bab ii kajian pustaka dan landasan teori 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/bab ii.pdf19 bab ii kajian...

31
19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh para peneliti yang mana memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Penelitian terdahulu ini juga dapat dijadikan pertimbangan oleh peneliti untuk melakukan penelitian sehingga dapat memberikan referensi dalam menulis ataupun mengkaji penelitian yang akan dilakukan. Dengan adanya penelitian terdahulu, peneliti dapat membandingkan antara penelitianyang dilakukan dengan penelitian terdahulu yang mana menjelaskan tentang beberapa hasil penelitian sebelumnya namun masih memiliki kesamaan tema yang dibahas oleh peneliti mengenai konstruksi sosial masyarakat terhadap tradisi jamasan pusaka. Sebagai bahan referensi di ambil dari lima judul penelitian terdahulu yang mana sesuai dengan tema yang diangkat dalam penelitian sekarang, yang pertama adalah Rizky Hidayat (2016) menuliskan jurnal dengan judul “Konstruksi Makna Dalam Upacara Adat Tradisi Pacu Jawi Sebagai Kearifan Lokal Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat ” hasil dari penelitan yang didapat adalah, terkandung nilai lokal yang mana pada tradisi pacu jawi ini terdapat filosofi yang berakar dari falsafah hidup orang Minangkabau yaitu “alam takambang jadi guru” yang mana memiliki arti yaitu bahwa alam semesta ini dapat kita jadikan panutan atau guru, yang mana falsafah ini warisan dari nenek moyang yang dipegang teguh hingga

Upload: others

Post on 08-Sep-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya oleh para peneliti yang mana memiliki keterkaitan dengan penelitian

yang akan dilakukan ini. Penelitian terdahulu ini juga dapat dijadikan

pertimbangan oleh peneliti untuk melakukan penelitian sehingga dapat

memberikan referensi dalam menulis ataupun mengkaji penelitian yang akan

dilakukan. Dengan adanya penelitian terdahulu, peneliti dapat membandingkan

antara penelitianyang dilakukan dengan penelitian terdahulu yang mana

menjelaskan tentang beberapa hasil penelitian sebelumnya namun masih memiliki

kesamaan tema yang dibahas oleh peneliti mengenai konstruksi sosial masyarakat

terhadap tradisi jamasan pusaka.

Sebagai bahan referensi di ambil dari lima judul penelitian terdahulu yang mana

sesuai dengan tema yang diangkat dalam penelitian sekarang, yang pertama adalah

Rizky Hidayat (2016) menuliskan jurnal dengan judul “Konstruksi Makna Dalam

Upacara Adat Tradisi Pacu Jawi Sebagai Kearifan Lokal Kabupaten Tanah Datar

Propinsi Sumatera Barat” hasil dari penelitan yang didapat adalah, terkandung

nilai lokal yang mana pada tradisi pacu jawi ini terdapat filosofi yang berakar dari

falsafah hidup orang Minangkabau yaitu “alam takambang jadi guru” yang mana

memiliki arti yaitu bahwa alam semesta ini dapat kita jadikan panutan atau guru,

yang mana falsafah ini warisan dari nenek moyang yang dipegang teguh hingga

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

20

saat ini sebagai pegangan hidup oleh masyarakat minang. Tradisi pacu jawi

merupakan tradisi dimana terdapat perlombaan balapan sapi, dalam tradisi jawi ini

yang layak dinobatkan menjadi pemenang yaitu jika berjalan secara lurus, tidak

miring dan tidak melenceng kemana-mana maka akan dipilih menjadi jawi terbaik.

Disinilah letak makna yang terkandung jika jawi saja harus berjalan lurus apalagi

manusia, jadi tradisi ini menjadi sebuah contoh dalam hal tingkah laku yang

dilakukan oleh masyarakat minang, maka dari itu tradisi jawi ini tetap dijalankan

dan menjadi pedoman hidup masyarakat minang.

Penelitian yang kedua yakni Noor Ifansah Wijayanto (2014), menuliskan jurnal

yang berjudul “Konstruksi Masyarakat Tentang Ritual Air Terjun Sedudo Desa

Ngliman Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk” hasil dari penelitian yang

didapat adalah dimana air terjun Sedudo menjadi pusat kekuatan penduduk desa

yang dahulunya menjadi tempat pertapaan Ki Ageng Ngaliman, tokoh penyebar

agama islam di Desa Ngliman, hingga akhirnya namanya diabadikan menjadi

sebuah Desa, yaitu Desa Ngliman itu sendiri. Tempat pemakaman Ki Ageng

Ngaliman itu sendiri tak jauh dari air terjun Sedudo. Pada hal ini pelaku ritual air

terjun Sedudo mulai mengenal dan pemahaman tradisi ritual air terjun Sedudo

setelah disosialisasikan oleh lingkungan keluarga maupun lingkungan terdekatnya.

Dimana ritual pada air terjun sedudo ini berupa siraman yang dalam Bahasa jawa

dapat disebut siram atau menyiramkan air ke seluruh tubuh. Ritual ini ada menurut

mitosnya ada seorag dudo (duda) yang melakukan mandi dan semedi di air terjun

sebut sehingga disebut air terjun sedudo hinggga saat ini. Sebagai penghormatan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

21

terhadap sang dudo yang dianggap sebagai Menurut kepercayaan penduduk, sang

dudo tersebut ialah orang yang membuka cikal bakal Desa Ngliman, yang cikal

bakal Desa Ngliman itu, kebiasaan mandi di air terjun tersebut kemudian diikuti

oleh masyarakat Desa Ngliman yang dilaksanakan tiap satu tahun sekali.

Penelitian yang ketiga yakni oleh Nurul Hasanah (2015) dengan judul “

Konstruksi Sosial Tradisi Ontal-Ontal Masyarakat Di Desa Mrandung Kecamatan

Klampis Kabupaten Bangkalan” hasil dari penelitian yang telah didapat pada Desa

Mrandung ini dimana tradisi tersebut hingga saat ini masih terus dilaksanakan dan

dilestarikan oleh masyarakat Desa Mrandung, Yaitu Tradisi yang dinamakan

tradisi Ontal ontal yang mana masyarakat desa Mrandung sangat antusias dan

senang dalam pelaksanaannya. Tradisi Ontal-Ontal itu merupakan sebuah tradisi

melempar uang kepada calon pengantin wanita. tradisi ini dilakukan pada saat

acara lamaran berlangsung dan dilakukan pada kediaman keluarga mempelai laki-

laki. Tradisi Ontal-Ontal tersebut bagus untuk tetap dilakukan dan dujalankan

karena selain melestarikan tradisi dari nenek moyang yang sudah ada sejak dulu di

desa Mrandung, tradisi ini juga bisa mempererat tali silatur-rahmi diantara

keluarga yang sedang melaksanakan hajat dan juga dengan sesama masyarakat

Desa Mrandung. Karena dalam pelaksanaan tradisi ini semua ikut melaksanakan

dan merayakan secara beramai-ramai dengan suasana kekeluargaan, serta

diselangi dengan kata-kata atau kelakuan-kelakuan jenaka, dan godaan-godaan

lucu dari para undangan untuk kedua mempelai, membuat pelaksanaan tradisi ini

semakin ramai dan membuat masyarakat yang datang senang bersama. Tradisi ini

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

22

dilakukan pada saat acara en maen ke rumah mempelai laki-laki, pada saat jamuan

makan selesai maka disusul dengan prosesi tradisi ontal-ontal ini. Yang dipimpin

oleh seorang sesepuh perempuan di Desa Mrandung. Dalam tradisi ini masyarakat

desa Mrandung sendiri sangat menantikan prosesi ontal-ontal ini pada saat acara

lamaran atau pernikahan, karena selain dianggap sakral tradisi ini juga memberi

kesan gembira dan lucu pada saat pelaksanaannya.

Penelitian yang keempat yakni oleh Kabul Priambadi dan Abraham Nur Cahyo

(2018), dengan judul “ Tradisi Jamasan Pusaka Di Desa Baosan Kidul Kabupaten

Ponorogo (Kajian Nilai Budaya dan Sumber Pembelajaran Sejarah)”. Hasil dari

penelitian ini adalah Jamasan pusaka dikenal sebagai membersihkan atau

memandikan wesi aji seperti halnya keris. Tradisi ini berlokasi di Desa Baosan

Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo tepatnya berjarak 42 km dari arah

pusat Kota Ponorogo Menuju desa Baosan Kidul. Jamasan Pusaka mulai

dilaksanakan sejak zaman Kerajaan Majapahit yaitu Pusaka milik raja yang

dianggap sakral hingga tradisi jamasan pusaka masih dilaksanakan hingga

sekarang. Tradisi jamasan pusaka di desa Baosan Kidul ini diibaratkan seperti

Ngisahi gaman (memandikan pusaka atau keris) menggunakan perasan air jeruk

nipis dan dilakukan disetiap masing-masing puasaka. Pada prinsipnya jamasan

pusaka adalah salah satu cara merawat benda pusaka seperti keris yang di angggap

mempunyai tuah. Dalam tradisi masyarakat Jawa, jamasan pusaka menjadi sesuatu

kegiatan spiritual yang cukup sakral dan dilaksanakan hanya dalam waktu tertentu

(bulan suro). Jamasan pusaka ini dapat dikatakan salah satu warisan budaya dari

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

23

nenek moyang khususnya di Desa Baosan Kidul. Tradisi ini dapat dijadikan

sebagai sumber pembelajaran Sejarah. Jamasan pusaka merupakan tradisi yang

masih dilakukan di Desa Baosan kidul. Tradisi ini perlu diperkenalkan kepada

siswa sebagai generasi penerus pada era modernisasi agar tidak tergerus oleh

jaman. Hal ini dikarenakan karena pada jaman sekarang banyak yang tidak

mengenal tradisinya sendiri seperti halnya jamasan pusaka. Keberadaan jamasan

pusaka yang masih dilakukan oleh masyarakat desa Baosan Kidul karena bagi

mereka jamasan pusaka bisa di katakan sebagai tradisi turun temurun. Selanjutnya

kajian terhadap sebuah tradisi jawa menjadi sesuatu hal yang menarik untuk di kaji

sebagai sumber pembelajaran sejarah.

Penelitian kelima yakni oleh Kadek Widiastuti Dan Heny Perbowo Sari (2018)

dengan judul “Character Education Value in the Ngendar Tradition in Piodalan at

Penataran Agung Temple”, yang mana hasil dari penelitian ini adalah Ngendar

tradition was performed by children have a not been returned in Banjar

Sekarmukti, Pangsan Village, Petang District, Badung Regency in piodalan in

Penataran Agung Temple. There are several factors that make this tradition can

only be done by children such as the history that became the mythology of society

and related to the suncity of upacara made in the tradition, the habituation factor

ant the customary and cultural factors that each age group has a role in the success

of piodalan in Penataran Agung Temple.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

24

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Judul Hasil Penelitian Relevansi

1. Konstruksi Makna

Dalam Upacara

Adat Tradisi Pacu

Jawi Sebagai

Kearifan Lokal

Kabupaten Tanah

Datar Propinsi

Sumatera Barat

( Rizky Hidayat,

2016)

Pada dasarnya rangkaian

prosesi adat inilah yang

mencerminkan kearifan

lokal Kabupaten Tanah

Datar yang masih

dipertahankan sampai saat

ini. Tradisi pacu jawi

merupakan sebuah

perlombaan sapi, dimana

tradisi ini memiliki makna,

tradisi pacu jawi adalah

warisan nenek moyang,

pewarisan adat

Minangkabau kepada

generasi muda. Yang mana

tradisi pacu jawi ini adalah

simbol bagaimana seorang

individu bertingkah laku

selama hidupnya.

Relevansi dari penelitian

ini adalah sama-sama

mengkaji tentang makna

tradisi. Perbedaannya pada

fokus dan tempat

penelitiannya penelitian ini

fokus pada konstruksi

sosial masyarakat,

sedangkan jurnal lebih

fokus pada makna

konstruksi

2. Jurnal Konstruksi

Masyarakat Tentang

Ritual Air Terjun

Sedudo Desa

Ngliman

Kecamatan

Sawahan Kabupaten

Nganjuk (Noor

Masyarakat sekitar memiliki

pemikiran bahwa jika tidak

melakukan ritual tersebut

maka kawasan beserta

masyarakat sekitar akan

mendapatkan masalah dan

bencana, jadi hingga

sekarang air terjun sedudo

Relevansi diantara

keduanya adalah sama-

sama membahas mengenai

konstruksi sosial

masyarakat. Perbedaannya

yakni pada fokus

penelitian pada jurnal

mengkaji ritual siraman

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

25

Ifansah Wijayanto,

2014)

dipercayai sebagai tempat

yang suci selain dijadikan

tempat wisata. Dan

masyarakat juga memiliki

pemahaman terhadap tradisi

siraman sedudo, yang

mereka yakini bahwa

siraman sedudo sangatlah

penting karena dengan

adanya siraman sedudo

yang dilakukan setiap bulan

syura tersebut masyarakat

meyakini bahwa hal tersebut

dapat membawa

keberuntungan dan

keberkahan bagi mereka

selain itu mereka juga

melestarikan tradisi yang

sudah menjadi budaya yang

melekat pada diri

masyarakat sekitar.

sedudo sedangkan

penelitian yang akan

diteliti fokus kepada

tradisi siraman sedudo.

3. Konstruksi Sosial

Tradisi Ontal-Ontal

Masyarakat Di Desa

Mrandung

Kecamatan Klampis

Kabupaten

sampai saat ini masih tetap

dilakukan dan

dilestarikan oleh masyarakat

Desa Mrandung. Yaitu

Tradisi yang dinamakan

tradisi Ontal-ontal dimana

masyarakat desa Mrandung

relevansi pada penelitian

ini adalah sama-sama

membahas mengenai

konstruksi sosial

perbedaan pada fokus dan

tempat penelitian yakni

jurnal fokus terhadap

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

26

Bangkalan ( Nurul

Hasanah, 2015)

sangat antusias dan senang

dalam melaksanakan tradisi

ini. Tradisi Ontal-Ontal

merupakan tradisi melempar

uang kepada calon

pengantin wanita yang mana

tradisi ini dilakukan waktu

acara lamaran berlangsung

dan dilakukan pada

kediaman keluarga

mempelai laki-laki. Tradisi

ini membuat acara lamaran

atau pernikahan semakin

ramai dan membuat

masyarakat yang datang

senang.

tradisi ontal-ontal

sedangkan penelitian pada

tradisi jamasan pusaka.

4. Tradisi Jamasan

Pusaka Di Desa

Baosan Kidul

KabupatenPonorogo

(Kajian Nilai

Budaya Dan

Sumber

Pembelajaran

Sejarah)

Kabul Priambadi

dan Abraham Nur

Cahyo, 2018

Jamasan pusaka dikenal

sebagai membersihkan atau

memandikan wesi aji

seperti keris. Tradisi ini

berlokasi di Desa Baosan

Kidul Kecamatan Ngrayun

Kabupaten Ponorogo

tepatnya berjarak 42 km

dari arah puat Kota

Ponorogo Menuju desa

Baosan Kidul. Tradisi

jamasan pusaka dilakukan

hampir bersamaan dengan

relevansi pada penelitian

ini adalah sama-sama

membahas mengenai

jamasan pusaka perbedaan

pada fokus dan tempat

penelitian yakni jurnal

fokus terhadap bagaimana

proses dan makna jamasan

puska sedangkan

penelitian pada konstruksi

masyarakat pada tradisi

jamasan pusaka.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

27

upacara adat atau upacara

bersih Desa yang diadakan

pada bulan suro jumat legi.

Jamasan pusaka diibaratkan

seperti ngisahi gaman

(memandikan pusaka atau

keris) menggunakan perasan

air jeruk nipis dan biasanya

dilakukan disetiap masing-

masing rumah pada bulan

suro sebab rata-rata setiap

rumah memiliki pusaka

seperti keris.

5. Character Education

Value in the

Ngendar Tradition

in Piodalan at

Penataran Agung

Temple (Kadek

Widiastuti dan

Heny Perbowosari,

2018)

Ngendar tradition was

performed by children

have not been returned in

Banjar Sekarmukti, Pangsan

Village, Petang District,

Badung Regency in

piodalan in Penataran

AgungTemple.

There are several factors

that make this tradition can

only be done by children

such as the history that

became the mythology of

society and related to the

sanctity of upakara made in

thetradition, the habituation

relevansi pada penelitian

ini adalah sama-sama

membahas mengenai nilai

dari pentingnya sebuah

tradisi yang masih tetap

dijalankan.

perbedaan pada fokus dan

tempat penelitian yakni

jurnal fokus terhadap

tradisi piodalan di candi

penataran agung

sedangkan penelitian pada

tradisi jamasan pusaka.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

28

factor and the customary

and cultural factors that

each age group has a role

in the success of piodalan in

Penataran Agung Temple.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Konstruksi Sosial

Konstruksi Sosial merupakan proses sosial melalui tindakan dan

interaksi yang mana individu atau kelompok individu menciptakan secara terus

menerus suatu realitas yang dialami dan dimiliki secara bersama. Menurut

Berger dan Luckman untuk memahami konstruksi sosial dimulai dengan apa

yang dimaksud dengan kenyataan dan pengetahuan. Kenyataan disini yang

dimaksud adalah kenyataan sosial sebagai suatu yang tersirat di dalam sebuah

pergaulan sosial yang diungkapkan secara sosial melalui komunikasi Bahasa,

dan bekerjasama melalui bentuk-bentuk organisasi sosial dan lain-lain.

Kenyataan sosial ditemukan didalam pengalaman intersubyektif.

Sedangkan pengetahuan kenyataan sosial yang dimaknai sebagai seluruh hal

yang memiliki kerkaitan dengan sebuah penghayatan kehidupan masyarakat

dari segala aspek meliputi kognotif, psikomotoris, emosional dan intuitif. Hal

ini kemudian dilanjutkan dengan meneliti suatu hal yang dianggap

intersubyektif tadi, Berger dan Luckman menegaskan bahwa terdapat

subyektivitas dan obyektivitas didalam kehidupan manusia dan masyarakat.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

29

Maka ‘realitas’ tersebut tidak harus berhenti pada konsep realitas, sebagai

sebuah realitas dari individual, tapi realitas yang menjadi bagian dari kesadaran,

pengetahuan, dan keyakinan suatu kelompok sosial budaya. Yang mana hal ini

adalah sebuah kepustakaan ilmu sosial yang disebut dengan “realitas sosial”,

sekalipun yang dimaksudkan adalah sebagai “kelompok sosial budaya” disini

hanya kelompok kecil saja, atau bahkan hanya terdiri dari dua individu yang

tengah menjalin integrase saja satu sama lain. Kontruksi sosial adalah

pernyataan keyakinan (a claim) dan sebuah sudut pandang (a viewpoint),

bahwa yang terkandung didalamnya berasal dari kesadaran, dan cara

berhubungan dengan individu lain, hal tersebut diajarkan oleh kebudayaan dan

masyarakat.

Berger mengemukakan bahwa suatu realitas kehidupan sehari-hari

mempunyai ruang dimensi subjektif dan objektif. Dimana individu adalah

sebagai media dalam menciptakan sebuah realitas sosial yang objektif dengan

proses eksternalisasi, sebagai halnya manusia mempengaruhi melalui proses

internalisasi (yang mencerminkan realitas subjektif), Melalui proses

internalisasi atau yang dapat dikatakan sosialisasi ini individu menjadi anggota

masyarakat. Hal tersebut merupakan realitas yang memahami dunia kehidupan

selalu dalam sebuah proses dialektis, antara manusia dan sosial budaya menurut

Berger dan Luckman. Proses dialektis tersebut meliputi tiga momen dialektis

berupa, eksternalisasi (pembiasaan diri dengan dunia sosiokultural sebagai

bagian dari manusia), objektivasi (interaksi dengan dunia intersubjektif yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

30

dilembagakan lalu mengalami institusionalisasi), dan internalisasi (individu

mengidentifikasi dengan lembaga sosial dan organisasi sosial tempat individu

menjadi anggotanya).

Ketiga fase dialektis tersebut mengandung fenomena sosial yang saling

berhubungan dan menciptakan konstruksi kenyataan sosial, yang bisa dilihat

dari asal mulanya berupa hasil dari manusia itu sendiri, dan bukan merupakan

substansi dari lembaga, melainkan memang benar-benar manusia itu sendiri

yang memunculkan. Bagi Berger dan Luckman realitas sosial dalam kehidupan

sehari-hari manusia merupakan konstruksi sosial ciptaan masyarakat. Dalam

sejarahnya, dari masa lalu ke masa sekarang, disusun dan diterima, untuk

melegitimasi konstruksi sosial yang telah ada sebelumnya dan memberikan

makna pada berbagai pengalaman dalam hidup individu sehari-hari. Hal ini

menjelaskan, bahwa dalam kehidupan manusia sebenarnya ditandai dengan

adanya keterbukaan, dan perilaku dari manusia tersebut hanya terbatas saja

yang ditentukan oleh naluri. Dalam kaitannya dengan konstruksi sosial seperti

yang dijelaskan, Berger mengungkapkan bahwa pemikiran dari seseorang

terbentuk melalui proses konstruksi yang cukup panjang.

Berger dan Luckmann mengungkapkan bahwa kebiasaan masyarakat

terbentuk dan dipertahankan atau diubah dengan tindakan dan interaksi

manusia. meskipun kebiasaan sosial dan masyarakat terlihat nyata secara

obyektif, akan tetapi pada kenyataannya semua diciptakan dalam interpratasi

subjektif dengan proses interaksi. Obyektivitasi baru dapat timbul dengan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

31

penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang mempunyai

makna subyektif yang sama. Pada fase generalitas yang paling tinggi, manusia

menciptakan dunia ke dalam makna simbolis yang umum, yaitu pada

pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur

bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai ranah kehidupan. Berger dan

Luckman juga mengungkapkan bahwa terjadinya dialektika antara individu

satu dengan yang lainnya dapat menciptakan masyarakat, dan masyarakat

menciptakan individu. Proses dialektika yang terjadi pada masyarakat desa

Ngliman melalui proses internalisasi, eksternalisasi dan objektivasi.

Teori konstruksi sosial dalam gagasan Berger dan Luckman

menggambarkan bahwa agama sebagai bagian dari kebudayaan, yang mana

merupakan konstruksi dari manusia. artinya terkandung sebuah proses

dialektika ketika melihat hubungan masyarakat dengan agama, bahwa agama

adalah wujud yang objektif karena agama berada diluar diri manusia. dengan

demikian agama mengalami proses internalisasi, seperti saat agama berada

didalam teks atau menjadi tata nilai, norma, aturan dan sebagainya. Teks atau

norma tersebut kemudian mengalami proses ekternalisasi kedalam diri

individu, sebab agama telah diinterpretasikan oleh masyarakat untuk menjadi

pedoman dalam hidupnya. Agama juga mengalami proses objektivasi karena

agama menjadi acuan norma dan tata nilai yang memiliki fungsi menuntun dan

mengontrol tindakan masyarakat.

Teori konstruksi sosial ini berakar pada pola konstruktivis yang melihat

kenyataan sosial sebagai kontruksi sosial yang diciptakan oleh individu.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

32

Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikontruksi berdasarkan

keinginannya. Manusia dalam keseluruhan hidupnya memiliki kebebasan untuk

melakukan segala sesuatu diluar batas kontrol stuktur dan pranata sosialnya,

dimana individu dengan respon-respon terhadap stimulus dalam dunia

kognitifnya. Dalam proses sosial, individu dipandang sebagai pencipta dari

realitas sosial yang cenderung bebas di dalam dunia sosialnya. Berger dan

Luckman mengatakan bahwa institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan

atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Walaupun masyarakat dan

institusi sosial terlihat objektif, namun pada kenyataannya semua dibangun oleh

pendefinisian subjektif atas individu dengan interaksinya.

Pandangan dan pengetahuan oleh masyarakat itu sendiri mendapat suatu

generalitas yang paling tinggi, dimana dibangun suatu dunia arti simbolis yang

universal, yang akhirnya disebut sebgai pandangan hidup atau ideologi.

Pandangan hidup yang diterima oleh masyarakat secara umum tersebut

dibentuk untuk membentuk dan memberi legitimasi pada konstruksi sosial

yang sudah ada dan juga memberikan sebuah makna pada berbagai bidang

pengalaman masyarakat sehari-hari. Dimana legitimasi disini merupakan

proses sebagai penjelasan (unsur kognitif) dan pembenaran (unsur normatif)

dari suatu interaksi antar individu ( Frans M Parera, 2018: 4-9)1.

1 Frans M Parera, Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan (Jakarta:

LPE3S, 2018) hlm 4-9

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

33

2.2.2 Masyarakat

Masyarakat merupakan sekumpulan individu yang didalamnya hidup

secara bersama dalam kurun waktu yang lama. Dalam kebersamaan yang lama

tersebut terjadilah sebuah interaksi. Jadi bukan hanya kerumunan individu

dalam waktu yang hanya sesaat, lalu individu-individu yang membentuk

masyarakat harus mempunyai kesadaran bawa mereka adalah satu kesatuan.

Masyarakat adalah suatu bentuk hidup bersama, dimana mereka menciptakan

norma, nilai, kebudayaan, dan tradisi bagi kehidupan mereka.

Masyarakat itu merupakan sekelompok atau kolektifitas manusia yang

melakukan hubungan antar manusia lain, memiliki sifat kekal, berdasarkan

perhatian dan memiliki tujuan bersama, dan juga telah melakukan ikatan secara

berkesinambungan dalam kurun waktu yang relatif lama. Jika hal itu sudah

terjadi pasti mereka menempati suatu kawasan tertentu. Salah satu unsur

masyarakat lainnya yang erat yaitu berupa adanya kebudayaan yang mana

dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri. Yang dimaksud dengan kebudayaan

disini meliputi tradisi, nilai, norma, upacara-upacara tertentu, yang mana

merupakan pengikut dan hal yang sangat melekat pada interaksi sosial warga

masyarakat yang bersangkutan ( Elly M Setiadi, 2006:82-84)

Unsur-unsur masyarakat yakni:

a. kumpulan orang

b. sudah terbentuk dengan lama

c. memiliki system dan struktur sosial tersendiri

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

34

d. memiliki kepercayaan, pandangan hidup, sikap dan perilaku yang dimiliki

bersama

e. terdapat kesinambungan dan pertahanan diri

f. memiliki kebudayaan dan tradisi yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri.

Ciri-ciri masyarakat yakni:

a. Berada di Wilayah Tertentu

Mengacu pada pengertian masyarakat di atas, suatu kelompok masyarakat

mendiami di suatu wilayah tertentu secara bersama-sama dan memiliki

suatu sistem yang mengatur hubungan antar individu.

b. Hidup Secara Berkelompok

Manusia adalah mahluk sosial dan akan selalu membentuk kelompok

berdasarkan kebutuhan bersama. Kelompok manusia ini akan semakin

besar dan berubah menjadi suatu masyarakat yang saling tergantung satu

sama lain.

c. Terdapat Suatu Kebudayaan

Suatu kebudayaan hanya dapat tercipta bila ada masyarakat. Oleh karena

itu, sekelompok manusia yang telah hidup bersama dalam waktu tertentu

akan melahirkan suatu kebudayaan yang selalu mengalami penyesuaian dan

diwariskan secara turun-temurun.

d. Terjadi Perubahan

Suatu masyarakat akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena

memang pada dasarnya masyarakat memiliki sifat yang dinamis. Perubahan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

35

yang terjadi di masyarakat akan disesuaikan dengan kebudayaan yang

sebelumnya telah ada.

e. Terdapat Interaksi Sosial

Interaksi sosial akan selalu terjadi di dalam suatu masyarakat. Interaksi ini

bisa terjadi bila individu-individu saling bertemu satu dengan lainnya.

f. Terdapat Pemimpin.

Aturan dan norma dibutuhkan dalam suatu masyarakat agar kehidupan

harmonis dapat terwujud. Untuk itu, maka dibutuhkan pemimpin untuk

menindaklanjuti hal-hal yang telah disepakati sehingga dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

g. Terdapat Stratafikasi Sosial

Di dalam masyarakat akan terbentuk golongan tertentu, baik berdasarkan

tugas dan tanggungjawab, maupun religiusitasnya. Dalam hal ini

stratafikasi dilakukan dengan menempatkan individu pada posisi tertentu

sesuai dengan keahlian dan kemampuannya2.

Masyarakat tradisional

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang memelihara,

menjaga, melestarikan dan mempertahankan tradisi, adat-istiadat, sistem

nilai, sistem norma serta mempertahankan sistem kebudayaan yang telah

diwariskan oleh generasi pendahulunya, dan masyarakat tradisional sangat

menjunjung tingggi suatu tradisi.

2 Elly M Setiadi, Ilmu Sosial & Budaya Dasar ( Bandung: Pranada Media, 2006) hlm 82-84

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

36

Masyarakat tradisional merupakan kelompok masyarakat yang masih

terikat dengan adat-istiadat dan kebiasaan secara turun temurun.

Keterikatan tersebut menjadikan masyarakat tradisional kurang terbuka

dengan adanya hal-hal atau ide-ide baru. Masyarakat tradisional dalam

melangsungkan hidupnya berdasarkan pada pegangan atau patokan dari

kebiasaan adat-istiadat yang ada didalam lingkungan mereka. masyarakat

tradisional memiliki ketergantungan terhadap alam yang mana ditandai

dengan adanya proses penyesuaian terhadap alam. Oleh karena itu

masyarakat tradisional memiliki karakteristik tersendiri secara sosiologis

yakni berupa:

a) Masyarakat yang bersifat homogen

b) Adanya rasa kekeluargaan, solidaritas yang tinggi, dan rasa

kepercayaan kuat antar warga masyarakat tradisional

c) Sistem sosial yang masih memegang teguh rasa kesadaran

kepentingan kolektif

d) Tradisi adat istiadatlah yang efektif guna menghidupkan disiplin

sosial

e) Budaya malu dimana budaya ini dijadikan sebagai pengawas

langsung pada lingsungan sosial masyarakat tradisional, rasa malu

tersebutlah yang menjadi beban jika seseorang melakukan

penyimpangan sistem nilai dalam adat istiadat dan diketahui oleh

orang lain.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

37

f) Orientasi yang bersifat kebersamaan sehingga sedikit kemungkinan

terdapat perbedaan pendapat.

Masyarakat tradisional memiliki solidaritas mekanis, yang mana

solidaritas mekanis merupakan solidaritas yang ada atau muncul atas dasar

kesamaan atau keserupaan, masyarakat tradisional saling membaur dan

dapat saling dipertukarkan antara individu dengan individu lain yang mana

berada pada kelompok masyarakat tradisional itu sendiri. Dan dalam

masyarakat tradisional tidak memandangan status sosial serta tidak ada

kekhususan pada masing-masing individu. Disiplin hukum adat pada

masyarakat tradisional lebih kuat, yang mana kontrol sosial dan disiplin

hukum adat akan digunakan masyarakat tradisional untuk mengatur dan

mengontrol ketertiban tata hidup sosialnya ( Adon Nasrullah, 2007: 300)3.

Seperti halnya masyarakat yang berada di desa Ngliman Kecamatan

Sawahan Kabupaten Nganjuk, merupakan masyrakat tradisional yang

masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan tradisi yang ada pada desa

Ngliman salah satunya yaitu tradisi jamasan pusaka tersebut.

3 Adon Nasrullah, Sosiologi Pedesaan (Bandung: Pustaka Setia, 2007) hml 300

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

38

2.2.3 Tradisi

Kebudayaan berasal dari kata sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak

dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Maka dengan ini ke-budayaan

dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan akal” dimana kebudayaan

merupakan hasil dari cipta, karsa, dan rasa yang mana hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusi, selain

itu kebudayaan juga sebagai keseluruhan sistem gagasan dan tindakan. Pada

dasarnya hakikat kebudayaan adalah dimana kebudayaan tewujud dan

tersalurkan dari perilaku manusia, budaya ada sebelum adanya generasi lahir

dan kebudayaan akan terus ada dari generasi ke generasi, kebudayaan juga

mencangkup aturan-aturan mana aturan tersebut memberikan sebuah

kewajiban. Adapun tujuh unsur-unsur dari kebudayaan:

1. Bahasa

2. Sistem Pengetahuan

3. Organisasi Sosial

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi

5. Sistem mata pencaharian hidup

6. Sistem religi

7. Kesenian

Kebudayaan merupakan fase yang paling tiggi dan paling generalisasi dari

adat-istiadat. Yang mana hal tersebut dikarenakan nilai budaya adalah suatu

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

39

konsep mengenai sesuatu yang terkandung dalam alam pikiran sebagian besar

dari masyarakat yang mereka rasa bernilai, berharga, dan penting dalam

kehidupan mereka, sehingga berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan

pemberi arah dan orientasi terhadap kehidupan suatu masyarakat. Didalam

suatu kebudayaan terdapat sebuah tradisi yang mana jika tradisi sudah melekat

terhadap suat masyarakat maka hal tersebut merupakan bagian dari

kebudayaan, dan juga dapat disebut kebudayaan ( Koentjaraningrat, 2009:164-

165)4.

Definisi tradisi adalah suatu hal yang diwariskan dari masa lalu ke masa

kini. Segala suatu hal yang diwariskan pada masa sekarang dan memiliki ikatan

yang kuat dengan masa lalu. Adanya suatau benda yang diwariskan dari masa

lalu ke masa kini maka hal tersebut juga dapat disebut dengan tradisi. Lalu dapat

kita lihat bahwa tradisi ini adalah sebuah peninggalan dari masa lalu ke masa

sekarang ini yang mana cara menyalurkannya dengan diwariskan. Tradisi

merupakan perilaku dan tindakan sekelompok masyarakat dengan wujud suatu

benda atau sebuah tingkah laku sebagai unsur kebudayaan yang mana

diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan di dalamnya memuat

suatu norma,nilai-nilai, cita-cita dan harapan tanpa adanya batas waktu yang

membatasi. Hal yang diteruskan tersebut berupa benda-benda, sistem nilai

maupun sistem norma, sistem kepercayaan dan pola perilaku yang ada didlam

suatu masyarakat. Tradisi terbentuk dengan melalui sebuah pemikiran,

4 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hml 164-165

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

40

imajinasi dan tindakan yang seluruh kelompok masyarakat lakukan, yang mana

kemudian di wariskan secara turun temurun.

Tradisi dalam kamus antropologi yaitu sama dengan adat istiadat yang

berarti suatu kebiasaan yang memiliki sifat magis religius dari kehidupan suatu

masyarakat asli yang mana meliputi norma-norma budaya, nilai-nilai, dan

aturan yang saling memiliki keterkaitan, yang akhirnya menjadi peraturan yang

sudah ditetapkan dan mencakup segala konsep budaya dari suatu kebudayaan

guna mengarahkan perilaku sosial. Sedangkan dalam kamus sosiologi tradisi

merupakan adat istiadat dan keyakinan turun temurun dan dapat dijaga

keberadaannya.

Tradisi merupakan hal yang diwariskan dari masa lalu hingga ke masa

sekarang. Pada pengertian secara khusus tradisi merupakan bagian-bagian

warisan yang memiliki arti khusus dan memenuhi syarat yakni yang masih terus

ada hingga pada masa sekarang. Tradisi sama halnya dengan benda sakral yang

berasal dari masa lalu hingga saat ini masih tetap ada dan dijaga. Dilihat dari

segi pandangan, dalam tradisi terdapat sebuah keyakinan, kepercayaan, simbol-

simbol, ideologi dan aturan, yang mana semua itu merupakan peninggalan masa

lalu yang hingga kini masih dijalankan dan dipelihara.

Sebuah tradisi dijalankan atau dilakukan kerena berkaitan dengan suatu

kebiasaan yang mana sudah melekat pada masyarakat tradisional. Oleh karena

itu tradisi memiliki arti secara umum, yang mana hal ini dimaksudtkan untuk

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

41

menunjukkan nilai, norma, dan adat istiadat atau kebiasaan yang sudah ada

sejak dulu hingga saat ini masih diterima, diikuti, dijalankan, dan dipertahankan

oleh masyarakat yang bersangkutan. Dimana tradisi dan adat istiadat disepakati

untuk dipegang bersama, yang mana merupakan sistem nilai yang dapat

mempengaruhi sistem jiwa masyarakat serta menjadi sumber etika dalam

kehidupan bersama.

Tradisi muncul dengan dua cara yakni, cara pertama tradisi muncul dari

bawah melalui mekanisme kemunculannya dengan cara yang tiba-tiba dan tidak

diketahui dan tidak melibatkan masyarakat secara banyak, namun karena suatu

alasan manusia menemukan suatu warisan lama atau sejarah yang memiliki arti

dan keunikan. Kekaguman, kecintaan tersebutlah lalu disebarkan dengan

berbagai cara dan mempengaruhi masyarakat dalam jumlah yang banyak,

kemudian sikap kakugum itulah yang kemudian berubah menjadi perilaku

dalam bentuk ritual atau upacara. Rasa kagum itulah yang dapat memperkokoh

keyakinan dan tindakan individual menjadi milik bersama dan berubah menjadi

sebuah fakta sosial yang sesuungguhnya. Cara kedua yakni tradisi muncul dari

atas melalui paksaan yang mana sesuatu dianggap sebagai sebuah tradisi dipilih

dan dijadikan sebuah perhatian umum yang mana hal itu dipaksakan oleh pihak

yang berpengaruh atau berkuasa ( Adon Nasrullah Jamaludin, 2007:295-296).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

42

Fungsi tradisi

Tradisi memiliki fungsi dalam masyarakat yakni:

a. Tradisi merupakan warisan secara turun temurun, terdapat pada diri

masyarakat yang mana berupa keyakinan, kesadaran, norma, dan nilai yang

dianut serta didalam benda yang diciptakan dimasa lalu. Tradisi juga

memiliki kutipan historis yang dipandang bermanfaat. Tradisi seperti

sebuah gagasan dan materil yang dapat digunakan untuk pedoman atau

pegangan dalam berperilaku dan dapat membangun masa depan

berdasarkan pengalaman masa lalu.

b. Tradisi juga dapat diartikan sebagai legitimasi mengenai pandangan hidup,

keyakinan, dan aturan-aturan yang sudah ada. Hal ini juga membutuhkan

sebuah kebenaran yang mana untuk mengikat anggota masyarakat, karena

salah satu sumber legitimasi terdapat pada tradisi.

c. Tradisi juga memberikan simbol identitas kolektif serta membantu

memberikan tempat untuk pelarian, keluhan, ketidakpuasan ataupun

kekecewaan dan pelarian atas sebuah musibah.

d. Tradisi sebagai alat pengikat kelompok, yang mana manusia fitrahnya tidak

dapat hidup sendiri dalam menjalankan kehidupannya. Maka dari itu

manusia memerlukan bantuan dari manusi lain, memerlukan kebersamaan

dan memerlukan sebuah kelompok. Dalam berkehidupan secara bersama

dapat membentuk suatu masyarakat yang mana dapat berjalan dengan baik

manakala kehidupan tersebut diikat dengan adanya tradisi. Semakin kokoh

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

43

suatu tradisi, maka semakin bersemangat pula masing-masing kelompok

masyarakat dalam melangsungkan kehidupannya. Mereka merasa bangga

dengan tradisi yang dimiliki, maka semakin kuat pula ikatan antar individu-

individu yang ada didalam kelompok masyarakat tersebut.

e. Tradisi sebagai benteng pertahanan, fungsi sebagai benteng pertahanan

kelompok (masyarakat tradisional) meruapakan sebuah ciri khas dari

tradisionalitas sutau masyarakat tersebut, yang mana hal tersebut terletak

pada kecenderungan dan sebuah upaya dalam mempertahankan tradisi

yang mereka miliki secara turun temurun5.

Jamasan pusaka merupakan bagian dari tradisi, yang dijalankan oleh

masyarakat jawa, yaitu menjaga benda-benda pusaka, benda bersejarah, dan

juga benda-benda yang dipercaya memiliki tuah atau yang dipercaya

mempunyai kekuatan. Jamasan pusaka juga dapat diartikan mencuci atau

memandikan benda pusaka. Pusaka yang diyakini tersebut memiliki kekuatan

dapat berupa gong, keris, tombak, kereta pusaka dan berbagai jenis pusaka

lainnya. Jamasan pusaka ini adalah perihal yang suci dan akan dilakukan hanya

pada waktu tertentu. Umumnya jamasan pusaka dilakukan hanya sekali setahun

pada bulan sura. Maka dari itu mengandung makna dan tujuan luhur yang telah

ditanamkan pada tradisi yang dianggap sakral ini.

Tradisi jamasan pusaka dilaksanakan pada setiap bulan Sura, karena

dalam bulan sura adalah bulan yang paling sakral bagi orang Jawa. Di mana

5 Adon Nasrullah, Sosiologi Pedesaan (Bandung: Pustaka Setia, 2007) hml 295-296

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

44

orang Jawa dianjurkan untuk lebih banyak melakukan mawas diri, evaluasi

diri, dan waspada. Memang pada kenyataanya dalam bulan sura kerap kali

terjadi peristiwa yang meberikan makna mendalam. Tujuan dari tradisi jamasan

pusaka itu sendiri adalah untuk tetap mempunyai jalinan rahsa, ikatan kebatinan

terhadap sejarah dan makna yang terdapat dibalik benda pusaka tersebut.

Sehingga jamasan pusaka tidak hanya sekedar memandikan dan merawat fisik

benda pusaka saja, melainkan lebih mementingkan dan memahami segenap

nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam benda pusaka.

Nilai-nilai luhur yang telah diwariskan ini perlu untuk dipahami lebih

dalam dan digunakan untuk pedoman atau pegangan dalam kehidupan manusia.

Nilai tersebut juga menjadi kekayaan budaya yang mana meliputi filsafat dan

seni. Tradisi jamasan pusaka yang ada didesa Ngliman ini masuk kedalam tujuh

unsur kebudayaan yaitu unsur system religi karena didalam unsur religi terdapat

wujud sebagian sistem kepercayaan, dan kryakinan tentang Tuhan, dewa, roh

halus, surga, neraka dan sebagainya. Dalam unsur system religi juga

mempunyai wujud berupa upacara, baik upacara yang bersifat musiman

maupun kadang kala, dan selain itu setiap system religi juga memiliki wujud

sebagai benda-benda suci dan benda-benda religius.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

45

2.3 Landasan Teori

Teori Konstrusi Sosial – Peter L Berger dan Thomas Luckman

Berdasarkan yang telah dikemukakan oleh Petter L. Berger konstruksi

sosial merupakan penciptaan sebuah pengetahuan yang diperoleh melalui hasil

penemuan sosial. Realitas sosial menurut keduanya terbentuk secara sosial, dan

sosiologi merupakan ilmu pengetahuan (sociology of knowledge) untuk

menganalisa bagaimana proses terjadinya. Maka hal ini memberikan penafsiran

bahwa didalam konstruksi sosial terdapat “realitas” dan “pengetahuan”.

Dimana dalam hal ini relaitas sosial merupakan konstruksi sosial yang

diciptakan oleh manusia, manusia sebagai penentu dalam dunia sosial yaang

telah dikonstruksi berdasarkan kehendak dari manusi itu sendiri.

Pengetahuan merupakan aktivitas yang mana melahirkan suatu realitas

menjadi bisa untuk dikemukakan, yang mana berbeda dengan kesadaran.

Kesadaran merupakan dimana manusia lebih mengetahui dirinya sendiri dalam

suatu hal ketika dihadapkan dengan suatu kenyataan tertentu, Jadi disini

kesadaran menciptakan pengetahuan. Pengetahuan hanya berurusan dengan

subjek dan objek yang berbeda dengan diri sendiri, sedangkan kesadaran lebih

mengarah pada urusan subjek yang sedang mengetahui dirinya sendiri dan

Realitas yang dikemukakan Berger terdapat masyarakat sebagai masyarakat

subjektif dan masyarakat objektif.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

46

Masyarakat objektif dalam pandangan Berger dan Luckman merupakan

suatu kenyataan yang mana didalamnya terkandung sebuah proses

pelembagaan yaang diciptakan diatas pembiasaan, yang mana terdapat perilaku

yang diulang-ulang sehingga terlihat pola-pola dan terus dilakukan sebagai

tindakan yang difahaminya. Bila kebiasaan tersebut telah berlangsung secara

terus menerus maka terjadi tradisi dan melekat terhadap masyarakat. Seluruh

pengalaman setiap manusia tersimpan dalam kesadaran yang mana pada

akhirnya dapat memahami dirinya pada kontek sosial kehidupannya, dengan

melalui proses tradisi maka akhirnya pengalaman tersebut ditularkan kepada

generasi berikutnya. Sedangkan masyarakat subjektif untuk menjadikan

masyarakat sebagai kenyataan internal maka diperlukan suatu sosialisasi yang

mana hal ini berfungsi untuk mentranfer kenyataan subjektif tersebut.

Sosialisasi berlangsung dalam sebuah kontek struktur sosial tertentu. Jadi

analisis terhadap sosial mikro dari fenomena-fenomena internalisasi maka

harus dilator belakangi oleh suatu pemahaman sosial makro mengenai aspek-

aspek strukturalnya. Maka hal tersebut terjadi kedalam proses dialektika.

Realitas sosial yang di kemukakan oleh Petter L. Berger dan Thomas

Luckman terbentuk secara sosial, dimana realitas sosial tidak berdiri sendiri

tanpa hadirnya seseorang baik dalam maupun luar realitas tersebut. Realitas

mempunyai makna saat realitas tersebut telah di konstruksi dan dimaknakan

secara subyektif oleh orang lain sehingga memantapkan realitas tersebut secara

obyektif. Berger dan Luckmann mengungkapkan kebiasaan masyarakat muncul

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

47

dan dipertahankan atau diubah dengan tindakan dan interaksi antar manusia.

walaupun kebiasaan sosial dan masyarakat terlihat nyata secara obyektif,

namun pada realitasnya semua diciptakan dalam definisi subjektif melalui

proses interaksi. Obyektivitas dapat terjadi dengan melalui penekanan secara

berulang-ulang dan diberikan oleh orang lain yang memiliki pemahaman

subyektif yang sama.

Pada fase generalitas yang paling tinggi, manusia membangun dunia

dalam makna simbolis secara umum, yaitu mengenai pandangan hidup manusia

secara menyeluruh, Memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial

serta memberi makna pada berbagai kehidupan masyarakat. Konstruksi sosial

selalu memahami kehidupan sosial dengan Proses dialektis yaitu meliputi tiga

momen berupa, eksternalisasi ( pembiasaan diri dengan dunia sosiokultural

sebagai bagian dari manusia), objektivasi (interaksi dengan dunia intersubjektif

yang dilembagakan lalu mengalami institusionalisasi), dan internalisasi

(individu mengidentifikasi dengan lembaga sosial dan organisasi sosial tempat

individu menjadi anggotanya).

a) Eksternalisasi

Eksternalisasi, sebuah proses kesengajaan menciptakan suatSu

subjek. Dimana pada proses ini masyarakat menciptakan sendiri

apa yang mereka telah yakini sebagai realitas sosial dan

pengetahuan masyarakat sebagai fakta sosial.

b) Internalisasi

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

48

Proses internalisasi merupakan suatu hal yang telah terjadi nilai

dalam kelompok sosial masyarakat. Dimana nilai dianggap

benar maupun salah oleh kelompok sosial yang telah mereka

sepakati.

c) Objektivasi

Proses objektivasi, dimana proses ini telah mengikat sebuah

fakta sosial, yang mana pada kelompok sosial mengalami

konstruksi sosial, yang telah mereka ciptakan sendiri.

Proses-proses dialektis yang telah dijelaskan diatas merupakan satu

kesatuan yang mana menciptakan sebuah konstruksi sosial yang ada pada

kelompok masyarakat. Dimana pada proses eksternalisasi, masyarakat secara

sadar mengeksternalisasi keberadaannya ke dalam dunia sosial yang mana

diinternalisasi menjadi suatu kenyataan obyektif dengan kata lain jika telah

mencapai pada taraf internalisasi maka individu menjadi anggota masyarakat

dengan cara sosialisasi dan interaksi.

Pada proses internalisasi dimana hal ini membentuk suatu nilai pada

kelompok sosial yang telah disepakati. Selanjutnya pada proses objektivasi,

pada proses ini telah mengikat adanya sebuah fakta sosial yang telah di bentuk

dan diyakini realitasny, maka pada tahap ini kelompok sosial masyarakat secara

sadar sudah membentuk suatu konstruksi sosial. Teori konstruksi sosial oleh

Peter L Berger lebih rinci mengemukakan konstruksi sosial dan proses

terjadinya sebuah konstruksi pada masyarakat. Mengenai teori konstruksi sosial

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 ...eprints.umm.ac.id/50394/3/BAB II.pdf19 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan

49

ada dua tokoh sosiologi yang membahas bersama yaitu Peter L Berger dan

Thomas Luckman, sebelumnya teori ini sempat untuk dibahas oleh beberapa

tokoh sosiologi lain namun karena adanya suatu hal maka yang menulis buku

dan teori konstruksi sosial ini adalah Peter L Berger dan Thomas Luckman

secara bersama6.

6 Frans M Parera, Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan (Jakarta:

LPE3S, 2018) hlm 176-180