bab ii kajian pustaka a. pendekatan investigatif dalam...

77
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam Pembelajaran Matematika Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa diasimilasi siswa. Ada dua jenis pendekatan yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan yang bersifat materi. Pendekatan investigatif lebih bersifat metodologi, dalam pengertian bahwa pembelajaran matematika dan siswa belajar matematika melalui investigasi matematika. Copes (2008) menulis buku dengan judul Discovering Geometry: An Invesigation Approach yang menegaskan bahwa investigasi matematika dapat dipandang sebagai sebuah pendekatan pembelajaran dibanding hanya sebagai aktivitas siswa semata. Melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan investigatif, siswa belajar dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan proses matematikanya melalui kegiatan investigasi yang terintegrasi dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika seperti ini akan memuat investigation activity, investigation task, investigation work atau investigation process serta meliputi juga aspek-aspek pemecahan masalah, pengajuan masalah, penalaran induktif dan heuristik atau proses berpikir matematis. Sehingga, yang dimaksud pendekatan investigatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong suatu aktivitas percobaan, mengumpulkan data, melakukan observasi, mengidentifikasi suatu pola, membuat dan menguji kesimpulan/dugaan

Upload: dangnhan

Post on 03-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Investigatif dalam Pembelajaran Matematika

Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan

pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa diasimilasi siswa. Ada dua jenis

pendekatan yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan yang bersifat materi.

Pendekatan investigatif lebih bersifat metodologi, dalam pengertian bahwa

pembelajaran matematika dan siswa belajar matematika melalui investigasi

matematika. Copes (2008) menulis buku dengan judul Discovering Geometry: An

Invesigation Approach yang menegaskan bahwa investigasi matematika dapat

dipandang sebagai sebuah pendekatan pembelajaran dibanding hanya sebagai

aktivitas siswa semata. Melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan

investigatif, siswa belajar dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan

proses matematikanya melalui kegiatan investigasi yang terintegrasi dalam

pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika seperti ini akan memuat

investigation activity, investigation task, investigation work atau investigation

process serta meliputi juga aspek-aspek pemecahan masalah, pengajuan masalah,

penalaran induktif dan heuristik atau proses berpikir matematis. Sehingga, yang

dimaksud pendekatan investigatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

dapat mendorong suatu aktivitas percobaan, mengumpulkan data, melakukan

observasi, mengidentifikasi suatu pola, membuat dan menguji kesimpulan/dugaan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

16

dan jika dapat pula sampai membuat suatu generalisasi. Pembelajaran matematika

dengan pendekatan investigatif merupakan bentuk-bentuk dari pendekatan

pembelajaran tidak langsung yang berciri induktif, artinya siswa dalam

pembelajaran yang dilakukan terlibat aktif dalam membentuk konsep, interpretasi

data, dan kemudian penerapan prinsip-prinsip yang terbentuk.

Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Menurut Basden, dkk. (dalam Suryadi, 2005), dalam pembelajaran tidak langsung

guru berperan dalam memfasilitasi proses berpikir siswa antara lain melalui

kegiatan berikut: (1) pengajuan pertanyaan tidak mengarah yang memungkinkan

munculnya ide pada diri siswa; (2) menangkap inti pembicaraan atau jawaban siswa

yang dapat digunakan untuk menolong mereka dalam melihat permasalahan secara

lebih teliti; (3) menarik kesimpulan dari diskusi kelas yang mencakup berbagai

pertanyaan yang berkembang, pengaitan ide-ide yang muncul dari siswa, serta

langkah-langkah pemecahan masalah yang harus diambil; (4) menggunakan waktu

tunggu untuk memberi kesempatan pada siswa berpikir serta memberi penjelasan.

Adapun menurut Robertson dan Lang (dalam Suryadi, 2005), pembelajaran tidak

langsung memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) menuntut keterlibatan siswa

secara aktif dalam melakukan observasi, investigasi, pengambilan kesimpulan, dan

pencarian alternatif solusi; (2) guru lebih berperan sebagai fasilitator, pendorong,

serta narasumber melalui penciptaan lingkungan belajar, penyediaan kesempatan

bagi siswa untuk terlibat aktif, serta penyediaan umpan balik bagi siswa. Masih

menurut Robertson dan Lang (dalam Suryadi, 2005), pembelajaran tidak langsung

ini sangat sesuai digunakan apabila hasil belajar berkenaan dengan: (1) kemampuan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

17

berpikir, sikap, dan nilai; (2) proses sama pentingnya dengan produk; (3) siswa

perlu melakukan investigasi atau menemukan sesuatu; (4) solusi masalah yang

diberikan bersifat terbuka; (5) pembelajaran berfokus pada pengembangan

pemahaman personal dengan retensi konsep jangka panjang; (6) berkaitan dengan

pengambilan keputusan atau masalah yang perlu dicari solusinya; serta (7) apabila

berkaitan dengan pengembangan kemampuan life-long learning.

Dengan demikian pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik atau siswa untuk menjadi bagian dalam proses

pembelajaran. Peran guru adalah menyediakan langkah-langkah pembelajaran,

sementara siswa berperan dalam proses pembelajaran sampai dalam menentukan

kesimpulan, solusi atau inferensi dari aktivitas di kelas sebagai suatu pengalaman

belajar. Pembelajaran tidak langsung dapat disebut sebagai metode, strategi atau

pendekatan yang diterjemahkan dari: indirect learning approach, indirect

instruction, indirect learning strategy, atau indirect learning method. Penggunaan

istilah tersebut disesuaikan dengan konteks dan penggunaannya.

Berkaitan dengan pembelajaran tidak langsung, Lang dan Evans (2006)

berpendapat bahwa pembelajaran seperti ini akan lebih bermakna bagi siswa karena

berperan langsung dalam memperoleh dan menemukan pengetahuannya sendiri

melalui aktivitas pembelajaran. Perolehan pengetahuan siswa tidak bergantung

kepada apa yang disampaikan dan disiapkan guru tetapi lebih menekankan siswa

sebagai pembelajar dalam menemukan dan memperoleh pengetahuan.

Menurut Lang dan Evans (2006), model-model pembelajaran yang masuk pada

ruang lingkup dan memiliki kedekatan makna dan pengertian pembelajaran tidak

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

18

langsung adalah seperti : (1) inkuiri, (2) induktif, (3) pemecahan masalah, (4) action

research, (5) pengambilan keputusan, (6) penemuan, (7) investigasi, (8) eksplorasi,

dan (9) eksperimen. Pembelajaran-pembelajaran seperti di atas disamping memiliki

karakteristik yang lebih menekankan kepada siswa sebagai pusat dalam

pembelajaran (student centered), juga memiliki peran penting dalam upaya

peningkatan kemampuan proses matematika siswa sekolah dasar sesuai dengan

tujuan pembelajaran matematika itu sendiri.

Pada intinya, investigasi matematika meliputi 4 (empat) tahapan proses

berpikir, yaitu: spesialisasi, pengajuan dugaan (conjecturing), pembenaran

(justification) dan generalisasi. Menurut Yeo & Yeap (2009: 3), spesialisasi adalah

proses mempertimbangkan beberapa contoh, atau kadang beberapa kasus, untuk

tujuan generalisasi. Jika dalam pertimbangan beberapa contoh tersebut ditemukan

suatu pola, maka pola tersebut dinamakan dugaan untuk dibuktikan atau ditolak.

Jika dugaan tersebut terbukti, maka dugaan tersebut dibenarkan. Kedua proses

tersebut selanjutnya disebut pengajuan dugaan dan pembenaran.

Bastow, et.al. (1984) merinci lebih jelas langkah-langkah kegiatan investigasi

matematika, yaitu:

a. Menafsirkan/memahami masalah (interpreting)

b. Eksplorasi secara spontan (exploring spontaneously)

c. Pengajuan pertanyaan (posing problem)

d. Eksplorasi secara sistematis (exploring systematically)

e. Mengumpulkan data (gathering and recording data)

f. Memeriksa pola (identifying pattern)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

19

g. Menguji dugaan (testing conjecture)

h. Melakukan pencarian secara informal (expressing finding informally)

i. Simbolisasi (symbolising)

j. Membuat generalisasi formal (formalising generalitation)

k. Menjelaskan dan mempertahankan kesimpulan (explaining and justifying)

l. Mengkomunikasikan hasil temuan (communicating finding)

Berdasarkan pengertian istilah-istilah yang berkaitan dengan investigasi

matematika, rincian menurut Bastow, et.al. (1984) merupakan investigasi sebagai

aktivitas yang memuat investigasi matematika sebagai proses. Dalam tataran

pelaksanaan yang lebih praktis, Bastow et.al. (1984) merinci kegiatan pembelajaran

yang dapat dilakukan seperti berikut ini.

a. Preliminary Skirmishing

Pada tahapan ini siswa memulai investigasi dengan cara yang tidak

terorganisir. Suatu masalah dapat teridentifikasi dan satu atau lebih dari

tindakan produktif mulai muncul. Siswa harus didorong untuk melakukan

inisiatif mandiri secara individu maupun berkelompok. Siswa mengamati gaya

dan pendekatan temannya dalam melakukan tindakan awal. Pertukaran gaya

dan pendekatan antar siswa menghasilkan cara yang lebih tepat.

b. Gestating

Ini adalah tahapan dimana perhatian sadar tidak dapat diarahkan dalam

investigasi walaupun pikiran tidak sadar tentang itu dapat terjadi. Berikutnya,

setelah menyadari dalam investigasi, ide-ide baru mulai muncul. Hal in akan

terjadi dalam beberapa interval waktu selama investigasi.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

20

c. Exploring Systematically

Langkah ini dilakukan secara teratur selama proses. Data dapat diperoleh

dan diorganisasi serta pola dapat ditemukan dan dihasilkan.

d. Making Conjecture

Pola yang diperoleh dapat digunakan untuk generalisasi dan dapat

diberlakukan untuk setiap kasus. Selama benar atau salahnya generalisasi

secara induktif belum bisa ditentukan, maka hal itu disebut konjektur.

e. Testing Conjecture

Langkah ini adalah untuk menguji konsistensi dari konjektur dalam

berbagai kasus dengan data yang tersedia, serta dapat m1emprediksi hasil dari

kasus yang tidak diujicoba dan kemudian menentukan data yang relevan. Data

dapat mendukung konjektur atau menghasilkan counter example yang

mengindikasikan untuk melakukan revisi atau menolak konjektur

f. Explaining or Justifying

Ketika satu konjektur telah diuji melalui data yang ada, siswa harus

didorong untuk menjelaskan tentang pembuktian konjektur. Hal itu bisa

dilakukan oleh setiap siswa untuk menyajikan pertimbangan secara deduktif

untuk kepentingan generalisasi

g. Reorganising

Melalui penataan ulang pendekatan penyelesaian, investigasi bisa lebih

sederhana dan dapat lebih sistematik atau lebih umum atau dikembangkan. Hal

ini dapat dihasilkan dari pengembangan pemahaman yang lebih mendalam

tentang apa yang diinvestigasi atau mungkin sejak tahap gestation. Walaupun

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

21

penataan ulang mengharuskan usaha lebih, hal itu biasanya dapat

dipertimbangkan untuk hasil yang lebih baik.

h. Elaborating

Pengembangan dari aspek lain baik masalah atau cara penyelesaian dapat

terus dilanjutkan. Tahapan ini mungkin muncul selama tahap 2 sampai 7.

i. Summarizing

Pada tahapan in siswa melakukan kesimpulan baik lisan maupun tulisan

tentang apa-apa yang yang dihasilkan pada tahap 3 dan 8 di atas, dengan

mengacu juga kepada tahap 1 dan 2.

Menurut Setiawan (2006), fase-fase yang harus ditempuh dalam pendekatan

investigatif adalah:

a. Fase membaca, menerjemahkan dan memahami masalah

Pada fase ini siswa harus memahami permasalahannya dengan jelas.

Apabila dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan,

mengartikan persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi

dalam kelompoknya, yang kemudian mungkin perlu didiskusikan dengan

kelompok lain. Jadi pada fase ini siswa memperlihatkan kecakapannya

bagaimana ia memulai pemecahan suatu masalah, dengan:

a) menginterpretasikan soal berdasarkan pengertiannya.

b) membuat suatu kesimpulan tentang apa yang harus dikerjakannya.

b. Fase pemecahan masalah

Pada fase ini mungkin saja siswa menjadi bingung apa yang harus

dikerjakan pertama kali, maka peran guru sangat diperlukan, misalnya

memberikan saran untuk memulai dengan suatu cara, hal ini dimaksudkan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

22

untuk memberikan tantangan atau menggali pengetahuan siswa, sehingga

mereka terangsang untuk mencoba mencari cara-cara yang mungkin untuk

digunakan dalam pemecahan soal tersebut, misalnya dengan membuat gambar,

mengamati pola atau membuat catatan-catatan penting. Pada fase yang sangat

menentukan ini siswa diharuskan membuat konjektur dari jawaban yang

didapatnya, serta mencek kebenarannya, yang secara terperinci siswa diharap

melakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu:

1) mendiskusikan dan memilih cara/strategi untuk menangani permasalahan

memilih dengan tepat materi yang diperlukan

2) menggunakan berbagai macam strategi yang mungkin

3) mencoba ide-ide yang mereka dapatkan pada fase 1

4) memilih cara-cara yang sistematis

5) mencatat hal-hal penting

6) bekerja secara bebas atau bekerja bersama-sama (atau kedua-duanya)

7) bertanya kepada guru untuk memperoleh bentuk strategi untuk

penyelesaian

8) membuat konjektur atau kesimpulan sementara

9) mencek konjektur yang didapat sehingga yakin akan kebenarannya.

c. Fase menjawab dan mengomunikasikan jawaban

Setelah memecahkan masalah, siswa harus diberikan pengertian untuk

mencek kembali hasilnya, apakah jawaban yang diperoleh itu cukup

komunikatif/dapat difahami oleh orang lain, baik tulisan, gambar ataupun

penjelasannya. Pada fase ini siswa dapat terdorong untuk melihat dan

memperhatikan apakah hasil yang dicapainya pada masalah ini dapat

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

23

digunakan pada masalah lain. Jadi pada intinya fase ini siswa diharapkan

berhasil:

1) memeriksa hasil yang diperolehnya

2) mengevaluasi pekerjaannya

3) mencatat dan menafsirkan hasil yang diperoleh dengan berbagai cara yang

berbeda; dan

4) menerapkan keterampilan yang telah diperoleh pada persoalan yang lebih

kompleks.

Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan investigatif, guru harus

mempertimbangkan hal-hal berikut ini (Bastow, et.al., 1984).

a. Purpose of the investigation

Guru harus menetapkan terlebih dahulu tentang tujuan pembelajaran dan

tujuan kegiatan investigasi yang akan dilakukan baik tujuan yang berkaitan

dengan proses maupun tujuan pengembangan kemampuan matematika siswa.

b. Teacher Trial

Karena investigasi matematika meliputi aktivitas yang kompleks bagi

siswa, maka guru perlu terlebih dahulu mencoba berbagai bahan pembelajaran,

skenario pembelajaran serta rancangan pengelolaan kelas.

c. The First Investigation

Kegiatan investigasi pertama yang dilakukan bisa saja merupakan

pengalaman pertama bagi siswa sehingga perlu perhatian guru dalam

merancang diskusi di kelas, menantang siswa untuk aktif dan disiplin dalam

mengerjakan tugas, melakukan penilaian yang mudah dan simple bagi siswa,

dan dalam mendorong siswa untuk belajar mengambil keputusan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

24

d. Durasi dari investigasi

Guru perlu mempertimbangkan penggunaan waktu pada setiap fase

pembelajaran maupun kegiatan investigasi yang dilakukan oleh siswa.

e. Mode presentation

Guru perlu menentukan model presentasi yag sesuai dengan kondisi kelas.

f. Provision of materials

Guru perlu mempersiapkan dan merancang bahan ajar dan media

pembelajaran yang efektif dan memfasilitas aktivitas investigasi matematika.

g. Direction to students

Guru perlu mengarahkan siswa dalam penggunaan waktu selama kegitan

pembelajaran, cara-cara penyimpulan, teknik penilaian dan kemampuan yang

dinilai.

h. Use of class time

Guru harus menggunakan waktu seefektif mungkin dalam setiap tahapan

proses pembelajaran

i. Provision of hints

Guru bisa memberikan hints untuk membantu proses berpikir siswa, tetapi

dilakukan secara tepat sehingga tidak mendikte proses berpikir siswa.

j. Individual and group activity

Guru perlu mengatur kegiatan baik secara individu maupun kelompok

dengan mempertimbangkan setiap individu siswa, tahapan investigasi, dan

pengetahuan siswa terhadap invesigasi.

k. Summative discussion of an investigation

Guru mendemonstrasikan berbagai aspek dalam kegiatan inevestigasi

yang mereka hasilkan; mendemonstrasikan berbagai pendekatan siswa dalam

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

25

melalukan investigasi dan hasilnya; menjelaskan strategi pemecahan masalah

yang digunakan dalam investigasi; dan menyajikan dengan lisan hasilnya.

l. Open endedness of investigation.

Guru dapat melanjutkan kegiatan invesigasi jika diperlukan dengan

mendorong siswa untuk mengajukan permasalahan baru dari soal yang sama

atau mendorong siswa untuk mengembangkan cara lain dari permasalahan

yang sama.

m. Assessment of Investigation

Komponennya penilaian yang dapat dipertimbangkan oleh guru adalah: (a)

lingkup masalah dan aspek yang diinvestigasi termasuk inisitaif; (b) kedalaman

dari perawatan masalah dan aspek yang diinvestigasi; (c) kualitas penggunaan

proses termasuk kegiatan diskusi; (d) konten matematika dan kualitas

penggunaannya; I kualitas dari kesimpulan.

Menurut Haylock & Thangata (2007), beberapa hal yang menjadi kunci

kesuksesan dari pembelajaran investigasi matematika adalah memberikan

kesempatan pada siswa untuk melakukan hal-hal berikut ini.

a. Siswa terlibat pada tugas yang menantang, menarik dan merangsang.

b. Mengajukan pertanyaan sendiri tentang situasi matematika.

c. Merencanakan pendekatan sendiri.

d. Menggunakan keterampilan matematika yang penting dan pengetahuan yang

telah mereka pelajari.

e. Melakukan penemuan sendiri dan pengalaman dalam menemukan sesuatu

dengan menyenangkan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

26

f. Mengartikulasikan dan mengomunikasikan apa yang telah mereka temukan

kepada sesama siswa.

g. Menambah pengalaman dalam mengembangkan pamahaman konsep

matematika dan hubungan antar konsep.

Berkaitan dengan investigasi dalam pembelajaran, ada istilah lain yang sangat

terkenal yang merupakan model pembelajaran dalam kelompok model Cooperative

Learning, yaitu Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation).

Model pembelajaran Investigasi Kelompok karena merupakan tipe cooperative

learning maka lebih menekankan kepada bagaimana merekayasa aktivitas siswa di

kelas dengan memerankan siswa sebagai anggota masyarakat yang melibatkan diri

secara sosial dalam memecahkan masalah di masyarakat. Ada 3 (tiga) konsep utama

yang dianut dalam Investigasi Kelompok yaitu : (1) penelitian, (2) pengetahuan,

dan (3) dinamika belajar kelompok. Kelas direkayasa menjadi miniatur kehidupan

masyarakat dimana siswa berperan dan berpartisipasi dalam merancang dan

menerapkan aturan dan didorong untuk mampu berperan dalam memecahkan

masalah.

Dalam penelitian ini akan digunakan empat tahapan dalam setiap investigasi

matematika. Keempat tahapan tersebut adalah spesialisasi, pengajuan dugaan,

pembenaran, dan generalisasi. Secara lebih rinci, keempat tahapan investigasi

matematika dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Spesialisasi (Specializing)

Tahap ini memuat aktivitas-aktivitas mengumpulkan, mengamati,

mengorganisasi, dan merepresentasi informasi mengenai kasus-kasus khusus.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

27

Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul pada tahap ini antara lain: Apa

yang bisa dilihat? Manakah yang dapat dikelompokkan? Bagaimana label dari

objek yang telah dibuat?

b. Pengajuan Dugaan (Conjecturing)

Tahap pengajuan dugaan memuat aktivitas-aktivitas mengamati dan

mengekspresikan informasi mengenai keteraturan yang dimiliki oleh kasus-

kasus yang dieksplorasi untuk mengidentifikasi kasus yang belum diketahui.

Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul antara lain: Apa yang bisa

ditemukan? Apa yang terjadi? Apa artinya? Gambaran apa yang dapat

dipikirkan? Apa yang dapat diduga?

c. Pembenaran (Justifying)

Setelah suatu dugaan muncul, maka dugaan tersebut dapat disanggah

ataupun dikuatkan oleh data empiris. Jika dugaan tersebut disanggah, maka

proses investigasi kembali ke tahap pertama atau kedua. Sebaliknya, jika

dugaan yang dihasilkan dapat dikuatkan oleh data empiris, maka tahap

investigasi dapat dilanjutkan ke tahap pembenaran. Sehingga, tahap

pembenaran terdiri dari aktivitas-aktivitas memvalidasi kebenaran dugaan

yang dihasilkan dengan menggunakan data empiris. Pertanyaan-pertanyaan

yang muncul antara lain: Bagaimana jika …? Mengapa hal tersebut bisa

terjadi?

d. Generalisasi (Generalizing)

Tahap ini berupa aktivitas menyatakan (mendeskripsikan) suatu aturan

mengenai keteraturan umum dari semua kasus, yang diperoleh berdasarkan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

28

pola pokok atau pembuktian deduktif. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul

antara lain: Apa yang dapat disimpulkan? Bagaimana penulisan kesimpulan

tersebut ke dalam simbol-simbol matematis? Bagaimana penerapan

kesimpulan tersebut ke dalam masalah-masalah serupa lainnya?

B. Perangkat Pembelajaran

Menurut Tomlinson (2003:2), materials include anything which can be used to

facilitate the learning of a language. Berdasarkan pengertian tersebut, Tomlinson

mendefinisikan material (perangkat pembelajaran) khusus di dalam pembelajaran

bahasa. Akan tetapi dari pengertian tersebut dapat digeneralisasi bahwa perangkat

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memfasilitasi

pembelajaran.

Selain itu, perangkat pembelajaran merupakan sumber-sumber yang digunakan

oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran (Ibrahim, 2003). Sehingga,

dalam penelitian ini yang dimaksud perangkat pembelajaran adalah sekumpulan

sumber belajar yang digunakan guru dan siswa dalam melakukan kegiatan

pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang

dimaksud adalah perangkat pembelajaran yang menggunakan pendekatan

investigatif, atau disingkat dengan perangkat pembelajaran investigatif. Sehingga,

perangkat pembelajaran investigatif adalah perangkat pembelajaran yang

menggunakan pendekatan investigatif dalam menyelenggarakan proses

pembelajaran dalam kelas. Perangkat pembelajaran investigatif yang

dikembangkan terdiri dari RPP, media pembelajaran komputer, LKS, UH, dan LPP.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

29

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik

dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban

menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan

yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah:

a. Identitas mata pelajaran.

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,

program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah

pertemuan.

b. Standar kompetensi.

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta

didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester

pada suatu mata pelajaran.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

30

c. Kompetensi dasar.

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan

indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

d. Indikator pencapaian kompetensi.

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau

diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu

yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian

kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang

dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

e. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang

diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

f. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

pencapaian kompetensi.

g. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD

dan beban belajar.

h. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

31

dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode

pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta

karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai

pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan

untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

i. Kegiatan pembelajaran

1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran.

2) Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini

dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi.

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

32

rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan

tindak lanjut.

j. Penilaian hasil belajar.

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan

dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar

Penilaian.

k. Sumber belajar.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan

harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.(Depdiknas, 2004:18). Trianto

(2008:148) mendefinisikan bahwa Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang

digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.

Menurut pengertian di atas maka LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas

guru kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Atau dapat dikatakan juga bahwa LKS adalah

panduan kerja siswa untuk mempermudah siswa dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

LKS merupakan media pembelajaran berbasis print yang membawa pesan

kepada siswa. Oleh karena itu, strategi pengembangan LKS berbeda dengan jenis

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

33

media pembelajaran lainnya. Akan tetapi, menurut Leshin et. al. (1992: 258) pada

dasarnya terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan media

pembelajaran, yaitu: desain pesan (message design), interaktivitas (interactivity),

dan alat pemusat perhatian (attention-focusing devices).

a. Menyertakan Prinsip-prinsip Desain Pesan ke dalam Pengajaran

Terdapat enam elemen yang perlu diperhatikan dalam mendesain

LKS, yaitu konsistensi, gaya susunan, organisasi, kemenarikan, ukuran

font, dan penggunaan ruang putih. Berikut ini prinsip-prinsip

menyampaikan pesan pembelajaran dalam media cetak, khususnya dalam

LKS.

1) Konsistensi

• LKS sebaiknya menggunakan gaya susunan yang konsisten di

setiap halaman dan menghindari perpaduan jenis font dan ukuran

font.

• LKS diusahakan ditulis dengan ukuran spasi yang konsisten.

Penulisan LKS sebaiknya menggunakan ukuran spasi yang sama

antara judul dengan batas halaman, dan antara judul dengan badan

teks. Ukuran spasi yang tidak sama dipandang berantakan dan

tidak pantas untuk diberi perhatian secara serius.

2) Gaya Susunan

• Jika dalam LKS sering memuat paragraf yang panjang maka

pemilihan gaya satu kolom dirasa pantas. Sedangkan jika LKS

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

34

sering memuat paragraf yang pendek maka pemilihan gaya dua

kolom dirasa yang paling sesuai.

• Konten-konten yang yang berbeda sebaiknya dilabeli dan dipisah

secara visual.

• Strategi-strategi pengajara yang berbeda sebaiknya dilabeli dan

dipisah secara visual.

3) Organisasi

• LKS sebaiknya memuat alat yang dapat memberitahu pembaca

bagian mana yang dia baca. Sehingga pembaca dengan mudah

tahu subbab mana yang dia baca. Jika mungkin, sebaiknya LKS

menyediakan pedoman yang menginformasikan pembaca untuk

dapat melihat bagian mana yang dia baca jika dilihat dari teks

secara keseluruhan.

• Teks-teks dalam LKS sebaiknya diorganisasikan agar informasi-

informasi dalam LKS tersebut mudah ditemukan.

• Teks-teks yang perlu dipisah dengan teks lainnya sebaiknya

dipisah dengan menggunakan kotak.

4) Kemenarikan

• Pengenalan masing-masing subbab dalam LKS sebaiknya

digunakan dengan cara yang berbeda. Hal ini akan memotivasi

siswa untuk membaca teks dalam subbab tersebut.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

35

5) Ukuran Font

• Penulisan teks dalam LKS sebaiknya menggunakan ukuran font

yang sesuai dengan pembaca, pesan pembelajaran, dan teks di

sekitarnya. Ukuran font yang bagus berkisar antara 10 – 12 poin.

• Penulisan teks dalam LKS sebaiknya menghindari penggunaan

kata yang setiap hurufnya kapital, karena dapat menyulitkan

pembaca.

6) Ruang Putih

• Penggunaan ruang putih atau ruang kosong, yang bebas dari teks

dan gambar, digunakan untuk menambahkan efek kontras.

Penggunaan ruang putih sangat penting dalam desain grafis untuk

menyediakan ruang istirahat bagi mata pembaca setelah membaca

teks-teks sebelumnya. Ruang putih dapat berupa beberapa

bentuk, yaitu

o Sebagai daerah yang mengelilingi penajukan (heading).

o Dalam marjin halaman. Penggunaan marjin yang lebar akan

mendorong perhatian pembaca ke tengah halaman.

o Jarak antar kolom. Jika kolom dalam halaman semakin besar,

maka sebaiknya jarak antar kolom tersebut juga dibuat

semakin lebar.

o Ruang antara garis akhir dari penulisan teks yang tidak

menggunakan gaya rata kanan-kiri.

o Jarak inden awal paragraf.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

36

o Jarak antar baris teks atau antar paragraf.

• Jarak antar baris teks sebaiknya disesuaikan untuk meningkatkan

keterbacaan teks dalam LKS.

• Jarak antar paragraf sebaiknya ditambah untuk meningkatkan

keterbacaan teks dalam LKS.

b. Menyertakan Interaktivitas ke dalam Pengajaran

Pengembang sebaiknya sadar akan kapabilitas LKS dan mencari cara

kreatif untuk menyertakan interaktivitas ke dalam LKS tersebut. Berikut

ini beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk menyertakan

interaktivitas dalam LKS.

1) Pengelompokan

Penyajian informasi sebaiknya dikelompokkan ke dalam

kelompok-kelompok dengan ukuran yang sesuai agar dapat dengan

mudah dapat diasimilasi oleh siswa.

2) Analisis Siswa secara Individual

Pengembangan LKS harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Sehingga LKS yang dikembangkan memuat latihan-latihan yang

dapat memenuhi kebutuhan siswa.

3) Analisis Respon Siswa

LKS dikembangkan berdasarkan hasil analisis respon siswa.

Berdasarkan bagaimana siswa merespon suatu pertanyaan atau

aktivitas kerja, maka dalam LKS seharusnya menyediakan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

37

kesempatan siswa untuk latihan tambahan, mengakses contoh-contoh

yang lebih banyak, atau menyarankan bahan bacaan.

4) Belajar dengan Kecepatan Sendiri

LKS sebaiknya menyediakan kesempatan bagi siswa untuk

belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Sebagian

besar program pengajaran yang sukses memberikan kesempatan siswa

untuk belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5) Variasi Program

Selain LKS sebaiknya digunakan bermacam-macam media

lainnya. Media memiliki karakteristik berbeda-beda yang dapat

meningkatkan keefektifan pengajaran.

c. Menyertakan Alat Pemusat Perhatian

Alat pemusat perhatian untuk LKS mencakup alat-alat yang

digunakan untuk penekanan. Beberapa isyarat yang dapat digunakan

secara efektif dalam LKS antara lain warna, font, dan kotak.

1) Warna

• Warna dapat digunakan sebagai isyarat untuk penarik

perhatian pada hal yang penting.

• Dalam menekankan kata kunci atau hal yang penting

sebaiknya digunakan warna yang konsisten.

2) Font dan Ketebalan Font

• Penekanan kata kunci ata judul sebaiknya digunakan font

yang enak dipandang mata, huruf miring, atau huruf tebal.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

38

3) Kotak dan Garis

• Kotak sebaiknya digunakan sebagai tempat untuk informasi

yang dianggap penting.

• Penggunaan garis bawah untuk teks sebaiknya dihindari

karena hal tersebut dapat mengurangi keterbacaan teks.

3. Ulangan Harian (UH)

Ulangan harian merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur

penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh

siswa (Purwanto, 2009: 66). Sehingga UH diujikan untuk mengetahui sejauh mana

perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai

oleh para siswa.

Berdasarkan bentuk pertanyaannya, UH dapat berbentuk objektif dan esai. Tes

esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang

menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Tes

dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur yang diperlukan untuk

menjawab soal dicari, diciptakan, dan disusun sendiri oleh siswa. Sedangkan tes

objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab

tes telah tersedia. Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus

dipilih atau dikerjakan oleh siswa.

Tes esai dan tes objektif memiliki kelebihan dan kelemahnnya masing-masing.

Dibanding dengan tes objektif, soal esai mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

• Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan

melibatkan level kognitif yang tinggi.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

39

• Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban sesuai

dengan jalan pikirannya sendiri.

Walaupun soal esai sangat berguna, namun jenis soal tersebut memiliki

berberapa keleman. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh soal esai, yaitu:

• Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda

atau situasi yang berbeda.

• Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkin-

kan ditulis butir tes dalam jumlah banyak.

• Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam

menentukan nilai.

Tes objektif mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan tes esai. Kelebihan-

kelebihan tes tersebut, yaitu:

• Penilaian tes objektif yang sangat objektif. Keuntungan ini membuat soal

objektif memiliki reliabilitas yang tinggi, siapapun yang menilai dan

kapanpun dinilai, hasilnya akan tetap sama.

• Dalam tes bentuk objektif dimungkinkan dapat ditulis butir soal dalam

jumlah banyak. Butir soal yang banyak memungkinkan untuk mencakup

semua daerah prestasi yang hendak diukur.

Di samping kelebihan-kelebihan tersebut, tes objektif juga memiliki beberapa

kelemahan, yaitu:

• Tes objektif diragukan kemampuannya untuk mengukur hasil belajar yang

kompleks dan tinggi.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

40

• Peluang melakukan tebakan sangat tinggi. Siswa akan menggunakan

semua informasi yang diingatnya untuk menjawab soal.

Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes

yang baik, yaitu:

a. Pengembangan spesifikasi tes.

Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan

kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah:

1) Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah

berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar,

harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas

(kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.

2) Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk

merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-

bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang

efektif bagi penyusun tes.

3) Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan

kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring,

pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan

dana dan kepraktisan.

4) Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat

diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan

berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

41

5) Merencanakan banyak soal.

6) Merencanakan jadwal penerbitan soal.

b. Penulisan soal.

c. Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk

mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk

mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi

isi/materi, kriteria dan psikologis.

d. Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika

soal yang dibuat akan dibakukan.

e. Penganalisisan hasil uji coba.

f. Pengadministrasian soal.

4. Lembar Penilaian Proses

Penilaian proses merupakan penilaian yang menitikberatkan sasaran penilaian

pada tingkat efektivitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan

pengajaran. Mulyasa (2013), menyatakan bahwa penilaian proses dimaksudkan

untuk menilai kualitas pembelajaran serta internalisasi karakter dan pembentukan

kompetensi siswa, termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Dalam

hal ini, penilaian proses dilakukan untuk menilai aktivitas, kreativitas, dan

keterlibatan siswa dalam pembelajaran, terutama keterlibatan mental, emosional,

dan sosial dalam pembentukan kompetensi serta karakter siswa.

Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruh

atau setidak-tidaknya sebagian besar (minimal 80%) siswa terlibat secara aktif, baik

fisik, mental ataupun sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu, keberhasilan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

42

tersebut ditunjukkan dengan kegairahan belajar siswa yang tinggi, semangat belajar

siswa yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Secara umum, proses

pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata,

menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan

kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.

Penilaian proses dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi) dan reflektif.

Pengamatan dilakukan oleh guru ketika siswa sedang mengikuti pembelajaran,

mengajukan pertanyaan/permasalahan, merespon atau menjawab pertanyaan,

berdiskusi dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran lainnya, baik di kelas

maupun di luar kelas.

Dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenaan dengan komponen-

komponen yang membentuk proses belajar-mengajar dan keterkaitan atau

hubungan di antara komponen-komponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai

dimensi penilaian proses belajar-mengajar setidak-tidaknya mencakup:

a. Tujuan pengajaran atau instruksional

Komponen tujuan instruksional, yang meliputi aspek-aspek ruang lingkup

tujuan, abilitas yang terkandung di dalamnya, rumusan tujuan, kesesuaian

dengan kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang tersedia untuk

mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, keterlaksanaan

dalam pengajaran.

b. Bahan pengajaran

Komponen bahan pengajaran, yang meliputi ruang lingkupnya, kesesuaian

dengan tujuan, tingkat kesulitan bahan kemudahan memperoleh dan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

43

mempelajarinya, daya gunanya bagi siswa, keterlaksanaan sesuai dengan

waktu yang tersedia, sumber-sumber untuk mempelajarinya, cara

mempelajarinya, kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan kebutuhan

siswa, prasyarat mempelajarinya.

c. Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya

Komponen siswa, yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan

perhatian, motivasi, sikap, cara belajar yang dimiliki, hubungan sosialisasi

dengan teman sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karakteristik dan

kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa dan keluarganya yang erat

kaitannya dengan pendidikan di sekolah.

d. Kondisi guru dan kegiatan belajarnya

Komponen guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan

mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar, cara menilai,

kemauan mengembangkan profesinya, keterampilan berkomunikasi,

kepribadian, kemampuan dan kemauan memberikan bantuan dan bimbingan

kepada siswa, hubungan dengan siswa dan rekan sejawatnya, penampilan

dirinya, keterampilan lain yang diperlukan.

e. Alat dan sumber belajar yang digunakan

Komponen alat dan sumber belajar, yang meliputi jenis alat dan

jumlahnya, daya guna, kemudahan pengadaannya, kelengkapannya,

manfaatnya bagi siswa dan guru, cara penggunaannya. Dalam alat dan sumber

belajar ini termasuk alat peraga, buku sumber, laboratorium dan perlengkapan

belajar lainnya.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

44

f. Teknik dan cara pelaksanaan penilaiannya

Komponen penilaian, yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan,

isi dan rumusan pertanyaaqn, pemerikasaan dan interpretasinya, sistem

penilaian yang digunakan, pelaksanaan penilaian, tindak lanjut hasil penilaian,

pemanfaatan hasil penilaian, administrasi penilaian, tingkat kesulitan soal,

validitas dan reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi penilaian dan

perencanaan penilaian.

Sudjana (dalam Zone, 2013) menyatakan bahwa penilaian proses memiliki

kriteria, yaitu:

a. Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum

Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai

acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar

mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam

bentuk aspek-aspek:

1) Tujuan-tujuan pengajaran

2) Bahan pengajaran yang diberikan

3) Jenis kegiatan yang dilaksanakan

4) Cara melaksanakan jenis kegiatan

5) Peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan

6) Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan

b. Keterlaksanaannya oleh guru

Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah

dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

45

Dengan apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana seharusnya,

keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal:

1) Mengkondisikan kegiatan belajar siswa

2) Menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan mengajar

3) Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar

4) Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa

5) Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa

6) Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan

belajar mengajar berikutnya.

c. Keterlaksanaannya oleh siswa

Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar

mengajar dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami

hambatan dan kesulitan yang berarti, keterlaksanaan siswa dapat dilihat dalam

hal:

1) Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru

2) Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar

3) Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya

4) Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru

5) Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan guru

d. Motivasi belajar siswa

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar

yang ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dalam hal:

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

46

1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya

3) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya

4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru

5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan

e. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar

Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana

keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, keaktifan siswa

dapat dilihat dalam hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

2) Terlibat dalam pemecahan masalah

3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapi

4) Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru

6) Menilai kempuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

7) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal sejenis

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

47

f. Interaksi guru siswa

Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal

balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa

dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat:

1) Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa

dengan siswa

2) Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik

secara individual maupun secara kelompok

3) Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar

4) Senantiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai

fasilitator belajar

5) Tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi

jalan buntu dalam tugas belajarnya

6) Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari

hasil belajar yang diperoleh siswa

g. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar

Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak

keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerapan semua

kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi

dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam menilai

kemampuan ini antara lain:

1) Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa

2) Terampil berkomunikasi dengan siswa

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

48

3) Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas

4) Terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar

5) Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan

h. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa

Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar

yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:

1) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan

pengalaman belajarnya

2) Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa

3) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75% dari

jumlah instruksional yang harus dicapai

4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam

mempelajari bahan berikutnya

Penilaian proses dalam penelitian ini adalah penilaian yang ditujukan untuk

menilai kualitas proses pembelajaran serta internalisasi karakter dan pembentukan

kompetensi siswa yang meliputi aktivitas, kreativitas, dan keterlibatan siswa secara

fisik, mental, emosional, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Penilaian

proses ini dilakukan melalui pengamatan saat pembelajaran dengan menggunakan

lembar penilaian unjuk kerja dan lembar penilaian sikap.

Penilaian unjuk kerja dipilih karena menurut Kunandar (2014: 263) penilaian

jenis ini secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai

informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

49

muncul dalam diri peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan penilaian proses

dalam hal pengumpulan data aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Penilaian sikap ditujukan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi

sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memperhatikan,

merespons atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau

mengelola, dan berkarakter. Sehingga penilaian kompetensi sikap ini sesuai dengan

penilaian proses dalam menilai internalisasi karakter dan keterlibatan siswa secara

mental, emosional, dan sosial dalam proses pembelajaran.

C. Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Djamarah (2006)

menyatakan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai

penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Materi yang ingin disampaikan

adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya

proses belajar.

Danim (2010) mengungkapkan media pembelajaran atau media pendidikan

adalah seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau

pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Sehingga

media menurut Danim berasal dari guru dan ditujukan untuk murid dalam rangka

membangun komunikasi. Sedangkan Munadi (2012: 7) mendefinisikan media

pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan

pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

50

kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan

efektif.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini yang dimaksud media

pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang

berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan

pembelajaran tercapai dengan lebih baik dan sempurna. Penyampaian pesan ini

berasal dari guru dan ditujukan kepada siswa untuk membangun suatu proses

belajar yang bermakna bagi siswa.

Menurut Gerlach & Ely (1980), ciri-ciri dari media pembelajaran yang

merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat

dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien)

melakukannya adalah sebagai berikut:

• Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif,

media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu

waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

• Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki

ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan

kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar

time-lapse recording. Suatu kejadian dapat dipercepat dan dapat juga diperlambat

pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

51

• Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan

kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama

mengenai kejadian itu.

Media mempunyai beberapa fungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar

mengajar. Nana Sudjana (dalam Djamarah & Zain, 2006) merumuskan fungsi

media pembelajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut: (1) penggunaan media

dalam proses belajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi

sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif;

(2) penggunaan media pembelajaran merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan situasi belajar; (3) media pembelajaran penggunaannya integral

dengan tujuan dan isi pelajaran; (4) penggunaan media dalam pembelajaran bukan

semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses

belajar supaya lebih menarik perhatian siswa; (5) penggunaan media dalam

pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan

membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru; dan (6)

penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu

belajar mengajar.

Selain fungsi-fungsi di atas, media juga memiliki peranan bagi proses

pembelajaran. Peranan yang pertama adalah bahwa media dapat digunakan guru

sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan. Yang

kedua, media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

52

dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Dan yang ketiga, media

sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai bahan konkret berisikan bahan-

bahan yang harus dipelajari para siswa, baik individual maupun kelompok.

Kekonkretan sifat media itulah yang akan banyak membantu tugas guru dalam

kegiatan belajar mengajar.

Ada berbagai macam media pembelajaran yang dapat dikategorikan dalam

berbagai bagian, antara lain berdasarkan bentuknya, yaitu suara, media bentuk

visual, dan media gerak. Kategori lainnya berdasarkan dari audiensnya (peserta

didik), yaitu media untuk audiens besar (digunakan televise, radio) dan media untuk

audiens kecil (misalnya papan tulis, poster, dan lainnya) (Widodo & Jasmadi,

2008). Sedangkan menurut Gerlach dan Ely (1980), secara garis besar media dapat

dikategorikan menjadi enam macam, yaitu still pictures; audio recordings; motion

pictures; television; real things, simulations, and models; programmed and

computer-assisted instruction. Media pembelajaran yang berbeda akan

memberikan pengalaman yang berbeda bagi peserta didik.

Dalam beberapa kategori media pembelajaran di atas, terdapat media

pembelajaran komputer (computer-assisted instruction). Media pembelajaran

berbasis komputer adalah suatu media pembelajaran yang dalam penggunaannya

menggunakan komputer (Wena, 2011). Penggunaan komputer atau yang disebut

sebagai teknologi informasi dalam menyampaikan bahan pengajaran

memungkinkan untuk melibatkan pelajar secara aktif serta dapat memperoleh

umpan balik secara cepat dan akurat. Sedangkan Sudatha (2012) mengungkapkan

media pembelajaran berbasis komputer adalah penggunaan komputer sebagai

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

53

media penyampaian informasi pembelajaran, latihan soal, umpan balik, dan skor

jawaban peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut, yang dimaksud media

pembelajaran berbasis komputer dalam penelitian ini adalah suatu media

pembelajaran, yang menyajikan materi dan soal uji kompetensi, yang dapat

digunakan oleh guru, sebagai alat bantu mengajar, dan siswa, sebagai sumber

belajar mandiri, yang memerlukan komputer dalam pengoperasiannya.

Media pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa kriteria/ciri-ciri.

Brown (1977:224) mengungkapkan, ciri-ciri media pembelajaran berbasis

komputer adalah sebagai berikut:

• Media pembelajaran berbasis komputer memberikan informasi secara efektif

dan secara langsung tanpa memerlukan kemampuan membaca kata-kata

tingkat lanjut.

• Media pembelajaran berbasis komputer memberikan gambaran kepada

pengguna mengenai konsep sesuai dengan keadaan nyata, sehingga pengguna

tidak perlu mengalami/mempraktikkan secara langsung konsep yang disajikan.

• Media pembelajaran komputer dapat menyajikan suatu proses seperti proses

aslinya, atau proses tersebut dapat diubah untuk memberikan pengalaman

visual khusus demi kepentingan pemahaman pengguna. Misalkan, media

pembelajaran berbasis komputer dapat digunakan secara normal, dipercepat,

atau diperlambat tampilan visualnya sesuai dengan keinginan pengguna.

• Media pembelajaran komputer dapat memberikan gambaran konsep secara

berulang-ulang, ataupun dapat menggambarkan suatu konsep yang tidak dapat

dilakukan secara langsung di kehidupan nyata.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

54

• Media pembelajaran berbasis komputer dapat menyamakan persepsi antar

siswa dalam satu kelompok.

• Media pembelajaran komputer dapat digunakan sebagai pengukur pemahaman

siswa melalui soal-soal yang ditampilkan.

Menurut Azhar (2002), beberapa ciri media yang dihasilkan teknologi berbasis

komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) adalah sebagai berikut:

• Mereka dapat digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linear.

• Mereka dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan

keinginan perancang/pengembang sebagaimana direncanakannya.

• Biasanya gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol, dan

grafik.

• Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini.

• Pembelajaran dapat berorentasi siswa dan melibatkan interaktivitas yang

tinggi.

Selain itu, Arsyad (2002) mengungkapkan beberapa ciri utama teknologi

berbasis komputer adalah sebagai berikut:

• Ia dapat digunakan secara acak, sekuensial, secara linear.

• Ia dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa, bukan saja dengan cara

yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya.

• Gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman siswa,

menurut apa yang relevan dengan siswa, dan di bawah pengendalian siswa.

• Prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan

dan penggunaan pelajaran.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

55

• Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan

dikuasai jika pelajaran itu digunakan.

• Bahan-bahan pelajaran melibatkan banyak interaktivitas siswa.

• Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber.

Komputer menjadi popular sebagai media pembelajaran karena komputer

memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media pembelajaran lain sebelum

adanya komputer. Nandi (2006) menjelaskan keistimewaan komputer sebagai

media, yaitu:

• Hubungan interaktif

Komputer menyebabkan terwujudnya hubungan antara stimulus dan respon,

menumbuhkan inspirasi dan meningkatkan minat.

• Pengulangan

Komputer memberikan fasilitas bagi pengguna untuk mengulang materi atau

bahan pelajaran yang diperlukan, memperkuat proses pembelajaran dan

memperbaiki ingatan, memiliki kebebasan dalam memilih materi atau bahan

pelajaran.

• Umpan balik dan peneguhan

Media komputer membantu siswa memperoleh umpan balik (feedback)

terhadap pelajaran secara leluasa dan dapat memacu motivasi pelajar dengan

peneguhan positif yang diberi apabila pelajar memberikan jawaban.

• Simulasi dan uji coba

Media komputer dapat mensimulasikan atau menguji coba penyajian bahan

pelajaran yang sulit.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

56

Di samping kelebihan dan keuntungan dari media pembelajaran komputer tentu

saja ada kekurangan dan kelemahannya. Hambatan pemakaian komputer sebagai

media pembelajaran antara lain adalah hambatan dana, ketersediaan piranti lunak

dan keras komputer, keterbatasan pengetahuan teknis dan teoritis dan penerimaan

terhadap teknologi.

Ada beberapa tipe-tipe media pembelajaran berbasis komputer, yaitu tutorial

(penjelasan), drill-and-practice (latihan dan praktik), dan simulasi (Wena,

2011:203). Pada tipe latihan dan praktik, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan

atau masalah untuk dipecahkan, kemudian komputer akan memberi respons (umpan

balik) atas jawaban yang diberikan siswa. Model ini hampir sama dengan pekerjaan

rumah yang diberikan pada siswa, kemudian guru memberikan umpan balik.

Namun, dalam pembelajaran berbasis komputer, balikan akan diberikan segera

pada masing-masing siswa sehingga tahu di mana letak kesalahannya. Media

pembelajaran berbasis komputer tipe tutorial menyediakan rancangan pembelajaran

yang kompleks yang berisi materi pelajaran, latihan yang disertai umpan balik.

Sedangkan media pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi menyajikan

pembelajaran dengan sistem simulasi yang berhubungan dengan materi yang

dibahas.

Dalam penelitian ini, media pembelajaran berbasis komputer yang dipakai

merupakan media pembelajaran interaktif berbasis flash. Media pembelajaran

tersebut berupa materi dan latihan-latihan, sehingga media tersebut memiliki fungsi

simulasi, tutorial, dan drill-and-practice.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

57

a. Materi

Materi pada media pembelajaran yang dikembangkan sebagian besar

berupa simulasi bagaimana untuk melakukan kegiatan investigasi

matematika. Sehingga media tersebut secara visual dapat

mendemonstrasikan langkah-langkah dalam setiap kegiatan investigasi.

Selain fungsi simulasi, media yang dikembangkan juga memuat

materi-materi yang dapat berfungsi sebagai tutor bagi siswa. Sehingga

media tersebut menyediakan segala informasi, baik berupa tulisan,

gambar, maupun animasi, yang berhubungan dengan materi pencerminan.

b. Latihan

Latihan pada media pembelajaran yang dikembangkan berupa soal-

soal drill-and-practice dan problem solving. Soal-soal yang berupa drill-

and-practice dapat dijawab pada komputer dan secara langsung

mendapatkan umpan balik. Sedangkan soal problem solving dirancang

untuk dikerjakan pada LKS karena membutuhkan proses yang relatif

panjang.

D. Media Pembelajaran Komputer dalam Pembelajaran Matematika dengan

Pendekatan Investigatif

Menurut Kwang (2002), guru dalam kelas investigasi tidak lagi membelajarkan

siswanya dengan metode ceramah ataupun membaca, melainkan guru dalam kelas

tersebut lebih berperan sebagai penyedia permasalahan yang menantang bagi siswa

untuk mendukung inkuiri siswa dalam pembelajaran yang kondusif. Oleh karena

itu, peran guru dalam kelas investigasi dapat diuraikan sebagai berikut.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

58

• Mendemonstrasikan bagaimana mendekati berbagai macam aspek dalam

proses investigasi.

• Menjadi pendorong sosial dalam membantu siswa untuk terlatih secara

matematis dengan mendorong mereka untuk bertanya, memberikan tantangan

kepada dirinya, dan belajar apapun mengenai perilaku matematis.

• Mendengarkan siswa sehingga guru dapat memahami keyakinan siswa

mengenai pembelajaran, pengalaman yang mereka bawa kepada penyelidikan

tertentu, dan untuk memperoleh pemahaman dalam makna dan hubungan yang

siswa bangun selama penyelidikan.

• Memberikan investigasi ‘singkat’ kepada siswa yang menghasilkan

penghargaan jangka pendek. Secara bertahap, ketika siswa sudah mulai terbuka

dengan investigasi, investigasi yang lebih ‘panjang’ di mana tujuannya tidak

begitu kelihatan dapat dikenalkan.

Peran guru yang pertama dalam kelas investigasi tersebut sesuai dengan fungsi

dari media pembelajaran komputer, yaitu fungsi simulasi. Menurut Roblyer dan

Doering (2009) simulasi adalah suatu model yang dikomputerisasi dari sistem nyata

atau imajiner yang didesain untuk mengajar bagaimana suatu sistem bekerja. Alessi

dan Trollip (2001) membagi simulasi menjadi dua jenis, yaitu simulasi yang

digunakan untuk mengajarakan mengenai sesuatu dan sumulasi yang digunakan

untuk mengajarkan bagaimana melakukan sesuatu. Selanjutnya, simulasi untuk

mengajarkan mengenai sesuatu dibagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu:

• Simulasi Fisik. Simulasi ini dapat digunakan oleh pengguna untuk

memanipulasi sesuatu atau proses yang direpresentasikan pada layar. Dalam

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

59

pembelajaran investigatif, fungsi ini dapat digunakan untuk menyelidiki sifat-

sifat segitiga siku-siku dengan menampilkan animasi yang menunjukkan

bahwa luas persegi pada sisi miring sama dengna jumlah dari luas persegi pada

kaki-kaki segitiga tersebut. Dengan menampilkan beberapa segitiga siku-siku

dengan ukuran yang berbeda, diharapkan siswa mampu mengambil dugaan

(conjecturing) mengenai sifat dari segitiga siku-siku.

• Simulasi yang Berulang. Simulasi ini dapat mempercepat (atau memperlambat)

proses yang biasanya terjadi terlalu lambat (atau terlalu cepat) sehingga siswa

tidak dapat melihat proses tersebut secara berulang kali. Simulasi jenis ini

dapat digunakan dalam pembelajaran investigatif, khususnya dalam proses

spesialisasi (specializing). Ketika siswa masuk dalam tahap mengumpulkan

dan mengamati data, proses pengulangan dalam penyajian data sangat

diperlukan. Misalkan ketika dalam proses investigasi konvers Teorema

Pythagoras, penyajian animasi bentuk-bentuk segitiga yang memenuhi tripel

Pythagoras perlu dilakukan pengulangan agar siswa mendapatkan pola untuk

kemudian dijadikan acuan mereka untuk mengambil suatu dugaan.

Serupa dengan simulasi yang mengajarkan mengenai sesuatu, simulasi yang

mengajarkan bagaimana melakukan sesuatu juga dibagi lagi menjadi dua jenis,

yaitu:

• Simulasi Prosedural. Simulasi ini dapat menyediakan aktivitas-aktivitas yang

mengajarkan tahap-tahap dalam melakukan prosedur tertentu. Simulasi ini

dapat mendukung keempat proses berpikir investigatif, yaitu specializing,

conjecturing, generalizing, dan justifying. Misalkan dalam proses investigasi

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

60

segitiga siku-siku istimewa. Media pembelajaran komputer dapat digunakan

untuk menyajikan urutan langkah-langkah dalam menyelidiki segitiga siku-

siku istimewa. Pertama, media tersebut dapat digunakan untuk menyajikan

bagaimana dalam melukis segitiga siku-siku istimewa, yang menggiring siswa

masuk ke dalam proses berpikir specializing. Selanjutnya, secara interaktif

(dengan peran guru) media tersebut dapat bertanya kepada siswa apa saja yang

dapat diamati dari segitiga-segitiga tersebut. Proses ini mendorong siswa dalam

tahapan conjecturing. Selain itu, media pembelajaran komputer juga dapat

membantu siswa untuk masuk ke dalam tahap generalizing dengan

memberikan tampilan interaktif yang dapat diisi oleh siswa, dan kemudian

secara langsung komputer memberikan kilas balik (feedback) mengenai

kesimpulan siswa tersebut. Dan yang terakhir, komputer juga dapat

menampilkan bukti formal yang mendorong siswa untuk melakukan tahap

justifying.

• Simulasi Situasional. Program ini memberikan masalah hipotetis kepada siswa

dan mendorong mereka untuk bereaksi terhadap permasalahan tersebut.

Misalkan, komputer dapat memberikan berbagai macam urutan tiga bilangan,

beserta segitiga-segitiga yang merepresentasikannya, kemudian meminta siswa

untuk memilih pasangan bilangan mana saja yang merupakan tripel

Pythagoras.

Selanjutnya, peran guru yang keempat sesuai dengan fungsi drill-and-practice

dari media pembelajaran komputer. Peran dalam memberikan investigasi dan

penghargaan kepada siswa dapat dibantu oleh komputer, melalui fungsi drill-and-

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

61

practice tersebut. Menurut Roblyer dan Doering (2009) drill-and-practice

menyediakan latihan-latihan kepada siswa beserta umpan baliknya (feedback).

Jenis-jenis dari drill-and-practice dibedakan berdasarkan bagaimana program

tersebut menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa (Roblyer & Doering, 2009).

Berikut ini jenis-jenis dari drill-and-practice:

• Aktivitas Kartu Flash. Pada jenis ini siswa melihat sekumpulan pertanyaan atau

permasalahan, yang disajikan dalam suatu waktu. Siswa kemudian memilih

atau mengetikkan jawaban, dan program tersebut meresponnya dengan umpan

balik yang positif atau negatif tergantung kebenaran dari jawaban siswa

tersebut. Dalam pembelajaran dengan pendekatan investigatif, fungsi ini sesuai

dengan fase menjawab dan mengomunikasikan jawaban (Setiawan, 2006).

Pada fase ini, siswa menerapkan keterampilan yang telah diperoleh pada

persoalan yang lebih kompleks. Dengan kegiatan ini, diharapkan siswa lebih

terbuka terhadap investigasi matematika dan siap untuk investigasi yang lebih

‘panjang.’

• Dril/Latihan Bercabang. Jenis ini merupakan bentuk yang lebih rumit dari drill-

and-practice. Pada jenis ini, siswa diarahkan ke permasalahan yang lebih

rumut apabila mereka berhasil menjawab dengan benar permasalahan-

permasalahan yang sederhana. Pada jenis ini, program tersebut juga

memberikan penghargaan, ucapan selamat misalnya, kepada siswa jika mereka

berhasil menguasai level tertentu. Fungsi ini sangat sesuai dengan peran guru

pada pembelajaran investigatif yang terus memotivasi siswa untuk melakukan

investigasi tingkat lanjut.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

62

• Aktivitas Umpan Balik yang Luas. Pada drill-and-practice jenis ini, siswa

tidak hanya mendapatkan umpan balik berupa salah atau benar, tetapi mereka

juga mendapatkan umpan balik mengapa mereka melakukan kesalahan.

Dengan demikian, siswa dapat menambah pengalaman dalam mengembangkan

pamahaman konsep matematika dan hubungan antar konsep (Haylock &

Thangata, 2007) yang sesuai dengan salah satu tujuan dari pembelajaran

investigatif.

E. Karakteristik Media Pembelajaran Berbasis Komputer yang Efektif

Hannafin dan Peck (1988: 16) menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis

komputer yang efektif merupakan media pembelajaran berbasis komputer yang

memenuhi tujuan-tujuan mengapa media tersebut dikembangkan. Sebagai contoh,

tujuan-tujuan yang sering ditetapkan untuk mengembangkan suatu media

pembelajaran berbasis komputer antara lain untuk mencapai tujuan pembelajaran,

untuk menyesuaikan kebutuhan individual siswa, untuk memudahkan implementasi

pembelajaran dalam lingkungan tertentu, dan untuk meningkatkan minat belajar

siswa.

Sebelum mendefinisikan karakteristik media pembelajaran berbasis komputer

yang efektif, peninjauan terhadap media pembelajaran yang tidak bagus diperlukan.

Menurut Bork (dalam Hannafin dan Peck, 1988) ciri-ciri media pembelajaran

berbasis komputer yang tidak baik antara lain bahwa media pembelajaran tersebut

gagal menggunakan kemampuan interaktivitas komputer, gagal menggunakan

kemampuan individualisasi komputer, menggunakan format isian interaktif yang

tidak sesuai, menggunakan presentasi yang memuat banyak teks dalam satu layar,

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

63

menggunakan ilustrasi yang tidak bermakna, memperlakukan layar komputer sama

seperti halaman buku, menyajikan materi yang menarik tetapi tidak sesuai dengan

tujuan pembelajaran, menyajikan game yang tidak sesuai dengan tujuan

pembelajaran, menyajikan banyak “perintah” ketika memulai program, sulit untuk

dioperasikan walaupun oleh guru, sulit untuk memanggil salah satu topik yang

terlanjur terlewatkan, bergantung pada media cetak tambahan, menyajikan materi

yang tidak menarik perhatian siswa.

Beberapa ciri-ciri media pembelajaran berbasis komputer yang tidak bagus

tersebut harus dihindari dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis

komputer, sehingga akan dihasilkan suatu media pembelajaran berbasis komputer

yang berkualitas. Akan tetapi, terdapat perbedaan antara mengeliminasi kelemahan

dan menciptakan kelebihan. Sehingga, perlu diperjelas lagi karakteristik media

pembelajaran berbasis komputer yang efektif.

Menurut Hannafin dan Peck (1988: 17) karakteristik media pembelajaran

berbasis komputer yang efektif adalah sebagai berikut.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif didasarkan pada

tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran berkontribusi kepada pembelajaran dalam

berbagai macam cara. Tujuan pembelajaran dapat membantu pengembang

untuk mendesain aktivitas-aktivitas yang sesuai dan fokus terhadap topik-

topik yang diperlukan. Tujuan pembelajaran membantu siswa dalam hal

penegasan topik-topik yang penting. Tujuan pembelajaran juga membantu

guru untuk menentukan apakah pembelajaran yang didesain cocok untuk

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

64

belajar secara kelompok atau secara individu. Terakhir, tujuan

pembelajaran merupakan dasar evaluasi bagi hasil belajar siswa dan

pembelajaran itu sendiri.

Agar tujuan pembelajaran dapat meningkatkan desain media

pembelajaran berbasis komputer, maka tujuan pembelajaran tersebut harus

dinyatakan secara jelas sehingga pengembang, siswa, dan guru dapat

membaca serta memahaminya. Selain itu, karena tujuan pembelajaran

digunakan sebagai dasar evaluasi, maka tujuan pembelajaran tersebut juga

harus terukur. Tujuan pembelajaran tersebut haruslah jelas apakah siswa

sudah menguasai materi yang disampaikan atau belum.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif berpadanan pada

karakteristik siswa.

Media pembelajaran berbasis komputer haruslah didesain untuk

subpopulasi tertentu. Sebagai contoh, media pembelajaran berbasis

komputer tersebut didesain untuk siswa kelas VII, untuk siswa kelas XI

IPA, atau untuk mahasiswa calon guru. Penyampaian materi dalam media

tersebut harus sesuai dengan karakteristik siswa di mana media itu akan

diimplementasikan.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif memaksimalkan

interaksi.

Interaktivitas dapat dikatakan sebagai kelebihan utama media

pembelajaran berbasis komputer dibanding dengan media pembelajaran

lainnya. Oleh karena itu, kelebihan tersebut haruslah digunakan secara

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

65

maksimal oleh pengembang dalam mendesain media pembelajaran

berbasis komputer.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif bisa digunakan secara

individual.

Urutan materi dalam media pembelajaran berbasis komputer dapat

diadaptasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Potensi

tersebut dapat digunakan untuk mengajarkan beberapa topik yang

diperlukan oleh siswa dan untuk menyediakan pengajaran remidial.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif mempertahankan

minat belajar siswa.

Pengembang media pembelajaran berbasis komputer tidak boleh

beranggapan bahwa siswa akan termotivasi untuk mengikuti

pembelajaran, hanya karena komputer sebagai media penyampaian

pengajarannya. Walaupun beberapa siswa pada awalnya lebih menyukai

pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis

komputer, pengembang juga harus memperhitungkan kemungkinan

motivasi mereka berkurang setelah dilaluinya beberapa proses

pembelajaran. Sehingga pengembang harus mendesain suatu media

pembelajaran berbasis komputer yang akan tetap mempertahankan minat

belajar siswa. Suatu pembelajaran yang tidak mencipatakan dan

mempertahankan minat belajar siswa tidak hanya akan gagal, tetapi juga

akan mengurangi minat belajar siswa pada materi selanjtunya.

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

66

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif memberikan

pendekatan yang posisit kepada siswa.

Salah satu alasan mengapa banyak siswa menyukai media

pembelajaran berbasis komputer adalah bahwa mereka menganggap media

pembelajaran berbasi komputer tersebut sebagai media yang nyaman dan

tidak mengancam. Sedangkan siswa sering menganggap bahwa guru

merupakan seseorang yang mengancam dan kritis, oleh karena itu

pengembang sebaiknya mendesaian media pembelajaran berbasis

komputer sebagai media yang sabar, yaitu media yang bisa selalu bisa

memaklumi kesalahan siswa tanpa memberikan hukuman.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif memberikan berbagai

macam umpan balik.

Umpan balik positif diperlukan bagi siswa usia muda. Sebaliknya

peserta didik yang lebih dewasa sering lebih memilih untuk mengeliminasi

umpan balik positif untuk membuat pembelajaran yang lebih efisien.

Dalam kedua kasus tersebut, pengembang media pembelajaran berbasis

komputer sebaiknya membuat bentuk umpan balik yang beraneka ragam.

• Media pembelajaran komputer yang efektif sesuai dengan situasi

pembelajaran.

Media pembelajaran berbasis komputer sebaiknya dikembangkan

dengan melihat situasi belajar siswa. Apakah media tersebut

dikembangkan untuk pembelajaran secara individual atau pembelajaran

secara klasikal merupakan hal yang perlu diperhitungkan dalam

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

67

mengembangkan media tersebut. Sebagai contoh, jika media tersebut

dikembangkan untuk pembelajaran klasikal maka sebaiknya penggunaan

audio yang terlalu keras dihindari karena dapat mengganggu kegiatan

pembelajaran di kelas lain.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif dapat mengevaluasi

unjuk kerja secara tepat.

Berikut ini teknik-teknik agar evaluasi dalam media pembelajaran

berbasis komputer dapat dilakukan dengan tepat.

o Berikan pertanyaan-pertanyaan yang benar.

o Hindari pemberian pertanyaan-pertanyaan yang memuat kata-kata

ambigu.

o Pertimbangkan sepenuhnya jawaban-jawaban yang dapat diberikan

oleh siswa.

o Bedakan antara ketidakmampuan menjawab siswa dengan

ketidakmampuan mereka dalam mengoperasikan komputer.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif menggunakan

komputer secara bijak.

Pengembang media pembelajaran berbasis komputer harus

memahami kapabilitas sistem komputer agar dapat menyusun suatu

pembelajaran yang efektif. Pengembang harus sadar akan keterbatasan

komputer dengan tujuan untuk menghindari keadaan yang menggangu.

Beberapa contoh keadaan yang harus dihindari adalah animasi gambar

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

68

yang terlalu pelan dan program yang dihasilkan terlalu besar bagi RAM

komputer.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif didasarkan pada

prinsip-prinsip desain pembelajaran.

Seperti media pembelajaran lainnya, materi dalam media

pembelajaran berbasis komputer disusun dengan fase-fase tertentu, dan

masing-masing fase tersebut pada umumnya sangat penting. Materi yang

disusun dengan baik dapat memotivasi siswa, memberitahu tujuan-tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, meninjau materi prasyarat yang

diperlukan siswa agar berhasil dalam pembelajaran, menyajikan perintah-

perintah yang disusun dengan baik, mengevaluasi perkembangan siswa

berkali-kali, menyediakan umpan balik yang cukup, menyediakan latihan-

latihan yang cukup, dan mengevaluasi hasil belajar siswa.

• Media pembelajaran berbasis komputer yang efektif telah dievaluasi

secara menyeluruh.

Media pembelajaran berbasis komputer harus dievaluasi pada

beberapa level. Media pembelajaran berbasis komputer harus dievaluasi

dari segi kualitas pembelajarannya, pertimbangan afektif, daya tarik

riasan, dan relevansi kurikulum, serta akurasi program komputernya.

F. Kriteria Perangkat Pembelajaran yang Berkualitas

Terdapat empat kriteria perangkat pembelajaran bisa dikatakan berkualitas,

yaitu: (1) relevansi (atau biasa disebut validitas konten), (2) konsistensi (atau

disebut juga validitas konstruksi), (3) kepraktisan, dan (4) keefektifan. Menurut

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

69

Nieveen (2007), suatu intervensi, dalam hal ini perangkat pembelajaran, disebut

memiliki kriteria relevansi yang tinggi jika terdapat kebutuhan terhadap perangkat

pembelajaran tersebut, serta perangkat tersebut didesain berdasarkan ilmu

pengetahuan yang terbaru. Kriteria konsistensi yang tinggi mengindikasikan adanya

desain yang ‘logis’ dalam perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Apabila

perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kedua kriteria tersebut,

maka bisa dikatakan perangkat tersebut valid. Terdapat dua jenis kriteria

kepraktisan, yaitu kepraktisan yang diharapkan dan kepraktisan sebenarnya. Suatu

perangkat pembelajaran memiliki kriteria kepraktisan sesuai yang diharapkan

apabila perangkat tersebut diharapkan berguna dalam seting dimana perangkat

tersebut didesain dan dikembangkan. Sedangkan kriteria kepraktisan yang

sebenarnya mengindikasikan kebergunaan perangkat tersebut dalam seting dimana

perangkat tersebut didesain dan dikembangkan. Begitu juga kriteria keefektifan

dibagi menjadi dua macam, yaitu keefektifan yang diharapkan dan keefektifan yang

sebenarnya. Suatu perangkat pembelajaran dikatakan efektif sesuai harapan apabila

perangkat tersebut diharapkan mengakibatkan suatu hasil yang sesuai dengan

tujuan. Sedangkan keefektifan yang sebenarnya menunjukkan apakah perangkat

yang dikembangkan dapat mengakibatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

Validitas, baik konten maupun konstruksi, suatu perangkat pembelajaran dapat

diukur dengan menggunakan metode screening dan validasi ahli. Metode screening

merupakan suatu metode dimana anggota dari tim penelitian pengembangan

melakukan pengecekan terhadap karakteristik-karakteristik penting yang harus

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

70

dimiliki oleh perangkat pembelajaran. Sedangkan dalam validasi ahli, beberapa ahli

(misalkan ahli materi, ahli desain pembelajaran, dan guru, sebagai peninjau bahan

ajar) memberikan tanggapan terhadap perangkat pembelajaran yang

dikembangkan, yang biasanya berdasar pada pertanyaan-pertanyaan panduan yang

dibuat oleh peneliti.

Kepraktisan perangkat pembelajaran dapat dievaluasi dengan metode

screening, validasi ahli, walkthrough, evaluasi mikro, dan uji coba. Dalam metode

walkthrough, peneliti dan satu atau beberapa sasaran representatif yang akan dituju,

dikumpulkan bersama-sama untuk memperbaiki perangkat pembelajaran. Dalam

evaluasi mikro, kelompok kecil dari pengguna yang disasar (misalkan siswa atau

guru) diminta untuk menggunakan beberapa bagian perangkat pembelajaran saja.

Sedangkan dalam metode uji coba, beberapa pengguna yang terbatas menggunakan

perangkat pembelajaran secara keseluruhan untuk menyelenggarakan suatu

pembelajaran yang sesuai dengan perangkat tersebut.

Serupa dengan uji kepraktisan, uji keefektifan dapat dilakukan dengan metode

screening, validasi ahli, walkthrough, evaluasi mikro, dan uji coba. Yang

membedakan hanyalah kriteria-kriteria yang akan diujikan terhadap perangkat

pembelajaran yang dikembangkan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga metode tambahan yang

dapat digunakan untuk menguji kepraktisan dan keefektifan perangkat

pembelajaran, yaitu walkthrough, evaluasi mikro, dan uji coba. Ketiga metode

tersebut berkaitan dengan penggunaan atau penerapan perangkat pembelajaran

terhadap pengguna sasaran dalam situasi yang sudah diatur sesuai dengan rencana

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

71

pembelajaran dalam perangkat pembelajaran. Sehingga kepraktisan dan keefektifan

dari perangkat pembelajaran dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang

meliputi: (1) kemampuan guru mengelola pembelajaran, (2) aktivitas siswa, (3)

respon siswa, (4) hasil UH siswa, dan penilaian proses.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan, yaitu RPP, media pembelajaran

berbasis komputer, LKS, UH, dan LPP semuanya melibatkan guru dan siswa di

dalam pembelajaran. Sehingga kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran

dapat diuji dengan melihat bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kelas.

Aktivitas-aktivitas guru yang diamati adalah:

a. Aktivitas dalam kegiatan pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

3. Menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya

b. Aktivitas dalam kegiatan inti

1. Menjelaskan masalah kontekstual

2. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban sendiri dengan

memberi bantuan terbatas

3. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah

4. Mengoptimalkan interaksi siswa dalam bekerja

5. Mendorong siswa untuk membandingkan jawaban dengan jawaban

temannya

6. Memimpin diskusi kelas

7. Menghargai pendapat siswa

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

72

8. Mendorong siswa agar mau bertanya, mengeluarkan pendapat atau

menjawb pertanyaan.

9. Mengajukan dan menjawab pertanyaan

c. Aktivitas guru dalam kegiatan penutup

1. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan atau membuat rangkuman

materi

2. Memberi tugas mandiri dan memotivasi siswa untuk mengerjakan

soal pengayaan

Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga merupakan aspek yang diamati dalam

pengujian kriteria kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran. Apakah

perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis dan efektif sangat tergantung

pada aktivitas siswa di kelas. Aktivitas-aktivitas siswa yang diamati adalah:

1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman dengan aktif

2. Memahami permasalahan pada LKS

3. Menyelesaikan masalah/menemukan cara dan jawaban secara individu

4. Menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau teman dalam kelompoknya

saat diskusi kelompok

5. Berdiskusi/bertanya kepada teman/guru

6. Menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep dengan kalimat sendiri

7. Perilaku lain yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran

Minat merupakan salah satu indikator keefektifan suatu rancangan pengajaran

(Mudhofir, 1987: 164). Jika siswa tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka

tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut,

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

73

sebaliknya jika siswa belajar sesuai dengan minatnya maka dapat diharapkan

hasilnya akan lebih baik. Siswa diberi kesempatan untuk belajar melakukan

aktivitas matematisasi, jadi dalam pembelajaran guru hanya sebagai fasilitator.

Motivasi juga merupakan unsur yang paling penting dan memiliki pengaruh yang

cukup kuat untuk menentukan keberhasilan suatu pengajaran (Nur, 2001: 2). Siswa

yan termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih

tinggi dalam mempelajari materi itu sehingga siswa tersebut akan menyerap materi

itu dengan lebih baik.

Berdasar uraian tersebut maka perlu diketahui minat/motivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

pada penelitian ini akan ditunjukkan dengan respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran materi pencerminan dengan pendekatan investigatif. Respon siswa

yang dimaksud adalah tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang

mengacu pada pendekatan investigatif dan komponen pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang efektif akan membantu siswa untuk mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sehingga hasil UH siswa sangat

menentukan. Dalam menguji apakah UH yang dikembangkan efektif atau tidak,

dapat digunakan uji validitas, reliabilitas, dan sensitivitas terhadap butir soal-soal

UH.

G. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Menurut Carey (dalam Abdurrahman, 2002: 2007), pengembangan sistem

pembelajaran adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi

tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian sehingga terjadi

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

74

perubahan dalam tingkah lakunya. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran

yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran yang menggunakan

pendekatan investigatif, atau disingkat dengan perangkat pembelajaran investigatif.

Sehingga pengembangan perangkat pembelajaran investigatif adalah proses

penyusunan perangkat pembelajaran investigatif yang sesuai dengan alur

pengembangan perangkat pembelajaran tertentu untuk mendapatkan perangkat

pembelajaran investigatif yang valid, efektif, dan praktis.

Model pengembangan perangkat seperti yang disarankan oleh Thiagarajan,

Semmel, dan Semmel (1974: 6) biasa disebut model 4-D (four D Models). Model

ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu pendefinisian (define), perancangan

(design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate).

Berikut uraian keempat tahap beserta komponen-komponen Model 4-D

Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974).

1. Tahap I Pendefinisian (Define)

Tujuan tahap ini adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat

pembelajaran. Fase-fase awal pada tahap ini sebagian besar adalah analisis. Selama

analisis tersebut dilakukan spesifikasi tujuan-tujuan dan batasan-batasan terhadap

materi pembelajaran. Lima fase dalam tahap pendefinisian ini dapat ditunjukkan

oleh Gambar 2.1 berikut.

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

75

Gambar 2.1 Tahap I Pendefinisian

a. Analisis awal-akhir. Analisis awal-akhir merupakan kajian terhadap

masalah dasar yang dihadapi oleh guru. Selama proses ini, kemungkinan-

kemungkinan pembelajaran alternatif yang lebih efisien dan elegan

diperhatikan. Apabila tidak ditemukan, maka dilakukan pencarian

terhadap perangkat pembelajaran yang telah ada. Jika tetap tidak

ditemukan perangkat pembelajaran alternatif yang relevan, maka perlu

dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran.

b. Analisis siswa. Analisis siswa merupakan proses telaah siswa sasaran.

Karakteristik siswa yang relevan terhadap perancangan dan

pengembangan pembelajaran diidentifikasi. Karakteristik tersebut antara

lain kompetensi awal dan latar belakang siswa, sikap umum siswa terhadap

topik pembelajaran, dan media, format, serta preferensi bahasa.

Analisis awal-akhir

Analisis siswa

Analisis tugas Analisis konsep

Spesifikasi tujuan

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

76

c. Analisis tugas. Langkah ini merupakan pengidentifikasian keterampilan-

keterampilan utama yang diperlukan dan menganalisisnya ke dalam suatu

kerangka sub keterampilan.

d. Analisis konsep. Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi konsep-

konsep utama yang akan diajarkan, menyusunnya secara hierarkis, dan

memilah konsep-konsep individual sehingga dapat dikategorikan mana

konsep yang kritis dan mana konsep yang tidak relevan. Analisis ini dapat

membantu mengidentifikasi kumpulan contoh dan bukan contoh yang

digambarkan dalam pengembangan protokol.

e. Spesifikasi tujuan pembelajaran. Fase ini digunakan untuk mengkorvesi-

kan hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan khusus

yang dinyatakan dengan tingkah laku. Kumpulan tujuan-tujuan ini

merupakan dasar penyusunan tes dan desain pembelajaran. Selanjutnya,

tujuan-tujuan tersebut diintegrasikan ke dalam perangkat pembelajaran

yang akan digunakan oleh guru.

2. Tahap II Perancangan (Design)

Tahap ini bertujuan untuk merancang prototipe perangkat pembelajaran. Tahap

ini dapat dimulai setelah penentuan tujuan-tujuan pembelajaran. Pemilihan media

dan format perangkat pembelajaran serta pembuatan perangkat pembelajaran awal

merupakan aspek penting dalam tahap ini. Empat langkah dalam tahap ini dapat

ditunjukkan oleh Gambar 2.2 berikut.

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

77

Gambar 2.2 Tahap II Perancangan

a. Penyusunan kisi-kisi tes merupakan langkah yang menjembatani tahap 1,

pendefinisian, dan tahap 2, perancangan. Kisi-kisi tes mengubah tujuan

pembelajaran menjadi ikhtisar perangkat pembelajaran.

b. Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang tepat untuk

penyajian materi pelajaran. Proses pemilihan media disesuaikan dengan

analisis tugas dan analisis konsep, karakteristik siswa dan fasilitas yang

tersedia di sekolah.

c. Pemilihan format meliputi penyusunan format untuk mendesain isi,

pemilihan strategi pembelajaran dan sumber belajar.

d. Desain awal, kegiatan utamanya adalah menyajikan pembelajaran ke

dalam media yang sesuai dan urutan materi yang pantas. Selain itu, dalam

langkah ini juga memuat perancangan berbagai macam aktivitas

Analisis siswa Spesifikasi tujuan

Penyusunan kisi-kisi tes

Pemilihan media

Pemilihan format

Desain awal

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

78

pembelajaran, seperti membaca materi, diskusi kelompok, dan presentasi

hasil kerja.

3. Tahap III Pengembangan (Develop)

Tujuan tahap ini adalah untuk memodifikasi prototipe perangkat pembelajaran.

Walaupun sebagian besar prototipe sudah dibuat pada tahap pendefinisian, hasil

pada tahap tersebut harus dipertimbangkan untuk dimodifikasi sebelum menjadi

perangkat pembelajaran akhir yang efektif. Pada tahap pengembangan, umpan balik

diterima selama dilakukan evaluasi formatif dan kemudian berdasarkan umpan

balik tersebut, prototipe perangkat pembelajaran direvisi. Dua langkah dalam tahap

ini dapat diilustrasikan oleh Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tahap III Pengembangan

a. Penilaian tenaga ahli. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh saran

perbaikan. Beberapa ahli diminta untuk mengevaluasi perangkat

pembelajaran. Berdasarkan saran mereka, perangkat pembelajaran

Penilaian tenaga ahli

Tes untuk pengembangan

Desain awal Penyusunan kisi-kisi tes

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

79

diperbaiki sehingga lebih tepat, efektif, bermanfaat, dan berkualitas teknis

tinggi.

b. Tes untuk pengembangan. Pada langkah ini dilakukan uji coba terbatas.

Berdasarkan tanggapan, reaksi, dan komentar dari objek uji coba,

dilakukan modifikasi perangkat pembelajaran. Siklus menguji, merevisi,

dan menguji kembali dilakukan terus menerus sampai diperoleh perangkat

pembelajaran yang konsisten dan efektif.

4. Tahap IV Penyebaran (Disseminate)

Pengembangan perangkat pembelajaran mencapai tahap akhir jika telah

memperoleh penilaian positif dari tenaga ahli dan melalui tes pengembangan.

Perangkat pembelajaran tersebut kemudian dikemas, disebarkan, dan diterapkan

untuk skala yang lebih luas. Tiga langkah dalam tahap ini dapat ditunjukkan oleh

Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Tahap IV Penyebaran

Tes untuk pengembangan

Uji validasi

Pengemasan

Penyebaran dan adopsi

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

80

H. Pencerminan

Dengan memindah semua titik bangun geometri berdasarkan aturan tertentu

akan menghasilkan suatu bayangan bangun geometri tersebut. Proses ini disebut

sebagai transformasi. Setiap titik pada bangun geometri yang asli berkorespondensi

dengan titik pada bayangannya. Bayangan titik A setelah dilakukan transformasi

disebut titik A’, seperti yang ditunjukkan oleh transformasi ∆𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 ke ∆𝐴𝐴′𝐴𝐴′𝐴𝐴′

berikut.

Gambar 2.5 Transformasi ∆𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 ke ∆𝐴𝐴′𝐴𝐴′𝐴𝐴′

Pada contoh di atas, ∆𝐴𝐴′𝐴𝐴′𝐴𝐴′ yang merupakan bayangan ∆𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 kongruen

dengan bangun geometri aslinya. Transformasi yang demikian masuk ke dalam

kategori isometri. Salah satu jenis transformasi yang masuk ke dalam kategori

isometri adalah pencerminan atau refleksi. Pencerminan adalah transformasi yang

memasangkan suatu titik dengan banyangannya sedemikian sehingga ruas garis

yang menghubungkan titik dan bayangannya tersebut tegak lurus dan dibagi sama

panjang oleh sumbu pencerminan.

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

81

1. Sifat Dasar Pencerminan

Sifat dasar pencerminan dapat ditemukan dengan investigasi. Investigasi ini

memerlukan kertas lipat dan penggaris. Berikut langkah-langkah dalam

menemukan sifat penting pencerminan.

1. Lukis suatu poligon dan sumbu simetri di sampingnya pada kertas lipat.

Lipat kertas lipatmu menurut sumbu simetri yang telah dilukis.

2. Lukis bayangan poligon dengan menjiplak poligon tersebut pada sisi

kertas lipat yang lain.

3. Lukis ruas garis yang menghubungkan setiap titik pada poligon dengan

bayangannya.

Gambar 2.6 Investigasi Sifat Dasar Pencerminan

4. Ukurlah besar sudut antara sumbu simetri dan ruas garis yang terbentuk

pada langkah 4.

5. Ukurlah jarak antara perpotongan ruas garis yang terbentuk pada langkah

2 dengan titik pada poligon dan titik bayangannya.

Page 68: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

82

Berdasarkan investigasi di atas, diperoleh sifat dasar pencerminan adalah

sebagai berikut.

Sifat Sumbu Simetri Pencerminan

Sumbu simetri suatu pencerminan merupakan garis sumbu ruas-ruas garis yang

menghubungkan suatu titik dengan bayangannya.

2. Pencerminan pada Bidang Koordinat Cartesius

Pencerminan sembarang titik pada bidang koordinat Cartesius terhadap sumbu

pencerminan garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥, 𝑦𝑦 = −𝑥𝑥, 𝑦𝑦 = 0, dan 𝑥𝑥 = 0 memiliki aturan tertentu.

Berikut ini langkah-langkah dalam menemukan sifat pencerminan suatu titik

terhadap garis 𝑦𝑦 = 0 atau sumbu-𝑥𝑥.

1. Lukis sembarang titik pada koordinat Cartesius (minimal 4 titik).

2. Lukis ruas garis yang salah satu ujungnya merupakan titik-titik yang

terbentuk pada langkah 1 dan memiliki garis sumbu garis 𝑦𝑦 = 0.

3. Tentukan koordinat semua titik yang menjadi titik ujung ruas garis yang

terbentuk pada langkah 2. Titik-titik tersebut merupakan bayangan titik

yang berada pada ujung lain ruas garis.

4. Daftar semua titik beserta bayangannya kemudian tentukan aturan yang

memasangkan setiap titik dengan bayangnnya.

Page 69: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

83

Gambar 2.7 Pencerminan terhadap Sumbu-𝑥𝑥

Tabel 2.1 Pencerminan terhadap Sumbu-𝑥𝑥 No. Koordinat Titik Koordinat Bayangan

1. A(4, 2) A’(4, –2)

2. B(–2, 1) B’(–2, –1)

3. C(–4, –3) C’(–4, 3)

4. D(3, –1) D’(3, 1)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa ordinat titik bayangan

merupakan lawan dari ordinat titik yang dicerminkan. Sehingga sifat pencerminan

terhadap sumbu-𝑥𝑥 atau garis 𝑦𝑦 = 0 dapat dituliskan sebagai berikut.

Sembarang titik 𝐴𝐴(𝑥𝑥,𝑦𝑦) apabila dicerminkan terhadap sumbu-𝑥𝑥 akan menghasilkan

bayangan 𝐴𝐴′(𝑥𝑥,−𝑦𝑦), atau apabila disimbolkan

( ) ( )0, ' ,yCA x y A x y=→ −

Page 70: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

84

Untuk menemukan aturan pencerminan sembarang titik terhadap sumbu 𝑥𝑥 = 0

atau sumbu-𝑦𝑦 dapat dilakukan langkah-langkah berikut.

1. Lukis sembarang titik pada koordinat Cartesius (minimal 4 titik).

2. Lukis ruas garis yang salah satu ujungnya merupakan titik-titik yang

terbentuk pada langkah 1 dan memiliki garis sumbu garis 𝑥𝑥 = 0.

3. Tentukan koordinat semua titik yang menjadi titik ujung ruas garis yang

terbentuk pada langkah 2. Titik-titik tersebut merupakan bayangan titik

yang berada pada ujung lain ruas garis.

4. Daftar semua titik beserta bayangannya kemudian tentukan aturan yang

memasangkan setiap titik dengan bayangnnya.

Gambar 2.8 Pencerminan terhadap Sumbu-𝑦𝑦

Page 71: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

85

Tabel 2.2 Pencerminan terhadap Sumbu-𝑦𝑦 No. Koordinat Titik Koordinat Bayangan

1. A(4, 2) A’(–4, 2)

2. B(–2, 1) B’(2, 1)

3. C(–4, –3) C’(4, –3)

4. D(3, –1) D’(–3, –1)

5. A(4, 2) A’(–4, 2)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa absis titik bayangan

merupakan lawan dari absis titik yang dicerminkan. Sehingga sifat pencerminan

terhadap sumbu-𝑦𝑦 atau garis 𝑥𝑥 = 0 dapat dituliskan sebagai berikut.

Sembarang titik 𝐴𝐴(𝑥𝑥,𝑦𝑦) apabila dicerminkan terhadap sumbu-𝑦𝑦 akan menghasilkan

bayangan 𝐴𝐴′(−𝑥𝑥,𝑦𝑦), atau apabila disimbolkan

( ) ( )0, ' ,xCA x y A x y=→ −

Aturan pencerminan suatu titik terhadap garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 dapat ditemukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Lukis sembarang titik pada koordinat Cartesius (minimal 4 titik).

2. Lukis garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥, yaitu garis yang melalui titik (0,0) dan (1,1).

3. Lukis ruas garis yang salah satu ujungnya merupakan titik-titik yang

terbentuk pada langkah 1 dan memiliki garis sumbu garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥.

4. Tentukan koordinat semua titik yang menjadi titik ujung ruas garis yang

terbentuk pada langkah 2. Titik-titik tersebut merupakan bayangan titik

yang berada pada ujung lain ruas garis.

Page 72: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

86

5. Daftar semua titik beserta bayangannya kemudian tentukan aturan yang

memasangkan setiap titik dengan bayangnnya.

Gambar 2.9 Pencerminan terhadap Garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥

Tabel 2.3 Pencerminan terhadap Garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 No. Koordinat Titik Koordinat Bayangan

1. A(3, 1) A’(1, 3)

2. B(–2, 1) B’(1, –2)

3. C(–2, –1) C’(–1, –2)

4. D(1, –1) D’(–1, 1)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa absis dan ordinat titik

bayangan secara berturut-turut merupakan ordinat dan absis titik yang dicerminkan.

Sehingga sifat pencerminan terhadap garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 dapat dituliskan sebagai berikut.

Page 73: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

87

Sembarang titik 𝐴𝐴(𝑥𝑥,𝑦𝑦) apabila dicerminkan terhadap garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 akan

menghasilkan bayangan 𝐴𝐴′(𝑦𝑦, 𝑥𝑥), atau apabila disimbolkan

( ) ( ), ' ,y xCA x y A y x=→

Aturan pencerminan suatu titik terhadap garis 𝑦𝑦 = −𝑥𝑥 dapat ditentukan dengan

langkah-langkah berikut.

1. Lukis sembarang titik pada koordinat Cartesius (minimal 4 titik).

2. Lukis garis 𝑦𝑦 = −𝑥𝑥, yaitu garis yang melalui titik (0,0) dan (−1,1).

3. Lukis ruas garis yang salah satu ujungnya merupakan titik-titik yang

terbentuk pada langkah 1 dan memiliki garis sumbu garis 𝑦𝑦 = −𝑥𝑥.

4. Tentukan koordinat semua titik yang menjadi titik ujung ruas garis yang

terbentuk pada langkah 2. Titik-titik tersebut merupakan bayangan titik

yang berada pada ujung lain ruas garis.

5. Daftar semua titik beserta bayangannya kemudian tentukan aturan yang

memasangkan setiap titik dengan bayangnnya.

Page 74: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

88

Gambar 2.10 Pencerminan terhadap Garis 𝑦𝑦 = −𝑥𝑥

Tabel 2.4 Pencerminan terhadap Garis 𝑦𝑦 = −𝑥𝑥 No. Koordinat Titik Koordinat Bayangan

1. A(3, 1) A’(–3, –1)

2. B(–2, 1) B’(–1, 2)

3. C(–2, –1) C’(1, 2)

4. D(1, –1) D’(1, –1)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa absis dan ordinat titik

bayangan secara berturut-turut merupakan lawan dari ordinat dan absis titik yang

dicerminkan. Sehingga sifat pencerminan terhadap garis 𝑦𝑦 = −𝑥𝑥 dapat dituliskan

sebagai berikut.

Sembarang titik 𝐴𝐴(𝑥𝑥,𝑦𝑦) apabila dicerminkan terhadap garis 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 akan

menghasilkan bayangan 𝐴𝐴′(−𝑦𝑦,−𝑥𝑥), atau apabila disimbolkan

( ) ( ), ' ,y xCA x y A y x=−→ − −

Page 75: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

89

I. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pendekatan investigatif dalam pembelajaran matematika

pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain sebelumnya. Kukuh, Setiani, dan

Fakhrudin (2014) mendapatkan hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa yang memperoleh pendekatan investigasif dengan strategi

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik secara signifikan daripada

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional. Selain itu, peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa yang memperoleh pendekatan investigasi dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih baik secara signifikan daripada peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional.

Selain meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik, menurut

Rahmi (2009), secara umum aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan investigasi cenderung meningkat meskipun persentase aktivitas yang

dilakukan masih sedikit. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan model

pembelajaran yang dilaksanakan dan kebiasaan siswa yang cenderung pasif.

Namun variasi model pembelajaran ini membuat siswa lebih aktif dan lebih berani

untuk mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan dan temukan. Chasanah

(2011) mendeskripsikan bahwa pembelajaran matematika dengan melaksanakan

kegiatan investigasi pada pendekatan Realistik Mathematics Education (RME)

dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa dalam bidang konten

Page 76: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

90

yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konten dari

konsep pencerminan.

Diezmann, Watters, dan English (2001) mengkaji beberapa aspek literasi

matematika yang dapat menghalangi anak-anak usia dini untuk berhasil dalam

melakukan investigasi matematika. Tiga kesulitan anak yang teridentifikasi dalam

aspek pemecahan masalah yaitu (1) metode solusi tidak pantas, (2) lebih fokus pada

fitur permukaan masalah daripada strukturnya, dan (3) kesulitan dalam membuat

masalah mereka sendiri. Kesulitan anak dalam aspek representasi yang dapat

diidentifikasi antara lain (1) salah interpretasi pada kata kunci, (2) penjelasan yang

kurang cukup, dan (3) kesulitan dalam melaporkan temuan mereka. Kesulitan

dalam aspek manipulasi adalah ketidakefektifan dalam penggunaan alat ukur.

Sedangkan dalam aspek beralasan, beberapa kesulitan yang dapat ditemukan antara

lain (1) melakukan dugaan tanpa memberikan bukti-bukti, (2) kesulitan dalam

menemukan penyebab temuan yang berbeda, (3) tidak menggunakan satuan biasa

dalam proses pengukuran, (4) kesulitan dalam membandingkan dua himpunan

objek, dan (5) membuat asumsi yang tidak bisa dibuktikan.

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian dalam penggunaan media

pembelajaran berbasis komputer dalam pembelajaran matematika. Masduki (2011)

mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan siswa yang diberikan

pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis komputer dengan siswa yang

diberikan pembelajaran dengan metode konvensional terhadap prestasi belajar

siswa. Siswa yang diberikan pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis

Page 77: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Investigatif dalam ...people.usd.ac.id/~ydkristanto/wp-content/uploads/Tesis-Bab-2-Kajian-Pustaka.pdfpenalaran induktif dan ... yang dimaksud pendekatan

91

komputer mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

diberikan pembelajaran dengan metode konvensional.

Rahmayani (2011) mendapatkan temuan bahwa nilai rata-rata tes hasil belajar

matematika dengan menggunakan multimedia berbasis Camtasia Studio (video

tutorial) lebih baik dari pada nilai rata-rata tes hasil belajar matematika siswa

dengan menggunakan multimedia powerpoint. Sedangkan Hartanto (2013),

mengungkapkan bahwa siswa merasa tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang

menggunakan mutimedia interaktif sehingga timbul minat belajar yang lebih baik.

Selain itu, melalui penerapan aplikasi multimedia interaktif terbukti dapat

mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran matematika pokok

bahasan bangun ruang balok. Bagi guru, dengan menggunakan media pembelajaran

multimedia interaktif, guru merasa lebih mudah dalam menyampaikan materi

pelajaran matematika pokok bahasan bangun ruang balok.