bab ii kajian pustaka dan kerangka pikir a. tinjauan...

28
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Berbagai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian pertama adalah skripsi berjudul Ketidakpatuhan Maksim Prinsip Kerja Sama dalam Acara “Opini” di TV One: Sebuah Kajian Pragmatik, karya Nanik Yuniarsih (2011), Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: (1) bagaimana ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama dalam talk show Opini”? dan (2) bagaimana implikatur ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama dalam talk show “Opini”? Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama talk show “Opini”, dan (2) menjelaskan implikatur ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama dalam talk show “Opini”. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode padan pragmatik. Teknik pengambilan data berupa teknik rekam dan teknik catat. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama. Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan yang dilakukan oleh kedua presenter dengan pendukung acara lainnya yang direkam dalam lima episode. Penelitian ini menggunkan teknik analisis metode kontekstual. Penelitian kedua adalah skripsi berjudul Jenis-Jenis Implikatur Percakapan Berdasarkan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam Talk Show HItam Putih di Trans 7, karya Sri Suyamti (2012), Jurusan Pendidikan Bahasa 10

Upload: lephuc

Post on 10-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Studi Terdahulu

Berbagai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut. Penelitian pertama adalah skripsi berjudul Ketidakpatuhan

Maksim Prinsip Kerja Sama dalam Acara “Opini” di TV One: Sebuah Kajian

Pragmatik, karya Nanik Yuniarsih (2011), Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perumusan masalah

dalam penelitian ini meliputi: (1) bagaimana ketidakpatuhan maksim prinsip kerja

sama dalam talk show “Opini”? dan (2) bagaimana implikatur ketidakpatuhan

maksim prinsip kerja sama dalam talk show “Opini”? Tujuan penelitian ini adalah

(1) mendeskripsikan ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama talk show

“Opini”, dan (2) menjelaskan implikatur ketidakpatuhan maksim prinsip kerja

sama dalam talk show “Opini”. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif

dengan menggunakan metode padan pragmatik. Teknik pengambilan data berupa

teknik rekam dan teknik catat. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang

mengandung ketidakpatuhan maksim prinsip kerja sama. Sumber data dalam

penelitian ini adalah seluruh tuturan yang dilakukan oleh kedua presenter dengan

pendukung acara lainnya yang direkam dalam lima episode. Penelitian ini

menggunkan teknik analisis metode kontekstual.

Penelitian kedua adalah skripsi berjudul Jenis-Jenis Implikatur

Percakapan Berdasarkan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam Talk Show

HItam Putih di Trans 7, karya Sri Suyamti (2012), Jurusan Pendidikan Bahasa

10

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

11

Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu (1)

mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat pada

percakapan atau dialog dalam talk show “Hitam Putih”, dan (2) mendeskripsikan

wujud pengungkapan implikatur percakapan dari pelanggaran prinsip kerja sama

dalam talk show “Hitam Putih”. Penelitian ini menggunakan teknik simak catat.

Dalam hal ini penyimakkan dan pencatatan dilakukan sebanyak 4 episode dalam

penayangan talk show “HItam Putih” di Trans 7 dengan durasi 60 menit yang

mengenai teknik implikatur percakapan. Teknik simak adalah penyimakkan

bahasa lisan yang secara spontan dan melakukan pencatatan data yang relevan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan pragmatik yang

alat penentunya berupa bahasa yang bersangkutan. Metode padan pragmatik yaitu

metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual

tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa. Metode ini

dilaksanakan dengan alat penentu yaitu konteks. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa berdasarkan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini, maka diketahui ada 4 bentuk pelaggaran prinsip kerja sama yang terdapat

dalam talk show “Hitam Putih”. Pelanggaran itu meliputi pelaggaran maksim

kuantitas, pelanggaran maksim kualitas, pelanggaran maksim hubungan

(relevansi), dan pelanggaran maksim cara (pelaksanaan).

Penelitian ketiga adalah skripsi berjudul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama

dan Implikatur dalam Talk Show Jakarta Lawyer Club di TV One, karya Rido

Mulyanto (2012) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa,

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

12

menjelaskan bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur dalam

talk show JLC di TV One. Data dalam penelitian ini adalah semua tuturan yang

mengandung pelanggaran prinsip kerja sama dalam talk show JLC di TV One

yang ditayangkan pada episode 26 Juli 2011, 2 Agusus 2011, 2 Agustus 2011, 9

Agustus 2011, 16 Agustus 2011, dan 22 Agustus 2011. Teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data adalah tehnik rekam dan teknik catat. Teknik analisis

data yang digunakan adalah metode analisis kontekstual. Hasil kajian penelitian

tersebut (1) terdapat empat maksim prinsip kerja sama, yaitu maksim kuantitas,

maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Pelanggaran yang paling

banyak dilakukan ialah pelanggaran terhadap maksim kuantitas, kemudian diikuti

oleh maksim relevansi, maksim cara, dan maksim kualitas; (2) terdapat 15 macam

wujud pengungkapan implikatur percakapan yaitu implikatur menolak, implikatur

menyatakan marah, implikatur menyatakan mengalihkan pembicaraan, implikatur

menyatakan pemberi saran, implikatur menyatakan pembelaan, implikatur

menyatakan pembelaan, implikatur menyatakan perintah, implikatur menyatakan

gurauan, implikatur meyatakan sindiran, implikatur menyatakan ejekan,

implikatur menyatakan menyombongkan diri, implikatur menyatakan pujian,

implikatur menyatakan menantang, implikatur menyatakan melebih-lebihkan,

implikatur menyatakan menyederhanakan, dan implikatur menyatakan

menyakinkan.

Penelitian keempat adalah skripsi berjudul Prinsip Kerja Sama dalam

Acara Talkshow Debat Indonesia Lawyers Club, karya Cut Nur Azizah Putri

(2014), Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

13

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis pematuhan dan pelanggaran

maksim prinsip kerja sama yang terjadi pada acara talk show debat Indonesia

Lawyer Club. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah tuturan pembawa acara dan para

narasumber yang diundang pada acara talk show debat Indonesia Lawyers Club.

Objek kajian dalam penelitian ini adalah tuturan pematuhan dan pelanggaran

prinsip kerja sama dan fungsi dari tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip

kerja sama pada acara talk showdebat Indonesia Lawyers Club. Instrumen

penelitian ini adalah human instrument. Human instrument dilakukan dengan

mengandalkan pengetahuan peneliti. Data penelitian dikumpulkan dengan metode

simak dengan teknik dengar dan catat. Analisis data dilakukan dengan metode

padan dengan submetode padan referensial. Keabsahan data diperoleh melalui

ketekunan pengamatan.

Penelitian kelima adalah tesis berjudul Prinsip Kerja Sama, Implikatur

dan Daya Pragmatik dalam Acara Tatap Mata di Trans7, karya Nisa Afifah

(2016), Program Studi Lingusitik Program Pascasarjana, Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Adapun tujuan peelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan

maksim yang muncul dan dominan dipatuhi pada prinsip kerja sama dalam acara

Tatap Mata di Trans7, (2) mendeskripsikan maksim yang muncul dan maksim

yang dominan dilanggar, serta fungsi yang mempengaruhi pelanggaran prinsip

kerja sama dalam acara Tatap Mata di Trans 7, dan (3) menjelaskan penerapan

implikatur dan daya pragmatik dalam acara Tatap Mata di Trans7. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan pragmatik. Data penelitian ini

berupa data lisan dari empat episode Tatap Mata di Trans7 yang didapat dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

14

cara mengunduh di situs www.youtube com lalu ditranskripsikan ke dalam bentuk

tulis. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik

penyediaan data dilakukan dengan teknik rekam, serta teknik simak catat. Hasil

penelitian ini menunjukkan percakapan yang dilakukan pembawa acara dan

narasumber Tatap Mata di Trans7 lebih banyak mematuhi prinsip kerja sama

daripada melanggar prinsip kerja sama. Pada pematuhan dan pelanggaran prinsip

kerja sama ditemukan pada semua maksim Grice, yaitu maksim kuantitas, maksim

kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Selanjutnya, terdapat pula aplikasi

implikatur dan daya pragmatik pada Tatap Mata di Trans7.

Kelima penelitian terdahulu tersebut merupakan penelitian pragmatik yang

menggunakan teori prinsip kerja sama dan implikatur. Penelitian dengan judul

Penerapan Prinsip Kerja Sama dalam Acara Talk Show dr. Oz Indonesia di

Trans TV yang dilakukan oleh penulis ini mempunyai perbedaan dengan

penelitian-penelitian di atas. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu ada pada data penelitiannya. Penulis tidak menemukan penelitian pada

talk show mengenai kesehatan. Segi yang menarik dari penelitian ini adalah

penulis dapat menemukan bahasa-bahasa yang digunakan dalam bidang kesehatan

menjadi tuturan yang menimbulkan pematuhan prinsip kerja sama maupun

pelanggaraan prinsip kerja sama. Ruang lingkup pemakaian bahasa dalam

penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian terdahulu maka kemungkinan

hasil yang diperoleh pun akan berbeda. Dengan demikian, penelitian ini

membahas penerapan prinsip kerja sama yang terdiri dari pematuhan dan

pelanggaran prinsip kerja sama serta implikatur dengan sumber data penelitian

yang berbeda dari penelitian terdahulu.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

15

B. Landasan Teori

1. Pragmatik

Pegertian pragmatik menurut Leech (terjemahan M. D. D. Oka, 1993:8)

adalah studi tentang makna dalam hubugannya dengan situasi-situasi ujar (speech

situation). Aspek situasi ujar meliputi: penyapa dan pesapa, konteks tuturan,

tujuan tuturan, tuturan sebagai tindak ujar, dan tuturan sebagai produk tindak

verbal. Dengan demikian, komunikasi berorientasi pada tujuan saat memproduksi

suatu tuturan.

Menurut Yule pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan

oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).

Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa

yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud

penutur. Studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan

orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh

terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana

cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan

orang yang mereka ajak bicara dimana, kapan, dan dalam keadaan apa (1996: 3).

Selanjutnya, Yule (1996:3) menyebutkan empat batasan ilmu pragmatik,

yaitu:

a. Pragmatics is the study of speaker’s meaning (pragmatik adalah studi yang

mempelajari tentang maksud penutur).

b. Pragmatics is the study of contextual meaning (pragmatik adalah studi yang

mempelajari tentang makna kontekstual).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

16

c. Pragmatics is the study of how more gets communicated than is said

(pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih

banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan).

d. Pragmatics is the study of the expression of relative distance (pragmatik

adalah studi yang mempelajari tentang ungapan jarak hubungan).

Menurut Wijana “pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan

itu digunakan di dalam berkomunikasi” (1996:2). Semantik dan pragmatik adalah

cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja

semantik mempelajari makna secara internal sedangkan pragmatik mempelajari

makna secara eksternal. Makna yang ditelaah semantik adalah makna yang bebas

konteks sedangkan makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat

konteks.

Berikutnya, Gunarwan dalam PELBA 7 mengungkapkan bahwa

pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan

makna atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni

untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan (1994:83-84). Menurut

Kridalaksana (2001:176) pragmatik adalah (1) syarat-syarat yang mengakibatkan

serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; (2) aspek-aspek pemakaian

bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna

ujaran.

Dari beberapa pengertian pragmatik menurut para ahli di atas, secara

umum dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah suatu cabang ilmu yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

17

mempelajari tentang maksud yang terkandung dalam ujaran yang terikat dengan

konteks.

2. Situasi Tutur

Menurut Rustono, situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan.

Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat,

sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Dalam komunikasi tidak ada tuturan

tanpa situasi tutur. Memperhitungkan situasi tutur sangat penting di dalam

pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat di identifikasikan

melalui situasi tutur yang mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara

langsung menggambarkan makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya (1999:25).

Leech (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993:19-21) menjelaskan

mengenai aspek-aspek situasi tutur untuk mengetahui apakah suatu percakapan

tersebut merupakan fenomena pragmatis atau semantis. Aspek situasi tutur

tersebut adalah sebagai berikut.

a. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa)

Orang yang menyapa dinyatakan dengan n (penutur) sedangkan orang yang

disapa dinyatakan dengan t (petutur). Simbol-simbol tersebut merupakan

singkatan untuk „penutur/penulis‟ dan „petutur/pembaca‟. Jadi penggunaan n

dan t tidak membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja. Istlah-istilah

„penerima‟ (orang yang seharusnya menerima dan menafsirkan pesan) dan

„yang disapa‟ (orang yang seharusnya menerima dan menjadi sasaran pesan)

juga perlu dibedakan. Si penerima bisa saja seorang yang kebetulan lewat dan

pendengar pesan dan bukan orang yang disapa.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

18

b. Konteks sebuah tuturan

Konteks diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan

sosial sebuah tuturan. Leech mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan

latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur yang

membantu petutur menafsirkan makna tuturan.

c. Tujuan sebuah tuturan

Leech berpendapat bahwa pemakaian istilah tujuan dan fungsi sering sekali

lebih berguna daripada makna yang dimaksud atau maksud n mengucapkan

sesuatu. Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani

pemakaiannya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat

digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan.

d. Tuturan-tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar

Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performansi-performansi verbal

yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Jadi pragmatik menangani

bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Sebuah tuturan dapat menjadi suatu contoh kalimat (sentence-intence) atau

tanda kalimat (sentence-token), tetapi bukanlah suatu maksud. Artinya, tuturan-

tuturan merupakan unsur yang maknanya dapat dikaji di dalam pragmatik.

Dengan perkataan lain, pragmatik dapat digambarkan sebagai suatu ilmu yang

mengkaji maksud tuturan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

19

3. Prinsip Kerja sama

Menurut Wijana, dalam suatu percakapan dibutuhkan kerja sama yang

baik antara penutur dan mitra tutur sehingga tuturan bisa diterima oleh kedua

pihak. Untuk itu penutur selalu berusaha agar tuturannya relevan dengan konteks,

jelas dan mudah dipahami, padat, ringkas (concise), dan selalu pada persoalan

(straight forward), sehingga tidak menghabiskan waktu lawan bicaranya. Akan

tetapi, jika penutur dalam suatu percakapan melakukan penyimpangan atau ada

implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya, maka penutur

yang bersangkutan tidak melaksanakan prinsip kerja sama dan tidak bersifat

kooperatif (1996:45).

Grice mengemukakan prinsip kerja sama yang merumuskan bahwa

setiap tuturan kita harus berkontribusi pada setiap tahap terjadinya proses

pertuturan. “Make your conversational contribution such as is required, at the

stage at which it occurs, by the accepted purpose of direction of the talk exchange

in which you are engaged” (buatlah sumbangan informasi Anda seinformatif yang

dibutuhkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati

atau arah percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang diikuti)

(1975:45). Selanjutnya, Grice juga mengungkapkan bahwa setiap penutur harus

mematuhi 4 maksim percakapan (conversational maxim), yakni maksim kuantitas

(maksim of quantity), maksim kualitas (maksim of quality), maksim relevansi

(maksim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maksim of manner).

1. The Maxim of Quantity (Maksim Kuantitas)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

20

a. Make your contribution as informative as required (sumbangan

informasi Anda harus seinformatif yang dibutuhkan)

b. Do not make your contribution more informative than required

(sumbangan informasi Anda jangan melebihi yang dibutuhkan).

Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat

memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif

mungkin.Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang

sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan yang tidak mengandung

informasi yang sungguh-sungguh diperlukan dapat dikatakan melanggar

maksim kuantitas.

Contoh :

Data (95)

Konteks Tuturan:

Percakapan berlangsung antara dr. Reisa dengan bintang tamu yaitu Sonya

artis pemain sinetron. dr. Reisa bertanya kepada Sonya berapa usia anaknya dan

dari jawaban yang diberikan Sonya terlihat adanya prinsip kerja sama dengan

menjawab informasi seadanya dan tidak berlebihan.

Bentuk Tuturan :

dr. Reisa : “Jumpa lagi di dokter oz Indonesia, ya hari ini kita akan membahas

tentang kontrasepsi. Suatu cara dan juga alat yang dilakukan oleh

para pasangan suami istri untuk melakukan dan mencegah

terjadinya kehamilan. Dan hari ini nih saya tidak akan sendirian di

studio karena sudah hadirseorang narasumber dan juga bintang

tamu tentunya yang akan menemani saya membahas tuntas tentang

berbagai permasalahan tentang kontrasepsi yaitu dokter santi dan

juga Sonya fatmala”.

dr. Reisa : “Usianya udah berapa ini anaknya ?”

Sonya : “Eeeeee..jalan dua setengah bulan.”

dr. Reisa : “Jalan dua setengah bulan ya, waoooow luar biasa, pengalaman

pertama jadi seorang ibu?”

Sonya : “Iya pengalaman pertama”

(95/MKS/MKnt/DOI/TransTV/13 Februari 2016)

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

21

Pada data (95) terdapat pematuhan maksim kuantitas. Maksim kuantitas

yang dipatuhi ialah pada submaksim pertama, yakni memberikan kontribusi yang

seadanya dan seinformatif mungkin. Dr. Reisa bertanya kepada bintang tamuya,

Sonya tentang anak pertamanya yang sudah berusia berapa bulan. Selanjutnya,

Sonya memberikan jawaban sesuai dengan yang ditanyakan oleh mitra tutur,

bahwa usia anak pertamanya adalah “Eeeeee. . jalan dua setengah bulan”. Dari

jawaban Sonya tersebut menunjukan pematuhan prinsip kerja sama maksim

kuantitas yang berfungsi menyampaikan informasi yang jelas.

Data (06)

Konteks Tuturan :

Konteks percakapan tersebut terjadi antara pembawa acara dr. Ryan

dengan bintang tamu yaitu Dea. Percakapan di atas menunjukkan perkenalan

antara dr. Ryan dengan Dea yang posisi nya di grup HI-vi sebagai vocalis.

Bentuk Tuturan :

dr. Ryan : “Hehehe. Si cantik namanya siapa?” (sambil nunjuk Dea yang ada

disamping Ilham)

Dea : “Hallo, nama saya Dalila Askadi Putri biasa dipanggil dengan

Dea. ”

dr. Ryan : “Iya, tepuk tangan dengan Dea. ”

dr. Reisa : “Iya, enak banget ya suaranya itu lho dok. Hehehe. ”

dr. Ryan : “Iya. hehhe. ”

(06/MKS/MKnt/DOI/TransTV/1 Januari 2016)

Pada data (06) terdapat pematuhan maksim kuantitas. Maksim kuantitas

yang dipatuhi ialah pada submaksim kedua yakni memberikan kontribusi yang

tidak lebih informatif dari yang dibutuhkan. dr. Ryan bertanya pada bintang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

22

tamunya yaitu Dea, tentang siapa namanya, “Hehehe. Si cantik namanya

siapa?”. Selanjutnya, Dea memberikan jawaban melebihi dari yang dibutuhkan

oleh mitra tutur, Ia menjawab dengan menjelaskan nama panjangnya dan nama

panggilannya, “Hallo, nama saya Dalila Askadi Putri biasa dipanggil dengan

Dea”.

Pada data diatas jawaban Dea tersebut walaupun lebih panjang, tetapi tidak

lebih informatif dari yang ditanyakan, seharusnya Dea cukup menjawab nama

panjangnya saja itu jawaban yang cukup informatif dari yang dibutuhkan mitra

tutur.

2. The Maxim of Quality (Maksim Kualitas)

a. Do not say what you believe to be false (jangan mengatakan sesuatu

yang Anda yakini bahwa itu tidak benar)

b. Do not say that for which you lack adequate evidence (jangan

mengatakan sesuati yang bukti kebenarannya kurang menyakinkan)

Dengan maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat

menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya dalam bertutur.

Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas.

Contoh :

Data (101)

Konteks Tuturan :

Percakapan berlangsung antara dr. Santi dengan bintang tamu yaitu Sonya.

Percakapan tersebut Sonya bertanya kepada dr. Santi tentang apa perbedaan KB

spiral tembaga dengan hormonal. Dilihat dari jawaban dr. Santi terjadi adanya

prinsip kerja sama karena dari jawaban dr. Santi jawaban dari seorang dokter

yang sudah terbukti akurat kebenarannya.

Bentuk Tuturan :

dr. Santi : “Nah ini nih untuk spiral ada bentuk aslinya ini.”

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

23

Sonya : “Tapi dok kalo yang tembaga sama yang hormonal lebih aman yang

mana?”

dr. Santi : “Eeee..kalo masalah aman dua-duanya sama-sama aman.”

Sonya : “Bedanya?”

dr. Santi : “Cuma ada keuntungannya, kalo dia spiral tembaga memang

ini kan dia benda asing sehingga menyebabkan eee..lendir

daripada vaginanya ini akan keluar lebih banyak itu beresiko

untuk infeksi ya kalo kita tidak menjaga kebersihan vagina

dengan baik. kemudian juga ia menyebabkan darah haid

menjadi lebih banyak kemudian haid nya lebih panjang

kemudian juga kadang-kadang ada spoting-spoting diluar

siklus haid.” (101/MKS/MKlt/DOI/TransTV/13 Februari 2016)

Pada data (101) terdapat pematuhan maksim kualitas. Maksim kualitas

yang dipatuhi ialah pada submaksim pertama, yakni memberikan informasi yang

diyakini benar. Pada data di atas, dr. Santi menuturkan bahwa “Eeee. .kalo

masalah aman dua-duanya sama-sama aman”, dari jawaban tersebut terlihat ia

benar-benar menyakini hal tersebut. Hal itu terbukti ketika ia diminta oleh mitra

tutur, yaitu Sonya, untuk menjelaskan lebih lanjut perbedaan KB spiral yang

tembaga dan KB spiral yang hormonal, dr. Santi bisa menjelaskan secara jelas

dengan mengatakan “Cuma ada keuntungannya, kalo dia spiral tembaga

memang ini kan dia benda asing sehingga menyebabkan eee. . lendir daripada

vaginanya ini akan keluar lebih banyak itu beresiko untuk infeksi ya kalo kita

tidak menjaga kebersihan vagina dengan baik. Kemudian juga ia menyebabkan

darah haid menjadi lebih banyak kemudian haidnya lebih panjang kemudian

juga kadang-kadang ada spoting-spoting diluar siklus haid”.

Adapun fungsi pematuhan maksim kualitas tersebut ialah untuk

menyampaikan informasi yang benar sesuai fakta dan bukti yang ada. Seorang

penutur selain memberikan kontribusi yang diyakini benar, juga harus disertai

bukti yang ada.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

24

Data (59)

Konteks Tuturan :

Konteks pada percakapan di atas terjadi antara dr. Ryan dengan bintang

tamu yaitu Dea. Dalam percakapan tersebut dr. Ryan menunjukkan bahwa ada

tempat kuliner yang memanfaatkan arang untuk membuat kopi yaitu kopi joss

yang terletak di Jogjakarta.

Bentuk Tuturan :

dr. Ryan :”Jadi pemirsa memang, bisa dari beberapa bahan untuk membuat

arang tapi sekarang itu dengan kemajuan dan untuk mendapatkan

manfaat yang maksimal ada juga yang menggunakan arang aktif.

Arang aktif itu yaitu suatu arang yang dibuat dengan cara khusus

dipanaskan di suhu sekitar 200 derajat. ”

Dea : “Waduh dimana?. ”

dr. Ryan : “Dan ini hampir banyak digunakan di tempat kuliner-kuliner

kita ya salah satuny adalah Jogja, waktu itu dr. Oz pernah

melihat langsung dimana di kopi jos namanya. ”

Dea : “Oooohh. . kopi joss. ”

dr. Ryan : “Pernah nikmati?”

Dea : “Pernah. . pernah… . ”

(59/MKS/MKlt/DOI/TransTV/1 Januari 2016)

Pada data (59) terdapat pematuhan maksim kualitas. Maksim kualitas yang

dipatuhi ialah pada submaksim kedua, yakni memberikan informasi yang diyakini

benar dan disertai bukti. Dea bertanya tentang dimana tempat yang memanfaatkan

arang aktif dengan suhu sekitar 200 derajat yang dimanfaatkan secara maksimal

“Waduh dimana?”. Kemudian dr. Ryan memberikan jawaban yang diyakini

benar dan disertai dengan bukti yang nyata, bahwa tim dr. Oz pernah mendatangi

langsung tempat kuliner yang berada di Jogja, merupakan salah satu tempat kulier

bernama kopi joss yang memanfaatkan arang aktif untuk pembuatan minuman

kopi.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

25

Kebenaran jawaban dr. Ryan tersebut, didukung oleh bukti yang Ia punya.

Hal itu tampak pada tuturan, “Dan ini hampir banyak digunakan di tempat

kuliner-kuliner kita ya salah satuny adalah Jogja, waktu itu dr. Oz pernah

melihat langsung dimana di kopi jos namanya”. Fungsi pematuhan maksim

kualitas tersebut ialah untuk mempetahankan pendapat.

3. The Maxim of Relevance (Maksim Relevansi)

a. Make your contribution relevant (usahakan agar perkataan Anda ada

relevansinya)

Di dalam maksim relevansi dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama

yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat

memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan

itu. Bertutur dengan tidak memberikan konstribusi yang demikian dianggap tidak

mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama

Contoh :

Data (150)

Konteks Tuturan :

Percakapan berlangsung antara pembawa acara dr. Ryan dengan bintang

tamu Beniqno. Dalam percakapan tersebut dr. Ryan menyuruh Beniqno untuk

membuka tudung saji yang ada di atas meja. Dilihat dari jawaban Beniqno terjadi

prinsip kerja sama karena adanya tanggapan untuk membuka tujung saji tersebut.

Bentuk Tuturan :

dr. Ryan : “Makanya proses membantu penyembuhan mukosa atau lapisan pada

luka di area sariawan bisa dibantu dengan cara-cara di atas meja

ini. Ada apa di dalam ini?” (sambil nunjuk benda di atas meja)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

26

Beniqno : “Ada apa ini?”

dr. Ryan : “Coba Beniqno silahkan dibuka!”

Beniqno : “Oke.” jeng..jeng..jeng… .” (sambil membuka tudung saji)

dr. Ryan : “Taraaaaa,,, ada apa?”

Beniqno : “Air, air anget, ini garem, backing soda, ada minyak kelapa, ini

madu.”(sambil nunjuk bahan-bahan di atas meja)

(150/MKS/MRl/DOI/TransTV/13 Februari 2016)

Pada data (150) terdapat pematuhan maksim relevansi, yakni memberikan

kontribusi yang relevan dengan topik pembicaraan. Dalam proses penyembuhan

mukosa atau lapisan pada luka di area sariawan bisa dibantu dengan cara-cara

menggunakan bahan yang sederhana. Dr. Ryan yang akan menjelaskan bahan-

bahan yang berada di atas meja, dengan menyuruh bintang tamu yaitu Beniqno

untuk membuka tudung saji, “Coba Beniqno silahkan dibuka!”, dari pernyataan

dr. Ryan tersebut menyebabkan Beniqno mengungkapkan tuturan yang sesuai

dengan topik pembicaraan yang diutarakan dr. Ryan, “Oke.” jeng. . jeng. .

jeng…”. Kerelevansian tuturan Beniqno terasa langsung oleh dr. Ryan karena

Beniqno dapat menafsirkan atau menangkap maksud tuturan dr. Ryan tersebut,

yaitu Beniqno melakukan apa yang di perintahkan oleh dr. Ryan yaitu untuk

membuka tudung saji yang ada di atas meja tersebut.

4. The Maxim of Manner (Maksim Cara)

Be perspicuous, and specifically:

a. Avoid obscurity (hindari pernyataan-pernyataan yang samar)

b. Avoid ambiguity (hindari ketaksaan)

c. Be brief (usahakan agar ringkas, hindari pernyataan-pernyataan yang

panjang lebar dan bertele-tele)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

27

d. Be orderly (usahakan agar Anda berbicara dengan teratur)

Maksim cara ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara

langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan tidak

mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar prinsip k

erja sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan.

Contoh :

Data (38)

Konteks Tuturan :

Konteks pada percakapan di atas terjadi antara dr. Ryan dengan bintang

tamu yaitu Ezra. Dalam percakapan tersebut Ezra menanyakan apakah pomade

alami buatan sndiri tersebut langsung bisa dipakai, menurut pemikirannya

langsung bisa dipakai, dan ternyata menurut dr. Ryan tidak bisa langsung dipakai

harus disimpan di wadah khususnya agar berbentuk padat dulu baru bisa dipakai.

Bentuk Tuturan :

dr. Ryan :”Ya untuk bahan-bahannya sebenarnya mudah gampang didapatkan

di toko kosmetik seperti bahan utamanya tadi adalah lilin lebah, ya

kemudian dicampur dengan beberapa bahan lainnya bisa

mengguakan minyak sayur!” (sambil mengaduk)

Ilham, Dea :“Hmmm minyak sayur?”

dr. Ryan :“Minyak sayur ini bisa, tergantung kepadatannya kala misalnya

kurang sesuai kekentalannya untuk kebutuhan kalian bisa ditambah

lagi, tapi kalau udah ngga usah ditambah lagi. Kemudian untuk

memberikan rasa kilap bisa kita menggunaka mentega.” (sambil

mengaduk)

Dea : “Hmmm, yes.”

dr. Ryan : “Lalu untuk aromanya bisa menggunakan minyak essensial yah. Lalu

kita aduk.” (sambil mengaduk)

Ezra : “Trus langsung dipake dok?”

dr. Ryan : “Di simpan dulu di wadah khususnya yah.”

Ezra : “Owh disimpan, kirain langsung dipakai.”

dr. Ryan : “Jangan, nanti di cemil.”

(38/MKS/MCr/DOI/TransTV/1 Januari 2016)

Pada data (38) terdapat pematuhan maksim cara. Maksim cara yang

dipatuhi ialah pada submaksim pertama, yakni memberikan jawaban yang jelas

dan tidak samar. dr. Ryan menjelaskan bahan-bahan yang akan digunakan untuk

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

28

membuat pomade alami, yaitu bahan utamanya adalah lilin lebah kemudian

dicampur dengan bahan lainnya seperti minyak sayur. Dengan serentak Ilham dan

Dea bertanya kepada dr. Ryan dengan nada kaget, “Hmmm minyak sayur?”

kemudian dr. Ryan memberikan jawabannya dengan urut atau teratur. Pertama-

tama dr. Ryan menjelaskan bahwa minyak sayur tersebut bisa digunakan sebagai

bahan untuk membuat pomade alami tergantung kepadatannya, “Minyak sayur

ini bisa, tergantung kepadatannya kalau misalnya kurang sesuai kekentalannya

untuk kebutuhan kalian bisa ditambah lagitapi kalau udah ngga usah ditambah

lagi”.

Selanjutnya, dr. Ryan menjelaskan bahwa untuk memberikan rasa kilap

pomade alami tersebut apabila dipakai, bisa menambahkan bahan mentega,

“Untuk memberikan rasa kilap bisa kita menggunakan mentega”.

Data (38)

Konteks Tuturan :

Konteks pada percakapan di atas terjadi antara dr. Ryan dengan bintang

tamu yaitu Ezra. Dalam percakapan tersebut Ezra menanyakan apakah pomade

alami buatan sendiri tersebut langsung bisa dipakai, menurut pemikirannya

langsung bisa dipakai, dan ternyata menurut dr. Ryan tidak bisa langsung

dipakai harus disimpan di wadah khususnya agar berbentuk padat dulu baru

bisa dipakai.

Bentuk Tuturan :

dr. Ryan :”Ya untuk bahan-bahannya sebenarnya mudah gampang didapatkan

di toko kosmetik seperti bahan utamanya tadi adalah lilin lebah, ya

kemudian dicampur dengan beberapa bahan lainnya bisa

mengguakan minyak sayur!” (sambil mengaduk)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

29

Ilham, Dea :“Hmmm minyak sayur?”

dr. Ryan :“Minyak sayur ini bisa, tergantung kepadatannya kala misalnya

kurang sesuai kekentalannya untuk kebutuhan kalian bisa ditambah

lagi, tapi kalau udah ngga usah ditambah lagi. Kemudian untuk

memberikan rasa kilap bisa kita menggunaka mentega. ” (sambil

mengaduk)

Dea : “Hmmm, yes. ”

dr. Ryan : “Lalu untuk aromanya bisa menggunakan minyak essensial yah. Lalu

kita aduk. ” (sambil mengaduk)

Ezra : “Trus langsung dipake dok?”

dr. Ryan : “Di simpan dulu di wadah khususnya yah. ”

Ezra : “Owh disimpan, kirain langsung dipakai. ”

dr. Ryan : “Jangan, nanti di cemil. ”

(38/MKS/MCr/DOI/TransTV/1 Januari 2016)

Pada data (38) terdapat pematuhan maksim cara. Maksim cara yang

dipatuhi ialah pada submaksim keempat, yakni memberikan jawaban secara

urut atau dengan teratur. dr. Ryan menjelaskan bahan-bahan yang akan

digunakan untuk membuat pomade alami, yaitu bahan utamanya adalah lilin

lebah kemudian dicampur dengan bahan lainnya seperti minyak sayur. Dengan

serentak Ilham dan Dea bertanya dengan dr. Ryan dengan nada kaget, “Hmmm

minyak sayur?”, kemudian dr. Ryan memberikan jawabannya dengan urut atau

teratur. Pertama-tama dr. Ryan menjelaskan bahwa minyak sayur tersebut bisa

digunakan sebagai bahan untuk membuat pomade alami tergantung

kepadatannya, “Minyak sayur ini bisa, tergantung kepadatannya kalau

misalnya kurang sesuai kekentalannya untuk kebutuhan kalian bisa

ditambah lagi tapi kalau udah ngga usah ditambah lagi”. Selanjutnya, dr.

Ryan menjelaskan bahwa untuk memberikan rasa kilap pomade alami tersebut

apabila dipakai, bisa menambahkan bahan mentega, “Untuk memberikan

rasa kilap bisa kita menggunakan mentega”.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

30

Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa aspek keteraturan

tuturan dr. Ryan tampak pada keruntutan frasa dan kalimat yag ia gunakan.

Fungsi pematuhan maksim cara tersebut ialah untuk menyampaikan informasi

secara urut atau teratur.

4. Implikatur

Implikatur (implicature) adalah derivasi kata implicate, yang semula

bermakna “menuduh seseorang terlibat dalam perbuatan yang melanggar hukum”.

Makna ini diubah oleh Grice menjadi “sinonim” kata imply. Bedanya adalah

bahwa imply bermakna “menyiratkan secara umum”, sedangkan implicate

bermakna “menyiratkan secara kebahasaan. ” (Gunarwan, 2007:86)

Menurut Grice, istilah implikatur itu hampir selalu dikaitkan dengan

Grice yang mempostulatkan bahwa di dalam berkomunikasi orang hendaklah

bekerja sama dengan mitra wicaranya agar komunikasi itu efisien dan efektif.

Dengan kata lain partisipan komunikasi perlu mematuhi prinsip kerja sama atau

PKS (Cooperative Principle), yang dapat dijabarkan menjadi empat maxims atau

bidal, yaitu bidal keinformatifan, bidal kebenaran, bidal relevansi, dan bidal

kejelasan (dalam Gunarwan 2007:86).

Selanjutnya Grice (1975) dalam artikelnya yang berjudul Logic and

Conversation mengatakan bahwa istilah implikatur digunakan untuk menerangkan

apa yang diartikan, disarankan atau dimaksudkan berbeda dengan apa yang

dinyatakan penutur. Dalam teorinya mengenai implikatur, Grice berusaha

menjelaskan bagaimana seorang mitra tutur memahami apa yang dikatakan dan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

31

dimaksudkan oleh penutur. Selanjutnya, dinyatakan bahwa sebuah tuturan dapat

mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan. Proposisi

yang diimplikasikan tersebut disebut sebagai implikatur.

Grice (2006:67) menyebutkan bahwa implikatur dibedakan menjadi dua

yaitu implikatur konvensional dan nonkovensional. Implikatur konvensional

adalah makna suatu ujaran yang secara konvensional atau secara umum diterima

oleh masyarakat, sedangkan implikatur nonkonvesional adalah ujaran yang

menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya.

Implikatur percakapan erat hubungannya dengan prinsip kerja sama.

Adanya ketidakpatuhan terhadap prinsip kerja sama tersebut melahirkan adanya

sebuah implikatur yang hendak disampaikan penutur kepada mitra tuturnya.

Ketidakpatuhan yang dilakukan peserta tutur itulah yang kemudian memunculkan

implikatur percakapan. Dalam PELLBA 18, Asim Gunarwan, mendefinisikan

implikatur sebagai sesuatu yang mengacu kepada yang dikomunikasikan penutur,

tetapi tidak dikatakan (ditulis) oleh si penutur. Maksud pernyataan tersebut adalah

ketika penutur menyampaikan informasi, mitra tutur dituntut untuk memahami

maksud yang disampaikan. Akan tetapi, munculnya implikatur tergantung dari

ketersediaan piranti dan istilah yang diucapkan oleh penutur. Hanya saja

implikatur berelasi dengan maksim yang berbeda (2007:86)

Menurut Yule (1996:40), implikatur terdiri dari 4 jenis implikatur

percakapan yaitu sebagai berikut.

a. Conversational Implicature (Implikatur Percakapan)

Asumsi dasar percakapan adalah jika ditunjukkan sebaliknya, bahwa

peserta-pesertanya mengikuti prinsip kerja sama dan maksim-maksim.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

32

Contoh:

X : “Jam berapa sekarang?”

B : “Korannya sudah datang”.

Dalam percakapan antara penutur dan mitra tutur tersebut, mitra tutur

sudah mengetahui bahwa jawaban yang disampaikan sudah cukup untuk

menjawab pertanyaan penutur sebab dia sudah mengetahui jam berapa koran

biasa diantarkan.

Implikatur percakapan dapat dikatakan sejenis makna yang terkandung

dalam percakapan yang dipahami oleh masing-masing partisipan. Implikatur

percakapan menerangkan yang mungkin diartikan, disarankan, atau

dimaksudkan oleh penutur dapat berbeda dengan yang dikatakan oleh penutur.

b. Generalized Conventional Implicatures (Implikatur Percakapan Umum)

Implikatur percakapan khusus tidak dipersyaratkan untuk

memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan, maka disebut dengan

implikatur percakapan umum (Yule, 1996:40)

Contoh:

Pada suatu hari saya duduk di sebelah kebun.Seorang anak kecil melonggok

lewat pagar.

Implikatur tuturan tersebut yaitu kebun dan anak yang disebutkan bukan

milik penutur. Maka dari itu, tuturan tersebut tidak mematuhi prinsip kerja

sama. Apabila dia mengatakan „kebunku‟ dan „anakku‟ (lebih informatif

karena mengikuti maksim kuantitas) maka akan lebih mudah dipahami.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

33

c. Particularized conversational implicatures (Implikatur Percakapan Khusus)

Pada peristiwa tutur, munculnya implikatur disebabkan adanya

persamaan pengetahuan dan konteks tertentu.Akan tetapi, seringkali tuturan

yang disampaikan terjadi dalam konteks yang sangat khusus.Inferensi-

inferensi yang demikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud yang

disampaikan sehingga menghasilkan implikatur percakapan khusus (Yule,

1996:42).

Contoh :

A : Apakah kamu suka es krim?

B : Apakah itu Pope Catholic?

Contoh tersebut menunjukkan bahwa jawaban B tidak memberikan

jawaban “ya”atau “tidak”.A harus berasumsi bahwa B melaksanakan kerja

sama. Jadi, A beranggapan pertanyaan “Pope” B dengan jawaban “ya”.Jadi

jawabannya sudah dimengerti, tetapi sifat dasar jawaban B juga

mengimplikasikan jawaban terhadap pertanyaan itu yaitu “ya”.

d. Conventional Implicatures (Implikatur konvensional)

implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau

maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan

dan tidak langsung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya.

Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan

maksud tambahan jika yang disampaikan kata-kata itu digunakan. Kata

penghubung “tetapi” adalah salah satu kata-kata ini (Yule,1996:45).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

34

contoh:

Mary menyarankan warna hitam, tetapi saya memilih warna putih.

Pada contoh tersebut, kenyataan bahwa Mary menyarankan warna hitam

dan bertolak belakang dengan pilihan saya yaitu warna putih. Implikatur tuturan

tersebut adalah kata “tetapi”.

5. Talk Show

Talk Show atau gelar wicara adalah suatu jenis acara televisi atau radio

yang berupa perbincangan atau diskusi seorang atau sekelompok orang “tamu”

tentang suatu topik tertentu (atau beragam topik) dengan dipandu oleh pemandu

gelar wicara. Tamu dalam suatu gelar wicara biasanya terdiri dari orang-orang

yang telah mempelajari atau memiliki pengalaman luas yang terkait dengan isu

yang sedang diperbincangkan. Suatu gelar wicara bisa dibawakan dengan gaya

formal maupun santai dan kadang dapat menerima telepon berupa pertanyaan atau

tanggapan dari pemirsa atau orang di luar studio (http://m.kompasiana.

com/santarosa/apa-itu-talk-show/).

Istilah talk show adalah aksen dari bahasa Inggris di Amerika. Istilah

talk show sendiri di Inggris biasa disebut Chat Show. Pengertian talk show adalah

sebuah program televisi atau radio di mana seseorang ataupun group berkumpul

bersama untuk mendiskusikan berbagai topik dengan suasana santai, tetapi serius,

yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala talk show menghadirkan tamu

berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat

(http://ekocahyonoplaza. blogspot. com/).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

35

Dalam kumpulan artikel multimedia juga dijelaskan mengenai ciri-ciri

tipikal talk show. Ciri-ciri yang dimaksudkan antara lain menggunakan

percakapan sederhana (casual conversation) dengan bahasa yang universal (untuk

menghadapi heterogenitas khalayak), tema yang diangkat harus benar-benar

penting (atau dianggap penting) untuk diketahui khalayak atau setidaknya menarik

bagi pemirsanya serta wacana yang dibahas merupakan isu (atau trend) yang

sedang berkembang dan hangat di masyarakat (http://www. perpuskita.

com/pengertian-talk-show/149/).

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

36

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan penulis untuk

menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Manfaat adanya kerangka

pikir yaitu untuk memudahkan penulis ketika menganalisis data. Adapun

kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Acara Talk Show dr. Oz Indonesia di Trans TV

pada bulan Januari dan Februari 2015

Dialog yang berupa tuturan pembawa

acara dengan bintang tamu serta

penonton di studio

Pendekatan pragmatik

Pematuhan prinsip

kerja sama

Pelanggaran

prinsip kerja

sama

Implikatur

Hasil Analisis:

1. Terjadinya pematuhan Prinsip Kerja Sama pada tuturan pembawa acara

dengan bintang tamu dan penonton studio dalam talk show dr. Oz

Indonesia di Trans TV.

2. Terjadinya pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada tuturan pembawa acara

dengan bintang tamu dan penonton studio dalam talk show dr. Oz

Indonesia di Trans TV.

3. Terjadinya implikatur yang disebabkan oleh ketidakpatuhan Prinsip Kerja

Sama dalam talk show dr. Oz Indonesia.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212026_bab2.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu

37

Penjelasan dari bagan tersebut yaitu sumber data penelitian ini adalah

acara talk show dr. Oz Indonesia di Trans TV. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dialog yang berupa tuturan pembawa acara dengan bintang

tamu serta penonton di studio. Adapun episode yang dijadikan sumber data dalam

penelitian ini adalah episode 1 Januari 2016, 13 Februari 2016, dan 14 Februari

2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik karena data yang

akan dianalisis berupa dialog. Dialog yang berupa tuturan dari pembawa acara

dengan bintang tamu serta penonton di studio ini kemudian dianalisis dengan

menggunakan teori pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dan

implikaturnya. Hasil dari penelitian yang ingin dicapai yaitu mendeskripsikan

pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama pada tuturan pembawa acara

dengan bintang tamu serta penonton di studio beserta implikatur yang disebabkan

oleh ketidakpatuhan prinsip kerja sama dalam talk show dr. Oz Indonesia di Trans

TV.