bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1. pengertian...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Belajar
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian
besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah.
Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar
masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan
Reber, belajar adalah the proces of acquiring knowledge. Belajar adalah proses
mendapatkan pengetahuan.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang
dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau
menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal.
Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah
dipelajarinya (Suprijono, 2009).
Menurut Winkel (2005), belajar merupakan suatu aktivitas mental / psikis,
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-
sikap. Perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman
dan sikap, serta mencakup hal-hal yang bersifat eksternal seperti keterampilan
motorik dan berbicara dalam bahasa asing.
Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dilepaskan
berdasarkan atas tanggapan bawaan.
8
Menurut Sudjana (2000: 28), belajar bukan menghafal dan bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap
dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman.
Cronbach dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002:13) berpendapat bahwa
learning is shown by change in behaviour as a result of experience. Belajar
sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Howard L.Kingsley mengatakan bahwa learning is the
process by wich behavior (in the broader sense) is originated or changed through
practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch mengatakan bahwa
learning is change performance as a result of practice. Belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari sebuah latihan.
Menurut Skinner di dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 9), belajar adalah
proses interaksi antara suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-
sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan–keadaan
sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan
lingkungan.
9
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pangalaman belajarnya (Sudjana, 2011 : 22). Kemampuan-kemanpuan
yang dimiliki tiap siswa tentu berbeda karena pengalaman belajar yang dialami
antara siswa satu dengan siswa lain juga berbeda. aspek perubahan itu mengacu
kepada Harrow yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, asfektif, dan
psikomotorik (Winkel dalam Purwanto, 2008:45).
Menurut the Liang Gia ( 1989, hal. 15 ) Mengatakan bahwa: Hasil Belajar
adalah hasil yang dicapai aktifitas yang menghasilkan perubahan-perubahan
tingkah laku dalam individu, baik secara aktual maupun profesional “.
Sedangkan Purwodarminto ( 1987,hal. 254 ), mengatakan bahwa : “ hasil
belajar adalah suatu hasil yang dicapai atau dikerjakan siswa dalam belajar atau
usaha untuk memperoleh suatu kepandaian “.
Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar.Karena prestasi
itu sendiri merupakan hasil belajar itu biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut
Winarno Surahmad (1997 : 88) sebagai berikut: “Hasil belajar adalah hasil
dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang
diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku”. Dapat diartikan bahwa hasil
belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau Perubahan diri seseorang yang
dinyatakan dengan cara bertingkah laku baru berkatpengalaman baru.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (mengurangi, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan
10
rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik,
sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara menurut Lindgren hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil
pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana
tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan
komprehensif (Suprijono, 2009 :6-7).
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar
sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam
rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh
kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap
peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil
belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil
belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses
belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat
perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi
tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah
hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
11
Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar
adalah suatu hasil belajar yang dicapai dalam aktifitas untuk mendapat suatu
kepandaian atau sebuah tingkah laku yang lebih baik.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya
adalah sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular
(menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih
dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun
hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran
yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
12
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Telah dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu hal atau proses yang
menimbulkan suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan belajar sebagai suatu
proses yang aktifitasnya dibebani oleh banyak sekali hal-hal yang berkaitan
dengan perstasi belajar tersebut. Karena itu untuk memudahkan pembicaraan
penulis akan mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
sebagai berikut A) Faktor dari dalam individu (Fisik) a) Pusat susunan saraf
tidak berkembang secara sempurna b) Panca indra tidak berfungsi atau sakit c)
Kurang seimbang dalam perkembangan dan reproduksi d) Berfungsinya kelenjar
tubuh membawa kelainan tingkah laku e) Cacat atau perkembangan kurang
sempurna f) Penyakit menahun (Kelemahan secara mental) Seperti a)Taraf
kecerdasannya atau intelegensinya kurang b) Kurang minat dan bakat, kurang
usaha, kurang kreatifitas c) Kurang menguasai pelajaran d) Kebutuhan kurang
terpenuhi (Kelemahan emosional) a) Suasana hati tadak tentram. b) Tedak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan c) Tercekam rasa pobia (rasa takut), benci
dan antipati (Kelemahan sikap dan kebiasaan yang salah) a) Kurang minat
dalam kegiatan sekolah b) Menghindari tanggung jawab c) Bersifat malas belajar
dan kurang disiplin (Faktor dari luar individu) antara lain a) Lingkungan
sekolah dan lingkungan sosial b) Buku sumber tidak sesuai dengan kurikulum c)
Sistem pemgajaran, penilaian tidak sesuai d) Terlalu berat beban belajar e)
populasi kelas terlalu banyak f) masalah teman sebaya g) Kelemahan kondisi
keluarga h) Terlalu banyak kegiatan di luar i) keterbatasan tenaga guru j) Motifasi
external kurang.
Menurut Slameto (2003:56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor
jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang
belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi.
Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang
belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar.
13
Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor
ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor
ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang
mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan
sebagainya.
Clark dalam Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2001:39) mengungkapkan
bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Sedangkan menurut Sardiman (2007:39-47), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor
ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain
faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap,
kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis.
Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup
penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan
kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara
lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan,
sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru
di dalam proses belajar mengajar.
2.1.3 Pengertian Pembelajaran IPA
Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang
fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan
yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana
yang dikemukakan oleh Powler.
(Khalimah, 2010), Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
14
(Samatowa, 2006), Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan
yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses.
Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada
anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang
relevan.
(Khalimah, 2010), Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA
dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan
IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial
budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar
memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk
mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengertian pembelajaran IPA,
yaitu bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang
terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam.
IPA merupakan pengetahuan yang mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah
baik secara induktif ataupun deduktif, dengan ciri: obyektif (keadaan yang
sebenarnya), metodik (pengetahuan tentang metode yang dipakai dalam
pendidikan), sistematis (teratur menurut sistem), universal (umum), dan tentatif
(masih dapat berubah).
2.1.4 Metode Pembelajaran Jigsaw
Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan
dibahas oleh guru. Guru bisa menulis topik yang akan dipelajari pada papan tulis,
white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan kepada
peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini
15
dimaksud untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar
lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran baru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil.
Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang
dipelajari. Misalnya, topik yang disajikan adalah metode penelitian sejarah,
karena topik ini terdiri dari konsep heuristic, kritik, interpretasi, dan histrografi,
maka kelompok terbagi menjadi 4. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka
setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu adalah
kelompok heuristik, kelompok kritik, kelompok onterpretasi, dan kelompok
histrografi. Kelompok-kelompok ini disebut home teams (kelompok asal).
Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagi materi tekstual kepada tiap-
tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab
mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru. Kelompok heuristik akan
menerima materi tekstual dari guru tentang heuristik. Tiap orang dalam kelompok
heuristik memiliki tanggung jawab mengkaji secara mendalam konsep tersebut.
Demikian pula kelompok kritik, tiap-tiap orang dalam kelompok ini mendalami
konsep kritik demikian seterusnya.
Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Jumlah
kelompok ahli tetap 4. Setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota anggota yang
berasal dari masing-masing kelompok asal. Karena jumlah anggota setiap
kelompok asal adalah 10 orang, maka aturlah sedemikian rupa terpenting adalah
di setiap kelompok ahli ada anggota dari kelompok asal yang berbeda-beda
tersebut. Dalam satu kelompok ahli ada anggota dari kelompok heuristik, kritik,
interprestasi, dan hisrtografi.
Setelah berbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka
berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan mereka memahami topik
metode penelitian sebagai pengetahuan yang utuh yaitu merupakan pengetahuan
struktur yang mengintegrasikan hubungan antar-konsep. Setelah diskusi di
kelompok ini selesai, selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal. Setelah
mereka kembali ke kelompok asal berikan berikan kesempatan kepada mereka
16
berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang mereka
dapatkan dari hasil diskusi di kelompok ahli.
Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu
dilakukan. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review
terhadap topik yang telah dipelajari (Suprijono, 2009 :89-91).
2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw merupakan bagian dari model pembelajaran
kooperatif, dimana akan dibentuk kelompok-kelompok menggunakan pola
kelompok asal dan kelompok ahli. Pembelajaran ini disusun dengan tujuan untuk
meningkatkan partisipasi siswa, dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya (Trianto, 2007:42).
Untuk mengklasifikasikan setiap metode yang dianggap baik digunakan
dalam pengajaran sangatlah sulit. Apaliba untuk menggolongkan metode-metode
itu di dalam nilai dan efektifitasnya, sebab metode yang kurang baik di tangan
seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali di tangan guru yang lain, dan
metode yang baik akan gagal di tangan guru yang lain yang tidak menguasai
teknik pelaksanaannya.
Di dalam kenyataan banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu dapat
dipergunakan metode yang dianggap paling sesuai dengan tujuan, situasi dan lain-
lain. Guru sering kali terpaksa menggunakan metode pilihan kedua atau pilihan
ketiga. Yang harus diperhatikan guru dalam keadaan demikian ialah batas-batas
kelebihan dan kelemahan metode yang dipergunakannya, untuk dapat
merumusakn kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahanya itu.
Penggunakan model pembelajaran Jigsaw, sebagai metode mengajar
dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja diminta, atau siswa
selaki pun dapat memperlihatkan pada pada seluruh kelas suatu proses. Metode ini
cukup efektif karena membantu para murid untuk memperoleh jawaban dengan
mengamati penjelasan dari masing-masing tim ahli.
17
Model jigsaw adalah suatu teknik belajar kelompok yang digambarkan
sebagai berikut :
a. Satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil banyaknya anggota
kelompok disesuaikan dengan banyaknya masalah/problem yang
ditawarkan guru. Kelompok-kelompok ini disebut dengan home group.
b. Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi
masing-masing home group diberi persoalan yang sama. Dengan batasan
waktu tertentu masing-masing anggota menyelesaikan problem secara
individu.
c. Anggota home group akan berpencar dan membentuk kelompok baru
yang membawa persoalan sama. Kelompok ini disebut expert group (
kelompok ahli ). Di kelompok inilah mereka berdiskusi untuk
menyamakan persepsi atas jawaban mereka, dan
d. Setelah selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota
akan mensosialisasikan hasil / jawaban dari kelompok ahli.
Setiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu
bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan
anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan
setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal
mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.
Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan
mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.
Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” dimana anggotanya
berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda.
Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota
kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.
Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal”
dan setiap anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam
kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw puzzle” (teka-teki potongan gambar),
18
setiap potongan gambar analogi dari setiap bagian pengetahuan adalah penting
untuk penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir.
Metode atau model pembelajaran jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran
kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar
dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari medel pembelajaran jigsaw
ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila
mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai
berikut (Arends, 1997) :
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Kelebihan dan kekurangan metode jigsaw yaitu:
- Kelebihan metode pembelajaran jigsaw:
1. Siswa lebih aktif.
2. Siswa lebih memahami topik yang diberikan karena dipelajari lebih
dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya.
3. Topik yang diberikan dapat merata.
4. Meningkatkan kerja sama tim.
- Kekurangan metode pembelajaran jigsaw:
1. Waktu yang dibutuhkan cukup panjang.
19
2. Jika tidak di dukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode
sulit di jalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan
berganti kelompok.
Langkah-langkah dalam pembelajaran Jigsaw (tim ahli) adalah sebagai
berikut (Trianto, 2007:56) :
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Guru mengatur tempat duduk siswa.
c) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-5
orang).
d) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi beberapa sub bab.
e) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
f) Anggota dari kelompok lalin yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
g) Setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
h) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal siswa-siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu (tes formatif).
i) Guru memberi pengarahan kepada setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengamatannya.
j) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
Dapat disimpulkan oleh peneliti, bahwa dengan menggunakan metode
Jigsaw dengan menggunakan mata pelajaran IPA dapat diterapkan dengan batasan
langkah-langkah pembelajar sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal :
a) Membuka pelajaran dengan salam
b) Mengecek kehadiran siswa
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
20
d) Melakukan apersepsi
e) Guru mengatur tempat duduk siswa
2) Kegiatan Inti :
a) Guru menjelaskan/mengemukakan masalah yang akan dicari
jawabannya melalui metode Jigsaw
b) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-5
orang) dan memberi pengarahan mengenai metode Jigsaw
c) Guru memberikan materi dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagikan
menjadi beberapa sub bab
d) Guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab yang
ditugaskan dan bertanggung jawab mempelajarinya
e) Membentu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa
f) Guru menyuruh tiap anggota kelompok yang lain yang telah
mempelajari sub bab yang sama agar bertemu dalam kelompok ahli
untuk mendiskusikannya
g) Guru mengarahkan agar setiap kelompok ahli setelah kembalike
kelompoknya bertugas mengajar temannya
h) Mengarahkan terjadinya interaksi antara siswa
i) Guru member pengarahan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan
hasil pengamatan
3) Kegiatan Penutup :
a) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
b) Guru melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar tes formatif untuk
dikerjakan secara individu
c) Guru menutup pembelajaran
d) Salam penutup
Kebaikan metode Jigsaw : (a) Dapat membimbing peserta didik ke arah
berpikir satu tujuan; (b) Untuk mengurangi kesalahan karena didiskusikan
bersama tim ahli; (c) Perhatian peserta didik terpusat pada hal-hal yang dianggap
21
penting; (d) Permasalahan yang terpendam dapat mendapat penjelasan guru pada
waktu itu pula; (e) Semua siswa terlibat secara aktif.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitain tindakan kelas terhadap pembelajaran IPA telah banyak dilakukan
oleh pakar peneliti dan praktisi-praktisi pendidikan untuk memperbaiki proses dan
hasil belajar. Berikut ini, peneliti menyertakan beberapa hasil penelitian tindakan
kelas yang berhubungan dengan perbaikan pembelajaran IPA dan penggunaan
media atau model pembelajaran. Hal itu dilakukan sebagai rujukan kegiatan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
Berdasarkan hasil penelitian (Afif, 2009) melalui pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan penggunaan metode Jigsaw melalui media alam sekitar
di SD 1 Parikesit dikelas IV. Dapat meningkatkan Motivasi dan hasil belajar
siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang sumber Energi Panas.
Karena dapat menarik perhatian siswa. Sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Memperhatikan hasil penelitian pendahulu tentang penggunaan metode
Jigsaw melalui media alam sekitar diyakini siswa memiliki pemahaman yang
lebih baik. Sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan demikian siswa akan memperoleh hasil evaluasi belajar yang semakin
baik.
2.3 Kerangka Berpikir
Sebenarnya ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru
untuk meningkatkan hasil belajar siswanya, misalnya dengan memilih strategi,
pendekatan dan model belajar serta penggunaan media dan sumber belajar, supaya
tujuan pembelajaran yang diterapkan guru kepada siswanya dapat dicapai dengan
baik. Salah satu model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Jigsaw. Karena metode ini, siswa dilatih untuk menjadi
tutor (tim ahli) untuk temannya sendiri dalam memecahkan suatu masalah setelah
berunding sesame tim ahli lainnya. Dengan menggunakan metode Jigsaw siswa
22
dilatih untuk terus aktif dalam pembelajaran, sehingga diharapkan semua siswa
paham terhadap materi yang di ajarkan.
Dari uraian tersebut dan beberapa kajian teori serta hasil penelitian yang
relevan maka penulis memiliki pendapat atau gagasan. Gagasan penulis
sampaikan dalam bentuk bagan alur pikir sebagai berikut :
Tabel 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Dilakukan tindakan perbaikan dengan menggunakan metode jigsaw
Guru menerapkan metode
ceramah dalam pembelajaran IPA
pada siswa kelas 4.
Hasil belajar siswa sebagian belum
mencapai KKM.
Proses pembelajaran menoton, siswa
merasa bosan, sibuk sendiri dan malas
untuk mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar IPA siswa menjadi
meningkat dengan mencapai KKM
90%
Kelebihan metode jigsaw :
a. Siswa lebih aktif
b. Siswa lebih memahami topik yang diberikan karena dipelajari lebih dalam
dan sederhana dengan anggota kelompoknya
c. Topik yang diberikan dapat merata
d. Meningkatkan kerjasama tim
23
2.4 Hipotesis Penelitian
Dari latar belakang masalah, rumusan masalah dan landasan teori, maka
hipotetis penelitian ini adalah “Hasil belajar IPA dapat ditingkatkan dengan
menggunakan Metode Jigsaw pada siswa Kelas 5 Semester II SD Negeri
Gendongan 01 Kecamatan Tingkir tahun pelajaran 2013/ 2014”.