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan tingkat
produksi (Sukirno, 2010). Jika semakin banyak modal yang dikeluarkan
maka akan semakin banyak kuantitas produk yang dihasilkan. Contohnya
semakin besar kapal yang digunakan untuk melaut maka akan semakin
banyak daya tampung muatan yang dimiliki kapal tersebut sehingga
dapat disimpulkan apabila daya tampung muatan kapal banyak maka
hasil tangkapan laut yang dapat diperoleh akan semakin banyak.
Menurut Rahardja (2006) dalam aktivitas produksinya, produsen
mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa.
Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi
dapat dibedakan menjadi faktor produksi tetap dan faktor produksi
13
variabel. Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah
penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Sedangkan faktor
produksi variabel adalah faktor produksi yang penggunaannya tergantung
pada tingkat produksinya.
Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa. Bahkan
sebenarnya perbedaan antar barang dan jasa itu sendiri, dari sudut
pandang ekonomi sangatlah tipis. Keduanya dihasilan dengan
mengarahkan modal dan tenaga kerja (Miller & Meiners, 1999).
3. Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor
produksi (input) dan hasil produksi (output). Hubungan teknis yang
dimaksud adalah bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan faktor produksi manusia, biaya, sumber daya alam, dan
skill (teknologi). Bila faktor produksi tidak ada, maka tidak akan ada juga
produksi. Bila dalam fungsi produksi, faktor produksinya ditambah,
fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb Douglas
(Putong, 2002).
Sedangkan fungsi produksi menurut Cobb-Douglas merupakan
suatu fungsi atau suatu persamaan yang melibatkan dua atau lebih
variabel, dimana vaiabel yang satu disebut dengan variabel dependen,
(Y), dan yang lain disebut variabel independen dimana dijelaskan dengan
variabel bebas, (X). Hubungan antara Y dan X adalah dengan cara regresi
14
dimana variasi Y akan dipengaruhi oleh variasi X. Secara sistematik
fungsi persamaan Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑌 = 𝑎𝑋1𝑏1𝑋2
𝑏2 … 𝑋𝑖𝑏𝑖 … 𝑋𝑛
𝑏𝑛𝑒𝑢
Dimana:
Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
a,b = besaran yang akan diduga
u = Kesalahan
e = logaritma natural
Pada persamaan diatas bahwa nilai b1,b2,b3,...bn adalah tetap walaupun
variabel yang terlibat telah dilogaritma. Karena b1,b2,b3,...bn pada
fungsi Cobb Douglas menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah
elastisitas merupakan return to scale. Penggunaan fungsi produksi Cobb-
Douglas selalu dilogaritma dan dirubah menjadi bentuk fungsi produksi
linier (Soekartawi, 1990).
Fungsi produksi menunjukkan sifat terkait antara faktor-faktor
produksi dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor
produksi disebut dengan istilah input, dan jumlah produksi disebut
dengan istilah output, yang dirumuskan sebagai berikut:
𝑄 = 𝑓(𝐾, 𝐿, 𝑅, 𝑇)
Dimana:
Q : Jumlah produksi yang dihasilkan dari faktor-faktor produksi
K : Jumlah Stok Modal
15
L : Jumlah Tenaga Kerja
R : Kekayaan Alam
T : Tingkat Teknologi
Tingkat produksi suatu barang akan tergantung kepada jumlah
modal, Tenaga kerja, Kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang
digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda akan memerlukan
berbagai faktor produksi dalam jumlah yang berbeda-beda. Tetapi untuk
satu tingkat produksi tertentu,juga dapat digunakan gabungan faktor
produksi yang berbeda (Sukirno, 2010).
Asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yaitu fungsi
produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk
pada hukum yang dinamakan : The Law of Diminishing Returns. Hukum
ini menyatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya
sedangkan input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan
dari setiap tambahan satu input yang ditambahkan yang semula menaik
tapi kemudian menurun setelah mencapai titik tertentu pada setiap
penambahan input (Sukirno, 2010). The Law of Diminishing Returns
dibedakan dalam tiga tahap yaitu:
a. Tahap pertama menjelaskan tentang produksi total mengalami
pertambahan yang semakin cepat.
b. Tahan kedua menjelaskan tentang produksi total pertambahannya
semakin lambat.
16
c. Tahap ketiga menjelaskan tentang produksi total semakin lama
semakin berkurang.
4. Pengertian Pendapatan
Pendapatan dalam pengertian umum adalah hasil produksi yang
diperoleh dalam bentuk materi dan dapat kembali digunakan guna
memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana produksi. Pendapatan ini
umumnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau dapat pula dikatakan
bahwa pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan usaha
dengan total biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha selama satu
tahun. Menurut Sukirno (2010) pendapatan adalah jumlah penghasilan
yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode
tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Pendapatan merupakan salah satu faktor ekonomi yang paling
penting bagi nelayan. Tingkat pendapatan nelayan merupakan modal awal
dalam berusaha. Tingkat pendapatan dapat menunjukkan kemampuan
nelayan dalam mengelola usahanya, khususnya dalam memperoleh
teknologi baru.
Pendapatan nelayan ditentukan dari kegiatan apa yang dilakukan
oleh nelayan tersebut, tingkat pendapatan akan mempengaruhi konsumsi
nelayan. Dalam teori fungsi konsumsi menyatakan konsumsi adalah fungsi
dari disposable income. Artinya, apabila pendapatan nelayan meningkat
maka konsumsi masyarakat juga akan meningkat dan perlu diketahui
17
faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga adalah
pendapatan rumah tangga sendiri. Jadi, pendapatan nelayan menentukan
tingkat konsumsi keluarga nelayan yang dikeluarkan. Apabila pendapatan
nelayan meningkat maka pemenuhan kebutuhan keluarga nelayan akan
terpenuhi baik dari segi sandang, pangan maupun papan.
Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan
semua biaya (TC). Jadi Pendapatan = TR-TC. Penerimaan nelayan (TR)
adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual
(Py). Biaya nelayan biasanya di klasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya
tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC)
adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak maupun sedikit. Biaya variabel (VC)
adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh, sebagai contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC =
FC + VC (Soekartawi, 2002).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan seorang
nelayan, namun dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil tiga faktor
yang dapat mempengaruhi pendapatan seorang nelayan, meliputi : Modal
kerja, jarak tempuh melaut dan pengalaman kerja.
18
a. Modal kerja
Menurut Rosyidi (2006), Modal adalah barang atau uang yang
yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi Pentingnya peranan
modal karena dapat membantu menhasilkan produktivitas. Modal kerja
mempunyai hubungan dengan berhasil tidaknya sebuah usaha. Modal
terbagi menjadi modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah
modal memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu
yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecil jumlah
produksi. Modal lancar adalah modal memberikan jasa hanya sekali
dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan-bahan baku dan
kebutuhan lain sebagai penunjang perkembangan usaha (Hartani,
2017)
Modal kerja merupakan kemampuan dari suatu masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dan menutupi biaya-biaya yang terjadi
selama proses produksi. Modal menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi pendapatan nelayan. Pada umumnya nelayan
memerlukan alat penunjang dalam kegiatan produksi yang dimana alat
penunjang seperti alat perlengkapa yang digunakan dalam melaut. Alat
penunjang tersebut termasuk sebagai modal dari nelayan (Mulyadi,
2007).
Faktor yang menyebabkan rendahnya modal kerja adalah
rendahnya suatu pendapatan masyarakat yang juga menyebabkan
rendahnya tabungan, dimana tabungan itu sendiri sangatlah penting
19
dalam pembentukan modal. Pendapatan yang rendah didapat karena
modal yang rendah sehingga mengakibatkan keluarga nelayan
mengurangi keinginan memperoleh suatu , sedangkan pendapatan yang
diperoleh itu hanya cukup memenuhi kebutuhan konsumsi saja. Jadi
apabila pendapatan yang diterima itu besar maka modal yang
dikeluarkan juga besar.
b. Jarak tempuh melaut
Faktor jarak tempuh yang dilalui nelayan ketika melaut
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan
karena apabila jarak tempuh yang semakin jauh maka kemungkinan
untuk mendapatkan hasil (produksi) akan semakin meningkat atau
akan lebih banyak sehingga memberikan pendapatan yang lebih besar
dibandingkan penangkapan yang dilakukan didekat pantai. Jarak
tempuh yang jauh membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke
lokasi penangkapan ikan, sehingga bisa mendapatkan hasil tangkapan
yang banyak dan menyebabkan tingkat pendapatan nelayan juga
meningkat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jarak tempuh yang jauh
akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan (Dahuri, 2004).
Pola penangkapan ikan yang biasa digunakan ada tiga hal yang
dilakukan, yaitu: Pertama Pola penangkapan ikan lebih dari satu hari
yaitu penangkapan ikan lepas pantai, dimana jauh dekatnya lokasi
penangkapan ikan dan ukuran perahu yang digunakan menentukan
lamanya seorang nelayan melaut. kedua pola penangkapan ikan yang
20
dilakukan satu hari yaitu seorang nelayan akan melaut dari jam 15:00
dan akan kembali jam 10:00 dihari besoknya. Jenis penangkapan
seperti ini dikategorikan sebagai penangkapan ikan lepas pantai.
Ketiga Pola penangkapan ikan yang dilakukan tengah hari yaitu
penangkapan ikan yang biasa dilakukan didekat pantai. Biasanya jenis
penangkapan seperti ini dilakukan dari jam 03:00 dan kembali
mendarat jam 09:00 pagi harinya. Jarak tempuh yang jauh akan
memungkinkan menambah hasil produksi nelayan sehingga
meningkatkan tingkat pendapatan nelayan. (Sujarno, 2008).
Jarak tempuh yang jauh memang membutuhkan waktu yang
lama dalam melaut untuk memaksimalkan hasil tangkapannya. Tapi
apabila nelayan melakukan kegiatannya dengan jarak tempuh yang
jauh maka kemungkinan mendapatkan hasil tangkapan ikan akan lebih
meningkat sehingga akan mampu meningkatkan produktivitas.
c. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja adalah keterampilan serta keahlian yang
diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori buku tidak ada
yang membahas bahwa pengalaman merupakan fungsi dari
pendapatan. Dalam aktivitas dunia nelayan itu dijelaskan bahwa
semakin berpengalamnya seorang nelayan dalam mencari maupun
menangkap ikan maka akan semakin besar pula pendapatan yang akan
diterima.
21
C. Kerangka pikir
Kerangka pikir dalam penelitian digunakan sebagai acuan peneliti
untuk mempermudah dalam penelitian agar memiliki arah dan sesuai
dengan tujuan. Kerangka pikir ini disusun berdasarkan penelitian-
penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka yang ada. Dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal kerja, jarak tempuh melaut
dan pengalaman kerja terhadap pendapatan nelayan. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah pendapatan nelayan dan variabel bebas adalah modal
kerja, jarak tempuh melaut dan pengalaman kerja sehingga terbentuk
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1
kerangka pikir
Biaya
Pendapatan
Bersih
Karakteristik
Nelayan
Faktor Sosial Ekonomi :
Agama
Pendidikan
Jumlah Tanggungan
Keluarga
Usia
Modal Kerja
(X1)
Pengalaman
Kerja (X3)
Jarak Tempuh
(X2)
Hasil Tangkapan
Ikan 1x Melaut
Total
Pendapatan
22
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan sutau dugaan sementara yang belum terbukti
dan digunakan untuk menerangkan sebuah fakta. Hipotesis dalam
penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
H1 : Diduga semakin besar modal yang dimiliki nelayan, maka semakin
besar pula pendapatan nelayan.
H2 : Diduga semakin jauh jarak yang ditempuh nelayan, maka semakin
besar pula pendapatan nelayan.
H3 : Diduga semakin bepengalaman nelayan dalam menangkap ikan maka
semakin besar pula pendapatan nelayan
H4 : Diduga modal kerja, jarak tempuh melaut dan pengalaman kerja
secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.