bab ii kajian pustaka dan hipotesis 2.1 kajian pustaka 2.1 ... ii.pdftentang informasi lingkungan...

24
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen adalah yang diberi mandat. Dengan demikian, agen bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang mengevaluasi informasi (Lestari, 2010). Salah satu elemen dari teori agensi yaitu terdapatnya asimetri informasi dimana agen lebih mengetahui tentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan principal atau stakeholder yang hanya mengetahui informasi eksternal perusahaan yaitu mengenai hasil kinerja dari manajemen. Efek dari asimetri informasi ini bisa berupa moral hazard, yaitu permasalahan yang timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal dalam kontrak kerja, bisa pula terjadi adverse selection, ialah keadaan di mana principal tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agen benar-benar didasarkan atas informasi yang diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas (Lestari, 2010). Menurut Eisenhardt dalam Wendy (2010), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri

Upload: nguyenthien

Post on 28-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan)

Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu

perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang

memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal,

sementara agen adalah yang diberi mandat. Dengan demikian, agen bertindak

sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal

adalah pihak yang mengevaluasi informasi (Lestari, 2010). Salah satu elemen dari

teori agensi yaitu terdapatnya asimetri informasi dimana agen lebih mengetahui

tentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan

dengan principal atau stakeholder yang hanya mengetahui informasi eksternal

perusahaan yaitu mengenai hasil kinerja dari manajemen.

Efek dari asimetri informasi ini bisa berupa moral hazard, yaitu

permasalahan yang timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal dalam kontrak

kerja, bisa pula terjadi adverse selection, ialah keadaan di mana principal tidak

dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agen benar-benar didasarkan

atas informasi yang diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas

(Lestari, 2010).

Menurut Eisenhardt dalam Wendy (2010), teori agensi menggunakan tiga

asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk

averse). Pihak agen termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang

diterima sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis dan

psikologisnya. Sebaliknya, pihak prinsipal termotivasi untuk mengadakan kontrak

atau memaksimalkan returns dari sumber daya untuk menyejahterakan dirinya

dengan

profitabilitas yang selalu meningkat.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), adanya auditor independen

berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda

kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi

yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agent (manajer), serta

teori agensi digunakan untuk membantu komite audit untuk memahami konflik

kepentingan yang dapat muncul antara pemilik dan manajemen. Sehingga

diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan yang

dapat menimbulkan tenggang waktu audit delay yang berkepanjangan.

2.1.2 Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan

Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang memberikan keterangan

mengenai data ekonomi untuk pengambilan keputusan bagi siapa saja yang

membutuhkannya. Dalam akuntansi, informasi yang dimaksudkan itu disusun

dalam ikhtisar dalam laporan keuangan. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield

(2008), definisi laporan keuangan merupakan sarana utama dimana informasi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

keuangan dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan, laporan ini

memberikan sejarah kuantitatif perusahaan dalam satuan uang.

Menurut IAI (2009), tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu, laporan

keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau

pertanggungjawaban manajemen atas dasar sumber daya yang dipercayakan

kepadanya. Laporan keuangan menurut IAI (2009) disusun dan disajikan

sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar

pengguna. Beberapa diantara pengguna ini memerlukan dan berhak untuk

memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan

keuangan.

Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut IAI (2009) terdiri atas

komponen-komponen berikut ini (1) Neraca; (2) Laporan Laba Rugi; (3) Laporan

Perubahan Ekuitas; (4) Laporan Arus Kas; dan (5) Catatan atas Laporan

Keuangan. Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai

pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.

Informasi lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun

penyajian tersebut tidak diharuskan oleh PSAK (IAI, 2009).

Laporan keuangan merupakan salah satu dasar dalam pengambilan

keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif

yang memiliki hubungan dengan dasar pengambilan keputusan, kebutuhan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

pemakai dan keyakinan pemakai terhadap informasi yang digunakan.

Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009) No. 1 adalah:

1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan

adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas

ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari

informasi dengan ketekunan yang wajar.

2) Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan

pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki

kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi

pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,

masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi

pengguna di masa lalu.

3) Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya

sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari

yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat

disajikan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

4) Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan

antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan

kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan

laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan,

kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Pelaporan keuangan tidak hanya memuat laporan keuangan namun juga cara-cara

lain dalam mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang diberikan oleh sistem

akuntansi yaitu informasi mengenai sumber daya, kewajiban, penghasilan

perusahaan, dan lain-lain (Belkaouli, 2006).

2.1.3 Standar Auditing

Definisi audit menurut Arens, Elder, Beasley dan Jusuf (2010)

menjelaskan bahwa pengertian auditing adalah:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

information to determine and report on the degree of correspondence between the

information and established criteria. Auditing should be done by a competent,

independent person”.

Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai

informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi

tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang

kompeten dan independen. Sedangkan pengertian audit menurut Mulyadi (2006):

“Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti

dengan cara objektif yang berkaitan dengan pernyataanperyataan tentang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan kesesuaian

antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan

menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.”

Menurut Mulyadi (2006) audit dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Audit laporan keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor

eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan

pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

2) Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa

sesuai dengan kondisi, peraturan dan undang-undang tertentu. Kriteria-

kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-

sumber yang berbeda.

3) Audit operasional (operational audit)

Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas

operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam

audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang

obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-

operasional tertentu.

PSA No. 02 (IAI, 2009) menyatakan bahwa tujuan audit umum atas laporan

keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas

kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus

kas yang sesuai dengan prinisip akuntansi yang berterima umum. Laporan auditor

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila

keadaan mengharuskan untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus

menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing

yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Setiap tahap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor

independen harus ditetapkan standar auditing. Standar auditing merupakan suatu

kaidah agar mutu auditing dapat dicapai sebagaimana mestinya. Secara lengkap,

seperti yang tercantum di dalam Standar Profesional Akuntan Publik, PSA No. 01

(IAI, 2009) menyatakan bahwa standar auditing yang telah ditetapkan dan

disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Standar Umum

a. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama.

2) Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus

diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan

lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar

yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

auditan.

3) Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip

akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan

prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam semua hal yang mana auditor dikaitkan dengan laporan

keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung

jawab yang dipikulnya.

2.1.4 Audit Delay

Menurut Lawrence dan Bryan (1998) dalam Rustiana (2007)

mendefinisikan Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk

menyelesaikan pekerjaan audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku

hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Sedangkan Menurut Ashton et al.

(1987) dalam penelitian Kartika (2009), Audit Delay adalah lamanya waktu

penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai tanggal laporan audit

dikeluarkan.

Keterlambatan waktu laporan keuangan auditan yang disampaikan oleh

auditor kepada perusahaan dapat mempengaruhi kualitas informasi dari laporan

tersebut karena panjangnya waktu tunda audit menunjukkan bahwa informasi

yang diberikan tidak up to date dan informasi yang lama menunjukkan bahwa

kualitas dari laporan keuangan auditan tersebut buruk (Jensen, 2012).

Kerelevansian suatu laporan keuangan auditan dapat diperoleh apabila laporan

keuangan auditan tersebut dapat diselesaikan secara tepat waktu pada saat

dibutuhkan (Estrini, 2013).

Lamanya proses penyelesaian audit dapat mempengaruhi audit delay dalam

menyampaikan laporan keuangan auditan kepada publik sehingga dapat

berdampak buruk terhadap reaksi pasar serta menyebabkan ketidakpastian dalam

hal pengambilan keputusan ekonomi khususnya bagi pengguna laporan keuangan

(Hesti, 2011). Untuk melihat ketepatan waktu dalam suatu penelitian biasanya

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

melihat keterlambatan (lag). Dyer dan Mchugh (1975), menggunakan tiga kriteria

keterlambatan dalam penelitiannya:

1) Preliminary lag yaitu hari antara tanggal laporan keuangan sampai

penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.

2) Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan

keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. Audit delay

juga dikenal dengan istilah audit report lag. Kriteria inilah yang

digunakan pada penelitian ini.

3) Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan

sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa.

Dalam penelitian kali ini bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang dari

penelitian sebelumnya dan akan mengajukan empat faktor yang mempengaruhi

audit delay yaitu profit abilitas usaha, ukuran perusahaan, ukuran

perusahaan dan debt to equity ratio.

2.1.5 Opini Auditor

Tahap akhir dari audit laporan keuangan adalah tahap pelaporan audit. Pada

tahap ini seorang auditor akan memberikan pendapatnya atas laporan keuangan

yang telah diauditnya. Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh

auditor (Mulyadi, 2006):

1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak

terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan terdapat pengecualian yang

signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi

penerapan akuntansi berterima umum, serta pengungkapan yang

memadai dalam laporan keuangan.

2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas

(Unqualified Opinion Report with Explanatory Language)

Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan sesuai dengan

standar auditing. Penyajian pelaporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang

mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraph penjelasan

(penjelasan lain) laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat

wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.

3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Auditor memberikan opini wajar dengan pengecualian apabila lingkup

audit dibatasi oleh klien, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur

audit yang penting atau tidak dapat memperoleh informasi audit yang

penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kuasa klien maupun

auditor, laporan keuangan tidak sesuai dengan akuntansi yang berterima

umum digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan

secara konsisten.

4) Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)

Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien

tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga

tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor harus menjelaskan alasan

pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang

menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan keuangan.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no

opinion)

Pernyataan ini layak diberikan, apabila ada pembatasan lingkup audit

yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu dan

auditor tidak independen terhadap klien.

2.1.6 Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh

keuntungan. Oleh karena itu, tingkat profitabilitas yang rendah ditengarai

berpengaruh terhadap audit delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang

dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Penelitian

oleh Naim (1998) memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah

memacu kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan

Kaplan (1991) memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan

meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang

biasanya.

Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil

gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan

perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Ungkapan senada dikemukakan

dalam penelitian Annisa (2004), perusahaan dengan hasil yang baik akan

melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

Berlawanan dengan pemaparan di atas, Ashton (1987) menyebutkan profitabilitas

bukanlah faktor yang signifikan mempengaruhi audit delay.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu

perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), rasio yang

mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan

pemilihan ROA yaitu:

1) Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi

penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan

2) Apabila perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan

untuk mengukur rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan

perusahaan lain

3) ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing

produk yang dihasilkan oleh perusahaan

4) ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja masing-masing

divisi

5) ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol dan fungsi perencanaan.

Menurut Respati (2004), penggunaan ROA sebagai indikator profitabilitas

perusahaan berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan

dipakai dalam penelitian Dyer dan McHugh (1975) dan Na’im (1998). Dari uraian

di atas tampak bahwa tingkat profiabilitas suatu perusahaan mempengaruhi

rentang waktu penyelesaian audit dan pengumuman laporan keuangan tahunan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

2.1.7 Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan salah satu financial leverage. Ratio

Leverage merupakan alat untuk mengukur tingkat aset perusahaan yang dibiayai

oleh penggunaan utang (Munawir, 2010). Debt to equity ratio digunakan untuk

mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders

equity yang dimiliki perusahaan. Atau dengan kata lain debt to equity ratio

adalah rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam

pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan

tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi debt to equity

ratio, semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditur. Selain itu

semakin besar pula risiko keuangan bagi kreditur maupun pemegang saham

(Sari, 2011).

Proporsi utang juga dapat mempengaruhi lamanya audit delay. Terdapat

dua logika yang mendasari hubungan proporsi utang dengan audit delay. Pertama,

porporsi utang berhubungan positif dengan audit delay. Dalam Owusu-Ansah

(2000) disebutkan beberapa alasan yang mendasari hubungan ini. Pertama,

proporsi utang yang tinggi merupakan sinyal perusahaan berada dalam kesulitan

keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi

kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen akan cenderung

menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk (bad news).

Kedua, perusahaan dengan utang yang besar cenderung mendesak auditor untuk

memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat dibanding perusahaan dengan utang

yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor oleh para

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

stakeholder yang pada dasarnya ingin melihat kinerja perusahan dalam suatu

periode serta mengawasi tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka. Selain

itu, laporan keuangan yang tepat waktu memungkinkan stakeholder untuk menilai

ulang kinerja keuangan jangka panjang dan posisi perusahaan. Proporsi utang

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio. Pihak manajemen

cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk

karena waktu yang ada akan digunakan untuk menekan debt to equity ratio

serendah-rendahnya (Sulistyo, 2010). Dalam penelitian Sulistyo (2010), Santoso

(2012) dan Sutapa dan Wirakusuma (2012) audit delay tidak dipengaruhi oleh

debt to equity namun berbeda dengan hasil penelitian Sari (2011) debt to equity

ratio memiliki pengaruh terhadap audit delay hal tersebut sejalan dengan

penelitian Kartika (2009) yang menghasilkan bahwa debt to equity ratio

berpengaruh terhadap audit delay.

2.1.8 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya

perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai

asset, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai

item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu (Saputri,

2012).

UU Nomor 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke

dalam empat kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha

besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset

yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut. Adapun kriteria

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

ukuran perusahaan yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 diuraikan dalam

Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Kriteria Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan

Kriteria

Assets (tidak termasuk

tanah dan bangunan

tempat usaha)

Penjualan Tahunan

Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 juta

Usaha Kecil > 50 juta - 500 juta > 300 juta - 2,5 M

Usaha Menengah > 500 juta - 10 M >2,5 M - 50 M

Usaha Besar > 10 M > 50 M

Sumber :UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM

Perusahaan besar sering beragumen untuk lebih cepat dalam

menyampaikan laporan keuangan karena beberapa alasan. Pertama, perusahaan

besar memiliki lebih banyak sumber daya, lebih banyak staf akuntansi dan sistem

informasi yang canggih dan memiliki sistem pengendalian intern yang kuat.

Perusahaan besar mempunyai sistem pengendalian internal yang baik sehingga

dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan

perusahaan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan

keuangan. Kedua, perusahaan besar mendapat pengawasan yang lebih dari

investor serta lebih menjadi sorotan publik. Secara rinci, perusahaan besar

seringkali diikuti oleh sejumlah besar analis yang selalu mengharapkan informasi

yang tepat waktu untuk memperkuat maupun meninjau kembali harapan-harapan

mereka. Perusahaan besar berada di bawah tekanan untuk mengumumkan laporan

keuangannya tepat waktu untuk menghindari adanya spekulasi dalam

perdagangan saham perusahaannya (Sulistyo, 2010).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

Pada penelitian Kartika (2009), Purnamasari (2012) dan Sutapa dan

Wirakusuma (2012) ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total

asset/total aktiva yang hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki

pengaruh terhadap audit delay begitu pula dengan penelitian Frildawati (2009)

ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva

tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan yang hasilnya ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap audit delay.

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang

akan diuji kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, teori-

teori yang mendukung, dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay

Penelitian Ashton (1987) dalam Sulthoni (2012) menyatakan bahwa

perusahaan yang diberikan qualified opinion cenderung memiliki audit delay yang

lebih panjang, karena secara logika dapat dikatakan bahwa auditor membutuhkan

waktu dan usaha untuk mencari prosedur audit ketika mengkonfirmasi kualifikasi

audit. Pendapat unqualified opinion umumnya diberikan kepada perusahaan yang

terdaftar di BEI guna menunjang pelaporan hasil kinerja perusahaan. Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) dan Haron

dkk. (2006).

Berbeda dengan hasil penelitian di atas, Wirakusuma (2004) menyatakan

bahwa perusahaan yang menerima pendapat wajar tanpa pengecualian maupun

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas membutuhkan waktu audit

lebih lama dibanding opini lainnya. Penelitian Halim (2010) bahkan tidak

menemukan adanya pengaruh jenis opini auditor terhadap audit delay. Dari

penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

H1 : Opini auditor berpengaruh terhadap audit delay

2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay

Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang

dicapai oleh suatu operasional perusahaan (Saleh dan Susilowaty, 2004). Terdapat

beberapa cara untuk menilai kinerja suatu perusahaan salah satunya dengan

mengamati tingkat profitabilitasnya. Untuk menilai tingkat profitabilitas suatu

perusahaan dapat dilihat dari net profit (laba/ rugi bersih sesudah pajak)

(Srimindarti, 2008). Profitabilitas merupakan indikator keberhasilan kinerja suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu

perusahaan, maka laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan tersebut

mengandung berita baik (good news). Dalam penelitian Subekti dan Widiyanti

(2004) mengatakan bahwa jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas

yang lebih tinggi maka audit delay akan lebih pendek dibandingkan perusahaan

dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Profitabilitas perusahaan erat

hubungannya dengan informasi berita baik atau berita buruk dari laporan

keuangan. Jika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi maka akan lebih

cepat menerbitkan laporan keuangannya daripada perusahaan yang tingkat

labanya rendah. Perusahaan yang mengalami rugi menunjukkan kegagalan

keuangan perusahaan maupun kemungkinan terjadinya kecurangan manajemen

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

mengenai informasi tentang laba perusahaan (Carslaw dan Kaplan, 1991; dalam

Subekti dan Widiyanti, 2004), sehingga auditor akan cenderung lebih berhati-hati

selama proses audit untuk mendeteksi terjadinya hal tersebut. Akibatnya, audit

delay akan lebih lama pada perusahaan yang mengalami rugi. Sebaliknya,

perusahaan yang mengalami laba akan berharap auditor melaksanakan penugasan

audit dengan tepat waktu, sehingga laporan keuangan dapat diumumkan kepada

publik secepatnya (Sagita, 2011). Dengan demikian, audit delay akan lebih

singkat pada perusahaan yang mengalami laba (Iskandar dan Trisnawati, 2010).

Sama halnya dengan Petronila dan Mukhlasin (2013) melakukan penelitian

dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan dan data tanggal

penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada Badan Pengawas Pasar Modal

periode tahun 2000. Penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan

dapat menjelaskan ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan dan opini audit

mempengaruhi interaksi antara profitabilitas perusahaan dan ketepatan waktu

pelaporan. Lain halnya dengan penelitian Rolinda (2007) yang hasil penelitiannya

menunjukkan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay

2.2.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Audit Delay

Porsi debt to equity ratio yang tinggi merupakan sinyal perusahaan berada

dalam kesulitan keuangan yang mencerminkan tingginya risiko keuangan.

Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi

kondisi perusahaan di mata publik. Pihak manajemen cenderung akan menunda

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk karena waktu yang ada

akan digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah rendahnya (Sulistyo,

2010). Wirakusuma (2004) berpendapat bahwa perusahaan dengan debt to equity

ratio yang tinggi memiliki rentang waktu yang lebih lama dalam

mempublikasikan laporan keuangannya. Penelitian Sulistyo (2010), Santoso

(2012), dan Sutapa dan Wirakusuma (2012), menghasilkan bahwa debt to equity

ratio tidak berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan hasil dari penelitian Sari

(2011), debt to equity ratio berpengaruh terhadap audit delay. Dari pernyataan

tersebut, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap audit delay

2.2.4 Moderasi Ukuran Perusahaan pada pengaruh Opini Auditor

terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan penyampaian laporan

keuangan karena perusahaan yang besar cenderung memiliki audit delay yang

lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, karena

perusahaan besar diperhatikan oleh pihak investor, kreditor dan masyarakat yang

membutuhkan laporan keuangan untuk keputusan bisnisnya sehingga perusahaan

besar dituntut untuk melaporkan laporan keuangannya lebih cepat. Bagi

perusahaan besar yang menerima pendapat unqualified opinion pada perusahaan

yang mengalami profitabilitas tinggi akan berusaha mempercepat penerbitan

laporan auditan karena itu adalah berita baik buat mereka sehingga audit delay

yang dialami oleh perusahaan lebih cepat. Tidak menutup kemungkinan bagi

perusahaan berskala kecil untuk menyelesaikan audit dengan tepat waktu. Jika

perusahaan berskala kecil memiliki sistem pengendalian internal dan kinerja

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

manajemen yang baik maka perusahaan tersebut dapat melaporkan laporan

keuangannya tepat waktu, sehingga tidak memerlukan waktu audit yang lebih

panjang.

Namun tidak jarang pula perusahaan besar ataupun perusahaan kecil yang

masih memiliki sistem pengendalian internal operasional yang kurang baik. Hal

ini akan berimbas pada hasil yang akan dicapai oleh perusahaan. Jika kegiatan

operasional perusahaan tidak dijalankan dengan baik, maka hasil yang diperoleh

tidak maksimal. Oleh karena itu, laporan manajemen ataupun laporan keuangan

dari hasil kinerja tersebut tentunya akan berisi banyak manipulasi data agar dalam

laporan tersebut mencermikan kondisi perusahaan yang sehat. Jika laporan

tersebut berisikan berita bad news, baik perusahaan besar ataupun perusahaan

kecil bisa saja menerima qualified opinion atas audit laporan keuangannya.

Tentunya setiap perusahaan tidak ingin mempublikasikan bad news atas laporan

keuangannya, maka hal ini akan memicu adanya negosiasi dengan klien atau

konsultasi dengan partner audit yang lebih senior sehingga memerlukan waktu

audit yang lebih panjang. Berdasarkan hal itu, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H4 : Ukuran perusahaan memoderasi pengaruh opini auditor terhadap audit

delay

2.2.5 Moderasi Ukuran Perusahaan pada pengaruh Profitabilitas terhadap

Audit Delay

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran

perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga

kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

pula ukuran perusahaan itu (Purnamasari, 2012). Keputusan Ketua Bapepam-LK

No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan

aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari

seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total

aktivanya diatas seratus milyar (Yuliyanti, 2010). Manajemen dengan skala besar

cenderung memiliki lebih banyak sumber daya, lebih banyak staf akuntansi dan

sistem informasi yang canggih dan memiliki sistem pengendalian intern yang

kuat. Manajemen dengan skala besar juga cenderung diberikan insentif untuk

mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan

berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan

pemerintah sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi

untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Pada perusahaan yang

mengalami profitabilitas tinggi akan berusaha mempercepat penerbitan laporan

auditan karena itu adalah berita baik buat mereka sehingga audit delay yang

dialami oleh perusahaan lebih cepat.

Namun apabila suatu perusahaan berskala besar tidak memiliki sistem

pengendalian internal yang baik, besar kemungkinan kegiatan operasional

perusahaan tidak dapat dijalankan dengan baik dan maksimal sehingga akan

berpengaruh pada tingkat profitabilitas perusahaan yang juga tidak dapat dicapai

dengan maksimal. Perusahaan yang mengalami kerugian atau tingkat

profitabilitasnya rendah biasanya akan meminta auditor untuk memperlama waktu

auditnya dibandingkan biasanya sehingga akan memperpanjang audit delay

pelaporan laporan audit tersebut (Wirakusuma, 2004).

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

Bagi perusahaan kecil jika mempunyai sistem manajemen yang baik dan

mampu melaksanakan kegiatan operasional dengan maksimal dengan sumber

daya yang dimiliki, tentunya akan mencapai tujuan perusahaan dan menghasilkan

profit yang tinggi sehingga auditor tidak memerlukan waktu yang lama dalam

melaksanakan proses audit. Jika perusahaan kecil tersebut mampu meningkatkan

kinerja perusahaannya pada setiap periodenya, maka suatu perusahaan kecil akan

dapat berkembang menjadi suatu perusahaan besar. Begitu pula sebaliknya, jika

perusahaan kecil tidak mampu memaksimalkan kinerja dari sumber daya yang

dimiliki, tentunya perusahaan tersebut akan sulit untuk berkembang dimasa

mendatang karena tidak mampu meningkatkan profit di setiap periodenya.

Auditor cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan audit

karena `terdapat lebih banyak pertimbangan dalam pelaksanaan proses audit.

Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

H5 : Ukuran perusahaan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap audit

delay

2.2.6 Moderasi Ukuran Perusahaan pada pengaruh Debt to Equity Ratio

terhadap Audit Delay

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan aktivitas

operasionalnya, sehingga dibutuhkan peran manajemen dalam membuat

keputusan pendanaan yang tepat untuk perusahaan (Prabandari, 2010). Perusahaan

berskala besar cenderung memerlukan dana lebih besar dalam menjalankan

kegiatan operasional perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan skala kecil.

Dana yang diperlukan oleh perusahaan bersumber dari pemilik perusahaan

maupun dari pinjaman. Debt to equity ratio menunjukkan kemampuan modal

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1 ... II.pdftentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan ... Sebaliknya, pihak prinsipal

sendiri dalam membiayai utang yang dimiliki perusahaan. Hutang merupakan

salah satu aspek yang menjadi dasar penilaian bagi investor untuk mengukur

kondisi keuangan. Tingginya debt to equity ratio bagi perusahaan skala besar

maupun perusahaan berskala kecil mencerminkan tingginya risiko keuangan

perusahaan. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa

perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) akibat kewajiban

yang tinggi. Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita buruk yang akan

mempengaruhi kondisi perusahaan di mata publik. Pihak manajemen cenderung

akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk karena

waktu yang ada akan digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah-

rendahnya sehingga audit delay menjadi lebih lama.

Akan tetapi perusahaan besar ataupun perusahaan kecil jika memiliki

tingkat debt to equity ratio yang rendah menandakan bahwa kewajiban

perusahaan dalam melunasi hutang juga rendah sehingga perusahaan tidak perlu

lagi menekan debt to equity ratio dan penyampaian laporan keuangan dapat

dilakukan tepat waktu yang berarti waktu audit delay juga lebih pendek.

Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesis alternatif yang disusun sebagai

berikut:

H6 : Ukuran perusahaan memoderasi pengaruh debt to equity ratio terhadap

audit delay