bab ii kajian pustaka dan model penelitian 2.1 umum … 2.pdf · kpi (key performance indicators)...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Umum
Kajian pustaka adalah salah satu bagian penting dari suatu penelitian ilmiah
yang memaparkan teori dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Kajian
pustaka memiliki beberapa tujuan yakni menginformasikan kepada pembaca hasil-
hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-
celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan untuk menentukan apa yang telah
dilakukan orang yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.
Selain itu dengan kajian pustaka tidak hanya mencegah duplikasi penelitian orang
lain, tetapi juga memberikan pemahaman dan wawasan yang dibutuhkan untuk
menempatkan topik penelitian yang kita lakukan dalam kerangka logis. Pada
penelitian ini tujuan kajian ilmiah adalah untuk menambahkan pemahaman mengenai
tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja proyek konstruksi. Dengan adanya
tolak ukur terhadap peningkatan kepuasan stakeholders, pelayanan terhadap
stakeholders dapat dilakukan sehingga akan terwujud kualitas pelayan yang juga
dapat meningkatkan loyalitas stakeholders terhadap penggunaan jasa pada suatu
perusahaan pelayanan produk dan jasa.
Kajian pustaka yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengertian
kinerja, identifikasi faktor-faktor kinerja proyek kontruksi yang terdiri dari BMW
(Biaya, Mutu, Waktu) Manajemen Lingkungan dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
8
Kerja, kemudian dilanjukan dengan pembahasan pengaruh kualitas pada proyek
konstruksi, proyek konstruksi, jenis proyek konstruksi, definisi kepuasaan,
stakeholders. bagian-bagian stakeholders, stakeholders pada proyek konstruksi,
metode pengumpulan data, sampel, analisis tentang statistik.
2.2 Kinerja Proyek
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses
(Nurlaila,2010). Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah
kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh
seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans,2005).
Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja
dengan standar yang ditetapkan (Dessler,2000). Kinerja adalah hasil kerja baik secara
kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas
sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara,2002).
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai at all,2005)
9
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa kinerja
adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standar dan
kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.
Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik
awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi
organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi
dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis
sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk
menjadikan/ mewujudkan sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian
berakhir (PT. Pembangunan Perumahan, 2003). Menurut Schwalbe (2004) proyek
merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik awal dan titik
akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga
membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja dan proyek dapat dibuat suatu
pemahaman bahwa kinerja proyek adalah suatu proses dan hasil kerja dari
sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan baik itu kulitas maupun kuantitas
yang kemudian dibandingkan dengan hal-hal yang diharapkan untuk memperoleh
hasil yang maksimal.
2.3 Identifikasi Faktor-faktor Kinerja Proyek Konstruksi
Dalam melakukan identifikasi terhadap suatu faktor, diperlukan KPI (key
performance indicators). KPI (key performance indicators) dapat diartikan sebagai
ukuran atau indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah
10
berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita tetapkan. KPI (key
performance indicators) juga sebaiknya dinyatakan secara eksplisit dan rinci
sehingga hal yang diukur menjadi jelas. Dalam proyek konstruksi terdapat ukuran
atau indikator yang menjadi faktor dapat mempengaruhi kinerja proyek tersebut.
BMW (biaya, mutu, waktu), manajemen lingkungan dan K3 menjadi faktor yang
mempengaruhi tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja pada proyek
konstruksi.
2.3.1 Biaya, Mutu, Waktu (BMW)
Menurut Soeharto (2001) bahwa dalam proses mencapai tujuan dari suatu
proyek, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang
dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan
parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai
sasaran proyek. Ketiga batasan ini sering disebut sebagai tiga kendala (triple
constraint)
Triple constraint adalah usaha pencapaian tujuan yang berdasarkan tiga
batasan, yaitu :
1. Tepat biaya
Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik
biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan maupun biaya total
sampai akhir proyek
2. Tepat waktu
11
Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan
proyek (schedule) yang telah direncanakan yang ditunjukan dalam bentuk
prestasi pekerjaan (work progress)
3. Tepat Mutu
Mutu produk atau disebut sebagai kinerja (performance), harus memenuhi
spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemilik
Menentukan Triple constraint yang ada dalam pengerjaan proyek, yaitu: Quality, Time,
dan Cost dan digambarkan oleh segitiga sama sisi seperti gambar 2.1
Gambar 2.1 Triple constraint
Sumber : Soeharto (2001)
Pemakaian bentuk segitiga tidak hanya karena ketiga batasan ini saling
berhubungan, tetapi juga karena segitiga mampu merepresentasikan fokus dalam
proyek. Misalkan sebuah proyek ingin menghasilkan output yang berkualitas, maka
waktu dan biaya akan banyak dibutuhkan dan misal kita ingin mengerjakan proyek
dengan waktu yang cepat, output yang dihasilkan akan kurang berkualitas dan
biayanya juga akan besar.
a. Biaya
12
Dalam proyek konstruksi terdapat manajemen biaya proyek yang mencakup
proses-proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek kontsruksi dapat
diselesaikan dalam anggaran yang disetujui. Manajemen biaya proyek biasanya
dikaitkan dengan biaya sumber daya, hal ini yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan proyek. Namun, manajemen biaya proyek juga harus mempertimbangkan
dampak keputusan proyek mengenai biaya penggunaan produk proyek. Sebagai
contoh, membatasi jumlah resensi desain dapat mengurangi biaya proyek terhadap
pengeluaran untuk meningkatkan biaya operasional pelanggan. Persepsi ini dalam
manajemen biaya proyek sering disebut siklus hidup biaya. Siklus hidup biaya
bersama-sama dengan nilai rekayasa teknik yang digunakan untuk mengurangi biaya
waktu, meningkatkan kualitas dan kinerja dan mengoptimalkan pengambilan
keputusan.
Dalam proyek konstruksi, memprediksi dan menganalisis prospektif terhadap
kinerja keuangan hasil proyek dilakukan di luar proyek. Ketika prediksi dan analisis
yang demikian disertakan, biaya manajemen proyek akan menyertakan proses-proses
tambahan dengan banyak teknik manajemen umum seperti sebagai laba atas investasi,
arus kas yang didiskonkan, analisis payback, dan lain-lain.
Proyek manajemen biaya juga harus mempertimbangkan kebutuhan informasi
stakeholders. Hal ini bertujuan untuk dapat mengukur biaya proyek dalam cara yang
berbeda dan pada waktu yang berbeda. Sebagai contoh, biaya pengadaan barang
dapat diukur ketika dilakukan, diperintahkan, diantarkan, ditimbulkan, atau direkam
untuk tujuan akuntansi.
13
Dalam manajemen biaya proyek konstruksi terdapat beberapa proses yang
diterapkan untuk memastikan bahwa proyek diselesaikan dalam anggaran yang
disetujui. Adapun proses tersebut disajikan dalam bentuk bagan yaitu :
Gambar 2.2 Bagan Manajemen Biaya
Sumber : Wulfram (2005)
Dari bagan pada Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa manajemen biaya proyek
terdiri dari empat (4) tahapan yaitu :
1. Perencanaan Sumber Daya
Perencanaan sumber daya melibatkan penentuan apa jenis sumber
daya fisik (orang, peralatan, bahan) dan berapa jumlah masing-masing
harus digunakan dan kapan mereka akan diperlukan untuk melakukan
kegiatan proyek. Itu harus dikoordinasikan dengan pengestimasian
biaya.
2. Pengestimasian Biaya
Pengestimasian biaya melibatkan pengembangan perkiraan (estimasi)
biaya sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan
proyek. Dalam menaksir biaya, penaksir mempertimbangkan
Manajemen Biaya
Perencanaan Sumber Daya
Penganggaran Biaya Pengendalian Biaya
Pengestimasian Biaya
14
penyebab variasi estimasi akhir untuk tujuan pengelolaan proyek yang
lebih baik. Pengestimasian biaya melibatkan pengembangan sebuah
penilaian kemungkinan hasil kuantitatif terhadap besaran biaya untuk
penyelenggaraan proyek konstruksi untuk menyediakan produk atau
layanan yang terlibat.
3. Penganggaran Biaya
Penganggaran biaya melibatkan mengalokasikan keseluruhan biaya
perkiraan untuk kegiatan individu atau bekerja berkelompok untuk
menetapkan biaya secara garis dasar sehingga dapat mengukur kinerja
proyek. Realisasi pelaksanaan proyek dapat perkiraan setelah
dilakukan persetujuan anggaran disediakan, tetapi perkiraan harus
dilakukan sebelum permintaan anggaran disetujui oleh pemilik proyek.
4. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membuat
perubahan biaya dasar yang kemudian digunakan untuk memastikan
bahwa perubahan tersebut disetujui. setelah perubahan biaya dilakukan
hal yang dilakukan selanjutnya adalah pengelolaan terhadap perubahan
biaya (biaya kontrol). Biaya kontrol mencakup pemantauan biaya
kinerja untuk mendeteksi dan memahami varians dari rencana. Hal
yang harus diperhatikan adalah memastikan bahwa semua perubahan
biaya yang dilakukan telah sesuai catatan yang dibuat secara akurat.
Tujuannya adalah untuk mencegah perubahan yang salah, tidak pantas
15
atau tidak sah sehingga informasi terhadap perubahan dapat
disampaikan kepada stakeholders.
Keempat hal tersebut haruslah sejalan agar tujuan pelaksanaan pembangunan
proyek konstruksi memenuhi tingkat kepuasan stakeholders terhadap biaya proyek.
Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek yaitu biaya
sebagai berikut :
- Sesuai dengan dokumen kontrak dan kesepakatan.
- Pemilik proyek setuju dan melaksanakan pembayaran pekerjaan
sampai selesai.
- Tidak terjadi progress billing tidak terbayar.
- Memperoleh manfaat positif termasuk keuntungan bagi perusahaan.
b. Mutu
Manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan
yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi.
Dalam rangka mencukupkan tingkat kepuasan stakeholders dan ketepatan waktu
dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus
memasukkan dan mengadakan pelatihan manajemen kualitas. Hal-hal yang
menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah :
Produk/pelayanan/proses pelaksanaan.
Proses management proyek itu sendiri.
16
Dalam proyek konstruksi ada tiga (3) proses yang dilakukan untuk
mendapatkan mutu yang baik. Ini adalah syarat yang dilakukan dalam manajemen
mutu dalam proyek konstruksi. Adapun ketiga hal tersebut adalah :
1. Perencanaan mutu (Quality Planning)
Perencanaan mutu adalah proses mengidentifikasi standar kualitas yang
sesuai dengan kebutuhan pemilik proyek dan memenuhi standar peraturan
yang berlaku. Perencanaan mutu biasanya berkaitan dengan pemilik
proyek yaitu pada proses produksi, desain produk atau pelayanan.
perencanaan mutu ini biasanya dilakukan pada tahap awal namun sebelum
pelaksanaan proyek konstruksi. Perencanaan mutu dalam proyek
konstruksi diharapkam memenuhi aspek-aspek berikut :
a) Mengidentifikasi standar kualitas yang relevan dengan proyek
yang sedang dikerjakan
b) Menganalisis dan menetapkan standar kualitas yang ingin dicapai
pada pelaksanaan proyek
c) Merencanakan strategi pencapaian kualias.
2. Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
Penjaminan mutu merupakan suatu proses menjalankan apa yang sudah
ditetapkan dan direncanakan dalam perencanaan mutu, mengawalnya,
melakukan identifikasi dan memverifikasi pelaksanaan terhadap rencana
yang dibuat. Tujuan dari penjaminan mutu adalah mengadakan tindakan-
tindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan kepada
17
stakeholders bahwa semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tingkat mutu proyek yang telah dilaksanakan dengan berhasil. Penjaminan
mutu diharapkan memenuhi aspek :
a) Menjalankan apa yang telah direncanakan
b) Mengawal strategi pencapaian kualitas
c) Mengevaluasi pelaksanaan proyek agar sesuai dengan rencana
strategi pencapaian kualias
d) Mengidentifikasi dan pencegahan/antisipasi masalah yang timbul.
e) Memberikan verifikasi keselarasan pelaksanaan pekerjaan dari
pemenuhan kualitas biaya, dan waktu terhadap rencana.
3. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pengendalian mutu adalah suatu proses pemeriksaan dan pengujian ter
ukur mulai dari material, pemasangan,hasil kerja dan penilain terhadap
RKS/spesifikasi Teknis. Pengendalian proyek dilakukan pada tahap
pelaksanaan proyek, khususnya pada tahap pengawasan dan pengendalian
proyek. Pada pengendalian mutu proyek diharapkan memenuhi aspek-
aspek sebagai berikut :
a) Melaksanakan inspeksi (material,alat dan pekerjaan)
b) Memeriksa dokumen sertifikast (material,alat dan pekerjaan)
c) Menyaksikan pelaksanaan dan menganalisa hasil pengujian
(material,alat dan pekerjaan)
18
Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek
mutu yaitu sebagai berikut :
a) Sesuai dengan dokumen kontrak spesifikasi teknis dan kesepakatan.
b) Pemilik proyek setuju dan menerima proyek dengan tanpa
komentar/syarat tertentu.
c) Tidak ada penalty, atau complain atas mutu hasil kerja proyek.
d) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan dengan baik,
e) Semua pihak terkait pelaksanaan merasa puas.
f) Memperoleh certificate of completion.
c. Waktu
Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya
untuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan efisien. Efektifitas
terlihat dari tercapainya tujuan manajemen waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Efisien tidak lain mengandung dua (2) makna,yaitu makna pengurangan waktu yang
ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada. Tujuan dari
manajemen waktu adalah :
a) Manajemen waktu membantu kita untuk berkerja lebih efektif dengan
skala prioritas.
b) Manajemen waktu menjauhkan kita dari stres kita dapat mengontrol
setiap tugas dan tenggat waktunya
19
c) Manajemen waktu membuat kita lebih produktif (dapat menghindari
hambatan dan gangguan yang menghalangi dari tujuan.
Untuk dapat mengelola waktu dengan tepat, maka diperlukan pemahaman
tentang prinsip-prinsip dasar manajemen waktu agar lebih berhasil dan berdaya guna.
Berikut ini prinsip dasar manajemen waktu yang penting diperhatikan :
a) Sediakan waktu untuk perencanaan dan menetapkan prioritas
b) Selesaikan tugas berprioritas tinggi sesegera mungkin dan tuntaskan
tugas sebelum mulai tugas yang lain.
c) Prioritaskan kembali tugas yang tersisa berdasarkan informasi baru
yang terkait.
Dalam manajemen waktu terdapat tingkat prioritas waktu yaitu :
a) Jangan dikerjakan
Memiliki karakteristik yaitu masalah dapat hilang tanpa diatasi,
sudah kadaluarsa dan dapat dikerjakan oleh orang lain.
b) Dikerjakan nanti
Memilik karakteristik tidak disertai jatuh tempo, dapat ditunda
dan dapat diperlambat dengan alasan tidak ingin memulai,
tidak tahu dari mana memulai dan tidak tahu dari mana
memulai walaupun ingin memulai
c) Dikerjakan sekarang
20
Memilik karakteristik kebutuhan unit operasional harian
Kegiatan-kegiatan yang telah ditunda, (misal : kebutuhan staf,
kebutuhan peralatan, rapat)
Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek
waktu yaitu sebagai berikut :
a) Proyek diselesaikan tepat waktu, atau sesuai dengan jadwal kerja
dokumen kontrak.
b) Pemilik proyek setuju dan menerima selesainya sebagian atau keseluruhan
pekerjaan yang bersangkutan.
c) Tidak ada complain mengenai progress pelaksanaan terkait penyelesaian
pekerjaan
2.3.2 Manajemen Lingkungan
Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan kegiatan, tanggung jawab, praktek,
prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, melaksanakan, mencapai,
mengkaji dan memelihara kebijakan lingkungan. Dengan kata lain, sistem manajemen
lingkungan adalah sistem manajemen yang berencana, menjadwalkan, menerapkan
dan memantau kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
lingkungan. Yang mendasari definisi ini adalah asumsi implisit korelasi positif antara
kinerja lingkungan dan perusahaan (Tibor dan Feldman,1996)
Sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14001 : 2004 merupakan suatu
sistem manajemen pengelolaan lingkungan yang telah diakui secara internasional
21
dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikat di bawah koordinasi
Organisasi Standar Internasional (ISO : International Organization For
Standardization). Sistem Manajemen Lingkungan atau Environment Management
System (EMS) adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi
struktur organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, latihan atau praktek, prosedur,
proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan, evaluasi dan pemeliharaan
kebijakan lingkungan. (ISO 14001,1996)
Kegiatan pembangunan infrastruktur menimbulkan dampak negatif yang
signifikan terhadap lingkungan. Meskipun demikian sejalan dengan muatan
pemberdayaan masyarakat, maka proyek konstruksi harus melembagakan mekanisme
pemeriksaan, peninjauan dan penerapan prosedur yang disebut “red flag” untuk
menjamin bahwa setiap persoalan lingkungan yang terjadi dapat diidentifikasi,
ditandai, dan ditanggulangi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Usulan
pembangunan prasarana dan sarana lingkungan yang diajukan oleh masyarakatperlu
disesuaikan dengan prinsip yang dianut dalam Rekompak seperti tercantum dalam
Pedoman Operasional Umum Rekompak (2007), terutama Pedoman Pengelolaan
Lingkungan (PPL). Mengacu kepada pedoman tersebut beberapa hal yang perlu
diperhatikan komponen variabel pengelolaan lingkungan sebagai berikut:
1. Lokasi Kegiatan (tata letak/site plan) yang diperkenankan.
2. Skala gambar pembangunan (rumah dan prasarana lingkungan) yang
disyaratkan.
3. Bahan/Material bangunan yang diperkenankan dan yang tidak diperkenankan.
22
2.3.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan. K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bertujuan mencegah,
mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaankerja (zero accident). Penerapan
konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan
harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan
yang berlimpah pada masa yang akan datang.
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka
menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
3. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
4. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
23
5. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
6. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Berikut hasil pembahasan identifikasi kinerja proyek yang disajikan dalam bentuk
Tabel 2.2
Tabel 2.1 Identifikasi Faktor Kinerja Proyek
No Penyataan Faktor
Kinerja
Sumber
1 - Sesuai dengan dokumen kontrak dan
kesepakatan.
- Pemilik proyek setuju dan melaksanakan
pembayaran pekerjaan sampai selesai.
- Tidak terjadi progress billing tidak terbayar.
- Memperoleh manfaat positif termasuk
keuntungan bagi perusahaan.
Biaya Syah (2004)
2 - Sesuai dengan dokumen kontrak spesifikasi
teknis dan kesepakatan.
- Pemilik proyek setuju dan menerima proyek
dengan tanpa komentar/syarat tertentu.
- Tidak ada penalty, atau complain atas mutu
hasil kerja proyek.
- Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dilaksanakan dengan baik,
- Semua pihak terkait pelaksanaan merasa
puas.
- Memperoleh certificate of completion.
Mutu Syah (2004)
3 - Proyek diselesaikan tepat waktu, atau sesuai
dengan jadwal kerja dokumen kontrak.
- Pemilik proyek setuju dan menerima
selesainya sebagian atau keseluruhan
pekerjaan yang bersangkutan.
- Tidak ada complain mengenai progress
Waktu Syah (2004)
24
pelaksanaan terkait penyelesaian pekerjaan
4 - Memahami /menerapkan kebijakan
lingkungan mencegah setiap jenis
polusi,kebijakan efisiensi energi dan hemat
air
- Menjaga kerapian dan kebersihan lokasi
kerja
- Tidak menggunakan asbestos atau material
berbahaya dan beracun lainnya.
- Menyediakan sanitasi dalam pelaksanaan
proyek
- Menyediakan jalur untuk pembuangan air
kotor (limbah)
Manajemen
Lingkungan
- ISO 14001 :
2004
- Tibor dan
Feldman,
(1996)
- Pedoman
Operasional
Umum
Rekompak
(2007),
5 - Pekerja menggunakan APD pada saat
beraktivitas dan melakukan pekerjaan di areal
proyek
- Terdapat kotak P3K di areal pelaksanaan
proyek
- Pegawai mendapatkan asuransi kesehatan
- Adanya SOP dalam melaksanakan pekerjaan
- Terdapat jalur evakuasi untuk keadaan darurat
- Terdapat poster-poster K3 dan rambu-rambu
K3 (safety sign) di lingkungan kerja
- Dilakukan pemeriksaaan keamanan dan
kesehatan makanan/minuman yang dikonsumsi
karyawan (Bila terdapat kantin dalam proyek)
Manajemen
K3
Mangkunegara
(2002)
2.4 Pengaruh Kualitas pada Proyek Konstruksi
Dalam pelaksanan proyek konstruksi kualitas menjadi hal terpenting.
Stakeholders menggunakan kualitas sebagai tolak ukur dalam penentuan pelaksanaan
proyek. Hal tersebut dilakukankan karena kualitas merupakan elemen yang penting
25
dari proses produksi dan operasi. Alasan-alasan yang membuat kualitas menjadi
elemen penting antara lain sebagai berikut :
1. Reputasi Perusahaan
Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan,
kebiasaan pekerjanya, dan hubungan dengan pemasoknya. Semakin bagus
kualitas suatu produk yang diketahui oleh publik sebagai konsumen,
semakin baik reputasi perusahaan di mata konsumen.
2. Kehandalan Produk
Perusahaan dalam merancang dan menghasilkan produk tidak boleh
sembarangan.Kualitas harus diperhatikan di mana produk tersebut tidak
boleh merugikan konsumen ataupun mengakibatkan kerusakan dan
kecelakaan.
3. Keterlibatan Global
Kualitas adalah hal penting yang menarik perhatian konsumen di mana
pun konsumen tersebut berada. Produk-produk perusahaan yang akan
bersaing di pasar internasional harus memenuhi ekspektasi akan kualitas,
desain, dan harganya secara global.
2.5 Proyek Konstruksi
Menurut Ervianto (2005) proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan
yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam
rangkaian kegiatan tersebut terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek
menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam
26
rangkaian kegiatan tersebut melibatkan banyak pihak pengampu kepentingan
(stakeholders) baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Proyek konstruksi memilik karakter yang dipandang dalam 3 (tiga) dimensi
(Wulfram,2005) yaitu :
1. Proyek bersifat unik
Setiap proyek memiliki keunikan karena rangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam setiap proyek tidak pernah sama persis karena sifat
proyek yang sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-
beda.
2. Proyek membutuhkan sumber daya
Setiap proyek membutuhkan sumber daya dalam pelaksanaan dan
penyelesaiannya yaitu berupa pekerja, uang, material, mesin, dan metode.
3. Proyek membutuhkan organisasi
Dalam setiap proyek konstruksi diperlukan adanya organisasi untuk
mengatur dan mengawasi pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini
bertujuan untuk menyatukan visi dan misi yang ingin dicapai.
2.6 Jenis-jenis Proyek
Proyek konstruksi tidak dapat hanya didefinisikan secara sederhana dari
konsep produksi yaitu perakitan bahan dan produk (Gould and Joyce,2009). Proses
konstruksi secara fundamental memang berbeda jenis produksi (Ballard and
Howell,1998). Namun demikian,mengakui perkembangan pesat ilmu/pengetahuan
dan teknologi, kedua hal itu tidaklah mustahil untuk dilakukan pendekatan bahwa
27
proses kegiatan konstruksi dapat menyesuaikan dengan konsep produksi, dimana,
proses konstruksi seharusnya bisa menyesuaikan dan mengikuti prosedur produksi
yang sudah lumrah, yaitu 'input, proses, output,dan evaluations'. Proyek Konstruksi
pasti membutuhkan 'sumber' sebagai input, untuk mendukung aktivitas 'dimana
proscess terjadi, untuk memperoleh output sebagai “hasil” seperti pekerjaan, proyek,
atau jasa konstruksi, dan siklus konstruksi inimembutuhkan “pengendalian” yang
cermat sebagai evaluations (Jaya, 2014).
Kirkham (2007) mengacu pada proses konstruksi,dimana proyek-proyek
konstruksi dikategorikan menjadi dua jenis: (1) konstruksi bangunan gedung dan (2)
konstruksi teknik sipil. Hendrickson dan Au (1989) memperkenalkan empat (4) jenis
utama dari proyek konstruksi berdasarkan kepentingan klien dan ototitasnya dalam
menentukan tipe dan fasilitas yaitu bangunan : (1) bangunan perumahan, (2)
konstruksi bangunan kelembagaan dan komersial, (3) infrastruktur dan konstruksi
berbasis peralatan berat, dan (4) bangunan industri konstruksi khusus. Ostwald (2001)
memecah proyek konstruksi menjadi empat jenis proses yang berbeda: (1) rumah
tinggal, (2) bangunan komersial, (3) rekayasa konstruksi dengan penggunaan alat
berat (4) bangunan industri. Selanjutnya, Gould (2005); Sears et al (2008); dan Gould
dan Joyce (2009) mengklasifikasikan proyek konstruksi menjadi empat jenis proyek
dengan makna yang sama dengan apa yang diperkenalkan oleh Hendrickson dan Au
(1989) dan Ostwald (2001), sebagai: (1) proyek perumahan, (2) proyek konstruksi
bangunan,(3) proyek konstruksi infrastruktur dan (4) proyek-proyek industri.
28
Keempat jenis proyek tersebut dibahas secara singkat pada bagian berikut ini (Jaya,
2014).
2.6.1 Proyek Bangunan perumahan
Bangunan rumah tinggal dipengaruhi oleh peran pemerintah mengenai
peraturan pajak, kebijakan fiskal, dan undang-undang,dikembangkan untuk
ruangan tempat tinggal dari orang-perorangan atau keluarga; misalnya, rumah
pribadi, tempat tinggal multifamily, kondomini kecil/apartemen sederhana,dll.
2.6.2 Proyek Bangunan Komersial
Bangunan komersial cenderung sangat komplek dan operasionalnya sangat
sulit membutuhkan kontrol keuangan yang lebih ketat dalam praktek
manajerial perencanaan dan konstruksi serta operasi proyek. Contoh proyek
bangunan komersial misalnya gedung-gedung pemerintah, kantor, stadion
olahraga, vila, hotel, resor, apartemen besar dan komplek, rumah sakit,
universitas, sekolah, gereja, pusat perbelanjaan, toko ritel, bioskop, gudang,
dan lain-lain.
2.6.3 Proyek Infrastruktur
Infrastruktur dan proyek rekayasa konstruksi menggunakan peralatan berat
biasanya melayani kebutuhan prioritas masyarakat, cenderung mengkonsumsi
waktu panjang dalam durasi konstruksi, dan sebagian besar di danai oleh
publik/pemerintah misalnya, bandara, jalan raya, jembatan, bendungan, sistem
pengendalian banjir, pembangkit listrikt enaga air, kanal, terowongan, sistem
29
irigasi, penampungan air hujan,pengolahan dan distribusi air bersih, dan
sistem transit perkotaan yang cepat dan lain sebagainya.
2.6.4 Proyek Bangunan Industri
Bangunan industri dimaksudkan untuk mempertahankan kegiatan produksi
dan biasanya didanai swasta (misalnya, pabrik, tambang, kilang minyak, pabrik
pengolahan petrokimia, pabrik perakitan mobil, pengembangan pembangkit nuklir,
kilang minyak bahan bakar dari fosil, pabrik pengembangan bahan bakar oksigen, dan
pabrik-pabrik besar dan berat lainnya.
Setiap jenis proyek memiliki keunikan dan kompleksitas khusus. Berbagai
jenis proyek mungkin harus mencapai tujuan yang berbeda dan melalu proses berbeda
pula.Proyek konstruksi bangunan merupakan area cukup menantang untuk diselidiki.
Proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dan total permintaan yang
menyebabkan investasi yang besar dalam pelaksanaan pembangunan sejalan dengan
potensi risiko atau imbalan (Hendrickson and Au, 1989). Proyek bangunan komersial
biasanya menuntut penggunaan metode konstruksi dan peralatan yang canggih
(CIOB,2009) dalam rangka tujuan komersial yang membutuhkan pengembalian
modal dam keuntungan finansial atas investasi dalam jangka waktu tertentu.
Jenis bangunan komersial pada proyek konstruksi diakui sebagai proyek
padat modal dan resiko yang sangat tinggi serta menyesuaikan pada fluktuasi kondisi
pasar global. Para pelaku proyek komersial mungkin harus menyadari proses
konstruksi yang sulit berkaitan dengan investasi, dan menyusun rencana keuangan
dan kontrol yang lebih ketat untuk melaksanakan proyek-proyek konstruksi
30
(Hendrickson danAu,1989). Oleh karena itu, proyek-proyek bangunan komersial
mungkin lebih sensitif terhadap kerugian finansial sebaliknya keuntungan/ manfaat
yang besar dibandingkan dengan jenis lain dari proyek konstruksi yang dijelaskan
sebelumnya, seperti perumahan, infrastruktur dan proyek-proyek industri.
Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada identifikasi faktor-faktor
kualitas pelaksanaan proyek konstruksi yaitu BMW, Manajemen, Lingkungan dan
K3 pada bangunan konstruksi (seperti gedung perkantoran, rumah sakit, villa,
apartemen, hotel, dan resort) dan analisis terhadap tingkat kepuasan para pengampu
kepentingan proyek baik internal maupun eksternal stakeholders di Bali
2.7 Definisi Kepuasan
Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada
akhirnya akan bermuara pada nilai yang diberikan oleh pelanggan mengenai
kepuasan yang dirasakan. Beberapa ahli ekonomi mendefinisikan arti kepuasan
pelanggan,antara lain
1. Menurut Supranto (2001) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan
harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan
antara kinerja yang dirasakan dengan harapan apabila kinerja dibawah
harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan
harapan maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi
harapan, maka pelangganakan sangat puas. Harapan pelanggan dapat
dibentuk oleh pengalaman masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji
31
dan informasi pemasar dan saingannya. Pelangan yang puas akan setia
lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang
baik tentang perusahaan.
2. Menurut Amstrong (2001) manajemen pemasaran, analisis perencanaan,
implementasi dan kontrol berpendapat kepuasan digambarkan sebagai
suatu evaluasi terhadap surprise yang melekat pada suatu pengakusisian
produk dan atau pengalaman mengkonsumsi dan kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau
hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Dari definisi di atas,
kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan
harapan. Jika kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa. Bila
kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas.
Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan berpengaruh
pada pola perilaku selanjutnya. Apabila pelanggan merasa puas, maka ia
akan setia atau dengan kata lain ia akan membeli produk yang sama.
Pelanggan yang puas juga cenderung akan memberikan refrensi yang baik
terhadap produk kepada orang lain. Tidak demikian dengan seorang
konsumen yang tidak puas (dissatisfied). Konsumen yang tidak puas tidak
akan kembali membeli produk yang sama dan akan cenderung akan
memberikan referensi yang buruk terhadap produk kepada orang lain.
32
2.7.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli di mana alternatif yang
dipilih sekurang- kurangnya memberikan hasil yang sama atau melampui harapan
pelanggan. Jadi sebenarnya ada 2 (dua) faktor yang sangat menentukan kepuasan
yaitu harapan pelanggan dan kinerja atau hasil yang mereka rasakan (Tjiptono,2001)
Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2002) juga sangat berperan penting dalam
usaha menciptakan kesetiaan pelanggan yang potensial. Pelanggan yang puas dan
senang akan berprilaku positif, mereka akan membeli banyak dari perusahaan dan
akan kembali untuk kesekian kalinya untuk membeli produk perusahaan. Kepuasan
pelanggan akan sangat tergantung dengan pelayanan. pelanggan yang puas akan
menyampaikan produk dan layanan anda kepada temannya yang lain. Pelanggan yang
tidak puas akan menyampaikan ketidakpuasan terhadap produk dan layanan anda
kepada semua orang. Ini mungkin akan sering terjadi dalam kegiatan penjualan.
Menyampaikan informasi secara berantai dari mulut ke mulut akan sering terjadi.
Informasi kepuasan yang disampaikan pelanggan kepada orang lain mengenai produk
dan layanan yang telah anda berikan, akan dapat mennyangkut imageanda. Seorang
pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan nilai dari pemasok,
produsen, atau penyedia jasa. Nilai dapat berasal dari produk, pelayanan, sistem atau
sesuatu yang bersifat emosi. Jika pelanggan mendapatkan produk yang berkualitas
kalau nilai tersebut bagi konsumen adalah kenyamanan, maka kepuasan akan datang
apabila pelayanan yang diperoleh benar-benar nyaman. Kalau nilai dari pelanggan
adalah harga yang murah, maka pelanggan akan puas kepada produsen yang
33
memberikan harga yang kompetitif. Ada beberapa karakteristik perusahaan yang
berfokus pada kepuasan pelanggan (Tjiptono,2001) meliputi:
1. Adanya visi, komitmen dan suasana yang mendukung untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
2. Menempatkan diri sejajar dengan pelanggan.
3. Memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pelanggan.
4. Selalu berusahan mengumpulkan dan memanfaatkan informasi dari
pelanggan.
5. Dekat dengan pelanggan.
6. Memperlakukan karyawan sebagai orang yang memiliki kompetensi dan
kapabilitas serta memberdayakan mereka untuk mengambil keputusan dalam
rangka memuaskan pelanggan.
7. Melakukan aktifitas penyempurnaan produk atau jasa dan proses secara
berkesinambungan. kepuasan pelanggan akan tercapai jika produk dan
pelayanan telah sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen, dengan
kata lain, bebas dari kekurangan. Simpulan yang diambil dari banyak
pengertian diatas adalah kepuasan pelanggan akan tercapai jika produk dan
pelayanan telah sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen. Kepuasan
pelanggan adalah konsumen yang puas setelah merasakan jasa atau
menggunakan suatu produk dengan hasil yang diperoleh maupun dirasakan
dari segi pelayanan. Jadi kepuasan pelanggan dapat tercipta apabila terjadi
34
loyalitas terhadap suatu produk atau jasa. Adapun beberapa tingkat kepuasan
yang umum yaitu :
a. Kalau kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa.
b. Kalau kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan akan puas.
c. Kalau kinerja melebihi harapan maka pelanggan sangat puas dan gembira.
2.7.2 Faktor-faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan
Menurut Irawan (2002) faktor-faktor pendorong kepuasan pelanggan terbagi
atas lima bagian, yaitu :
1. Kualitas produk
Pelanggan merasa puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk
ternyata kualitas produk tersebut baik sebagai contoh, pelanggan akan merasa
puas terhadap televisi yang dibeli apabila menghasilkan gambar dan suara
yang baik, awet atau tidak cepat rusak, memiliki banyak fasilitas, tidak ada
gangguan, dan disain yang menarik.
2. Harga
Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga yang murah adalah sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai uang yang
tinggi, komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak
sensitif terhadap harga. Bagi mereka yang tidak peduli dengan harga, mereka
lebih menyukai harga yang sedikit mahal namun kualitasnya baikdaripada
harga yang murah tetapi kualitasnya tidak sesuai dengan keingginannya. Jadi
persaingan dalam harga akan mendapatkan perhatian pelanggan sepanjang
35
kualitas barang adalah sama. Kualitas produk dan harga sering kali tidak
mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan konsumen.
Ketika aspek ini relatif mudah ditiru dengan teknologi yang hampir standar,
setiap perusahaan biasanya mempunyai kemampuan untuk menciptakan
kualitas produk yang hampir sama dengan para pesaing. Oleh karena itu
banyak perusahaan yang lebih mengandalkan aspek yang ketiga yaitu service
quality.
3. Service quality
Untuk memuaskan pelanggan, suatu perusahaan hendaknya terlebih dahulu
harus dapat memuaskan karyawan agar produk yang dihasilkan tidak rusak
kualitasnya dan pelayanan kepada pelanggan dapat diberikan lebih baik lagi,
jika karyawan merasa puas akan lebih mudah bagi mereka untuk menerapkan
kepada pelanggan bagaimana rasa puas itu.
4. Emotional factor
Faktor ini relatif penting karena kepuasan pelanggan timbul pada saat ia
menggunakan produk tertentu, hal ini disebabkan karena merek produk
tersebut sudah tercipta dengan baik dari segi kualitasnya, harga yang tidak
murah karena harga yang mahal identik dengan kualitas produk yang tinggi
dan sebaliknya, serta pelayanan yang diberikan.
5. Kemudahan
Pelanggan akan semakin puas apabila tempat mudah dicapai dan juga
nyaman. Dengan mengetahui kelima faktor ini, tentulah tidak cukup bagi
36
perusahaan untuk merancang strategi dan program peningkatan kepuasan
pelanggan. Kontribusi faktor ini juga dapat berubah dari waktu kewaktu untuk
suatu industri. Besarnya bobot relatif mudah diketahui dengan melakukan
survei. Dalam survei, konsumen dapat ditanyakan secara langsung mengenai
kepuasan mereka dan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor tersebut
dalam mempengaruhi kepuasan mereka setelah menggunakan produk atau
jasa.
2.8 Stakeholders
Menurut Freeman (1984) yang dikemukan dalam Friedman (2006) definisi
klasik pemangku kepentingan (stakeholders) adalah setiap kelompok atau individu
yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Pada
arti yang luas definisi stakeholders merupakan redefinisi semua organisasi,bagaimana
mereka harus dikonsep dan apa yang seharusnya organisasi lakukan sebagai
pengelompokan stakeholders dan tujuan organisasi untuk mengelola kepentingan
mereka, kebutuhan dan sudut pandang. Pemangku kepentingan (stakeholders) pada
tingkat atas (manager) dianggap sebagai kelompok yang fokus dan dianggap mampu
memenuhi peran manajemendari pemangku kepentingan (stakeholders) tersebut.
Konsep itu diuraikan oleh Evandan Freeman (1993) yang dikemukan dalam Friedman
(2006) sebagai dua prinsip berikut:
1. Prinsip legitimasi perusahaan.
Korporasi harus dikelola untuk kepentingan para stakeholders,
pelanggan, pemasok, pemilik, karyawan dan masyarakat setempat. Hak
37
kelompok harus memastikan dan selanjutnya kelompok harus
berpartisipasi dalam beberapa dalam keputusan yang secara substansial
mempengaruhi kesejahteraan mereka.
2. Stakeholders prinsip fidusia.
Manajemen menanggung hubungan fidusia kepada para pemangku
kepentingan dan korporasi sebagai entita sabstrak. Namun dalam
bertindak harus dalam kepentingan stakeholders sebagai agen mereka,
dan harus bertindak untuk kepentingan perusahaan untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan, menjaga saham jangka panjang
masing-masing kelompok.
2.8.1 Bagian-bagian Stakeholders
Ada definisi hubungan yang jelas tentang apa yang merupakan pemangku
kepentingandan identifikasi siapa yang menjadi aktor. Cara yang paling umum untuk
mengklasifikas pemangku kepentingan adalah mempertimbangkan sekelompok orang
dengan dibedakan dengan perusahaan. Kelompok yang paling umum dari pemangku
kepentingan untuk dipertimbangkan adalah
a. Pemegang Saham
b. Costumer
c. Supplier dan distributor
d. Karyawan
e. Masyarakat Lokal
38
Menurut Freeman (2004) yang dikemukan Friedman (2006) yaitu hampir semua
dapat dianggap sebagai yang berpengaruh dalam beberapa cara oleh banyak hal
korporasi yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuannya. banyak jenis individu
dan kelompok telah dianggap pemangku kepentingan selain daftar tersebut di atas
yaitu :
1. Perwakilan pemangku kepentingan seperti serikat buruh atau asosiasi
perdagangan, pemasok atau distributor
2. LSM atau kegiatan yang telah dipertimbangkan secara individual atau sebagai
wakil pemangku kepentingan saingan
3. Pemerintah, regulator, pembuat kebijakan
4. Pemodal lain yang patut dari pemegang saham (kreditur, pemegang obligasi,
penyedia utang)
5. Media
6. Masyarakat umum
7. Aspek nonmanusia bumi lingkungan alam
8. Mitra bisnis
9. Akademik
10. generasimasa depan
11. Generasi yang lalu
12. Arketipe atau meme
39
2.8.2 Stakeholders Pada Proyek Konstruksi
Stakeholders proyek konstruksi adalah pihak-pihak baik secara individual,
kelompok, maupun organisasi yang mungkin mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
keputusan, aktifitas, dan hasil dari suatu proyek. Dalam stakeholders management
berdasarkan PMBOK (Project Management Body of Knowledge) 5th Edition,
stakeholders harus diidentifikasi sebelum proyek dimulai. Stakeholders dapat terlibat
secara aktif di proyek atau memiliki kepentingan yang dapat berupa hasil yang positif
atau negatif terhadap kinerja atau penyelesaian proyek. Stakeholders yang berbeda
mungkin memiliki persaingan yang menciptakan konflik di dalam proyek. Dalam hal
ini, stakeholders dikelompokkan dalam dua (2) bagian yaitu internal stakeholders
dan external stakeholders.
Adapun internal stakeholders antara lain :
Pemilik proyek (owner)
Seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan
memberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya
sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. untuk merealisasikan proyek
pemilik proyek mempunyai kewajibna pokok untuk menyediakan dana
untuk membiayai proyek.
Manajemen Konstruksi (MK)
Manajemen Konstruksi (MK) merupakan seseorang atau instansi yang
mewakili pihak pemilik proyek pada pelaksanaan proyek konstruksi.
40
Peranan dari manajemen konstruksi adalah melakukan koordinasi dan
komunikasi selama proses pelaksanaan proyek konstruksi serta
menangani semua tahapan pada proyek konstruksi.
Kontraktor utama
Kontraktor utama adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak
dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Berupa perorangan maupun
badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Yang telah ditetapkan
dari pemilik proyek serta telah menandatangani Surat Perjanjian Kerja
(SPK). Kontraktor utama ini bekerja dengan mengacu pada gambar
kerja (bestek), rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) yang telah
disusun sebelumnya.
Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang
bersifat multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama pemilik
proyek (owner). Pengawas harus mampu bekerja sama dengan
konsultan perencana dalam suatu proyek
Supplier
Perorangan atau badan usaha yang memasok barang-
barang/material/peralatan atau perlengkapan bangunan yang
dibutuhkan dalam proses pelaksanaan konstruksi
41
Sub contractors
Perorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli dan mampu untuk
melakukan pekerjaan spesialisasi dalam bidang khusus/tertentu dalam
pembangunan konstruksi serta mendapatkan tugas dari atau dibawah
koordinasi pelaksana konstruksi.
Sedangkan external stakeholders adalah :
Funding body
Merupakan pihak-pihak yang berani/mau menyetorkan uangnya ke
dalam pelaksanaan proyek konstruksi setelah melihat
kinerja/performance dan berharap akan mendapatkan return yang baik
(seperti investor,bank)
Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)
Sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun
sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatannya
Pihak-pihak pembuat keputusan seperti Dinas Perijinan, Dinas
Pekerjaan Umum (PU), Dinas Pendapatan/Pajak dan sebagainya
42
2.9 Metode Pengolahan dan Analisis Data
2.9.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam menentukan sampel pada tingkat kepuasan stakeholders terhadap
kualitas proyek konstruksi metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan
metode non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik sampling
yang memberikan peluang tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dijadikan sample. Teknik non probability sampling meliputi :
a. Sampel Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sempel secara bebas
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan.
b. Sampling Aksidental
Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipadang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
c. Judgement Sampling
Judgement sampling adalah cara pengambilan sampel, yang bersedia
dipilih berdasarkan tujuan. Dipilih berdasarkan unit analisis seorang
ahli.
43
d. Purposive Sampling
Pruposive Sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan
tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin pegawai, maka
sempel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian
saja.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak.
2.9.2 Sampel
Dalam penelitian mengenai tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja
pelayanan teknik sampel yang digunakan adalah teknik sampling purposive
(Purposive Sampling). Menurut Sugiyono (2010) sampling purposive adalah teknik
untuk dengan pertimbangan tertentu. Dasar penentuan sampel pada teknik sampling
ini adalah tujuan penelitian. Teknik purposive digunakan dalam upaya memperoleh
data tentang masalah yang memerlukan sumber data yang memilki kualifikasi
44
spesifik atau kriteria khusus tertentu misalnya menentukan tingkat kualitas suatu
produk.
Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan sampel dengan teknik
sampling purposive (purposive sampling). Teknik sampling purposive memiliki
syarat dalam menentukan sampel yang akan digunakan yaitu :
1. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam
studi pendahuluan.
2. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat- sifat, atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
3. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
Menurut Roscoe (1982) dalam Sugiyono (2004) memberikan saran-saran
tentang ukuran sampel untuk penelitian yaitu :
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai
negeri-pegawai swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel
setiap kategori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan dilakukan analisis dengan multivariat
(kolerasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel (independen dan dependen) yang
diteliti.
45
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana menggunakan kelompok
eksperimen dam kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel
masing-masing kelompok 10 sampai dengan 20.
2.9.3 Kuisioner
Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan infotmasi yang memungkin
peneliti mempelajari sikap-sikap, keyakinan dan karakteristik beberapa orang utama
di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang sudah dibuat. Menurut
Arikunto (2006) kuisioner adalah penyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal
yang ia ketahui. Menurut Sugiyono (2008) kuisioner adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan penyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
Menurut Meredith D. Gall (2003) langkah-langkah yang dilakukan dalam
menyusun dan mengelola kuesioner penelitian yaitu :
1. Menentukan tujuan penelitian
Mendefinisikan permasalahan penelitian dan tujuan khusus yang akan dicapai
atau hipotesis yang akan diuji dengan kuesioner merupakan hal penting untuk
dipertimbangkan oleh peneliti sebelum mengembangkan kuesioner, agar
memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.
2. Menentukan kelompok sampel
Setelah tujuan atau hipotesis telah dinyatakan secara jelas, target populasi dari
mana sampel akan dipilih harus diidentifikasi. Jika peneliti tidak memiliki
46
pengetahuan mendalam tentang suatu situasi , maka akan terjadi kesalahan
pengiriman kuesioner pada kelompok yang tidak memiliki informasi yang
diminta.
3. Merancang kuesioner
Beberapa kuesioner penelitian dilemparkan bersama-sama dalam satu atau
dua jam. Pengalaman mengembangkan beberapa kuesioner serampangan
sebagai pendekatan penelitian telah menyebabkan penerima kuesioner
tersebut banyak bersikap negatif, kemudian memasukkan dalam kotak
sampah dengan sedikit lebih cepat sehingga perlu dilakukan hal untuk
mengatasi sikap negatif dengan konstruksi hati-hati dan administrasi dari
kuesioner.
4. Panduan untuk merancang kuesioner
a. Menghindari kuesioner yang singkat.
Jangan menggunakan istilah teknis, istilah khusus, atau istilah kompleks yang
tidak dapat dipahami responden.
b. Hindari menggunakan kata-kata pertanyaan atau daftar pada formulir Anda.
Banyak orang yang bias terhadap istilah-istilah ini.
c. Membuat kuesioner yang menarik dengan teknik seperti menggunakan tinta
berwarna cerah atau kertas dan pencetakan laser.
d. Mengatur item sehingga mudah dibaca dan lengkap.
e. Nomor pada halaman kuesioner dan item.
47
f. Masukkan nama dan alamat individu kepada siapa kuesioner harus
dikembalikan baik pada awal dan akhir dari kuesioner, bahkan jika amplop
ditujukan diri disertakan.
g. Kalimat yang singkat, instruksi yang jelas, dicetak dalam huruf tebal dan
huruf besar dan kecil.
h. Mengatur kuesioner dalam urutan yang logis.
i. Ketika pindah ke topik baru, termasuk sebuah kalimat transisi untuk
membantu responden beralih melatih pemikiran mereka.
j. Mulailah dengan item yang menarik dan tidak terlalu memojokkan.
k. Kalimat yang sulit ditempatkan dibagian akhir kuesioner.
l. Jangan menaruh item penting di akhir kuesioner panjang.
m. Memberikan dasar pemikiran untuk item sehingga responden memahami
relevansi mereka untuk penelitian.
n. Sertakan contoh bagaimana merespon item yang mungkin membingungkan
atau sulit dipahami.
o. Hindari beberapa istilah seperti, kebanyakan, dan biasanya, yang tidak
memiliki makna yang tepat.
p. Setiap item dinyatakan sesingkat mungkin.
q. Menghindari setiap pernyataan item negatif karena memungkinkan responden
salah mengartikan. Kalimat negatif cenderung diabaikan, dan responden
mungkin memberikan jawaban yang berlawanan dengan pendapat mereka
yang sesungguhnya.
48
r. Hindari "makna ganda" item seperti itu memerlukan subjek untuk merespon
dua gagasan yang terpisah dengan jawaban tunggal. Sebagai contoh:
Meskipun serikat buruh yang diinginkan dalam bidang lapangan, mereka tidak
memiliki tempat dalam profesi mengajar.
s. Ketika menggunakan pertanyaan umum bersamaan dengan pertanyaan khusus
yang terkait, maka pertanyaan umum diajukan terlebih dahulu. Jika
pertanyaan tertentu ditanyakan pertama, cenderung untuk mempersempit
fokus responden saat menjawab pertanyaan umum yang berikut.
t. Hindari bias atau pertanyaan terkemuka. Jika diberikan petunjuk pada
responden untuk jenis jawaban yang lebih disukai, ada kecenderungan untuk
memberikan respon.
5. Anonimitas
Dalam kebanyakan studi pendidikan, responden diminta untuk
mengidentifikasi diri, namun dapat terjadi anonimitas untuk itu diperlukan
informasi personal yang sangat pribadi sesuai dengan yang diminta. Sebuah
kuesioner berkaitan dengan perilaku seksual akan mendapatkan tanggapan
lebih jujur jika responden tetap anonim. Masalah utama dengan kuesioner
anonim yang dapat meningkatkan perbaikan tingkat pengembaliannya tidak
mungkin. Ada beberapa solusi untuk masalah ini. Salah satunya adalah
dengan membuat lembar pengkodean yang berisi kode untuk setiap individu
dalam sampel.
49
6. Bentuk Item
Menulis item untuk kuesioner mungkin tampak mudah, tetapi sebenarnya
suatu bentuk seni. Anda harus mampu menulis secara ringkas dan jelas. Ini
bukanlah hal yang mudah. Lebih penting lagi, diperlukan pemahaman yang
baik tentang responden sehingga kita dapat menggunakan bahasa yang mereka
mengerti, dan dapat memperoleh semua informasi yang dibutuhkan tanpa
membuang waktu, dan agar item mendapatkan respont secara jujur.
Kesulitan utama dalam membangun item kuesioner adalah bahwa istilah
pendidikan sering memiliki makna ganda. Untuk itu dianjurkan agar
menyertakan definisi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sebuah item
kuesioner dapat berupa bentuk tertutup, yang berarti bahwa pertanyaan hanya
memungkinkan respon yang pasti (mirip dengan pertanyaan pilihan ganda),
atau bentuk terbuka, yang berarti bahwa responden dapat membuat respon
mereka inginkan (mirip dengan pertanyaan esai) dengan bentuk yang
digunakan ditentukan oleh obyektif dari sebuah pertanyaan. Keuntungan dari
merancang pertanyaan dalam bentuk tertutup adalah membuat kuantifikasi
dan analisis hasil lebih mudah. Untuk menentukan beberapa kategori yang
digunakan dalam pertanyaan tertutup, dapat diberikan tes pertanyaan dalam
bentuk terbuka dari sejumlah kecil responden. Jawaban mereka dapat
digunakan untuk mengembangkan kategori untuk item bentuk tertutup. Jika
peneliti mendapatkan respon yang tidak biasa, "yang lain" bisa menyediakan
pilihan yang lain.
50
7. Mengukur sikap/ perilaku
Kuesioner biasanya berisi item yang masing-masing dapat memberi sedikit
informasi yang berbeda. Akibatnya, setiap item adalah suatu uji yang cukup
untuk memuaskan ketika peneliti sedang mencari fakta spesifik, seperti
jumlah tahun untuk pengalaman bekerja atau tingkat pendidikan seorang
karyawan. Ketika pertanyaan menilai sikap, bagaimanapun, pendekatan uji
untuk satu item dipertanyakan sehubungan dengan validitas dan reliabilitas.
Sebuah kuesioner yang mengukur sikap umumnya harus dibangun sebagai
skala sikap dan harus menggunakan sejumlah besar item (biasanya minimal
10) untuk mendapatkan penilaian yang dapat diandalkan sikap individu. Jika
peneliti ingin mengumpulkan informasi tentang sikap, peneliti harus terlebih
dahulu melakukan pencarian literatur penelitian untuk menentukan skala
yang cocok untuk tujuan Anda sudah telah dibangun. Jika skala yang sesuai
tidak tersedia, Peneliti akan perlu mengembangkan satu Skala Likert, yang
biasanya meminta tingkat perjanjian dengan sikap item (misalnya, skala lima
poin mulai dari "sangat tidak setuju") adalah jenis umum dari skala sikap.
8. Mengujicobakan kuesioner
Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, kuisioner di uji coba lebih
dahulu kepada sejumlah kecil responden. Hal ini berguna untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa
digunakan untuk mengetahui kemungkinan diterima atau ditolaknya hipotesis
51
yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata dalam uji coba ini terdapat
banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau menyempurkannya.
Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan uji
coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari
populasi di mana sampel penelitian akan diambil. Dalam uji coba, responden
diberikan kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi
kuesioner yang diujicobakan itu. Situasi uji coba dilaksanakan harus sama
dengan situasi kapan penelitian sesungguhnya akan dilaksnakan.
9. Komunikasi awal dengan sampel
Para peneliti menemukan bahwa menghubungi responden sebelum mengirim
kuesioner akan meningkatkan tingkat respon. Kontak awal yang
dilakukan peneliti mengidentifikasi diri, mendiskusikan tujuan penelitian, dan
meminta kerjasama. Kontak awal dapat dilakukan melalui surat, kartu pos,
atau panggilan telepon, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa kontak
telepon adalah yang paling efektif.
10. Surat Pengantar Kuesioner
Tujuan utama dalam melakukan survei dengan kuesioner adalah untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Surat pengantar yang
menyertai kuesioner sangat mempengaruhi tingkat pengembalian, oleh karena
itu harus dirancang dengan hati-hati. Dalam surat pengantar dijelaskan
maksud pengedaran kuesioner, jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan
terima kasih kepada responden. Surat harus singkat, tetapi menyampaikan
52
informasi tertentu. Tujuan penelitian dijelaskan sehingga memberikan
pemahaman pada responden bahwa jawaban dari mereka sangat penting.Kata
pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan
kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi
responden dalam menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu
tidak akan mendapat simpati responden, bahkan mungkin ditolak. Untuk itu,
disarankan, gunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan jangan
terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan
ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawabnya.
Dalam surat pengantar kuesioner harus memuat beberapa point penting antara
lain:
a. Maksud/tujuan penelitian
b. Pentingnya penelitian yang dilakukan
c. Batas waktu dan cara pengembalian
d. Kesiapan untuk menerima masukan
e. Penawaarn untuk memberikan informasi hasil penelitian
f. Ucapan terima kasih kepada responden
11. Tindak lanjut
Beberapa hari setelah batas waktu yang ditentukan dalam surat pengantar,
peneliti dapat menghubungi responden dengan mengirimkan surat tindak
lanjut disertai salinan kuesioner yang lain. Karena surat pengantar yang
pertama tidak berhasil untuk kelompok non responden. Bila menggunakan
53
pendekatan pribadi pada surat pertama, maka dapat dicoba menggunakan
pendekatan profesional pada surat tindak lanjut pertama.Keberhasilan surat
tindak lanjut terletak pada pendekatan yang diyakini oleh peneliti bahwa
individu yang diharap dapat mengisi kuesioner, tetapi mungkin karena
beberapa kelalaian atau kesalahan dalam riset berakibat hasilnya gagal
diamati. Kemudian surat tindak lanjutnya menyebutkan lagi pentingnya studi
dan nilai kontribusi pribadi, dengan menggunakan kalimat yang berbeda dan
memberi penekanan terhadap surat awal. Sebaiknya menggunakan
pendekatan dan bahasa yang agak berbeda untuk meyakinkan pada responden
pentingnya kontribusi dari mereka untuk mengisi kuesioner tersebut.
12. Menganalisis data kuesioner
Semua jawaban (pilihan) diberi kode dan dimasukkan ke dalam program
untuk data kualitatif. Prosedur ini memudahkan penentuan prosentase, mean
(rata-rata), range dan tabulasi silang. Data kuantitatif dianalisa untuk
menghasilkan frekuensi dan prosentase dari pengecekan setiap kategori
jawaban pada pertanyaan tertutup tertentu. Pada umumnya diasumsikan
bahwa kuesioner dan interview yang sesuai atau paling sesuai untuk riset
deskriptif , kenyataanya kuesioner dan interview dapat digunakan untuk
berbagai desain riset.
2.9.4 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid bila mampu
54
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat (Arikunto,2006).
Pada pembahasan ini akan dibahas untuk metode pengujian validitas item.
Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total
(skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian
validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor,
kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor
(penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat
suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item
dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam
penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan
uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item
dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika melakukan
penilaian langsung terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal
korelasi 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya
pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi bila jumlah item belum mencukupi kita
bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas
kriteria di bawah 0,20 sangat tidak disarankan. Untuk penelitian ini dilakukan uji
signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria menggunakan r kritis pada taraf
signifikansi 0,05 (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering
digunakan dalam penelitian)
55
Pada program SPSS teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti
untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen
Pearson). Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor
item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-
item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-
item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin
diungkap.
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria
pengujian adalah sebagai berikut:
- Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-
item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-
item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak
valid).
2.9.5 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah data untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruksi. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Kehandalan yang menyangkut kekonsistenan jawaban jika diujikan
berulang pada sampel yang berbeda. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur
reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (á) (Ghozali, 2005).
56
2.9.6 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi adalah suatu hubungan yang diperoleh dan biasanya
dinyatakan dalam persamaan matematik yang menggambarkan hubungan fungsional
antara variabel-variabel. Regresi linier berganda adalah suatu model pengamatan
terhadap sampel atau data dimana pengamatan dipengaruhi lebih dari satu variabel
independen dan variabel dependen. Fungsi dari regresi linier adalah untuk
mendapatkan pengaruh dua variabel dan mencari hubungan fungsional variabel.
Bentuk umum dari model regresi linier berganda adalah :
.................................................. (2.1)
Dimana :
y= Peubah tidak bebas
n = jumlah data
a0,a1,a2,an= konstanta regresi
x1,x2,xn= peubah bebas
Analisis regresi linier berganda adalah suatu metoda statistik. Untuk
penggunaannya terdapat beberapa asumsi yang diperlukan yaitu :
1. Nilai peubah khususnya peubah bebas mempunyai nilai tertentu atau
merupakan nilai yang didapat dari hasil survai.
2. Peubah tidak bebas (Y) harus mempunyai hubungan korelasi linier dengan
peubah bebas (X). jika hubungan tersebut tidak linier, transformasi linier
57
harus dilakukan, meskipun batasan ini akan mempunyai implikasi lain dalam
analisis residual.
3. Efek peubah bebas pada peubah tidak bebas merupakan penjumlahan dan
harus ada korelasi yang kuat antara sesama peubah bebas.
4. Variasi peubah tidak bebas terhadap garis regresi harus sama untuk semua
nilai peubah bebas.
5. Nilai peubah bebas sebaiknya merupakan besaran yang relatif mudah
diproyeksikan
6. Nilai peubah tidak bebas harus tersebar normal atau minimal mendekati
normal.
2.9.7 Analisis Kolerasi
Analisis korelasi adalah istilah dalam statistik yang menyatakan derajat
hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara variabel yang ada
bukanlah hubungan sebab akibat melainkan hanya hubungan searah saja. Korelasi
berguna untuk mencari hubungan antara peubah tidak bebas dan peubah
bebas.Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menghitung koefisien korelasi ganda
(r) :
1. Menghitung nilai korelasi ganda (r) dengan rumusan
√ ∑ ∑ ∑
∑ ............................................................... (2.2)
2. Menentukan batasan nilai r
58
Nilai r tersebar antara +1 dan -1 sehingga dapat ditulis -1≤ r ≥ +1.
Untuk r = +1 disebut hubungan positif sempurna dengan hubungan sangat
tinggi. Sebaliknya r = -1 disebut hubungan negatif sempurna dengan
hubungannya tidak langsung sangat tinggi. Interpretasi dari nilai r dapat
diuraikan dalam tabel 2.1
Tabel 2.2 Interpretasi nilai r
Nilai r Interpretasi
0 Tidak ada korelasi
0.01 – 0.20 Sangat rendah
0.21 – 0.40 Rendah
0.41 – 0.60 Agak rendah
0.61 – 0.80 Cukup
0.81 – 0.99 Tinggi
1 Sangat tinggi
Sumber : Usman,2005
3. Menentukan koefisien determinasi (
2.9.8 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode penelitian yangi digunakan adalah metode
penelitian secara deskriptif. metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena.
59
Hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-
faktor kinerja proyek yaitu faktor biaya, mutu, waktu (BMW), manajemen
lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pengaruh kinerja tersebut
terhadap tingkat kepuasan stakeholders dimana lokasi penelitian adalah proyek
konstruksi hotel di bali dan bentuk instrument yang digunakan adalah dengan
melakukan survey. Adapun model dalam penelitian ini adalah :
Gambar 2.3
Model penelitian tingkat kepuasan stakeholders terhadap kualitas pelayanan
BMW
(Biaya,mutu,waktu)
Manajemen
Lingkungan
K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Tingkat kepuasan
stakeholders
BMW
(Biaya,mutu,waktu)
Manajemen
Lingkungan
K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja