menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan...

36
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Olahraga Angkat Besi a. Pengertian Prestasi Olahraga Angkat Besi Prestasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (UU SKN) No. 3 Tahun 2005 Pasal 1 pada butir ke 17 dijelaskan bahwa, prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan dalam kegiatan olahraga. Widodo (2000: 594) menjelaskan bahwa, “prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Prestasi pada umumnya merupakan suatu perwujudan pencapaian tingkat keberhasillan tentang suatu tujuan atau bukti suatu keberhasilan. Prestasi olahraga erat kaitannya dengan suatu pencapaian keberhasilan, seperti yang dijelaskan oleh, Rahmat Hermawan (2012) dalam Disertasinya bahwa, keberhasilan prestasi akan tercapai bila di dukung dengan program latihan yang terencana, berjenjang dan berkelanjutan, serta didukung pula dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan bidang dan cabang olahraganya. Selanjutnya, Komenpora (1993), dalam Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi yang dikutip oleh Rahmat Hermawan (2012) dalam Disertasinya menjelaskan bahwa, untuk mencapai prestasi yang maksimal harus berdasarkan analisis faktor penentu (diterminasi)/ indikator bakat meliputi: 1) Prestasi/preforma yang telah dicapai 2) Indikator dari peningkatan prestasi

Upload: hoanghuong

Post on 21-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Prestasi Olahraga Angkat Besi

a. Pengertian Prestasi Olahraga Angkat Besi

Prestasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem

Keolahragaan Nasional (UU SKN) No. 3 Tahun 2005 Pasal 1 pada butir ke 17

dijelaskan bahwa, prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan

atau kelompok olahragawan dalam kegiatan olahraga.

Widodo (2000: 594) menjelaskan bahwa, “prestasi adalah hasil yang telah

dicapai. Prestasi pada umumnya merupakan suatu perwujudan pencapaian tingkat

keberhasillan tentang suatu tujuan atau bukti suatu keberhasilan”. Prestasi olahraga

erat kaitannya dengan suatu pencapaian keberhasilan, seperti yang dijelaskan oleh,

Rahmat Hermawan (2012) dalam Disertasinya bahwa, keberhasilan prestasi akan

tercapai bila di dukung dengan program latihan yang terencana, berjenjang dan

berkelanjutan, serta didukung pula dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sesuai dengan bidang dan cabang olahraganya. Selanjutnya,

Komenpora (1993), dalam Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Olahraga

Prestasi yang dikutip oleh Rahmat Hermawan (2012) dalam Disertasinya

menjelaskan bahwa, untuk mencapai prestasi yang maksimal harus berdasarkan

analisis faktor penentu (diterminasi)/ indikator bakat meliputi:

1) Prestasi/preforma yang telah dicapai

2) Indikator dari peningkatan prestasi

Page 2: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

12

3) Memiliki peningkatan prestasi yang lebih cepat daripada anak yang tidak

berbakat

4) Memiliki kualitas mental yang baik

5) Memiliki motivasi intrinsik

6) Stabilitas peningkatan prestasi

7) Daya toleransi terhadap beban latihan (adaptasi)

8) Memiliki jiwa kompetitif yang tinggi

9) Mudah mempelajari dan menguasai suatu keterampilan yang baru

M. Furqon (1995) menjelaskan bahwa, prestasi olahraga adalah tindakan yang

sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor, kondisi, dan pengaruh-

pengaruh lain. Selanjutnya Martin dalam M. Furqon (1995) menetapkan unsur-unsur

prestasi olahraga sebagai berikut:

1) Keterampilan dan teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai, dan

dimantapkan (diotomatisasikan).

2) Kemampuan-kemampuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan latihan

penyehatan badan, kemampuan gerak, kemampuan belajar dan koordinasi.

3) Tingkah laku yang memadai untuk situasi sportif tertentu, misalnya perubahan

kompetitif atau kondisi-kondisi latihan, stres, kekalahan dan sebagainya.

4) Pengembangan strategi (taktik)

5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

prestasi olahraga angkat besi merupakan suatu tindakan yang kompleks dan dapat

memberikan hasil upaya maksimal. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu prestasi

khususnya pada prestasi olahraga angkat besi, diperlukan suatu usaha yang benar-

benar harus diperhitungkan secara matang melalui proses pola pembinaan yang

tersetruktur, terencana, dan terprogram, serta mengacu pada indikator-indikator

Page 3: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

13

yang sesuai dengan kajian bidang keilmuan dan memahami secara mendalam dari

faktor-faktor yang erat hubungannya dengan prestasi olahraga angkat besi.

Dalam olahraga angkat besi, hal yang paling didambakan bagi seorang lifter

adalah pencapaian hasil yang maksimal pada saat pertandingan. Oleh karena itu,

untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal, seorang lifter harus memiliki bekal

penguasaan teknik gerakan mengangkat beban yang baik, dan kesiapan fisik yang

didukung melalui program latihan yang bertujuan meningkatkan performance

penampilan, serta memperhatikan faktor-faktor lainnya yang dapat berdampak pada

pencapaian prestasi olahraga angkat besi.

b. Olahraga Angkat Besi

Weightlifting adalah suatu cabang olahraga tersendiri, dimana para atlet

berlomba-lomba untuk mengangkat beban seberat mungkin dalam kelas masing-

masing oleh karena hal ini akan menentukan apakah akan keluar sebagai juara atau

tidak (Harsono, 1988). lebih lanjut Chiu L and Schilling dalam jurnal Allen Hedrick

dan Hiroaki Wada (2008) menjelaskan bahwa:

“Weightlifting is a sport in which athletes attempt to lift as much weight aspossible in the snatch and clean and jerk”.

Angkat besi adalah olahraga di mana atlet mencoba untuk mengangkat beban

seberat mungkin dalam gerakan angkatan snatch dan angkatan clean and jerk.

Selanjutnya menurut Joseph D. Fortin (1997), dalam jurnal penelitiannya

menjelaskan:

“In Olympic weightlifting the athlete attempts to lift his or her maximumamount of weight in two overhead lifts: the snatch, and the clean and jerk.Selanjutnya ….““The snatch involves pulling the weight from the floor,catching it overhead in a squatting position, and then driving it upward to astanding position. The clean and jerk is a two-movement maneuver. In the

Page 4: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

14

clean, the athlete pulls the weight from the floor, catches it at shoulder height ina squatting position, and then assumes an erect position. The jerk consists ofaccelerating the weight from the shoulders to an overhead position”.

Dalam pendapat tersebut, diperjelas bahwa olahraga angkat besi atau Olympic

Weightlifting merupakan upaya atlet untuk mengangkat beban berat secara

maksimal dangan menggunakan dua jenis angkatan yaitu, angkatan snatch dan

angkatan clean and jerk. Dalam angkat besi terdapat dua jenis angkatan, dimana

pada jenis angkatan snatch yaitu mengangkat beban dengan cara menarik beban dari

lantai hingga beban berada pada posisi pegangan diatas kepala dengan posisi

jongkok, kemudian melanjutkan gerakan dari posisi jongkok hingga posisi badan

tegak lurus. Pada jenis angkatan clean and jerk, yaitu mengangkat beban dengan dua

tahap, pertama pada tahap clean atlet menarik beban dari posisi lantai hingga berada

pada posisi pegangan dengan ketinggian sebahu dalam posisi jongkok, dan

kemudian mengasumsikan pada posisi tegak, kedua pada tahap jerk beban yang

semula pada posisi bahu dilanjutkan dengan angkatan maksimal hingga posisi beban

berada di atas kepala.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa, olahraga angkat besi dan angkat berat merupakan cabang olahraga yang

mengutamakan persaingan dalam mengangkat beban berat (barbell), yang dilakukan

dengan menggunakan jenis-jenis angkatan yang dipertandingkan, diantaranya: jenis

angkatan snatch dan angkatan clean and jerk pada olahraga angkat besi.

c. Peraturan Olahraga Angkat Besi

Peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam olahraga angkat besi

(weightlifting) mengacu pada peraturan International Wightlifting Federation

Page 5: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

15

(IWF), dan PABBSI (Persatuan Angkat Besi dan Angkat Berat Seluruh Indonesia).

adapun perturan tersebut diantaranya:

1) Jenis Batang Bar dan Barbell Yang Dipergunakan

Berdasarkan peraturan yang ditetapkan International Weightlifting

Federation (Technical and Competition Rules and Regulations 2013-2016),

batang bar yang digunakan berdiameter 28-29 milimeter (1.1 in) untuk lifter

laki-laki, dan diameter 25 milimeter (0,98 in) untuk lifter wanita. Panjang batang

barbell 2,2 meter (7,2 ft) dengan berat tidak lebih dari 25kg (55lb) untuk lifter

laki-laki, dan untuk lifter wanita panjang batang barbell 2,1 meter (6,9ft) dengan

berat 15kg (33lb). Pelat beban (barbell) yang digunakan berlapiskan karet solid

dengan kode warna pada setiap ukuran berat beban yang diantaranya: merah

25kg (55lb), biru 20kg (44lb), kuning 15kg (33lb), hijau 10kg (22lb), putih 5kg

(11lb). Kerah atau cincin yang digunakan menggunakan ukuran standard dengan

berat 2,5kg (5,5lb) untuk lifter laki-laki dan wanita.

Gambar 2.1 Batang Barbell Untuk lifter PutraSumber: IWF Technical and Competition Rules and Regulations 2013-2016

Gambar 2.2 Batang Barbell Untuk Lifter PutriSumber: IWF Technical and Competition Rules and Regulations 2013-2016

Page 6: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

16

2) Kelas Yang Dipertandingkan

Kelas yang diperlombakan dalam angkat besi mengacu pada rules and

regulations IWF sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Pembagian Kelas Pada Lifter Putra

Laki-laki

52.0 kg Up to 52.0 kg

56.0 kg Up to 56.0 kg

60.0 kg 56.01 kg to 60.0 kg

67.5 kg 60.01 to 67.5 kg

75.0 kg 67.51 to 75.0 kg

82.5 kg 75.01 to 82.5 kg

90.5 kg 82.51 to 90.5 kg

100.0 kg 90.51 to 100.0kg

110.0 kg 100.01 to 110.0kg

125.0 kg 110.01 to 125.01kg

+125 kg 125.01 >

Sumber: IWF Technical and Competition Rules and Regulations 2013-2016

Tabel 2.2 Klasifikasi Pembagian Kelas Pada Lifter Wanita

Wanita

44.0 kg Up to 44.0 kg

48.0 kg Up to 48.0 kg

52.0 kg 48.01 kg to 52.0 kg

56.5 kg 52.01 to 56.5 kg

60.0 kg 56.51 to 60.0 kg

67.5 kg 60.01 to 67.5 kg

75.5 kg 67.51 to 75.5 kg

82.0 kg 75.51 to 82.0kg

90.0 kg 82.01 to 90.0kg

+90.0 kg 90.01 >

Sumber: IWF Technical and Competition Rules and Regulations 2013-2016

Page 7: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

17

3) Jenis Angkatan Yang Dipertandingkan

Dalam kompetisi olahraga angkat besi mengacu pada rules and regulations

IWF jenis angkatan yang dipertandingkan meliputi: Angkatan Snatch, dan

Angkatan Clean and Jerk

4) Penghitungan Score

Dalam olahraga angkat besi, penilaian dilakukan dengan mengacu pada

rules and regulations IWF, dan PABBSI yaitu, menggunakan sistem

penjumlahan dari total angkatan maksimal dari 3 kali jumlah kesempatan

melakukan angkatan yang dilakukan pada masing-masing kelas.

2. Kondisi Fisik

a. Pengertian Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.

Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen

tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana sini dilakukan dengan sistem

prioritas sesuai dengan keadaan atau status setiap komponen itu dan untuk keperluan

apa keadaan status yang dibutuhkan tersebut (M. Sajoto, 1995: 14).

Menurut Harsono (1988:153), menjelaskan bahwa, “kondisi fisik atlet

memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan

kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk

meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh

sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih

Page 8: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

18

baik”. Lebih lanjut Harsono (1988), mengemukakan bahwa, kondisi fisik yang baik

akan berpengaruh terhadap fungsi dan organisme tubuh, diantaranya:

1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.

2) Akan ada peningkatan dalam kekutan, kelentukan, stamina, dan komponen fisik

lainnya.

3) Akan ada ekonomis gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.

5) Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu

respon demikian diperlukan.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, kondisi fisik

merupakan satu kesatuan unsur yang sangat penting dari komponen-komponen

gerak fisik yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Suatu kondisi fisik

yang baik akan sangat memberikan dampak terhadap gerak penampilannya serta

hasil yang maksimal untuk mencapai suatu prestasi, oleh karena itu pemeliharaan

kondisi fisik, baik dalam proses latihan maupun saat menjelang pertandingan harus

mengalami suatu peningkatan dan dengan program latihan yang dirancang sesuai

dengan karaktersistik cabang olahraga, serta memahami berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi seorang atlet.

b. Komponen Kondisi Fisik

Dalam setiap cabang olahraga terdapat beberapa komponen kondisi fisik yang

dominan dan yang harus dilatih dan dikembangkan dengan tujuan untuk

meningkatkan performance atlet tersebut, oleh karena itu, perlu dipahami secara

mendalam batasan-batasan atau definisi pada setiap unsur komponen fisik tersebut.

Angkat besi merupakan olahraga mengutamakan persaingan dalam

mengangkat beban berat dengan gerakan cepat yang dilakukan dalam sekali

Page 9: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

19

angkatan. Dengan kata lain gerakan dalam mengangkat beban dilakukan secara

eksplosif power yang mengkombinasikan berbagai unsur komponen fisik seperti

daya tahan, kekuatan, power, dan fleksibilitas. Hal tersebut diperkuat pada

klasifikasi komponen fisik yang dikemukakan, Nurhasan (1998: 229), dimana dalam

klasifikasi komponen fisik pada olahraga angkat besi meliputi: daya tahan (umum,

khusus), kekuatan, power, dan fleksibilitas.

Berdasarkan pendapat yang diuraikan, maka komponen kondisi fisik yang

diajukan terkait dalam penelitian pada olahraga angkat besi meliputi: daya tahan,

kekuatan, power, flesibilitas. Adapun penjelaskan terkait dengan komponen kondisi

fisik tersebut, diantaranya:

1) Daya Tahan

Istilah ketahanan atau daya tahan dalam dunia olahraga di kenal sebagai

kemampuan peralatan organ tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan

selama berlangsungnya aktivitas kerja. Ketahanan selalu terkait erat dengan

lamanya kerja (durasi) dan intensitas kerja, semakin lama durasi latihan dan

semakin tinggi intensitas kerja yang dapat dilakukan, berarti seseorang tersebut

memiliki daya tahan yang baik (Sukadiyanto, 2011). Senada dengan pendapat

tersebut Harsono (1988) menjelaskan bahwa, daya tahan adalah keadaan atau

kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa

mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Selanjutnya Sukadiyanto (2011) menjelaskan bahwa, setiap aktivitas

olahraga yang memerlukan intensitas maksimal dalam waktu pendek selalu

memerlukan sumber energi anaerobik. Pemenuhan kebutuhan energi akan

Page 10: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

20

berubah dari anaerobik menjadi aerobik, bila durasinya bertambah secara

otomatis akan diikuti dengan penurunan intensitas. Tanpa memiliki kemampuan

anaerobik yang baik, maka olahragawan tidak akan mampu bekerja dengan

intensitas yang tinggi dan durasi yang pendek atau kerja yang bersifat eksplosif.

Dalam melatih suatu ketahanan, penyusunan program latihan haruslah

disesuaikan dengan durasi dan intensitas yang diperlukan pada setiap cabang

olahraganya. Oleh karena, melatih daya tahan dapat mempengaruhi dan

berdampak pada kualitas penggunaan sistem energi. Seperti yang diungkapkan

Bowers dan Fox (1992) dalam Disertasi Rahmat Hermawan (2012), menjelaskan

bahwa, ada beberapa perubahan yang terjadi setelah melakukan latihan daya

tahan, diantaranya:

(1) Terjadinya konsentrasi mioglobin yang berguna untuk mengirimkan(diffuse) oksigen (O2) dari dinding sel (cell membrane) ke mitokondria.

(2) Oksidasi karbohidrat dan lemak, karena kemampuan aerobik pada ototrangka meningkat lebih besar yang disebabkan latihan daya tahan, makakemampuan untuk mengkonsumsi oksigen dalam menggunakan karbohidratdan lemak sebagai bahan bakar metabolisme ditingkatkan sehingga terjadipangaruh terhadap serabut Fast Twitch (FT) maupun Slow Twitch (ST) yangditandai dengan (a) meningkatnya jumlah mitokondria pada otot rangka, (b)suatu peningkatan pada aktivitas atau konsentrasi pada sistem enzymaticpada reaksi aerobik yang berlangsung di mitokondria melalui respekpeningkatan jumlah dan ukuran mitokondria.

(3) Perubahan pada penyimpanan glikogen otot dan trigliserida pada orangyang berlatih fisik dalam waktu lama maka disinyalir terjadi penyimpananglikogen dan lemak di otot sebesar 83% pada orang yang sama. In human,glycogen represent the stroge from of glucose and service as a metabolicfuel for skeletal muscle.

Selanjutnya Bowers dan Fox menjelaskan bahwa, akibat latihan daya tahan

akan terjadi perubahan pada anaerobik glicolisis (sistem asam laktat), dan

ditemukan penurunan enzyme glikolitik sekitar 20-25% perubahan pada

penyimpanan phosphagen. Otot yang menyimpan ATP (Adenosine Tri

Phosphate) dan PC (Phospho Creatine) meningkat sekitar 25-40%. Perubahan

Page 11: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

21

pada ukuran dan jumlah serabut otot. Jumlah serabut FT dan ST. Pada otot tidak

berubah melalui latihan, tetapi ada penyesuaian dari serabut FT(b) ke FT(a).

persentase serabut ST akan lebih besar karena latihan daya tahan.

Karakteristik pada olahraga angkat besi adalah mengangkat beban berat

dengan gerakan yang cepat dan maksimal (eksplosif). Oleh karena itu, energi

yang dipergunakan dalam olahraga tersebut adalah energi ketahanan anaerobik

melalui gerakan yang ditimbulkan oleh otot, artinya bahwa energi yang

dipergunakan adalah energi yang sudah ada tersimpan didalam otot. Hal tersebut

diperkuat oleh pendapat Nossek (1982) dalam terjemahan M. Furqon (1995)

bahwa, sebagai akibat latihan anaerobik, otot-otot dapat menyimpan energi lebih

banyak dan organisme yang terlatih secara lebih baik dapat juga menghabiskan

seluruh energi dalam penampilan dibandingkan dengan yang kurang terlatih.

Daya tahan anaerobik terutama tidak dapat mengembangkan fungsi sistem

kardio pulmonari (sistem jantung dan sirkulasi dalam hubungannya dengan

paru-paru dan pernafasan), tetapi lebih mengembangkan kekuatan dan daya

tahan kecepatan (kualitas dan fungsional dari otot).

2) Kekuatan

Kekuatan adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam usaha

maksimal. Usaha maksimal ini dilakukan oleh otot atau sekelompok otot untuk

mengatasi suatu tahanan. Kekuatan merupakan unsur yang sangat penting dalam

aktivitas olahraga, karena kekuatan merupakan daya penggerak, dan pencegah

cedera. Selain itu kekuatan memainkan peran penting dalam komponen-

komponen kemampuan fisik yang lain misalnya power, kelincahan, dan

Page 12: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

22

kecepatan (Ismaryati, 2008). Senada dengan pendapat tersebut Harsono (1988)

menjelaskan bahwa, kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna

meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Oleh karena, (1) kekuatan

merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, (2) kekuatan memegang peran

yang penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cidera, (3) oleh karena

dengan kekuatan atlet dapat lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih

jauh dan lebih efisien, memukul dengan keras, demikian pula dapat membantu

memperkuat stabilitas sendi-sendi. Lebih lanjut Harsono dalam bukunnya

menjelaskan bahwa, meskipun aktivitas olahraga lebih memerlukan agilitas,

fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan sebagainya, akan tetapi

faktor-faktor tersebut tetap harus dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar

diperoleh hasil yang baik. Jadi, kekuatan tetap merupakan basisi dari semua

komponen kondisi fisik.

Menurut Sukadiyanto (2011) menjeaskan bahwa, kekuatan secara umum

adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban atau

tahanan. Secara fisiologi, kekuatan adalah kemampuan neoromuskuler untuk

mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam. Artinya, tingkat kekuatan

olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh keadaan: penjang pendeknya otot,

besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan titik tumpu, tingkat

kelelahan, jenis otot, potensi otot, pemanfaatan potensi otot, teknik, dan

kemampuan kontraksi otot.

Selanjutnya Bompa (1994) mengemukakan bahwa, kekuatan otot sangat

dipengaruhi oleh tiga hal, diantaranya: (1) potensi otot, yaitu jumlah kekuatan

yang ditampilkan oleh seluruh otot dalam satu kali kerja. Artinya, dalam setiap

Page 13: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

23

kelompok otot sebenarnya terdiri atas beberapa serabut otot, tetapi bagi yang

kurang terlatih tidak semua serabut otot yang ada ikut aktif bekerja. (2)

pemanfaatan potensi otot, yaitu kemampuan olahragawan dalam memanfaatkan

seluruh potensi otot untuk terlibat dalam suatu kerja secara serentak, dari pusat

sampai pada ujung serabut otot. Dengan kata lain seluruh serabut otot pada

kelompok otot yang bekerja ikut berkontraksi. (3) penguasaan keterampilan

teknik, yaitu dukungan pada olahragawan untuk dapat mengangkat beban yang

lebih berat. Secara fisiologis otot hanya mampu memanfaatkan 30% dari seluruh

potensi yang dimiliki. Dengan penguasaan teknik yang benar, olahragawan akan

dapat meningkatkan pemanfaatan potensi otot dalam mengatasi beban hingga

mencapai 80% dari seluruh potensi yang seharusnya.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa

kekuatan merupakan suatu kemampuan otot atau sekelompok otot untuk

melakukan kontraksi atau tegangan dalam menerima beban saat beraktivitas.

Oleh karena itu, untuk memaksimalkan kinerja otot, maka dalam melatih

komponen kekuatan khususnya pada olahraga angat besi haruslah disesuaikan

pada bagian-bagian otot yang paling dominan serta berpotensi terhadap cabang

olahraga angkat besi.

Pada olahraga angkat besi kekuatan sangatlah penting terutama dalam

upaya mengangkat beban, dimana kontraksi yang dihasilkan pada otot-otot

bagian tubuh yang meliputi: tangan, lengan, punggung, dan tungkai, berpotensi

untuk berkontraksi melakukan gerakan mengangkat beban dalam satu kali

angkatan. Seperti pada gambar berikut:

Page 14: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

24

Gambar 2.3 Anatomi Gerakan Mengangkat BebanSumber: Gareth Thomas’s (2008)

3) Power (Daya Ledak)

Power atau daya ledak merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang

didalamnya terdapat unsur kekuatan dan kecepatan. Seperti yang diungkapkan

Harsono (1988) bahwa, power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan

kekuatan dalam waktu yang sangat cepat. Artinya power dibentuk oleh dua

komponen fisik yaitu kekuatan dan kecepatan. Lebih lanjut Bucher dalam

Harsono (1988) menegaskan bahwa “The powerfull individual is able to use

speed and strength in an efficient, coordinated, and skillfull manner”.

Selanjutnya dikatakan bahwa seorang individu yang mempunyai power adalah

orang yang mempunyai “(1) a high degree muscular strength, (2) a high degree

of speed, (3) a high degree of skill in intergrating speed and muscular strength”.

Dari pendapat di atas disebutkan terdapat dua unsur penting dalam power,

yaitu: kekuatan otot, dan kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal

Page 15: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

25

dalam mengatasi ketahanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa power

atau daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal

dalam waktu yang sangat cepat.

Dalam olahraga angkat besi power merupakan komponen yang sangat

dibutuhkan, karena karakteristik dalam olahraga tersebut melibatkan

kamampuan otot berkontraksi secara cepat dan maksimal (eksplosif) dalam

gerakan merubah posisi beban semula pada posisi vertical ke horizontal. Seperti

pada gambar berikut:

Gambar 2.4 Gerakan Perpindahan Beban Eksplosif PowerSumber: www.Crossfitfrantic.com (2015)

4) Fleksibilitas

Komponen kondisi fisik fleksibilitas merupakan salah satu unsur penting

hampir disemua cabang olahraga, karena suatu tingkat fleksibilitas yang baik

akan dapat berpengaruh terhadap komponen-komponen kondisi fisik lainnya.

Harsono (1988: 163) dalam bukunya menjelaskan bahwa, fleksibilitas adalah

kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh

Page 16: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

26

ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot,

tendon, dan ligament. Senada dengan pendapat tersebut Sukadiyanto (2011)

menjelaskan bahwa, fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu

persendian atau beberapa persendian. Ada dua macam fleksibilitas, yaitu

fleksibilitas statis, dan fleksibilitas dinamis. Dimana dalam fleksibilitas statis

ditentukan oleh ukuran luas gerak (range of motion) satu persendian atau

beberapa persendian, sedangkan fleksibilitas dinamis adalah kemampuan

seseorang dalam bergerak dengan kecepatan yang tinggi.

Selanjutnya Sukadiyanto (2011), dalam bukunya menjelaskan bahwa, ada

beberapa keuntungan bagi atlet yang memiliki kualitas fleksibilitas yang baik,

antara lain yaitu, (1) akan memudahkan atlet dalam menampilkan berbagai

kemampuan gerak dan keterampilan, (2) menghindarkan diri dari kemungkinan

akan terjadinya atau mendapatkan cidera pada saat melakukan aktivitas fisik, (3)

memungkinkan atlet untuk dapat melakukan gerak yang ekstrim, (4)

memperlancar aliran darah sehingga sampai pada serabut otot. Selanjutnya

Bompa dalam Sukadiyanto (2011) menjelaskan bahwa, secara garis besar faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemampuan fleksibilitas seseorang

antara lain adalah: (a) elastisitas otot, (b) tendo dan ligament, (c) susunan tulang,

(d) bentuk persendian, (e) suhu dan tempratur tubuh, (f) umur, dan (g) bioritme.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

fleksibilitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam

ruang gerak persendiannya, baik dalam bentuk statis yang ditentukan oleh

keluasan persendian, maupun dalam bentuk dinamis yang ditentukan oleh

kemampuan bergerak dengan kecepatan tinggi.

Page 17: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

27

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Fisik

Banyak sekali faktor kondisi fisik, dimana faktor-faktor tersebut saling

melengkapi. Seperti yang di ungkapkan Wardan (1998) bahwa, faktor-faktor utama

yang mempengaruhi kondisi fisik antara lain: faktor latihan, faktor istirahat, faktor

kebiasaan hidup sehat, lingkungan serta makanan dan gizi, dan yang dimaksud

dengan faktor latihan adalah latihan olahraga.

Harsono (1998) menjelaskan bahwa, latihan atau training adalah proses

sistematis dari pelatih, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian

bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya. dengan program latihan yang

sistematis dan terprogram akan memungkinkan sekali dapat menghasilkan prestasi

yang optimal. yang dimaksud dengan sistematis dalam latihan adalah berencana,

menurut jadwal, menurut pola, dan sistem tertentu, metodis, dari yang mudah ke

yang sukar, latihan yang teratur, dari yang sederhana ke yang kompleks.

Selanjutnya Harsono menjelaskan bahwa, faktor istirahat yaitu, dimana tubuh

akan merasa lelah setelah melakukan aktivitas, hal ini disebabkan oleh pemakaian

tenaga untuk aktivitas yang bersangkutan. Untuk mengembalikan tenaga yang telah

terpakai diperlukan istirahat. Dengan beristirahat tubuh akan menyusun kembali

tenaga yang hilang. Faktor kebiasaan yang sehat seseorang apabila menginginkan

kondisi fisik tetap terjaga, maka atlet harus menerapkan cara hidup sehat dalam

kehidupan sehari-hari, meliputi: (1) makan makanan yang bersih dan mengandung

gizi yang baik dan (2) selalu menjaga kebersihan pribadi, mandi yang teratur,

kebersihan gigi, kebersihan rambut, kebersihan kuku dan pakaian yang bersih.

Faktor Lingkungan. Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal dalam

Page 18: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

28

waktu yang lama, dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik, serta sosial, mulai

dari lingkungan perumahan, lingkungan pekerjaan daerah tempat tinggal dan

sebagainya. Kualitas kesehatan seseorang dapat dilihat dengan keadaan status

kondisi fisik, bagian yang paling kelihatan dari kesegaran secara umum adalah

kondisi fisik. faktor makanan dan gizi. Sejak masih dalam kandungan, manusia

sudah memerlukan makanan dan gizi yang cukup yang digunakan untuk

pertumbuhan. Jadi dalam pembinaan kondisi fisik, tubuh haruslah cukup makanan

yang bergizi, yang mengandung unsur-unsur: protein, lemak, karbohidrat, garam-

garam mineral, vitamin dan air.

3 Motivasi Berprestasi

a. Pengertian Motivasi Berprestasi

Motivasi merupakan suatu istilah yang menjukan tentang kekuatan serta

dorongan pada diri, yang akan mengkasilkan kegigihan dalam berprilaku yang

diarahkan untuk mencapai tujuan. Seperti yang diungkapkan Cratty (1977) dalam

buku Harsono (1988) bahwa, secara umum istilah motivasi mengacu kepada faktor-

faktor dan proses-proses yang bermaksud untuk mendorong orang untuk beraksi

atau untuk tidak beraksi dalam berbagai situasi. Senada dengan pendapat tersebut

Singgih G. Gunarsa (1989) menjelaskan bahwa, motivasi adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam individu yang menimbulkan kegiatan latihan, menjamin

kelangsungan latihan, dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai

tujuan.

Husdarta (2014) menjelaskan bahwa, motivasi berprestasi merupakan suatu

dorongan yang terjadi dalam diri individu untuk senantiasa meningkatkan kualitas

tertantu dengan sebaik-baiknya atau lebih biasa dilakukan. Tercapainya tujuan

Page 19: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

29

seseorang tidak lain untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam

dirinya yang dianggap perlu. Lebih lanjut Koeswara (1986) dan Straub (1978) dalam

Husdarta (2014) menjelaskan bahwa, motivasi untuk berprestasi yang kuat akan

akan mengarahkan individu untuk mendekati situasi yang berkaitan dengan prestasi.

Prestasi adalah sama dengan keterampilan plus motivasi. Meskipun atlet mempunyai

keterampilan yang baik, akan tetapi tidak ada hasrat untuk bermain baik, biasanya

atlet tersebut akan mengalami suatu kegagalan. Demikian pula atlet atau tim

mempunyai hasrat yang tinggi tetapi tidak mempunyai keterampilan, maka prestasi

tetap buruk. Hasil yang optimal hanya dapat dicapai kalau motivasi dan

keterampilan saling melengkapi. Motivasi berprestasi dipandang sebagai suatu

harapan untuk memperoleh kepuasan dengan jalan menguasai tugas-tugas yang

sukar dan menantang.

Selanjutnya Rabideau (2005) menjelaskan bahwa, ada dua aspek yang

mendasari motivasi berprestasi, yaitu: (1) pengharapan untuk sukses dan

menghindari kegagalan, (2) aspek motivasi berhubungan dengan hal-hal atau tugas

dikemudian hari. Usaha menghindari kegagalan dapat diartikan sebagai upaya

mengerjakan tugas-tugas seoptimal mungkin, agar tidak gagal untuk memperoleh

kesempatan yang akan dating. Demikian juga usaha untuk sukses dapat menjadi

pendorong yang memberi kepercayaan diri, sehingga mampu melakukan sesuatu

dengan sukses, dengan mempertimbangkan kemampuan untuk menghindari

kegagalan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, motivasi

berprestasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu untuk

senantiasa meningkatkan kualitas tertentu pada dirinya dengan sebaik-baiknya.

Page 20: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

30

Dalam olahraga angkat besi dan berat motivasi interpretasikan sebagai keseluruhan

dari daya penggerak yang mengacu kepada faktor-faktor dan proses yang memberi

semangat dorongan, arahan, kegigihan prilaku dalam berbagai situasi untuk

mencapai suatu tujuan.

b. Karakteristik Motivasi Berprestasi

Mc Clelland (1987) mengemukakan bahwa, terdapat enam karakteristik orang

yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu sebagai berikut :

(1) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi(2) Berani mengambil dan memikul resiko(3) Memiliki tujuan yang realistik(4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan(5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam semua kegiatan yang

dilakukan(6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang sudah diprogramkan.

Selanjutnya, Murray mengemukakan bahwa, karakteristik seseorang yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi, diantaranya:

(1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya(2) Melakukan sesuatu untuk mencapai kesuksesan(3) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan(4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu(5) Melakukan pekerjaan yang sukar dengan hasil yang memuaskan(6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti.(7) Melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

memiliki karakteristik motivasi berprestasi yang tinggi adalah seseorang yang

memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, berani mengambil resiko, memiliki

suatu rencana dan berjuang merealisasikan tujuan, memanfaatkan umpan balik

dalam semua kegiatan yang dilakukan, mencari kesempatan untuk merealisasikan

tujuan, melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, menyelesaikan tugas-tugas yang

Page 21: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

31

memerlukan usaha dan keterampilan, serta berkeinginan menguasai suatu bidang

tertentu.

c. Fungsi Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi dalam konteks olahraga pada dasarnya berfungsi sebagai

dorongan yang sangat kuat untuk berusaha dan bekerja keras demi mencapai suatu

keberhasilan dan keunggulan, serta berusaha untuk menghindari kegagalan. Harsono

(1988: 250), menjelaskan bahwa, ditinjau dari fungsinya, motivasi dapat berfungsi

sebagai motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.

1) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik berfungsi karena adanya rangsangan dari luar diri

seseorang. Misalnya, seseorang terdorong untuk berusaha atau berprestasi

sebaik-baiknya disebabkan karena (1) menariknya hadiah-hadiah yang

dijanjikan kepadanya bila ia menang, (2) karena perlawatan keluar negeri, (3)

karena akan dipuja orang, (4) karena akan menjadi berita di koran-koran dan tv,

(5) karena ingin mendapatkan status di masyarakat. Lebih lanjut, Harsono dalam

bukunya menjelaskan bahwa, dalam dunia olahraga, motivasi ekstrinsik sering

pula disebut competitive motivation, oleh karena, dorongan untuk bersaing dan

untuk menang memegang peran yang lebih besar dari pada rasa kepuasan karena

telah berprestasi dengan baik.

2) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik berfungsi karena adanya dorongan-dorongan yang

berasal dari dalam diri individu sendiri. Misalnya, seseorang selalu berusaha

untuk semakin meningkatkan kepintarannya, kemampuan dan keterampilannya,

karena hal tersebut akan memberikan kepuasan kepada dirinya, tak perduli

Page 22: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

32

apakah karena prestasinya nanti akan mendapatkan suatu pujian, mendali, atau

hadiah lainya, ataupun sebaliknya, karena yang terpenting bagi seseorang yang

memiliki motivasi intrinsik ialah kepuasan bagi dirinya.

Harsono (1988) dalam buku menjelaskan, atlet-atlet dengan motivasi

intrinsik, biasanya mereka memperlihatkan dengan dedikasi yang tinggi

terhadap latihan-latihan. Atlet demikian biasanya juga tidak menggantungkan

diri kepada orang lain, mempunyai kepribadian yang matang, percaya diri, dan

mempunyai disiplin diri yang matang. Baginya kegagalan sama pentingnya

dengan kemenangan, karena melalui pengalaman-pengalaman tersebut ia

memperoleh umpan balik mengenai keadaan dirinya dan memperoleh pula

pengetahuan baru yang ia perlukan.

Dalam dunia olahraga, motivasi intrinsik sering pula disebut competence

motivation, karena atlet dengan motivasi intrinsik biasanya sangat bergairah

untuk meningkatkan kompetisinya dalam usahanya untuk mencapai

kesempurnaan (excellence). Seperti yang diungkapkan Wilt dan Bosen (Fous:

1981) dalam buku Harsono (1988), bahwa “Internal motivation is so vitally

important to the champion atlete, …no one else can do it for him”. Coach bisa

saja menambah kecepatan pada atlet, melatih daya tahannya, membakar

semangatnya, melatih dia untuk mencapai kondisi puncaknya, memperbaiki

kesalahan-kesalahannya, mengoreksi teknik gerakannya, dan mendidik percaya

diri. Akan tetapi, atlet harus ingat bahwa dia sendirilah yang bias membangun

motivasi internalnya. “..that the burder of physical effort and internal

motivation are his exclusive responsibilities” (Fuoss, 1981; dalam Harsono,

1988).

Page 23: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

33

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

berprestasi berfungsi sebagai adanya rangsangan dari luar diri seseorang atau

disebut dengan motivasi ekstrinsik, dan adanya dorongan-dorongan yang berasal

dari dalam diri individu sendiri atau disebut dengan motivasi intrinsik.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Tingkah laku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh suatu kebutuhan

untuk mencapai tujuan. Seseorang melakukan perbuatan atau tindakan, selalu

didasarkan dan ditentukan oleh faktor-faktor yang dating dari dalam dan

dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya. Faktor dari dalam dirinya ikut

menentukan perbuatannya, sedangkan faktor dari luar dapat memperkuat atau juga

memperkecil motif seseorang. Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses

yang mendorong seseorang untuk bereaksi atau tidak bereaksi dalam berbagai

situasi (Husdarta, 2014). Lebih lanjut McClelland dalam Djiwandono (2002)

menjelaskan bahwa, manusia dalam berinteraksi dalam lingkungannya sering sekali

sekali dipengaruhi berbagai motif, motif tersebut berkaitan dengan keberadaan

dirinya sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial yang selalu berhubungan

dengan lingkungannya. Motif untuk berprestasi (achievement motive) adalah motif

untuk mendorong seseorang mencapai suatu keberhasilan dalam bersaing dengan

suatu ukuran keunggulan (standard of excellence), baik berasal dari standar

prestasinya sendiri (autonomous standard) diwaktu lalu ataupun prestasi orang lain

(social comparison standard).

Krech dan Ballachay (1962), Kamlesh (1983) dalam rangkuman Husdarta

(2014), mengemukakan bahwa, dalam motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor

Page 24: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

34

internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: (1) pembawaan atlet, (2) tingkat

pendidikan, (3) pengalaman masa lalu, (4) cita-cita dan harapan. Sedangkan faktor

eksternal meliputi: (1) fasilitas yang tersedia, (2) sarana dan prasarana, (3) metode

latihan, (4) program latihan, (5) lingkungan atau iklim pembinaan.

Selanjutnya Atkinson dalam Husdarta (2014) dan Mc Clelland (1987)

mengemukakan, dalam teori motivasi berprestasi terdapat beberapa kebutuhan yang

mendasari motivasi untuk berprestasi, diantarannya:

1) Need For Achievement (Kebutuhan akan prestasi)

Kebutuhan untuk mengungguli dalam hubungannya dengan ukuran-ukuran yang

dipertandingkan.

2) Need For Affiliation (Kebutuhan akan afiliasi)

Kebutuhan untuk merasakan kehangatan dalam pergaulan atau hubungan sosial.

3) Need For Power (Kebutuhan akan kekuasaan)

Kebutuhan untuk mengontrol diri dan mempengaruhi orang lain.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi motivasi diantaranya: faktor internal dan faktor eksternal.

Dimana faktor internal meliputi: (1) pembawaan atlet, (2) tingkat pendidikan, (3)

pengalaman masa lalu, (4) cita-cita dan harapan. Sedangkan faktor eksternal

meliputi: (1) fasilitas yang tersedia, (2) sarana dan prasarana, (3) metode latihan, (4)

program latihan, (5) lingkungan atau iklim pembinaan, serta faktor kebutuhan

seperti: kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi

(need for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power).

Page 25: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

35

4 Kecemasan (Anxiety)

a. Pengertian Kecemasan

Lapangan olahraga senantiasa penuh dengan kecemasan (anxiety) dan konflik-

konflik, penuh dengan ketakutan-ketakutan dan bentrokan-bentrokan mental,

sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi psikologis atlet baik menjelang

pertandingan, maupun saat pertandingan berlangsung. Kecemasan (anxiety) adalah

perasaan takut, cemas, atau khawatir akan terancam security kepribadiannya

(Harsono, 1988). Senada dengan pendapat tersebut, Martens, Vealy, dan Burton

(1990), menjelaskan bahwa kecemasan olahraga adalah perasaan khawatir, gelisah,

dan tidak tenang dengan menganggap pertandingan sebagai sesuatu yang

membahayakan atlet. Lebih lanjut Smith dan Sarason (1993), mengungkapkan unsur

yang paling dominan menyebabkan kecemasan adalah unsur kognitif yakni

kekhawatiran dan pikiran negatif bahwa proses dan hasil pertandingan dapat

mengancam posisi atlet. Kecemasan dapat timbul karena dampak dari situasi yang

sedang berlangsung maupun yang sudah berlangsung. Oleh karena itu dibutuhkan

kejelian seorang pelatih dalam mengambil dan merubah keputusan cepat dan tepat

dalam situasi konflik yang dialami atlet saat merasakan suatu tekanan atau merasa

cemas.

Selanjutnya, Satiadarma (2000) menjelaskan bahwa, di dalam dunia olahraga,

kecemasan (anxiety), gugahan (arousal) dan stres (stress) merupakan aspek yang

memiliki kaitan yang sangat erat satu sama lain sehingga sulit dipisahkan.

Kecemasan dapat menimbulkan aktivitas gugahan pada susunan saraf otonom,

sedangkan stres pada derajat tertentu menimbulkan kecemasan dan kecemasan

menimbulkan stres. Lebih lanjut, Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000)

Page 26: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

36

menjelaskan bahwa gugahan bersifat fisiologis ataupun psikologis yang bisa bernilai

positif atau negatif, sedangkan kecemasan sifatnya adalah emosi negatif. Kemudian,

stres merupakan suatu proses yang mengandung tuntutan substansial, baik fisik

maupun psikis untuk dapat dipenuhi oleh individu, karena kurang seimbangnya

keadaan fisik atau psikis.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa

kecemasan merupakan perasaan takut, cemas, gelisah, dan tidak tenang atau

khawatir akan terancam security kepribadiannya yang dapat timbul karena dampak

dari situasi yang sedang berlangsung maupun yang sudah berlangsung, serta

kecemasan dapat menimbulkan aktivasi gugahan (aurosal) pada susunan saraf

otonom, hingga menimbulkan stress.

b. Konsep Kecemasan

Spielberger dalam Jarvis (1999), membagi kecemasan dalam olahraga menjadi

dua konsep yaitu, State Anxiety dan Trait Anxiety, dimana dalam pertandingan

ataupun kompetisi, kecemasan A-state dan kecemasan A-trait sering sekali tampak

pada atlet yang akan bertanding atau menjelang pertandingan.

1) State Anxiety (A-State)

State Anxiety atau biasa disebut A-state adalah kondisi cemas berdasarkan

situasi dan peristiwa yang dihadapi. Artinya bahwa situasi dan kondisi

lingkungan yang menyebabkan tinggi rendahnya kecemasan yang dihadapi

(Spielberger dalam Jarvis, 1999). Selanjutnya Satiadarma (2000)

mengungkapkan bahwa state-A berfluktuasi atau berubah-ubah dari suatu waktu

ke waktu yang lainnya, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang

terjadi saat kini. Jadi, sekalipun trait-A seorang atlet rendah namun apabila atlet

Page 27: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

37

tersebut sedang bersiap-siap untuk menghadapi pertandingan, maka ia akan

mengalami state-A yang lebih tinggi daripada jika atlet tidak sedang manghadapi

pertandingan.

2) Trait Anxiety (A-Trait)

Trait Anxiety atau biasa disebut A-trait adalah level kecemasan yang secara

alamiah dimiliki seseorang. Artinya, masing-masing orang mempunyai potensi

kecemasan yang berbeda-beda (Spielberger dalam Jarvis, 1999). Trait anxiety

merupakan faktor kepribadian yang mempengaruhi seseorang untuk

mempersepsi suatu keadaan sebagai suatu situasi yang mengandung ancaman

atau situasi yang mengancam, yang relatif menetap. Apabila seorang atlet

memiliki trait-A yang tinggi, ia mempersepsi situasi pertandingan sebagai situasi

yang penuh dengan ancaman dan menimbulkan kecemasan tinggi pada dirinya

(Cox, 2002).

Selanjutnya Cox (2002) menjelaskan bahwa, kecemasan sebagai state anxiety

atau trait anxiety memiliki dua komponen, yaitu komponen kognitif (cognitif

anxiety) dan komponen somatik (somatic anxiety). Cognitif anxiety merupakan

komponen mental, yaitu munculnya kecemasan disebabkan karena adanya suatu

ketakutan terhadap penilaian sosial yang negatif, ketakutan akan kegagalan dan

kehilangan harga diri. Somatic anxiety merupakan komponen fisik dan

mencerminkan respon-respon fisiologis, seperti peningkatan denyut jantung,

peningkatan pernapasan dan ketegangan otot-otot.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kecemasan dalam olahrga terbagi dalam dua konsep diantaranya, state anxiety

(kecemasan bertanding) dan trait anxiety (kecemasan sebagai kepribadian). Baik

Page 28: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

38

kecemasan state-A maupun trait-A dirasakan dalam pemikiran dan persepsi akan

ketakutan menghadapi kompetisi pertandingan (kognitif) dan peningkatan respon

fisiologis (somatik).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Gelanggang kompetisi olahraga memiliki pengaruh terhadap kecemasan.

Proses yang berlangsung selama kompetisi merupakan proses kecemasan yang

terjadi dalam diri individu sebagai akibat dari situasi kompetisi yang sebenarnya

(Husdarta, 2014). Lebih lanjut Harsono (1988), Endler dalam Cox (2002),

menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan

atlet dalam menjelang pertandingan, diantaranya:

1) Takut kalau gagal dalam pertandingan

2) Takut akan akibat social atas mutu prestasi mereka

3) Takut cidera atau hal lain yang berhubungan dengan kelainan-kelainan kondisi

fisiologisnya yang mungkin akan menimpa tubuh mereka.

4) Takut akan akibat agresif fisik, baik yang dilakukan oleh lawan maupun oleh

diri sendiri.

5) Takut bahwa fisiknya tidak akan mampu menyelesaikan tugasnya atau

pertandingan dengan baik.

6) Situasi yang ambigu

7) Kekacauan terhadap latihan rutin

Selanjutnya Harsono menjelaskan bahwa, kecemasan atlet saat akan

bertanding dapat dideteksi melalui gejala-gejala kecemasan, yang dapat

mengganggu penampilan seorang atlet. Kebanyakan para ahli membedakan gejala-

gejala itu menjadi gejala fisik dan gejala psikis, diantaranya:

1) Gejala fisik

Page 29: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

39

Adanya perubahan yang drastis pada tingkah laku, gelisah atau tidak tenang,dan sulit tidur.

Terjadi ketegangan pada otot-otot pundak, leher, perut, dan otot-ototekstrimitas.

Terjadi perubahan irama pernapasan Terjadi kontraksi otot setempat pada dagu, sekitar mata, dan rahang.

2) Gejala Psikis

Gangguan pada perhatian dan konsentrasi Terjadinya perubahan emosi Menurunnya rasa percaya diri Timbul obsesi Menurunnya motivasi Merasa cepat putus asa Kehilangan kontrol

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan atlet terutama menjelang

pertandingan diantaranya adalah takut akan kegagalan dalam pertandingan, takut

akan akibat tindakan sosial atas mutu prestasi yang diperoleh, takut akan cedera

yang didapat, takut akan agresifitas fisik, takut akan fisiknya tidak mampu

menyelesaikan tugasnya dalam pertandingan, situasi yang ambigu, dan kekacauan

akibat latihan rutin, serta gejala-gejala kecemasan yang dapat mengganggu

penampilan atlet secara fisik maupun psikis.

Dalam olahraga angkat besi dan berat kecemasan diinterpretasikan sebagai

suatu perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir, cemas, dan gelisah,

yang direpresentasikan dengan suatu rasa gugup, takut akan suatu kegagalan, dan

tegang yang dialami secara subjektif karena dipicu oleh pengalaman kegagalan pada

perlombaan terdahulu atau pengalaman baru yang dapat mempengaruhi suatu

kondisi fisiologisnya sehingga jelas akan berdampak terhadap penampilan serta

prestasi atlet.

Page 30: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

40

d. Teknik Mengurangi Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan yang berlebihan akan dapat berpengaruh tidak baik

terhadap performa atlet, oleh karena itu perlu dipahami beberapa teknik untuk

mengurangi kecemasan atlet terutama saat menjelang suatu kompetisi pertandingan.

Harsono (1988) menjelaskan dalam bukunya, ada beberapa teknik atau cara yang

dapat dilakukan atlet dan pelatih untuk mengatasi dan mengurangi anxiety yang

berlebihan, diantaranya:

1) Teknik Jacobson dan Schultz, yaitu dengan mengurangi arti pentingnya

pertandingan dalam benak atlet, mengurangi ancaman hukuman-hukuman bagi

atlet apabila ia gagal.

2) Teknik Cratty, yaitu terlebih dahulu membuat suatu daftar dari orang-orang,

barang-barang, dan situasi-situasi yang menyebabkan atlet merasa bimbang,

takut, cemas. Daftar tersebut disusun menurut urutan dari yang paling ditakuti

sampai dengan hal-hal yang paling kurang ditakuti atlet.

3) Teknik Progressive Muscle Relaxstion dari Jacobson bertujuan untuk melatih

orang untuk bias me-rilekskan otot-ototnya apabila berada dalam situasi yang

membangkitkan anxiety. Atlet yang bimbang atau takut biasanya otot-ototnya

menjadi tegang (tensed), dan kalau otot-ototnya tegang, maka biasanya

keterampilan fisiknya akan terganggu.

4) Teknik Autogenic Relaxstion yaitu, teknik relaksasi yang menekankan pada

sugesti diri (self training)

5) Teknik respon Bebas Anxiety, yaitu melatih respon-respon bebas anxiety.

6) Latihan pernapasan dalam (deep breathing)

7) Meditasi

8) Model Training, yaitu menciptakan model training untuk mengelola stress dan

anxiety.

Umumnya dalam suatu pertandingan atau perlombaan tingkat anxiety seorang

atlet dapat berubah-ubah, mulai dari menjelang pertandingan hingga mendekati

Page 31: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

41

akhir pertandingan. Hal tersebut dapat dilihat pada suatu kejuaraan olahraga angkat

besi, seorang atlet (lifter) akan merasakan suatu kecemasan yang cukup tinggi pada

awal perlombaan, hal tersebut dikarenakan suatu faktor lingkungan, dan dari dirinya

sendiri. Pada saat perlombaan berlangsung, tingkat kecemasan mulai mengalami

penurunan karenan penyesuaian adaptasi lingkungan, terlebih ketika dia berhasil

melakukan sebuah angkatan. Namun, pada saat pertandingan hampir menjelang

akhir kecemasan akan terjadi peningkatan, karena disaat-saat akhir atlet harus

mengoptimalkan seluruh kemampuannya untuk memperoleh suatu hasil angkatan

yang maksimal, dan tekanan yang dirasakan akan semakin lebih meningkat ketika

menjelang penghitungan jumlah angkatan total. Adapun tingkat kecemasan yang

tergambarkan oleh Cratty (1973) dalam buku Harsono (1988: 270), adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.5 Tingkat anxiety sebelum, selama, dan seusai pertandinganSumber: Harsono (1988), diadopsi dari Cratty (1973)

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu

proses pembinanaan atlet (lifter), tugas lebih yang harus dilaksanakan seorang

pelatih bukan hanya mengetahui tingkat kualitas fisik yang dimiliki atletnya, akan

tetapi pelatih harus senantiasa memantau perkembangan atlet secara kompleks mulai

dari faktor fisiologis hingga faktor psikis, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Page 32: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

42

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka kerangka berfikir dalam

penelitian ini bertitik tolak dari suatu pandangan adanya hubungan yang ditimbulkan

dari kondisi fisik, motivasi berprestasi, dan kecemasan dengan prestasi olahraga angkat

besi. Adapun pandangan dalam kerangka berfikir terkait dengan penelitian dijabarkan

sebagai berikut:

1. Hubungan Antara Kondisi Fisik Dengan Prestasi Olahraga Angkat Besi

Kondisi fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

pencapaian prestasi yang maksimal bagi seorang lifter angkat besi. Seperti yang

diungkapkan M. Sajoto (1995) bahwa, kondisi fisik merupakan satu kesatuan utuh

dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan

maupun pemeliharaannya. Selanjutnya Harsono (1988:153) bahwa, kondisi fisik

atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program

latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan

untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem

tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang

lebih baik. Karakteristik dalam olahraga angkat besi adalah mengangkat beban berat

semaksimal mungkin. Oleh karena itu, dibutuhkan kondisi fisik yang terlatih dan

dapat meningkatkan kemampuan gerak seorang lifter untuk dapat mengangkat

beban secara maksimal. Dalam analisa peneliti, terdapat dugaan adanya hubungan

antara kondisi fisik dengan prestasi olahraga angkat besi, sehingga apabila kondisi

fisik semakin baik, maka akan diikuti peningkatan prestasi yang semakin tinggi.

Page 33: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

43

2. Hubungan Antara Motivasi Dengan Prestasi Olahraga Angkat Besi

Motivasi berprestasi sebagaimana yang dijelaskan Husdarta (2014),

merupakan suatu dorongan yang terjadi dalam diri individu untuk senantiasa

meningkatkan kualitas tertentu dengan sebaik-baiknya atau lebih biasa dilakukan.

Tercapainya tujuan seseorang tidak lain untuk memuaskan atau memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya yang dianggap perlu. Selanjutnya Atkinson

dalam Husdarta (2014) dan Mc Clelland (1987) mengemukakan bahwa, terdapat

beberapa kebutuhan yang mendasari motivasi berprestasi, diantaranya: kebutuhan

akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation),

kebutuhan akan kekuasaan (need for power).

Dalam olahraga angkat besi, untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal,

seorang lifter harus memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, baik motivasi yang

timbul dari dalam dirinya, maupun yang berasal dari luar dirinya atau lingkungan

yang ada disekitarnya. Kebutuhan akan suatu motivasi berprestasi diinterpretasikan

sebagai dorongan untuk memacu semangat baik pada saat menjalani proses

pelatihan maupun menjelang suatu kejuaraan. Sehingga, peneliti menduga adanya

hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi olahraga angkat besi, sehingga

apabila motivasi semakin tinggi, maka akan diikuti dengan peningkatan prestasi

yang semakin tinggi.

3. Hubungan Antara Kecemasan Dengan Prestasi Olahraga Angkat Besi

Pada kejuaraan olahraga prestasi khususnya pada cabang olahraga angkat besi

senantiasa penuh dengan kecemasan (anxiety) dan konflik-konflik, penuh dengan

ketakutan-ketakutan dan bentrokan-bentrokan mental, sehingga hal tersebut

Page 34: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

44

berdampak pada tekanan psikologis atlet baik menjelang pertandingan, maupun saat

pertandingan berlangsung. Oleh karena itu, selain seorang lifter angkat besi harus

memiliki kondisi fisik yang prima, dan motivasi berprestasi yang tinggi, seorang

lifter juga harus mampu mengatasi suatu tingkat kecemasan yang dapat berdampak

hasil prestasi yang ingin diraih. Dalam olahraga angkat besi kecemasan

diinterpretasikan sebagai suatu perasaan yang timbul dari dalam dirinya seperti

perasaan gugup, tegang, takut akan gagal mencapai prestasi maksimal, serta yang

timbul dari luar melalui berbagai tekanan-tekanan yang ada disekitarnya. Bagi

seorang lifter yang tidak memiliki suatu kondisi kejiwaan yang stabil, maka akan

berdampak pada tingkat kecemasan yang berlebihan, dan performance

penampilannya, bahkan suatu tingkat kecemasan yang berlebihan juga akan

berdampak fatal hingga mengakibatkan cedera serius. Berdasarkan ulasan tersebut,

peneliti menduga adanya hubungan antara kecemasan dengan prestasi olahraga

angkat besi, sehingga apabila kecemasan semakin rendah, maka akan diikuti dengan

peningkatan prestasi yang semakin tinggi.

4. Hubungan Secara Bersama-sama Antara Kondisi Fisik, Motivasi Berprestasi,

dan Kecemasan Dengan Prestasi Olahraga Angkat Besi

Prestasi pada umumnya merupakan suatu perwujudan pencapaian tingkat

keberhasillan tentang suatu tujuan atau bukti suatu keberhasilan. Hal yang paling

didambakan bagi seorang atlet (lifter) adalah pencapaian hasil yang maksimal dalam

suatu pertandingan. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu prestasi olahraga angkat

besi yang maksimal, seorang lifter harus bersaing mengangkat beban seberat

mungkin, dan catatan hasil yang dicapai adalah akumulasi dari jumlah total

angkatan yang dilakukan.

Page 35: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

45

Olahraga angkat besi merupakan cabang olahraga prestasi yang menitik

beratkan pada kemampuan seorang lifter dalam mengangkat beban, dimana dalam

upaya menciptakan suatu gerakan mengangat beban yang maksimal seorang lifter

harus memiliki kesiapan fisik yang prima, didorong dengan motivasi untuk meraih

prestasi semaksimal mungkin, serta mampu menjaga stabilitas kejiawaan yang

berdampak pada tingkat kecemasan yang berlebihan. Berdasarkan ulasan tersebut

peneliti menduga adanya hubungan antara kondisi fisik, motivasi, dan kecemasan

dengan prestasi olahraga angkat besi, sehingga apabila kondisi fisik baik, motivasi

berprestasi tinggi, dan kecemasan rendah, maka akan diikuti dengan peningkatan

prestasi yang semakin tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, maka rancangan konsep kerangka berfikir dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.6 Skema Hubungan Antara Kondisi Fisik, Motivasi Berprestasi,Dan Kecemasan Dengan Prestasi Olahraga Angkat Besi

Prestasi OlahragaAngkat Besi

Kondisi Fisik

MotivasiBerprestasi

Kecemasan

1. Daya Tahan2. Kekuatan3. Power4. Fleksibilitas

1. Kebutuhan Akan Prestasi(Need For Achievment)

2. Kebutuhan Akan Afiliasi(Need For Affiliation)

3. Kebutuhan AkanKekuasaan (Need ForPower)

1. Perasaan Gugup2. Takut Akan Gagal3. Perasaan Tegang

Page 36: menjelaskan bahwa, - abstrak.ta.uns.ac.id file5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

46

C. Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan untuk dilakukan pengujian dalam penelitian ini,

diantaranya:

1. Terdapat hubungan antara kondisi fisik dengan prestasi olahraga angkat besi,

sehingga apabila kondisi fisik semakin baik, maka akan diikuti peningkatan prestasi

yang semakin tinggi.

2. Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi olahraga angkat besi,

sehingga apabila motivasi berprestasi semakin tinggi, maka akan diikuti peningkatan

prestasi yang semakin tinggi.

3. Terdapat hubungan antara kecemasan dengan prestasi olahraga angkat besi,

sehingga apabila kecemasan semakin rendah, maka akan diikuti peningkatan

prestasi yang semakin tinggi.

4. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara kondisi fisik, motivasi berprestasi,

dan kecemasan dengan prestasi angkat besi, sehingga apabila kondisi fisik semakin

baik, motivasi berprestasi semakin tinggi, dan kecemasan semakin rendah, maka

akan diikuti peningkatan prestasi yang semakin tinggi.