penelitian bahasa gaul
TRANSCRIPT
Penelitian Bahasa Gaul
BAB I
PENDAHULUANs
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam membentuk masyarakat. Bahasa
dalam lingkup masyarakat akan selalu mengalami pergerakan dan perubahan. Bahasa pun
akan mengikuti pergerakan dan perubahan budaya dalam sebuah masyarakat. Seiring dengan
perkembangan zaman, pemakaian bahasa di kalangan remaja juga mengalami perkembangan.
Hal ini memicu munculnya bahasa gaul. Memaparkan bahwa bahasa gaul memicu munculnya
kecenderungan untuk memakai bahasa prokem atau slang yang memiliki kesan santai dan
tidak kaku. Ketidakbakuan tersebut tercermin dalam kosakata, struktur kalimat, dan intonasi.
Bahasa slang atau bahasa gaul yang biasanya muncul karena sering digunakannya istilah-
istilah baru oleh pengguna bahasa, dapat mempererat pergaulan dan memperkaya
perbendaharaan bahasa Indonesia. Bahasa gaul termasuk salah satu variasi bahasa yang
digunakan masyarakat terutama dari kalangan selebritis dan kalangan muda sebagai bahasa
santai dalam komunikasi sehari-hari untuk menambah rasa keakraban dan keintiman di antara
mereka.
Penggunaan bahasa gaul oleh kalangan remaja memiliki banyak kemenarikan jika
dicermati secara mendalam. Bahasa gaul yang digunakan oleh kalangan tersebut akan
menciptakan suasana khusus dalam proses komunikasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
di antaranya adalah:
1. Bahasa gaul muncul dan digunakan oleh masyarakat dan bahasa gaul sifatnya
asing bagi masyarakat lain di luar pemakainya;
2. Bahasa gaul berbeda dengan bahasa sandi yang digunakan oleh suatu
organisasi tertentu;
3. Bahasa gaul memiliki ciri tersendiri dalam penggunaannya yang berbeda
dengan bahasa masyarakat pada umumnya;
4. Bahasa gaul mempunyai sifat-sifat kerahasiaan tertentu bagi masyarakat di
luar pemakainya;
5. Bahasa gaul berdampingan dengan bahasa yang telah lazim, dan biasanya
digunakan oleh masyarakat pada umumnya.
Remaja sering menggunakan bahasa spesifik yang dikenal dengan bahasa gaul di dalam
komunikasinya sehari-hari. Remaja memasuki tahap perkembangan kognitif yang disebut
dengan tahap formal operasional. Piaget menambahkan, bahwa tahapan ini merupakan
tahapan tertinggi dalam perkembangan kognitif manusia. Sejalan dengan perkembangan
kognitifnya, perkembangan bahasa remaja juga mengalami peningkatan pesat. Kosakata
remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan
dengan topik yang lebih kompleks. Remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki
makna ganda. Mereka mulai menyukai penggunaan majas metafora, ironi, dan bermain
dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan
ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian
banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul.
Media cetak maupun media elektronik termasuk sarana dalam memperkenalkan bahasa gaul.
Bahasa gaul dalam pemakaiannya berbentuk macam-macam, di antaranya bahasa gaul yang
digunakan dalam stiker, film, novel, cerpen, tabloid, majalah, radio, internet, dan pada saat
komunikasi Short Messages Service (SMS). Peneliti juga menemukan pemakaian bahasa gaul
yang digunakan dalam wacana cerpen remaja
Gaul bisa dikatakan sebagai salah satu tabloid remaja ternama di ibukota. Ada beberapa
rubrik seputar dunia remaja di dalam tabloid ini. Rubrik-rubrik tersebut meliputi: Sampul
Gaul, Mail Box, Surat Seleb, Musik, Cantik, Bintang Gaul, Ada Apa, Cerpen, Hitz, Tips,
Nonton, Cerita Cinta, B’Gaul, Gimana Dong, Mama Gaul, Kata Bintang, dan BOW (Boy of
the week). Cerpen merupakan salah satu rubrik yang banyak menggunakan bahasa gaul.
Sasaran utama tabloid Gaul adalah pembaca remaja, jadi sangat wajar jika di dalam
rubriknya, terdapat banyak variasi bahasa khususnya bahasa gaul.
Pemakaian bahasa gaul dalam cerpen, tampak sekali pada dialog-dialog yang diucapkan para
tokohnya. Dialog yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Penulis
menggunakan bahasa Indonesia baku dalam memberikan penjelasan kepada pembaca di
setiap cerpennya. Namun, ketika tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita itu berbicara, penulis
biasanya
menggunakan bahasa gaul dalam setiap tuturannya. Ragam bahasa gaul dalam cerpen
merupakan kreativitas dalam bahasa yang dilatarbelakangi oleh faktor sosial yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat pembacanya. Faktor sosial itu berdasarkan pada usia, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, profesi, dan sebagainya. Penerapan bahasa gaul dalam cerpen
belum banyak diketahui oleh orang lain di luar pemakainya sebab bahasa gaul
memilikikarakteristik tertentu yang hanya berlaku pada bahasa tersebut dan diketahui oleh
pembacanya.
Ada berbagai pemakaian kata dalam bahasa gaul pada bahasa gaul sehari-hari, misalnya
pemakaian kata boring, garing, bete, lebay, cuek, dan sebagainya. Untuk memperjelas ragam
di atas, maka dapat diperhatikan contoh ragam bahasa gaul di bawah ini:
(1) “Namanya Rendi, memiliki semua yang membuat para cowok ciut” .
(1a) “Namanya Rendi, memiliki semua yang membuat para lelaki tampan”
(2) “Diembat orang lain, mewek loe!”
(2a) “Diambil orang lain, menangis kamu!”
(3) “Kalo band Gangway, lo bisa cingcay ama gue...”
(3a) “Kalau band Gangway, kamu bisa bicara sama saya...”
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk memilih judul “Analisis
Penggunaan Bahasa Gaul yang sebenarnya “.
1.2 Pembatasan Masalah
Permasalahan bahasa gaul bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-
istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi
karena sering juga digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi
bahasa sehari-hari.
Untuk memperoleh analisis yang lebih fokus dan spesifik, masalah yang dikaji dalam
penelitian ini dibatasi dalam penggunaan bentuk satuan lingual bahasa gaul dalam padanan
kosakata bahasa gaul dengan bahasa Indonesia dalam wacana cerpen dan proses
pembentukan satuan lingual bahasa gaul dalam wacana cerpen.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk satuan lingual bahasa gaul dalam kata bokap dan bencong
merupakan kata bentukan dari kata bapak dan banci?
2. Bagaimanakah padanan kosakata bahasa gaul dengan bahasa Indonesia bentuk kata enggak
oke, biasa kita sebut cupu?
3. Bagaimanakah proses pembentukan satuan lingual bahasa gaul kamus bahasa Indonesia?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk satuan lingual bahasa gaul yang sebenarnya pada
kamus besar bahasa Indonesia
2. Untuk mendeskripsikan padanan kosakata satuan lingual bahasa gaul dengan kosakata
bahasa Indonesia bahasa gaul yang sebenarnya pada kamus besar bahasa Indonesia
3. Untuk mendeskripsikan proses pembentukan satuan lingual bahasa gaul yang sebenarnya
pada kamus besar bahasa Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Suatu penelitian harus dapat memberikan manfaat kepada pembacanya, baik yang bersifat
teoritis maupun praktis, manfaat tersebut antara lain:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di
bidang analisis penggunaan bahasa gaul yang sebenarnya.
2. Manfaat praktis
Melalui pemahaman tentang penggunaan bahasa gaul yang sebenarnya, pembaca diharapkan
dapat mengambil hikmah untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana dalam memperbaiki
fungsi diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Temuan Data
Seharusnya mereka enggak perlu merasa terganggu mendengar bahasa gaul remaja zaman
sekarang. Toh di saat mereka muda dulu, mereka juga punya bahasa gaulnya sendiri. Iya,
bahasa gaul enggak hanya muncul belakangan ini saja, tapi sudah muncul sejak awal 1970-
an. Waktu itu bahasa khas anak muda itu biasa disebut bahasa prokem atau atau bahasa
okem. Salah satu kosakata bahasa okem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah
"bokap".
Bahasa okem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan
kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar
orang-orang di luar komunitas mereka enggak mengerti. Dengan begitu, mereka enggak perlu
lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah
mereka lakukan.
Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat,
lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang bukan
preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa
okem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya, coba deh tanya bokap atau
nyokap kita, tabu enggak mereka dengan istilah mokal, mokat, atau bokin. Kalau mereka
enggak mengerti artinya, berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan motif yang lebih kurang sama dengan para preman, kaum waria juga menciptakan
sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering kan mendengar istilah
"bencong" untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-
an juga, ya... hampir bersamaan deh dengan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon
para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang
kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering enggak beraturan alias enggak
ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru. Misalnya untuk
sebuah lawakan yang enggak lucu, kita biasa menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang
menyebutnya jasjus. Untuk sesuatu yang enggak oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu
bisa dibilang kosakata baru.
Ini berbeda dengan bahasa okem dan bahasa bencong yang populer di tahun 1970-an.
Misalnya, kata bokap dan bencong merupakan kata bentukan dari kata bapak dan banci.
Contoh-contoh di atas bisa dibilang pembentukan kata yang beraturan. Ada juga bentukan
kata yang enggak beraturan, jadi enggak bisa dibikin rumusnya. Misalnya kata cabut yang
kemudian jadi bacut. Artinya pergi atau berangkat. Bisa juga diartikan lari atau kabur bila
diucapkan dengan intonasi tinggi dan panjang (Cabuuut...!). Susah kan, menghubung-
hubungkan kata pergi, berangkat, lari, atau kabur dengan kata cabut. Contoh lainnya kata
kece untuk cantik. Coba deh dikutak- katik, siapa tahu bisa dibuatkan rumusnya.
Istilah dalam bahasa gaul sekarang ini kayaknya cenderung ke arah yang enggak beraturan itu
atau dengan menyingkat kata
Misalnya kalau kita mendengar ada orang yang bilang "macan tutul di Gedung MPR, pamer
paha di jalan tol" tentu itu bukan menunjukkan arti sebenarnya. Enggak ada macan tutul di
MPR dan enggak ada cewek-cewek pakai rok mini di jalan tol. Tapi maksud dari kalimat
tersebut: "macet total di depan Gedung MPR dan padat merayap tanpa harapan di jalan tol".
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode padan. Karena analisis data yang alat penentunya
berada diluar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan atau bahasa
yang sedang diteliti.
Tujuan analisis data dengan metode ini adalah untuk menentukan kejadian atau identitas
objek peneliti. Identitas sustu kebahasaan yang dijadikan objek penelitian itu ditentukan
berdasarkan tingginya padan kesepadanan, keselarasan, kesesuain, kecocokan, atau
kesamaannya dengan alat penentu yang bersangkutan yang sekaligus menjadi pembakunya.
3.2 Objek Penelitian
Bahasa slang atau bahasa gaul yang biasanya muncul karena sering digunakannya istilah-
istilah baru oleh pengguna bahasa, dapat mempererat pergaulan dan memperkaya
perbendaharaan bahasa Indonesia. Bahasa gaul termasuk salah satu variasi bahasa yang
digunakan masyarakat terutama dari kalangan selebritis dan kalangan muda sebagai bahasa
santai dalam komunikasi sehari-hari untuk menambah rasa keakraban dan keintiman di antara
mereka.
Penggunaan bahasa gaul oleh kalangan remaja memiliki banyak kemenarikan jika dicermati
secara mendalam. Bahasa gaul yang digunakan oleh kalangan tersebut akan menciptakan
suasana khusus dalam proses komunikasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
adalah:
1. Bahasa gaul muncul dan digunakan oleh masyarakat dan bahasa gaul sifatnya asing bagi
masyarakat lain di luar pemakainya;
2. Bahasa gaul berbeda dengan bahasa sandi yang digunakan oleh suatu organisasi tertentu;
3. Bahasa gaul memiliki ciri tersendiri dalam penggunaannya yang berbeda dengan bahasa
masyarakat pada umumnya;
4. Bahasa gaul mempunyai sifat-sifat kerahasiaan tertentu bagi masyarakat di luar
pemakainya;
5. Bahasa gaul berdampingan dengan bahasa yang telah lazim, dan biasanya digunakan oleh
masyarakat pada umumnya.
3.3 Sumber Data
Dari data tersebut saya mengambil data ini dari bahasa saya sehari-hari dengan teman-teman
saya. Dan cara berkomunikasi anak muda jaman sekarang, tetapi bahsa pada zaman sekarang
yang digunakan membolak-balik kata dan menambah kata-kata yang lain.
Mulai semenjak awal 1970-an banyak penggunaan bahasa-bahasa gaul.Seharusnya mereka
enggak perlu merasa terganggu mendengar bahasa gaul remaja zaman sekarang. Toh di saat
mereka muda dulu, mereka juga punya bahasa gaulnya sendiri. Iya, bahasa gaul enggak
hanya muncul belakangan ini saja, tapi sudah muncul sejak awal 1970-an. Waktu itu bahasa
khas anak muda itu biasa disebut bahasa prokem atau atau bahasa okem. Salah satu kosakata
bahasa okem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah "bokap".
Bahasa okem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan
kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar
orang-orang di luar komunitas mereka enggak mengerti. Dengan begitu, mereka enggak perlu
lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah
mereka lakukan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Media cetak maupun media elektronik termasuk sarana dalam memperkenalkan bahasa gaul.
Bahasa gaul dalam pemakaiannya berbentuk macam-macam, di antaranya bahasa gaul yang
digunakan dalam stiker, film, novel, cerpen, tabloid, majalah, radio, internet, dan pada saat
komunikasi Short Messages Service (SMS). Peneliti juga menemukan pemakaian bahasa gaul
yang digunakan dalam wacana cerpen remaja
Gaul bisa dikatakan sebagai salah satu tabloid remaja ternama di ibukota. Ada beberapa
rubrik seputar dunia remaja di dalam tabloid ini. Rubrik-rubrik tersebut meliputi: Sampul
Gaul, Mail Box, Surat Seleb, Musik, Cantik, Bintang Gaul, Ada Apa, Cerpen, Hitz, Tips,
Nonton, Cerita Cinta, B’Gaul, Gimana Dong, Mama Gaul, Kata Bintang, dan BOW (Boy of
the week). Cerpen merupakan salah satu rubrik yang banyak menggunakan bahasa gaul.
Sasaran utama tabloid Gaul adalah pembaca remaja, jadi sangat wajar jika di dalam
rubriknya, terdapat banyak variasi bahasa khususnya bahasa gaul.
3.5 Teknik Analisis Data
Dengan motif yang lebih kurang sama dengan para preman, kaum waria juga menciptakan
sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering kan mendengar istilah
"bencong" untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-
an juga, ya... hampir bersamaan deh dengan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon
para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang
kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering enggak beraturan alias enggak
ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru. Misalnya untuk
sebuah lawakan yang enggak lucu, kita biasa menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang
menyebutnya jasjus. Untuk sesuatu yang enggak oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu
bisa dibilang kosakata baru.
3.6 Metode Penyajian hasil Analisis Data
Pemakaian bahasa gaul dalam cerpen, tampak sekali pada dialog-dialog yang diucapkan para
tokohnya. Dialog yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Penulis
menggunakan bahasa Indonesia baku dalam memberikan penjelasan kepada pembaca di
setiap cerpennya. Namun, ketika tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita itu berbicara, penulis
biasanya
menggunakan bahasa gaul dalam setiap tuturannya. Ragam bahasa gaul dalam cerpen
merupakan kreativitas dalam bahasa yang dilatarbelakangi oleh faktor sosial yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat pembacanya. Faktor sosial itu berdasarkan pada usia, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, profesi, dan sebagainya. Penerapan bahasa gaul dalam cerpen
belum banyak diketahui oleh orang lain di luar pemakainya sebab bahasa gaul
memilikikarakteristik tertentu yang hanya berlaku pada bahasa tersebut dan diketahui oleh
pembacanya.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data Dengan Metode Padan
Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul
itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering juga
digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Kita pasti sering mendengar istilah-istilah gaul seperti cupu, jayus, atau jasjus, dan
sebagainya. Bahkan mungkin kita sendiri sering menggunakannya dalam obrolan sehari-hari
dengan teman-teman. Sebagai anak gaul, ya kita sih senang-senang saja menggunakan
kosakata barn yang enggak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Paling- paling guru
bahasa Indonesia atau orangtua kita saja yang agak risi kalau kebetulan mereka
mendengarnya.
Seharusnya mereka enggak perlu merasa terganggu mendengar bahasa gaul remaja zaman
sekarang. Toh di saat mereka muda dulu, mereka juga punya bahasa gaulnya sendiri. Iya,
bahasa gaul enggak hanya muncul belakangan ini saja, tapi sudah muncul sejak awal 1970-
an. Waktu itu bahasa khas anak muda itu biasa disebut bahasa prokem atau atau bahasa
okem. Salah satu kosakata bahasa okem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah
"bokap".
Bahasa prokem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan
kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar
orang-orang di luar komunitas mereka enggak mengerti. Dengan begitu, mereka enggak perlu
lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah
mereka lakukan.
Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat,
lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang bukan
preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa
prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya, coba deh tanya bokap atau
nyokap kita, tabu enggak mereka dengan istilah mokal, mokat, atau bokin. Kalau mereka
enggak mengerti artinya, berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan motif yang lebih kurang sama dengan para preman, kaum waria juga menciptakan
sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering kan mendengar istilah
"bencong" untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-
an juga, ya... hampir bersamaan deh dengan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon
para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang
kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering enggak beraturan alias enggak
ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru. Misalnya untuk
sebuah lawakan yang enggak lucu, kita biasa menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang
menyebutnya jasjus. Untuk sesuatu yang enggak oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu
bisa dibilang kosakata baru.
Ini berbeda dengan bahasa okem dan bahasa bencong yang populer di tahun 1970-an.
Misalnya, kata bokap dan bencong merupakan kata bentukan dari kata bapak dan banci.
4.2 Analisis Data Menggunakan Teknik Sisip
Ada banyak ragam bentukan bahasa gaul. Berikut ini penjelasan singkat beberapa metode
atau rumus dalam membentuk atau memodifikasi kata.
- Tambahan awalan ko.
Awalan ko bisa dibilang sebagai dasar pembentukan kata dalam bahasa okem. Caranya,
setiap kata dasar, yang diambil hanya suku kata pertamanya. Tapi suku kata pertama ini huruf
terakhirnya harus konsonan. Misalnya kata preman, yang diambil bukannya pre tapi prem.
Setelah itu tambahi awalan ko, maka jadi koprem. Kata koprem ini kemudian dimodifikasi
dengan menggonta-ganti posisi konsonan sehingga prokem. Dengan gaya bicara anak kecil
yang baru bisa bicara, kata prokem lalu mengalami perubahan bunyi menjadi okem.
Contoh lainnya:
Mati - komat (ko+mat) - mokat
Bini - kobin (ko+bin) - bokin
Beli - kobel (ko+bel) - bokel
Bisa - kobis (ko+bis) - bokis
Dengan metode yang sama, waria di Jawa Timer mengganti awalan ko dengan si
- Kombinasi e + ong
Kata bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi dan ditambah akhiran ong.
Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. Huruf vokal pada suku kata kedua
digani ong.
Contoh lain:
Makan - mekong
Sakit - sekong
Laki - lekong
Lesbi - lesbong
Mana - menong
Ada juga waria yang kemudian nengganti tambahan ong dengan es sehingga bentukan
katanya
Banci - bences
Laki - lekes
Tambahan sisipan Pa/pi/pu
Setiap kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada setiap suku katanya.
Maksudnya bila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa, bila bervokal i ditambahi pi,
begitu seterusnya.
Contoh:
Mati - ma (+pa) ti(+pi) - mapatipi
Cina - ci (+pi) na (+pa) - cipinapa
Gila - gi (+pi) la(+pa) - gipilapa
Tilang - ti (+pi) la(+pa)ng - tipilapang
Bahasa gaul dengan bentukan kata macam ini rasanya merepotkan. Memang sih sebagai
bahasa sandi atau bahasa rahasia mungkin cukup ampuh. Tapi enggak praktis. Bayangkan
saja sebuah kata yang tadinya terdiri dari dua suku kata jadi empat suku kata. Jadi terlalu
panjang mengucapkannya.
- Sisipan in
Pernah dengar istilah lines? Lines itu artinya 'lesbi'. Rumusnya, setiap suku kata pertama
disisipi in. Kata les-bi disisipi -in jadi 1(in)es b(in)I = linesbini. Biar gampang sering
disingkat jadi lines saja.
Contoh lain:
Banci - b(in)an-c(in)i - binancini
Mandi - M(in)an-d(in)i -- Minandini
Toko - t(in)o-k(in)o - tinokino
Homo - h(in)o-m(in)o - hinomino
Contoh-contoh di atas bisa dibilang pembentukan kata yang beraturan. Ada juga bentukan
kata yang enggak beraturan, jadi enggak bisa dibikin rumusnya. Misalnya kata cabut yang
kemudian jadi bacut. Artinya pergi atau berangkat. Bisa juga diartikan lari atau kabur bila
diucapkan dengan intonasi tinggi dan panjang (Cabuuut...!). Susah kan, menghubung-
hubungkan kata pergi, berangkat, lari, atau kabur dengan kata cabut. Contoh lainnya kata
kece untuk cantik. Coba deh dikutak- katik, siapa tahu bisa dibuatkan rumusnya.
Istilah dalam bahasa gaul sekarang ini kayaknya cenderung ke arah yang enggak beraturan itu
atau dengan menyingkat kata
Misalnya kalau kita mendengar ada orang yang bilang "macan tutul di Gedung MPR, pamer
paha di jalan tol" tentu itu bukan menunjukkan arti sebenarnya. Enggak ada macan tutul di
MPR dan enggak ada cewek-cewek pakai rok mini di jalan tol. Tapi maksud dari kalimat
tersebut: "macet total di depan Gedung MPR dan padat merayap tanpa harapan di jalan tol".
4.3 Masuk KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Bahasa gaul rupanya enggak cuma menarik buat para penggunanya, tapi juga menarik untuk
diseminarkan. Buktinya kira-kira setahun yang lalu pernah digelar acara diskusi "Bahasa
Slang, Bahasa Gausl dalam Dinamika Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing" di Perpustakaan
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Yang jadi pembicaranya, antara lain, seniman
Remy Silado dan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy Sugono.
Pak Dendy bilang, bisa saja istilah-istilah gaul dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) yang akan diterbitkan pada tahun 2008. Di samping itu, Pusat Bahasa
Depdiknas pun akan mengeluarkan KBBI yang hanya memuat istilah-istilah baku. Dengan
kata lain, kalau inisiatif Pak Dendy ini terlaksana, tahun 2008 nanti akan ada dua versi KBBI.
Salah satunya akan mencantumkan istilah-istilah gaul. Kayaknya rencana Pusat Bahasa
mencantumkan istilah gaul dalam KBBI bukan omong kosong. Indikasinya sudah kelihatan
kok. Beberapa bulan lalu lembaga ini pernah merilis tentang asal-usul istilah gaul. Dari istilah
nih ye, memble, kece, bo, nek, jayus, jaim, sampai gitu loh Hebat kan mereka bisa
menemukan siapa saja orang pertama yang menciptakan/menggunakan atau memopulerkan
istilah-istilah tersebut. Nah, kita masih ada waktu setahun lebih untuk menciptakan istilah-
istilah baru untuk dicantumkan dalam KBBI.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Bahasa gaul rupanya enggak cuma menarik buat para penggunanya, tapi juga menarik untuk
diseminarkan. Buktinya kira-kira setahun yang lalu pernah digelar acara diskusi "Bahasa
Slang, Bahasa Gaul dalam Dinamika Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing" di Perpustakaan
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Yang jadi pembicaranya, antara lain, seniman
Remy Silado dan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy Sugono.
Pak Dendy bilang, bisa saja istilah-istilah gaul dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) yang akan diterbitkan pada tahun 2008. Di samping itu, Pusat Bahasa
Depdiknas pun akan mengeluarkan KBBI yang hanya memuat istilah-istilah baku. Dengan
kata lain, kalau inisiatif Pak Dendy ini terlaksana, tahun 2008 nanti akan ada dua versi KBBI.
Salah satunya akan mencantumkan istilah-istilah gaul. Kayaknya rencana Pusat Bahasa
mencantumkan istilah gaul dalam KBBI bukan omong kosong. Indikasinya sudah kelihatan
kok. Beberapa bulan lalu lembaga ini pernah merilis tentang asal-usul istilah gaul. Dari istilah
nih ye, memble, kece, bo, nek, jayus, jaim, sampai gitu loh Hebat kan mereka bisa
menemukan siapa saja orang pertama yang menciptakan/menggunakan atau memopulerkan
istilah-istilah tersebut. Nah, kita masih ada waktu setahun lebih untuk menciptakan istilah-
istilah baru untuk dicantumkan dalam KBBI.
5.2 SARAN
Penggunaan bahasa yang gaul harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Yang
terpenting adalah bahasa yang digunakan mudah dipahami masyarakat sekitar kita. Bahasa
gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk
merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering juga digunakan di luar
komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Kita pasti sering mendengar istilah-istilah gaul seperti cupu, jayus, atau jasjus, dan
sebagainya. Bahkan mungkin kita sendiri sering menggunakannya dalam obrolan sehari-hari
dengan teman-teman. Sebagai anak gaul, ya kita sih senang-senang saja menggunakan
kosakata barn yang enggak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Paling- paling guru
bahasa Indonesia atau orangtua kita saja yang agak risi kalau kebetulan mereka
mendengarnya.