bab ii kajian pustaka a. peran, tugas, fungsi guru di ...eprints.umm.ac.id/53342/3/bab ii.pdf · a....
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peran, Tugas, Fungsi Guru di Sekolah Dasar
Pengertian peran guru menurut Jasmani dan Mustofa (2013 :173), yaitu
menunjukkan pribadi-pribadi yang mulia kepada peserta didik karena dengan
pertunjukkan pribadi-pribadi itulah karakter, sikap, moral, dan akhlak peserta didik
dapat terwujud. Peran guru juga dinyatakan oleh Sutirna (2013 :77) adalah
keseluruhan perilaku yang harus dilakukan seseorang dalam melaksanakan
tugasnya. Berikut ini penjelasan dari UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen yaitu, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada penddidikan usia dini jlaur pendidikan formal , pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan
bahwa peran guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevalusai peserta didik. Selain itu, guru juga berperan
sebagai pendidik profesional dalam menunjukkan pribadi-pribadi mulia kepada
peserta didik sehingga memiliki karakter, sikap, moral dan akhlak yang dapat
berkembang dan tumbuh dengan baik. Di dalam kehidupan masyarakat, peran guru
juga sangat dibutuhkan untuk memberikan kemajuan dalam pola hidup manusia.
Secara tidak langsung peran guru memiliki pengaruh yang besar terhadap murid-
muridnya, sehingga baik tidaknya ditentukan oleh guru.
8
9
1. Peran Guru Kelas Sebagai Konselor di Sekolah Dasar
Guru kelas dipandang lebih memahami perkembangan peserta didiknya. Hal
itu karena guru kelas sebagai pembimbing dan pengasuh utama yang setiap hari
berada bersama peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga guru kelas di
sekolah dasar dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengimplementasikan
layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di kelas yang menjadi
tanggungjawabnya.
Guru kelas selain mengajar adalah memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada seluru peserta didiknya di kelas. Guru kelas mempunyai peranan
yang luas baik di sekolah, di keluarga, maupun di masyarakt. Guru kelas merupakan
faktor utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik, guru kelas memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau
harus dilaksanakan sebagai seorang guru.
Prayitno (1997:39-40) menjelaskan peranan guru mata pelajaran sebagai
pembimbing yang dilakukan di sekolah sebagai berikut :
(1)Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa, (2) Membantu konselor mengidentifikasi siswasiswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa
tersebut, (3) Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru BK, (4) Menerima alih tangan siswa dari guru BK yang
memerlukan pelayanan pengajar/latihan khusus, (5) Memberikan kesempatan dan
kemudahan kepada siswa yang memerlukanlayanan/kegiatan bimbingan danm
konseling mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu, (6)
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
10
kasus, (7) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Syamsu ( 2016 : 255) berpendapat bahwa peranan utama konselor adalah
membantu atau memfasilitasi klien agar aktif dan komitmen dalam proses
perubahan dirinya. Secara rinci peranan konselor itu adalah (1) sebagai fasilitator
perubahan dalam membantu klien mengakses sumber daya dan kekuatan yang
dimilkinya; (2) sebagai pendorong, penantang, pengembang harapan-harapan untuk
berubah,; (3) sebagai pembangun kerjasama dengan klien dalam menetukan solusi
masalah, dah (4) sebagai pemberi kesempatan atau ( peluang) kepada klien untuk
menjasdi ahli dalam mengembangkan dirinya atau mengatasi masalah
kehidupannya. (Syamsu, 2016 : 255)
2. Fungsi Guru Kelas Sebagai Konselor di Sekolah Dasar
Daoed Joesoep, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1978-1983
mengemukakan tiga misi atau fungsi guru,yaitu fungsi profesional, fungsi
kemanusiaan, dan fungsi civic mission. Fungsi profesional berarti meneruskan ilmu
atau keterampilan atau pengalaman yang dimilikinnya atau dipelajarinya kepada
peserta didiknya, fungsi kemanusiaan dalam arti berusaha mengembangkan atau
membina segala potensi bakat atau pembawaan yang ada pada diri anak serta
membentuk wajah ilahi dalam dirinya. Fungsi civic mission berarti guru wajib
menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik, yaitu berjiwa
patriotisme, mempunyai semangat kebangsaan nasional, dan disiplin atau taat
terhadap semua peraturan perundang-undangan yang berlaku atas dasar Pancasila
dan UUD RI 1945.
11
Berkaitan dengan fungsi konselor sekolah, Konsorsium Ilmu
Pendidikan (1990) dalam Naskah Akademik tentang Jabatan
Fungsional Koselor Sekolah, mengungkapkan sebanyak enam belas
tugas fungsional konselor sekolah, yang disebutnya sebagai tugas pokok. Fungsi-
fungsi yang dimaksud, adalah :
(a) Menyusun program BK; (b) Mengorganisasikan pelaksanaan program BK;
(c) Memasyarakatkan program BK; (d) Melaksanakan program orientasi bagi siswa
baru; (e) Mengungkapkan masalah siswa; (f) Menyusun dan mengembangkan
himpunan data; (g) Menyelenggarakan layanan penempatan siswa; (h)
Menyelenggarakan bimbingan karir; (i) Menyelenggarakan bentukbentuk pelayanan
klien, yaitu konseling dan bimbingan/konseling kelompok; (j) Menyelenggarakan
bimbingan kelompok belajar; (k) Membantu guru dalam diagnosis kesulitan belajar,
pengajaranperbaikan, program pengayaan, dan kegiatan ko/ekstra kurikuler; (l)
Menyelenggarakan konsultasi dengan orangtua; (m) Mengusahakan perubahan
lingkungan klien; (n) Menyelenggarakan konpenrensi kasus; (o) Menerima dan
memberikan alih-tangan; dan (p) Mengadakan hubungan masyarakat.(Supriatna , 9)
Di dalam mendeskripsikan fungsi konselor sekolah para ahli
menempuh jalan yang berlain-lainan; sesuai dengan latar belakang landasan
filsafiah dan teoretis masing-masing. Namun, pada dasarnya mereka ingin mencapai
tujuan yang sama, melalui sudut pandang dan cara yang berbeda. Para pakar yang
berpandangan fenomenologis (Boy dan Pine,1968) merinci tugas-tugas konselor
sekolah dikaitkan dengan fungsi-fungsi spesialis bimbingan dan konseling
profesional dalam bidang pendidikan, yakni fungsi-fungsi:
12
Fungsi yang pertama, meliputi tugas-tugas administratif, seperti merancang,
merencanakan dan memandu karyawisata siswa dalam kaitannya dengan informasi
jabatan/karir, pembuatan laporan kepada orang tua siswa, dan sebagainya.
Kemudian, tugas-tugas pengajaran, tutorial, pengawasan dan pengajaran remedial;
disiplin siswa; tugas-tugas klerikal; mencek kehadiran siswa; dan merancang
program akademik atau merancang jadwal sekolah.
Fungsi yang kedua, mecakup: penyediaan informasi bagi siswa yang berkaitan
dengan kebutuhan mereka akan pendidikan, jabatan, dan data sosial-pribadi;
bantuan dalam penyelenggaraan layanan testing untuk mengungkap minat,
kemampuan, prestasi belajar dan penyesuaian diri siswa; bantuan penempatan dan
pengelompokan siswa di dalam situasi belajar yang menguntungkan secara
maksimal; konsultasi sekolah serta penyelenggaraan layanan kemasyarakatan bagi
siswa; menyediakan program-program pelatihan dalam jabatan bagi para guru,
administrator, dan personal lain mengenai filsafat dan teknik-teknik bimbingan;
memperkenalkan siswa kepada layanan bimbingan sebagai program yang
berkesinambungan; dan memandu penelitian untuk mengukur keefektifan layanan
bimbingan.
Fungsi yang ketiga, meliputi: penyediaan layanan informasional sebagai
bagian dari hubungan konseling manakala diminta oleh klien; penyediaan layanan
testing sebagai bagian hubungan konseling; mamandu penelitian yang dirancang
untuk mengukur keefektifan konseling; dan memandu suatu program pengenalan
konseling yang berkesinambungan.
Fungsi yang keempat, konselor melakukan konseling yang profesional dengan
individu atau kelompok siswa, yang memiliki permasalahan kesulitan belajar;
menyediakan atau menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat
13
menanggulangi permasalahannya secara terbuka dan efektif; dengan begitu
kemampuan mereka berkembang ke arah keberhasilan program pengajaran.
(Supriatna, 3-4)
3. Tugas Guru Kelas Sebagai Konselor di Sekolah Dasar
Permenpan Nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka
kreditnya pada bab VII pasal 13 ayat 1(i) menyatakan bahwa, selain tugas utama
mengajar, tugas guru ditambah dengan melaksanakan bimbingan dan konseling
dikelas yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas tersebut meliputi menyusun
program bimbingan, melaksakana program bimbingan, mengvaluasi pelaksanaan
bimbingan, mengalanisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalm
program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Tugas guru kelas dalam layanan bimbingan dan konseling menurut Kartadinata
dkk dan Syamsu Yusuf dalam Irham dan Ardy Wiyana (2014: 136-8) yaitu sebagai
berikut : Guru Kelas, yaitu sebagai wali kelas dan pembimbing utama bagi peserta
didik. Tugas seorang guru kelas dalam layanan bimbingan dan konseling salah
satunya adalah menginfokan kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran
tentang peserta didik yang memerlukan perhatian khusus. Kemudian, guru kelas
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk program dan penilaian bimbingan
dan konseling.
Guru kelas melakukan kerja sama dengan guru mata pelajaran dalam
mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan dan konseling.
Selanjutnya guru kelas merencanakan program bimbingan, termasuk rencana
mengidentifikasi peserta didik (anak berbakat, anak bermasalah, dan sebagainya).
Guru kelas melakukan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dengan cara
14
mengintegrasikan layanan tersebut dalam materi kegiatan pembelajaran di masing-
masing mata pelajaran
Yusuf (2001:279) mengatakan Tugas guru kelas sebagai konselor sebagai
berikut : (a) Mengumpulkan data tentang siswa, (b) Menyelenggarakan bimbingan
kelompok, (c) Menyelenggrakan konseling (d) Meneliti kemajuan dan
perkembangan siswa (akademis sosail, fisik, pribadi), (e) Mengawasi kegiatan
siswa sehari-hari (f) Mengobservas kegiatan siswa dirumah, (g) Mengadakan
kegiatan orientasi, (h) Memberikan penerangan, (i) Mengatur dan mempatkan
siswa, (j) Mengawasi hubungan sosail seseorang siswa dengan individu lainnya,
dilihat dari berbagai segi seperti frekuensi pergaulan, intensitas pergaulan, dan
popularitas pergaulan, (k) Bekerjasama dengan konsleor sekolah dlam membuat
sosiometri dan sosiogram, (l) Bekerjasama dengan konselor sekolah dalam
mengadakan pemeriksaan psikolgis oleh tim-tim ahli dari masing-masing bidang,
(m) Mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan, (n) Ikut serta atau
menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case conference), (o) Turut serta aktif
dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan konseling, (p)
Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konsleing, (q)
Memberikan pelayanan instruksional (pengajaran), (r) Berpartisipasi dalam studi
kasus, (s) Memberikan informasi keoada siswa, (t) Meneliti kesulitan dan kemajuan
siswa, (u) Menilai hasil kemajuan belajar siswa, (x) Mengadakan hubungan dengan
orangtua siswa.
B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling dijalankan di sekolah dalam rangka menunjang
keberhasilan program pendidikan. Bimbingan dan konseling merupakan
15
terjemahan dari istilah “Guidance and Counceling” dalam bahasa Inggris. Sesuai
dengan istilahnya, maka bimbingan dan konseling dapat diartikan secara umum
sebagai suatu bentuk bantuan kepada individu.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas, dalam uraian berikut
pengertian bimbingan dan konseling diuraikan secara terpisah. (Pranoto 2015:11)
a. Makna Bimbingan
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance (Bahasa
Inggris), yang diterjemahkan dengan arti bantuan atau tuntunan dan ada juga
yang menterjemahkan dengan arti pertolongan . Bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau siswa atau
sekelompok siswa yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik
kemampuan yang ia miliki serta kelemahan-kelemahannya agar selanjutnya
dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab dalam
menentekun jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri kesulitang
dhadapi serta dapat memahami lingkungan untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya secara tepat dan akhirnya dapat memperoleh
kebahagian hidup. (Mu’amanah 2009 : 54)
b. Makna Konseling
Konseling merupakan terjemahan dari kata Counselling (Bahasa
Inggris) yang memiliki beberapa arti, yaitu nasehat ( to obtain counsel) ,
anjuran (to give counsel) dan pembicaraan ( to take counsel) . Konseling
juga merupakan salah satu teknik dalam bimbingan. Konseling merupakan
inti dalam bimbingan. Ada yang mrnyatakan bahwa konseling merupakan
jantungnya bimbingan. Sebaga kegiatan inti atau jantungnya bimbingan,
16
praktik bimbingan bisa dianggap belum ada apabila tidak dilakukan
konseling. (Mu’amanah , 2009: 55)
Istilah konseling juga diterjemahkan menjadi penyuluhan, karena
penyuluhan berasalh dari kata suluh,yang memiliki arti obor atau
penerangan sehingga konseling diartikan penyuluhan, yang berarti
memberikan penerangan kepada orang yang belum tahu tentang sesuatu
yang belum ia ketahui agar menjadi tahu. Jika diartikan berdasarkan bahasa
arab, suluh maka akan berarti meluruskan sesuatu yang salah. Barang kali
makna ini lebih tepat untuk mengartikan konseling sebagai kegiatan untuk
meluruskan perilaku yang salah atau kurag sesuai (Mu’amanah , 2009: 55)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling adalah suatu upaya bantuan yang
dilakukan dengan tatap muka (face to face) dan empat mata melalui wawancara
atau suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan tatap muka (face to face) atau
empat mata, yang dilakukan konselor dan konseli baik secara individu atau
kelompok guna mengatasi masalah yang muncul disekolah dan memperoleh
konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada
saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang. Dengan melihat makna dari
konseling, maka konseling merupakan salahsatu teknik dalam memberikan
bimbingan sehingga setiap konseling pasti merpakan bimbingan , namun bimbingan
tidak harus berupa konseling.
Makna dari bimbingan dan konseling dari beberapa pendapat diatas adalah
upaya dalam memberikan pelayanan bantuan kepada peserta didik agar mampu
mandiri dan berkembanga secara optimal. Pemberian bantuan kepada peserta didik
ini dipandnag penting agar mereka dapat memilih, mempersiapkan dirim
memegang tanggungjawab, dan menapatkan hal yang berharg dari keputuan yan
17
diambilnya. Dengan demikian, bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian
batuan kepada peserta didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup untuk
mengarahkan dirin dan bertindak dengan baik.
2. Tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling agar konseli peserta didik dapat
merencanakan kegiatan penyelesaian studi (1) perkembangan karir serta kehidupan
dimasa yang akan datang, (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin, (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, (4) mengatasi
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan masyarakat. Maupun lingkungan kerja. (Sutirna, 2012 : 18)
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka harus mendapatkan kesempatan
untuk : (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas
perkembangan, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada
dilingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta
rencana pencapaian tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan
sendiri, (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan
lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dan tuntutan dari
lingkungannya, dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang
dimilikinya secara optimal. . (Sutirna, 2012 : 18)
Merujuk kepada perkembangan individu yang dibimbing , maka tujuan
bimbingan dan konseling adalah agar tercapai perkembangan yang optimal pada
individu yang dibimbing. Dengan perkataan lain agar individu (siswa) dapat
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya
dan agar individu dapat berkembang sesuai lingkungannya.Optimalisiasi
18
pencapaian tujuan bimbingan dan konseling pada setiap individu tentu berbeda
sesuai tingkatan perkembangannya. Apabila yang dibimbing adalah murid sekolah
dasar (SD/MI), di mana mereka sedang dalam proses perkembangan dari usia
SD/MI ke usia SMP/MTs atau usia anak-anak ke usia remaja, tentu optimalisasi
pencapaian tingkat perkembangannya sesuai dengan usia sekolah dasar. (Tohirin,
2007:35)
Individu yang sedang dalam proses perkembangan apalagi ia adalah seseorang
siswa, tentu banyak masalah yang dihadapinya baik masalah pribadi, sosial,
maupun akademik dan masalah-masalah lainnya. Kenyataannya bahwa tidak semua
individu (siswa) mampu melihat dan mampu menyelesaikan sendiri masalah yang
dihadapinya serta tidak mampu menyesuaikan diri secara tidak efektisf terhadap
lingkungannya. Bahkan adakalanya individu tidak mampu tidak mampu menerima
dirinya sendiri. Merujuk kepada masalah yang dihadapi individu (siswa), maka
tujuan bimbingan dan konseling adalah agar individu yang dibimbing memiliki
kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan mampu atau
cakap memecahkan sendiri masalahnya yang dihadapinya serta mampu
menyesuaikan diri secara efektif dengan lingkungannya. (Tohirin, 2007:35) Adapun
keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia merupakan bagian dari
kurikulum. Artinya, bahwa bimbingan diselenggarakan karena amanat kurikulum.
Meskipun demikian kebutuhan akan bimbimbingan di sekolah semakain hari
semakin dirasakan pentingnya. Adapun faktor-faktor yang mendorong
diselenggarakannya layanan bimbingan di sekolah yaitu sekolah sebagai lembaga
penddikan formal bertujuan membentuk manusia yang memiliki pribadi yang bulat,
tidak saja menekankan pada perkembangan intelektual, melainkan juga
memperhatikan perkembangan sikap, nilai budaya, keterampilan, dan rohaniah.
19
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya disekolah memiliki
beberapa fungsi seperti yang disebutkan oleh Torihin (2007:39) yaitu (1) fungsi
pencegahan (preventif), (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemeliharaan, (5)
penyaluran, (6) penyesuaian, (7) pengembangan, (8) perbaikan, (9) advokasi
a. Fungsi pencegahan
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari
berbagai masalah., guna usaha sebagai pencegahan terhadap timbulnya masalh.
Fungsi Pemahaman
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam
rangka memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta
permasalahannya dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-
pihak yang membantunya (pembimbing)
b. Fungsi Pengentasan
Siswa yang mengalami masalah atau berada dalam suatu kondisi yang tidak
mengenakkan sehingga perlu diangkatkan atau dikeluarkan dari kondisi atau
keadaan tersebut. Oleh sebab itu, masalah yang ia hadapi harus dientaskan atau
diangkat dari keadaan yang tidak disukainya. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan konseling pada
hakikatnya merupakan upaya pengentasan.
c. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif)
yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun
hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Inttelegensi yang tinggi,
20
bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif,
sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-
hari, cita- cita yang tinggi dan cukup realistik, kesehatan dan kebugaran jasmani,
hubungan sosial yang harmonis dan dinami, dan berbagai aspek positif lainnya
termasuk akhlak yang baik dari individu perlu dipertahankan atau dipelihara.
Bahkan lingkungan yang baik pun baik lingkungan fisik, sosial dan budaya, perlu
dipelihara sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kepentingan individu (siswa).
d. Fungsi Penyaluran
Melalui fungi ini pelayan bimbingan dan konseling berupaya mengenali
masing-masing siswa secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan
menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya
perkembangan yang optimal. Bentuk kegiatan bimbingan dan kondeling fungsi ini
adalah : (1) pemilihan sekolah lanjutan, (2) memperoleh jurusan yang tepat, (3)
penyusunan program belajar, (4) pengembangan bakat dan minat, (5) perencanaan
karir.
e. Fungsi Penyesuaian
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya
penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, melalui
fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa memperoleh
penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya, terutama lingkungan sekolah.
f. Fungsi Pengembangan
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada para
siswa dalam mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih terarah. Dengan
kata lain, pelayanan bimbingan dan konseling membantu para siswa agar
21
berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Selain itu, dalam fungsi ini,
hal-hal yang baik (positif) pada diri siswa dijaga agar tetap baik dimnatapkan dan
dikembangkan. Misalnya sikap dan kebiasaan baik yang terbina dalam bertindak
dan bertingkah laku sehari-hari tetap dipelihara dan diupayakan untuk
dikembangkan.
g. Fungsi Perbaikan
Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada
siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang
diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa. Dengan kata lain,
program bimbingan dan konseling dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi
pada siswa. Berbedadengan fungsi pencegahan, dengan fungsi ini siswa yang
memiliki masalah yang mendapat prioritas untuk diberikan bantuan, sehingga
masalah yang dialami oleh siswa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang.
h. Fungsi Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah membantu
peserta didik memperoleh pemvelaan atas hak dan atau kepentingannya yang
kurang mendapat perhatian. Pelayanan bimbingan dan konseling di SD mengacu
pada perkembnagan siswa SD yang tenah beradaptasu dengan lingkungan yang
lebih luas dan belajar bersosialisai dengan mengenal bebrbagai aturan, nilai, dan
norma-norma. Materi bimbingan dan konseling di SD termuat kedalam wmpat
bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier.
Dalam bidang bimbingan dan pribadi, pelayan bimbingan dan konseling
membantu siswa SD menemukan dan memahami, serta mengembangkan pribadi
beriman dan bertaqwa kepad Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif dan kreatif,
serta sehat jasmani dan rohani. Dalam bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan
22
konseling membantu siswa SD dalam proses sosialisai untuk mengenal serta
berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa
tanggung jawab.
Dalam bidang bimbingan belsjsr, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa SD mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam meguasai
pengetahuan dna keetrampilan, serta menyiapkannya untk melanjutkan pendidikan
pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam bimbingan dan jarier, pelayanan bimbingan
dan konseling membantusiswa SD mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk
karier masa depan.
4. Syarat-syarat Pembimbing atau konselor
Adapaun sifat atau syarat pembimbing menurut (Mu’amamanh 2015: 142)
anatara lain adalah hedaknya 1) memiliki sifat baik, setidak-tidkanya sesuai ukuran
si terbantu, 2) bertawakal, mendasarkan sesuatu atas nama Allah, 3)sabar, utamanya
tahan menghadapi si terbantu menentang ke inginan untuk diberikan bantuan, 4)
tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatsi emosi diri
dan si terbantu, 5) retorika yan baik, mengatsi keraguan si terbantu dan dapat
meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan, 6) dapat membedakan tingkah
laku klien yang berimplikasi terhadap hukum wajib, sunna, muba, makruh, haram
terhadap taubat atau tidak.
5. Kepribadian seorang konselor
Kualitas hubungan dalam proses bimbingan dan konseling sangat
dipengaruhi oleh pribadi konselor (guru pembimbing). Kepribadian yang harus
dimiliki oleh seorang konselor adalah terpercaya, sehingga membawa agen yang
menajdi pengaruh postif pada pertumbuhan dan perkembangan individu.
Keperibadian terpercaya akan teraktualisasikan dalam sikap : mampu menjaga
23
rahasia, terbuka, jujur, tulus, otentik dalam bertindak, memandang dan menerima
individu apa adanya, perhatian , percaya diri, dana hangat.
Guru bimbingan dan konseling atau konselor juga memiliki etika dalam
profesinya yaitu : 1) Dependensi konseli, menghidari berbagai strategi yang
mendorong ketergantungan konseli, misalnya pemberian saran atau nasihat yang
akan mendorong ketergantungan konseling pada kepada guru pembimbing atau
konselor. 2) Manipulasi, tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada
seseorang tanpa izin dari rang yang bersangkutan. 3) Kerahasiaan, berbagai
nfromasi tentang diri konseli hanya boleh diceritakan kepada pihak yang
berkepentingan dengan konseli dan seijin konseli sehingga data konseli bersifat
rahasia. 4) kompetensi integritas moral, guru bimbingan dan konseling hendaknya
tidak bersikap “sok tahu” atau meremehkan masalah konseli, karena hal tersebut
akan merugikan konseli. (Dr. Dede Rahmat, 2013:125)
C. Sekolah Dasar
1. Karakteristik Sekolah Dasar
Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Pendidikan di sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun,
mulai dari kelas 1 samapai kelas 6. Peserta didik lulusan dari sekolah dasar dapat
melanjutkan pendidikan ke sekolah menegah pertama (SMP). Peserta didik
sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara
berusia 7-15 tahun wajib mengikuti program pendidikan dasar 9 tahun, yakni
sekolah dasar (atau sederajat) selama 6 tahun dan sekolah menengah pertama
(atau sederajat) selama 3 tahun. Berikut dijelaskan mengenai tujuan sekolah dasar,
karakteristik anak usia sekolah dasar, serta peran guru kelas di sekolah dasar.
24
2. Tujuan Sekolah Dasar
Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kompetensi kelulusan (SKL) menjelaskan bahwa tujuan dari satuan pendidikan
dasar yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs/SMPLB/ Paket B adalah
“meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”. Dari
peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan sekolah dasar
mengacu pada tujuan umum pendidikan yakni mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa
dan Negara. Pendidikan di sekolah dasar juga berfungsi sebagai tahapan awal
sebelum melanjutkan pendidikan berikutnya, yakni pendidikan lanjutan tingkat
menegah pertama (SMP/sederajat), pendidikan lanjutan tingkat menegah atas
(SMA/sederajat), serta perguruan tinggi.
3. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Usia rata-rata anak di Indonesia pada saat masuk sekolah dasar adalah 7 tahun
dan selesai pada usia 12 atau 13 tahun. Desmita (2012: 35) menyebutkan bahwa
karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu “senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu
secara langsung”. Oleh sebab itu guru hendaknya melaksanakan pembelajaran yang
mengandung unsur pengembangan dari karakteristik tersebut. Menurut Havighurst
dalam Desmita (2012: 35) tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi
penguasaan keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktifitas fisik.
Kemudian membina hidup sehat serta belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
25
Selain itu, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar ialah belajar menjalankan
peranan sosial sesuai jenis kelamin dan belajar membaca, menulis, dan berhitung
agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat. Selanjutnya, anak memperoleh
sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif, kemudian
mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai serta mencapai kemandirian
pribadi. Dalam mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk
memberikan bantuan yang sesuai dengan tugas perkembangan dan karakteristik
peserta didik di sekolah dasar.
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Berdasarkan tujuan bimbingan dan konseling yang telah disebutkan di latar
belakang masalah dapat disimpulkan bahwa tujuan utama layanan bimbingan dan
konseling di sekolah, termasuk juga di sekolah dasar adalah untuk membantu
peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Bantuan yang dimaksud adalah pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhan, bakat, serta minat yang disesuaikan
dengan keadaan sekolah melalui proses pendampingan. Selanjutnya, layanan
bimbingan dan konseling di sekolah dasar muncul sebagai konsekuensi logis dari
karakteristik dan perkembangan murid sekolah dasar. Memahamai karaktersitik
murid sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan
dan meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan.
D. Penelitian Relevan
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Hadi Pranoto pada 2015 dari
jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang dengan judul “ Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
oleh Guru Kelas di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten
26
Batang” Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan persentase implementasi
pelayanan bimbingan dan konseling di SD pada tahap perencanaan 71% dalam
kategori rendah, tahap pelaksanaan 85% tinggi, tahap evaluasi 79% tinggi, serta
hambatan 82% dengan kategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
implementasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan oleh
guru kelas namun belum sesuai dengan pola pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah dasar yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena adanya
hambatan antara lain pemahaman, kemauan, serta keterampilan guru kelas dalam
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling.
Persamaan dari penelitian yang dilakukan Oleh Pranoto dengan penelitian ini
adalah sama-sama mengkaji tentang bimbingan dan konseling disekolah dasar.
Perbedaannya adalah pada subyek yang diteliti, penelitian ini dilakukan di SDN
Punten 01 Batu, sedangkan penelitian yang dilakukan Pranoto dilakukan di Sekolah
Dasar Negeri yang berada di Kabupaten Batang. Selain pada subyek penelitian,
perbedaan tertelak pada obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini meneliti peran
guru kelas sebagai pendamping atau konselor, sedangkan penelitian yang dilakukan
Pranoto adalah pelaksaan bimbingan dan konseling.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hafni Istikhomah pada tahun 2014/2015
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Implementasi
Program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam bimbingan belajar siswa di SD
Negeri Gemolong 1 Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen Tahun 2014/2015” .
Hasil penelitian menunjukkan Dalam pelaksanaan program BK yang
ada, sekolah melakukan persiapan terlebih dahulu dengan berdiskusi dengan guru
yang lulusan dari guru BP. Pelaksanaan program BK yang ada dilakukan ketika
27
terdapat siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dalam pembelajaran. Waktu
pelaksanaannya diluar jam sekolah agar tidak mengganggu siswa yang lain.
penelitian yang dilakukan Istikhomah dengan penelitian ini adalah sama-sama
mengkaji tentang bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar. Perbedaannya adalah
subyek yang diteliti yaitu penelitian ini dilakukan di SDN Punten 01 Batu ,
sedangkan penelitian Istikhomah dilakukan di SDN Gemolong 1 Sragen. Perbedaan
juga terdapat pada obyek yang diteliti, dalam penelitian ini meneliti peran guru
kelas sebagai pendamping atau konselor, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Istikhomah adalah implementasi dari program bimbingan dan konseling di Sekolah
Dasar.
28
E. Kerangka Pikir
Guru Kelas
Sebagai Konselor
Guru kelas di SDN Punten 01
Batu juga dapat berperan
sebagai konselor. Permenpan
nomor 16 tahun 2009 bab VII
pasal 13 ayat (i)
Permendikbud tahun 2014
nomor 11 pasal 10 ayat 1 “
Konselor di SD adalah
lulusan strara s1 BK
Masalah yang dihadapi guru kelas SDN
Punten 01 Batu yaitu, melakukan bimbingan
kepada kelas yang diampunya dikarenakan
tidak adanya konselor disekolah tersebut
Peran guru kelas
sebagai BK Tugas guru kelas sebagai konselor
Fungsi guru kelas
sebagai BK
Pendekatan kualitatif wawancara, observasi, dokumentasi
Metode penelitian deskriptif,memaparkan apa yang terjadi dilapangan yang sesuai dengan keadaan
Mengetahui Peran Tugas
Fungsi Guru kelas
sebagai Konselor di
SDN Punten 01 Batu