bab ii kajian pustaka dan landasan teori 2.1 p 2.1...19 bab ii kajian pustaka dan landasan teori 2.1...

17
19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu hal yang penting dilakukan oleh seorang peneliti karena penelitian terdahulu dapat dijadikan suatu acuan untuk seorang penulis dalam melakukan penelitian serta dapat menjadi suatu sumber referensi baik untuk hal permasalahan yang sama atau berkaitan dengan teori yang sama yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu juga dapat membantu seorang penulis dalam melihat fenomena-fenomena sejenis yang telah terjadi dan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan saran untuk pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang telah ada berdasarkan penelitian terdahulu. Adapun dalam penelitian ini, penulis memberikan empat contoh atau empat acuan sebagai referensi. Tabel 1 Penelitian Terdahulu No. Nama dan judul Hasil Relevansi 1. Peran Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI) dalam Memperjuangkan Hak TKI (Studi Kasus Capta Indonesia) (Betti Apriani, 2011) Skripsi Mahasiswa Jurusan Sosiologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tujuan ATKI yaitu berjuan untuk menegakkan pengakuan dan perlindungan atas hak- hak buruh migrant Indonesia khususnya dan buruh migrant seluruh dunia telah terlaksana. ATKI berpegang pada prinsip kemandirian, kebebasan inisiatif, Relevansi antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu terdapat pada kesamaan membaha mengenai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), namun penelitian ini lebih kepada suatu organisasi yang didirikan untuk memperjuangkan hak para TKI dan membantu segala masalah yang dialami oleh TKI

Upload: others

Post on 08-Sep-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu hal yang penting dilakukan oleh

seorang peneliti karena penelitian terdahulu dapat dijadikan suatu acuan untuk

seorang penulis dalam melakukan penelitian serta dapat menjadi suatu sumber

referensi baik untuk hal permasalahan yang sama atau berkaitan dengan teori

yang sama yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

Penelitian terdahulu juga dapat membantu seorang penulis dalam melihat

fenomena-fenomena sejenis yang telah terjadi dan dapat digunakan sebagai

pertimbangan dalam memberikan saran untuk pihak-pihak yang terkait dengan

permasalahan yang telah ada berdasarkan penelitian terdahulu. Adapun dalam

penelitian ini, penulis memberikan empat contoh atau empat acuan sebagai

referensi.

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No. Nama dan judul Hasil Relevansi

1. “Peran Asosiasi

Tenaga Kerja

Indonesia (ATKI)

dalam

Memperjuangkan Hak

TKI (Studi Kasus

Capta Indonesia)

(Betti Apriani, 2011)

Skripsi Mahasiswa

Jurusan Sosiologi,

Universitas Islam

Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Tujuan ATKI yaitu

berjuan untuk

menegakkan

pengakuan dan

perlindungan atas hak-

hak buruh migrant

Indonesia khususnya

dan buruh migrant

seluruh dunia telah

terlaksana. ATKI

berpegang pada

prinsip kemandirian,

kebebasan inisiatif,

Relevansi antara penelitian

yang akan dilakukan

dengan penelitian ini yaitu

terdapat pada kesamaan

membaha mengenai

Tenaga Kerja Indonesia

(TKI), namun penelitian

ini lebih kepada suatu

organisasi yang didirikan

untuk memperjuangkan

hak para TKI dan

membantu segala masalah

yang dialami oleh TKI

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

20

pengakuan atas

persamaan dan

persatuan dalam

perjuangan. ATKI

bekerjasama dengan

institusi yang

berkompeten secara

berkesinambungan

akan membantu

mempermudah

penyelesaian berbagai

kasus yang terjadi.

Peran ATKI bukan

hanya sebagai

organisasi yang

menampung para TKI

tetapi ATKI juga

mempu untuk

mendampingi setiap

kasus yang ditangani.

tersebut. Sedangkan

penelitian yang akan

dilakukan lebih kepada

peran dari Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia Swasta

(PPTKIS) dalam mengirim

TKI ke luar negeri.

2. “Model Perencanaan

Bagi PJTKI Dan

Lembaga Tempat

Pelatihan Yang

Berkualitas Untuk

Mewujudkan Ekspor

Tenaga Kerja Yang

Profesional”.(Febriani,

2013). Penelitian

dimuat dalam jurnal

Manajemen dan

Kewirausahaan, vol.

4, nomor 1, Januari

2013 ISSN : 2086-

5031

Model perencanaan

bagi PJTKI dan

lembaga pelatihan

yang berkualitas

dalam upaya

mewujudkan ekspor

tenaga kerja yang

profesional, antara

lain : calon TKI harus

memperhatikan

keberadaan dari

PJTKI (legal/ilegal),

karakteristik TKI,

agar bertanggung

jawab terhadap

pekerjaan,

memperhatikan

kelengkapan

dokumen/administrasi

calon TKI,

memberikan

ketrampilan atau

keahlian kepada calon

TKI agar mampu

mempercepat proses

penyelesaian kerja dan

memberikan

Pembekalan Akhir

Relevansi antara penelitian

ini dengan penelitian yang

akan dilakukan terletak

pada subjek penelitian

yaitu sama-sama

membahas tentang

PJTKI/PPTKI. Namun,

disini terdapat sedikit

perbedaan yaitu penelitian

ini lebih memfokuskan

tentang model

perencanaan PJTKI yang

baik dan benar namun

hanya sebatas umum saja,

tidak mendetail mulai dari

pencarian calon hingga

pemberangkatan calon

yang baik dan benar yang

sesuai dengan hukum.

Sedangkan penelitian yang

akan dilakukan lebih

melihat proses rekruitmen,

pembinaan hingga proses

pemberangkatan para

calon TKI yang baik dan

benar. Sehingga PJTKI

yang ada dapat

mempertanggungjawabkan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

21

Pemberangkatan

(PAP) agar TKI

memiliki mental yang

kuat serta mengetahui

gambaran bekerja

diluar negeri.

proses yang mereka

lakukan mulai dari awal

hingga pemberangkatan

calon TKI.

3. “Peranan, Tugas Dan

Tanggung Jawab

PJTKI Dalam

Perekrutan,

Penempatan Dan

Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia Di

Luar Negeri Studi

Kasus Di PT. Sahara”.

Penelitian dilakukan

oleh Alfredo P.

Damanik, mahasiswa

studi hukum

perburuhan Fakultas

Hukum, Universitas

Sumatera Utara, tahun

2006.

Hasil penelitian ini

yaitu pertama, proses

penempatan dan

pengiriman tenaga

kerja indonesia ke luar

negeri memerlukan

koordiansi antara

tenaga kerja indonesia

sendiri dengan

perusahaan jasa

tenaga kerja indonesia

atau perwakilan luar

negeri dan pemerintah

untuk dapat

mengirimkan tenaga

kerja yang legal.

Sebelum penempatan

di luar negeri tenaga

ekrja indonesia

terlebih dahulu diberi

pendidikan dan

ketrampilan kemudian

diseleksi yang akan

dikirm keluar negeri.

Kedua,tenaga kerja

indonesia merupakan

devisa/pendapatan

negara apabila

dikelola dengan

cermat dan

profesional sesuai

dengan ketentuan

perundang-undangan.

Ketiga, hambatan-

hambatan yang

dialami oleh PJTKI di

Kota Medan dalam

pengiriman TKI ke

luar negeri adalah

kuota yang sangat

minim, kurangnya

sosialisasi program

Relevansi penelitian ini

dengan penelitian yang

akan dilakukan terdapat

pada proses penempatan

atau pembinaan dan proses

pengiriman, namun

terdapat perbedaan dalam

bagian perekrutan calon

TKI. Dalam penelitian ini

tidak disebutkan

bagaimana cara rekrutmen

para calon TKI sedangkan

penelitian yang akan

dilakukan melihat proses

PJTKI mulai dari awal

hingga pengiriman TKI.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

22

TKI tersebut,

pendapatan TKI legal

lebih sedikit dari

pendapatan TKI

ilegal, prosedur

pengiriman TKI yang

berbelit-belit dan

biaya yang mahal

serta calon TKI yang

kualitasnya rendah

yang menyulitkan dan

riskan PJTKI untuk

mengirimkannya.

4. “Manajemen PJTKI

(Perusahaan Jasa

Tenaga Kerja

Indonesia) Dalam

Tinjauan Etika Bisnis

Islam”.

(Alwi Musa Muzaiyin,

2015). Penelitian

dimuat dalam jurnal

Manajemen PJTKI

Vol.26, No.1 Januari

2015

Manajemen dalam

PJTKI harus dilakukan

sesuai dengan etika

bisnis islam. Hal ini

merupakan prinsip

utama dalam ajaran

islam; etika bisnis islam

merupakan suatu hal

yang fundamental yang

harus diterapkan oleh

PJTKI. Didalam etika

bisnis islam terdapat

prinsip-prinsip dasar

yang urgent untuk

mengawali

implementasi

manajemen PJTKI agar

sesuai dengan syariat

islam. Ada beberapa

prinsip dalam etika

bisnis islam yang harus

diterapkan dalam

manajemen PJTKI

yang mana bernilaikan

ajaran islam.

Diantaranya ialah :

prinsip keadilan,

tanggung jawab,

peningkatan etos kerja,

dan penguasaan

manajemen.

Korelasi antara penelitian

ini dengan penelitian yang

akan dilakukan terdapat

kesamaan dalam hal

Perushaan Jasa Tenaga

Kerja Indonesia (PJTKI).

Namun terdapat perbedaan

fokus penelitian,

penelitian ini membahas

lebih kepada manajemen

dan lebih menekankan

pada ilmu manajemen

islam, sedangkan

penelitian yang akan

dilakukan lebih rinci pada

peran PJTKI dalam

pengiriman tenaga ekrja

indonesia dan lebih

melihat dari sisi ilmu

sosiologi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

23

Penelitian terdahulu yang telah disampaikan diatas memiliki kesamaan

antara satu dengan yang lainnya. Kesamaan antara keempat penelitian diatas yaitu

keempat penelitian tersebut sama membahas mengenai topik Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (PPTKIS), namun keempat penelitian

tersebut dilakukan diteliti oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai fakultas dan

mereka melihat fenomena yang terdapat pada PPTKIS berdasarkan focus

pendidikan mereka, mulai dari bidang hukum hingga managemen yang berbasis

islam dalam melihat peran dari PPTKIS itu sendiri. Sedangkan dalam penelitian

yang akan dilakukan akan mengakumulasikan dari semua topic topic yang

terdapat pada penelitian terdahulu dan dijadikan dalam satu penelitian yang

berfokus lebih kepada masyarakat atau kepada ilmu sosiologi.

2.1.2 Coorporate dan Bentuk-Bentuknya

Masyarakat menggunakan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan

hidup mereka. Barang dan jasa yang mereka gunakan merupakan hasil dari suatu

produksi. Perusahaan menggunakan factor-faktor produksi dalam kegiatan

produksi yang dilakukan untuk menghasilkan barang dan jasa. Perusahaan dapat

diartikan sebagai bagian teknis dari kesatuan organisasi modal dan tenaga kerja

yang bertujuan untuk menghasilkan barang-barang atau jasa untuk kebutuhan

masyarakat. Berdasarkan pengertian diatas, perusahaan yang dilihat dari produk

yang dihasilkan dapat dibagi menjadi 2 yaitu perusahaan jasa dan perusahaan

dagang.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

24

a. Perusahaan dagang

Perusahaan dagang merupakan suatu perusahaan yang kegiatan pokoknya

membeli barang dengan tujuan untuk dijual kembali kapada masyarakat tanpa

memproses kembali barang yang telah dibeli. Contoh dari perushaan dagang

antara lain yaitu took, supermarket, grosir, serta pusat-pusat perbelanjaan, dan lain

sebagainya.

Perusahaan dagang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan barang dagangan.

2. Biaya utama perusahaan berasal dari harga pokok barang yang terjual

dan biaya usaha yang lainnya.

3. Sebagai perantara antara produsen dan konsumen barang.

4. Antara barang yang dibeli dan barang yang dijual tidak ada perubahan.

5. Tujuan utamanya yaitu mendapat laba dari mnejual barang dengan harga

lebih tinggi dari harga beli barang.

Kelebihan dari perusahaan dagang yaitu :

1. Menjual barang tanpa mengolah terlebih dahulu.

2. Kualitas barang dapat diketahui secara langsung oleh konsumen.

Kekurangan perusahaan dagang yaitu :

1. Diperlukan tempat untuk memajang (display) barang.

2. Diperlukan tempat untuk menyimpan barang.

3. Diperlukan alat angkut untuk mengirim barangkepada konsumen.

4. Barang yang sudah dibeli konsumen dapat dikembalikan (retur) sehingga

perusahaan tidak jadi mem[eroleh penghasilan.8

8Yahya, Pudin. 2016. Kuasai detail akuntansi laba dan rugi. Lembar langit Indonesia. Hlm. 47

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

25

b. Perusahaan jasa

Perusahaan jasa adalah suatau unit usaha yang kegiatannya memproduksi

produk yang tidak berwujud (jasa), dengan tujuan untuk mendapatkan laba atau

keuntungan. Atau perusahaan jasa dapat diartikan juga sebagai suatu perusahaan

yang menjual jasa yang diproduksinya, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para

konsumen dan mendapatkan keuntungan. Tapi perusahaan jasapun memerlukan

produk fisik atau yang berwujud untuk melakukan kegiatan usahanya. Misalnya

seperti perusahaan transportasi umum yang menawarkan jasa transportasi kepada

konsumen, maka untuk dapat melakukan kegiatan usahanya perusahaan tersebut

memerlukan alat transportasi seperti bus, pesawat atau kapal laut dan alat

transportasi tersebut merupakan produk yang berwujud.9

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan, perusahaan jasa

merupakan perusahaan yang memiliki kegiatan memproduksi dan menyediakan

berbagai macam pelayanan misalnya seperti keamanan, kemudahan dan lain-lain

kepada konsumen yang membutuhkannya. Maka perusahaan jasa memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

1. Pendapatan berasal dari penjualan jasa.

2. Dalam proses memproduksi jasa, bisa atau tidak memerlukan bantuan dari

produksi.

3. Jasa yang diberikan tidak sama, jadi masing-masing konsumen dapat

memperoleh jenis pelayanan yang berbeda.

4. Tidak memiliki persediaan produk dalam bentuk fisik, karena produk

yang dijual merupakan produk yang tidak berwujud (jasa). Jadi produk

9Ibid, Hlm. 48

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

26

yang dihasilkan tidak dapat dilihat akan tetapi manfaatnya dapat

dirasakan.

5. Biasanya tingkatan harganya memiliki sifat yang tidak mutlak, sebab

murah atau mahalnya harga yang ditetapkan oleh perusahaan tergantung

tingkat kebutuhan konsumen.

6. Jasa yang dihasilkan tidak bisa disimpan, jadi sekali dibeli maka

penggunaannya akan langsung habis.

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS)

berdasarkan penjelasan antara perusahaan dagang dan perusahaan dagang, maka

masuk kedalam perusahaan jasa. Hal ini dikarenakan Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) mempunyai kegiatan utama yaitu

memberikan pelayanan kepada masyarakat mengenai pengiriman Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) ke luar negeri. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Swasta (PPTKIS) juga membutuhkan tempat seperti pada perusahaan dagang,

namun yang berbeda disini tempat yang digunakan oleh perusahaan dagang unuk

memamerkan barang dagangan, sedangkan dalam perusahaan jasa dalam hal ini

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) tempat

digunakan untuk memberikan layanan kepada masyarakat.

2.1.3 Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) sebagai

Lembaga yang Bersifat Non-Formal

Definisi lembaga pendidikan non-formal menurut Philip H. Coombs bahwa

lembaga non-formal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang

diselenggarakan diluar system formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dsri

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

27

suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada

sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.10

Menurut Soelaman Joesoef, lembaga non-formal adalah setiap kesempatan

dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh

informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat ketrampilan,

sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien

dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan

negeranya.11

Definisi yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lemabaga

non-formal merupakan suatu lembaga yang mengadakan kegiatan belajar mengajar

yang diadakandi luar sekolaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta untuk

mendapat informasi, pengetahuan, latihan dan bimbingan sehingga mempu berfungsi

bagi keluarga, masyarakat, tempat bekerja bahkan neaga. Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) termasuk didalam lembaga non-formal

karena Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) tidak

berbentuk sekolah seperti yang biasa.

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) merupakan

suatu perusahaan jasa yang dimiliki oleh pihak swasta yang berkeinginan untuk

mendirikan perusahaan dalam memberangkatkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar

negeri. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) sendiri

melakukan pelatihan untuk para peserta atau calon TKI yang akan diberangkatkan,

dimana pelatihan tersebut berbentuk pelatihan bahasa, sopan santun dan pendidikan

yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan oleh calon TKI tersebut.

10

Soelaman Joesoef, 1992.Konsep Dasar Pendidikan non formal.. Jakarta: Bumi Aksara.hlm. 50 11

Ibid, Hlm. 51

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

28

Pelatihan yang dilakukan bertujuan agar para calon TKI dapat melaksanakan tugas

mereka dengan baik sata berada di tempat mereka bekerja dan dapat berlaku sopan

selayaknya aturan dalam negara tempat mereka bekerja.

2.1.4 Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS)

2.1.4.1 Fungsi dan Kewajiban Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Swasta (PPTKIS)

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS)

memiliki fungsi pokok yang telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2004, ada pun fungsi pokok dari Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia Swasta (PPTKIS) yaitu membrikan pelayanan untuk mempertemukan

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya

dengan pemberi kerja di luar negeri.12

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS)

memiliki kewajiban atas para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan mereka

berangkatkan atau yang telah mereka berangkatkan. Kewajiban dari Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dimulai dari :

a. Proses perekrutan calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau sebelum

dilakukan penempatan.

b. Proses penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

c. Proses setelah penempatan atau purna penempatan

Masa-masa sebelum dilakukan penempatan PPTKIS memiliki kewajiban

untuk memberikan pelatihan dan ketrampilan kepada calon TKI, melindungi TKI

12

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004, Hal. 2

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

29

tersebut jika terjadi suatu masalah serta mengurus segala keperluan berkaitan

dengan keberangkatan atau kepulangan ke daerah asal.

2.1.4.2 Syarat-syarat Mendirikan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia Swasta (PPTKIS) Berdasarkan Undang-Undang Nomor

39 Tahun 2004

Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta wajib

mendapat izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri. Untuk dapat memperoleh

SIPPTKI, pelaksana penempatan TKI swasta harus memenuhi persyaratan :

a. Berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) yangdidirikan

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b. Memiliki modal disetor yang tercantum dalam aktapendirian

perusahaan, sekurang-kurangnya sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga

miliar rupiah).

c. Menyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentukdeposito

sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)pada bank

pemerintah.

d. Memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI diluar negeri

sekurang-kurangnya untuk kurun waktu 3 (tiga)tahun berjalan.

e. Memiliki unit pelatihan kerja.

f. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.

2.1.4.3 Tata Cara Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004

Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan

yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

30

Republik Indonesia atau tenaga kerja asing. Penempatan calon TKI/TKI di luar

negeri diarahkan pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, ketrampilan,

bakat , minat dan kemampuan. Penempatan calon TKI/TKI dilaksanakan dengan

memperhatikan harkat, martabat, hak azazi manusia, perlindungan hukum,

pemerataan kesempatan kerja, dan ketersediaan tenaga kerja dengan

mengutamakan kepentingan nasional.

1. Pra Penempatan TKI

Kegiatan pra penempatan TKI di luar negeri meliputi:

a. Pengurusan SIP

Pelaksana penempatan TKI swasta yang akan melakukan perekrutan wajib

memiliki SIP dariMenteri.Untuk mendapatkan SIP, pelaksana penempatan TKI

swasta harus memiliki:

1. Perjanjian kerjasama penempatan.

2. Surat permintaan TKI dari Pengguna.

3. Rancangan perjanjian penempatan.

4. Rancangan perjanjian kerja.

2. Perekrutan dan Seleksi

Proses perekrutan didahuli dengan memberikan informasi kepada calon

TKI sekurangkurangnya tentang :

a. Tata cara perekrutan.

b. Dokumen yang diperlukan.

c. Hak dan kewajiban calon TKI/TKI.

d. Situasi, kondisi, dan resiko di negara tujuan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

31

e. Tata cara perlindungan bagi TKI.

Perekrutan calon TKI oleh pelaksana penempatan TKI swasta wajib

dilakukan terhadap calon TKI yang telah memenuhi persyaratan:

a. Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun kecuali bagi

calon TKI yang akandipekerjakan pada Pengguna perseorangan

sekurang-kurangnya berusia 21 ( dua puluh satu)tahun.

b. Sehat jasmani dan rohani.

c. Tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan.

d. Berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) atau yang sederajat.

3. Pendidikan dan Pelatihan Kerja

Calon TKI wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan

persyaratan jabatan.mDalam hal TKI belum memiliki kompetensi kerja pelaksana

penempatan TKI swasta wajib melakukan penddikan dan pelatihan sesuai dengan

pekerjaan yang akan dilakukan. Pendidikan dan pelatihan kerja bagi calon TKI

dimaksudkan untuk:

a. Membekali, menempatkan dan mengembangkan kompetensi kerja calon

TKI.

b. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat

istiadat, budaya, agama, dan risiko bekerja di luar negeri.

c. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahas negara tujuan.

d. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban calon

TKI/TKI.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

32

4. Pemeriksaan Kesehatan dan Psikologi

Setiap calon TKI harus mengikuti pemeriksaan kesehatan dan psikologi

yang diselenggarakan oleh sarana kesehatan dan lembaga yang

menyelenggarakan pemeriksaan psikologi yang ditunjuk oleh Pemerintah.

Pemeriksaan kesehatan dan psikologi bagi calon TKI dimaksudkan untuk

mengetahui dengankesehatan dan tingkat kesiapan psikis serta kesesuaian

kepribadian calon TKI dengan pekerjaanyang akan dilakukan di negara tujuan.

5. Pengurusan Dokumen

Untuk dapat ditempatkan di luar negeri, calon TKI barus memiliki

dokumen yang meliputi:

a. Kartu Tanda Penduduk, Ijazah pendidikan terakhir, akte kelahiran atau

surat keterangan kenal lahir.

b. Surat keterangan status perkawinan bagi yang telah menikah

melampirkan copy buku nikah.

c. Surat keterangan izin suami atau istri, izin orang tua, atau izin wali.

d. Sertifikat kompetensi kerja.

e. Surat keterangan sehat berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan kesehatan

dan psikologi.

f. Paspor yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi setempat.

g. Visa kerja.

h. Perjanjian penempatan kerja.

i. Perjanjian kerja.

j. Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

33

6. Uji kompetensi.

7. Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP).

8. Pemberangkatan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Struktural Fungsional (Robert K.Merton)

Merton mengkritik hal yang ia anggap sebagai tiga dalil dasar analisis

fungsional seperti yang dikembangkan oleh para antropolog. Berikut tiga dalil

tersebut :

1. Dalil Kesatuan Fungsional Masyarakat.

Dalil tersebut menganggap bahwa semua kepercayaan social dan budaya

dan praktik yang distandarkan bermanfaat bagi masyarakat sebagai suatu

keseluruhan dan juga sebagai individu-individu di dalam masyarakat. Pandangan

itu menyiratkan bahwa berbagai system social nantinya akan menunjukkan level

integrasi yang tinggi. Akan tetapi, Merton berkukuh, kendati hal itu mungkin

benar dalam masyarakat primitive yang kecil, generalisasi itu tidak dapat

diperluas kepada masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks.

2. Dalil Fungsionalisme Universal.

Semua bentuk social dan budaya yang distandarkan mempunyai fungsi-

fungsi positif. Merton berargumen bahwa hal tersebut bertolak belakang dengan

yang kita jumpai di dunia nyata. Jelas bahwa tidak setiap struktur, adat kebiasaan,

ide, dan seterusnya, mempunyai fungsi-fungsi positif.

3. Dalil Kebutuhan Mutlak.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

34

Semua aspek masyarakat yang distandardisasi tidak hanya mempunyai

fungsi-fungsi positif, tetapi juga menggambarkan bagian-bagain dari cara kerja

keseluruhan yang mutlak ada. Dalil tersebut menghasilkan ide bahwa semua

struktur dan fungsi secara fungsional adalah untuk masyarakat. Tidak ada

struktur-struktur dan fungsi-fungsi yang lain yang dapat bekerja sebaik struktur-

struktur dan fungsi-fungsi yang dijumpai didalam masyarakat sekarang ini. Kritik

Merton selanjutnya ialah bahwa setidaknya kita harus bersedia mengakui bahwa

ada berbagai alternative structural dan fungsional yang terdapat dalam

masyarakat.

Sejak awal Merton menjelaskan bahwa analisis fungsional-struktural

berfokus pada kelompok-kelpompok, organisasi-organisasi, masyarakat-

masyarakat dan kebudayaan-kebudayaan. Dia menyatakan bahwa setiap objek

yang dapat ditundukkan kepada analisis fungsional-struktural harus

“menggambarkan suatu item yang distandarkan”(yakni terpola dan berulang). Dia

memaksudkan hal-hal seperti “peran-peran, pola-pola kelembagaan, proses-proses

social, pola-pola budaya, emosi-emosi yang terpola secara budaya, norma-norma

social, prganisasi kelompok, struktur social, alat-alat pengendalian social, dan

sebagainya.

Menurut Merton, fungsi-fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-

konsekuensi yang diamati yang dibuat untuk adaptasi atau penyesuaian suatu

system tertentu. Akan tetapi, ada suatu bias ideologis yang jelas ketika orang

hanya berkonsekuensi-konsekuensi positif. Perlu dicatat bahwa fakta social yang

satu dapat mempunyai konsekuensi-konsekuensi negative untuk fakta social yang

lainnya. Untuk mengoreksi penghilangan serius tersebut yang terjadi di dalam

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 P 2.1...19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian P ustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu

35

fungsionalisme struktur awal, Merton mengembangkan ide mengenai disfungsi.

Sebagaimana struktur-struktur atau lembaga-lembaga dapat berperan dalam

pemeliharaan bagian-bagian lain system social, mereka juga dapat mempunyai

konsekuensi-konsekuensi negative untuknya.

Merton juga memperkenalkan konsep fungsi nyata (manifest) dan fungsi

laten. Kedua istilah itu juga telah menjadi tambahan penting bagi analisis

fungsional. Dalam istilah-istilah sederhana, fungsi nyata (manifest) adalah yang

disengaja, semnetara fungsi laten tidak disengaja. Merton menjelaskan bahwa

konsekuensi-konsekuensi yang tidak diantisipasi dan fungsi-fungsi laten tidak

sama. Fungsi-fungsi laten adalah satu tipe konsekuensi yang tidak diantisipasi,

tipe yang bermanfaat untuk system yang ditunjuk. Akan tetapi, ada dua tipe

lainnya konsekuensi yang tidak diantisipasi : “konsekuensi-konsekuensi

disfungsional untuk suatu system yang ditunjuk, dan hal itu terdiri dari disfungsi-

disfungsi laten” dan “konsekuensi-konsekuensi tidak relevan bagi system yang

mereka pengaruhi baik secara fungsional maupun disfungsional.