bab ii kajian pustaka a. kajian teori a

14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar menurut Arikunto (2001) adalah sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh siswa, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung (Arikunto, 2001). Menurut Hamalik (2004) menyatakan hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sependapat dengan sebelumnya Slameto (2010) mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Hasil belajar merupakan satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Djamarah (2003) mengatakan bahwa salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sependapat dengan sebelumnya hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011). Berdasarkan dari beberapa ahli peneliti setuju dengan pendapat hasil belajar menurut Arikunto (2001) adalah sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. 5

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Arikunto (2001) adalah sebagai hasil yang

telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih

dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Hasil

belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk

bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh siswa,

misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang

dilakukan selama pelajaran berlangsung (Arikunto, 2001). Menurut

Hamalik (2004) menyatakan hasil belajar ialah terjadinya perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,

dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sependapat dengan

sebelumnya Slameto (2010) mendefinisikan hasil belajar adalah

perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara

berkesinambungan. Hasil belajar merupakan satu perubahan yang terjadi

akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

Djamarah (2003) mengatakan bahwa salah satu indikator tercapai

atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil

belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat

keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah

dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil

belajar diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang

tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar,

pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa

bertambah dari hasil sebelumnya. Hasil belajar merupakan tingkat

penguasaan yang dicapai dalam mengikuti program belajar mengajar

sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sependapat

dengan sebelumnya hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011).

Berdasarkan dari beberapa ahli peneliti setuju dengan pendapat

hasil belajar menurut Arikunto (2001) adalah sebagai hasil yang telah

dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih

dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

6

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua

kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut

saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga

menentukan kualitas hasil belajar (Baharuddin dan Wahyuni, 2007).

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.

Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

a) Faktor fisiologis, adalah faktor-faktor yang secara umum

berhubungan dengan kondisi fisik individu, seperti kesehatan

yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, tidak

dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya, hal tersebut

dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada

tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar terutama

pancaindra.

b) Faktor psikologis, adalah keadaan psikologis seseorang yang

dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor

psikologis yang yang utama mempengaruhi proses belajar

adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

2) Faktor-faktor eksogen atau eksternal

Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Menurut Syah sebagaimana dikutip dalam Baharuddin dan

Wahyuni (2007), faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil

belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor

lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial terdiri dari lingkungan sosial sekolah,

lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.

b) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan

nonsosial adalah :

Pertama, lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,

tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau

kuat, suasana yang sejuk dan tenang. Kedua, faktor

instrumenal, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan

dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

7

alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain

sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, dan buku.

c. Ranah Hasil Belajar

Menurut Kingsley dalam Sudjana (2011) membagi tiga macam

hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan

pengertian, (3) sikap dan cita-cita. Gagne membagi hasil belajar menjadi

lima, yaitu (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi

kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan motoris. Menurut Bloom dalam

Sudjana (2011), secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif berkenaaan dengan sikap dan nilai. Hasil belajar afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan

teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ada lima

aspek dalam ranah afektif, yaitu penerimaan, jaawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3) Ranah psikomotoris, hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk

keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek

dalam ranah psikomotoris, yaitu gerakan reflex, keterampilan

gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif

dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di

antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh

para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa

dalam menguasai isi bahan pengajaran (Sudjana, 2011).

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative learning yang

artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu

satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Lie dalam Isjoni (2010)

menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

8

royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang

terstruktur. Sependapat dengan sebelumnya cooperative learning adalah

mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar

siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki

dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2010). In

cooperative learning methods, students work together in four member teams

to master material initially presented by the teacher, Ini berarti bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem

belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam

belajar (Slavin dalam Isjoni, 2011).

Lie (2009) menyebut pembelajaran kooperatif merupakan salah satu

model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu, prinsip

dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan

saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Johnson &

Johnson dalam Isjoni (2010) cooperative learning adalah mengelompokkan

siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja

sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu

sama lain dalam kelompok tersebut. Berbeda dengan pendapat sebelumnya

Nurhadi dan Senduk dalam Wena (2009) menyatakan pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah

sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi

juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif menurut Lie (2009) adalah sistem

pembelajaran yamg memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini

guru bertindak sebagai fasilitator. Abdurrahman dan Bintaro dalam Lie (2009)

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih

asih, dan silih asuh antarsesama siswa sebagai latihan hidup di dalam

masyarakat nyata.

Depdiknas (2003) menyatakan Pembelajaran Kooperatif adalah

merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Menurut Suprijono, Agus (2010) menyatakan pembelajaran kooperatif

adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

9

b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Ibrahim dkk (2010) mengemukakan langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu: 1)

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2) Menyajikan informasi, 3)

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4)

Membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5) Evaluasi, 6) Memberi

penghargaan.

Langkah awal dalam pembelajaran guru menyampaikan tujuan

pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti oleh

penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara

verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap

ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk

menyelesaikan tugas bersama mereka. Langkah terakhir pembelajaran

kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi

tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan

terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu agar siswa dapat

termotivasi dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif atau kerja

kelompok. Jadi pembelajaran kooperatif sangat positif dalam

menumbuhkan kebersamaan dalam belajar pada setiap siswa sekaligus

menuntut kesadaran dari siswa untuk aktif dalam kelompok, karena jika

ada siswa yang pasif dalam kelompok maka hal itu dapat mempengaruhi

kualitas pelaksanaan pembelajaran kooperatif khususnya berkaitan dengan

rendahnya kerjasama dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif juga harus didukung oleh langkah –

langkah dan keterampilan yang melengkapinya. Langkah utama dalam

pembelajaran kooperatif menurut Arends dalam Karuru (2001) ada

enam fase. Pembelajaran kooperatif dimulai dengan guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk

belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering

dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa

dikelompokkan kedalam tim – tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan

guru pada saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase

terakhir dari pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja

kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta

memberi penghargaan terhadap usaha – usaha kelompok maupun

individu. Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel 1

berikut.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

10

Tabel 1

Langkah – langkah Pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase – 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase – 2 Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase – 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok – kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagiamana caranya membentuk kelompok – kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase – 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase – 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase – 6 Memberi penghargaan

Guru mencari cara menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

c. Kelebihan pembelajaran kooperatif

Menurut Karli dan Yuliariatiningsih (2010) mengemukakan kelebihan

pembelajaran kooperatif terdiri atas : 1) Dapat mengurangi rasa kantuk

dibanding belajar sendiri, 2) Dapat merangsang motivasi belajar, 3)

Ada tempat bertanya, 4) Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan

peristiwa lain yang mudah diingat. Sependapat dengan pernyataan

sebelumnya Karli dan Yuliariatiningsih (2002) mengemukakan kelebihan model

pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana

belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. 2) Dapat

mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh

siswa. 3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan

keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di

masyarakat. 4) Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga

sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

11

lainnya. 4) siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang

dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara

optimal bagi kesuksesan kelompoknya. 5) Memberi kesempatan kepada siswa

untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan

secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op

a. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op

Menurut Slavin (2008) Co-op Co-op adalah sebuah bentuk Group

investigation yang cukup familiar. Metode ini menempatkan tim dalam

kooperasi antara satu dengan yang lainnya (seperti namanya) untuk

mempelajari sebuah topik di kelas.

Co-op Co-op merupakan salah satu metode dari pembelajaran

Kooperatif yang termasuk dalam tipologi spesialisasi tugas. Darsim (2011)

mengemukakan Co-op Co-op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja

sama dalam kelompok-kelompok kecil pertama untuk meningkatkan

pemahaman mereka tentang diri mereka. Selanjutnya memberikan mereka

kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman

sekelasnya.

Menurut Slavin (2008) Co-op Co-op memberi kesempatan pada siswa

untuk bekerja sama dalam kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan

pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia, dan selanjutnya

memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu

dengan teman sekelasnya. Metodenya sederhana dan fleksibel. Guru bisa

memegang filosofi Co-op Co-op, maka mereka bisa memilih sekian macam

cara untuk mengaplikasikan pendekatan ini dalam kelas yang mereka ajari.

Adapun kelebihan dan kekurangan menurut Darsim (2011), kelebihan

model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op adalah siswa dapat

mengkonstruk pengetahuan sendiri, berfikir kompleks ketika menganaisis

materinya, memberikan kesempatan berdiskusi dan bekerjasama dengan

teman sekelas. kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op

adalah membutuhkan banyak waktu untuk persiapan materi kecil, berdiskusi,

dan mempresenasikan hasil diskusi kelompok sehingga dibutuhkan

pengetahuan waktu yang lebih efektif,dan efisien. Selain itu model

pembelajaran ini dapat diterapkan pada materi yang berjenjeng, artinya dalam

satu materi atau topic, sub topik tidak menjadi syarat untuk sub topik lainnya.

Slavin (2009) yang menyatakan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif

tipe co-op co-op apabila setiap siswa bertanggung jawab atas sebagaian dari

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

12

keseluruhan tugas maka masing-masing akan merasa bangga atas

kontribusinya terhadap kelompok.

b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op

Sembilan langkah spesifik meningkatkan kemungkinan sukses dari

metode ini, Slavin (2008).

Langkah 1 : Diskusi kelas terpusat pada siswa

Guru mendorong para siswa untuk menemukan dan mengekpresikan

ketertarikan mereka pada materi pelajaran yang akan mempelajari.

Melalui diskusi kelas yang terpusat pada siswa untuk meningkatkan

keterlibatan siswa dalam belajar.

Langkah 2 : Menyusun tim pembelajaran siswa

Guru mengatur siswa kedalam kelompok-kelompok yang heterogen

yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa dalam satu

kelompok. Kemudian setiap kelompok diberikan topik-topik

pelajaran untuk dibahas bersama dalam kelompok.

Unsur kooperatif yang terdapat dalam langkah ini adalah adanya

komunikasi antar anggota.

Langkah 3 : menyeleksi topik untuk tiap kelompok

Siswa dibiarkan memilih topik untuk kelompok mereka dan langsung

diikuti dengan diskusi kelas terpusat pada siswa.

Unsur kooperatif yang terdapat dalam langkah ini adalah adanya

tatap muka antar anggota kelompok.

Langkah 4 : Pemilihan topik mini dalam tiap kelompok

Setelah ditentukan topik untuk tiap kelompok, selanjutnya tiap

kelompok membuat pembagian tugas diantara anggota kelompok

dengan membuat topik utama menjadi topik mini yang mencakup

satu aspek dari topik kelompok.

Unsur kooperatif yang terdapat dalam langkah ini adalah adanya

komunikasi antar anggota kelompok

Langakah 5 : Persiapan dan penyelesaian topik mini

Setelah para siswa membagi topik kelompok mereka menjadi topik

mini, maka siswa akan bekerja secara individu dan

bertanggungjawab terhadap topik mini mereka yang menentukan

kesuksesan usaha kelompok itu sendiri.

Unsur kooperatif yang terdapat dalam langkah ini adalah adanya

tanggungjawab perseorangan terhadap usaha kelompoknya. Dalam

langkah ini tiap siswa akan dapat memberikan kontribusi yang unik

dan kreatif bagi usaha kelompoknya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

13

Langkah 6 : Persiapan presentasi kelompok

Para siswa didorong untuk memadukan semua topik kecil yang telah

diselesaikan secara individual.

Unsur kooperatif yang terdapat dalam langkah ini adalah adanya

tatap muka antar anggota kelompok.

Langkah 7 : Presentasi kelompok

Selama waktu presentasi, kelompok memegang kendali kelas dan

bertanggung jawab terhadap waktu, ruang dan bahan-bahan yang

ada di dalam kelas selama presentasi. Dan kelompok juga harus

memasukkan sesi tanya jawab untuk memberikan komentar dan

umpan balik bagi para siswa.

Unsur kooperatif yang terdapat dalam langkah ini adalah adanya

hubungan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok

Langkah 8 : Presentasi Tim

Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

Langkah 9 : Evaluasi

Pada saat presentasi tim dievaluasi oleh kelas

Tabel 2

Langkah-langkah Co-op Co-op

Langkah-langkah

Tingkah laku guru Aktivitas siswa

Langkah 1 a. Memotivasi siswa untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka sendiri terhadap subjek yang akan dicakupi.

b. Membiarkan siswa untuk diskusi kelas yang terpusat pada siswa itu sendiri.

Menemukan ide/ materi yang akan di pelajari.

Langkah 2 Pembentukan

tim

a. Membagi siswa dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima anggota.

b. Menginformasikan kepada siswa bagaimana menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

a. Membentuk kelompok. b. Memperhatikan

penjelasan guru.

Langkah 3 Seleksi topik tim

Mendorong para siswa untuk mendiskusikan berbagai macam topik di antara mereka sendiri.

mendiskusikan berbagai macam topik.

Langkah 4 Pemilihan Topik

Kecil

Memberikan tugas kepada siswa yang berkaitan dengan topik kecil mereka atau dengan tim membagi topiknya

Memperhatikan penjelasan guru dan pembagian tugas tim.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

14

untuk membuat pembagian tugas di antara anggota tim.

Langkah 5 Persiapan Topik

Kecil

Mengamati siswa dalam bekerja individual untuk kontribusi dalam tim.

Belajar sendiri tentang topik kecil dari tim.

Langkah 6 Presentasi Topik

Kecil

Mengamati siswa dalam mempresentasikan pemahamannya dalam tim sendiri.

Mempresentasikan pemahamannya dalam tim sendiri.

Langkah 7 Persiapan

Presentasi Tim

Mendorong para siswa untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi tim.

Memadukan semua topik kecil dalam tim.

Langkah 8 Presentasi Tim

a. Mengatur waktu presentasi tim. b. Membuka tanya jawab siswa kepada tim

yang selesai presentasi.

a. Siswa dan tim melakukan presentasi di depan kelas.

b. Menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan

Langkah 9 Evaluasi

a. Membiarkan siswa pada saat presentasi tim dievaluasi oleh kelas.

b. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi.

Mengevaluasi pembelajaran

B. PENELITIAN RELEVAN

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain,

Ikhwani (2012) dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

co-op co-op (cooperation in education) pada pokok bahasan aritmatika sosial di

kelas VII SMP N 6 Tebing Tinggi ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 6 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2011/2012,

dengan subjek penelitian 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa untuk kelas

eksperimen dan 20 siswa untuk kelas kontrol yang diperoleh dengan teknik

cluster random sampling pada siswa kelas VII. Instrumen penelitian yang

diberikan berupa tes, observasi dan angket. Dari hasil perhitungan uji hipotesis

diperoleh nilai t hitung = 2,49 kemudian dibandingkan dengan t tabel ada taraf

signifikan 0,05 dan derajat kebebasan 68, diperoleh nilai t tabel = 1,68, karena

atau t hitung 2,49 > t tabel 1,68, sehingga H a diterima. Hasil dari penelitian dapat

disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op lebih tinggi dari pada rata-rata

hasil belajar yang menggunakan metode konvensional. Dengan demikian

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe co-op co-op

berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

15

Penelitian Kusumariyatni, dkk (2010) dengan judul “pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op berorientasi literasi sains

terhadap hasil belajar kelas IV di SD Pancasari ”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

co-op co-op lebih efektif daripada metode konvensional pada pembelajaran

IPA dengan standar kompetensi pengenalan organ tubuh pada manusia tahun

pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rata – rata post

test untuk kelas eksperimen sebesar 17,70 dan kelas kontrol sebesar 15,27.

Simpulan dalam penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe co-op co-op dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas

siswa, dan lebih efektif dibandingkan metode konvensional terhadap hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan standar kompetensi pengenalan

organ tubuh pada manusia tahun pelajaran 2011/2012. Saran dalam penelitian

ini yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe co-op

co-op dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam rangka

menambah variasi model mengajar karena efektif dalam meningkatkan hasil

belajar dan aktivitas siswa, perlu adanya belajar kelompok yang efektif untuk

melatih tingkat sosial siswa, dan perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam

rangka untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

Sependapat dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan

Silviani, dkk (2011) dengan judul “pengaruh penerapan model kooperatif tipe

co-op co-op dalam pembelajaran matematika untuk mengetahui respon siswa

kelas VIII MTsN Kota Solok”. Pengujian hipotesis penelitian dianalisis

menggunakan rumus regresi diperoleh Freg hitung sebesar = 19,732. Harga ini

lebih besar dari F tabel pada taraf signifikansi 5% dan 1 % yaitu 4,11 dan 7,39.

Artinya , baik pada taraf 1% maupun 5%, Freg signifikan, sehingga H1 diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara respon siswa

pada penerapan metode pembelajaran berbasis masalah dengan model

kooperatif tipe co-op co-op terhadap hasil belajar siswa kelas VIII materi pokok

sistem persamaan linier dua variabel.

Sebaliknya penelitian yang dilakukan Triansah (2011) dengan judul

“pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op ditinjau dari motivasi

belajar dan tingkat berpikir abstrak siswa”. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen dengan populasi penelitian siswa

kelas X SMA 1 Ngaglik Sleman tahun ajaran 2011/2012, Sampel penelitian

ditentukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas. Model

pembelajaran pada kelas eksperimen 1 yaitu kelas X 2 menggunakan model

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

16

kooperatif tipe jigsaw dan pada kelas eksperimen 2 adalah kelas X 5

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op. Teknik

pengumpulan data menggunakan metode tes untuk data prestasi belajar dan

tes berfikir abstrak siswa, kemudian metode angket untuk data motivasi belajar

siswa. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain

faktorial 2 x 2 x 2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat

pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi

belajar siswa (Sig.= 0,016 < α = 0,05), model kooperatif tipe jigsaw lebih baik

dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op; (2)

terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar siswa terhadap prestasi

belajar siswa (Sig.= 0,021 < α = 0,05), dan motivasi belajar kategori tinggi lebih

baik daripada motivasi belajar kategori rendah; (3) terdapat pengaruh yang

signifikan tingkat berfikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa (Sig.=

0,002 < α = 0,05), kemudian tingkat berfikir abstrak kategori tinggi tidak lebih

baik dibandingkan dengan kategori rendah; (4) tidak terdapat interaksi antara

model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa; (5) tidak terdapat interaksi

antara model pembelajaran dengan tingkat berfikir abstrak siswa terhadap

prestasi belajar siswa; (6) tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar

dengan tingkat berfikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa; (7) tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar dan

dengan tingkat berfikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, para peneliti telah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op pada tingkat

SD, SMP, maupun MTs. Peneletian ini untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op terhadap hasil belajar siswa kelas VII.

Peneletian ini dilkukan pada tingkat SMP pada mata pelajaran matematika.

Peneleti memilih matematika sebagai mata pelajaran yang digunakan ini suatu

kelebihan karena ada peneletian sebelumnya menggunakan mata pelajaran IPA

sebagai materi untuk peneletian. Walaupun ada peneletian sebelumnya pada

mata pelajaran matematika, tetapi untuk melihat respon siswa, hasil belajar,

dan aktivitas, sedangkan peneletian ini akan melihat sejauh mana pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op terhadap hasil belajar siswa

kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga.

C. KERANGKA BERFIKIR

Guru memiliki peranan penting dalam mengelola lingkungan kelas dan

menyusun ateri pelajaran dengan baik, karena akan membantu pembelajaran

lebih efektif. Pembelajaran matematika seharusnya kemampuan guru dalam

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

17

membuat belajar matematika menjadi menyenangkan, karena pada

kenyataannya, pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan

membosankan bagi sebagian besar anak, apalagi fasilitas yang mendukung

pembelajaran sangat kurang, sehingga siswa sering berbicara sendiri bahkan

tidak mengikuti pelajaran, begitupula yang terjadi di SMP Kristen 2 Salatiga. Hal

ini diketahui dari kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang

diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan dari guru sehingga dapat

menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari, terutama di

sekolahan tempat peneliti mengadakan penelitian dapat dilihat dari nilai rata-

rata hasil ujian matematika yang rendah dibandingkan dengan pelajaran

lainnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, dan salah satu faktor yang

paling dominan adalah faktor metode mengajar dalam kegiatan belajar

mengajar.

Pemilihan model pengajaran menjadi suatu tantangan bagi para guru,

karena sukses tidaknya suatu pembelajaran tergantung pada kualitas

pengajaran guru. Penerapan suatu model dalam pembelajaran matematika,

merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa

dan mengarah kepada penguasaan materi, oleh karena itu seorang guru harus

memiliki model pembelajaran yang tepat, efektif, menarik minat dan perhatian

siswa, mengembangkan motivasi siswa, dan tentunya dapat menghasilkan hasil

belajar matematika siswa yang lebih baik.

Siswa SMP Kristen 2 Salatiga nampak malas karena hanya mendengarkan

serta menuruti kata-kata guru saja tanpa berperan aktif dalam proses

pembelajaran sehingga model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op

dianggap sebagai model yang efektif dan sesuai dengan yang diharapkan oleh

peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP K 2 Salatiga, dengan

model co-op co-op siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar di

kelas. Siswa diharapkan dapat melaksanakan langkah-langkah model co-op co-

op dengan baik dari awal hingga selesai proses belajar mengajar. Penggunaan

model pembelajaran co-op co-op diduga dapat memberikan pengaruh yang

signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang digambarkan dalam pola

paradigma penelitian sebagai berikut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI a

18

Gambar 1

Paradigma penelitian

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan rumusan hipotesis penelitian.

Hipotesis penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op

berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi statistika kelas VII

SMP Kristen 2 Salatiga.

Pembelajaran Matematika

dengan Model

Pembelajaran Kooperatif

Tipe Co-op Co-op

Hasil Belajar Matematika