bab ii kajian pustaka a. kajian teori...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Pada kajian teori ini, peneliti akan menjelaskan tentang teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun kajian teori dalam
penelitian ini meliputi:
1. Pembelajaran Tematik
Peneliti ini menjelaskan beberapa pembahasan tentang pembelajaran tematik
meliputi pengertian pembelajaran tematik, prinsip dasar pembelajaran tematik,
landasan pembelajaran tematik.
a. Pengertian pembelajaran tematik
“Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapat mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik” (Trianto, 2011: 139).
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Jadi pembelajarn tematik dirancang berdasarkan tema. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Trianto (2010: 86)
menarik kesimpulan sebagai berikut, sebagai model pembelajaran yang memiliki
arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain: Pertama,
pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses
belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk menemukan sendiri berbagai
10
pengetahuan yang dipelajarinya. Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan
pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Dengan demikian pembelajaran tematik akan memfalisitasi siswa untuk
aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung yang telah
dipelajarinya. Pembelajaran tematik juga menjadi sarana siswa untuk
mengembangkan kreatifitas.
b. Karakteristik Pembelajaran tematik
Menerapkan pendekatan pembelajaran merupakan hal yang mutlak
dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kualitas dalam pendidikan. Dalam hal ini
membutuhkan karakteristik-karakteristik dalam mendukung keberhasilan dalam
pembelajaran tematik. Adapun karakteristik menurut (Majid, 2014: 89) sebagai
berikut :
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.
a) Berpusat pada siswa .
Hal ini memberi ruang bagi siswa untuk belajar menurut ketertarikannya,
kemampuan pribadinya dan gaya belajarnya. Berpusat pada siswa dapat
menghasilkan kepribadian yang cerdas, mandiri dan memiliki komunikasi
yang lebih baik lagi
b) Memberikan pengalaman langsung
Pentingnya melibatkan siswa dalam kegiatan secara langsung memberikan
pengalaman secara nyata. Pengalaman langsung sangat efektif dijadikan
11
sebagai media pembelajaran dalam belajar karena dengan adanya
pengalaman langsung dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu
yang abstrak menjadi lebih konkrit dan secara langsung kemungkinan
kesalahan persepsi akan dapat dihindari
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan pada tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan langsung siswa
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh.
e) Bersifat fleksibel
Pembelajaran yang bersifat luwes, dimana guru dapat menyambungkan
pembelajaran satu dan pembelajaran yang lainnya. Dan guru dapat
mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan siswa.
f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Dengan menggunakan prinsip ini pembelajaran tidak akan membosankan,
dan pembelajaran dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas, karakteristik pembelajaran tematik harus ada
dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan dalam kurikulum tematik
terdapat karakteristik tertentu. Oleh sebab itu jika karakteristik tidak diterapkan
maka pembelajaran tersebut tidak dapat dikatakan pembelajaran tematik
12
c. Prinsip dasar pembelajaran tematik
Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematik
memiliki prinsip dasar bagimana halnya pembelajaran terpadu. Pembelajaran
terpadu ini memiliki tema dan tema ini diambil dari kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran tematik perlu memilih materi yang mengambil beberapa mata
pelajaran. Dengan demikian materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema
secara bermakna. Pengambilan tema tersebut harus menggunakan prinsip dasar
pembelajaran tematik. Menurut Trianto (2010: 85) secara umum prinsip-prinsip
pembelajaran tematik dapat diklarifikasikan menjadi: (1) prinsip penggalian tema;
(2) prinsip pengelolaan pembelajaran; (3) prinsip evaluasi; dan prinsip reaksi.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran yang saling berkaitan antara beberapa mata pelajaran
dalam satu tema tertentu. Setiap mata pelajaran masih mempunyai hubungan yang
saling berkaitan terhadap materi yang akan disampaikan. Pembelajaran tematik
juga dapat dikatakan sebagai model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik karena menggabungkan beberapa mata pelajaran yang akan
memberikan pengalaman kepada siswa. Pembelajaran tematik juga mempunyai
prinsip-prinsip yang mendukung untuk keberhasilan kegiatan pembelajaran
tersebut.
d. Landasan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan implementasi dari kurikulum
yang berlaku. Dalam pembelajaran tematik mempunyai landasan-landasan yang
digunakan untuk menjalankan ataupun melaksanakan sebuah pembelajaran
tersebut agar berjalan sesuai dengan tujua pembelajaran. Pada saat
13
mempertimbangkan pelaksanaan pembelajaran ini harus didasari pada landasan
fisolofis, landasan pikologis dan landasan yuridis.
Menurut Abdul Majid (2014: 87) Landasan pembelajaran tematik mencakup:
a) Landasan Filosofis
Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme dan
humanism.
b) Landasan Psikologis
Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan
isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa
agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik.
c) Landasan Yuridis
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar.
e. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Tahap kegiatan pembelajaran berupa alur yang terbagi menjadi tiga bagian
yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Adapun uraan
dari masing-masing kegitan tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru
dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran tematik. Fungsinya
terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang
memunginkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Menurut Trianto (2011: 216) kegiatan utama yang dilaksanakan dalam
pendahuluan pembelajaran ini diantaraya untuk menciptakan kondisi-kondisi
awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi
14
(apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal
pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran
peserta didik (precence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta
didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis,
membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian
peserta didik.
Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara:
mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik,
dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan
penilaian awal dapat dilakukan dengan lisan pada beberapa peserta didik yang
dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam
prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.
Menurut Rusman (2012: 268) kegiatan yang dilaksanakan dalam pen-
dahuluan pembelajaran ini diantaranya, yaitu: (1) melakukan apersepsi, yaitu
mengaitkan materi yang telah diberikan dengan materi yang akan dipelajari,
sehingga pemahaman siswa menjadi utuh, (2) menginformasikan tujuan atau
kompetensi yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dilakukan
agar siswa mengetahui arah dan capaian yang akan diperoleh dalam kegiatan
yang akan dilakukannya, (3) melakukan present atau kuis, yaitu untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang kan dipelajari.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
pendahuluan terdiri dari berbagai macam kegiatan. Diantaranya terdiri dari
15
apersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menyiapkan
siswa dengan memberikan motivasi dan suasana kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik bersifat situasional, dalam arti
perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana proses pembelajaran itu
berlangsung. Kegiatan awal yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan
tentang tema yang akan dibahas dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa beserta materi pokok atau bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini
perlu dilakukan agar sejak awal siswa mengetahui kemampuan apa saja yang
dapat dikuasainya setelah kegiatan pembelajaran berakhir. Kegiatan inti
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator
yang telah ditetapkan.
Penyampaian kompetensi dapat dilakukan dalam tulisan maupun lisan, atau
dapat dilakukan dengan kedua cara tersebut, menuliskan kompetensi dipapan tulis
kemudian dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan kompetensi yang akan
dikuasai siswa. Menurut Rusman (2012: 268) kegiatan pembelajaran harus di
lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa
untuk berpartisipasi aktif, serta memeberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
16
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup adalah kegiatan menutup pelajaran, namun kegiatan
penutup juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar dan tindak lanjut yang
diberikan guru kepada peserta didik. Menurut Rusman (2012: 270) kegiatan
penutup secara umum diantaranya sebagai berikut:
a) Siswa menyimpulkan kegiatan belajar megajar (KBM) dibawah arahan
guru.
b) Melaksanakan post test atau penilaian akhir.
c) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas
atau latihan yang harus dikerjakan dirumah.
d) Menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa.
e) Menginformasikan topik atau tema yang akan dibahas pada pertemuan yang
akan datang.
f) Menutup kegiatan pembelajaran.
Sifat dari kegiatan penutup adalah penenang dalam mengakhiri
pembelajaran. Rangkaian dari kegiatan yaitu: dilakukan dengan menyimpulkan
pembelajaran, tindak lanjut setelah melakukan tes formatif berupa tugas atau
latihan dirumah dan mendapatkan umpan balik berupa penjelasan kembali hal
yang dianggap sulit serta pemberian motivasi untuk terus belajar dan
penyampaian topik yang akan dipelajari selanjutnya.
17
f. Pembelajaran Saintifik
Tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
harus diperhatikan oleh guru. Tapi perlu diingat tidak semua materi harus
dipaksakan menggunakan pendekatan saintifik secara lengkap. Semua
disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Sebelum penerapan
pembelajaran saintifik, alangkah baiknya guru menyiapkan anak didik secara
psikis maupun fisik. Unsur persiapan memeranankan hal yang penting untuk
keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran
atau kompetensi dasar yang akan dicapai dan menyampaikan garis besar cakupan
materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh anak didik.
Berikut ini adalah aplikatif dari pendekatan saintifik.
1) Mengamati. Tahap pertama proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik yang dilakukan oleh siswa adalah mengamati.
Pengamatan bisa melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan
membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu objek.
2) Menanya. Setelah siswa mengamati, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Tahap kedua adalah menanya perlu dipahami yang
bertanya disini bukanlah guru melainkan siswa. Guru harus benar-benar
membuka kesempatan kepada semua siswa untuk bertanya. Dalam hal ini
adalah melatih keaktifan siswa. Selain itu juga untuk menggetahui sejauh
mana pengetahuan dan rasa ingin tahu dari anak didik. Guru yang dianggap
berhasil dalam pembelajaran adalah guru yang mampu membuat siswa yang
18
awalnya tidak tertarik terhadap materi kemudian menjadi tertarik dan
kemudian menyenangi pelajaran tersebut.
3) Menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Titik
tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif dari
pada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah,
meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
4) Mencoba/mengeksplorasi. Eksplorasi adalah upaya awal membangun
pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi
yang digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang
menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran yang
berkembang saat ini telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar.
Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat anak didik temukan, namun
sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
5) Mengkomunikasikan. Mengkomunikasikan adalah melatih siswa
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara
akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu
pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Peranan guru
19
dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan motivator. Guru
memberikan fasilatas bagi siswa untuk mampu merekonstruksi kemampuan yang
telah dimiliki. Selain itu guru juga harus mampu memotivasi siswa untuk selalu
aktif meraih prestasi. Pendekatan saintifik diharapkan membuat siswa memiliki
kemandirian dalam belajar. Ketergantungan pada guru harus semakin dikurangi.
Karena siswa belajar bukan untuk memintarkan guru, malainkan untuk diri
mereka sendiri.
2. Model Pembelajaran
Peneliti menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan model
pembelajaran antara lain pengertian model pembelajaran dan ciri-ciri model
pembelajaran yang baik.
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan faktor penting dalam menentukan prestasi
belajar siswa. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran merupakan suatu
cara atau strategi yang teratur dan terencana yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah direncakan. Oleh karena
itu model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajara (Fathurrohman, 2015: 29). Jadi
model pembelajaran adalah kesatuan dari metode, teknik dan taktik yang
menggambarkan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran.
Kurikulum 2013 menuntut siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran.
Terdapat beberapa model pembelajaran yang mendukung pelaksanaan kurikulum
2013 yaitu salah satunya model Direct Intruction.
20
b. Ciri-ciri model pembelajaran
Penggunaan model haruslah sesuai dengan materi pelajaran supaya dapat
menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Dengan menciptakan suasana yang
efektif dalam penerapan model pembelajaran tersebut harusnya memilih ciri-ciri
model yang baik. Adapun ciri –ciri model pembelajaran menurut Rusman (2012:
136) adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu,
2. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai,
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar
dikelas,
4. Memiliki bagian – bagian model yang dinamakan: a) urutan langkah –
langkah pembelajaran; b) interaksi sosial (guru dengan siswa); dan c) sistem
pendukung yang berupa sarana pendukung yang diperlukan dalam proses
belajar mengajar. Ketiga bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila
guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran,
5. Memiliki dampak sebagai akibat menerapkan model pembelajaran,
6. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang
dipilihnya.
Pembelajaran efektif peserta didik dilibatkan secara aktif, karena peserta
didik pusat dari kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran sangat erat kaitannya
dengan gaya belajar siswa dan gaya guru mengajar. Usaha guru dalam
pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan.
21
c. Karakteristik Model Pembelajaran
Model pembelajaran dalam dunia pendidikan banyak ragamnya. Akan tetapi
tidak semua model dalam pembelajaran cocok untuk semua mata pelajaran,
maupun semua siswa. Model pembelajaran atau metode pembelajaran merupakan
komponen penting dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Arends (dalam Prastowo, 2015: 260)
menunjukkan beberapa karakteristik model pembelajaran yang mungkin dapat
menjadi acuan dalam menentukan model pembelajaran sebagai berikut:
1. Pengajaran presentasi efektif untuk membantu siswa memperoleh dan
memproses pengetahuan deklaratif
2. Pengajaran langsung bertujuan membantu siswa mempelajari ketrampilan
penting procedural
3. Model pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah.
4. Model pengajaran langsung (latihan dan praktik seluruh kelas)
5. Pendekatan langsung dan induktif
6. Diskusi kelompok kecil maupun seluruh merupakan cara efektif untuk
mendorong siswa berbagai gagasan dengan siswa lain.
Masing-masing mempunyai karakteristik secara berbeda-beda tergantung pada
jenis tujuan pembelajaran, maka dalam memilih model pembelajaran harus benar-
benar sesuai dengan karakter siswa dan karakter materi itu tersebut.
3. Model Pembelajaran Langsung (Direct Intruction)
Peneliti menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan model
pembelajaran langsung (Direct Intruction) antara lain pengertian pembelajaran
22
langsung, ciri-ciri model pembelajaran langsung, tema 9 Kayanya Negeriku
subtema 2 Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia
a. Pengertian pembelajaran langsung (Direct Intruction)
Tugas utama guru adalah mengkondisikan siswa agar siswa dapat belajar
dengan aktif sehingga potensi dalam diri siswa dapat berkembang secara
maksimal. Oleh karena itu dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi siswa, fasilitas yang tersedia dan kondisi guru itu
sendiri sehingga akan tercipta suasana belajar yang nyaman dan tidak
membosankan.
Model yang cocok untuk meciptakan pembelajaran yang terstruktur adalah
model Direct Intructon. Menurut Prastowo (2013: 104) model pembelajaran
langsung adalah bentuk pembelajaran dimana guru banyak menjelaskan konsep
atau ketrampilan kepada sejumlah kelompok siswa. Selain itu model pembelajaran
langsung ditunjukkan untuk membantu siswa mempelajari ketrampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.Sedangkan
menurut Hamka & Arsyad (2015: 59) Direct Intruction atau pembelajaran
langsung adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa
mempelajari ketrampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah.
Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk memaksimalkan penggunaan
waktu belajar siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan siswa
dalam belajar atau tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif (Prastowo, 2009: 105). Maka dalam pelaksanaan
23
pembelajaran harus melihat keefektifan waktu yang digunakan agar sesuai dengan
tujuan awal pembelajaran.
b. Ciri-ciri model pembelajaran langsung (Direct Intruction)
Ciri-ciri model pembelajaran langsung (Direct Intruction) menurut Trianto
(dalam, Fathurrohman, 2015: 168) antara lain:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil
Sintaks model pembelajaran langsung menurut Fathurrohman (2015: 170)
disajikan dalam lima tahap, seperti ditunjukkan pada tabel berikut :
Fase Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstasikan pengetahuan dan
ketrampilan
Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan
benar atau menyajikan informs tahap demi
tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
balik
Fase 5
Memeberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerpan kepada situasi lebih kompleks
dan kehidupan sehari-hari
Gambar 2.1Sintaks model pembelajaran langsung
24
c. Metode-metode dalam model Direct Intruction
Pembelajaran langsung mempunyai metode-metode pembelajaran yang
harus guru lakukan. Adapun metode-metode pada model Direct Intruction
sebagai berikut:
1) Metode ceramah. Metode ceramah merupakan metode tradisional/
konvensional yang sudah dilakukan dari sejak dulu. Metode ceramah
menurut (Ratnaningsih, 2012: 79) Metode ceramah adalah penjelasan secara
lisan yang dilakukan seorang guru kepada siswanya. Fakta bahwa metode
ceramah itu sangat dipengaruhi oleh pribadi guru yang bersangkutan tidak
bisa disingkirkan begitu saja. Seorang guru harus memiliki keterampilan
yang cukup untuk menggunakan metode ceramah dalam proses belajar di
kelas
2) Metode resitasi. Metode resitasi merupakan suatu metode dalam
pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru setelah menjelaskan suatu materi, pemberian tugas
kepada siswa baik dikerjakan di sekolah maupun diluar sekolah yang mana,
setelah selesai mengerjakan tugas tersebut siswa harus melaporkan untuk
dipertanggungjawakan. Resitasi lebih luas daripada pekerjaan rumah.
3) Metode Praktik dan Drill. Metode praktik dilakukan setelah materi
dipelajari atau guru memberikan demonstrasi. Sedangkan, metode drill
digunakan ketika peserta didik diminta mengulang informasi pada topik-
topik khusus sampai dapat menguasai topik-topik yang diajarkan.
Metode drill menurut (Ratnaningsih, 2012: 83) Metode drill adalah metode
yang digunakan dengan cara memberikan latihan-latihan keterampilan yang
25
dilakukan secara berulang-ulang untuk mencapai suatu ketangkasan atau
keterampilan dalam melakukan sesuatu
4) Metode TGT (Team-Game-Tournament). Metode TGT yaitu metode yang
tidak memandang status, metode ini melibatkan semua aktivitas seluruh
siswa dengan cara menggunakan permainan sebagai media pembelajaran.
Menurut (Pritiya dan Heri, 2012: 52) Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan
tajam dengan satu jawaban yang benar dan terdapat permainan sehingga
membuat siswa lebih aktif aktif dan tidak cepat bosan pada saat pelajaran.
d. Tema 9 (Kayanya Negeriku), dan Subtema 1 (Pemanfaatan Kekayaan
Alam di Indonesia)
Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “menempatkan”
atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata
tithenai berubah menjadi tema (Majid, 2014: 86). Tema adalah konsep atau
prinsip yang menjadi fokus pengikat untuk mempersatukan bahasan materi belajar
dari beberapa mata pelajaran (Kurniawan, 2014: 101). Pengertian secara luas,
tema merupakan alat atau wadah untuk mengenal berbagai konsep kepada anak
didik secara utuh. Tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum
dalam satu kesatuan yang utuh dan membuat pembelajaran lebih bermakna.
Model Direct Intruction cocok digunakan untuk membantu siswa dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas 4, semester 2 tema 9 (Kayanya Negeriku)
subtema 2 (Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia). Model Direct Intruction
digunakan dalam tema 9 ini karena sesuai dengan karakteristik siswa yang masih
dalam fase perkembangan, sehingga siswa kelas 4 masih membutuhkan
26
pembelajaran yang konkrit atau nyata untuk menunjang proses pembelajaran yang
efektif.
Ciri-ciri model Direct Intruction yang cocok dengan tema kayanya
Negeriku adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilakukan denga cara menyampaikan materi pelajaran secara
verbal yaitu dengan secara lisan merupakan tujuan utama, oleh karena itu
sering disebut dengan ceramah
2. Pembelajaran menyajikan materi pelajaran yang sudah diajarkan, seperti
data atau fakta, dan konsep-konsep tertentu yang harus dihafal atau
dipahami sehingga tidakmenuntut siswa untuk berfikir ulang
3. Tujuan utama pembelajaran dalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri,
artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dan dapat mengungkapkan kembali materi yang telah
diuraikan dengan benar
4. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan, contohnya
dengan belajar kealam sekitar, guna untuk menciptakan suasana yang nyata.
5. Pengetahuan yang dikuasai siswa termasuk pengetahuan deklaratif dan
prosedural. Yang dimaksud deklaratif adalah pengetahuan konsep-konsep
atau definisi. Pengetahuan prosedural adalah mengetahui sesuatu tentang
tahapan atau mekanisme suatu proses.
27
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya, penelitian sebelumnya akan digunakan sebagai pembanding dengan
penelitian yang akan dilakukan. Adapun paparan penelitian sebelumnya, sebagai
berikut :
Diana (2014) dalam penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Langsung Menggunakan Garis Bilangan Untuk Meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dikelas VII SMP Negeri 3 Banawa”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran langsung menggunakan garis bilangan
yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mengikuti fase-fase yaitu: (1)
pengantar/pengenalan; (2) penyajian; (3) latihan terbimbing; dan (4) latihan
mandiri.
Septi Fajarwati (2010) dalam penelitian dengan judul “Model Pembelajaran
Langsung Dengan Menggunakan Alat Peraga Pita Garis Bilangan Untuk
Meningkatkan Partisipasi Aktif Siswa SD”. Hasil Penelitian ini menunjukan
penerapan model pembelajaran langsung dengan menggunakan alat peraga pita
garis bilangan dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar
mengajar khususnya pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat. Dalam
proses pembeajaran yang didukung dengan penggunaan alat peraga akan dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika, sehingga
siswa akan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
28
Persamaan dari kedua peneliti yang relevan diatas adalah sama-sama
menggunakan model pembelajaran langsung atau Direct Intruction dan sama-
sama menggunakan materi matematika. Perbedaan dari kedua peneliti ini adalah
subjeknya, pada penelitian pertama tidak menggunakan media dan ruang
lingkupnya pada siswa SMP dan peneliti kedua menggunakan alat peraga pita
garis bilangan dan ruang lingkupnya pada siswa SD.
C. Kerangka Pikir
Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum 2013 dengan
menggunakan pembelajaran tematik. Penelitian ini berfokus pada pembelajaran
tematik tema 9 subtema 2 dikelas 4. Pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran yang memadukan kompetensi dasar dari berbagai pelajaran
menjadi satu tema tertentu. Pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran
Direct Intruction. Model pembelajaran memegang peranan penting dalam proses
belajar mengajar. Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
atau pembelajaran dalam tutorial. (Trianto, 2012: 51). Model Direct Intruction
sendiri memiliki arti yaitu pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan
prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu.
Sesuai dengan rumusan masalah, analisis dimulai dari menganalisis
pelaksanaan, kendala dan solusi pada pembelajaran tematik melalui model Direct
Intruction. Pada tahap terakhir yaitu kesimpulan dari hasil penelitian. Adapun
kerangka berfikir dari penjelasan diatas dapat digambarkan sebagai berikut.
29
Hasil Hasil
Kondisi ideal yang diharapkan
Gambar. 2.2 Kerangka Pikir
Konvensional Inovatif
1. Pemanfaatan Lingkungan
2. Menggunakan langkah
prosedural
Model Pembelajaran
Teacher center Student Center
1. Siswa lebih fokus
2. Pembelajaran lebih efektif
3. Siswa lebih berfikir kritis
1. Siswa kurang fokus
2. Pembelajaran berpusat pada guru
3. Siswa mengerti pembelajaran
prosedural
1. Siswa mendapat informasi selangkah demi
selangkah
2. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran
3. Siswa lebih fokus dalam pembelajaran
4. Siswa paham yang disampaikan guru
“Analisis Pembelajaran Tematik Kelas 4 Tema 9 (Kayanya Negeriku)
Melalui Model pembelajaran Direct Intruction SDN Wonokerso 1 Pakisaji.
Pembelajaran Tematik
Tema 9 Kayanya Negeriku
Sub tema 2 pemanfaatan Alam di Indonesia