bab ii kajian pustaka 2.1 hasil-hasil penelitian terdahulu
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dalam
penelitian ini akan digunakan sebagai bahan referensi untuk memahami pengaruh
antar variable dalam penelitian ini, berikut paparan beberapa penetian terdahulu:
Berdasarkan hasil penelitian Sulasari (2013) dalam jurnalnya Pengaruh
Kedisiplinan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan (Studi Pada Ksp Tunas
Artha Mandiri Nganjuk) Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa
kedisiplinan dan kesejahteraan tidak punya pengaruh dominan terhadap semangat
kerja, tetapi yang punya pengaruh paling besar pada semangat kerja adalah
ketegasan dalam pelaksanaan disiplin kerja
Hasil penelitian Maeyasari (2012) yang berjudul Pengaruh penerapan
Absensi Fingerprint terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat
Daerah kabupaten Lebak Terdapat korelasi yang sedang antara efektifitas
penerapan fingerprint terhadap disiplin PNS di Sekretariat Daerah Kabupaten
Lebak dengan arah positif 0,593 Pengaruh efektifitas penerapan Absensi
fingerprint terhadap disiplin PNS di Sekretariat Daerah kabupaten Lebak hanya
35,2 % yang lainnya dipengaruhi oleh factor lain.
12
Setiawan (2011) pada penelitiannya Kualitas Perangkat Lunak Absensi
Sidik Jari Dampaknya Terhadap Disiplin Dan Prestasi Kerja Di PT. Kagum Karya
Husada Bandung Perangkat lunak absensi sidik jari signifikan dapat meningkatkan
disiplin kerja di PT. Kagum Karya Husada Bandung. Besarnya kontribusi atau
pengaruh Perangkat lunak absensi sidik jari dalam meningkatkan disiplin kerja
di PT. Kagum Karya Husada Bandung adalah 52,7 %. Artinya disiplin kerja
dipengaruhi secara dominan oleh Perangkat lunak absensi sidik jari di PT.
Kagum Karya Husada Bandung. Perangkat lunak absensi sidik jari secara
parsial signifikan memberikan pengaruh terhadap Prestasi kerja karyawan di PT.
Kagum Karya Huasada Bandung. Prestasi kerja karyawan di PT. Kagum Karya
Husada Bandung signifikan dipengaruhi oleh disiplin kerja. Besarnya kontribusi
dari disiplin kerja terhadap prestasi kerja karywan sebesar 32,9 % atau dengan
kata lain prestasi kerja karyawan dipengaruhi secara dominan oleh disiplin kerja.
Kualitas Perangkat Lunak Absensi Sidik Jari Secara Bersama- sama dengan
Disiplin Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi kerja karyawan di
PT. Kagum Karya Husada Bandung sebesar 68,4 %
Novianto (2012) dalam penelitiannya Peranan Sistem informasi Absensi
fingerprint terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada PUSLITBANG Sumber Daya
Air Bandung kategori untuk tanggapan responden terhadap Sistem Informasi
Absensi Sidik jari dinyatakan baik dengan persentase 87,87% dan Tanggapan
responden mengenai disiplin kerja pada PUSLITBANG SDA dikategorikan baik
dengan persentase 78,36%, dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,861 untuk sistem
informasi absensi sidik jari dan 0,732 untuk disiplin kerja pegawai.
13
Dalam uji hipotesis yang dilakukan dengan meghitung korelasi antara TX
dan TY menghasilkan 0,491 dengan taraf signifikan 1% ini berarti tolak hipotesis
0, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Absensi Sidik Jari berperan
terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada PUSLITBANG Sumber Daya Air Bandung.
Dengan persentase sebesar 24,10% sisanya 75,90% dipengaruhi faktor lain.
14
Tabel. 1.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Nama
Peneliti/Tahun Variable Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian Hasil
1 Pengaruh penerapan
Absensi Fingerprint
terhadap Disiplin PNS
Pegawai Negeri Sipil
di Sekretariat Daerah
kabupaten Lebak
Erma
Maeyasari
(2012)
Efektivitas Absensi
Sidik jari (fingerprint)
• Pencapaian target
• Kemampuan
adaptasi
• Kepuasan kerja
• Tanggung jawab
Variabel Terikat:
Disiplin Pegawai
• Tujuan dan
kemampuan
• Teladan pemimpin
• Balas jasa
• Keadilan
• Pengawasan
melekat
• Sanksi hukuman
• Ketegasan
• Hubungan
kemanusian
• Mentaati ketentuan
jam kerja
Penelitian ini
mengetahui
keefektifan
penerapan
kehadiran
elektronik dengan
fingerprint
terhadap
kedisiplinan PNS
di Sekretariat
Daerah Kabupaten
Lebak
Kuantitatif,
menggunakan
pendekatatan
asosiatif
Analisis
Regresi Linear
Sederhana
Efektivitas penerapan
Absensi fingerprint di
Sekretariat Daerah kabupaten
Lebak 76,9 persen dengan
tingkat disiplin PNS
secretariat daerah kabupaten
lebak sebesar 80,5 persen dan
terhadap pengaruh pada
keefektifan penerapan absensi
fingerprint terhadap disiplin
PNS sebesar 35,2 persen dan
terdapat hubungan yang
sedang dan signifikan dengan
uji koefisien korelasi thitung 0,593 > t tabel 0,148
15
• Mengutamakan
kepentingan negara
2. Kualitas Perangkat
lunak Absensi Sidik
jari dampaknya
terhadap disiplin dan
prestasi kerja di PT.
kagum karya husada
bandung
Agus Setiawan (2011)
Functionality :
1. Suitability
2. Accuracy
3. Compliance
4. Security Reliability
1. Maturity
2. Fault Tolerance
3. Recoverability
Efficiency:
1. Time Behavior
2. resource Behavior
Usability:
1. Understandability
2. Operability
Ketepatan Waktu:
1. Mampu
memanfaatka
dan
menggunakan
perlengkapan
dengan baik
2. Menghasilkan
pekerjaan yang
Tujuan dari
penelitian ini
adalah untuk
mengetahui
seberapa besar
kualitas perangkat
lunak sidik jari
dampaknya
terhadap disiplin
dan prestasi
karyawan di PT.
Kagum Karya
Husada Bandung
Metode
penelitian yang
digunakan
adalah
kuantitatif
deskriptif dan
verifikatif
Perangkat lunak absensi
sidik jari signifikan dapat
meningkatkan disiplin kerja
di PT. Kagum Karya Husada
Bandung. Besarnya
kontribusi atau pengaruh
Perangkat lunak absensi
sidik jari dalam
meningkatkan disiplin kerja
di PT. Kagum Karya Husada
Bandung adalah 52,7 %.
Artinya disiplin kerja
dipengaruhi secara dominan
oleh Perangkat lunak absensi
sidik jari di PT. Kagum
Karya Husada Bandung.
16
memuaskan
3. Kesetiaan / Patuh
pada peraturan
dan tata tertib
yang ada
4. Memiliki
tanggung jawab
yang tinggi
3 Pengaruh Kedisiplinan
Kerja Terhadap
Semangat Kerja
Karyawan (Studi Pada
Ksp Tunas Artha
Mandiri Nganjuk)
Ayu Sulasari
(2013)
Kedisiplinan dan
kesejahteraan (X1),
kedisiplinan dan
ancaman (X2),
Ketegasan dalam
pelaksanaan
kedisiplinan (X3),
Kedisiplinan harus
menunjang tujuan
(X4),
Kedisiplinan yang
dipartisipasikan
(X5),
Teladan pimpinan
(X6)
Semangat Kerja
(Y)
Untuk mengetahui
Pengaruh
Kedisiplinan Kerja
Terhadap
Semangat Kerja
Karyawan Pada
Ksp Tunas Artha
Mandiri Nganjuk
Kuantitatif,
Analisis
korelasi
berganda
Berdasarkan hasil analisis
berganda menunjukkan
bahwa kedisiplinan dan
kesejahteraan tidak punya
pengaruh dominan terhadap
semangat kerja, tetapi yang
punya pengaruh paling besar
pada semangat kerja adalah
ketegasan dalam pelaksanaan
disiplin kerja
4 Peranan Sistem
informasi Absensi
fingerprint
Muchamad Rizqi
Novianto (2012)
Sistem Informasi
Absensi (variabel
X)
untuk mengetahui
seberapa besar
peranan dari
Kuantitaif,
deskriptif dan
verifikatif.
Hasil penelitian yang telah
dilakukan yaitu kategori
untuk tanggapan responden
17
terhadap Disiplin
Kerja Pegawai pada
PUSLITBANG
Sumber Daya Air
Bandung
• Hardware
• Software
• Basis data
• prosedur
Disiplin Kerja
Pegawai (variabel
Y)
• Ketepatan waktu
• Memanfaatkan
perlengkapan
dengan baik
Sistem informasi
Absensi sidik jari
Terhadap Disiplin
Kerja Pegawai
pada
PUSLITBANG
Sumber Daya Air
Bandung.
Regresi terhadap Sistem Informasi
Absensi Sidik jari dinyatakan
BAIK dengan persentase
87,87% dan Tanggapan
responden mengenai disiplin
kerja pada PUSLITBANG
SDA dikategorikan BAIK
dengan persentase 78,36%,
dengan tingkat reliabilitas
sebesar 0,861 untuk sistem
informasi absensi sidik jari
dan 0,732 untuk disiplin kerja
pegawai. Korelasi antara TX
dan TY menghasilkan 0,491
dengan taraf signifikan 1%
ini berarti tolak hipotesis 0,
maka dapat disimpulkan
bahwa Sistem Informasi
Absensi Sidik Jari berperan
terhadap Disiplin Kerja
Pegawai pada PUSLITBANG
Sumber Daya Air Bandung.
Dengan persentase sebesar
24,10% sisanya 75,90%
dipengaruhi faktor lain.
18
Atas dasar penelitian diatas, Adapun persamaan dan berbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penlitian yang akan dilakukan dilihat dari berbagai
aspek sebagai berikut:
Secara umum dari penelitian di atas menunjukkan adanya hubungan antara
efektivitas absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) terhadap
disiplin kerja dan disiplin kerja terhadap semangat kerja secara langsung. Akan
tetapi belum mencangkup tentang pengaruh absensi Automatic Fingerprint
Identification System (AFIS) terhadap semangat kerja secara tidak langsung melalui
disiplin kerja sebagai perantara, sehingga celah ini yang digunakan Hasanah
(2014) untuk melatarbelakangi penelitian yang akan dilakukannya.
Perbedaan penelitian Hasanah (2014) dengan penelitian terdahulu yaitu
hubungan variabel dan objek penelitian. Variabel yang digunakan adalah
hubungan dari variable Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS)
terhadap semangat kerja dan hubungan variable Absensi Automatic Fingerprint
Identification System (AFIS) terhadap semangat kerja melalui disiplin kerja sebagai
variabel perantara. Objek yang digunakan adalah karyawan bagian pelayanan
public di Universitas Islam Negeri Malang.
Sedangkan persamaan penelitiaannya dengan penelitian terdahulu adalah
variabel yang digunakan (Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS),
Disiplin kerja dan Semangat kerja) dan metode penelitiannya berupa kuantitaif.
19
2.2. Kajian Teoritis
2.2.1 Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS)
Fungsi sidik jari pada dasarnya adalah untuk memberi gaya gesek lebih
besar agar jari dapat memegang benda-benda lebih erat. Namun seiring
perkembangan teknologi, sidik jari manusia dapat digunakan untuk keperluan
identifikasi karena tidak ada dua manusia yang memiliki sidik jari persis sama.
Menurut para ilmuwan, diantara 5 juta orang di bumi, kemungkinan munculnya
dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian.
Meskipun pada awalnya lebih populer untuk melacak pelaku kejahatan dan
kepentingan ilmu pengetahuan, alat pendeteksi sidik jari kini telah meluas
penggunaannya ke ranah komersial. Efisiensi menjadi alasan penggunaan sistem
identifikasi sidik jari di berbagai perusahaan. Alat ini mendorong penghematan
waktu, tenaga, dan menjamin keamanan. Penggunaan nyata sistem identifikasi
sidik jari adalah pada alat absensi yang mampu membuktikan kehadiran karyawan
(absensi) secara akurat. Penggunaan absensi sidik jari lebih efektif karena
berhubungan langsung dengan karyawan. Jika karyawan tidak masuk, bolos, atau
terlambat, dapat langsung diketahui. Hal ini berbeda dengan sistem pencatatan
yang rentan dimanipulasi, contohnya penitipan absensi kepada rekannya.
Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) adalah
absensi yang menggunakan sistem identifikasi sidik jari terotomasi yang
merupakan system dalam SDM untuk memantau absensi kerja maupun tingkat
keterlambatan karyawan (Olsen, 1972). Sidik jari, dalam bahasa Inggris disebut
“Fingerprint” biasanya berbentuk garis-garis horizontal dan vertical atau
20
gabungan keduanya dan juga ada bentuk lengkungan-lengkungan. Seluruh
manusia di dunia diciptakan dengan sidik jari yang berbeda satu sama lainnya.
Karena keunikannya itulah, sidik jari saat ini sering digunakan untuk memonitor
kehadiran seseorang di sebuah kantor atau mungkin sekolah. Dengan mesin
absensi sidik jari maka kemungkinan adanya penitipan absen maupun manipulasi
data dapat diminimalisir.
Mesin absensi sidik jari kebanyakan dikenal fingerprint. Mesin absensi
sidik jari adalah mesin yang digunakan untuk mendata kehadiran dengan
menggunakan sensor yang dapat membaca garis atau image sidik unik.
Menggunakan identifikasi sidik jari untuk absensi suatu pilihan yang tepat
dibanding yang lain. Berikut faktor-faktor menggunakan fingerprint sebagai
pilihan yang tepat dengan berbagai keunggulanya.
1) Kenyamanan
Dimulai dari registrasi yang simple, karyawan atau pegawai tidak perlu
repot membawa kartu karyawan maupun kertas atau kartu. Setiap
karyawan tidak akan lupa membawa alat absensinya atau jari yang telah di
registrasi. Dalam berabsensi tidak pelu menekan password atau pin yang
merepotkan. Mudah dilakukan hanya dengan menaruh jari tepat diatas
sensor sidik jari atau tinggal “Place Finger”
2) Keamanan
Dengan menggunakan absensi sidik jari tingkat keamanan sangat tinggi
dikarenakan setiap sidik jari setiap pengguna berbeda-beda atau unik. Jadi
pengguna tidak bisa saling menitipkan absensi seperti yang dilakukan
21
ketika menggunakan absensi tanda tangan, amano atau menggunakan
kartu.
3) Efektivitas Waktu
Absensi fingerprint pada umumnya mempunyai kecepatan pambacaan <=
0.5 detik. Dalam pendataan dapat terpusat dalam satu database. Dengan
mesin absensi sidik jari data dapat terpusat walau diluar kota tanpa
menunggu terlalu lama karena dalam pembuatan laporan tidak perlu repot
merekap manual satu persatu. Semuanya bisa di bilang Just Click. Dengan
faktor ini dihaarapkan bisa meningkatkan produktifitas berdasarkan
kedisiplinan.
4) Efisiensi Biaya
Dengan mesin absensi Fingerprint juga dapat mengurangi kecurangan jam
kerja yang bisa saja membuat bangkrut perusahaan atau pun intansi.. Jadi
selain mengefisiensi biaya perawatan, pemakaian juga mengefisiensi
dalam pengeluaran penggajian setiap bulannya.
Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) merupakan system
perangkat lunak (software). Dalam Software Quality Journal, 11:3, July 2003,
ISO 9126 mengidentifikasi bahwa indikator yang mempengaruhi kualitas
perangkat lunak (software) yaitu :
1. Functionalit : Suitability, Accuracy, Compliance, Security
2. Reliability : Maturity, Fault Tolerance, recoverability
3. Usability : Understandability, Learnability, Operability.
4. Efficiency : Time Behavior, Resource behavior.
22
5. Maintainbility : Analyzability, Changeability, Stability, Testability.
Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) adalah aplikasi
yang digunakan oleh bagian kepegawaian Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang untuk memenuhi kebutuhan karyawannya dalam
melakukan pekerjaan dalam hal kehadiran terutama pada pendokumentasian dan
monitoring jam masuk dan jam keluar kerja.
Mulis (2009:5) Program aplikasi absensi yaitu suatu aplikasi yang
bergerak dibidang proses pendataan karyawan, data absensi karyawan, dan
pencetakan laporan. Dimana :
1. Pendataan karyawan, bertujuan untuk memasukkan data-data
karyawan
2. Data absensi karyawan, bertujuan untuk memasukkan data absensi
karyawan yang terdiri dari jam masuk, jam keluar, dan pencetakan
laporan karyawan.
Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan agar para karyawan yang
bekerja dapat mematuhi tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan. Dengan
ditetapkannya peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar para
karyawan dapat melaksanakan sikap disiplin dalam bekerja sehingga semangat
kerjanyanya pun meningkat.
23
2.2.2 Teori Disiplin Kerja
2.2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja
Menurut Rivai (2004:444) Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan
para pakar manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia
untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma social yang berlaku.
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia
yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja karyawan, semakin tinggi
prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi
organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan merupakan faktor
utama yang diperlukan sebagai alat peringatan terhadap karyawan yang tidak mau
berubah sifat dan perilakunya. Sehingga seorang karyawan dikatakan memiliki
disiplin yang baik jika karyawan tersebut memiliki rasa tanggung jawab yang
terhadap tugas yang diberikan kepadanya.
Menurut Hadikusumah (2000:115) menyatakan bahwa: “Disiplin kerja
adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan
karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai
suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati
semua peraturan-peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Sedangkan menurut Suwanto (2001:228) mengemukakan pengertian
disiplin yaitu: “Suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
24
serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-
sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.
Dalam proses manajemen disiplin memberikan arti tentang arah
pencapaian tujuan sesuai pedoman organisasi, seperti menurut Keith Davis yang
dikuitp oleh Mangkunegara (2004:129) Mengemukakan bahwa: “Disiplin kerja
diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
organisasi”.
Kemudian, menurut Fathoni (2006:103) menyatakan bahwa disiplin adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan
seseorang atau sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi tersebut
berkehendak mematuhi dan menjalankan peraturan-peraturan perusahaan baik
yang tertulis maupun tidak tertulis dengan dilandasi kesadaran dan keinsyafan
akan tercapainya suatu kondisi antara keinginan dan kenyataan dan diharapkan
agar para pegawai memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga
produktivitasnya meningkat.
2.2.2.2 Indikator Kedisiplinan
Menurut Hasibuan (2007:194) pada dasarnya banyak indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan seorang pegawai, di antaranya :
1. Tujuan dan kemampuan
25
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara
ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti
bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai
dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan
sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik,
jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan
yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan baik. Jika teladan pimpinan
kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan
karyawan terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan
semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik
pula. Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan
karyawan. Artinya semakin besar balas jasa, semakin baik kedisiplinan
karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil, kedisiplinan karyawan
menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-
kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
26
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego
dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta
diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar
kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman,
akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer
yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua
bawahannya. Dengan keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan
yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap
perusahaan agar kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat
berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap,
gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus
selau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan
petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan
moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan,
petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya.
6. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan
27
semakin takut melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku
indisipliner karyawan akan berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas
bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai
dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani
menindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner
akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan
demkian, pimpinan akan memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-
hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct
Single Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross
Relationship hendaknya berjalan harmonis. Manajer harus berusaha
menciptakan suasana kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik secara
vertikal maupun horizontal diantara semua karyawannya.
Terciptanya Human Relationship yang serasi akan mewujudkan
lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi
kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan
tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
28
Faktor-faktor atau indikator yang mempengaruhi kedisiplinan menurut
Saydam (2005:291) sebagai berikut :
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
2. Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan/organisasi.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
4. Keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan.
5. Ada tidaknya pengawasan pemimpin.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
7. Diciptakan kebiasan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
Siswanto (2005:291) berpendapat bahwa faktor-faktor dari disiplin kerja
itu ada 5 yaitu :
1) Frekuensi Kehadiran, salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan pegawai. Semakin tinggi frekuensi kehadirannya atau
rendahnya tingkat kemangkiran maka pegawai tersebut telah memliki
disiplin kerja yang tinggi.
2) Tingkat Kewaspadaan, pegawai yang dalam melaksanakan pekerjaannya
selalu penuh perhitungan dan ketelitian memiliki tingkat kewaspadaan
yang tinggi terhadap dirinya maupun pekerjaannya.
3) Ketaatan Pada Standar Kerja, dalam melaksanakan pekerjaannya pegawai
diharuskan menaati semua standar kerja yang telah ditetapkan sesuai
dengan aturan dan pedoman kerja agar kecelakaan kerja tidak terjadi atau
dapat dihindari.
29
4) Ketaatan Pada Peraturan Kerja, dimaksudkan demi kenyamanan dan
kelancaran dalam bekerja.
5) Etika Kerja, diperlukan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan
perkerjaannya agar tercipta suasana harmonis, salin menghargai antar
sesama pegawai.
Rivai (2005:444) menjelaskan bahwa, disiplin kerja memiliki beberapa
komponen seperti :
1. Kehadiran. Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur
kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah
terbiasa untuk terlambat dalam bekerja.
2. Ketaatan pada peraturan kerja. Karyawan yang taat pada peraturan kerja
tidak akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti pedoman
kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
3. Ketaatan pada standar kerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya
tanggung jawab karyawan terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.
4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi akan
selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta
selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.
5. Bekerja etis. Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang tidak
sopan ke pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal ini
merupakan salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis
sebagai salah satu wujud dari disiplin kerja karyawan.
30
2.2.3 Teori Semangat Kerja
2.2.3.1 Pengertian Semangat Kerja
Menurut Siswanto (1989:264) Semangat kerja dapat diartikan sebagai
suatu kondisi rohaniah, atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-
kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja
untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Nitisemito (2002:56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi
seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan
lebih baik di dalam sebuah perusahaan.
Menurut Anwar (2002:180) adalah sebagai berikut: “Semangat Kerja
merupakan suatu gambaran suatu perasaan agak berhubungan dengan tabiat atau
jiwa semangat kelompok, kegembiraan, untuk kelompok-kelompok pekerja
menunjukkan iklim dan suasana pekerja”.
Sedangkan menurut Hasibuan (2004:94) mengemukakan bahwa:
“Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan
pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai produktivitas yang
maksimal”.
Dari beberapa pengertian semangat kerja di atas dapat disimpulkan bahwa
semangat kerja adalah tingkah laku para karyawan yang bekerja dengan kondisi
31
lebih optimal sehingga mencerminkan keadaan dimana perusahaan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
2.2.3.2 Indikator Semangat Kerja
Indikator semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini
mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999:180),
seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri
untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang
tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk
melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut Maier
(1999:184), ada empat indikator yang menunjukkan seseorang mempunyai
semangat kerja yang tinggi, yaitu:
a. Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki
motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila
seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan
pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya
bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka
dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila
lebih mementingkan gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak
mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga
berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-
benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa
32
pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena
perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja
yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang
menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
b. Kekuatan untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu
konstruktif walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya
dalam bekerja. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi
tentunya tidak akan memilih sikap yang pesimis apabila menemui
kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya semangat kerja yang tinggi
ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan
untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
c. Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai
semangat kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam
menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti
adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya. Gaji ataupun
insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu meningkatkan
semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar dari
perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang diberikan oleh perusahaan
mampu merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh. Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang
mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan
33
datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan kualitas untuk bertahan.
Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan dalam
bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya
menghabiskan waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.
d. Semangat kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan
adanya semangat kerja maka karyawan akan saling bekerja sama, tolong-
menolong, dan tidak saling bersaing untuk menjatuhkan. Semangat kerja
menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain
agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama. Lingkungan kerja yang
baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula, kebersamaan diantara
karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu meningkatkan
semangat kerjabagi karyawan itu sendiri.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja Zainudin
(2001:33) adalah sebagai berikut :
1. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama antara
pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan dengan para
karyawan.
2. Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota-
anggota lain organisasi, apalagi dengan mereka yang sehari-hari banyak
berhubungan dengan pekerjaan.
3. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang merupakan
tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan bersama-sama.
34
4. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan materi lainnya
yang memadai,sehingga imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih
payah yang telah diberikan terhadap organisasi.
5. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap
segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan dalam
perusahaan atau organisasi.
Beberapa peneliti menetapkan indikator yang berbeda terhadap variabel
semangat kerja, tergantung dari sudut pandang dan rumusan mereka masing-
masing masing. majorsy membagi empat aspek semangat kerja, yakni kegairahan
kerja/ antusiasme, kualitas untuk bertahan, kekuatan untuk melawan frustasi, dan
semangat berkelompok. Pendapat Nitisemito (1996:97) mengungkapkan bahwa
indikator meningkatnya semangat kerja adalah:
1. Naiknya produksi perusahaan
2. Tingkat absensi yang rendah
3. Labor turn over yang menurun
4. Tidak terjadi atau berkurangnya kegelisahan
2.3 Kajian Perspektif Islam
Dalam berbagai aspek kehidupan, kata disiplin memiliki arti yang sangat
penting berkaitan dengan keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Demikian
pentingnya, Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an Surah Ash Shaf ayat 4
sebagai berikut :
35
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan (Agama)-
Nya dalam barisan yang teratur, seakan mereka seperti suatu bangunan yang
kokoh”.
Berdasarkan ayat tersebut suatu bangunan tidak mungkin kokoh jika
barisannya tidak teratur yang disebabkan orang-orang yang ada dalam barisan itu
tidak berdisiplin. Oleh karena itu penegakan disiplin sangat penting dalam segala
aspek kehidupan.
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan
peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan
dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Dalam ajaran Islam banyak
ayat Al Qur’an dan Hadist yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada
peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An-Nisa’ ayat 59).
36
Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja yang baik dalam islam antara
lain adalah menghargai waktu, bermoral bersih, menjunjung tinggi kejujuran,
mempunya komitmen yang kuat, istiqamah dalam kerja dan lain-lain (Djakfar,
2012:100). Bermujahadah atau bekerja dengan semangat jihad (ruhul jihad)
menjadi kewajiban setiap muslim dalam rangka tawakkal sebelum menyerahkan
(tafwidh) hasil akhirnya pada keputusan Allah. Semangat kerja dalam islam sangat
dianjurkan dengan berlomba-lomba menuju kebaikan secara optimal tidak
setengah-setengah dalam menjalaninya.
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.
Dalam ayat diatas anjuran untuk bekerja dengan benar dan semangat sebab
nantinya pekerjaan itu akan dilihat oleh Allah dan RasulNya. Manusia
sebagai insan individual dan sosial selalu mempunyai keinginan untuk
meningkatkan kemajuan serta taraf hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan hidupnya
selalu ingin terpenuhi dengan berbagai macam cara. Supaya keinginan tersebut
tercapai dengan baik, Allah memerintahkan kepada mahkluk-Nya agar berusaha
dan berkarya supaya mendapatkan rezeki yang halal dan tayyibah (baik)
sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai berikut.
37
“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.”
Dalam ayat lain Allah menjelaskan:
”Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. ” (Q.S. Al Insyirah :7)
Kedua ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa ibadah itu bukan
hanya shalat saja, tetapi bekerja mencari nafkah atau rezeki itu pun termasuk
ibadah jika dilakukan dengan ikhlas dan hanya mencari keridaan Allah semata.
Kemudian, kita harus rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja begitulah
semangat kerja dalam islam.
Dalam ayat tersebut juga tersirat dengan jelas bahwa kita tidak boleh
kosong dari kegiatan. Kita harus aktif karena pekerjaan yang kita lakukan harus
bervariasi agar kejenuhan tidak hinggap pada diri kita. Itulah sebabnya Allah
mengingatkan kita agar kita rajin dan sungguh-sungguh serta berusaha untuk maju
sesuai dengan kemampuan kita.
ثىي أبو التياح عه أوس به ثىا شعبة قال حد ثىا يحيى حد ار حد د به بش ثىا محم حد
عليه وسلم قال اسمعوا و أطيعوا وإن استعمل حبشي كأن مالك عه الىبي صلى للا
رأسه زبيبة
38
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan
kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata, telah
menceritakan kepadaku Abu At Tayyah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Dengar dan taatlah kalian, sekalipun yang
memimpin kalian adalah seorang budak Habasyi yang berambut keriting seperti
buah kismis."(HR.Bukhari No. 85/652)
Dari Hadits tersebut menurut Quraish Shihab Disiplin adalah kepatuhan untuk
menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk
kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah
sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Sedangkan
Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar
subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan.
2.4 Hubungan antar Variabel
2.4.1. Hubungan Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS)
dengan Disiplin Kerja Karyawan
Dalam pelaksanaan disiplin kerja karyawan, peranan pimpinan sangat
besar dan menentukan. Kelemahan pelaksanaan disiplin selama ini adalah
lemahnya pengawasan pimpinan terhadap pembinaan disiplin karyawan. Padahal
disiplin kerja memegang peranan penting bagi kelangsungan kerja organisasi.
Dengan disiplin kerja yang tinggi dari karyawan akan berdampak positif
terhadap tercapai efektivitas dan efisien kerja yang berarti produktivitas kerja
akan tercapai pula.
Novianto (2012) dalam penelitiannya Peranan Sistem informasi Absensi
fingerprint terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada PUSLITBANG Sumber Daya
Air Bandung menyatakan bahwa Sistem Informasi Absensi Sidik Jari
39
(fingerprint) berperan terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada PUSLITBANG
Sumber Daya Air Bandung. Hal ini menunjukan bahwa absensi AFIS mempunyai
hubungan pengaruh terhadap disiplin kerja.
Dengan adanya tingkat absensi yang baik maka dapat meningkatkan
disiplin pegawai. Sedangkan yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu sikap,
tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahan atau
instansi baik tertulis maupun tidak (Nitisemito, 1982:199).
Indikator pertama di atas menyebutkan kepatuhan karyawan terhadap jam-
jam kerja kantor. Ini berarti tingkat kehadiran karyawan juga sangat menentukan
produktivitas kerja. Semakin tinggi tingkat kehadiran karyawan semakin tinggi
pula tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena itu kehadiran karyawan
merupakan faktor penting dalam pelaksanaan disiplin kerja.
Ukuran atau kriteria disiplin karyawan dikemukakan oleh Sujono (1985),
dengan memberikan kriteria yang lebih luas sebagai berikut :
“ Disiplin yang sejati adalah apabila karyawan datang di kantor dengan
teratur dan tepat pada waktunya. Apabila mereka berpakaian serba baik pada
tempat bekerjanya. Apabila mereka menggunakan bahan-bahan dan perlengkapan
dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan
yang memuaskan dan mengikuti cara bekerja yang ditentukan oleh kantor atau
perusahaan dan apabila mereka menyelesaikan pekerjaan yang sangat tinggi.
Ukuran ini harus diperhatikan atas pekerjaan sehari-hari”.
40
Dengan kriteria sekaligus indikator seperti yang disebutkan di atas, maka
peranan disiplin sangat besar pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Dan jika
semua kriteria di atas terpenuhi, maka produktivitas kerja akan semakin tinggi.
H1: Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) berpengaruh
positif terhadap disiplin kerja karyawan
2.4.2 Hubungan Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS)
dengan Semangat Kerja Karyawan
Semangat kerja dapat diukur melalui absensi atau presensi pegawai
ditempat kerja, tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama
dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas
kerjanya. (Hasley, 1992:67).
Untuk mengukur tinggi rendahnya semangat kerja pegawai dapat melalui
unsur-unsur semangat kerja tersebut yang meliputi : Presensi (tingkat kehadiran),
Disiplin Kerja, Kerja Sama, dan Tanggung Jawab.
Presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan
kewajibannya. Pada umumnya instasi atau lembaga selalu memperhatikan
pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak
tertunda. Ketidak hadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja, sehingga instansi atau lembaga tidak bisa mencapai tujuan
secara optimal.
Presensi atau kehadiran pegawai dapat diukur melalui :
a. Kehadiran karyawan ditempat kerja.
41
b. Ketepatan keryawan datang atau pulang
c. Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan
atau acara dalam instansi.
Menurut Nitisemito, Indikasi turunnya semangat kerja adalah : turunnya
atau rendahnya produktivitas kerja, tingkat turn over (tingkat perpindahan buruh
yang tinggi), Tingkat absensi yang tinggi, tingkat kerusakan yang naik atau tinggi,
kegelisahan dimana-mana, tuntutan yang sering terjadi, dan Pemogokan.
Karyawan yang memiliki semangat dan gairah kerja yang tinggi maka
pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan dapat dikurangi, absensi dapat
diperkecil, keluhan dan peringatan dapat dihindari dan pemogokan dapat
ditiadakan. Jadi semangat dan gairah kerja yang tinggi dikalangan karyawan akan
menyebabkan kesenangan karyawan dalam melaksanakan tugas.
H2: Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) berpengaruh
positif terhadap semangat kerja kerja karyawan
42
2.4.3 Hubungan Disiplin Kerja Karyawan dengan Semangat Kerja
Karyawan
Disiplin merupakan suatu proses perkembangan yang konstruktif bagi setiap
karyawan. Tindakan-tindakan disipliner hanya mempunyai implikasi langsung atas mental
karyawan, akan tetapi dapat berpengaruh pada efektifitas dan produktivitas kerja karywan.
“Tujuan kedisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan yang akan datang bukan
menghukum kegiatan dimasa lalu” (Handoko, 2002:209). Jadi dengan disiplin kerja yang
ditanamkan pimpinan kepada karyawan dapat menimbulkan rasa tanggung jawab kepada
pekerja sehingga menghasilkan hasil kerja yang baik dan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh pihak perusahaan.
Disiplin kerja yang tinggi akan mengarah kehasil kerja yang lebih baik dan
memuaskan, dimana kedisiplinan itu sendiri sangat erat sekali hubungannya
dengan semangat kerja. Oleh karena itu apabila karyawan sudah memiliki dasar
kedisiplinan yang kuat secara tidak langsung, ia juga memiliki semangat kerja
yang tinggi dan apabila karyawan kurang memiliki kedisiplinan yang kuat
otomatis karyawan tersebut tidak akan mempunyai semangat kerja yang tinggi.
H3: Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap semangat kerja karyawan.
2.5 Model Konsep
Model konsep dalam penelitian ini adalah:
43
Gambar 2.1
Model Konsep
2.6 Hipotesis
1. Ada pengaruh Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) (X)
terhadap peningkatan Disiplin kerja (Z) karyawan Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim
2. Ada pengaruh Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) (X)
terhadap peningkatan Semangat kerja (Y) karyawan UniversitasIslam Negeri
Maulana Malik Ibrahim melalui disiplin kerja (Z)
3. Ada pengaruh Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) (X)
terhadap peningkatan Semangat kerja (Y) karyawan Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim secara langsung
Automatic Fingerprint
Identification System (AFIS)
(X)
Disiplin Kerja (Z) Semangat Kerja (Y)