bab ii kajian pustaka a. olahraga selam di indonesia dan

21
Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Olahraga Selam di Indonesia dan Jawa Barat Selam atau menyelam artinya bertahan dibawah air. Cabang olahraga selam masih belum banyak dikenal orang. Dalam pengertian cabang olahraga, selam dapat dikategorikan sebagai berikut: menyelam tanpa alat bantu pernapasan, misalnya snorkeling, selam bebas menyelam dengan alat bantu pernapasan, misalnya selam scuba dan surface supplid diving. Olahraga selam di Indonesia mempunyai organisasi. POSSI (Persatuan Selam Seluruh Indonesia) atau ISSA ( Indonesian Sub-aquatic Sport Association) yang merupakan organisasi finswimming atau selam yang resmi dan bersifat nasional di Indonesia. POSSI didirikan pada bulan agustus 1977, sesaat setelah beberapa klub selam berdiri di beberapa daerah di Indonesia pada era 1970-an (wikipedia.com). POSSI merupakan anggota dari KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dan FOPINDO (Federasi Olahraga Perairan Indonesia) di tingkat nasional, serta berber-afiliasi CMAS (Confederation Mondiale des-Activities Sub- aquatioques) atas World Underwater Federation (Federasi Selam Dunia) yang berpusat di Roma, Italia ditingkat Internasional. PB.POSSI (Pengurus Besar POSSI) merupakan organisasi kepengurusan yang bersifat National. PB POSSI membawahi beberapa provinsi di Indonesia, dimana masing-masing pengda membawahi klub selam di tingkat daerah. Selam merupakan salah satu jenis cabang olahraga aquatik yang saat ini sudah mulai di kenal dan di jadikan sebagai olahraga rutin baik untuk anak-anak maupun dewasa. Perkumpulan klub selam tidak sebanyak olahraga renang namun perkembangannya tidak hanya di kota besar saja. Dalam ajang PORDA (pekan olahraga daerah) selam tahun kemarin yang menjuarai perlombaan tersebut tidak hanya kota-kota besar saja namun seperti daerah ciamis dan kabupaten tasik pun ada beberapa nomor yang mendapat juara pertama di nomor tertentu.

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Olahraga Selam di Indonesia dan Jawa Barat

Selam atau menyelam artinya bertahan dibawah air. Cabang olahraga

selam masih belum banyak dikenal orang. Dalam pengertian cabang olahraga,

selam dapat dikategorikan sebagai berikut: menyelam tanpa alat bantu

pernapasan, misalnya snorkeling, selam bebas menyelam dengan alat bantu

pernapasan, misalnya selam scuba dan surface supplid diving.

Olahraga selam di Indonesia mempunyai organisasi. POSSI (Persatuan

Selam Seluruh Indonesia) atau ISSA (Indonesian Sub-aquatic Sport Association)

yang merupakan organisasi finswimming atau selam yang resmi dan bersifat

nasional di Indonesia. POSSI didirikan pada bulan agustus 1977, sesaat setelah

beberapa klub selam berdiri di beberapa daerah di Indonesia pada era 1970-an

(wikipedia.com).

POSSI merupakan anggota dari KONI (Komite Olahraga Nasional

Indonesia) dan FOPINDO (Federasi Olahraga Perairan Indonesia) di tingkat

nasional, serta berber-afiliasi CMAS (Confederation Mondiale des-Activities Sub-

aquatioques) atas World Underwater Federation (Federasi Selam Dunia) yang

berpusat di Roma, Italia ditingkat Internasional.

PB.POSSI (Pengurus Besar POSSI) merupakan organisasi kepengurusan

yang bersifat National. PB POSSI membawahi beberapa provinsi di Indonesia,

dimana masing-masing pengda membawahi klub selam di tingkat daerah.

Selam merupakan salah satu jenis cabang olahraga aquatik yang saat ini

sudah mulai di kenal dan di jadikan sebagai olahraga rutin baik untuk anak-anak

maupun dewasa. Perkumpulan klub selam tidak sebanyak olahraga renang namun

perkembangannya tidak hanya di kota besar saja. Dalam ajang PORDA (pekan

olahraga daerah) selam tahun kemarin yang menjuarai perlombaan tersebut tidak

hanya kota-kota besar saja namun seperti daerah ciamis dan kabupaten tasik pun

ada beberapa nomor yang mendapat juara pertama di nomor tertentu.

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

B. Pengertian Olahraga Selam

Selam atau finswimming sendiri mempunyai pegertian sebagai gerakan

dengan menggunakan monofin atau fins, baik pada permukaan air ataupun dengan

cara menyelam di bawah air dimana perenang bersaing berdasarkan kecepatan,

seperti yang dijelaskan oleh Nakasima (2019) “Fin swimming is a sport in which

swimmers attach fins and compete based on speed at the water surface or below

the water surface”. Para perenang hanya menggunakan gerakan otot. Untuk

finswimming dibawah air bisa dibantu dengan menggunakan peralatan pernafasan,

yaitu peralatan yang berfungsi mengambil udara untuk bernafas di dalam air.

Menurut Jimmy Gauntier “finswimming adalah olahraga kecepatan yang

dilakukan di permukaan atau dibawah air”. Finswimmer menggunakan monofin

atau bifin (dan tentu mengetahui sebagai streofin dibeberapa negara, melihat

peralatan) tetapi secara gaya atau teknik sama seperti berenang. Pertandingan

finswimming dibagi menjadi 4 teknik, (CMAS version 2015/01(BoD 183-

03/08/2013) yaitu “surface, apnea, immersion, dan bifin”. Semua nomor atau

pertandingan ada yang diselenggarakan di kolam renang dan perairan terbuka.

a. Nomor danTeknik Olahraga Selam

Teknik dalam olahraga selam atau finswimming yang terbagi menjadi 4

teknik, yaitu surface, apnea, immersion dan bifin. Setiap teknik dasar memiliki

tujuan masing-masing. Berikut adalah nomor perlombaan dalam olahraga selam

yang penulis sarikan dari (CMAS version 2015/01(BoD 183-03/08/2013).

1.Surface finswimming

Renang surface (bisa disebut dengan SF) adalah renang di permukaan air

dengan menggunakan masker atau kacamata renang, snorkel (alat bantu nafas)

dan monofin. Nomor perlombaan SF yang diadakan di kolam renang dimulai

dari jarak sprint sampai jarak jauh yaitu 50m, 100m, 200m, 400m, 800m,

1500m, 4x100m dan 4x200m estafet. Sedangkan untuk nomor yang sangat

jauh dilakukan di perairan terbuka. Perenang harus tetap berada dipermukaan

air sampai waktu perlombaan selesai, kecuali pada saat start, pembalikan dan

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

finis. Untuk lebih jelasnya mengenai teknik surface finswimming bisa dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Tenik Surface Finswimming

Sumber : (www.google.com)

Peraturan pada teknik surface finswimming sebagai berikut :

1) Gaya finswimming tidak di spesifikasikan.

2) Atlet hanya diperbolehkan menyelam kurang dari 15m dari awal start dan

pada sebelum tanda 15m.

3) setelah melewati tanda batas 15m, sebagian anggota tubuh dan peralatan

atlet harus muncul di permukaan air.

4) perbedaan antara surface dan apnea pada perlombaan jarak 50m, pada

surface, snorkel digunakan untuk alat bernafas.

2. Apnea Finswimming

Apnea finswimmig (bisa disingkat AP atau biasa disebut Apnoea

atau apnea) adalah renang di baawah air yang dilakukan di kolam renang

dengan menggunakan masker atau kacamata renang, monofins dan hanya

diperbolehkan mengambil satu tarikan nafas. Nomor apnea yang

diperlombakan hanya 50m. Wajah perenang harus terus berada dibawah

air selama perlombaan berlangsung, apabila perenangmengambil nafas

atau naik ke permukaan, perenang akan di diskualifikasi. Perlombaan

apnea tidak diadakan di perairan terbuka karena alasan keselamatan dan

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

keamanan. Untuk lebih jelasnya mengenai teknik apea finswimming bisa

dilihat di gambar halaman 9.

Gambar 2.2 Teknik Apnea

Sumber : (www.google.com)

Peraturan pada teknik apnea finswimming sebagai berikut:

1) menyelam pada apnea hanya diperbolehkan pada perlombaan

nomor kolam. Baik kolam tertutup maupun kolam terbuka. Para

juri harus harus dapat memantau pergerakan para atlet secara

visual.

2) Snorkel tidak boleh dipergunakan.

3) Gaya atlet tidak di spesifikasikan.

4) Seluruh anggota badan atlet harus berada dibawah permukaan air

selama perlombaan berlangsung.

5) Jika pecatat waktu elektronik digunakan, maka pada saat finish

atlet harus menyentuh dinding kolam dengan bagian tubuh atau

dengan finnya pada saat pembalikan.

6) Jika perlombaan apnea 50m diselenggarakan di kolam jarak 25m,

maka ppara atlet harus menyentuh dinding kolam dengan bagian

tubuh atau dengan finnya pada saat pembalikan.

3. Immersion

Cabang olahraga renang menjadi berkembang dalam berbagai hal,

salah satu diantaranya munculnya jenis renang yang menggunakan alat

bantu bernafas dan dilakukan di dalam air jenis renang seperti ini disebut

dengan immersion yang lebih popoler di sebut immersion saja. Untuk bisa

melakukan renang ini menggunakan alat seperti masker atau kacamata

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

renang monofin, dan bantuan alat bernafas yang diadakan di kolam

renang. Pada pelaksaaannya, tidak ada persyaratan bagaimana cara

memegang alat bantu bernafas. Tetapi diperbolehkan untuk mengubah

pegangan selama berlangsung. Nomor perlombaan IM dimulai 100m dan

400m. Wajah perenang harus berada dibawah air selama perlombaan

untuk menghindari resiko diskualifikasi. Perlombaan IM tidak diadakan di

perairan terbuka karena alasan keselamatan dan keamanan. Pernah ada

sejarahnya, diselenggarakan perlombaan IM di perairan terbuka dengan

jarak 1000m. Untuk lebih jelasnya mengenai teknik immersion, bisa

dilihat pada gambar berikut

Gambar 2.3 Teknik Immersion Finswimming

Sumber : (www.google.com)

Peraturan pada teknik immersion finswimming sebagai berikut:

1) Gaya atlet tidak di spesifikasikan.

2) Cara untuk membawa peralatan yang digunakan tidak ditentukan.

3) Tidak diperbolehkan mengganti / melepas peralatan pernapasan

selama perlombaan berlangsung .

4) Kepala atlet harus masuk didalam air selama perlombaan.

5) Jika pencatat waktu elektronik digunakan, maka para peserta

perlombaan harus menyentuh papan setuh (touch pad).

6) Peralatan pernapasan tidak boleh teralu lama disentuhkan

kedinding kolam ataupun touch pad. Jika melanggar akan

dikenakan diskualifikasi.

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

4. Bifin Fins

Bifins (bisa disingkat BF atau biasa disebut dengan ‘stereo-fins’)

adalah renang dipermukaan air dan bersaing berdasarkan kecepatan

dengan menggunakan alat masker atau kacamata renang, snorkel, dan

sepasang fin dan menggunakan renang gaya bebas. Nomor perlombaan

bifin diadakan di kolam renang dimulai dari 50m, 100m, dan 200m serta

untuk nomor yang sangat jauh diselenggarakan di perairan terbuka seperti

4km dan 6km. Menurut laporan, bifins diperkealkan pada tahun 2006

dengan menyediakan kesempatan atau peluang di kejuaraan bagi para

perenang yang tidak mampu untuk membeli satu set monofin. Perenang

harus tetap berada dipermukaan air sampai waktu perlombaan berlangsung

kecuali pada saat start, pembalikan dan finish. Untuk lebih jelasnya

megenai teknik bifin bisa dilihat pada gambar berikut

Gambar 2.4 Teknik Bifin Binswimming

Sumber : (www.google.com)

Peraturan pada teknik bifin finswimming sebagai berikut:

1) Gaya yang digunakan adalah gaya bebas dan berafas menggunakan

snorkel.

2) Gaya seperti lumba-lumba diperbolehkan selama berada dibawah

air dan tidak melebihi tanda 15m. Baik pada start dan pada setiap

dinding pembalikan.

3) Menyelam hanya diperbolehkan sejauh kurang dari 15m. Baik

pada awal start dan pada setiap dindig pembalikan. Snorkel atau

kepala harus muncul di permukaan dan memecah air sebelum

tanda batas 15m.

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

4) Pada saat start, posisi kedua fin atlet harus sejajar dengan garis

yang terdapat pada starting block.

b. Peralatan dan Batasan-batasannya

Peralatan yang boleh digunakan pada pertandingan kolam dan

perairan terbuka untuk bifin (BF) menurut peraturan (CMAS version

2015/01(BoD 183-03/08/2013) yaitu “fins, snorkel, kacamata atau

masker, pakaian renang”.

1) Bifin (fins) berfungsi untuk menambah kecepatan laju perenang saat

melecutkan kaki. Tantangan memakai bifin saat melakukan lecutan kaki

lebih berat, otot tungkai atlet selam harus lebih kuat dibandingkan renang.

Selama penulis menjadi atlet tantangan menggunakan alat bifin harus

merasakan sakit karena kaki selalu lecet saat menggunakan bifin.

jenis bifin mengikuti Batasan- batasan ketentuan bifin sebagai berikut:

Gambar 2.5 Bentuk fin Bifins

Sumber : (www.google.com)

a) Telah diterima dipasaran dan memiliki distribusi luas

b) Ukuran maksimum panjang 670mm dan lebar 225mm.

c) Bahan: ekslusif Polyproplene, EVA, Semua pemakaian bahan material

baru harus mendapat persetujuan CMAS.

d) Logo CMAS tercetak pada bagian atas bifin yang dibuat oleh produsen

sebagai tanda telah di sertifikasi

e) Tidak boleh ada tonjolan tertentu atau pun pemakaian bahan material yang

berbeda dari fin yang sifatnya menambah tingkat efesienfi fin tersebut.

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

f) Untuk menjamin kenyamanan diperbolehkan menggunakan bahan material

pada tiga sudut pergelangan kaki bifin (telapak kaki, sudut depan, dan sisi

belakang) yang terbuat dari bahan karet yang diproduksi oleh pabrikan

yang memiliki pasaran dan distribusi luas.

2) Snorkel. Pada pertandingan bifin (BF), snorkel difungsikan hanya untuk

membantu pernafasan tanpa ada sudut runcing. Ukuran snorkel yang

diperbolehkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.6 Bentuk dan Ukuran Snorkel

a) Berbentuk bulat.

b) Maksimal diameter dalam =23mm

c) Maksimal panjang keseluruhan snorkel =48cm

d) Minimal diameter dalam 15mm

e) Bagian puncak atas snorkel tetap akan dihitung pada titik tertinggi.

f) Panjang snorkel diukur dari sisi dalam pipa snorkel.

3) Kacamata atau masker yang bisa digunakan untuk membantu melihat di

dalam air.

4) Para perenang harus menggunakan pakaian renang yang layak pakai.

Untuk pria menggunakan celana renang (atau pakaian renang yang

menutupi seluruh tubuh), untuk wanita bisa menggunakan baju renang

one-piece atau baju two-piece yang memang diperuntukan dalam

pertandingan renang.

c. Peraturan Olahraga Selam

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan peraturan internasional, terdapat pengelompokan

umur dan batasan peserta, adapun pengelompokkan pengelompokkan dan

batasan asosiasi peraturan selam atau finswimming dapat di jelaskan pada

halaman 14.

Tabel 2.1

Pengelompokan Umur dan Batasan Asosiasi

Pengelompokan umur atlet diperoleh dari pengurangan tahun lahirnya dengan

tahun saat ini seperti pembagian kategori seperti diatas.

d. Nomor-nomor Perlombaan Pada Olahraga Selam

Nomor dan jarak perlombaan baik untuk kategori putra maupun putri

(Pa/Pi), junior maupun senior seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

Nama

Kelompok

Umur

Kode

Kelompok

Umur

Kisaran/Rentang

Umur

Batasan

Senior A 18 tahun da lebih

dari 18 tahun

Tidak ada batasan

Junior B 16-17 tahun Tidak ada batasan

Junior C 14-15 tahun Maksimal mengikuti

berenang perairan terbuka

8km.

Junior D 12-13 tahun Maksimal mengikuti

berenang perairan terbuka

6km.

Junior E Tidak lebih dari 11

tahun

Diketahui sebagai

“kelompok pra-

kompetisi”. Peraturan

nasional tidak

memberlakukan kompetisi

internasional pada

kelompok ini

Master V0 25-34 tahun Tidak ada batasan

Master V1 35-44 tahun Tidak ada batasan

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Nomor-nomor Perlombaan Cabor Selam

Nomor

Perlombaan

Jarak

Perlombaan

Kategori Kelompok Umur

Surface

Finswimming (SF)

50 M Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

100 M Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

200 M Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

400 M Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

800 M Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

1500 M Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

Estafet 4x100 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

Estafet 4x200 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

Apnoea

Finsqimming (AP)

50 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

Immersion

Finswimming (IM)

100 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

400 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

800 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

Bifins (BF) 50 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

100 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

200 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

Estafet 4x100 m Putra/Putri

(Pa/Pi)

Senior/Junior

perlombaan nomor kolam dapat diselenggarakan pada jarak berapapun, untuk

nomor perorangan maupun estafet baik untuk pria maupun wanita.

C. Komposisi Fisik dalam Olahraga Selam

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Olahraga selam adalah cabang olahraga aquatik dimana pemenangnya

ditentukan berdasarkan waktu, cabang olahraga ini termasuk olahraga terukur.

Untuk menjadi juara dalam cabang olahraga ini atlet harus memiliki kecepatan

maksimal. Salah satu faktor penting dalam mencapai prestasi dalam cabang

olahraga selam adalah kemampuan kondisi fisik yang memadai dan penguasaan

teknik yang tinggi. Penjelasan mengenai pentingnya kondisi fisik di jelaskan oleh

Harsono (2016, hlm. 7) sebagai berikut: “kondisi fisik atlet memegang peranan

yang sangat penting dalam program latihan atlet. Program latihan kondisi fisik

haruslah direncanakan secara baik, sistematis dan ditunjukan untuk meningkatkan

kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan

demikian memungkinkan atlet mencapai prestasi yang lebih baik ”. Seperti yang

dijelaskan oleh Sajoto (dalam Satriya, 2007, hlm.51) “Kondisi fisik adalah salah

satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang

atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditawar-tawar

lagi”. menurut Satriya,dkk (2010,hlm.61) menjelaskan, “… kondisi fisik yang

perlu dilatih. Unsur pokok itu ialah : kekuatan (strength), kelentukan (flexibility),

kecepatan (speed), daya tahan (endurance). Empat unsur dasar itulah yang perlu

dilatih dan dikembangkan secara sistematis dan hati-hati”. Secara rinci dan jelas

tentang koordinasi fisik tersebut adalah sebagai berikut.

D. Kecepatan dalam Olahraga Selam

Salah satu nomor kompomen fisik yang diperlukan oleh cabang olahraga

adalah kecepatan. Renang bifins dengan jarak 50 meter termasuk dalam kategori

sprinting yang dilakukan dengan kekuatan dan kecepatan penuh sepanjang garis

lintasan dari start hingga finish dimana pemenangnya ditentukan berdasarkan

waktu yang paling singkat.

a. Definisi Kecepatan

Kecepatan adalah komponen kondisi fisik yang paling

dominan dibutuhkan terutama cabang-cabang olahraga yang

berhubungan dengan jarak dan waktu. Tentang kecepatan yang

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

disebutkan oleh Harsono (2016, hlm.122) menjelaskan bahwa,

“kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan

yang sejenis berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang

yang sangat cepat.” Kemudian Dick (1989) yang dialih

bahasakan oleh Satriya, Dikdik, Imanudin(2010, hlm. 73)

menyebutkan bahwa “kecepatan adalah kapasitas gerak dari

anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau

kecepatan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu

singkat.” Menurut beberapa pendapat di atas, dapat disimpukan

kecepatan adalah kemampuan gerak dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya. Seseorang yang dapat melakukan kayuhan dalam jarak

tertentu dengan waktu yang singkat maka dapat dikatakan ia

memiliki kecepatan yang relatif tinggi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecepatan

Renang bifins dengan jarak 50 meter termasuk dalam

kategori sprinting. Artinya, faktor kecepatan merupakan faktor

yang utama. Bompa (1994) yang dikutip oleh Harsono (2016, hlm.

122) berpendapat bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi

kecepatan yaitu:

1. Keturunan (herdity) dan natural talent. Akan tetapi Fixx

(1985) mengatakan bahwa meskipun orang secara

inherent lamban, kalau dia berlatih dengan “maximal

effectiveness”, dia akan bisa lebih cepat dari pada orang

“..who has greater potential but has not yet mobilized it”.

2. Waktu reaksi.

3. Kemampuan untuk mengatasi tahanan (resistance)

eksternal seperti peralatan, lingkungan (air,salju, dan

sebagainya), dan lawan.

4. Teknik, misalnya gerkan lengan, tungkai, sikap tubuh

pada waktu lari dan sebagainya.

5. Konsentrasi dan semangat. Herre (1982) berpendapat

bahwa “willpower and strong concentration are

important factors for achievemen of high speed”

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

6. Elastisitas otot, terutama otot-otot pergelangan kaki dan

pinggul.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa yang mempengaruhi kecepatan

adalah keturunan, aksi reaksi, kemampuan untuk

mengatasi tahanan, teknik, konsentrasi dan semangat, dan

elastisitas otot.

E. Kerja Otot dalam Olahraga Selam

Atlet tidak cukup sekedar berlatih untuk meningkatkan kekuatannya saja,

akan tetapi kekuatannya tersebut haruslah ditingkatkan menjadi apa yang disebut

sebagai power, terutama bagi cabang-cabang olahraga yang selain memerlukan

kekuatan otot, juga perlu kecepatan dalam otot-ototnya. Power adalah

kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan otot maksimal dalam waktu yang

sangat cepat. Oleh karena itu, latihan power dalam weight training tidak boleh

hanya menekankan pada beban, akan tetapi harus pula pada kecepatan

mengangkat, mendorong atau menarik beban Menurut Harsono (2016, hlm. 81).

Oleh karena harus mengangkat dengan cepat, maka dengan sendirinya

berat bebannya tidak bisa seberat beban untuk latihan kekuatan, akan tetapi juga

tidak boleh terlalu berat maka hal ini tidak akan menyebabkan terjadinya transfer

optimal dari kekuatan ke power. Biasanya dipakai patokan berat beban yang bisa

diangkat dengan cepat. Biasanya dipakai patokan berat beban yang bisa diangkat

dengan rentang repetisi (range) 12-15 RM, atau boleh juga bebannya tidak kurang

agar meningkat bisa cepat. Menurut Harsono (2016, hlm. 81) pelaksanaan

latihannya bisa dilakukan dengan 2 cara:

a. Beban ditentukan seberat 50% dari kemampuan maksimal,

diangkat secepatya.

b. Kemudian diangkat sebanyak sekitar 15 kali tanpa henti secara

ekslosif dan nonstop.

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

F. Otot Lengan dalam Olahraga Selam

Gerakan pada saat melakukan gerakan bifins (bisa disingkat BF atau biasa

disebut dengan ‘stereo-fins’) adalah renang dipermukaan air dengan

menggunakan masker atau kacamata renang, snorkel, dan sepasang fin dan

menggunakan renang gaya bebas. Sesuai dengan gerakan yang dapat dilakukan

pada sendi bahu yaitu menarik lengan ke belakang (fleksion), maka untuk

melakukan gerakan lengan bifins dibutuhkan ruang gerak sendi bahu yang luas,

serta elastisitas otot-otot di sekitarnya, sehingga dengan fleksibilitas bahu yang

baik akan memudahkan seorang perenang bifins dalam melakukan tarikan lengan.

Pada saat melakukan tarikan lengan bifins sendi bahu menarik lengan kebelakang

(fleksion) dan otot-otot lengan terbagi menjadi 2 bagian yaitu lengan bagian atas

dan lengan bagian bawah, yang berfungsi sebagai berikut:

Otot Lengan Atas. Lengan terdiri dari berbagai jenis otot yang

menyusunnya mulai dari bahu hingga ujung jari. Otot-otot yang terdapat

pada lengan atas yaitu: otot Deltoid, Triceps, Biceps Brachii, Brachialis,

Bnconeus, Brachioradialis, Extensor Carpi dan Radialis Longus. Agar

lebih jelasnya dapat melihat gambar 2.7 bisa dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 2.7 Otot Lengan Atas

Sumber : (www.google.com)

Otot Lengan Bawah. Otot-otot yang terdapat pada lengan bawah yaitu:

otot Brachioradialis, Epicondylus Medialis, dan Antebrachium Regio

Antebrachi Anterior. Agar lebih jelasnya dapat melihat gambar 2.8

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.8 Otot Lengan Bawah

Sumber : (www.google.com)

Otot Tangan dan Jari . Otot-otot yang terdapat pada tangan yaitu: otot

palma,thenar, digitus primus, digitus secundus, digitus medius, digitus

anularis, digitus anularis, digitus minimus, dan hypothenar. Agar lebih

jelasnya dapat melihat gambar 2.9.

Gambar 2.9 Otot Tangan

Sumber : (www.google.com)

Otot lengan dan jari termasuk ke dalam otot rangka atau otot lurik. Secara

mikroskopis otot rangka terdiri dari satuan serabut otot. Menurut Santosa (2012,

hlm.193) mengatakan bahwa:

Satu serabut otot, adalah satu sel otot, panjangnya dapat mencapai

beberapa cm. Satu sel otot mempunyai banyak inti sel yang biasanya

terletak di di bagian periferi dekat kepada membran sel. Di bawah

microscop cahaya, otot rangka menunjukan adanya garis-garis melintang,

strukturnya yang tepat hanya dapat dipilih dengan microskop elektron.

Pada pembesaran 20.000 x, di dalam sel otot dapat dilihat adanya struktur-

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

struktur seperti serabut. Benang-benang ata serabut ini disebut sebagai

myofibril, yang terdiri dari filamen-filamen actin dan myosin yang

tersusun dari molekul-molekul protein yang hanya dapat di temukan di

dalam sel otot. Filamen action yanglebih kecil/halus menyusup di antara

filamen-filamen myosin yang lebih besar/tebal. Garis Z merupakan ujung-

ujung dari satu sarcomere dan satu sarcomere adalah satu satuan

fungsional terkecil dari satu sel otot rangka.

G. Otot Tungkai dalam Olahraga Selam

Tungkai merupakan anggota tubuh bagian bawah. Menurut Efi

Nurhidayah (2013, hlm. 21) Tungkai dibagi menjadi 2 bagian yaitu tungkai

bagian atas dan tungkai bagian bawah. Tulang-tulang pembentuk tungkai meliputi

tulang-tulang kaki, tulang tibia dan fibula, serta femur. M. Irma (2018 hlm. 28)

dalam Hidayat (1999 hlm. 255) Anggota gerak bawah dikaitkan pada batang

tubuh dengan perantaraan gelang paggul meliputi:

1) Tulang pangkal paha (coxae)

2) Tulang paha (femur)

3) tulang kering (fibula)

4) tulang betis (fibula)

5) tempurung lutut.

Otot-otot pembentukan tungkai yang terlibat pada mekanika melompat ialah: otot-

otot anggota gerak bawah. Otot-otot anggota gerak bawah terdiri dari beberapa

kelompok, yaitu:

1) Otot pangkal paha,

2) Otot tungkai atas,

3) Otot tungkai bawah dan

4) Otot kaki.

Otot pergerakan tungkai atas, mempunyai selaput pembungkus yang sangat kuat

dan disebut fasia lata. Otot-otot tungkai menjadi 3 golongan yaitu:

1) Otot abduktor, meliputi a) muskulus abduktor maldanus sebelah dalam, b)

muskulus abduktor bervis sebelah tengah, dan c)muskulus abduktor longus

sebelah luar. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut muskulus abductor

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

femoralis, dengan fungsi menyelenggarakan gerakan abduksi tulang

femur;

2) Muskulus ekstensor, meliputi: a) muskulus rektus femoris, b) muskulus

vastus lateralis eksterna, c) muskulus vatus medialis interal, d) muskulus

vastus intermedial;

3) Otot fleksor femoris, meliputi: a) biseps femoris berfungsi membengkokan

pada dan meluruskan tungkai bawah, b) muskulus semi membranosis

berfungsi membengkokkan tungkai bawah, c) muskulus semi tendinosus

berfungsi membengkokkan urat bawah serta memutar kedalam, d)

muskulus sartorius berfungsi untuk eksorotasi femur memutar kelur pada

waktu lutut mengetul, serta membantu gerakan fleksi femur dan

membengkokkan.

Otot-otot penunjang gerak tungkai bawah, terdiri dari:

1) Muskulus tibialis anterior berfungsi untuk mengangkat pinggul kaki

sebelah tengah dan membengkokkan kaki.

2) Muskulus ekstensor falangus longus berfungsi meluruskan jari kaki.

3) Otot kedang jempol berfungsi untuk meluruskan ibu jari.

4) Tendon arkiles berfungsi untuk kaki di sendi tumit dan membengkokkan

tungkai bawah lutut

5) Otot ketul empu kaki panjang berpangkal pada betis, uratnya melewapi

tulang jari berfungsi membengkokkan pangkal kaki.

6) Otot tulang kering belakang melekat pada tulang kaki berfungsi

membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki di sebelah dalam

7) Otot kedang jari bersama terletak di punggung kaki berfungsi untuk

meluruskan jari kaki.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini mengenai otot-otot

tungkai seperti gambar 2.10

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.10 anatomi muscle of leg (tungkai)

Sumber: (www.google.com)

Gambar tungkai diatas tersebut adalah bagian tungkai atas berhubungan

dengan panggul dan bagian bawah berhubungan dengan lengan bawah yang

dihubungkan oleh sendi lutut (patellar ligament).

Pada tungkai bawah ada tiga tulang yaitu tulang kering (Os. Tibia), tulang

betis (Os. Fibula) dan tulang tumit (Os. Calcaneus), pada bagian bawah tulang ini

berhubungan dengan tulang pergelangan kaki. (Os. Tarsal), tulang telapak kaki

(Os. Meta Tarsal), tulang jari kaki (Os. Phalanges Pedis) dan ruas tulang jari kaki

(Os. Digiti Phalanges Pedis).

Tungkai adalah bagian kerangka penggerakan tubuh manusia yang

memanjang dari bagian paha sampai telapak kaki, “disusun oleh tulang pangkal

kaki, tulang telapak kaki dan tulang jari-jari kaki”.

Dalam olahraga selam power tungkai sangat berperan untuk hasil lecutan

pada gerakan bifin. Pada saat melakukan lecutan power tungkai mengalami

kontraksi dan hentakan dengan daya ledak maksimal. Yang dimaksud dengan

power tungkai dalam penelitian ini adalah kemampuan otot-otot di sekitar tungkai

yang disusun oleh tulang paha atas atau tulang atas, tulang tempurung lutut, tulang

kering, tulang betis, tulang pangkal kaki, tulang telapak kaki, dan tulang jari-jari

kaki untuk mengerahkan kemampuan maksimal dalam waktu yang sangat cepat.

Adapun proses latihan yang dapat meningkatkan power tungkai adalah dengan

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

latihan weight training, tentunya otot-otot yang dilatih adalah sesuai dengan

teknik bifin yaitu otot tungkai.

H. Kerja Otot

Untuk menggerakan otot biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan

yang berurutan. Setiap rangsangan yang diberikan akan menimbulkan potensi aksi

yang akan menghasilkan kontraksi otot pada serabut otot. Menurut Santosa (2012,

hlm. 194-195):

Untuk dapat terjadinya reaksi antara filamen actin dan myosin, harus

dipenuhi dua syarat:

1. Sejumlah kadar ion Ca2+

harus ada disekitar otot yang berkontraksi.

2. Harus tersedia pasokan sumber daya ATP yang mencukupi (adekuat)

Setiap satu kontraksi otot dimulai dengan adanya satu rangsangan saraf

yang berupa impuls listrik. Implus listrik ini berasal dari saraf motoris

alpha, yang menembus membran sel otot melalui tubulus T. Akibat adanya

implus listrik ion-ion Ca2+

dibebaskan dari retikulum sarco plasma, dan

mulai lah terjadinya kontraksi otot. Segera setelah berakhirnya impuls

saraf, ion Ca2+

dipompa kembali kedalam reticulum sarcoplasma, sehingga

otot dapat relaksasi (kontraksi berakhir).

Secara mendasar dalam melakukan tarikan bifins membutuhkan kekuatan

otot lengan dan tungkai yang yang kuat, agar menghasilkan tarikan dan lecutan

kaki yang maksimal. Artinya, kontribusi power lengan dan power tungkai yang

optimal dari seorang perenang bifins adalah dapat bergerak dengan cepat dengan

kekuatan yang besar serta tenaga yang ter ukur, sehingga dapat menarik lengan

dan melecutkan kaki dengan maksimal.

I. Anggapan Dasar

Anggapan dasar atau asumsi dasar menurut Arikunto (2006,hlm.24)

mengatakan bahwa “Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya

oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat

berpijak bagi peneliti didalam melaksanakan penelitiannya.”

Setiap aktifitas olahraga termasuk selam tentunya memerlukan kondisi fisik

yang baik karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang

sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

fisik memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi atlet. Dalam

cabang olahraga selam nomor 50 m bifins, power otot lengan dan power otot

tugkai ini berperan penting dalam laju kecepatan peselam bifins. Pada cabang

olahraga selam ini power lengan dan power otot tungkai sangat berperan

kontribusinya yang membantu laju peselam bifins menjadi lebih efektif dan

efisien. Berdasarkan uraian di atas, penulis beranggapan sebagai berikut:

1. Kekuatan otot lengan yang baik akan membantu gerakan yang efektif dan

efiseien, waktu yang baik.

2. kekuatan otot tungkai pada nomor 50m bifins cabang olahraga selam

sangat dibutuhkan, terutama diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang

eksposif sehingga menghasilkan gerakan yang efektif dan efisien.

3. Kecepatan yang diperoleh pada cabang olahraga selam nomor 50 m bifins

ini merupakan hasil dari power otot lengan dan power otot tungkai yang

memberi laju saat berenang.

Berdasarkan beberapa anggapan dasar di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

aspek komponen kondisi fisik power otot lengan dan power otot tungkai

memberikan pengaruh mencapai prestasi puncak dalam cabang olahraga selam

nomor 50 m.

J. Hipotesis

Sebagai suatu kajian yang perlu pengujian, peneliti perlu untuk

merumuskan hipotesis. Menurut Sugiyono (2015, hlm, 96) hipotesis adalah

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaaan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang telah

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data.

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Power otot lengan berkontribusi terhadap hasil kecepatan nomor 50m

bifins pada olahraga selam.

2. Power otot tungkai berkontribusi terhadap hasil kecepatan nomor 50m

bifins pada olahraga selam.

Aida Rahmi Sobirin, 2019 KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN CABANG OLAHTAGA SELAM NOMOR 50M BIFINS Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I perpustakaan.upi.edu

3. Power lengan dan tungkai secara bersama-sama berkontribusi terhadap

hasil kecepatan 50m bifins pada olahraga selam.