bab ii kajian pustaka 2.1 hasil-hasil penelitian terdahulu

33
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dalam penelitian ini akan digunakan sebagai bahan referensi untuk memahami pengaruh antar variable dalam penelitian ini, berikut paparan beberapa penetian terdahulu: Berdasarkan hasil penelitian Sulasari (2013) dalam jurnalnya Pengaruh Kedisiplinan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan (Studi Pada Ksp Tunas Artha Mandiri Nganjuk) Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kedisiplinan dan kesejahteraan tidak punya pengaruh dominan terhadap semangat kerja, tetapi yang punya pengaruh paling besar pada semangat kerja adalah ketegasan dalam pelaksanaan disiplin kerja Hasil penelitian Maeyasari (2012) yang berjudul Pengaruh penerapan Absensi Fingerprint terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah kabupaten Lebak Terdapat korelasi yang sedang antara efektifitas penerapan fingerprint terhadap disiplin PNS di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dengan arah positif 0,593 Pengaruh efektifitas penerapan Absensi fingerprint terhadap disiplin PNS di Sekretariat Daerah kabupaten Lebak hanya 35,2 % yang lainnya dipengaruhi oleh factor lain.

Upload: truongdiep

Post on 16-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dalam

penelitian ini akan digunakan sebagai bahan referensi untuk memahami pengaruh

antar variable dalam penelitian ini, berikut paparan beberapa penetian terdahulu:

Berdasarkan hasil penelitian Sulasari (2013) dalam jurnalnya Pengaruh

Kedisiplinan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan (Studi Pada Ksp Tunas

Artha Mandiri Nganjuk) Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa

kedisiplinan dan kesejahteraan tidak punya pengaruh dominan terhadap semangat

kerja, tetapi yang punya pengaruh paling besar pada semangat kerja adalah

ketegasan dalam pelaksanaan disiplin kerja

Hasil penelitian Maeyasari (2012) yang berjudul Pengaruh penerapan

Absensi Fingerprint terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat

Daerah kabupaten Lebak Terdapat korelasi yang sedang antara efektifitas

penerapan fingerprint terhadap disiplin PNS di Sekretariat Daerah Kabupaten

Lebak dengan arah positif 0,593 Pengaruh efektifitas penerapan Absensi

fingerprint terhadap disiplin PNS di Sekretariat Daerah kabupaten Lebak hanya

35,2 % yang lainnya dipengaruhi oleh factor lain.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

12

Setiawan (2011) pada penelitiannya Kualitas Perangkat Lunak Absensi

Sidik Jari Dampaknya Terhadap Disiplin Dan Prestasi Kerja Di PT. Kagum Karya

Husada Bandung Perangkat lunak absensi sidik jari signifikan dapat meningkatkan

disiplin kerja di PT. Kagum Karya Husada Bandung. Besarnya kontribusi atau

pengaruh Perangkat lunak absensi sidik jari dalam meningkatkan disiplin kerja

di PT. Kagum Karya Husada Bandung adalah 52,7 %. Artinya disiplin kerja

dipengaruhi secara dominan oleh Perangkat lunak absensi sidik jari di PT.

Kagum Karya Husada Bandung. Perangkat lunak absensi sidik jari secara

parsial signifikan memberikan pengaruh terhadap Prestasi kerja karyawan di PT.

Kagum Karya Huasada Bandung. Prestasi kerja karyawan di PT. Kagum Karya

Husada Bandung signifikan dipengaruhi oleh disiplin kerja. Besarnya kontribusi

dari disiplin kerja terhadap prestasi kerja karywan sebesar 32,9 % atau dengan

kata lain prestasi kerja karyawan dipengaruhi secara dominan oleh disiplin kerja.

Kualitas Perangkat Lunak Absensi Sidik Jari Secara Bersama- sama dengan

Disiplin Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi kerja karyawan di

PT. Kagum Karya Husada Bandung sebesar 68,4 %

Novianto (2012) dalam penelitiannya Peranan Sistem informasi Absensi

fingerprint terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada PUSLITBANG Sumber Daya

Air Bandung kategori untuk tanggapan responden terhadap Sistem Informasi

Absensi Sidik jari dinyatakan baik dengan persentase 87,87% dan Tanggapan

responden mengenai disiplin kerja pada PUSLITBANG SDA dikategorikan baik

dengan persentase 78,36%, dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,861 untuk sistem

informasi absensi sidik jari dan 0,732 untuk disiplin kerja pegawai.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

13

Dalam uji hipotesis yang dilakukan dengan meghitung korelasi antara TX

dan TY menghasilkan 0,491 dengan taraf signifikan 1% ini berarti tolak hipotesis

0, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Absensi Sidik Jari berperan

terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada PUSLITBANG Sumber Daya Air Bandung.

Dengan persentase sebesar 24,10% sisanya 75,90% dipengaruhi faktor lain.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

14

Tabel. 1.1

Penelitian Terdahulu

No Judul Nama

Peneliti/Tahun Variable Tujuan Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

1 Pengaruh penerapan

Absensi Fingerprint

terhadap Disiplin PNS

Pegawai Negeri Sipil

di Sekretariat Daerah

kabupaten Lebak

Erma

Maeyasari

(2012)

Efektivitas Absensi

Sidik jari (fingerprint)

• Pencapaian target

• Kemampuan

adaptasi

• Kepuasan kerja

• Tanggung jawab

Variabel Terikat:

Disiplin Pegawai

• Tujuan dan

kemampuan

• Teladan pemimpin

• Balas jasa

• Keadilan

• Pengawasan

melekat

• Sanksi hukuman

• Ketegasan

• Hubungan

kemanusian

• Mentaati ketentuan

jam kerja

Penelitian ini

mengetahui

keefektifan

penerapan

kehadiran

elektronik dengan

fingerprint

terhadap

kedisiplinan PNS

di Sekretariat

Daerah Kabupaten

Lebak

Kuantitatif,

menggunakan

pendekatatan

asosiatif

Analisis

Regresi Linear

Sederhana

Efektivitas penerapan

Absensi fingerprint di

Sekretariat Daerah kabupaten

Lebak 76,9 persen dengan

tingkat disiplin PNS

secretariat daerah kabupaten

lebak sebesar 80,5 persen dan

terhadap pengaruh pada

keefektifan penerapan absensi

fingerprint terhadap disiplin

PNS sebesar 35,2 persen dan

terdapat hubungan yang

sedang dan signifikan dengan

uji koefisien korelasi thitung 0,593 > t tabel 0,148

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

15

• Mengutamakan

kepentingan negara

2. Kualitas Perangkat

lunak Absensi Sidik

jari dampaknya

terhadap disiplin dan

prestasi kerja di PT.

kagum karya husada

bandung

Agus Setiawan (2011)

Functionality :

1. Suitability

2. Accuracy

3. Compliance

4. Security Reliability

1. Maturity

2. Fault Tolerance

3. Recoverability

Efficiency:

1. Time Behavior

2. resource Behavior

Usability:

1. Understandability

2. Operability

Ketepatan Waktu:

1. Mampu

memanfaatka

dan

menggunakan

perlengkapan

dengan baik

2. Menghasilkan

pekerjaan yang

Tujuan dari

penelitian ini

adalah untuk

mengetahui

seberapa besar

kualitas perangkat

lunak sidik jari

dampaknya

terhadap disiplin

dan prestasi

karyawan di PT.

Kagum Karya

Husada Bandung

Metode

penelitian yang

digunakan

adalah

kuantitatif

deskriptif dan

verifikatif

Perangkat lunak absensi

sidik jari signifikan dapat

meningkatkan disiplin kerja

di PT. Kagum Karya Husada

Bandung. Besarnya

kontribusi atau pengaruh

Perangkat lunak absensi

sidik jari dalam

meningkatkan disiplin kerja

di PT. Kagum Karya Husada

Bandung adalah 52,7 %.

Artinya disiplin kerja

dipengaruhi secara dominan

oleh Perangkat lunak absensi

sidik jari di PT. Kagum

Karya Husada Bandung.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

16

memuaskan

3. Kesetiaan / Patuh

pada peraturan

dan tata tertib

yang ada

4. Memiliki

tanggung jawab

yang tinggi

3 Pengaruh Kedisiplinan

Kerja Terhadap

Semangat Kerja

Karyawan (Studi Pada

Ksp Tunas Artha

Mandiri Nganjuk)

Ayu Sulasari

(2013)

Kedisiplinan dan

kesejahteraan (X1),

kedisiplinan dan

ancaman (X2),

Ketegasan dalam

pelaksanaan

kedisiplinan (X3),

Kedisiplinan harus

menunjang tujuan

(X4),

Kedisiplinan yang

dipartisipasikan

(X5),

Teladan pimpinan

(X6)

Semangat Kerja

(Y)

Untuk mengetahui

Pengaruh

Kedisiplinan Kerja

Terhadap

Semangat Kerja

Karyawan Pada

Ksp Tunas Artha

Mandiri Nganjuk

Kuantitatif,

Analisis

korelasi

berganda

Berdasarkan hasil analisis

berganda menunjukkan

bahwa kedisiplinan dan

kesejahteraan tidak punya

pengaruh dominan terhadap

semangat kerja, tetapi yang

punya pengaruh paling besar

pada semangat kerja adalah

ketegasan dalam pelaksanaan

disiplin kerja

4 Peranan Sistem

informasi Absensi

fingerprint

Muchamad Rizqi

Novianto (2012)

Sistem Informasi

Absensi (variabel

X)

untuk mengetahui

seberapa besar

peranan dari

Kuantitaif,

deskriptif dan

verifikatif.

Hasil penelitian yang telah

dilakukan yaitu kategori

untuk tanggapan responden

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

17

terhadap Disiplin

Kerja Pegawai pada

PUSLITBANG

Sumber Daya Air

Bandung

• Hardware

• Software

• Basis data

• prosedur

Disiplin Kerja

Pegawai (variabel

Y)

• Ketepatan waktu

• Memanfaatkan

perlengkapan

dengan baik

Sistem informasi

Absensi sidik jari

Terhadap Disiplin

Kerja Pegawai

pada

PUSLITBANG

Sumber Daya Air

Bandung.

Regresi terhadap Sistem Informasi

Absensi Sidik jari dinyatakan

BAIK dengan persentase

87,87% dan Tanggapan

responden mengenai disiplin

kerja pada PUSLITBANG

SDA dikategorikan BAIK

dengan persentase 78,36%,

dengan tingkat reliabilitas

sebesar 0,861 untuk sistem

informasi absensi sidik jari

dan 0,732 untuk disiplin kerja

pegawai. Korelasi antara TX

dan TY menghasilkan 0,491

dengan taraf signifikan 1%

ini berarti tolak hipotesis 0,

maka dapat disimpulkan

bahwa Sistem Informasi

Absensi Sidik Jari berperan

terhadap Disiplin Kerja

Pegawai pada PUSLITBANG

Sumber Daya Air Bandung.

Dengan persentase sebesar

24,10% sisanya 75,90%

dipengaruhi faktor lain.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

18

Atas dasar penelitian diatas, Adapun persamaan dan berbedaan antara

penelitian terdahulu dengan penlitian yang akan dilakukan dilihat dari berbagai

aspek sebagai berikut:

Secara umum dari penelitian di atas menunjukkan adanya hubungan antara

efektivitas absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) terhadap

disiplin kerja dan disiplin kerja terhadap semangat kerja secara langsung. Akan

tetapi belum mencangkup tentang pengaruh absensi Automatic Fingerprint

Identification System (AFIS) terhadap semangat kerja secara tidak langsung melalui

disiplin kerja sebagai perantara, sehingga celah ini yang digunakan Hasanah

(2014) untuk melatarbelakangi penelitian yang akan dilakukannya.

Perbedaan penelitian Hasanah (2014) dengan penelitian terdahulu yaitu

hubungan variabel dan objek penelitian. Variabel yang digunakan adalah

hubungan dari variable Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS)

terhadap semangat kerja dan hubungan variable Absensi Automatic Fingerprint

Identification System (AFIS) terhadap semangat kerja melalui disiplin kerja sebagai

variabel perantara. Objek yang digunakan adalah karyawan bagian pelayanan

public di Universitas Islam Negeri Malang.

Sedangkan persamaan penelitiaannya dengan penelitian terdahulu adalah

variabel yang digunakan (Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS),

Disiplin kerja dan Semangat kerja) dan metode penelitiannya berupa kuantitaif.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

19

2.2. Kajian Teoritis

2.2.1 Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS)

Fungsi sidik jari pada dasarnya adalah untuk memberi gaya gesek lebih

besar agar jari dapat memegang benda-benda lebih erat. Namun seiring

perkembangan teknologi, sidik jari manusia dapat digunakan untuk keperluan

identifikasi karena tidak ada dua manusia yang memiliki sidik jari persis sama.

Menurut para ilmuwan, diantara 5 juta orang di bumi, kemungkinan munculnya

dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian.

Meskipun pada awalnya lebih populer untuk melacak pelaku kejahatan dan

kepentingan ilmu pengetahuan, alat pendeteksi sidik jari kini telah meluas

penggunaannya ke ranah komersial. Efisiensi menjadi alasan penggunaan sistem

identifikasi sidik jari di berbagai perusahaan. Alat ini mendorong penghematan

waktu, tenaga, dan menjamin keamanan. Penggunaan nyata sistem identifikasi

sidik jari adalah pada alat absensi yang mampu membuktikan kehadiran karyawan

(absensi) secara akurat. Penggunaan absensi sidik jari lebih efektif karena

berhubungan langsung dengan karyawan. Jika karyawan tidak masuk, bolos, atau

terlambat, dapat langsung diketahui. Hal ini berbeda dengan sistem pencatatan

yang rentan dimanipulasi, contohnya penitipan absensi kepada rekannya.

Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) adalah

absensi yang menggunakan sistem identifikasi sidik jari terotomasi yang

merupakan system dalam SDM untuk memantau absensi kerja maupun tingkat

keterlambatan karyawan (Olsen, 1972). Sidik jari, dalam bahasa Inggris disebut

“Fingerprint” biasanya berbentuk garis-garis horizontal dan vertical atau

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

20

gabungan keduanya dan juga ada bentuk lengkungan-lengkungan. Seluruh

manusia di dunia diciptakan dengan sidik jari yang berbeda satu sama lainnya.

Karena keunikannya itulah, sidik jari saat ini sering digunakan untuk memonitor

kehadiran seseorang di sebuah kantor atau mungkin sekolah. Dengan mesin

absensi sidik jari maka kemungkinan adanya penitipan absen maupun manipulasi

data dapat diminimalisir.

Mesin absensi sidik jari kebanyakan dikenal fingerprint. Mesin absensi

sidik jari adalah mesin yang digunakan untuk mendata kehadiran dengan

menggunakan sensor yang dapat membaca garis atau image sidik unik.

Menggunakan identifikasi sidik jari untuk absensi suatu pilihan yang tepat

dibanding yang lain. Berikut faktor-faktor menggunakan fingerprint sebagai

pilihan yang tepat dengan berbagai keunggulanya.

1) Kenyamanan

Dimulai dari registrasi yang simple, karyawan atau pegawai tidak perlu

repot membawa kartu karyawan maupun kertas atau kartu. Setiap

karyawan tidak akan lupa membawa alat absensinya atau jari yang telah di

registrasi. Dalam berabsensi tidak pelu menekan password atau pin yang

merepotkan. Mudah dilakukan hanya dengan menaruh jari tepat diatas

sensor sidik jari atau tinggal “Place Finger”

2) Keamanan

Dengan menggunakan absensi sidik jari tingkat keamanan sangat tinggi

dikarenakan setiap sidik jari setiap pengguna berbeda-beda atau unik. Jadi

pengguna tidak bisa saling menitipkan absensi seperti yang dilakukan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

21

ketika menggunakan absensi tanda tangan, amano atau menggunakan

kartu.

3) Efektivitas Waktu

Absensi fingerprint pada umumnya mempunyai kecepatan pambacaan <=

0.5 detik. Dalam pendataan dapat terpusat dalam satu database. Dengan

mesin absensi sidik jari data dapat terpusat walau diluar kota tanpa

menunggu terlalu lama karena dalam pembuatan laporan tidak perlu repot

merekap manual satu persatu. Semuanya bisa di bilang Just Click. Dengan

faktor ini dihaarapkan bisa meningkatkan produktifitas berdasarkan

kedisiplinan.

4) Efisiensi Biaya

Dengan mesin absensi Fingerprint juga dapat mengurangi kecurangan jam

kerja yang bisa saja membuat bangkrut perusahaan atau pun intansi.. Jadi

selain mengefisiensi biaya perawatan, pemakaian juga mengefisiensi

dalam pengeluaran penggajian setiap bulannya.

Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) merupakan system

perangkat lunak (software). Dalam Software Quality Journal, 11:3, July 2003,

ISO 9126 mengidentifikasi bahwa indikator yang mempengaruhi kualitas

perangkat lunak (software) yaitu :

1. Functionalit : Suitability, Accuracy, Compliance, Security

2. Reliability : Maturity, Fault Tolerance, recoverability

3. Usability : Understandability, Learnability, Operability.

4. Efficiency : Time Behavior, Resource behavior.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

22

5. Maintainbility : Analyzability, Changeability, Stability, Testability.

Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) adalah aplikasi

yang digunakan oleh bagian kepegawaian Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang untuk memenuhi kebutuhan karyawannya dalam

melakukan pekerjaan dalam hal kehadiran terutama pada pendokumentasian dan

monitoring jam masuk dan jam keluar kerja.

Mulis (2009:5) Program aplikasi absensi yaitu suatu aplikasi yang

bergerak dibidang proses pendataan karyawan, data absensi karyawan, dan

pencetakan laporan. Dimana :

1. Pendataan karyawan, bertujuan untuk memasukkan data-data

karyawan

2. Data absensi karyawan, bertujuan untuk memasukkan data absensi

karyawan yang terdiri dari jam masuk, jam keluar, dan pencetakan

laporan karyawan.

Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan agar para karyawan yang

bekerja dapat mematuhi tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan. Dengan

ditetapkannya peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar para

karyawan dapat melaksanakan sikap disiplin dalam bekerja sehingga semangat

kerjanyanya pun meningkat.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

23

2.2.2 Teori Disiplin Kerja

2.2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Menurut Rivai (2004:444) Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan

para pakar manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia

untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma social yang berlaku.

Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia

yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja karyawan, semakin tinggi

prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi

organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan merupakan faktor

utama yang diperlukan sebagai alat peringatan terhadap karyawan yang tidak mau

berubah sifat dan perilakunya. Sehingga seorang karyawan dikatakan memiliki

disiplin yang baik jika karyawan tersebut memiliki rasa tanggung jawab yang

terhadap tugas yang diberikan kepadanya.

Menurut Hadikusumah (2000:115) menyatakan bahwa: “Disiplin kerja

adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan

karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai

suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati

semua peraturan-peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku”.

Sedangkan menurut Suwanto (2001:228) mengemukakan pengertian

disiplin yaitu: “Suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap

peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

24

serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-

sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.

Dalam proses manajemen disiplin memberikan arti tentang arah

pencapaian tujuan sesuai pedoman organisasi, seperti menurut Keith Davis yang

dikuitp oleh Mangkunegara (2004:129) Mengemukakan bahwa: “Disiplin kerja

diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman

organisasi”.

Kemudian, menurut Fathoni (2006:103) menyatakan bahwa disiplin adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan

seseorang atau sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi tersebut

berkehendak mematuhi dan menjalankan peraturan-peraturan perusahaan baik

yang tertulis maupun tidak tertulis dengan dilandasi kesadaran dan keinsyafan

akan tercapainya suatu kondisi antara keinginan dan kenyataan dan diharapkan

agar para pegawai memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga

produktivitasnya meningkat.

2.2.2.2 Indikator Kedisiplinan

Menurut Hasibuan (2007:194) pada dasarnya banyak indikator yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan seorang pegawai, di antaranya :

1. Tujuan dan kemampuan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

25

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara

ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti

bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai

dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan

sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik,

jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan

yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan baik. Jika teladan pimpinan

kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.

3. Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan

karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan

karyawan terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan

semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik

pula. Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan

karyawan. Artinya semakin besar balas jasa, semakin baik kedisiplinan

karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil, kedisiplinan karyawan

menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-

kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

26

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego

dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta

diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar

kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman,

akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer

yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua

bawahannya. Dengan keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan

yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap

perusahaan agar kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif

dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat

berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap,

gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus

selau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan

petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan

moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan,

petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya.

6. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

27

semakin takut melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku

indisipliner karyawan akan berkurang.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas

bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai

dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani

menindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner

akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan

demkian, pimpinan akan memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-

hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct

Single Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross

Relationship hendaknya berjalan harmonis. Manajer harus berusaha

menciptakan suasana kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik secara

vertikal maupun horizontal diantara semua karyawannya.

Terciptanya Human Relationship yang serasi akan mewujudkan

lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi

kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan

tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

28

Faktor-faktor atau indikator yang mempengaruhi kedisiplinan menurut

Saydam (2005:291) sebagai berikut :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.

2. Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan/organisasi.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.

4. Keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan.

5. Ada tidaknya pengawasan pemimpin.

6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan

7. Diciptakan kebiasan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

Siswanto (2005:291) berpendapat bahwa faktor-faktor dari disiplin kerja

itu ada 5 yaitu :

1) Frekuensi Kehadiran, salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat

kedisiplinan pegawai. Semakin tinggi frekuensi kehadirannya atau

rendahnya tingkat kemangkiran maka pegawai tersebut telah memliki

disiplin kerja yang tinggi.

2) Tingkat Kewaspadaan, pegawai yang dalam melaksanakan pekerjaannya

selalu penuh perhitungan dan ketelitian memiliki tingkat kewaspadaan

yang tinggi terhadap dirinya maupun pekerjaannya.

3) Ketaatan Pada Standar Kerja, dalam melaksanakan pekerjaannya pegawai

diharuskan menaati semua standar kerja yang telah ditetapkan sesuai

dengan aturan dan pedoman kerja agar kecelakaan kerja tidak terjadi atau

dapat dihindari.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

29

4) Ketaatan Pada Peraturan Kerja, dimaksudkan demi kenyamanan dan

kelancaran dalam bekerja.

5) Etika Kerja, diperlukan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan

perkerjaannya agar tercipta suasana harmonis, salin menghargai antar

sesama pegawai.

Rivai (2005:444) menjelaskan bahwa, disiplin kerja memiliki beberapa

komponen seperti :

1. Kehadiran. Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur

kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah

terbiasa untuk terlambat dalam bekerja.

2. Ketaatan pada peraturan kerja. Karyawan yang taat pada peraturan kerja

tidak akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti pedoman

kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

3. Ketaatan pada standar kerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya

tanggung jawab karyawan terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.

4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi akan

selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta

selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.

5. Bekerja etis. Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang tidak

sopan ke pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal ini

merupakan salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis

sebagai salah satu wujud dari disiplin kerja karyawan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

30

2.2.3 Teori Semangat Kerja

2.2.3.1 Pengertian Semangat Kerja

Menurut Siswanto (1989:264) Semangat kerja dapat diartikan sebagai

suatu kondisi rohaniah, atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-

kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja

untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Nitisemito (2002:56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi

seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan

lebih baik di dalam sebuah perusahaan.

Menurut Anwar (2002:180) adalah sebagai berikut: “Semangat Kerja

merupakan suatu gambaran suatu perasaan agak berhubungan dengan tabiat atau

jiwa semangat kelompok, kegembiraan, untuk kelompok-kelompok pekerja

menunjukkan iklim dan suasana pekerja”.

Sedangkan menurut Hasibuan (2004:94) mengemukakan bahwa:

“Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan

pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai produktivitas yang

maksimal”.

Dari beberapa pengertian semangat kerja di atas dapat disimpulkan bahwa

semangat kerja adalah tingkah laku para karyawan yang bekerja dengan kondisi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

31

lebih optimal sehingga mencerminkan keadaan dimana perusahaan dapat

mencapai tujuan yang diharapkan.

2.2.3.2 Indikator Semangat Kerja

Indikator semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini

mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999:180),

seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri

untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang

tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk

melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut Maier

(1999:184), ada empat indikator yang menunjukkan seseorang mempunyai

semangat kerja yang tinggi, yaitu:

a. Kegairahan

Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki

motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila

seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan

pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya

bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka

dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila

lebih mementingkan gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak

mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga

berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-

benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

32

pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena

perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja

yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang

menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.

b. Kekuatan untuk melawan frustasi

Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu

konstruktif walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya

dalam bekerja. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi

tentunya tidak akan memilih sikap yang pesimis apabila menemui

kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya semangat kerja yang tinggi

ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan

untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.

c. Kualitas untuk bertahan

Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai

semangat kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam

menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti

adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya. Gaji ataupun

insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu meningkatkan

semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar dari

perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang diberikan oleh perusahaan

mampu merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan

sungguh-sungguh. Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang

mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

33

datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan kualitas untuk bertahan.

Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan dalam

bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya

menghabiskan waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.

d. Semangat kelompok

Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan

adanya semangat kerja maka karyawan akan saling bekerja sama, tolong-

menolong, dan tidak saling bersaing untuk menjatuhkan. Semangat kerja

menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain

agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama. Lingkungan kerja yang

baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula, kebersamaan diantara

karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu meningkatkan

semangat kerjabagi karyawan itu sendiri.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja Zainudin

(2001:33) adalah sebagai berikut :

1. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama antara

pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan dengan para

karyawan.

2. Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota-

anggota lain organisasi, apalagi dengan mereka yang sehari-hari banyak

berhubungan dengan pekerjaan.

3. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang merupakan

tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan bersama-sama.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

34

4. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan materi lainnya

yang memadai,sehingga imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih

payah yang telah diberikan terhadap organisasi.

5. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap

segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan dalam

perusahaan atau organisasi.

Beberapa peneliti menetapkan indikator yang berbeda terhadap variabel

semangat kerja, tergantung dari sudut pandang dan rumusan mereka masing-

masing masing. majorsy membagi empat aspek semangat kerja, yakni kegairahan

kerja/ antusiasme, kualitas untuk bertahan, kekuatan untuk melawan frustasi, dan

semangat berkelompok. Pendapat Nitisemito (1996:97) mengungkapkan bahwa

indikator meningkatnya semangat kerja adalah:

1. Naiknya produksi perusahaan

2. Tingkat absensi yang rendah

3. Labor turn over yang menurun

4. Tidak terjadi atau berkurangnya kegelisahan

2.3 Kajian Perspektif Islam

Dalam berbagai aspek kehidupan, kata disiplin memiliki arti yang sangat

penting berkaitan dengan keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Demikian

pentingnya, Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an Surah Ash Shaf ayat 4

sebagai berikut :

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

35

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan (Agama)-

Nya dalam barisan yang teratur, seakan mereka seperti suatu bangunan yang

kokoh”.

Berdasarkan ayat tersebut suatu bangunan tidak mungkin kokoh jika

barisannya tidak teratur yang disebabkan orang-orang yang ada dalam barisan itu

tidak berdisiplin. Oleh karena itu penegakan disiplin sangat penting dalam segala

aspek kehidupan.

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu

sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan

peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan

dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Dalam ajaran Islam banyak

ayat Al Qur’an dan Hadist yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada

peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu

lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An-Nisa’ ayat 59).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

36

Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja yang baik dalam islam antara

lain adalah menghargai waktu, bermoral bersih, menjunjung tinggi kejujuran,

mempunya komitmen yang kuat, istiqamah dalam kerja dan lain-lain (Djakfar,

2012:100). Bermujahadah atau bekerja dengan semangat jihad (ruhul jihad)

menjadi kewajiban setiap muslim dalam rangka tawakkal sebelum menyerahkan

(tafwidh) hasil akhirnya pada keputusan Allah. Semangat kerja dalam islam sangat

dianjurkan dengan berlomba-lomba menuju kebaikan secara optimal tidak

setengah-setengah dalam menjalaninya.

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-

orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan

kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.

Dalam ayat diatas anjuran untuk bekerja dengan benar dan semangat sebab

nantinya pekerjaan itu akan dilihat oleh Allah dan RasulNya. Manusia

sebagai insan individual dan sosial selalu mempunyai keinginan untuk

meningkatkan kemajuan serta taraf hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan hidupnya

selalu ingin terpenuhi dengan berbagai macam cara. Supaya keinginan tersebut

tercapai dengan baik, Allah memerintahkan kepada mahkluk-Nya agar berusaha

dan berkarya supaya mendapatkan rezeki yang halal dan tayyibah (baik)

sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai berikut.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

37

“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan

carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

beruntung.”

Dalam ayat lain Allah menjelaskan:

”Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain. ” (Q.S. Al Insyirah :7)

Kedua ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa ibadah itu bukan

hanya shalat saja, tetapi bekerja mencari nafkah atau rezeki itu pun termasuk

ibadah jika dilakukan dengan ikhlas dan hanya mencari keridaan Allah semata.

Kemudian, kita harus rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja begitulah

semangat kerja dalam islam.

Dalam ayat tersebut juga tersirat dengan jelas bahwa kita tidak boleh

kosong dari kegiatan. Kita harus aktif karena pekerjaan yang kita lakukan harus

bervariasi agar kejenuhan tidak hinggap pada diri kita. Itulah sebabnya Allah

mengingatkan kita agar kita rajin dan sungguh-sungguh serta berusaha untuk maju

sesuai dengan kemampuan kita.

ثىي أبو التياح عه أوس به ثىا شعبة قال حد ثىا يحيى حد ار حد د به بش ثىا محم حد

عليه وسلم قال اسمعوا و أطيعوا وإن استعمل حبشي كأن مالك عه الىبي صلى للا

رأسه زبيبة

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

38

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan

kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata, telah

menceritakan kepadaku Abu At Tayyah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu

'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Dengar dan taatlah kalian, sekalipun yang

memimpin kalian adalah seorang budak Habasyi yang berambut keriting seperti

buah kismis."(HR.Bukhari No. 85/652)

Dari Hadits tersebut menurut Quraish Shihab Disiplin adalah kepatuhan untuk

menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk

kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah

sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Sedangkan

Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar

subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan.

2.4 Hubungan antar Variabel

2.4.1. Hubungan Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS)

dengan Disiplin Kerja Karyawan

Dalam pelaksanaan disiplin kerja karyawan, peranan pimpinan sangat

besar dan menentukan. Kelemahan pelaksanaan disiplin selama ini adalah

lemahnya pengawasan pimpinan terhadap pembinaan disiplin karyawan. Padahal

disiplin kerja memegang peranan penting bagi kelangsungan kerja organisasi.

Dengan disiplin kerja yang tinggi dari karyawan akan berdampak positif

terhadap tercapai efektivitas dan efisien kerja yang berarti produktivitas kerja

akan tercapai pula.

Novianto (2012) dalam penelitiannya Peranan Sistem informasi Absensi

fingerprint terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada PUSLITBANG Sumber Daya

Air Bandung menyatakan bahwa Sistem Informasi Absensi Sidik Jari

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

39

(fingerprint) berperan terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada PUSLITBANG

Sumber Daya Air Bandung. Hal ini menunjukan bahwa absensi AFIS mempunyai

hubungan pengaruh terhadap disiplin kerja.

Dengan adanya tingkat absensi yang baik maka dapat meningkatkan

disiplin pegawai. Sedangkan yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu sikap,

tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahan atau

instansi baik tertulis maupun tidak (Nitisemito, 1982:199).

Indikator pertama di atas menyebutkan kepatuhan karyawan terhadap jam-

jam kerja kantor. Ini berarti tingkat kehadiran karyawan juga sangat menentukan

produktivitas kerja. Semakin tinggi tingkat kehadiran karyawan semakin tinggi

pula tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena itu kehadiran karyawan

merupakan faktor penting dalam pelaksanaan disiplin kerja.

Ukuran atau kriteria disiplin karyawan dikemukakan oleh Sujono (1985),

dengan memberikan kriteria yang lebih luas sebagai berikut :

“ Disiplin yang sejati adalah apabila karyawan datang di kantor dengan

teratur dan tepat pada waktunya. Apabila mereka berpakaian serba baik pada

tempat bekerjanya. Apabila mereka menggunakan bahan-bahan dan perlengkapan

dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan

yang memuaskan dan mengikuti cara bekerja yang ditentukan oleh kantor atau

perusahaan dan apabila mereka menyelesaikan pekerjaan yang sangat tinggi.

Ukuran ini harus diperhatikan atas pekerjaan sehari-hari”.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

40

Dengan kriteria sekaligus indikator seperti yang disebutkan di atas, maka

peranan disiplin sangat besar pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Dan jika

semua kriteria di atas terpenuhi, maka produktivitas kerja akan semakin tinggi.

H1: Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) berpengaruh

positif terhadap disiplin kerja karyawan

2.4.2 Hubungan Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS)

dengan Semangat Kerja Karyawan

Semangat kerja dapat diukur melalui absensi atau presensi pegawai

ditempat kerja, tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama

dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas

kerjanya. (Hasley, 1992:67).

Untuk mengukur tinggi rendahnya semangat kerja pegawai dapat melalui

unsur-unsur semangat kerja tersebut yang meliputi : Presensi (tingkat kehadiran),

Disiplin Kerja, Kerja Sama, dan Tanggung Jawab.

Presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan

kewajibannya. Pada umumnya instasi atau lembaga selalu memperhatikan

pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak

tertunda. Ketidak hadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap

produktivitas kerja, sehingga instansi atau lembaga tidak bisa mencapai tujuan

secara optimal.

Presensi atau kehadiran pegawai dapat diukur melalui :

a. Kehadiran karyawan ditempat kerja.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

41

b. Ketepatan keryawan datang atau pulang

c. Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan

atau acara dalam instansi.

Menurut Nitisemito, Indikasi turunnya semangat kerja adalah : turunnya

atau rendahnya produktivitas kerja, tingkat turn over (tingkat perpindahan buruh

yang tinggi), Tingkat absensi yang tinggi, tingkat kerusakan yang naik atau tinggi,

kegelisahan dimana-mana, tuntutan yang sering terjadi, dan Pemogokan.

Karyawan yang memiliki semangat dan gairah kerja yang tinggi maka

pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan dapat dikurangi, absensi dapat

diperkecil, keluhan dan peringatan dapat dihindari dan pemogokan dapat

ditiadakan. Jadi semangat dan gairah kerja yang tinggi dikalangan karyawan akan

menyebabkan kesenangan karyawan dalam melaksanakan tugas.

H2: Absensi Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) berpengaruh

positif terhadap semangat kerja kerja karyawan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

42

2.4.3 Hubungan Disiplin Kerja Karyawan dengan Semangat Kerja

Karyawan

Disiplin merupakan suatu proses perkembangan yang konstruktif bagi setiap

karyawan. Tindakan-tindakan disipliner hanya mempunyai implikasi langsung atas mental

karyawan, akan tetapi dapat berpengaruh pada efektifitas dan produktivitas kerja karywan.

“Tujuan kedisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan yang akan datang bukan

menghukum kegiatan dimasa lalu” (Handoko, 2002:209). Jadi dengan disiplin kerja yang

ditanamkan pimpinan kepada karyawan dapat menimbulkan rasa tanggung jawab kepada

pekerja sehingga menghasilkan hasil kerja yang baik dan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan oleh pihak perusahaan.

Disiplin kerja yang tinggi akan mengarah kehasil kerja yang lebih baik dan

memuaskan, dimana kedisiplinan itu sendiri sangat erat sekali hubungannya

dengan semangat kerja. Oleh karena itu apabila karyawan sudah memiliki dasar

kedisiplinan yang kuat secara tidak langsung, ia juga memiliki semangat kerja

yang tinggi dan apabila karyawan kurang memiliki kedisiplinan yang kuat

otomatis karyawan tersebut tidak akan mempunyai semangat kerja yang tinggi.

H3: Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap semangat kerja karyawan.

2.5 Model Konsep

Model konsep dalam penelitian ini adalah:

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

43

Gambar 2.1

Model Konsep

2.6 Hipotesis

1. Ada pengaruh Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) (X)

terhadap peningkatan Disiplin kerja (Z) karyawan Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim

2. Ada pengaruh Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) (X)

terhadap peningkatan Semangat kerja (Y) karyawan UniversitasIslam Negeri

Maulana Malik Ibrahim melalui disiplin kerja (Z)

3. Ada pengaruh Automatic Fingerprint Identification System (AFIS) (X)

terhadap peningkatan Semangat kerja (Y) karyawan Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim secara langsung

Automatic Fingerprint

Identification System (AFIS)

(X)

Disiplin Kerja (Z) Semangat Kerja (Y)