bab ii kajian pustaka dan kerangka pikir · keunikan pemakaian diksi dalam rubrik “miss gaul”...

23
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Bab dua ini berisi kajian pustaka, landasan teori dan kerangka pikir. Kajian pustaka merupakan tinjauan studi terdahulu yang berupa hasil penelitian sebelumnya. Landasan teori merupakan kutipan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini. Selain itu, terdapat pula kerangka pikir yang berisi penggambaran secara jelas kerangka pikir yang digunakan penulis untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti. A. Kajian Pustaka Penelitian mengenai penggunaan bahasa remaja sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terlebih dahulu dan berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut: Penelitian pertama yakni skripsi Arni Mira Astuti (2010) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadyah Surakarta yang berjudul Penggunaan Variasi Bahasa Remaja dalam Rubrik “Miss Gaul” pada Majalah Gadis. Dari penelitian tersebut menyimpulkan (1) wujud keunikan bahasa remaja dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis dalam bidang morfologi terlihat adanya penggunaan afiks-afiks dialek Jakarta yaitu adanya morfem dengan konstruksi N+KD, KD+-in, N+KD+-in, KD+-an; (2) Wujud Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis

Upload: others

Post on 19-Nov-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Bab dua ini berisi kajian pustaka, landasan teori dan kerangka pikir. Kajian

pustaka merupakan tinjauan studi terdahulu yang berupa hasil penelitian

sebelumnya. Landasan teori merupakan kutipan teori-teori yang digunakan pada

penelitian ini. Selain itu, terdapat pula kerangka pikir yang berisi penggambaran

secara jelas kerangka pikir yang digunakan penulis untuk mengkaji dan

memahami permasalahan yang diteliti.

A. Kajian Pustaka

Penelitian mengenai penggunaan bahasa remaja sudah pernah dilakukan

oleh peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terlebih

dahulu dan berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis dalam penelitian ini

akan dipaparkan sebagai berikut:

Penelitian pertama yakni skripsi Arni Mira Astuti (2010) Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadyah Surakarta yang

berjudul Penggunaan Variasi Bahasa Remaja dalam Rubrik “Miss Gaul” pada

Majalah Gadis. Dari penelitian tersebut menyimpulkan (1) wujud keunikan

bahasa remaja dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis dalam bidang

morfologi terlihat adanya penggunaan afiks-afiks dialek Jakarta yaitu adanya

morfem dengan konstruksi N+KD, KD+-in, N+KD+-in, KD+-an; (2) Wujud

Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

12

terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem atau suku kata terdiri dari

penanggalan konsonan di awal kata, penanggalan vokal di awal kata, penanggalan

konsonan di tengah kata, serta penanggalan dan penambahan fonem (b)

pemakaian slang; (c) pemakaian bahasa Inggris; (d) pemakaian kosakata dialek

Jakarta.

Penelitian kedua yakni skripsi Dessy Novianty (2010) Fakultas Sastra,

Universitas Sumatra Utara yang berjudul Penggunaan Bahasa Gaul dalam

Tabloid Gaul. Penelitian tersebut menyimpulkan penggunaan kosa kata bahasa

gaul dalam Tabloid Gaul seperti banget, bareng, bete, cewek, cowok, dan

sebagainya. Selain itu, disimpulkan mengenai gejala bahasa terdiri dari (1)

penghilangan fonem; (2) penambahan fonem; (3) gejala adaptasi; (4)

monoftongisasi; (5) hiperkorek; (6) akronim dan Singkatan.

Penelitian ketiga yakni skripsi Sherly Yulita Dewi (2012) Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember yang berjudul Ragam Bahasa

Gaul pada Cerpen dalam Majalah Gaul. Penelitian tersebut menyimpulkan (1)

ragam bahasa gaul pada cerpen dalam majalah Gaul edisi Agustus 2011 berupa

kata, frasa, dan kalimat; (2) proses pembentukan ragam bahasa gaul secara

linguistik meliputi proses fonologis, proses morfologis, proses sintaksis, dan

proses leksikal; (3) fungsi komunikatif ragam bahasa gaul meliputi fungsi

informatif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungi komisif, dan fungsi poetik.

Penelitian keempat yakni skripsi Feri Yulianta (2011) Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadyah Surakarta yang berjudul

Karakteristik Bahasa Remaja dalam Rubrik Inbox Majalah Aneka Yes: Suatu

Tinjauan Sosiolinguistik. Dari penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat campur

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

13

kode kata benda, campur kode kata kerja, campur kode kata sifat, serta terdapat

bentuk alih kode; (2) terdapat istilah-istilah yang menunjukkan energisitas para

remaja. Istilah energik dalam penelitian digunakan untuk menunjukkan semangat

bagi penulis atau memberikan semangat kepada para pembaca; (3) penggunaan

ragam dan jenis bahasa santai yang ditandai dengan adanya penggunaan bentuk

slang, pemilihan kata atau diksi yang berupa penanggalan konsonan di awal kata,

penanggalan vokal di awal kata, penanggalan vokal di tengah kata, serta

penanggalan dan penambahan fonem.

Penelitian kelima berupa jurnal ditulis oleh Foriyani Subiyatningsih (2007)

Humaniora, Universitas Gajah Mada yang berjudul Karakteristik Bahasa Remaja:

Kasus Rubrik Remaja Deteksi dalam Harian Jawa Pos. Penelitian ini

menyimpulkan (1) ciri fonologis bahasa remaja ditandai oleh adanya gejala

perubahan dan penghilangan bunyi-bunyi bahasa dalam pengucapan kata-kata

bahasa Indonesia meliputi adanya perubahan bunyi vokal /a/ menjadi /e/ pepet

jika vokal /a/ berada pada silabe akhir tertutup yang diakhiri oleh konsonan /p, t,

m, n, s, r, l/ dan perubahan diftong menjadi monoftong. Adanya penghilangan

bunyi pada sejumlah kata, baik pada posisi awal maupun tengah, akibat gejala

reduksi; (2) ciri morfologis diperlihatkan melalui pemakaian afiks N- yang sangat

produktif dan sepadan dengan prefiks me-N dalam bahasa Indonesia, afiks ke-,

afiks –in; (3) ciri sintaksis diperlihatkan oleh pemakaian struktur sintaksis baik

pada tataran frasa maupun kalimat yang terkena pengaruh bahasa Jawa pada

sejumlah konstruksi frasa dan kalimat tertentu.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian yang dilakukan oleh penulis

berbeda dengan penelitian sebelumya. Perbedaan dapat dilihat dari sumber data

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

14

yang digunakan. Pada penelitian ini sumber data yang digunakan yakni artikel

Rubrik Special pada Provoke Magazine Online berupa media massa online yang

mengulas permasalahan kehidupan remaja. Penggunaan data yang bersumber dari

artikel media online belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya.

Penelitian “Penggunaan Bahasa Remaja pada Provoke Magazine Online”

ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam

penelitian ini akan dibahas mengenai karakteristik penggunaan bahasa Indonesia

pada artikel Rubrik Special dan faktor yang mempengaruhi munculnya bahasa

remaja pada artikel Rubrik Special.

B. Landasan Teori

1. Sosiolinguistik

a. Penggunaan bahasa yang ada di masyarakat berkaitan dengan

sosiolinguistik, hal ini berkaitan dengan status, pendidikan, ekonomi, dan

usia pada masyarakat pengguna bahasa. Beberapa rumusan yang

berkaitan dengan sosiolinguistik sebagai berikut:

1) Sosiolinguistik merupakan ilmu yag mempelajari bahasa

berdasarkan cermin sosial. Cermin sosial yang dimaksud yakni

kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Chaika berpendapat

“sociolinguistics is the study of the ways people use language in

social interactions of all kinds. the sociolinguist is concerned with

the stuff of everyday life: how people talk with their friends, families,

and teacher, as well as to storekeepers, doctors, and enemies”

(1994:3). „sosiolinguistik adalah studi tentang cara orang

menggunakan bahasa dalam interaksi sosial dari segala jenis.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

15

Sosiolinguis memperhatikan dengan hal-hal yang menyangkut dari

kehidupan sehari-hari: bagaimana orang berbicara dengan teman-

teman mereka, keluarga, dan guru, serta pemilik toko, dokter, dan

musuh‟

2) Holmes merumuskan “sociolinguists study the relationship between

language and society. They are interested in explaining why we

speak differently in different social contexts, and they are concerned

with identifying the social functions of language and the ways it is

used to convey social meaning” (1992:1)”. „sosiolinguistik

mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat. Mereka

tertarik dalam menjelaskan mengapa kita berbicara berbeda dalam

konteks sosial yang berbeda, dan mereka memfokuskan dengan

mengidentifikasi fungsi sosial dari bahasa dan cara digunakan untuk

menyampaikan makna sosial‟

3) Sosiolinguistik menganalisis berdasarkan masalah kemasyarakatan

kemudian mengaitkan dengan bahasa, tetapi ada pula memulai dari

bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Hymes berikut

“sociolinguistics could be taken to refer to use of linguistic data and

analysis in other discipline concerned with social life and

conversely, to use of social data and analysis in linguistics”

(1973:vii). „sosiolinguistik dapat mengacu kepada pemakaian data

kebahasaan dan menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain yang

menyangkut kehidupan sosial, dan sebaliknya, mengacu kepada data

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

16

kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam linguistik‟. Selain itu,

diungkapkan oleh Hymes bahwa “the word could also be taken to

refer to correlations between language and societies, and between

particular linguistic and social phenomena” (1973:vii). „kata juga

bisa diambil untuk mengacu pada hubungan antara bahasa dan

masyarakat, dan antara linguistik dan fenomena sosial tertentu‟.

4) Pengguna bahasa dan organisasi sosial sangat menentukan

penggunaan bahasa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Fishman

bahwa “the sociology of language examines the interaction between

these two aspects of human behavior: the use of language and the

social organization of behavior. briefly put, the sociology of

language focuses upon the entire gamut of topics related to the

social organization of language behaviori” (1972:1). „sosiologi

bahasa meneliti interaksi antara kedua aspek perilaku manusia:

pengguna bahasa dan organisasi sosial dari perilaku. Secara singkat

menempatkan, sosiologi bahasa berfokus pada keseluruhan topik

yang terkait dengan organisasi sosial dari perilaku bahasa‟.

5) Dalam Sumarsono (2013:2) Halliday mendeskripsikan

sosiolinguistik sebagai berikut “deals with the relation between a

language and the people who use it”. „Berkaitan dengan pertautan

bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu‟. Perilaku

manusia pemakai bahasa itu mempunyai berbagai aspek seperti

jumlah, sikap, adat istiadat, dan budayanya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

17

6) Chaer dan Agustina mengungkapkan bahwa “sosiolinguistik adalah

cabang ilmu linguistik yang bersifat interdispliner terhadap ilmu

sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan

faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur” (2010:4).

b. Interferensi Morfologi

Interferensi morfologi merupakan wujud percampuran kosa kata asing

yang bercampur dengan bahasa ibu. Percampuran ini akibat adanya kontak dengan

bahasa lain. Kontak dengan bahasa asing dapat ditemukan dalam proses

pembelajaran berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, termasuk juga

pelajaran bahasa Indonesia. Chaer (2003:65) menyatakan bahwa “Interferensi

adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang

digunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang

sedang digunakan tersebut”.

Interferensi memiliki persamaan dengan campur kode yakni dengan

adanya pemakaian unsur bahasa lain dalam penggunaannya, namun campur kode

dan interferensi tetap memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut diungkapkan Chaer

dan Agustina yakni “campur kode mengacu pada digunakannya serpihan-serpihan

bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa tertentu; sedangkan interferensi

mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dengan

memasukkan sistem bahasa lain, yang bagi golongan puris dianggap sebagai suatu

kesalahan” (2010:124).

Chaer dan Agustina mengungkapkan “interferensi dalam bidang

morfologi, antara lain, terdapat dalam pembentukan kata afiks. Afiks-afiks suatu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

18

bahasa digunakan untuk membentuk kata dalam bahasa lain” (2010:123). Sebagai

contoh seperti interferensi morfologi pada data artikel Rubrik Special berikut

Media sosial membuat sebuah kebiasaan baru yakni menilai kehidupan

dan pribadi orang lain hanya dengan foto yang di share di instagram atau

kata-kata yang ditwit di twitter atau updatean di path.

(86/PB/INT/19102015)

Dalam hal ini unsur bahasa Inggris bercampur dengan sufiks{-an} yang

merupakan sufiks bahasa Indonesia. Unsur bahasa Inggris yang digunakan yakni

kosakata update yang memiliki makna memperbaharui sedangkan sufiks {-an}

yang digunakan menunjukkan „melakukan sesuatu‟ yakni melakukan

pembaharuan di media sosial path.

c. Alih Kode dan Campur Kode

Alih kode merupakan peristiwa pergantian bahasa satu ke bahasa lain.

Peristiwa alih kode terjadi akibat kontak bahasa dengan bahasa lain. Pada

masyarakat dwibahasa peristiwa alih kode sering ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari. Hudson mengungkapkan “anyone who speaks more than one

language chooses between them according to circumstances" (1996:51).

„seseorang yang berbicara lebih dari satu bahasa memilih yang menurut mereka

sesuai dengan keadaan‟.

Pengguna bahasa yang melakukan alih kode disebabkan oleh beberapa

alasan. Alasan tersebut meliputi solidaritas pada pengguna bahasa lain,

meningkatkan status, dan menunjukkan kemampuan berbahasa. Hal ini seperti

yang diungkapkan oleh Jendra bahwa “there are several reasons why biliguals do

code-switching. Among the most obvious factors are namely, quoting someone,

marking and emphasizing group identity or solidarity, including or excluding

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

19

someone from a conversation, raising status, and showing language expertise”

(2010:74). „terdapat beberapa alasan mengapa dwibahasa melakukan alih kode.

Salah satu faktor yang paling jelas yakni mengutip seseorang, penilaian dan

menegaskan identitas kelompok dan solidaritas, masuk dan tidak termasuk

seseorang dari sebuah percakapan, meningkatkan status, dan memperlihatkan

keahlian berbahasa‟.

Ketika peristiwa alih kode terjadi maka pada saat itu terjadi pula peristiwa

campur kode. Campur kode merupakan peristiwa percampuran antara suatu kata

bahasa dengan kata bahasa lain. Jendra (2010:78) mengungkapkan bahwa “the

concept of code mixing is used to refer to a more general form language contact

that may include cases of code switching and the other form of contacts which

emphasizing the lexical items”. „konsep campur kode digunakan untuk merujuk ke

bentuk kontak bahasa yang lebih umum yang mungkin termasuk kasus alih kode

dan bentuk lain dari kontak yang menekankan berkaitan dengan leksikal‟.

Dalam Chaer dan Agustina (2010:115) Fasold memberikan keterangan

untuk membedakan alih kode dan campur kode. “Kalau sesorang mengunakan

satu kata atau frasa dari satu bahasa, dia telah melakukan campur kode. Apabila

satu klausa jelas-jelas memiliki struktur gramatika satu bahasa dan klausa

berikutnya disusun menurut struktur gramatika bahasa lain maka peristiwa yang

terjadi alih kode”.

Situasi kebahasaan masyarakat dwibahasa memungkinkan terjadinya

campur kode. Campur kode merupakan peristiwa percampuran antara suatu kata

bahasa dengan kata bahasa lain. Azhar mengungkapkan “campur kode terjadi

apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan, mendukung

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

20

suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya” (2010:16). Azhar membagi

campur kode menjadi dua yakni (1) campur kode ke dalam (inner code mixing),

yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya; (2)

campur kode ke luar (outer code mixing), yaitu campur kode yang berasal dari

bahasa asing (2010:17). Selain itu disebutkan pula wujud campur kode,

penyisipan kata, penyisipan frasa, penyisipan klausa, penyisipan ungkapan atau

idiom, dan penyisipan bentuk baster (gabungan pembentuk asli dan asing) (Azhar,

2010:17).

2. Komponen Tutur

Penggunaan bahasa berkaitan dengan unsur-unsur di luar bahasa. Unsur di

luar bahasa mempengaruhi penggunaan bahasa anak remaja. Sehubungan dengan

pengunaan bahasa remaja, maka muncul faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan bahasa gaul pada anak remaja. Faktor-faktor tersebut dijelaskan

melalui komponen tutur yang dirumuskan Hymes dalam Sumarsono (2013:335)

yakni komponen yang disingkat menjadi SPEAKING. Kedelapan unsur tersebut

sebagai berikut.

a. Situasi, (Latar dan Suasana)

Sumarsono mengungkapkan “latar mengacu kepada waktu dan tempat

terjadinya tindak tutur, dan biasanya mengacu kepada keadaan fisik” (2013:327).

Selain itu, diungkapkan pula “suasana mengacu kepada „latar psikologis‟, atau

batasan budaya tentang suatu kejadian sebagai suatu jenis suasana tertentu”

(Sumarsono, 2013:327).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

21

b. Partisipan

Partisipan mengacu kepada penutur, pengirim, pendengar, dan penerima.

Keempat partisipan tersebut disebut sebagai pelibat atau partisipan dalam

pertuturan atau pengguna bahasa (Sumarsono, 2013:327).

c. End (Maksud dan Hasil)

End merupakan maksud dan tujuan dari bahasa yang digunakan. Saat

seseorang menggunakan bahasa maka terdapat beberapa ragam bahasa yang

digunakan sesuai dengan maksud yang hendak dicapai. Sumarsono

mengungkapkan “untuk kepentingan maksud itu para partisipan dan latar

disesuaikan” (2013:328).

d. Act sequence (Bentuk dan Isi Pesan)

Act Sequence berkaitan dengan persoalan yang dikatakan, menyangkut

topik, dan perubahan topik (Sumarsono, 2013:328). Dari penggunaan suatu

bahasa maka pengguna bahasa tahu apa yang sedang dipercakapkan, dan kapan

topik percakapan itu berubah (Sumarsono, 2013:328). Oleh karena itu, pesan atau

topik yang dibicarakan akan berubah-ubah. Perubahan topik ini bergantung pada

alasan melakukan pembicaran terhadap orang lain.

e. Key (Nada dan Cara)

Key mengacu kepada “cara, nada, atau jiwa pada saat suatu bahasa

digunakan” (Sumarsono, 2013:329). Hal ini dapat dilihat melalui cara suatu

bahasa disampaikan kepada pengguna bahasa lain. Nada atau cara yang digunakan

oleh anak remaja bernuansa santai dan akrab karena bahasa pergaulan anak remaja

digunakan dalam suasana informal.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

22

f. Instrumentalities (Saluran dan Bentuk Bahasa)

Instrumentalities “mengacu kepada medium penyampaian suatu bahasa,

dapat melalui lisan, tertulis, telegram, telepon, dan sebagainya” (Sumarsono,

2013:330). Pada penelitian ini instrumentalities yang digunakan yakni bahasa

tulis.

g. Norms (Norma Interaksi dan Interpretasi)

Sumarsono mengungkapkan “norma interaksi berkaitan dengan semua

kaidah yang mengatur penggunaan bahasa bersifat imperatif (memerintah)”

(2013:332). Maksud dari pernyataan tersebut yakni perilaku khas dan sopan

santun pengguna bahasa dalam suatu kelompok pengguna bahasa. Norma

interpretasi mengacu pada penafsiran dari lawan bicara pengguna bahasa.

h. Genre

Genre mengacu pada bentuk penyampaian seperti “puisi, mite, dongeng,

peribahasa, teka-teki, cacian, doa, orasi, kuliah, perdagangan, surat edaran,

editorial, dan sebagainya” (Sumarsono, 2013:333). Pada penelitian ini genre

penggunaan bahasa termasuk kategori artikel pada media online.

3. Variasi Bahasa

a. Chaer mengungkapkan “bahasa bervariasi karena anggota masyarakat

penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk

keperluan yang beragam-ragam pula”. Chaer mengklasifikasikan bahasa

yang beragam berdasarkan penuturnya dan penggunaannya (2014:61-62):

1) Berdasarkan penutur, adanya dialek-dialek, baik dialek regional

maupun dialek sosial;

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

23

2) Berdasarkan penggunaannya, mengenal adanya ragam-ragam bahasa

seperti ragam jurnalistik, ragam sastra, ragam ilmiah, dan sebagainya.

b. Dalam Chaer dan Agustina (2010:70-71) Martin Joos dalam bukunya The

Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam ragam.

1) Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan

dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi.

2) Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam

pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah

keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah

ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar.

3) Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah ragam yang paling

operasional. Wujud ragam ini berada diantara ragam formal dan

informal.

4) Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan

dalam situasi tidak resmi. Ragam santai ini banyak menggunakan

bentuk allegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan.

5) Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa

digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Ragam

ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-

pendek dan dengan artikulasi yang sering kali tidak jelas.

c. Dalam Kushartati (2006:2) Purwo mengungkapkan ciri-ciri bahasa tak

baku sebagai berikut:

1) Penggunaan bentuk-bentuk fatis seperti dong, deh, sih, nih

2) Penggunaan bentuk pronominal persona seperti gue, gua, (e)lu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

24

3) Adanya pemarkah dalam bentuk morfem. Ciri morfologis yang

menandai bentuk tak baku:

a) Ketiadaan morfem yang seharusnya ada pada ragam baku seperti,

morfem {ber-}

b) Kehadiran morfem yang lain dari terdapat pada ragam baku, seperti

morfem {-in}

c) Kehadiran morfem yang sama bentuk dengan yang terdapat pada

ragam baku.

4) Adanya bentuk penggal, yang dalam ragam baku berupa bentuk utuh

5) Adanya perubahan bunyi, dalam hal ini adalah perubahan diftong pada

bentuk baku menjadi bunyi lain

6) Adanya gabungan antara pemenggalan dan perubahan bunyi

7) Adanya bentuk-bentuk leksikal yang berbeda dengan yang dipakai

pada ragam baku. Ada dua bentuk yang ditemukan:

a) Bentuk leksikal tak baku yang mempunyai padanan dalam bentuk

baku

b) Bentuk leksikal yang memiliki makna lebih dari satu dalam ragam

baku

8) Letak {-in} yang tidak dapat ditemukan disembarang kata.

d. Arifin dan Tasai mengungkapkan perbedaan ragam lisan dan ragam tulis

(2000:15) sebagai berikut:

1) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang

berada di depan pemicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan

adanya teman bicara berada di depan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

25

2) Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal seperti subjek,

predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-

kadang dapat ditinggalkan. Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih

lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata

karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan

pembicara.

3) Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu

sedangkan ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang dan

waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku oleh seorang penulis

Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau

Inggris.

4) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang

pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda

baca, huruf besar, dan huruf miring.

4. Bahasa Prokem

Bahasa prokem sudah sejak lama dipergunakan oleh pengguna bahasa.

Akan tetapi, untuk saat ini bahasa prokem bergeser penggunaannya yang berasal

dari bahasa preman menjadi bahasa anak remaja. Rahardja dan Chambert

mengungkapkan bahasa prokem “mulai dipakai juga oleh anak-anak muda di ibu

kota, dan barangkali pada waktu itulah bahasa prokem berkembang dengan cepat

oleh karena kaum remaja itu tentu saja lebih banyak dari kaum bandit” (1990:9).

Selain itu, disebutkan pula “bahasa prokem berfungsi mengungkapkan rasa

solidaritas. Sebagaimana tiap kode dalam bahasa apa pun, bahasa prokem

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

26

memisahkan yang mengerti dan tidak mengerti. Demikianlah para pemuda

menyatakan diri sebagai satu kelompok sosial” (Rahardja dan Chambert,

1990:23).

Saat ini definisi bahasa prokem tidak berkaitan dengan definisi linguistik

melainkan definisi sosial, hal ini seperti pernyataan Rahardja dan Chambert

“definisi bahasa prokem sekarang ini bukan definisi linguistik (sebuah kata

dianggap kata prokem menurut sesuai tidaknya dengan satu rumus tertentu),

melainkan definisi sosial (prokem adalah bahasa sandi, termasuk macam-macam

kode yang berlainan, yang dipakai oleh sebuah golongan masyarakat tertentu)”

(1990:11).

Rahardja dan Chambert mengungkapkan ciri-ciri bahasa prokem sebagai

berikut.

a. Sebagian besar kata prokem dibentuk dengan imbuhan –ok. Setiap kata

diambil 3 fonem (gugus konsonan dianggap satu). Contoh preman menjadi

(prem), lalu disisipin –ok di belakang fonem (atau gugus fonem) yang

pertama, sehingga menjadi pr –ok- em atau prokem (Rahardja dan Chambert,

1990:12) .

b. Bahasa balik, yakni penukaran kedua konsonan awal dari satu kata bersuku

kata dua. Contoh kata kibin menjadi bikin. Selain itu huruf apa saja boleh

ditukar. Misalnya dua suku kata bertukar tempat yakni pergi menjadi giper,

kata tunggu menjadi gutung. Atau seluruh kata dibaca dari belakang huruf

demi huruf seperti contoh kata rupiah menjadi haipur, kata manis menjadi

sinam (Rahardja dan Chambert, 1990:13).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

27

c. Pemakaian kata yang huruf awalnya sama dengan huruf awal kata yang

dimaksud. Contohnya ialah taksi gelap memiliki arti tante girang karena

bukan saja huruf awalnya sama tetapi artinya mengandung kiasan juga

(Rahardja dan Chambert, 1990:14).

d. Pemberian arti baru kepada kata bahasa Indonesia biasa. Contohnya melinjo

diartikan peluru, cacing dan rante memiliki arti kalung, bonsai memiliki arti

orang kerdil karena persaman rupa, sedangkan kuda dan onta diartikan motor

dan hotel diartikan penjara karena persamaan fungsi (Rahardja dan

Chambert, 1990:15).

e. Penggunnan akronim dan singkatan (Rahardja dan Chambert, 1990:15).

Akronim dan singkatan berkaitan dengan abreviasi, Kridalaksana (2008:1)

mengungkapkan “abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa

bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang

berstatus kata”.

f. Penggunaan bahasa asing. Bahasa remaja meminjam kata dari bahasa asing.

Hal ini menarik karena bertentangan dengan bahasa Indonesia, kini semakin

banyak menimba kata-kata dari kamus bahasa Inggris. Hal ini berkaitan

dengan remaja dan “kultur pop-nya” dan sangat terpengaruh oleh kebudayaan

barat (Rahardja dan Chambert, 1990:16).

5. Monoftongisasi

Dalam perkembangan bahasa, selalu terdapat peristiwa perubahan,

terutama perubahan bentuk kata. Pada artikel Rubrik Special banyak ditemukan

perubahan kata akibat bahasa remaja menggunakan bahasa informal sehingga

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

28

melanggar kaidah bahasa baku. Salah satu perubahan bentuk kata yakni

monoftongisasi. Monoftongisasi adalah “perubahan suatu diftong (gugus vokal)

menjadi monoftong” (Muslich, 2014:108). Sebagai contoh seperti pada data

artikel Rubrik Special berikut

Sebelum sampe rumah, lo bisa langsung puter balik ke toko yang

ngejual tempat makan yang sama persis kayak punya lo. Yah

walopun ini bakal nguras uang jajan mingguan lo setidaknya ini

bikin lo aman dari omelan nyokap.

(04/PB/MT/25112015)

Daripada menuliskan walaupun dalam Rubrik Special Provoke

Magazine online menuliskan walopun, dalam hal ini fonem yang hilang yakni

diftong /au/ berubah menjadi fonem /o/ sebagai pengganti diftong /au/.

6. Reduksi

Verhar (2001:85) menyebutkan bahwa “dalam semua bahasa di dunia,

penutur-penutur berusaha untuk “menghemat” tenaga dalam pemakaian bahasa

dan memperpendek tuturan-tuturannya, sejauh hal itu tidak menghambat

komunikasi, dan tidak bertentangan dengan budaya tempat bahasa tersebut

dipakai”. Dari pengguna bahasa memperpendek penggunaan bahasa maka timbul

gejala reduksi. Muslich mengungkapkan bahwa “gejala reduksi adalah peristiwa

pengurangan fonem dalam suatu kata” (2014:106). Gejala reduksi dapat

dibedakan atas aferesis, sinkop, dan apokop.

a. Aferesis ialah proses penghilangan fonem pada awal kata (Muslich,

2014:106). Sebagai contoh seperti pada data artikel Rubrik Special berikut

Nggak cuma itu, „sesuatu‟ yang dipertukarkan di pacaran adalah

kasih sayang. Asik! Nggak keliatan dan nggak terukur tapi terasa.

Ntap!

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

29

(09/PB/RD/13102015)

Daripada menuliskan mantap dalam Rubrik Special Provoke Magazine

online menuliskan ntap. Dalam hal ini fonem yang hilang yakni dua fonem

pada awal kata berupa fonem /m/ dan /a/.

b. Sinkop ialah penghilangan fonem di tengah-tengah kata (Muslich, 2014:107).

Contoh sinkop pada data artikel Rubrik Special berikut

Faktanya hari kiamat lebih menakutkan dibandingkan hari Senin. Apalagi

kalo lo masih banyak dosa, sering boong sama bokap nyokap, suka

nyontek dsb nya. Ngeri!

(26/PB/RD/25012016)

Pada artikel Rubrik Special terdapat penulisan kata boong. Kata boong

seharusnya ditulis bohong. Dalam hal ini terjadi penghilangan fonem /h/ pada

tengah kata.

c. Apokop ialah proses penghilangan fonem pada akhir kata (Muslich,

2014:107).

Cara ini bisa kamu pake buat kasih kejutan ke pacar yang ultah. Jangan

lupa dibungkus kertas kado sama kasi pita ya.

(27/PB/RD/06102015)

Pada artikel Rubrik Special terdapat penulisan kata kasi. Kata kasi

seharusnya ditulis kasih. Dalam hal ini terjadi penghilangan fonem /h/ pada

akhir kata.

7. Afiksasi

Afiksasi merupakan pembentukan kata dengan disertai imbuhan pada kata

dasar. Pada artikel Rubrik Special terdapat afiksasi untuk membentuk sebuah kata.

Muslich mengungkapkan bahwa

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

30

“afiksasi merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan

membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Bentuk dasar adalah

bentuk yang menjadi dasar bagi pembentukan bentuk yang lebih

besar. Afiks yang melekat pada bentuk dasar merupakan bentuk

kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gamatikal”

(Muslich, 2014:38-41).

Chaer mengungkapkan (2014:177-181) jenis-jenis afiks dalam bahasa

Indonesia yakni sebagai berikut:

a. Prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Contoh {me-},

{ber-}, {di-}, {se-}, {ke-}, {ter-}, {pe-}, dan {per-}

b. Infiks adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Contoh dalam

bahaasa Indonesia {-el-}, {-er-}, {-em-}, dan {-in-}

c. Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar. Contoh

{-an}, {-kan}, dan {-i}

d. Konfiks adalah berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada

awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar.

Karena konfiks ini merupakan morfem terbagi, maka kedua bagian dari afiks

itu dianggap sebagai satu kesatuan, dan pengimbuhannya dilakukan

sekaligus, tidak ada yang lebih dahulu, dan tidak ada yang lebih kemudian.

Contoh dalam bahasa Indonesia yakni {per-an}, {ke-an}, {ber-an}, dan {pe-

an}

e. Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam

proses peggabungan dua buah unsur. Interfiks tidak dijumpai pada bahasa

Indonesia

f. Transfiks adalah afiks yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada

kesluruhan dasar. Transfiks ini tidak dijumpai pada bahasa Indonesia.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

31

8. Media Online

Media online merupakan media yang tersaji secara online di situs website

internet. Media online dapat diakses oleh masyarakat kapan dan di mana saja

ketika ada internet yang menghubungkan dengan pengguna tersebut. Romli

(2012:31) menjelaskan “media online adalah media berbasis telekomunikasi dan

multimedia (komputer dan internet). Di dalamnya terdapat portal, website (situs

web), radio-online, TV-online, email-online”. Romli (2012:32) membagi jenis-

jenis media online sebagai berikut:

a. Situs berita berupa “edisi online” dari media cetak surat kabar atau majalah

b. Sirus berita berupa “edisi online” media penyiaran radio

c. Situs berita berupa “edisi online” media penyiaran televisi

d. Situs berita online “murni” yang tidak terkait dengan media cetak atau

elektronik

e. Situs “indeks berita” yang hanya memuat link-link berita dari situs berita lain.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

32

C. Kerangka Pikir

D.

E.

Data

Kata, frasa, dan

kalimat yang

mengandung ciri khas

bahasa remaja dalam

Provoke Magazine

Online

Metode Penyediaan

Data

Metode simak dan

teknik catat

Metode Analisis Data

Metode Padan Karakteristik penggunaan bahasa

Indonesia dan faktor-faktor yang

mempengaruhi munculnya

bahasa remaja dalam artikel

Rubrik Special Provoke

Magazine Online

Sumber Data

Artikel Rubrik Special

Provoke Magazine

Online

Teori

Sosiolinguistik

Interferensi

Morfologi

Alih Kode Campur

Kode

Komponen Tutur

Variasi Bahasa

Ragam Lisan

Bahasa Prokem

Monoftongisasi

Reduksi

Afiksasi

Media online

Klasifikasi Data

Pemberian nomor urut

data, kode rumusan

masalah, kategori, dan

tanggal terbit.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · Keunikan Pemakaian Diksi dalam rubrik “Miss Gaul” di majalah remaja Gadis . 12 terlihat adanya (a) penanggalan dan penambahan fonem

33

Bagan di atas menggambarkan bahwa sumber data dalam penelitian ini

adalah Artikel Rubrik Special pada Provoke Magazine Online. Data yang

diperoleh dari sumber data dilakukan penyimakan untuk selanjutnya dicatat pada

kartu data. Data yang sudah dicatat berupa kata, frasa, dan kalimat mengandung

ciri khas bahasa remaja dalam Artikel Rubrik Special pada Provoke Magazine

Online. Kata, frasa, dan kalimat mengandung ciri khas bahasa remaja diambil

untuk selanjutnya diklasifikasikan dan diberi nomor urut data, kode rumusan

masalah, kategori, dan tanggal terbit. Setelah data diklasifikasikan maka data

dianalisis berdasarkan metode padan.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah realisasi karakteristik

penggunaan bahasa Indonesia dan faktor yang mempengaruhi munculnya bahasa

remaja pada Artikel Rubrik Special. Karakteristik penggunaan bahasa dalam

Artikel Rubrik Special akan dianalisis dengan teori sosioinguistik, interferensi

morfologi, alih kode dan campur kode, komponen tutur, variasi bahasa, ragam

lisan, bahasa prokem, monoftongisasi, reduksi, afiksasi, dan media online.