bab ii kajian pustaka dan kerangka teori a. tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 bab ii kajian...

18
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi , termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad jasad hidup lainnya. 5 Sementara itu, menurut Otto Soemarwoto lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang di tempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya. Manusia bersaa tumbuhan , hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati makhluk hidup bersama benda hidup dan tak hidup inilah dinamakan lingkungan hidup. 6 Secara Yuridis pengertian Lingkungan Hidup pertama kali dirumuskan dalam UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ( disingkat UULH 5 Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan : Buku I Umum, ( Jakarta : Binacipta, 1985), hlm.67. 6 Otto Soemarwoto, Ekologi : Lingkungan Hidup dan Pembangunan, ( Jakarta : Djambatan, 1991), hlm. 48

Upload: others

Post on 08-Sep-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup

Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan

hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi , termasuk di

dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam

ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup

serta kesejahteraan manusia dan jasad – jasad hidup lainnya.5

Sementara itu, menurut Otto Soemarwoto lingkungan hidup

diartikan sebagai ruang yang di tempati suatu makhluk hidup bersama

dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya. Manusia bersaa

tumbuhan , hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu.

Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak

hidup, seperti udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk

uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati makhluk

hidup bersama benda hidup dan tak hidup inilah dinamakan

lingkungan hidup.6

Secara Yuridis pengertian Lingkungan Hidup pertama kali

dirumuskan dalam UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan –

Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ( disingkat UULH –

5Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan : Buku I Umum, ( Jakarta : Binacipta, 1985), hlm.67.

6Otto Soemarwoto, Ekologi : Lingkungan Hidup dan Pembangunan, ( Jakarta : Djambatan, 1991),

hlm. 48

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

11

1982 ), yang kemudian dirumuskan kembali dalam UU No. 23 Tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ( disingkat UUPLH) dan

terakhir dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup ( disingkat UUPPLH ). Perbedaan

mendasar pengertian lingkungan hidup menurut UUPPLH dengan

kedua Undang – Undang sebelumnya, yaitu tidak hanya untuk

menjaga kelangsungan alam itu sendiri. Jadi sifatnya tidak

antroposentris atau biosentris, melainkan telah mengarah pada

ekosentris.7

Berdasarkan pengertian dalam ketiga undang – undang tersebut,

jelas bahwa lingkungan hidup terdiri atas dua unsur atau komponen,

yaitu unsur atau komponen makhluk hidup ( biotic ) dan unsur atau

komponen makhluk tak hidup ( abiotic ). Diantara unsur – unsur

tersebut terjalin suatu hubungan timbal balik , saling memengaruhi

dan ada ketergantungan satu sama lain. Makhluk hidup yang satu

berhubungan dengan benda mati ( tak hidup ) di lingkungannya.

Adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan

lingkungannya menunjukkan bahwa makhluk hidup dalam

kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan di mana ia hidup.

Makhluk hidup akan memengaruhi lingkungannya, dan sebaliknya

perubahan lingkungan hidup akan memengaruhi pula kehidupan

7Muhammad Akib, Hukum Lingkungan : Perspektif Global dan Nasional, ( Jakarta :

RajaGrafindo, 2014 ), hlm. 2.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

12

makhluk hidup. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik

tersebut dinamakan ekologi.

B. Tinjauan tentang Pelestarian Lingkungan Hidup

1. Pengertian Pelestarian Lingkungan Hidup

Pelestarian lingkungan hidup adalah upaya untuk menjaga

lingkungan dari dampak – dampak negatif dari perkembangan zaman

yang makin merusak lingkungan hidup. Pelestarian lingkungan hidup

tidak hanya dilakukan oleh instansi pemerintah dan lembaga swadaya

masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan, tetapi juga

oleh masyarakat umum. Pentingnya, melestarikan alam juga

merupakan bagian dari tradisi dan budaya yang ada di Asia khususnya

Indonesia. Sikap orang Asia terhadap lingkungan dan alam bersifat

konservatif, karena kesadaran bahwa manusia juga merupakan bagian

dari alam.

2. Ruang Lingkup Pelestarian Lingkungan Hidup

Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat berkaitan

dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:

a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan

peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah

menyebabkan pengikisanlapisan tanah oleh aliran air yang disebut

erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta

terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

13

disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah

pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut

dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan

berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat

dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau

penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul.

Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya

miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu

menghambat laju aliran air hujan.

b. Pelestarian udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap

makhlukhidup bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa

dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya

oksigen.Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran

menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat

membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka

perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan

agar tetap bersih, segar, dan sehat.

c. Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu

hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali,

menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan

liardanpembakaranhutan yang dilakukan manusia merupakan salah

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

14

satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan

merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan

bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi,

melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan

menyimpan cadangan air.

d. Pelestarian laut dan pantai

Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam

potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena

ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan

hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam

kelestarian laut dan pantai.Terjadinya abrasi yang mengancam

kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar

pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.

e. Pelestarian flora dan fauna

Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara

manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah

satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan

dalam kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna

merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup

manusia.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

15

3. Kebijakan Lingkungan Tingkat Dunia

a. Kebijakan Lingkungan Asia - Afrika

Kebijakan lingkungan regional Asia – Afrika antara lain

ditandai dengan didirikannya sebuah komite konsultasi hukum yang

bernama Asian – African Legal Consultative Committee ( AALCC ),

yang sekretariatnya berkedudukan di New Delhi, India. Kebijakan

Lingkungan terpenting yang dihasilkan oleh AALCC, antara lain “Pola

Pembangunan Hukum Lingkungan Asia – Pasifik” yang dihasilkan

dalam siding ke-17 Kuala Lumpur pada tahun 1976. Pola

pembangunan hukum lingkungan yang diharapkan akan menciptakan

hukum lingkungan modern yang sesuai dengan kepribadian Asia –

Pasifik.

b. Kebijakan Lingkungan ASEAN

Sebagai tindak lanjut Deklarasi Stockholm 1972, di kawasan

regional ASEAN pada tanggal 30 April – 1 Mei 1981 di Manila telah

diadakan First Ministrial Meeting on the Environment yang berhasil

menetapkan kebijaksanaan lingkungan untuk kawasan regional

ASEAN.

Kesepakatan para Menteri ASEAN tersebut telah dituangkan

dalam bentuk Manila Declaration on the ASEAN Environment

( Deklarasi Manila tentang lingkungan ASEAN ). Deklarasi Manila ini

telah mengesahkan penerapan ASEAN Environment Programme

( ASEP ) yang terlampir dalam deklarasi tersebut. Tujuan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

16

ditetapkannya program lingkungan ASEAN ini adalah dalam rangka

perlindungan lingkungan ASEAN dan keberlanjutan SDA-nya untuk

mendukung pembangunan berkelanjutan.8

ASEAN Agreement On Transboundary Haze Pollution

merupakan perjanjian yang dibentuk oleh negara – negara anggota

ASEAN untuk mengatasi masalah kabut asap lintas batas negara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan

yangmelatarbelakangi ASEAN membentuk ASEAN Agreement On

Transboundary Haze Pollution dengan menggunakan metode Library

Research dan menganalisanya menggunakan metode deskriptif.

Munculnya kabut asap di Asia Tenggara membawaberbagai

macam dampak negatif. Kabut asap hasil kebakaran hutan

menimbulkan ancaman pada kelestarian lingkunganhidup berupa

penurunan kualitas udara, sehingga berdampak secara langsung pada

munculnya berbagai macam gangguankesehatan seperti asma dan

bronkhitis. Masalah lain yang timbul akibat kabut asap ini adalah

ancaman bagi perekonomianberupa banyaknya penundaan dan

pembatalan penerbangan. Efeknya, terjadi penurunan jumlah

kunjungan wisatawan keIndonesia, Malaysia dan Singapura yang

secara langsung mempengaruhi industri pariwisata ketiga negara

tersebut.

8Ibid, hlm. 48.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

17

Munculnya berbagai macam ancaman tersebut memaksa

ASEAN sebagai organisasi regional berinisiatif membentuk sebuah

perjanjian yang difokuskan untuk menghadapi masalah kabut asap ini.

Pembentukan perjanjian ini sangat penting dalam menghadapi

masalah kabut asap, karena masalah yang dihadapi merupakan

masalah lintas teritorial negara, sehingga perlu dilakukan penanganan

bersama agar pertukaran teknologi dan informasi dalam penanganan

kebakaran hutan yang terjadi di ASEAN.9

Kebakaran lahan dan/atau hutan yang terjadi besar-besaran di

tahun 1997 mengakibatkan pencemaran asap lintas batas di beberapa

negara ASEAN. Hal ini menjadi salah satu agenda pembahasan pada

Pertemuan Tingkat Tinggi Informal ASEAN II di Kuala Lumpur

tahun 1997.Tahun 2002 seluruh Negara anggota ASEAN menyepakati

untuk menandatangani ASEAN Agreement on Transboundary Haze

Pollution (AATHP) di Kuala Lumpur, Malaysia. Persetujuan AATHP

mulai berlaku secara resmi (enter into force) tanggal 25 November

2003 meskipun Indonesia belum meratifikasi pada saat itu.

Pengesahan ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution

(AATHP) ini merupakan langkah yang tepat bagi Indonesia untuk

menunjukkan keseriusan dalam penanggulangan asap lintas batas

akibat dari kebakaran lahan dan/atau hutan. Selama ini Pemerintah

Indonesia telah melakukan serangkaian kegiatan pencegahan dan

9Mukhammad Syaifulloh dan Djoko Susilo, “Pembentukan ASEAN Agreement On Transboundary

Haze Pollution”, Karya Ilmiah, Jember, 2013, halaman 1

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

18

penanggulangan kebakaran lahan dan/atau hutan, dimana upaya

Pemerintah Indonesia tersebut memperoleh apresiasi dalam berbagai

forum ASEAN, terutama tahun 2003 sampai 2014.”Berdasarkan pada

komitmen, semangat kemitraan, dan tradisi solidaritas di antara negara

ASEAN dan menyadari perlunya pengendalian pencemaran asap

lintas batas yang menitikberatkan pada upaya pencegahan kebakaran

lahan dan/atau hutan secara bersama oleh negara ASEAN, maka

Indonesia memandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan ASEAN

tentang Pencemaran Asap Lintas Batas.

Momentum pengesahan RUU ini menjadi sangat penting

mengingat Indonesia merupakan satu-satunya negara yang belum

meratifikasi Persetujuan ASEAN tentang Pencemaran Asap Lintas

Batas.Indonesia telah meratifikasi ASEAN Charter (Piagam ASEAN)

melalui UU No. 38 Tahun 2008. UU ini yang menjadi payung

berbagai perjanjian kerja sama di tingkat ASEAN termasuk AATHP.

Melalui pengesahan Persetujuan ASEAN, Indonesia sebagai negara

dengan luas lahan dan hutan terbesar di kawasan, akan bekerja sama

dalam kerangka ASEAN dan dapat memanfaatkan bantuan

internasional guna meningkatkan upaya pengendalian kebakaran lahan

dan/atau hutan yang menyebabkan pencemaran asap lintas batas.10

10

Kementrian Lingkungan Hidup, “Indonesia meratifikasi Undang – Undang tentang pengesahan

Asean Agreement On Transboundary Haze Poluttion : Persetujuan Asean tentang Pencemaran

Asap Lintas Batas ( Online ), 2014, ( http://www.menlh.go.id/indonesia-meratifikasi-undang-

undang-tentang-pengesahan-asean-agreement-on-transboundary-haze-pollution-persetujuan-asean-

tentang-pencemaran-asap-lintas-batas/ Diakses 23 Juni 2017 )

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

19

4. Tinjauan tentang Penegakkan Hukum bidang Kehutanan

a. Pengertian Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan merupakan suatu kejadian dimana api melahap

bahan bakar bervegetasi yang terjadi dalam kawasan hutan yang

menjalar secara bebas dan tidak terkendali, sedangkan kebakaran

lahan terjadi di dalam kawasan nonhutan. Oleh karena itu, ilmu

kebakaran hutan dan lahan merupakan suatu ilmu yang mempelajari

proses terjadinya kebakaran, perilaku api, dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, dampak kebakaran terhadap unsur-unsur

ekosistem, serta pengendalian kebakaran hutan dan lahan11

.

Kebakaran Hutan menurut Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan:

“Suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan

kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian

ekonomis dan atau nilai lingkungan. Pembakaran yang penjalaran

apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan seperti

serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri, log,

tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon”.12

Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk kebakaran

hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga

berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian

lingkungan. Upaya pencegahan kebakaranhutan merupakan suatu

11

Lailan Syaufina, “Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia”, 2014, halaman 41. 12

Saharjo, B.H,. “Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari Perlukah Dilakukan”.

Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, 2004.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

20

usaha perlindungan hutan agar kebakaran hutan yang berdampak

negatif tidak meluas13

.

Dari ketiga pengertian yang ada diatas, maka penulis

mendapatkan kesimpulan bahwa, kebakaran hutan adalah kejadian

dimana api melahap hutan dan menghancurkan suatu kawasan

ekosistem, yang mana sebab dari api tersebut bisa dari faktor manusia

ataupun juga karena faktor alam.

b. Penegakkan Hukum Lingkungan

Penegakan hukum sendiri menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,

SH adalah “Proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman

perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara.”

Ketika kita kaitkan dengan lingkungan hidup, maka proses

penegakan hukum berarti tegaknya norma-norma hukum dalam upaya

perlindungan lingkungan hidup. Dalam upaya tegaknya perlindungan

hukum itu, maka regulasi hukum lingkungan hidup tak bisa dilupakan

dalam upaya penegakan hukum lingkungan itu.

Di Indonesia, regulasi yang mengatur tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam Undang-Undang No. 32

tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Di dalam regulasi itu, ada 3 cara penegakan hukum yang bisa

13

Kickers, “Pengertian dan Definisi Kebakaran Hutan”, (Online), 2015, (http://pengertian-

definisi.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-dan-definisi-kebakaran-hutan.html/ Diakses 12

Desember 2016 )

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

21

dilakukan dalam upaya perlindungan lingkungan hidup. Tiga

penegakan hukum itu adalah :

a. Penegakan hukum administratif b. Penegakan hukum pidana c. Penegakan hukum perdata.

c. Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Hidup

Penegakan hukum administrasi menurut J. Ten Merge melalui 2

cara yaitu cara pengawasan dan sanksi administrasi. Pengawasan jika

kita lihat dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup pengawasan

dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat. Peran

pengawasan pemerintah dalam Pasal 71 disebutkan dilakukan oleh

Gubernur, Walikota atau Bupati. Dalam Pasal 71 angka 2 disebutkan

pula, peran itu dapat didelegasikan kepada pejabat berwenang.

Adapun peran pejabat yang diberi wewenang itu adalah :

1) Melakukan pemantauan; 2) Meminta keterangan; 3) Membuat salinan dari dokumendan/atau 4) Membuat catatan yang diperlukan; 5) Memasukit empat tertentu; 6) Memotret; 7) Membuat rekaman audio visual; 8) Mengambil sampel; 9) Memeriksa peralatan; 10) Memeriksa instalasi dan/ataualat 11) Transportasi; dan/atau 12) Menghentikan pelanggaran tertentu.

Sedang peran masyarakat menurut Pasal 70 adalah :

1) Pengawasan sosial; 2) Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan;

dan/atau 3) Penyampaian informasi dan/atau laporan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

22

Sedang sanksi administrasi menurut Pasal 76, Kepala Daerah

(Gubernur, Walikota dan Bupati) dapat memberikan sanksi

administrasi kepada pihak yang melakukan pelanggaran. Sanksi yang

diberikan menurut Pasal 76 ayat 2 adalah :

1) Teguran tertulis; 2) Paksaan pemerintah; 3) Pembekuan izin lingkungan; atau 4) Pencabutan izin lingkungan.

d. Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup

Regulasi pidana yang biasa menjadi dasar hokum penegakan

hokum lingkungan adalah UU No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut ketentuan

dalam regulasi tadi, ada perbuatan yang dapat dipidana oleh aparat

penegak hukum. Perbuatan hukum yang dimaksud berupa pelanggaran

- pelanggaran atas ketentuan yang diatur dalam undang-undang

PPLH. Sedikitnya ada 7 ketentuan yang dapat menjadi dipidana jika

ketentuan dilanggar oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ketentuan

yang dimaksuda dalah:

1) Ketentuan tentang bakumutu 2) Ketentuan tentang rekayasa genetika 3) Ketentuan tentang Limbah 4) Ketentuan tentang Lahan 5) Ketentuan tentang Izin Lingkungan 6) Ketentuan tentang Informasi Lingkungan Hidup

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

23

e. Penegakkan Hukum Perdata Lingkungan Hidup

Proses Penegakan Hukum Lingkungan melalui prosedur perdata

Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui

pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela

para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan

tersebut tidak berlaku terhadap tindak pidana lingkungan hidup.

Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup di

luar pengadilan, gugatan melalu pengadilan hanya dapat ditempuh

apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau

para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan

diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan

besarnya ganti rugi atau mengenai tindakan tetentu guna menjamin

tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak negatidf terhadp

lingkungan hidup. Dalam penyelesian sengketa diluar pengadilan

dapat digunakan jasa orang ketiga yang tidak memiliki kewenangan

mengambil keputusan untuk membantu menyelesaikan sengketa

lingkungan hidup.Pemerintah dan atau masyarakat dapat membentuk

lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan

hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak.

1) Ganti rugi

Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran atau

perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang

lainatau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

24

atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan atau melakukan

tindakan tertentu. Hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa

atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut.

2) Tanggung jawab mutlak

Penagung jawab usaha dan atau kegiatan yang usaha dan

kegiatanya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun

dan atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun,

bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan

dengan membayar kewajiban membayar ganti rugi secara langsung

dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan atau perusakan

lingkungan hidup, penanggung jawab usaha dan kegiatan dapat

dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi jika yang

bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/ atau

perusakan lingkunganhidup disebabkan oleh :

1) adanya bencana alam atau peperangan atau

2) adanya kedaan terpaksa diluar tanggung jawab manusia.

3) Adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya.

4) Pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup

Dalam hal ini terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak

ketiga, pihak ketiga wajib membayar ganti rugi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

25

5. Kebijakan Pembakaran Hutan Secara Terbatas

Pembakaran hutan merupakan perbuatan yang dapat merusak

ekosistem, karena itulah pembakaran hutan seharusnya tidak dapat

dilakukan secara sengaja. Akan tetapi, dalam tinjauan secara Yuridis,

ada beberapa kebijakan yang memberikan toleransi mengenai

pembakaran Hutan secara terbatas, yaitu UU No. 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan dan PP No,. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan

Hutan.

Dalam UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 50 ayat (3) huruf (d),

yaitu : “Setiap orang dilarang : Membakar Hutan”.

Adapun penjelasan Pasal 50 UU Kehutanan tersebut,

menjelaskan bahwa “Pada prinsipnya pembakaran hutan dilarang.

Pembakaran hutan secara terbatas diperkenankan hanya untuk tujuan

khusus atau kondisi yang tidak dapat dielakkan, antara lain

pengendalian kebakaran hutan, pembasmian hama dan penyakit, serta

pembinaan habitat tumbuhan dan satwa. Pelaksanaan pembakaran

secara terbatas tersebut harus mendapat izin dari pejabat yang

berwenang”.

Di dalam PP No. 45 Tahun 2004 Pasal 19 ayat (1)

menyebutkan bahwa “Setiap orang dilarang membakar hutan” dan di

ayat (2) menyebutkan bahwa “Pengecualian dari larangan membakar

hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperbolehkan dilakukan

secara terbatas untuk tujuan khusus atau kondisi yang tidak dapat

dielakkan, meliputi: a. pengendalian kebakaran hutan; b. pembasmian

hama dan penyakit; c. pembinaan habitat tumbuhan dan satwa.

Adapun penjelasan Pasal 19 ayat (1) dan (2) Peraturan

Pemerintah tersebut, menjelaskan bahwa “Pembakaran hutan untuk

tujuan khusus atau kondisi yang tidak dapat dielakkan dilakukan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

26

secara terbatas. Yang dimaksud dengan kondisi yang tidak dapat

dielakkan adalah untuk pengendalian kebakaran dengan metode

pembakaran balik. Pembakaran balik dilakukan karena kegiatan

pemadaman langsung tidak mungkin dilaksanakan. Pembakaran

dengan tujuan khusus untuk pembasmian hama dan penyakit

dilakukan khusus untuk mencegah menjalarnya hama dan penyakit

tanaman yang disebabkan jamur, serangga, karena tidak mungkin lagi

pemusnahan dengan penyemprotan zat kimia. Yang termasuk dalam

pengertian pembinaan habitat tumbuhan dan satwa antara lain adalah

dalam rangka pembinaan padang penggembalaan ternak. Pembakaran

dengan tujuan khusus untuk pembinaan habitat dilakukan agar tumbuh

tunas tanaman/rumput baru sebagai makanan satwa dan ternak.

Persiapan dan pembersihan lahan untuk kebun dan hutan tanaman

tidak termasuk dalam tujuan khusus atau kondisi yang tidak dapat

dielakkan.

Dari kedua kebijakan mengenai pembakaran hutan secara

terbatas diatas, dapat kita lihat bahwa dalam pelaksanaan kebijakan

tersebut, banyak sekali pelanggaran yang dapat merugikan lingkungan

hidup. Karena pembakaran secara terbatas tersebut, rawan akan

terjadinya perluasan kawasan hutan yang akan terbakar. Sehingga,

kawasan hutan yang awalnya bukan merupakan target dari

pembakaran hutan juga ikut terbakar.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan … · 2019. 1. 9. · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup Menurut Munadjat Danusaputro,

27

Inilah yang menjadi hal menarik untuk menjadi pembahasan

yang akan penulis samapaikan, bahwa UU yang merupakan peraturan

tertinggi di Indoensia setelah UUD 1945 dan TAP MPR, di UU

Kehutanan dan juga UU PPLH terdapat regulasi yang berisi tentang

pembakaran hutan secara terbatas. Di BAB IV, kita akan membahas

apakah pengaturan tentang pembakaran hutan secara terbatas di UU

Kehutanan dan UU PPLH dapat diterapkan di Balai Taman Nasional

Gunung Merbabu.