bab ii kajian pustaka dan pengembangan hipotesis a. …eprints.umm.ac.id/38994/3/bab ii.pdf ·...

21
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Revieu Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, terutama dalam indenpendensi auditor. Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lain, baik dari segi variable yang digunakan, maupun hasil dari penelitiannya. Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan adanya kontra antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berikut ringkasan yang menunjukkan penelitian dari peneliti sebelumnya : 1. Shintya et al. (2016) dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit”. Dengan menyimpulkan bahwa Kompetensi auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkannya, semakin tinggi kompetensi seorang auditor maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik. Independensi auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit, semakin tinggi tingkat independensi seorang auditor maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik. Juga tekanan anggaran waktu auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit, semakin di tekan secara waktu seorang auditor maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. 2. Pratistha (2014) dalam penelitiannya mengkaji tentang independensi auditor dan besaran fee audit terhadap kualitas proses audit. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa independensi auditor dan besaran fee audit

Upload: others

Post on 24-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Revieu Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, terutama dalam

indenpendensi auditor. Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian satu dengan

penelitian lain, baik dari segi variable yang digunakan, maupun hasil dari

penelitiannya. Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan adanya kontra antara

peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berikut ringkasan yang menunjukkan

penelitian dari peneliti sebelumnya :

1. Shintya et al. (2016) dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi dan

Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit”. Dengan menyimpulkan

bahwa Kompetensi auditor berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kualitas audit yang dihasilkannya, semakin tinggi kompetensi

seorang auditor maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik.

Independensi auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

kualitas audit, semakin tinggi tingkat independensi seorang auditor maka

kualitas audit yang dihasilkan semakin baik. Juga tekanan anggaran waktu

auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit,

semakin di tekan secara waktu seorang auditor maka akan semakin baik

kualitas audit yang dihasilkan.

2. Pratistha (2014) dalam penelitiannya mengkaji tentang independensi auditor

dan besaran fee audit terhadap kualitas proses audit. Hasil penelitian ini

memperlihatkan bahwa independensi auditor dan besaran fee audit

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

7

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas proses audit baik secara

simultan maupun parsial. Kondisi ini menggambarkan semakin tinggi fee

audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan

dilakukan auditor maka kualitas audit yang dihasilkan pun akan tinggi.

3. Rahayu (2016) dalam penelitiannya mengkaji tentang Independensi, Etika

Auditor dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit. Hasil

penelitiannya mengatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap

kualitas audit yang berarti semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh

seorang auditor maka akan semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan.

Lalu etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi etika seorang auditor maka kualitas audit

yang dihasilkan akan semakin baik. Begitu pula dengan pengalaman auditor

berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditnya.

4. Alim et al. (2007) dalam penelitiannya mengkaji tentang pengaruh

kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor

sebagai variable moderasi. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sementara itu,

interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap

kualitas auditor. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa

independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

5. Setiawan (2014) dalam penelitiannya yang mengkaji tentang pengaruh

kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit menyatakan bahwa

kompetensi audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

8

sedangkan independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kualitas audit.

Didalam penelitian ini yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu ialah penelitian ini bukan hanya membahas tentang

pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit, tetapi juga

membahas bagaimana penerapan kode etik sebagai etika dari seorang auditor

dalam mempengaruhi kualitas dari hasil pemeriksaan laporan keuangan.

Dimana rata-rata penelitian terdahulu hanya membahas tentang kompetensi

dan independensi terhadap kualitas audit. Sehingga didalam penelitian ini kita

dapat mengetahui bahwa kualitas audit tidak hanya di pengaruhi oleh

kompetensi dan independensi tetapi juga dapat dipengauhi oleh etika auditor

itu.

B. Tinjauan Pusataka

1. Teori Agensi

Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan ialah sebuah kontrak

antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Dimana agar hubungan

kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan mendelegasikan

otoritas pembuatan keputusan kepada manajer.

Selain itu, Teori agensi menurut (Raharjo, 2010) ialah sebuah hubungan

yang formal antara principal dan agen atau pihak-pihak yang berkepentingan

dalam proses penyusunan keuangan. Dimana principal mendelegasikan

responsibility decision making kepada agen. Teori agensi digunakan untuk

menjelaskan mengenai sebuah kontrak kerja dan system informasi yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

9

memaksimalkan fungsi dari manfaat principal juga kendala dari prilaku yang

muncul terhadap kebutuhan dan kepentingan agen.

Menurut (Hartadi, 2012) teori agensi ditekankan untuk mengatasi masalah-

masalah yang terjadi, yang diantaranya ialah masalah agensi yang muncul yang

dimana principal dana gen memiliki kepentingan yang tidak sama. Lalu bisa saja

terjadi masalah pembagian resiko yang tejadi akibat principal dan agen memiliki

sikap yang berbeda terhadap resiko yang ada. Tujuan agensi teori disini untuk

menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan kontark tersebut dapat

mendesain kontraknya dengan baik.

Oleh karena itu disini teori keagenan ini bertujuan untuk membantu auditor

yang selaku pihak ketiga untuk bisa memahami dan mendesain kontrak yang

dilakukan dengan pihak agen dan principal dalam menginvestasikan uang yang

dimiliki kepada perusaahaan. Dimana dengan adanya auditor independen juga

diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam pelaporan laporan keuangan oleh

manajemen.

2. Auditing

A. Definisi Audit

Pengauditan adalah suatu proses sistematika untuk memeperoleh dan

mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan

dan kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kepatuhan

antara asersi tersebut dengan criteria yang telah di tetapkan dan mengkomunikan

hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Jusup, 2014).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

10

Sedangkan pengertian auditing menurut (Agoes, 2012:75) adalah suatu

pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistimatis, oleh pihak yang

independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,

beserta catatan-catatan transaksi dan bukti-bukti pendukungnya.

Dimana dapat ditarik kesimpulan bahwa audit ialah suatu proses sistematis

yaitu pengumpulan dan penilaian bukti-bukti transaksi ekonomi yang dimana

hasil dari pengauditan laporan keuangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk

pihak-pihak yang membutuhkan untuk mengambil keputusan. Auditing harus

dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen agar dapat menghasilkan

hasil audit yang berkualitas.

B. Standar Audit

Standar auditing ialah pedoman bagi seorang auditor dalam menjalankan

tugas dan tanggung jawabnya. Menurut PSA. 01 (SA Seksi 150) standar

auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur auditing berkaitan dengan

yang harus dilaksanakan sedangkan strandar berkenaan dengan criteria atau

mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai

melalui penggunaan prosedur tersebut.

Ada 10 Standar auditing di dalam PSA. 02 (SA Seksi 150) yang di rangkap

menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Standar umum

Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

11

Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama

b. Standar Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus di supervisi dengan baik

Pemahaman memadai terkait pengendalian intern harus di peroleh

untuk merencakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup

pengujian yang dilakukan

Bukti audit kompoten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

c. Standar Pelaporan

Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan standard akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia

Laporan auditor harus menunjukkan dan menyatakan, jika ada ketidak

konsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standard

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

12

Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus di pandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

3. Kualitas Audit

A. Pengertian Kualitas Audit

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), bahwa

audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi

ketentuan atau standar auditing. Standar auditing di dalam PSA No. 02 (SA

Seksi 150) ialah standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar

pelaporan dalam pelaksanaan audit, penyusunan dan pelaporan laporan

auditor.

Audit yang berkualitas adalah audit yang dilakukan sesuai standar

audit dan mampu untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pelaporan

keuangan dan melaporkan kesalahan-kesalahan yang ditemukan tersebut

sesuai harapan pengguna laporan keuangan sebagai konsumen (Agoes,

2012).

Audit Quality menurut Kane dan Velury (2005) ialah sebuah

pengukuran tingkat kemampuan sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP)

dalam memahami dan memecahkan masalah entitas seorang klien. Lalu

menurut Christiawan (2002) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

13

kompetensi (keahlian) dan independensi, dimana kedua hal tersebut dangat

berpengaruh terhadap kualitas audit secara potensial.

Kompetensi dapat dilihat dari pengalaman dan pengetahuan yang

dimiliki secara memadai oleh auditor baik. Independensi suatu prinsip etika

yang harus di pertahankan oleh akuntan publik. Seorang auditor yang

independen berarti bersikap tidak mudah terpengaruh dari pihak luar, tidak

memihak dan mengungkapan temuan sesuai dengan faktanya.

Sedangkan menurut Mulyadi (2009), audit ialah :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti

secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

ekonomi, yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesusesuain dengan

ketetapan yang telah ditentukan, serta memberikan penyampaian pendapat

atas hasil dari pemeriksaan kepada pihak yang berkepentingan”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat

mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang

terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan

keuangan auditan dengan berpedoman pada standar auditing. Kualitas audit

merupakan suatu hal yang harus diperhatikan agar hasil kerja auditor dapat

memberikan hasil optimal.

B. Indikator Kualitas Audit

Menurut Wooten dalam Rochayati (2017) untuk mengukur kualitas

audit dibutuhkan indikator sebagai berikut :

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

14

1. Deteksi salah saji

Di dalam standar umum ketiga pada PSA No. 04 (SA Seksi 230)

dijelaskan bahwa auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan yang dituntut oleh standar profesi akuntan publik untuk

melaksanakan dengan baik dan teliti bukti audit secara objektif. Untuk

menilai salah saji, seorang auditor harus memiliki sikap skeptisme

professional.

Skeptisme profesional sangan diperlukan untuk meningkatkan

kualitas audit karena dengan bersikap skeptis, auditor akan lebih berinisiatif

untuk mencari informasi lebih lanjut dari manajemen mengenai keputusan-

keputusan akuntansi yang diambil, dan menilai kinerja sendiri dalam

menggali bukti audit yang mendukung keputusan-keputusan yang diambil

oleh manajemen tersebut.

2. Kesesuaian dengan Standar Profesional Akuntan Publik

Dalam PSA No. 01 (SA Seksi 161) dijelaskan bahwa dalam

penugasan audit seorang auditor diharuskan untuk mematuhi standar-

standar audit yang telah ditentukan oleh IAI. Dimana apabila seorang

auditor memeriksa laporan klien maka harus sesuai dengan SPAP yang

ditentukan, jika sudah sesuai maka akan menjadi salah satu indikator untuk

meningkatkan kualitas audit.

3. Kepatuhan terhadap standar operasional perusahaan

Dalam PSA No. 02 (SA Seksi 318) menyatakan pemahaman atas

bisnis klien yang dijelaskan bahwa melaksanakan audit laporan keuangan,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

15

auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk

memungkin auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi,

dan praktik yang menurut pertimbangan auditor kemungkinan berdampak

signifikan atas laporan pemeriksaan.

Kepatuhan terhadap SOP entitas klien akan memudahkan seorang

auditor, dan juga membantu auditor untuk menjalankan pemeriksaannya

karena SOP adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan,

kapan, dimana, oleh siapa, dan yang lainnya sebagai prosedur kerja yang

harus ditaati dan dilakukan. Jika seorang auditor dapat memahami SOP

perusahaan akan membantu untuk meningkatkan kualitas auditnya, karena

akan mempermudah memecahkan bukti-bukti temuannya.

4. Independensi Auditor

1. Pengertian independensi

Di dalam PSA No. 04 (SA Seksi 22) yang di muat dalam Standar

Umum Kedua yang menyatakan bahwa standar ini mengharuskan auditor

bersifat independen, dimana independensi merupakan sifat seorang auditor

yang tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun dalam melaksanakan

pekerjaannya sebagai seorang auditor dalam mengaudit laporan keuangan

untuk kepentingan umum.

Sedangkan pengertian independensi menurut Agoes (2012) adalah :

“Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak

dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan

dan tindakan”.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

16

Pada hakikatnya auditor seringkali menemui kesulitan dalam

mempertahankan sikap mental independennya. Hal-hal yang sering kali

mengganggu sikap independen seorang auditor ialah :

a. Pembayaran atas jasa yang diberikan oleh klien kepada auditor. Pemberian

jasa yang lebih besar biasanya akan mempengaruhi hasil dari pemeriksaan

yang diberikan oleh auditor.

b. Seringkali seorang auditor ingin memuaskan kliennya dengan memberikan

hasil yang berbeda dari temuan-temuannya.

c. Mempertahankan sikap independen seringkali membuat klien tidak

menggunakan jasa auditor tersebut.

2. Jenis-jenis Independensi

Pada SA Seksi 290.8 independensi diatur dalam Kode Etik ini

mewajibkan setiap peraktisi untuk bersikap sebagai berikut :

a. Independensi dalam pemikiran

Independensi dalam pemikiran merupakan sikap mental yang

memungkinkan pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-

hal yang dapat mengganggu pertimbangan profesional, yang

memungkinkan seorang individu memiliki integritas dan bertindak

secara obyektif, serta menerapkan skeptisme profesional.

b. Independensi dalam penampilan

Independensi dalam penampilan merupakan sikap yang

menghindari tindakan atau situasi yang dapat menyebabkan pihak ketiga

(pihak yang reasional dan memiliki pemahaman mengenai semua

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

17

informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan)

meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme profesional dari

anggota tim assurance, KAP atau Jaringan KAP.

3. Indikator Independensi Auditor

Indikator independensi dibagi dengan 4 sub variable, yaitu :

a. Lama hubungan dengan klien

Penugasan audit yang lama membuat kemungkinan bahwa dapat

mendorong akuntan publik kehilangan independensinya karena akuntan

publik tersebut merasa puas, kurang inovasi dan kurang ketat dalam

melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya penugasan audit yang lama

sebenarnya akan memudahkan auditor dan juga meningkatkan tingkat

independensinya karena akuntan publik sudah familiar, pekerjaan dapat

dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap klien.

b. Tekanan dari Klien

Seorang auditor pasti sering memiliki konflik dengan manajemen

perusahaan. Manajemen mungkin ingin kinerja perusahaannya tampak

berhasil sehingga menaikkan laba untuk menciptakan penghargaan untuk

menajemen itu sendiri. Dalam pencapaian tersebut bisa saja manajemen

perusahaan melakukan tekanan kepada auditor untuk memberikan pendapat

nya sesuai dengan keinginan manajemen. Disini seorang auditor bisa

menjadi tidak independen apabila menuruti keinginan klien, tapi klien bisa

saja berhenti menggunakan jasa auditor tersebut karena auditor tidak ingin

menuruti permintaan klien.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

18

Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas

dalam menjalankan tugasnya bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga

dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak

tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya.

c. Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)

Peer Review ini ialah review oleh akuntan publik, namun di

Indonesia yang melakukan Peer Review saat ini ialah Departemen

Keuangan yang memberikan izin praktek dan Badan Review Mutu dan

profesi Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

Tujuan dilakukannya Peer Review adalah untuk menentukan dan

melaporkan apakah KAP yang di review itu telah mengembangkan

kebijakan dan prosedur yang memadai bagi kelima unsur pengendalian

mutu dan mengikuti kebijakan serta prosedur itu dalam praktik. Manfaat

yang diperoleh dari peer review antara lain mengurangi risiko litigation,

memberikan pengalaman positif, memepertinggi moral kerja, memberikan

competitive edge dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang

diberikan.

d. Jasa Non Audit

Memberikan jasa lain selain jasa audit oleh KAP menjadikan

independensi auditor terhadap kliennya di pertanyakan yang nantinya akan

mempengaruhi kualitas audit. Jika pada suatu pengujian laporan keuangan

klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang diberikan auditor,

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

19

kemudian auditor tidak mau reputasinya buruk maka bisa saja hal ini akan

mempengaruhi kualitas dari audit yang dilakukan.

4. Etika Auditor

A. Pengertian Etika Auditor

Etika ini dapat diartikan secara umum sebagai ilmu yang

mempelajari norma baik, buruk dan lain sebagainya yang mendasari

perilaku manusia. Dimana serang yang beretika diatur oleh kode etik yang

bersangkutan. Sama seperti seorang auditor yang memiliki etika yang baik,

telah diatur di dalam kode etik profesi akuntan publik. Dimana di dalam

kode etik profesi akuntan publik pasal 7 ayat mengatakan bahwa setiap

anggota wajib menghayati dan mengamalkan kode etik ini dengan penuh

rasa tanggung jawab, baik secara perorangan maupun bersama dengan rekan

anggota (Agoes, 2012).

Etika auditor diatur dalam kode etik ini bertujuan untuk menghindari

perilaku-perilaku menyimpang yang bisa saja dilakukan oleh auditor. Etika

auditor ini mempengaruhi kualitas audit.

B. Indikator Etika Auditor

Setiap praktisi itu wajib untuk memenuhi prinsip-prinsip dasar etika

profesi pada SA Seksi 100.4 :

Prinsip-prinsip dasar ini wajib di penuhi oleh seorang auditor dalam

kode etik profesioanlitasnya, prinsip dasar ini yang dijadikan sebagai

indikator dalam pengukuran etika auditor, yang antara lain :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

20

1) Integritas

Prinsip ini mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur dan adil dalam

hubungan professional dan hubungan bisnis dengan klien (Jusup, 2014).

Didalam prinsip ini seorang auditor diwajibkan tidak memikirkan

keuntungan pribadi yang bisa saja menyebabkan kesalagan yang material

atau pernyataan yang tidak sesuai dan penyembunyian informasi yang

harusnya diungkapkan.

2) Objektivitas

Prinsip ini mengharuskan seorang praktisi untuk tidak membiarkan

subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari

pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan professional. Prinsip

obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur

secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan

kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

3) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Prinsip ini mewajibkan seorang praktisi untuk memelihara pengetahuan

yang dimilikinya dan keahlian profesi yang dibutuhkan untuk menjamin

pemberian jasa profesioanl yang kompeten kepada klien. Juga

mengharuskan praktisi untuk menggunakan kemahiran profesionalnya

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

21

dengan seksama dan penuh kehati-hatian dengan SAP dan kode etik yang

berlaku.

4) Kerahasiaan

Prinsip ini mengharuskan setiap praktisi untuk menghormati kerhasiaan

klien dan menjaga rahasia tersebut. Praktisi tidak boleh mengungkapkan

informasi apapun yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan

professional dengan klien baik kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP

kecuali ada kententuan yang mengharuskan untuk diungkapkan sesuai

dengan ketentuan hukum.

5) Perilaku Profesional

Prinsip ini mewajibkan praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan hukum

dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi. Dalam hal ini setiap praktisi harus bersikap jujur

dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan yang merugikan seperti

membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang

dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah

diperoleh.

5. Kompetensi Auditor

A. Pengertian Kompetensi

Standar umum pertama menyebutkan bahwa audit harus

dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum

ketiga menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

22

laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya

dengan cermat dan seksama.

Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang

digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti

yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah

memeriksa bukti itu. Kompetensi auditor juga dapat dilihat dari

pengetahuan dan pengalamannya. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor ialah auditor yang dengan

pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang memadai dan

dapat melakukan audit secara objektif dan cermat.

B. Indikator Kompetensi

Menurut SPAP, PSA No 03 dan No 04 (SA Seksi 210) dirangkum bahwa

terdapat dua indikator kompetensi auditor

1. Pengetahuan

Disini pengatahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang

auditor karena dengan demikian auditor akan memperbanyak pandangan

mengenai bidang ini, sehingga auditor dapat mengetahui berbagai masalah

yang lebih secara mendalam, dan juga auditor dapat mengikuti

perkembangan yang semakin marak.

Auditor yang memiliki tingkat pengalama yang sama, belum tentu

memiliki tingkat pengetahuan yang sama pula. Oleh karena itu, pengalaman

saja tidak cukup untuk seorang auditor.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

23

2. Pengalaman

Pengalaman ini juga berpengaruh, karena bagi seorang auditor yang

memiliki pengalama yang lebih banyak juga akan membantu untuk

memecahkan permasalahan yang juga dibantu dengan pengetahuan yang

dimilikinya.

Oleh karena itu, pengalaman menjadi salah satu indikator yang

penting, seorang auditor yang berpengalaman akan membantu untuk

meningkatkan kualitas audit. Dimana apabila seorang auditor memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang memadai, akan memudahkan auditor

untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Kompentensi Terhadap Kualitas Auditor

Kompetensi merupakan keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat

digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Dua hal yang termasuk

dalam kompetensi yakni pengalaman dan pengetahuan. Semakin

berpengalaman auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan, semakin peka

dengan kesalahan yang tidak biasa dan semakin memahami hal-hal lain yang

terkait dengan hal yang ditemukan.

Seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang

memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih

mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan peraturan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki

auditor maka akan semakin tinggi pula kualitas auditnya (Rochayati, 2017).

H1: Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

24

2. Pengaruh Independensi terhadap Kualiatas Audit

Independensi berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias.

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk

tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang

bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

Dalam hal independensi dapat dilihat dari lama hubungan dengan klien,

tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor serta jasa non audit yang diberikan

oleh KAP. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan

audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika

auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak

sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan.

Semakin auditor mampu menjaga independensinya dalam menjalankan

penugasan profesionalnya maka kualitas audit yang dihasilkan akan meningkat

(Badjuri, 2011). Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat dibuat

hipotesis bahwa :

H2: Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit

3. Pengaruh Etika Auditor terhadap Kualitas Audit

Menurut Hanjani dan Rahardja (2014) Akuntan yang professional dalam

menjalankan tugasnya memiliki pedoman yang mengikat yang disebut sebagai

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

25

kode etik professional akuntan, dimana dalam melaksanakan tugasnya seorang

auditor akan memiliki arah yang jelas untuk memberikan keputusan yang tepat

dan dapat di pertanggung jawabkan.

Etika auditor berarti aturan dimana seorang auditor harus bersikap sesuai

dengan profesi nya yang diatur didalam kode etik profeisonalisme. Dimana saat

kita ingin menghasilkan kualitas audit yang baik itu berarti akuntan publik

harus menyadari adanya tenggung jawab sikap kepada klien. Dari pendapat di

atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa

H3: Etika Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit

D. Kerangka Pemikiran

Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang

akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Namun adanya konflik

antara pihak internal dan eksternal perusahaan, menuntut akuntan publik untuk

menghasilkan laporan auditan yang berkualitas yang dapat digunakan oleh pihak-

pihak tersebut.

Selain itu dengan menjamurnya skandal keuangan baik domestik maupun

manca negara, sebagian besar bertolak dari laporan keuangan yang pernah

dipublikasikan oleh perusahaan. Hal inilah yang memunculkan pertanyaan tentang

bagaimana kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik dalam mengaudit

laporan keuangan klien.

Berbagai penelitian tentang kualitas audit yang pernah dilakukan

menghasilkan temuan yang berbeda mengenai faktor pembentuk kualitas audit.

Namun secara umum menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan audit yang

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/38994/3/BAB II.pdf · audit yang diberikan klien, semakin luas pula prosedur audit yang akan dilakukan auditor

26

berkualitas, seorang akuntan yang bekerja dalam suatu tim audit dituntut untuk

memiliki kompetensi yang cukup, juga harus memiliki sikap atau etika yang sesuai

dengan kode etik dan independensi yang baik.

Gambar 2.1

H1

H2

H3

Kompetensi Auditor

(X1)

Independensi Auditor

(X3)

Kualitas Audit Etika Auditor

(X2)