bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. pengertian...

13
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Percaya Diri Sikap dan perilaku manusia sangatlah dipengaruhi oleh kondisi perasaannya, salah satunya adalah sikap percaya diri. Menurut Santrock (2002) percaya diri yang rendah berhubungan dengan proses belajar seperti prestasi rendah, kehidupan keluarga yang sulit, atau dengan kejadian kejadian yang membuat tertekan, masalah yang muncul dapat menjadi lebih meningkat. Dirjen PAUDNI (2012) menjelaskan percaya diri adalah sikap yang menunjukkan memahami kemampuan diri dan nilai harga diri. Hal ini berarti bahwa percaya diri seseorang akan muncul apabila anak dapat memahami dirinya sendiri serta melakukan sesuatu hal sesuai dengan nilai harga diri yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lauster (2002) yang menjelaskan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Sedangkan orang yang mempunyai kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan gembira. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.. Percaya diri juga memiliki arti sebagai sikap atau

Upload: donhu

Post on 05-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Percaya Diri

Sikap dan perilaku manusia sangatlah dipengaruhi oleh kondisi

perasaannya, salah satunya adalah sikap percaya diri. Menurut Santrock

(2002) percaya diri yang rendah berhubungan dengan proses belajar seperti

prestasi rendah, kehidupan keluarga yang sulit, atau dengan kejadian kejadian

yang membuat tertekan, masalah yang muncul dapat menjadi lebih meningkat.

Dirjen PAUDNI (2012) menjelaskan percaya diri adalah sikap yang

menunjukkan memahami kemampuan diri dan nilai harga diri. Hal ini berarti

bahwa percaya diri seseorang akan muncul apabila anak dapat memahami

dirinya sendiri serta melakukan sesuatu hal sesuai dengan nilai harga diri yang

dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lauster (2002) yang menjelaskan

bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas

kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya orang yang

bersangkutan tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang

sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam

berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat

mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Sedangkan orang yang

mempunyai kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri

sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan

gembira.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

percaya diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri

sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya orang yang bersangkutan tidak

terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan

dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan

orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan

kekurangan diri sendiri.. Percaya diri juga memiliki arti sebagai sikap atau

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

7

keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya

orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan

hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan

dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat

mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

a. Aspek Percaya Diri

Preston (2007) mengungkapkan ada 5 aspek pembangun percaya

diri yaitu: 1) self-awareness (kesadaran diri), berarti memahami dan

mengenal tentang kondisi diri sendiri dalam hal kebenaran tentang diri, 2)

intention (niat) berarti memiliki kemampuan membuat suatu komitmen, 3)

thinking (berfikir positif rasional) berarti memiliki kemampuan berpikir

menggunakan akal secara logis, 4) imagination (imajinasi) berarti

membayangkan diri secara positif dan berfikir kreatif pada saat akan

bertindak, dan 5) act (bertindak) berati mengeksekusi tindakan untuk

menampakkan percaya diri.

Sedangkan menurut Lauster (2002) orang yang mempunyai rasa

percaya diri yang tinggi pada umumnya mudah bergaul secara fleksibel,

mempunyai toleransi yang cukup baik, bersikap positif, dan tidak mudah

terpengaruh orang lain dalam bertindak serta mampu menentukan

langkahlangkah dalam menyelesaikan suatu masalah. Tipe-tipe orang yang

mempunyai rasa percaya diri tinggi akan terlihat lebih tenang, tidak

merasa takut, dan mampu memperlihatkan kepercayaan dirinya setiap

saat. Selain itu, orang yang mempunyai rasa percaya diri yang besar, dia

yakin dengan kemampuan yang dia miliki, sehingga dia percaya bahwa dia

bisa melakukan suatu hal dengan segala kemampuan yang dia milki. Ia

menyebutkan bahwa aspek-aspek yang terkandung dalam kepercayaan diri

antara lain:

1. Ambisi, merupakan dorongan untuk mencapaihasil yang diperlihatkan

kepada orang lain. Orang yang percaya diri cenderung memiliki ambisi

yang tinggi. Mereka selalu berpikiran positif dan berkeyakinan positif

bahwa mereka mampu.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

8

2. Mandiri, individu yang mandiri adalah individu yang tidak tergantung

pada individu lain karena mereka merasa mampu menyelesaikan segala

tugasnya dan tahan terhadap tekanan

3. Optimis, individu yang optimis akan berpikiran positif selalu

beranggapan akan berhasil, yakin dan dapat menggunakan kemampuan

dan kekuatannya secara efektif dan terbuka.

4. Peduli, tidak mementingkan diri sendiri tetapi juga selalu peduli pada

orang lain

5. Toleransi, sikap toleransi adalah sikap maumenerima pendapat dan

perilaku orang lain yang berbeda dengan dirinya.

Dari kedua pendapat kedua ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa aspek percaya diri yaitu terdiri dari ambisi, mandiri, toleransi,

optimis, dan peduli.

b. Pentingnya Percaya Diri untuk Anak Usia Dini

Berdasarkan studi yang dilakukan Haydar, Avcu &Isiclar (2010)

percaya diri memiliki dampak yang sangat baik pada saat seseorang

mengekspresikan diri selama hubungan interpersonal dan membuat

hubungan dengan orang lain. Bertindak tanpa percaya diri dapat

menyebabkan isolasi atau penafsiran dari seorang individu dari

masyarakat. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa sikap percaya diri

adalah hal yang sangat penting bahkan percaya diri muncul sejak manusia

dilahirkan, tetapi percaya diri ini akan berubah sejak anak mulai

berkembang.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa percaya

diri perlu dikembangkan sejak dini. Hal ini sejalan dengan Studi

Yoruku (Haydar, Avcu &Isiclar, 2010) yang meneliti bahwa

selama periode bermain (0-2 tahun), anak menunjukkan kebebasan

dan kreativitasnya. Pada periode ini, persahabatan

mengembangkan anak dalam belajar tentang pentingnya hubungan

sosial. Selain itu dalam periode ini, hubungan anak dengan teman-

temannya memiliki dampak besar pada perkembangan sosialnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

9

Anak-anak yang tidak menghabiskan cukup waktu dengan teman-

temannya akan cenderung malu dan mudah untuk curiga, apabila

hal ini dibiarkan anak akan menjadi kurang percaya diri.

Menurut Lindenfield (1997), tahapan percaya diri anak usia 5-6

tahun yakni mencoba menguasai lingkungan dan mempertahankan diri

menguji ingatan baru dan keterampilan pemahaman, bereksperimen

dengan peran gender, berlaku aktif dan mulai mencari teman. Rasa

percaya diri anak sangat dipengaruhi bagaimana orangtua ataupun

pendidik dalam menumbuhkan rasa tersebut. Ketika anak dari kecil sudah

dibiasakan untuk tampil, tidak banyak larangan, motivasi, dan banyak

kesempatan, maka anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi,

tetapi sebaliknya ketika anak tidak diberikan kesempatan, selalu banyak

larangan, dan kurang motivasi, maka anak akan tumbuh dengan rasa

percaya diri yang kurang, sosialisai dengan orang lain pun sedikit sulit.

Menurut Dirjen PAUDNI (2012) terdapat sembilan indikator nilai

percaya diri, yaitu 1) berani menyatakan pendapatnya; 2) berani bertanya

dan menjawab pertanyaan; 3) bangga dengan dirinya; 4) berani melakukan

sesuatu tanpa bantuan; 5) berani mencoba hal yang baru; 6) mau

melakukan tantangan dan tidak mudah menyerah;7) berani

mempertahankan apa yang dipahami; 8) ingin tampil menjadi juara; 9)

bangga terhadap hasil karya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri

sangatlah penting dikembangkan sejak dini, karena sikap percaya diri

dapat menunjang perkembangan sosial anak yang dapat berpengaruh

terhadap perkembangan yang lain, baik itu kognitif, fisik motorik, bahasa,

sosial emosi, dll. Diharapkan dengan mengembangkan sikap percaya diri

sejak dini anak akan dapat menjadi berani dan mampu melakukan segala

sesuatu sesuai dengan apa yang diyakininya tanpa memiliki rasa ragu

ataupun cemas.

2. Pengertian Sosial Ekonomi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

10

Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak

dan dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat

mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Keluarga bertanggung jawab

menyediakan dana untuk kebutuhan pendidikan anak. Keluarga (orangtua)

yang keadaan sosial ekonominya tinggi tidak akan banyak mengalami

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak. Berbeda dengan orangtua

yang keadaan sosial ekonominya rendah akan kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan sekolah anaknya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bradley dan

Cordwyn (2002) bahwa status sosial ekonomi adalah salah satu

konstruksiyang paling banyak dipelajari dalam ilmu sosial. Beberapa cara

mengukur status sosial ekonomi telah diusulkan tetapi kebanyakan mencakup

beberapa kuantifikasi pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, dan status

pekerjaan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa status sosial ekonomi

dikaitkan dengan berbagai macam kesehatan, kognitif, dan hasil sosio

emosional pada anak-anak, dengan efek mulai sebelum kelahiran dan terus

menjadi dewasa.

Pada realitanya status sosial ekonomi memang tidak selamanya

membuat anak menjadi kurang percaya diri,tetapi dengan rendahnya tingkat

ekonomi suatu keluarga hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri anak.

Hal ini juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Bradley dan Cordwyn

(2002) bahwa meskipun hubungan antara sosial ekonomi dan perkembangan

emosi anak adalah tidak sekonsisten hubungan dengan pencapaian kognitif,

ada bukti substansial bahwa anak-anak tingkat sosial ekonomi rendah lebih

sering mengalami gejala nyata dari gangguan kejiwaan dan fungsi sosial

daripada anak-anak dari keadaan yang lebih makmur. Berdasarkan hasil

penelitian dari Earls dan Richman (Bradley dan Cordwyn, 2002) menyebutkan

bahwa pada anak usia dini, ada sedikit bukti dari hubungan antara tingkat

sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial emosi. Namun pada penelitian

Achenbach, Duncan, McLeod, dan Shanahan (Bradley dan Cordwyn, 2002)

menyebutkan bahwa hubungan antara sosial ekonomi dan sosial emosi muncul

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

11

pada anak usia dini dan menjadi cukup konsisten (terutama untuk

eksternalisasi masalah) di tengah masa.

Selain itu berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Pratisto (2014)

menjelaskan perkembangan sosial anak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

salah satunya adalah tingkat status sosial ekonomi dalam keluarga. Hal ini

berpengaruh terhadap perkembangan anak secara keseluruhan, karena Jika

anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi,

sehingga kesehatan anak terganggu serta belajar anak juga akan terganggu.

Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa

minder dengan teman-temannya yang lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suryawati

(2005), ciri-ciri kelompok (penduduk) dengan sosial ekonomi yang rendah

yaitu: 1) rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah,

modal, peralatan kerja, dan keterampilan, 2) mempunyai tingkat pendidikan

yang rendah, 3) kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha

kecil (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak

bekerja), 4) kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan

(slum area), dan 5) kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalamjumlah

yang cukup): bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas

kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan

kesejahteraan sosial lainnya.

Dari paparan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial

ekonomi keluarga yang rendah yaitu kondisi keluarga yang memiliki

penghasilan di bawah UMK (Upah Minimum Karyawan), sehingga dalam

mencukupi kebutuhan sehari-hari masih dirasa kurang/hanya cukup untuk

dipakai makan sehari-hari saja. Hal ini sangat berpengaruh/berbanding lurus

dengan sikap percaya diri pada anak, hal ini terlihat bahwa ketika kondisi

sosial ekonomi keluarga yang semakin rendah maka hal tersebut

mengakibatkan kebutuhan anak menjadi kurang terpenuhi, baik kebutuhan

yang sifatnya menunjang sekolah maupun yang berhubungan dengan

kesehatan. Keadaan ekonomi yang rendah ini tentu sangat mempengaruhi cara

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

12

berifikir anak dalam berinteraksi maupun bergaul dengan teman sebayanya

menjadi minder, apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka sikap

percaya diri anak juga akan menjadi rendah. Namun juga tidak menutup

kemungkinan bahwa anak yang berada pada kondisi keluarga sosial ekonomi

rendah akan memiliki sikap percaya diri yang tinggi.

3. Pengertian Assertive Training

Corey (2009) menjelaskan bahwa assertive training (latihan asertif)

merupakan penerapan latihan tingkah laku dengan sasaran membantu

individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih

langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bishop (1999) memaparkan bahwa asertivitas akan mengembangkan

kepercayaan diri dan kemampuan diri dalam menilai, berpendapat dan

menghormati orang lain. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa adanya

penerapan assertive training yang dihasilkan akan memberikan kepraktisan

bagi guru dalam mengembangkan aspek pribadi anak untuk menjadi anak

yang lebih percaya diri bagi dirinya dan mampu tampil lingkungan sosialnya.

Field, Flower, dan Paulson (Zappe dan Eipsten, 1987) menjelaskan juga

bahwa assertive training dalam pengaturan kelompok telah menjadi populer

juga sebagai alat yang efektif untuk mengurangi gejala pasif, rendah diri,

kecemasan interpersonal, dan perilaku agresif.

Menurut Lange (Zappe dan Eipsten, 1987), menjelaskan bahwa

assertive training umumnya lebih efektif daripada pelatihan individu. Dengan

adanya pelatihan ini anak jauh lebih memiliki kesempatan untuk melakukan

interaksi yang berbeda dengan pelatihan secara individual. Selain itu,

semuanya dipraktekkan sehingga menuntut individu untuk berperan aktif

dalam pelatihan tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan assertive training

adalah suatu pelatihan tingkah laku yang dapat dikolaborasikan dengan

berbagai macam teknik yang dirancang untuk membantu dalam membimbing

individu berinteraksi atau menyesuaikan diri dengan orang lain sehingga

individu mampu mengembangkan, menyatakan serta mengekspresikan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

13

perasaan, pikiran serta tindakan secara bebas tanpa mengganggu orang lain

ataupun membuat orang lain merasa terancam.

a. Aspek-aspek Assertive Training

Konten yang terdapat pada panduan assertive training adalah

berupa tahapan melalukan assertive training yang merupakan aspek-aspek

pokok dari asertivitas yang diadaptasi dari aspek-aspek penting dalam

kegiatan pelatihan asertivitas yang disesuaikan dengan 2 pendapat ahli

yaitu Townend (2007) dan Bishop (1999) diantaranya adalah (1)

membangun hubungan sosial; (2) ketrampilan untuk menyatakan gagasan

atau keinginan dan penolakan; (3) ketrampilan mendengarkan; (4)

memiliki kesadaran diri untuk menghargai keadaan diri dan orang lain; (5)

ketrampilan menghadapi situasi dan orang yang sulit; (6) memiliki

ketrampilan komunikasi non-verbal; (7) berpikir positif; (8) tingkat

kejelasan dalam berkomunikasi.

Beberapa aspek dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

semua aspek yang terkandung dalam assertive training diatas merupakan

poin-poin yang penting dan dapat membantu anak menumbuhkan

pengembangan pribadi dan sosialnya, antara lain menumbuhkan percaya

diri dalam bersosial dengan teman-temannya, melatih untuk menguatkan

relationship dalam lingkungannya, melatih komunikasi efektif dalam

situasi interpersonal.

b. Manfaat Assertive Training

Menurut pendapat Corey (2009), manfaat assertive training yaitu

membantu bagi orang-orang yang: 1) tidak mampu mengungkapkan

kemarahan dan perasaan tersinggung, 2) menunjukkan kesopanan yang

berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, 3)

memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak” , 4) mengalami kesulitan

untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya, 5) merasa

tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran

sendiri.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

14

Assertive training ini efektif dalam mengembangkan kepercayaan

diri. Hal ini didukung dengan adanya studi yang telah dilakukan oleh

Makinde & Akinteye (2014), dalam penelitian tersebut mebuktikan bahwa

assertive training dapat mengembangkan harga diri individu, yang dimana

didalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi harga diri

individu semakin tinggi pula tingkat percaya dirinya. Hal ini juga sejalan

dengan pendapat Bishop (1999), bahwa assertive training dapat

mengembangkan percaya diri dan kemampuan diri dalam menilai,

berpendapat dan menghormati orang lain. Percaya diri merupakan

komponen bagi individu yang asertif, individu yang asertif memiliki

kemampuan berkomunikasi secara tegas, dapat mengemukakan

gagasan/pendapatnya dihadapan orang lain, mampu mengembangkan

potensi dan kelebihannya serta memiliki kemampuan bersosial dengan

orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Townend (2007), bahwa orang

yang berperilaku asertif memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang

cukup atas dirinya dan orang lain.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

assertive training ini efektif untuk mengembangkan percaya diri anak,

sehingga peneliti menggunakan assertive training ini sebagai salah satu

treatment untuk mengembangkan percaya diri anak usia 5-6 tahun pada

keluarga sosial ekonomi rendah.

Peneliti memberikkan assertive training sejumlah 6 perlakuan yang

berpedoman pada jurnal internasional yang berjudul Effect of Mentoring

and Assertiveness Training on Adolescents Self-Esteem in Lagos State

Secondary Schools. Berdasarkan jurnal tersebut menjelaskan bahwa

perlakuan yang diberikan adalah sejumlah 6 kali pertemuan yang didalam

materi pertemuan tersebut saling berkaitan sehingga dalam penelitian

tersebut terbukti dapat meningkatkan percaya diri anak. Seluruh pertemuan

tersebut terdapat inti materi yang digunakan untuk penelitian, peneliti

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

15

menggunakannya dengan cara memodifikasi perlakuan tersebut agar dapat

dipahami anak dengan lebih mudah, inti pertemuan tersebut yaitu :

1. Bercerita tentang sikap percaya diri dan asertif kepada anak dan

menjelaskan sikap mana yang patut untuk dicontoh.

2. Mengenalkan sikap pasif, agresif, dan asertif melalui video.

3. Cerita bergambar mengenalkan sikap yang dapat menyebabkan

ketidaktegasan.

4. Sosio drama dengan tema cara-cara yang dapat digunakan agar menjadi

tegas.

5. Bercerita menggunakan gambar/video tentang pentingnya untuk berkata

“tidak”.

6. Memutarkan video tentang jenis kritik yang baik dan kritik yang tidak

baik.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

16

4. Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi

dalam penelitian adalah :

Tabel 2.1 Penelitian yang relevan

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Keterangan

1 Haydar, dkk. (2010).

Analyzing undergraduate

students’ self confidence

levels in terms of some

variables.

Meneliti dan

menganalisa

sikap percaya diri

dan bagaimana

mengembangkan

nya.

Meneliti percaya

diri mahasiswa

Penelitian ini saya

gunakan karena

didalam penelitian

ini juga

menjelaskan

tentang

perkembangan

kepercayaan diri

anak.

2 Bradley & Cordwyn.

(2002). Socioeconomic

status and child

development.

Meneliti

hubungan anatara

status sosial

ekonomi dengan

perkembangan

sosial emosional

anak.

Hanya meneliti

tentang pengaruh

status sosial

terhadap sosial

emosional.

Penelitian ini

digunakan peneliti

karena didalam

penelitian tersebut

juga dijelaskan

bahwa status sosial

mempengaruhi

sosial emosional

anak terutame

percaya diri.

3 Makinde & Akinteye.

(2014). Effect of Mentoring

and Assertiveness Training

on Adolescents Self-

Esteem in Lagos State

Secondary Schools.

Menggunakan

assertive training

sebagai treatment

yang digunakan

dalam penelitian.

Meneliti tentang

harga diri.

Penelitian ini saya

gunakan karena

didalam penelitian

tersebut juga

menjelaskan

bahwa semakin

tinggi harga diri

seseorang maka

akan semakin

tinggi pula rasa

percaya dirinya.

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Keterangan

4 Sert. (2003).The Effect of an

Assertiveness training on the

Menggunakan

assertive training

Meneliti tentang

harga diri.

Penelitian ini

saya gunakan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

17

assertiveness and self esteem

level of 5th grade children.

sebagai

treatment yang

digunakan dalam

penelitian.

karena didalam

penelitian

tersebut juga

menjelaskan

bahwa semakin

tinggi harga diri

seseorang maka

akan semakin

tinggi pula rasa

percaya dirinya.

Berdasarkan Tabel 2.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian assertive training

pada anak sebenarnya sudah dilakukan oleh banyak peneliti terutama oleh konselor. Assertive

training ini merupakan salah satu teknik treatment dalam dunia konseling, namun masih

sedikit yang menerapkannya pada anak usia dini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan

menggunakan assertive training terhadap kepercayaan diri anak usia 5-6 tahun pada keluarga

sosial ekonomi rendah.

B. Kerangka Berpikir

Percaya diri adalah sebuah sikap atau perilaku dalam menyakini kemampuan dirinya

untuk mengerjakan sesuatu dengan mandiri. Ketika anak dari kecil sudah dibiasakan untuk

tampil, tidak banyak larangan, motivasi, dan banyak kesempatan, maka anak akan tumbuh

dengan rasa percaya diri yang tinggi. Namun, sebaliknya ketika anak tidak diberikan

kesempatan, selalu banyak larangan, dan kurang motivasi, maka anak akan tumbuh dengan

rasa percaya diri yang kurang, sosialisai dengan orang lain pun sedikit sulit. Berdasarkan

realita banyak sekali anak usia 5-6 tahun yang berasal dari keluarga tingkat sosial ekonomi

rendah yang memiliki sikap kepercayaan diri yang kurang, keadaan ekonomi yang rendah

inilah yang mempengaruhi cara berpikir anak dalam berinteraksi maupun bergaul dengan

teman sebayanya menjadi minder, apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka sikap

percaya diri anak juga akan menjadi rendah., hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak terutama untuk menempuh ke jenjang yang lebih tinggi yaitu sekolah

dasar.

Berdasarkan realita tersebut perlu adanya sebuah treatment untuk membantu anak

dalam menciptakan sikap percaya dirinya ini, yaitu dengan pemberian assertive training.

Assertive training merupakan prosedur latihan yang diberikan kepada individu untuk melatih

penyesuaian sosialnya dalam mengekspresikan sikap, perasaan, pendapat dan haknya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/k8112047_bab2.pdf · prestasi rendah, ... Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

18

Pemberian assertive training ini bertujuan agar anak mampu menjadi individu yang percaya

diri baik secara aspek pribadi dan sosialnya. Diharapkan dengan pemberian assertive training

anak dapat memiliki sikap percaya diri yang lebih baik dari sebelumnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari pemberian assertive training

terhadap percaya diri anak. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini :

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pemberian assertive training memberikan efek

terhadap kepercayaan diri anak usia 5-6 tahun pada keluarga tingkat sosial ekonomi rendah.

Sosial Ekonomi rendah

anak kurang percaya

diri

anak percaya diri

Kelompok Eksperimen

Assertive Training

Kelompok Kontrol

Koopertif learning

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir