bab ii kajian pustaka dan model penelitian 2.1 umum … 2.pdf · kpi (key performance indicators)...

54
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Umum Kajian pustaka adalah salah satu bagian penting dari suatu penelitian ilmiah yang memaparkan teori dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni menginformasikan kepada pembaca hasil- hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah- celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan untuk menentukan apa yang telah dilakukan orang yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Selain itu dengan kajian pustaka tidak hanya mencegah duplikasi penelitian orang lain, tetapi juga memberikan pemahaman dan wawasan yang dibutuhkan untuk menempatkan topik penelitian yang kita lakukan dalam kerangka logis. Pada penelitian ini tujuan kajian ilmiah adalah untuk menambahkan pemahaman mengenai tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja proyek konstruksi. Dengan adanya tolak ukur terhadap peningkatan kepuasan stakeholders, pelayanan terhadap stakeholders dapat dilakukan sehingga akan terwujud kualitas pelayan yang juga dapat meningkatkan loyalitas stakeholders terhadap penggunaan jasa pada suatu perusahaan pelayanan produk dan jasa. Kajian pustaka yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengertian kinerja, identifikasi faktor-faktor kinerja proyek kontruksi yang terdiri dari BMW (Biaya, Mutu, Waktu) Manajemen Lingkungan dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan

Upload: ngotu

Post on 04-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Umum

Kajian pustaka adalah salah satu bagian penting dari suatu penelitian ilmiah

yang memaparkan teori dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Kajian

pustaka memiliki beberapa tujuan yakni menginformasikan kepada pembaca hasil-

hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,

menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-

celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan untuk menentukan apa yang telah

dilakukan orang yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.

Selain itu dengan kajian pustaka tidak hanya mencegah duplikasi penelitian orang

lain, tetapi juga memberikan pemahaman dan wawasan yang dibutuhkan untuk

menempatkan topik penelitian yang kita lakukan dalam kerangka logis. Pada

penelitian ini tujuan kajian ilmiah adalah untuk menambahkan pemahaman mengenai

tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja proyek konstruksi. Dengan adanya

tolak ukur terhadap peningkatan kepuasan stakeholders, pelayanan terhadap

stakeholders dapat dilakukan sehingga akan terwujud kualitas pelayan yang juga

dapat meningkatkan loyalitas stakeholders terhadap penggunaan jasa pada suatu

perusahaan pelayanan produk dan jasa.

Kajian pustaka yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengertian

kinerja, identifikasi faktor-faktor kinerja proyek kontruksi yang terdiri dari BMW

(Biaya, Mutu, Waktu) Manajemen Lingkungan dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan

8

Kerja, kemudian dilanjukan dengan pembahasan pengaruh kualitas pada proyek

konstruksi, proyek konstruksi, jenis proyek konstruksi, definisi kepuasaan,

stakeholders. bagian-bagian stakeholders, stakeholders pada proyek konstruksi,

metode pengumpulan data, sampel, analisis tentang statistik.

2.2 Kinerja Proyek

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang

berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses

(Nurlaila,2010). Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah

kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh

seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans,2005).

Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja

dengan standar yang ditetapkan (Dessler,2000). Kinerja adalah hasil kerja baik secara

kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas

sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara,2002).

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah

ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai at all,2005)

9

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa kinerja

adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standar dan

kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.

Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik

awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi

organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi

dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis

sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk

menjadikan/ mewujudkan sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian

berakhir (PT. Pembangunan Perumahan, 2003). Menurut Schwalbe (2004) proyek

merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik awal dan titik

akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga

membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi.

Dari beberapa pengertian tentang kinerja dan proyek dapat dibuat suatu

pemahaman bahwa kinerja proyek adalah suatu proses dan hasil kerja dari

sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan baik itu kulitas maupun kuantitas

yang kemudian dibandingkan dengan hal-hal yang diharapkan untuk memperoleh

hasil yang maksimal.

2.3 Identifikasi Faktor-faktor Kinerja Proyek Konstruksi

Dalam melakukan identifikasi terhadap suatu faktor, diperlukan KPI (key

performance indicators). KPI (key performance indicators) dapat diartikan sebagai

ukuran atau indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah

10

berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita tetapkan. KPI (key

performance indicators) juga sebaiknya dinyatakan secara eksplisit dan rinci

sehingga hal yang diukur menjadi jelas. Dalam proyek konstruksi terdapat ukuran

atau indikator yang menjadi faktor dapat mempengaruhi kinerja proyek tersebut.

BMW (biaya, mutu, waktu), manajemen lingkungan dan K3 menjadi faktor yang

mempengaruhi tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja pada proyek

konstruksi.

2.3.1 Biaya, Mutu, Waktu (BMW)

Menurut Soeharto (2001) bahwa dalam proses mencapai tujuan dari suatu

proyek, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang

dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan

parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai

sasaran proyek. Ketiga batasan ini sering disebut sebagai tiga kendala (triple

constraint)

Triple constraint adalah usaha pencapaian tujuan yang berdasarkan tiga

batasan, yaitu :

1. Tepat biaya

Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik

biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan maupun biaya total

sampai akhir proyek

2. Tepat waktu

11

Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan

proyek (schedule) yang telah direncanakan yang ditunjukan dalam bentuk

prestasi pekerjaan (work progress)

3. Tepat Mutu

Mutu produk atau disebut sebagai kinerja (performance), harus memenuhi

spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemilik

Menentukan Triple constraint yang ada dalam pengerjaan proyek, yaitu: Quality, Time,

dan Cost dan digambarkan oleh segitiga sama sisi seperti gambar 2.1

Gambar 2.1 Triple constraint

Sumber : Soeharto (2001)

Pemakaian bentuk segitiga tidak hanya karena ketiga batasan ini saling

berhubungan, tetapi juga karena segitiga mampu merepresentasikan fokus dalam

proyek. Misalkan sebuah proyek ingin menghasilkan output yang berkualitas, maka

waktu dan biaya akan banyak dibutuhkan dan misal kita ingin mengerjakan proyek

dengan waktu yang cepat, output yang dihasilkan akan kurang berkualitas dan

biayanya juga akan besar.

a. Biaya

12

Dalam proyek konstruksi terdapat manajemen biaya proyek yang mencakup

proses-proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek kontsruksi dapat

diselesaikan dalam anggaran yang disetujui. Manajemen biaya proyek biasanya

dikaitkan dengan biaya sumber daya, hal ini yang diperlukan untuk menyelesaikan

kegiatan proyek. Namun, manajemen biaya proyek juga harus mempertimbangkan

dampak keputusan proyek mengenai biaya penggunaan produk proyek. Sebagai

contoh, membatasi jumlah resensi desain dapat mengurangi biaya proyek terhadap

pengeluaran untuk meningkatkan biaya operasional pelanggan. Persepsi ini dalam

manajemen biaya proyek sering disebut siklus hidup biaya. Siklus hidup biaya

bersama-sama dengan nilai rekayasa teknik yang digunakan untuk mengurangi biaya

waktu, meningkatkan kualitas dan kinerja dan mengoptimalkan pengambilan

keputusan.

Dalam proyek konstruksi, memprediksi dan menganalisis prospektif terhadap

kinerja keuangan hasil proyek dilakukan di luar proyek. Ketika prediksi dan analisis

yang demikian disertakan, biaya manajemen proyek akan menyertakan proses-proses

tambahan dengan banyak teknik manajemen umum seperti sebagai laba atas investasi,

arus kas yang didiskonkan, analisis payback, dan lain-lain.

Proyek manajemen biaya juga harus mempertimbangkan kebutuhan informasi

stakeholders. Hal ini bertujuan untuk dapat mengukur biaya proyek dalam cara yang

berbeda dan pada waktu yang berbeda. Sebagai contoh, biaya pengadaan barang

dapat diukur ketika dilakukan, diperintahkan, diantarkan, ditimbulkan, atau direkam

untuk tujuan akuntansi.

13

Dalam manajemen biaya proyek konstruksi terdapat beberapa proses yang

diterapkan untuk memastikan bahwa proyek diselesaikan dalam anggaran yang

disetujui. Adapun proses tersebut disajikan dalam bentuk bagan yaitu :

Gambar 2.2 Bagan Manajemen Biaya

Sumber : Wulfram (2005)

Dari bagan pada Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa manajemen biaya proyek

terdiri dari empat (4) tahapan yaitu :

1. Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan sumber daya melibatkan penentuan apa jenis sumber

daya fisik (orang, peralatan, bahan) dan berapa jumlah masing-masing

harus digunakan dan kapan mereka akan diperlukan untuk melakukan

kegiatan proyek. Itu harus dikoordinasikan dengan pengestimasian

biaya.

2. Pengestimasian Biaya

Pengestimasian biaya melibatkan pengembangan perkiraan (estimasi)

biaya sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan

proyek. Dalam menaksir biaya, penaksir mempertimbangkan

Manajemen Biaya

Perencanaan Sumber Daya

Penganggaran Biaya Pengendalian Biaya

Pengestimasian Biaya

14

penyebab variasi estimasi akhir untuk tujuan pengelolaan proyek yang

lebih baik. Pengestimasian biaya melibatkan pengembangan sebuah

penilaian kemungkinan hasil kuantitatif terhadap besaran biaya untuk

penyelenggaraan proyek konstruksi untuk menyediakan produk atau

layanan yang terlibat.

3. Penganggaran Biaya

Penganggaran biaya melibatkan mengalokasikan keseluruhan biaya

perkiraan untuk kegiatan individu atau bekerja berkelompok untuk

menetapkan biaya secara garis dasar sehingga dapat mengukur kinerja

proyek. Realisasi pelaksanaan proyek dapat perkiraan setelah

dilakukan persetujuan anggaran disediakan, tetapi perkiraan harus

dilakukan sebelum permintaan anggaran disetujui oleh pemilik proyek.

4. Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membuat

perubahan biaya dasar yang kemudian digunakan untuk memastikan

bahwa perubahan tersebut disetujui. setelah perubahan biaya dilakukan

hal yang dilakukan selanjutnya adalah pengelolaan terhadap perubahan

biaya (biaya kontrol). Biaya kontrol mencakup pemantauan biaya

kinerja untuk mendeteksi dan memahami varians dari rencana. Hal

yang harus diperhatikan adalah memastikan bahwa semua perubahan

biaya yang dilakukan telah sesuai catatan yang dibuat secara akurat.

Tujuannya adalah untuk mencegah perubahan yang salah, tidak pantas

15

atau tidak sah sehingga informasi terhadap perubahan dapat

disampaikan kepada stakeholders.

Keempat hal tersebut haruslah sejalan agar tujuan pelaksanaan pembangunan

proyek konstruksi memenuhi tingkat kepuasan stakeholders terhadap biaya proyek.

Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek yaitu biaya

sebagai berikut :

- Sesuai dengan dokumen kontrak dan kesepakatan.

- Pemilik proyek setuju dan melaksanakan pembayaran pekerjaan

sampai selesai.

- Tidak terjadi progress billing tidak terbayar.

- Memperoleh manfaat positif termasuk keuntungan bagi perusahaan.

b. Mutu

Manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan

yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi.

Dalam rangka mencukupkan tingkat kepuasan stakeholders dan ketepatan waktu

dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus

memasukkan dan mengadakan pelatihan manajemen kualitas. Hal-hal yang

menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah :

Produk/pelayanan/proses pelaksanaan.

Proses management proyek itu sendiri.

16

Dalam proyek konstruksi ada tiga (3) proses yang dilakukan untuk

mendapatkan mutu yang baik. Ini adalah syarat yang dilakukan dalam manajemen

mutu dalam proyek konstruksi. Adapun ketiga hal tersebut adalah :

1. Perencanaan mutu (Quality Planning)

Perencanaan mutu adalah proses mengidentifikasi standar kualitas yang

sesuai dengan kebutuhan pemilik proyek dan memenuhi standar peraturan

yang berlaku. Perencanaan mutu biasanya berkaitan dengan pemilik

proyek yaitu pada proses produksi, desain produk atau pelayanan.

perencanaan mutu ini biasanya dilakukan pada tahap awal namun sebelum

pelaksanaan proyek konstruksi. Perencanaan mutu dalam proyek

konstruksi diharapkam memenuhi aspek-aspek berikut :

a) Mengidentifikasi standar kualitas yang relevan dengan proyek

yang sedang dikerjakan

b) Menganalisis dan menetapkan standar kualitas yang ingin dicapai

pada pelaksanaan proyek

c) Merencanakan strategi pencapaian kualias.

2. Penjaminan Mutu (Quality Assurance)

Penjaminan mutu merupakan suatu proses menjalankan apa yang sudah

ditetapkan dan direncanakan dalam perencanaan mutu, mengawalnya,

melakukan identifikasi dan memverifikasi pelaksanaan terhadap rencana

yang dibuat. Tujuan dari penjaminan mutu adalah mengadakan tindakan-

tindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan kepada

17

stakeholders bahwa semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai

tingkat mutu proyek yang telah dilaksanakan dengan berhasil. Penjaminan

mutu diharapkan memenuhi aspek :

a) Menjalankan apa yang telah direncanakan

b) Mengawal strategi pencapaian kualitas

c) Mengevaluasi pelaksanaan proyek agar sesuai dengan rencana

strategi pencapaian kualias

d) Mengidentifikasi dan pencegahan/antisipasi masalah yang timbul.

e) Memberikan verifikasi keselarasan pelaksanaan pekerjaan dari

pemenuhan kualitas biaya, dan waktu terhadap rencana.

3. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu adalah suatu proses pemeriksaan dan pengujian ter

ukur mulai dari material, pemasangan,hasil kerja dan penilain terhadap

RKS/spesifikasi Teknis. Pengendalian proyek dilakukan pada tahap

pelaksanaan proyek, khususnya pada tahap pengawasan dan pengendalian

proyek. Pada pengendalian mutu proyek diharapkan memenuhi aspek-

aspek sebagai berikut :

a) Melaksanakan inspeksi (material,alat dan pekerjaan)

b) Memeriksa dokumen sertifikast (material,alat dan pekerjaan)

c) Menyaksikan pelaksanaan dan menganalisa hasil pengujian

(material,alat dan pekerjaan)

18

Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek

mutu yaitu sebagai berikut :

a) Sesuai dengan dokumen kontrak spesifikasi teknis dan kesepakatan.

b) Pemilik proyek setuju dan menerima proyek dengan tanpa

komentar/syarat tertentu.

c) Tidak ada penalty, atau complain atas mutu hasil kerja proyek.

d) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan dengan baik,

e) Semua pihak terkait pelaksanaan merasa puas.

f) Memperoleh certificate of completion.

c. Waktu

Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya

untuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan efisien. Efektifitas

terlihat dari tercapainya tujuan manajemen waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Efisien tidak lain mengandung dua (2) makna,yaitu makna pengurangan waktu yang

ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada. Tujuan dari

manajemen waktu adalah :

a) Manajemen waktu membantu kita untuk berkerja lebih efektif dengan

skala prioritas.

b) Manajemen waktu menjauhkan kita dari stres kita dapat mengontrol

setiap tugas dan tenggat waktunya

19

c) Manajemen waktu membuat kita lebih produktif (dapat menghindari

hambatan dan gangguan yang menghalangi dari tujuan.

Untuk dapat mengelola waktu dengan tepat, maka diperlukan pemahaman

tentang prinsip-prinsip dasar manajemen waktu agar lebih berhasil dan berdaya guna.

Berikut ini prinsip dasar manajemen waktu yang penting diperhatikan :

a) Sediakan waktu untuk perencanaan dan menetapkan prioritas

b) Selesaikan tugas berprioritas tinggi sesegera mungkin dan tuntaskan

tugas sebelum mulai tugas yang lain.

c) Prioritaskan kembali tugas yang tersisa berdasarkan informasi baru

yang terkait.

Dalam manajemen waktu terdapat tingkat prioritas waktu yaitu :

a) Jangan dikerjakan

Memiliki karakteristik yaitu masalah dapat hilang tanpa diatasi,

sudah kadaluarsa dan dapat dikerjakan oleh orang lain.

b) Dikerjakan nanti

Memilik karakteristik tidak disertai jatuh tempo, dapat ditunda

dan dapat diperlambat dengan alasan tidak ingin memulai,

tidak tahu dari mana memulai dan tidak tahu dari mana

memulai walaupun ingin memulai

c) Dikerjakan sekarang

20

Memilik karakteristik kebutuhan unit operasional harian

Kegiatan-kegiatan yang telah ditunda, (misal : kebutuhan staf,

kebutuhan peralatan, rapat)

Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek

waktu yaitu sebagai berikut :

a) Proyek diselesaikan tepat waktu, atau sesuai dengan jadwal kerja

dokumen kontrak.

b) Pemilik proyek setuju dan menerima selesainya sebagian atau keseluruhan

pekerjaan yang bersangkutan.

c) Tidak ada complain mengenai progress pelaksanaan terkait penyelesaian

pekerjaan

2.3.2 Manajemen Lingkungan

Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen

yang meliputi struktur organisasi, perencanaan kegiatan, tanggung jawab, praktek,

prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, melaksanakan, mencapai,

mengkaji dan memelihara kebijakan lingkungan. Dengan kata lain, sistem manajemen

lingkungan adalah sistem manajemen yang berencana, menjadwalkan, menerapkan

dan memantau kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja

lingkungan. Yang mendasari definisi ini adalah asumsi implisit korelasi positif antara

kinerja lingkungan dan perusahaan (Tibor dan Feldman,1996)

Sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14001 : 2004 merupakan suatu

sistem manajemen pengelolaan lingkungan yang telah diakui secara internasional

21

dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikat di bawah koordinasi

Organisasi Standar Internasional (ISO : International Organization For

Standardization). Sistem Manajemen Lingkungan atau Environment Management

System (EMS) adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi

struktur organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, latihan atau praktek, prosedur,

proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan, evaluasi dan pemeliharaan

kebijakan lingkungan. (ISO 14001,1996)

Kegiatan pembangunan infrastruktur menimbulkan dampak negatif yang

signifikan terhadap lingkungan. Meskipun demikian sejalan dengan muatan

pemberdayaan masyarakat, maka proyek konstruksi harus melembagakan mekanisme

pemeriksaan, peninjauan dan penerapan prosedur yang disebut “red flag” untuk

menjamin bahwa setiap persoalan lingkungan yang terjadi dapat diidentifikasi,

ditandai, dan ditanggulangi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Usulan

pembangunan prasarana dan sarana lingkungan yang diajukan oleh masyarakatperlu

disesuaikan dengan prinsip yang dianut dalam Rekompak seperti tercantum dalam

Pedoman Operasional Umum Rekompak (2007), terutama Pedoman Pengelolaan

Lingkungan (PPL). Mengacu kepada pedoman tersebut beberapa hal yang perlu

diperhatikan komponen variabel pengelolaan lingkungan sebagai berikut:

1. Lokasi Kegiatan (tata letak/site plan) yang diperkenankan.

2. Skala gambar pembangunan (rumah dan prasarana lingkungan) yang

disyaratkan.

3. Bahan/Material bangunan yang diperkenankan dan yang tidak diperkenankan.

22

2.3.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi

pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat

kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi

oleh perusahaan. K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bertujuan mencegah,

mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaankerja (zero accident). Penerapan

konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan

harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan

yang berlimpah pada masa yang akan datang.

K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada dasarnya mencari dan

mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka

menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah

sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

3. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

4. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

23

5. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

6. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Berikut hasil pembahasan identifikasi kinerja proyek yang disajikan dalam bentuk

Tabel 2.2

Tabel 2.1 Identifikasi Faktor Kinerja Proyek

No Penyataan Faktor

Kinerja

Sumber

1 - Sesuai dengan dokumen kontrak dan

kesepakatan.

- Pemilik proyek setuju dan melaksanakan

pembayaran pekerjaan sampai selesai.

- Tidak terjadi progress billing tidak terbayar.

- Memperoleh manfaat positif termasuk

keuntungan bagi perusahaan.

Biaya Syah (2004)

2 - Sesuai dengan dokumen kontrak spesifikasi

teknis dan kesepakatan.

- Pemilik proyek setuju dan menerima proyek

dengan tanpa komentar/syarat tertentu.

- Tidak ada penalty, atau complain atas mutu

hasil kerja proyek.

- Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

dilaksanakan dengan baik,

- Semua pihak terkait pelaksanaan merasa

puas.

- Memperoleh certificate of completion.

Mutu Syah (2004)

3 - Proyek diselesaikan tepat waktu, atau sesuai

dengan jadwal kerja dokumen kontrak.

- Pemilik proyek setuju dan menerima

selesainya sebagian atau keseluruhan

pekerjaan yang bersangkutan.

- Tidak ada complain mengenai progress

Waktu Syah (2004)

24

pelaksanaan terkait penyelesaian pekerjaan

4 - Memahami /menerapkan kebijakan

lingkungan mencegah setiap jenis

polusi,kebijakan efisiensi energi dan hemat

air

- Menjaga kerapian dan kebersihan lokasi

kerja

- Tidak menggunakan asbestos atau material

berbahaya dan beracun lainnya.

- Menyediakan sanitasi dalam pelaksanaan

proyek

- Menyediakan jalur untuk pembuangan air

kotor (limbah)

Manajemen

Lingkungan

- ISO 14001 :

2004

- Tibor dan

Feldman,

(1996)

- Pedoman

Operasional

Umum

Rekompak

(2007),

5 - Pekerja menggunakan APD pada saat

beraktivitas dan melakukan pekerjaan di areal

proyek

- Terdapat kotak P3K di areal pelaksanaan

proyek

- Pegawai mendapatkan asuransi kesehatan

- Adanya SOP dalam melaksanakan pekerjaan

- Terdapat jalur evakuasi untuk keadaan darurat

- Terdapat poster-poster K3 dan rambu-rambu

K3 (safety sign) di lingkungan kerja

- Dilakukan pemeriksaaan keamanan dan

kesehatan makanan/minuman yang dikonsumsi

karyawan (Bila terdapat kantin dalam proyek)

Manajemen

K3

Mangkunegara

(2002)

2.4 Pengaruh Kualitas pada Proyek Konstruksi

Dalam pelaksanan proyek konstruksi kualitas menjadi hal terpenting.

Stakeholders menggunakan kualitas sebagai tolak ukur dalam penentuan pelaksanaan

proyek. Hal tersebut dilakukankan karena kualitas merupakan elemen yang penting

25

dari proses produksi dan operasi. Alasan-alasan yang membuat kualitas menjadi

elemen penting antara lain sebagai berikut :

1. Reputasi Perusahaan

Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan,

kebiasaan pekerjanya, dan hubungan dengan pemasoknya. Semakin bagus

kualitas suatu produk yang diketahui oleh publik sebagai konsumen,

semakin baik reputasi perusahaan di mata konsumen.

2. Kehandalan Produk

Perusahaan dalam merancang dan menghasilkan produk tidak boleh

sembarangan.Kualitas harus diperhatikan di mana produk tersebut tidak

boleh merugikan konsumen ataupun mengakibatkan kerusakan dan

kecelakaan.

3. Keterlibatan Global

Kualitas adalah hal penting yang menarik perhatian konsumen di mana

pun konsumen tersebut berada. Produk-produk perusahaan yang akan

bersaing di pasar internasional harus memenuhi ekspektasi akan kualitas,

desain, dan harganya secara global.

2.5 Proyek Konstruksi

Menurut Ervianto (2005) proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan

yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam

rangkaian kegiatan tersebut terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek

menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam

26

rangkaian kegiatan tersebut melibatkan banyak pihak pengampu kepentingan

(stakeholders) baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.

Proyek konstruksi memilik karakter yang dipandang dalam 3 (tiga) dimensi

(Wulfram,2005) yaitu :

1. Proyek bersifat unik

Setiap proyek memiliki keunikan karena rangkaian kegiatan yang

dilakukan dalam setiap proyek tidak pernah sama persis karena sifat

proyek yang sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-

beda.

2. Proyek membutuhkan sumber daya

Setiap proyek membutuhkan sumber daya dalam pelaksanaan dan

penyelesaiannya yaitu berupa pekerja, uang, material, mesin, dan metode.

3. Proyek membutuhkan organisasi

Dalam setiap proyek konstruksi diperlukan adanya organisasi untuk

mengatur dan mengawasi pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini

bertujuan untuk menyatukan visi dan misi yang ingin dicapai.

2.6 Jenis-jenis Proyek

Proyek konstruksi tidak dapat hanya didefinisikan secara sederhana dari

konsep produksi yaitu perakitan bahan dan produk (Gould and Joyce,2009). Proses

konstruksi secara fundamental memang berbeda jenis produksi (Ballard and

Howell,1998). Namun demikian,mengakui perkembangan pesat ilmu/pengetahuan

dan teknologi, kedua hal itu tidaklah mustahil untuk dilakukan pendekatan bahwa

27

proses kegiatan konstruksi dapat menyesuaikan dengan konsep produksi, dimana,

proses konstruksi seharusnya bisa menyesuaikan dan mengikuti prosedur produksi

yang sudah lumrah, yaitu 'input, proses, output,dan evaluations'. Proyek Konstruksi

pasti membutuhkan 'sumber' sebagai input, untuk mendukung aktivitas 'dimana

proscess terjadi, untuk memperoleh output sebagai “hasil” seperti pekerjaan, proyek,

atau jasa konstruksi, dan siklus konstruksi inimembutuhkan “pengendalian” yang

cermat sebagai evaluations (Jaya, 2014).

Kirkham (2007) mengacu pada proses konstruksi,dimana proyek-proyek

konstruksi dikategorikan menjadi dua jenis: (1) konstruksi bangunan gedung dan (2)

konstruksi teknik sipil. Hendrickson dan Au (1989) memperkenalkan empat (4) jenis

utama dari proyek konstruksi berdasarkan kepentingan klien dan ototitasnya dalam

menentukan tipe dan fasilitas yaitu bangunan : (1) bangunan perumahan, (2)

konstruksi bangunan kelembagaan dan komersial, (3) infrastruktur dan konstruksi

berbasis peralatan berat, dan (4) bangunan industri konstruksi khusus. Ostwald (2001)

memecah proyek konstruksi menjadi empat jenis proses yang berbeda: (1) rumah

tinggal, (2) bangunan komersial, (3) rekayasa konstruksi dengan penggunaan alat

berat (4) bangunan industri. Selanjutnya, Gould (2005); Sears et al (2008); dan Gould

dan Joyce (2009) mengklasifikasikan proyek konstruksi menjadi empat jenis proyek

dengan makna yang sama dengan apa yang diperkenalkan oleh Hendrickson dan Au

(1989) dan Ostwald (2001), sebagai: (1) proyek perumahan, (2) proyek konstruksi

bangunan,(3) proyek konstruksi infrastruktur dan (4) proyek-proyek industri.

28

Keempat jenis proyek tersebut dibahas secara singkat pada bagian berikut ini (Jaya,

2014).

2.6.1 Proyek Bangunan perumahan

Bangunan rumah tinggal dipengaruhi oleh peran pemerintah mengenai

peraturan pajak, kebijakan fiskal, dan undang-undang,dikembangkan untuk

ruangan tempat tinggal dari orang-perorangan atau keluarga; misalnya, rumah

pribadi, tempat tinggal multifamily, kondomini kecil/apartemen sederhana,dll.

2.6.2 Proyek Bangunan Komersial

Bangunan komersial cenderung sangat komplek dan operasionalnya sangat

sulit membutuhkan kontrol keuangan yang lebih ketat dalam praktek

manajerial perencanaan dan konstruksi serta operasi proyek. Contoh proyek

bangunan komersial misalnya gedung-gedung pemerintah, kantor, stadion

olahraga, vila, hotel, resor, apartemen besar dan komplek, rumah sakit,

universitas, sekolah, gereja, pusat perbelanjaan, toko ritel, bioskop, gudang,

dan lain-lain.

2.6.3 Proyek Infrastruktur

Infrastruktur dan proyek rekayasa konstruksi menggunakan peralatan berat

biasanya melayani kebutuhan prioritas masyarakat, cenderung mengkonsumsi

waktu panjang dalam durasi konstruksi, dan sebagian besar di danai oleh

publik/pemerintah misalnya, bandara, jalan raya, jembatan, bendungan, sistem

pengendalian banjir, pembangkit listrikt enaga air, kanal, terowongan, sistem

29

irigasi, penampungan air hujan,pengolahan dan distribusi air bersih, dan

sistem transit perkotaan yang cepat dan lain sebagainya.

2.6.4 Proyek Bangunan Industri

Bangunan industri dimaksudkan untuk mempertahankan kegiatan produksi

dan biasanya didanai swasta (misalnya, pabrik, tambang, kilang minyak, pabrik

pengolahan petrokimia, pabrik perakitan mobil, pengembangan pembangkit nuklir,

kilang minyak bahan bakar dari fosil, pabrik pengembangan bahan bakar oksigen, dan

pabrik-pabrik besar dan berat lainnya.

Setiap jenis proyek memiliki keunikan dan kompleksitas khusus. Berbagai

jenis proyek mungkin harus mencapai tujuan yang berbeda dan melalu proses berbeda

pula.Proyek konstruksi bangunan merupakan area cukup menantang untuk diselidiki.

Proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dan total permintaan yang

menyebabkan investasi yang besar dalam pelaksanaan pembangunan sejalan dengan

potensi risiko atau imbalan (Hendrickson and Au, 1989). Proyek bangunan komersial

biasanya menuntut penggunaan metode konstruksi dan peralatan yang canggih

(CIOB,2009) dalam rangka tujuan komersial yang membutuhkan pengembalian

modal dam keuntungan finansial atas investasi dalam jangka waktu tertentu.

Jenis bangunan komersial pada proyek konstruksi diakui sebagai proyek

padat modal dan resiko yang sangat tinggi serta menyesuaikan pada fluktuasi kondisi

pasar global. Para pelaku proyek komersial mungkin harus menyadari proses

konstruksi yang sulit berkaitan dengan investasi, dan menyusun rencana keuangan

dan kontrol yang lebih ketat untuk melaksanakan proyek-proyek konstruksi

30

(Hendrickson danAu,1989). Oleh karena itu, proyek-proyek bangunan komersial

mungkin lebih sensitif terhadap kerugian finansial sebaliknya keuntungan/ manfaat

yang besar dibandingkan dengan jenis lain dari proyek konstruksi yang dijelaskan

sebelumnya, seperti perumahan, infrastruktur dan proyek-proyek industri.

Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada identifikasi faktor-faktor

kualitas pelaksanaan proyek konstruksi yaitu BMW, Manajemen, Lingkungan dan

K3 pada bangunan konstruksi (seperti gedung perkantoran, rumah sakit, villa,

apartemen, hotel, dan resort) dan analisis terhadap tingkat kepuasan para pengampu

kepentingan proyek baik internal maupun eksternal stakeholders di Bali

2.7 Definisi Kepuasan

Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada

akhirnya akan bermuara pada nilai yang diberikan oleh pelanggan mengenai

kepuasan yang dirasakan. Beberapa ahli ekonomi mendefinisikan arti kepuasan

pelanggan,antara lain

1. Menurut Supranto (2001) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan

harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan

antara kinerja yang dirasakan dengan harapan apabila kinerja dibawah

harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan

harapan maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi

harapan, maka pelangganakan sangat puas. Harapan pelanggan dapat

dibentuk oleh pengalaman masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji

31

dan informasi pemasar dan saingannya. Pelangan yang puas akan setia

lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang

baik tentang perusahaan.

2. Menurut Amstrong (2001) manajemen pemasaran, analisis perencanaan,

implementasi dan kontrol berpendapat kepuasan digambarkan sebagai

suatu evaluasi terhadap surprise yang melekat pada suatu pengakusisian

produk dan atau pengalaman mengkonsumsi dan kepuasan adalah

perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau

hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Dari definisi di atas,

kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan

harapan. Jika kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa. Bila

kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas.

Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.

Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan berpengaruh

pada pola perilaku selanjutnya. Apabila pelanggan merasa puas, maka ia

akan setia atau dengan kata lain ia akan membeli produk yang sama.

Pelanggan yang puas juga cenderung akan memberikan refrensi yang baik

terhadap produk kepada orang lain. Tidak demikian dengan seorang

konsumen yang tidak puas (dissatisfied). Konsumen yang tidak puas tidak

akan kembali membeli produk yang sama dan akan cenderung akan

memberikan referensi yang buruk terhadap produk kepada orang lain.

32

2.7.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli di mana alternatif yang

dipilih sekurang- kurangnya memberikan hasil yang sama atau melampui harapan

pelanggan. Jadi sebenarnya ada 2 (dua) faktor yang sangat menentukan kepuasan

yaitu harapan pelanggan dan kinerja atau hasil yang mereka rasakan (Tjiptono,2001)

Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2002) juga sangat berperan penting dalam

usaha menciptakan kesetiaan pelanggan yang potensial. Pelanggan yang puas dan

senang akan berprilaku positif, mereka akan membeli banyak dari perusahaan dan

akan kembali untuk kesekian kalinya untuk membeli produk perusahaan. Kepuasan

pelanggan akan sangat tergantung dengan pelayanan. pelanggan yang puas akan

menyampaikan produk dan layanan anda kepada temannya yang lain. Pelanggan yang

tidak puas akan menyampaikan ketidakpuasan terhadap produk dan layanan anda

kepada semua orang. Ini mungkin akan sering terjadi dalam kegiatan penjualan.

Menyampaikan informasi secara berantai dari mulut ke mulut akan sering terjadi.

Informasi kepuasan yang disampaikan pelanggan kepada orang lain mengenai produk

dan layanan yang telah anda berikan, akan dapat mennyangkut imageanda. Seorang

pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan nilai dari pemasok,

produsen, atau penyedia jasa. Nilai dapat berasal dari produk, pelayanan, sistem atau

sesuatu yang bersifat emosi. Jika pelanggan mendapatkan produk yang berkualitas

kalau nilai tersebut bagi konsumen adalah kenyamanan, maka kepuasan akan datang

apabila pelayanan yang diperoleh benar-benar nyaman. Kalau nilai dari pelanggan

adalah harga yang murah, maka pelanggan akan puas kepada produsen yang

33

memberikan harga yang kompetitif. Ada beberapa karakteristik perusahaan yang

berfokus pada kepuasan pelanggan (Tjiptono,2001) meliputi:

1. Adanya visi, komitmen dan suasana yang mendukung untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan.

2. Menempatkan diri sejajar dengan pelanggan.

3. Memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pelanggan.

4. Selalu berusahan mengumpulkan dan memanfaatkan informasi dari

pelanggan.

5. Dekat dengan pelanggan.

6. Memperlakukan karyawan sebagai orang yang memiliki kompetensi dan

kapabilitas serta memberdayakan mereka untuk mengambil keputusan dalam

rangka memuaskan pelanggan.

7. Melakukan aktifitas penyempurnaan produk atau jasa dan proses secara

berkesinambungan. kepuasan pelanggan akan tercapai jika produk dan

pelayanan telah sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen, dengan

kata lain, bebas dari kekurangan. Simpulan yang diambil dari banyak

pengertian diatas adalah kepuasan pelanggan akan tercapai jika produk dan

pelayanan telah sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen. Kepuasan

pelanggan adalah konsumen yang puas setelah merasakan jasa atau

menggunakan suatu produk dengan hasil yang diperoleh maupun dirasakan

dari segi pelayanan. Jadi kepuasan pelanggan dapat tercipta apabila terjadi

34

loyalitas terhadap suatu produk atau jasa. Adapun beberapa tingkat kepuasan

yang umum yaitu :

a. Kalau kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa.

b. Kalau kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan akan puas.

c. Kalau kinerja melebihi harapan maka pelanggan sangat puas dan gembira.

2.7.2 Faktor-faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan

Menurut Irawan (2002) faktor-faktor pendorong kepuasan pelanggan terbagi

atas lima bagian, yaitu :

1. Kualitas produk

Pelanggan merasa puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk

ternyata kualitas produk tersebut baik sebagai contoh, pelanggan akan merasa

puas terhadap televisi yang dibeli apabila menghasilkan gambar dan suara

yang baik, awet atau tidak cepat rusak, memiliki banyak fasilitas, tidak ada

gangguan, dan disain yang menarik.

2. Harga

Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga yang murah adalah sumber

kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai uang yang

tinggi, komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak

sensitif terhadap harga. Bagi mereka yang tidak peduli dengan harga, mereka

lebih menyukai harga yang sedikit mahal namun kualitasnya baikdaripada

harga yang murah tetapi kualitasnya tidak sesuai dengan keingginannya. Jadi

persaingan dalam harga akan mendapatkan perhatian pelanggan sepanjang

35

kualitas barang adalah sama. Kualitas produk dan harga sering kali tidak

mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan konsumen.

Ketika aspek ini relatif mudah ditiru dengan teknologi yang hampir standar,

setiap perusahaan biasanya mempunyai kemampuan untuk menciptakan

kualitas produk yang hampir sama dengan para pesaing. Oleh karena itu

banyak perusahaan yang lebih mengandalkan aspek yang ketiga yaitu service

quality.

3. Service quality

Untuk memuaskan pelanggan, suatu perusahaan hendaknya terlebih dahulu

harus dapat memuaskan karyawan agar produk yang dihasilkan tidak rusak

kualitasnya dan pelayanan kepada pelanggan dapat diberikan lebih baik lagi,

jika karyawan merasa puas akan lebih mudah bagi mereka untuk menerapkan

kepada pelanggan bagaimana rasa puas itu.

4. Emotional factor

Faktor ini relatif penting karena kepuasan pelanggan timbul pada saat ia

menggunakan produk tertentu, hal ini disebabkan karena merek produk

tersebut sudah tercipta dengan baik dari segi kualitasnya, harga yang tidak

murah karena harga yang mahal identik dengan kualitas produk yang tinggi

dan sebaliknya, serta pelayanan yang diberikan.

5. Kemudahan

Pelanggan akan semakin puas apabila tempat mudah dicapai dan juga

nyaman. Dengan mengetahui kelima faktor ini, tentulah tidak cukup bagi

36

perusahaan untuk merancang strategi dan program peningkatan kepuasan

pelanggan. Kontribusi faktor ini juga dapat berubah dari waktu kewaktu untuk

suatu industri. Besarnya bobot relatif mudah diketahui dengan melakukan

survei. Dalam survei, konsumen dapat ditanyakan secara langsung mengenai

kepuasan mereka dan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor tersebut

dalam mempengaruhi kepuasan mereka setelah menggunakan produk atau

jasa.

2.8 Stakeholders

Menurut Freeman (1984) yang dikemukan dalam Friedman (2006) definisi

klasik pemangku kepentingan (stakeholders) adalah setiap kelompok atau individu

yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Pada

arti yang luas definisi stakeholders merupakan redefinisi semua organisasi,bagaimana

mereka harus dikonsep dan apa yang seharusnya organisasi lakukan sebagai

pengelompokan stakeholders dan tujuan organisasi untuk mengelola kepentingan

mereka, kebutuhan dan sudut pandang. Pemangku kepentingan (stakeholders) pada

tingkat atas (manager) dianggap sebagai kelompok yang fokus dan dianggap mampu

memenuhi peran manajemendari pemangku kepentingan (stakeholders) tersebut.

Konsep itu diuraikan oleh Evandan Freeman (1993) yang dikemukan dalam Friedman

(2006) sebagai dua prinsip berikut:

1. Prinsip legitimasi perusahaan.

Korporasi harus dikelola untuk kepentingan para stakeholders,

pelanggan, pemasok, pemilik, karyawan dan masyarakat setempat. Hak

37

kelompok harus memastikan dan selanjutnya kelompok harus

berpartisipasi dalam beberapa dalam keputusan yang secara substansial

mempengaruhi kesejahteraan mereka.

2. Stakeholders prinsip fidusia.

Manajemen menanggung hubungan fidusia kepada para pemangku

kepentingan dan korporasi sebagai entita sabstrak. Namun dalam

bertindak harus dalam kepentingan stakeholders sebagai agen mereka,

dan harus bertindak untuk kepentingan perusahaan untuk menjamin

kelangsungan hidup perusahaan, menjaga saham jangka panjang

masing-masing kelompok.

2.8.1 Bagian-bagian Stakeholders

Ada definisi hubungan yang jelas tentang apa yang merupakan pemangku

kepentingandan identifikasi siapa yang menjadi aktor. Cara yang paling umum untuk

mengklasifikas pemangku kepentingan adalah mempertimbangkan sekelompok orang

dengan dibedakan dengan perusahaan. Kelompok yang paling umum dari pemangku

kepentingan untuk dipertimbangkan adalah

a. Pemegang Saham

b. Costumer

c. Supplier dan distributor

d. Karyawan

e. Masyarakat Lokal

38

Menurut Freeman (2004) yang dikemukan Friedman (2006) yaitu hampir semua

dapat dianggap sebagai yang berpengaruh dalam beberapa cara oleh banyak hal

korporasi yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuannya. banyak jenis individu

dan kelompok telah dianggap pemangku kepentingan selain daftar tersebut di atas

yaitu :

1. Perwakilan pemangku kepentingan seperti serikat buruh atau asosiasi

perdagangan, pemasok atau distributor

2. LSM atau kegiatan yang telah dipertimbangkan secara individual atau sebagai

wakil pemangku kepentingan saingan

3. Pemerintah, regulator, pembuat kebijakan

4. Pemodal lain yang patut dari pemegang saham (kreditur, pemegang obligasi,

penyedia utang)

5. Media

6. Masyarakat umum

7. Aspek nonmanusia bumi lingkungan alam

8. Mitra bisnis

9. Akademik

10. generasimasa depan

11. Generasi yang lalu

12. Arketipe atau meme

39

2.8.2 Stakeholders Pada Proyek Konstruksi

Stakeholders proyek konstruksi adalah pihak-pihak baik secara individual,

kelompok, maupun organisasi yang mungkin mempengaruhi atau dipengaruhi oleh

keputusan, aktifitas, dan hasil dari suatu proyek. Dalam stakeholders management

berdasarkan PMBOK (Project Management Body of Knowledge) 5th Edition,

stakeholders harus diidentifikasi sebelum proyek dimulai. Stakeholders dapat terlibat

secara aktif di proyek atau memiliki kepentingan yang dapat berupa hasil yang positif

atau negatif terhadap kinerja atau penyelesaian proyek. Stakeholders yang berbeda

mungkin memiliki persaingan yang menciptakan konflik di dalam proyek. Dalam hal

ini, stakeholders dikelompokkan dalam dua (2) bagian yaitu internal stakeholders

dan external stakeholders.

Adapun internal stakeholders antara lain :

Pemilik proyek (owner)

Seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan

memberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya

sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. untuk merealisasikan proyek

pemilik proyek mempunyai kewajibna pokok untuk menyediakan dana

untuk membiayai proyek.

Manajemen Konstruksi (MK)

Manajemen Konstruksi (MK) merupakan seseorang atau instansi yang

mewakili pihak pemilik proyek pada pelaksanaan proyek konstruksi.

40

Peranan dari manajemen konstruksi adalah melakukan koordinasi dan

komunikasi selama proses pelaksanaan proyek konstruksi serta

menangani semua tahapan pada proyek konstruksi.

Kontraktor utama

Kontraktor utama adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak

dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Berupa perorangan maupun

badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Yang telah ditetapkan

dari pemilik proyek serta telah menandatangani Surat Perjanjian Kerja

(SPK). Kontraktor utama ini bekerja dengan mengacu pada gambar

kerja (bestek), rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) yang telah

disusun sebelumnya.

Konsultan pengawas

Konsultan pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang

bersifat multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama pemilik

proyek (owner). Pengawas harus mampu bekerja sama dengan

konsultan perencana dalam suatu proyek

Supplier

Perorangan atau badan usaha yang memasok barang-

barang/material/peralatan atau perlengkapan bangunan yang

dibutuhkan dalam proses pelaksanaan konstruksi

41

Sub contractors

Perorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli dan mampu untuk

melakukan pekerjaan spesialisasi dalam bidang khusus/tertentu dalam

pembangunan konstruksi serta mendapatkan tugas dari atau dibawah

koordinasi pelaksana konstruksi.

Sedangkan external stakeholders adalah :

Funding body

Merupakan pihak-pihak yang berani/mau menyetorkan uangnya ke

dalam pelaksanaan proyek konstruksi setelah melihat

kinerja/performance dan berharap akan mendapatkan return yang baik

(seperti investor,bank)

Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)

Sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun

sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan

kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh

keuntungan dari kegiatannya

Pihak-pihak pembuat keputusan seperti Dinas Perijinan, Dinas

Pekerjaan Umum (PU), Dinas Pendapatan/Pajak dan sebagainya

42

2.9 Metode Pengolahan dan Analisis Data

2.9.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam menentukan sampel pada tingkat kepuasan stakeholders terhadap

kualitas proyek konstruksi metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan

metode non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik sampling

yang memberikan peluang tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dijadikan sample. Teknik non probability sampling meliputi :

a. Sampel Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sempel secara bebas

dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)

yang diinginkan.

b. Sampling Aksidental

Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipadang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data.

c. Judgement Sampling

Judgement sampling adalah cara pengambilan sampel, yang bersedia

dipilih berdasarkan tujuan. Dipilih berdasarkan unit analisis seorang

ahli.

43

d. Purposive Sampling

Pruposive Sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan

tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin pegawai, maka

sempel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian

saja.

e. Sampling Jenuh

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila

jumlah populasi relatif kecil.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-

temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah

sampel semakin banyak.

2.9.2 Sampel

Dalam penelitian mengenai tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja

pelayanan teknik sampel yang digunakan adalah teknik sampling purposive

(Purposive Sampling). Menurut Sugiyono (2010) sampling purposive adalah teknik

untuk dengan pertimbangan tertentu. Dasar penentuan sampel pada teknik sampling

ini adalah tujuan penelitian. Teknik purposive digunakan dalam upaya memperoleh

data tentang masalah yang memerlukan sumber data yang memilki kualifikasi

44

spesifik atau kriteria khusus tertentu misalnya menentukan tingkat kualitas suatu

produk.

Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan sampel dengan teknik

sampling purposive (purposive sampling). Teknik sampling purposive memiliki

syarat dalam menentukan sampel yang akan digunakan yaitu :

1. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam

studi pendahuluan.

2. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat- sifat, atau

karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

3. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek

yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.

Menurut Roscoe (1982) dalam Sugiyono (2004) memberikan saran-saran

tentang ukuran sampel untuk penelitian yaitu :

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai

negeri-pegawai swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel

setiap kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan dilakukan analisis dengan multivariat

(kolerasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah sampel

minimal 10 kali dari jumlah variabel (independen dan dependen) yang

diteliti.

45

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana menggunakan kelompok

eksperimen dam kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel

masing-masing kelompok 10 sampai dengan 20.

2.9.3 Kuisioner

Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan infotmasi yang memungkin

peneliti mempelajari sikap-sikap, keyakinan dan karakteristik beberapa orang utama

di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang sudah dibuat. Menurut

Arikunto (2006) kuisioner adalah penyataan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal

yang ia ketahui. Menurut Sugiyono (2008) kuisioner adalah teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan penyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab.

Menurut Meredith D. Gall (2003) langkah-langkah yang dilakukan dalam

menyusun dan mengelola kuesioner penelitian yaitu :

1. Menentukan tujuan penelitian

Mendefinisikan permasalahan penelitian dan tujuan khusus yang akan dicapai

atau hipotesis yang akan diuji dengan kuesioner merupakan hal penting untuk

dipertimbangkan oleh peneliti sebelum mengembangkan kuesioner, agar

memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2. Menentukan kelompok sampel

Setelah tujuan atau hipotesis telah dinyatakan secara jelas, target populasi dari

mana sampel akan dipilih harus diidentifikasi. Jika peneliti tidak memiliki

46

pengetahuan mendalam tentang suatu situasi , maka akan terjadi kesalahan

pengiriman kuesioner pada kelompok yang tidak memiliki informasi yang

diminta.

3. Merancang kuesioner

Beberapa kuesioner penelitian dilemparkan bersama-sama dalam satu atau

dua jam. Pengalaman mengembangkan beberapa kuesioner serampangan

sebagai pendekatan penelitian telah menyebabkan penerima kuesioner

tersebut banyak bersikap negatif, kemudian memasukkan dalam kotak

sampah dengan sedikit lebih cepat sehingga perlu dilakukan hal untuk

mengatasi sikap negatif dengan konstruksi hati-hati dan administrasi dari

kuesioner.

4. Panduan untuk merancang kuesioner

a. Menghindari kuesioner yang singkat.

Jangan menggunakan istilah teknis, istilah khusus, atau istilah kompleks yang

tidak dapat dipahami responden.

b. Hindari menggunakan kata-kata pertanyaan atau daftar pada formulir Anda.

Banyak orang yang bias terhadap istilah-istilah ini.

c. Membuat kuesioner yang menarik dengan teknik seperti menggunakan tinta

berwarna cerah atau kertas dan pencetakan laser.

d. Mengatur item sehingga mudah dibaca dan lengkap.

e. Nomor pada halaman kuesioner dan item.

47

f. Masukkan nama dan alamat individu kepada siapa kuesioner harus

dikembalikan baik pada awal dan akhir dari kuesioner, bahkan jika amplop

ditujukan diri disertakan.

g. Kalimat yang singkat, instruksi yang jelas, dicetak dalam huruf tebal dan

huruf besar dan kecil.

h. Mengatur kuesioner dalam urutan yang logis.

i. Ketika pindah ke topik baru, termasuk sebuah kalimat transisi untuk

membantu responden beralih melatih pemikiran mereka.

j. Mulailah dengan item yang menarik dan tidak terlalu memojokkan.

k. Kalimat yang sulit ditempatkan dibagian akhir kuesioner.

l. Jangan menaruh item penting di akhir kuesioner panjang.

m. Memberikan dasar pemikiran untuk item sehingga responden memahami

relevansi mereka untuk penelitian.

n. Sertakan contoh bagaimana merespon item yang mungkin membingungkan

atau sulit dipahami.

o. Hindari beberapa istilah seperti, kebanyakan, dan biasanya, yang tidak

memiliki makna yang tepat.

p. Setiap item dinyatakan sesingkat mungkin.

q. Menghindari setiap pernyataan item negatif karena memungkinkan responden

salah mengartikan. Kalimat negatif cenderung diabaikan, dan responden

mungkin memberikan jawaban yang berlawanan dengan pendapat mereka

yang sesungguhnya.

48

r. Hindari "makna ganda" item seperti itu memerlukan subjek untuk merespon

dua gagasan yang terpisah dengan jawaban tunggal. Sebagai contoh:

Meskipun serikat buruh yang diinginkan dalam bidang lapangan, mereka tidak

memiliki tempat dalam profesi mengajar.

s. Ketika menggunakan pertanyaan umum bersamaan dengan pertanyaan khusus

yang terkait, maka pertanyaan umum diajukan terlebih dahulu. Jika

pertanyaan tertentu ditanyakan pertama, cenderung untuk mempersempit

fokus responden saat menjawab pertanyaan umum yang berikut.

t. Hindari bias atau pertanyaan terkemuka. Jika diberikan petunjuk pada

responden untuk jenis jawaban yang lebih disukai, ada kecenderungan untuk

memberikan respon.

5. Anonimitas

Dalam kebanyakan studi pendidikan, responden diminta untuk

mengidentifikasi diri, namun dapat terjadi anonimitas untuk itu diperlukan

informasi personal yang sangat pribadi sesuai dengan yang diminta. Sebuah

kuesioner berkaitan dengan perilaku seksual akan mendapatkan tanggapan

lebih jujur jika responden tetap anonim. Masalah utama dengan kuesioner

anonim yang dapat meningkatkan perbaikan tingkat pengembaliannya tidak

mungkin. Ada beberapa solusi untuk masalah ini. Salah satunya adalah

dengan membuat lembar pengkodean yang berisi kode untuk setiap individu

dalam sampel.

49

6. Bentuk Item

Menulis item untuk kuesioner mungkin tampak mudah, tetapi sebenarnya

suatu bentuk seni. Anda harus mampu menulis secara ringkas dan jelas. Ini

bukanlah hal yang mudah. Lebih penting lagi, diperlukan pemahaman yang

baik tentang responden sehingga kita dapat menggunakan bahasa yang mereka

mengerti, dan dapat memperoleh semua informasi yang dibutuhkan tanpa

membuang waktu, dan agar item mendapatkan respont secara jujur.

Kesulitan utama dalam membangun item kuesioner adalah bahwa istilah

pendidikan sering memiliki makna ganda. Untuk itu dianjurkan agar

menyertakan definisi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sebuah item

kuesioner dapat berupa bentuk tertutup, yang berarti bahwa pertanyaan hanya

memungkinkan respon yang pasti (mirip dengan pertanyaan pilihan ganda),

atau bentuk terbuka, yang berarti bahwa responden dapat membuat respon

mereka inginkan (mirip dengan pertanyaan esai) dengan bentuk yang

digunakan ditentukan oleh obyektif dari sebuah pertanyaan. Keuntungan dari

merancang pertanyaan dalam bentuk tertutup adalah membuat kuantifikasi

dan analisis hasil lebih mudah. Untuk menentukan beberapa kategori yang

digunakan dalam pertanyaan tertutup, dapat diberikan tes pertanyaan dalam

bentuk terbuka dari sejumlah kecil responden. Jawaban mereka dapat

digunakan untuk mengembangkan kategori untuk item bentuk tertutup. Jika

peneliti mendapatkan respon yang tidak biasa, "yang lain" bisa menyediakan

pilihan yang lain.

50

7. Mengukur sikap/ perilaku

Kuesioner biasanya berisi item yang masing-masing dapat memberi sedikit

informasi yang berbeda. Akibatnya, setiap item adalah suatu uji yang cukup

untuk memuaskan ketika peneliti sedang mencari fakta spesifik, seperti

jumlah tahun untuk pengalaman bekerja atau tingkat pendidikan seorang

karyawan. Ketika pertanyaan menilai sikap, bagaimanapun, pendekatan uji

untuk satu item dipertanyakan sehubungan dengan validitas dan reliabilitas.

Sebuah kuesioner yang mengukur sikap umumnya harus dibangun sebagai

skala sikap dan harus menggunakan sejumlah besar item (biasanya minimal

10) untuk mendapatkan penilaian yang dapat diandalkan sikap individu. Jika

peneliti ingin mengumpulkan informasi tentang sikap, peneliti harus terlebih

dahulu melakukan pencarian literatur penelitian untuk menentukan skala

yang cocok untuk tujuan Anda sudah telah dibangun. Jika skala yang sesuai

tidak tersedia, Peneliti akan perlu mengembangkan satu Skala Likert, yang

biasanya meminta tingkat perjanjian dengan sikap item (misalnya, skala lima

poin mulai dari "sangat tidak setuju") adalah jenis umum dari skala sikap.

8. Mengujicobakan kuesioner

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, kuisioner di uji coba lebih

dahulu kepada sejumlah kecil responden. Hal ini berguna untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa

digunakan untuk mengetahui kemungkinan diterima atau ditolaknya hipotesis

51

yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata dalam uji coba ini terdapat

banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau menyempurkannya.

Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan uji

coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari

populasi di mana sampel penelitian akan diambil. Dalam uji coba, responden

diberikan kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi

kuesioner yang diujicobakan itu. Situasi uji coba dilaksanakan harus sama

dengan situasi kapan penelitian sesungguhnya akan dilaksnakan.

9. Komunikasi awal dengan sampel

Para peneliti menemukan bahwa menghubungi responden sebelum mengirim

kuesioner akan meningkatkan tingkat respon. Kontak awal yang

dilakukan peneliti mengidentifikasi diri, mendiskusikan tujuan penelitian, dan

meminta kerjasama. Kontak awal dapat dilakukan melalui surat, kartu pos,

atau panggilan telepon, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa kontak

telepon adalah yang paling efektif.

10. Surat Pengantar Kuesioner

Tujuan utama dalam melakukan survei dengan kuesioner adalah untuk

mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Surat pengantar yang

menyertai kuesioner sangat mempengaruhi tingkat pengembalian, oleh karena

itu harus dirancang dengan hati-hati. Dalam surat pengantar dijelaskan

maksud pengedaran kuesioner, jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan

terima kasih kepada responden. Surat harus singkat, tetapi menyampaikan

52

informasi tertentu. Tujuan penelitian dijelaskan sehingga memberikan

pemahaman pada responden bahwa jawaban dari mereka sangat penting.Kata

pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan

kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi

responden dalam menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu

tidak akan mendapat simpati responden, bahkan mungkin ditolak. Untuk itu,

disarankan, gunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan jangan

terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan

ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawabnya.

Dalam surat pengantar kuesioner harus memuat beberapa point penting antara

lain:

a. Maksud/tujuan penelitian

b. Pentingnya penelitian yang dilakukan

c. Batas waktu dan cara pengembalian

d. Kesiapan untuk menerima masukan

e. Penawaarn untuk memberikan informasi hasil penelitian

f. Ucapan terima kasih kepada responden

11. Tindak lanjut

Beberapa hari setelah batas waktu yang ditentukan dalam surat pengantar,

peneliti dapat menghubungi responden dengan mengirimkan surat tindak

lanjut disertai salinan kuesioner yang lain. Karena surat pengantar yang

pertama tidak berhasil untuk kelompok non responden. Bila menggunakan

53

pendekatan pribadi pada surat pertama, maka dapat dicoba menggunakan

pendekatan profesional pada surat tindak lanjut pertama.Keberhasilan surat

tindak lanjut terletak pada pendekatan yang diyakini oleh peneliti bahwa

individu yang diharap dapat mengisi kuesioner, tetapi mungkin karena

beberapa kelalaian atau kesalahan dalam riset berakibat hasilnya gagal

diamati. Kemudian surat tindak lanjutnya menyebutkan lagi pentingnya studi

dan nilai kontribusi pribadi, dengan menggunakan kalimat yang berbeda dan

memberi penekanan terhadap surat awal. Sebaiknya menggunakan

pendekatan dan bahasa yang agak berbeda untuk meyakinkan pada responden

pentingnya kontribusi dari mereka untuk mengisi kuesioner tersebut.

12. Menganalisis data kuesioner

Semua jawaban (pilihan) diberi kode dan dimasukkan ke dalam program

untuk data kualitatif. Prosedur ini memudahkan penentuan prosentase, mean

(rata-rata), range dan tabulasi silang. Data kuantitatif dianalisa untuk

menghasilkan frekuensi dan prosentase dari pengecekan setiap kategori

jawaban pada pertanyaan tertutup tertentu. Pada umumnya diasumsikan

bahwa kuesioner dan interview yang sesuai atau paling sesuai untuk riset

deskriptif , kenyataanya kuesioner dan interview dapat digunakan untuk

berbagai desain riset.

2.9.4 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid bila mampu

54

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat (Arikunto,2006).

Pada pembahasan ini akan dibahas untuk metode pengujian validitas item.

Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total

(skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item

dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian

validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor,

kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor

(penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat

suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item

dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam

penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan

uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item

dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika melakukan

penilaian langsung terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal

korelasi 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya

pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi bila jumlah item belum mencukupi kita

bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas

kriteria di bawah 0,20 sangat tidak disarankan. Untuk penelitian ini dilakukan uji

signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria menggunakan r kritis pada taraf

signifikansi 0,05 (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering

digunakan dalam penelitian)

55

Pada program SPSS teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti

untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen

Pearson). Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor

item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-

item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-

item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin

diungkap.

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria

pengujian adalah sebagai berikut:

- Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-

item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-

item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak

valid).

2.9.5 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah data untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruksi. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal

jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu. Kehandalan yang menyangkut kekonsistenan jawaban jika diujikan

berulang pada sampel yang berbeda. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur

reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (á) (Ghozali, 2005).

56

2.9.6 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah suatu hubungan yang diperoleh dan biasanya

dinyatakan dalam persamaan matematik yang menggambarkan hubungan fungsional

antara variabel-variabel. Regresi linier berganda adalah suatu model pengamatan

terhadap sampel atau data dimana pengamatan dipengaruhi lebih dari satu variabel

independen dan variabel dependen. Fungsi dari regresi linier adalah untuk

mendapatkan pengaruh dua variabel dan mencari hubungan fungsional variabel.

Bentuk umum dari model regresi linier berganda adalah :

.................................................. (2.1)

Dimana :

y= Peubah tidak bebas

n = jumlah data

a0,a1,a2,an= konstanta regresi

x1,x2,xn= peubah bebas

Analisis regresi linier berganda adalah suatu metoda statistik. Untuk

penggunaannya terdapat beberapa asumsi yang diperlukan yaitu :

1. Nilai peubah khususnya peubah bebas mempunyai nilai tertentu atau

merupakan nilai yang didapat dari hasil survai.

2. Peubah tidak bebas (Y) harus mempunyai hubungan korelasi linier dengan

peubah bebas (X). jika hubungan tersebut tidak linier, transformasi linier

57

harus dilakukan, meskipun batasan ini akan mempunyai implikasi lain dalam

analisis residual.

3. Efek peubah bebas pada peubah tidak bebas merupakan penjumlahan dan

harus ada korelasi yang kuat antara sesama peubah bebas.

4. Variasi peubah tidak bebas terhadap garis regresi harus sama untuk semua

nilai peubah bebas.

5. Nilai peubah bebas sebaiknya merupakan besaran yang relatif mudah

diproyeksikan

6. Nilai peubah tidak bebas harus tersebar normal atau minimal mendekati

normal.

2.9.7 Analisis Kolerasi

Analisis korelasi adalah istilah dalam statistik yang menyatakan derajat

hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara variabel yang ada

bukanlah hubungan sebab akibat melainkan hanya hubungan searah saja. Korelasi

berguna untuk mencari hubungan antara peubah tidak bebas dan peubah

bebas.Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menghitung koefisien korelasi ganda

(r) :

1. Menghitung nilai korelasi ganda (r) dengan rumusan

√ ∑ ∑ ∑

∑ ............................................................... (2.2)

2. Menentukan batasan nilai r

58

Nilai r tersebar antara +1 dan -1 sehingga dapat ditulis -1≤ r ≥ +1.

Untuk r = +1 disebut hubungan positif sempurna dengan hubungan sangat

tinggi. Sebaliknya r = -1 disebut hubungan negatif sempurna dengan

hubungannya tidak langsung sangat tinggi. Interpretasi dari nilai r dapat

diuraikan dalam tabel 2.1

Tabel 2.2 Interpretasi nilai r

Nilai r Interpretasi

0 Tidak ada korelasi

0.01 – 0.20 Sangat rendah

0.21 – 0.40 Rendah

0.41 – 0.60 Agak rendah

0.61 – 0.80 Cukup

0.81 – 0.99 Tinggi

1 Sangat tinggi

Sumber : Usman,2005

3. Menentukan koefisien determinasi (

2.9.8 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian yangi digunakan adalah metode

penelitian secara deskriptif. metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta

dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah

dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi

tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-

pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari

suatu fenomena.

59

Hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-

faktor kinerja proyek yaitu faktor biaya, mutu, waktu (BMW), manajemen

lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pengaruh kinerja tersebut

terhadap tingkat kepuasan stakeholders dimana lokasi penelitian adalah proyek

konstruksi hotel di bali dan bentuk instrument yang digunakan adalah dengan

melakukan survey. Adapun model dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.3

Model penelitian tingkat kepuasan stakeholders terhadap kualitas pelayanan

BMW

(Biaya,mutu,waktu)

Manajemen

Lingkungan

K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja

Tingkat kepuasan

stakeholders

BMW

(Biaya,mutu,waktu)

Manajemen

Lingkungan

K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja

108