bab ii kajian pustaka a. deskripsi teori 1. sikap disiplinrepository.ump.ac.id/4925/3/bab ii.pdfdi...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Sikap Disiplin
a. Pengertian Disiplin Belajar
Disiplin secara umum yaitu merupakan sikap hidup yang
harus dijadikan sebagai kebiasaan hidup dan bukan hanya
menyangkut ketaatan. Jika dijadikan kebiasaan hidup, kapan pun,
di mana pun kita akan melakukan disiplin secara konsisten, entah
di sekolah, di rumah, maupun di dalam masyarakat (Wijaya,
2014:98). Sedangkan disiplin menurut Daryanto & Darmiatun
(2013:135) yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Jadi kesimpulan disiplin belajar menurut pengertian di atas
yaitu disiplin belajar merupakan sikap tertib dan patuh yang harus
dijadikan sebagai kebiasaan hidup pada berbagai ketentuan dan
peraturan yang ada di sekolah maupun di luar sekolah. Disiplin
belajar dapat dilihat dari kepatuhan siswa terhadap tata tertib yang
ada di sekolah, seperti berpakaian sesuai aturan sekolah dan waktu
masuk sekolah serta keluar sekolah.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
8
b. Macam-macam disiplin
Disiplin adalah kunci sukses karena dalam disiplin tumbuh
sifat teguh memegang prinsip, pantang mundur dalam kebenaran,
serta dapat berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
(Wijaya, 2014:99). Satu cara menjadikan kita disiplin adalah
melalui kebiasaan dan kebiasaan itu terbentuk dari latihan. Ada 5
macam disiplin dalam kehidupan, yaitu
1) Disiplin pribadi yaitu pengarahan disiplin pribadi yang
berkembang melalui kewajiban pribadi dalam diri individu.
Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan kemauan
mengendalikan diri dalam mengamalkan nilai, ketentuan,
peraturan, serta tata tertib yang berlaku di sekolah, masyarakat,
dan negara.
2) Disiplin nasional yaitu kemampuan dan kemauan
mengendalikan diri agar dapat mematuhi semua ketentuan yang
telah ditentukan oleh negara.
3) Disiplin ilmu yaitu mematuhi semua ketentuan yang ditentukan
sebagai seorang ilmuwan. Jika seorang ilmuwan memiliki sikap
disiplin ilmu, ilmuwan itu memiliki kode etik (aturan) dan
perilaku yang baik.
4) Disiplin tugas yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah
ditentukan oleh atasan atau kepala sekolah. Bentuk-bentuk
ketaatan terhadap atasan adalah mendengarkan dan memahami
perintah dengan sebaik-baiknya serta memohon penjelasan
sampai jelas kemudian melaksanakannya dengan baik,
melipatgandakan kesabaran ketika melaksanakan perintah
tersebut serta ikhlas dan tidak mengurangi atau menambah
sedikitpun, melaksanakan perintah dengan segera meskipun
tidak sesuai dengan pendapatatau keinginannya serta saling
memberi dan menerima nasehat, dan meminta izin dalam setiap
urusan dan memberikan masukan sebelum pimpinan
mengambil keputusan.
c. Indikator Disiplin Belajar
Menurut Daryanto & Darmiatun (2013:135) ada 2 indikator yaitu
indikator sekolah dan indikator kelas.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
9
1) Indikator Sekolah meliputi
a) Memiliki catatan kehadiran.
b) Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang
disiplin.
c) Memiliki tata tertib sekolah.
d) Membiasakan warga sekolah untuk berdisplin.
e) Menengakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil
bagi pelanggaran tata tertib sekolah
2) Indikator Kelas meliputi
a) Membiasakan hadir tepat waktu
b) Membiasakan mematuhi peraturan
c) Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi
keahliannya
d) Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai
program studi keahlian)
Adapun Keterkaitan nilai, jenjang kelas, dan indikator untuk
Sekolah Dasar menurut Daryanto & Darmiatun (2013, 145)
yaitu
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
10
Tabel 2.1 Indikator Keterkaitan Nilai, Jenjang Kelas, dan
Indikator di Sekolah Dasar
Nilai Indikator
Kelas 1-3 Kelas 4-6
Disiplin:
Tindakan yang
menunjukkan
perilaku tertib
dan patuh pada
berbagai
ketentuan dan
peraturan
- Datang ke sekolah
dan masuk kelas
pada waktunya.
- Melaksanakan
tugas-tugas kelas
yang menjadi
tanggung
jawabnya
- Duduk pada
tempat yang telah
ditetapkan
- Menaati peraturan
sekolah dan kelas
- Berpakaian rapi
- Mematuhi aturan
permainan
- Menyelesaikan
tugas pada
waktunya
- Saling menjaga
dengan teman agar
semua tugas-tugas
kelas terlaksana
dengan baik
- Selalu mengajak
teman menjaga
ketertiban kelas
- Mengingatkan
teman yang
melanggar
peraturan dengan
kata-kata sopan
dan tidak
menyinggung
- Berpakaian sopan
dan rapi
- Mematuhi aturan
sekolah
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
11
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar menurut R.Gagne dalam buku Susanto (2013:1) adalah
“suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman”. Sedangkan menurut Muhibbin
(2013:4) “belajar merupakan kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan”. Ini berarti bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Sedangkan menurut para ahli (Susanto, 2013:4) “belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam
keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya
perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa,
maupun bertindak”. Dari beberapa pengertian belajar dapat
disimpulkan bahwa
“Belajar adalah suatu proses atau suatu aktivitas yang
dilakukan oleh individu dalam jenjang pendidikan untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku. Seseorang
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
12
dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku
pada dirinya sendiri.”
b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1) Faktor-faktor intern, meliputi:
a) Faktor Jasmaniah
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagaian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah
keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya.
b) Faktor Psikologis
Faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar, antara lain: (1) intelegensi, (2)
perhatian, (3) minat, (4) bakat, (5) motif, (6) kematangan,
(7) kesiapan.
c) Faktor Kelelahan
2) Faktor-faktor ekstern, meliputi:
a) Faktor Keluarga
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
13
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antara
anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga, (4) keadaan
ekonomi, (5) pengertian orang tua, (6) latar belakang
kebudayaan, (4) bentuk kehidupan masyarakat.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:
(1) metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan
siswa, (4) relasi siswa dengan siswa, (5) disiplin sekolah,
(6) pelajaran dan waktu sekolah, (7) standar pelajaran, (8)
keadaan gedung, (9) metode belajar, dan (10) tugas rumah.
d) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi
karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor
masyarakat yang mempengaruhi ini mencakup: (1) kegiatan
siswa dalam masyarakat, (2) media massa, (3) teman
bergaul, dan (4) bentuk kehidupan masyarakat.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada
dua faktor yang dapat mempengaruhi belajar yaitu faktor
yang berada dalam diri individu (intern) dan dalam luar
individu yang belajar (ekstern).
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
14
c. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2009:12) Prestasi berasal dari bahasa
Belanda yaitu Prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi “Prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi
belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning
outcome). Maka dari itu, prestasi belajar merupakan suatu masalah
yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena
sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi
menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
Prestasi belajar menurut Mulyasa (2013:189) yaitu hasil
yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar,
sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang
dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
Teori belajar yang mendukung prestasi belajar siswa yaitu
teori belajar Konstruktivisme, Konstruktivisme yaitu pembelajaran
yang mengajak siswa untuk berpikir dan mengkonstruksi dalam
memecahkan permasalahan secara bersama-sama sehingga
didapatkan suatu penyelesaian yang akurat (Saefudin:2008).
Dalam pembelajaran kontruktivisme guru berperan sebagai
fasilitator sekaligus membimbing dan mengarahkan siswa
membangun sendiri pengetahuan dengan terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
15
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prstasi belajar menurut Mulyasa
(2013:189) dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
1) Bahan atau materi yang dipelajari
2) Lingkungan
3) Faktor Instrumental
4) Kondisi Peserta Didik
Faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama
memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta
didik.
3. Matematika di Sekolah Dasar
a. Pengertian Matematika
Matematika menurut Ruseffendi (Heruman, 2010:1) adalah
bahwa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian
secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur
yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
Pengertian matematika antara lain menurut Johnson dan
Rising dalam Russefendi (Suwangsih & Tiurlina, 2006:4) bahwa
“matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
16
akurat respresentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi”.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan pola berpikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logis tidak menerima
pembuktian secara induktif, matematika mempunyai struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur
yang didefinisikan dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:25) ciri-ciri
pembelajaran matematika di sekolah dasar antara lain:
a) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika
merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau
suatau topik matematika selalu mengkaitkan atau
menghubungkan dengan topik sebelumnya.
b) Pembelajaran matematika bertahap
Materi pelajaran mateatika diajarkan secara bertahap yaitu
dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep
yang lebih sulit.
c) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
17
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun, karena
sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pelajaran
matematika di Sekolah Dasar digunakan pendekatan induktif.
d) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang
konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang
satu dengan kebenaran yang lainnya.
e) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran secara bermakna merupakan cara
mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian
daripada hafalan.
c. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Menurut Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2011: 1)
menyatakan tahapan aktivitas penguasaan materi pelajaran
matematika meliputi:
1) Penanaman Konsep
Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan
awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini
pengajaraan memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai
alat peraga.
2) Tahap Pemahaman Konsep
Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan
setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
18
peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai
pada akhirnya tidak diperlukan lagi.
3) Tahap Pembinaan Keterampilan
Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang
tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap
bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti
mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat
peraga sudah tidak boleh digunakan lagi.
4) Tahap Penerapan Konsep
Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang
sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita)
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini
disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan
masalah.
4. Pecahan
a. Pengertian Pecahan
Menurut Heruman (2007:43) pecahan dapat diartikan
sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar,
bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang
biasanya ditandai dengan asiran. Bagian inilah yang dinamakan
pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
19
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan
Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) dalam
buku Heruman (2007:43) menyatakan bahwa pecahan merupakan
salah satu topik yang sulit diajarkan. Berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar dapat diketahui bahwa materi
yang akan dijadikan bahan penelitian adalah materi pecahan
dengan kompetensi dasar penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Bilangan pecahan juga berlaku operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan. Perhatikan contoh di bawah ini. (Burhan,
2008:172)
1) Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang sama
+
=
=
=
Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan
dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
2) Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang berbeda
+
Penyelesaian dari pecahan dengan penyebut yang berbeda yaitu
Bentuk yang senilai dengan
adalah
,
,
,
, …
Bentuk yang senilai dengan
adalah
,
,
,
, …
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
20
Pecahan yang senilai dengan
dan
yang berpenyebut sama
dan
+
=
+
=
=
Jadi,
+
=
1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2. Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
3) Pengurangan pecahan dengan penyebut yang sama
-
=
=
=
Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan
dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya.
Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.
4) Pengurangan pecahan dengan penyebut yang berbeda
-
Penyelesaiannya yaitu
Bentuk senilai
adalah
,
,
,
, …
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
21
Bentuk senilai
adalah
,
,
,
, …
Pecahan
senilai
dan pecahan
senilai
-
=
-
=
=
Jadi,
-
=
1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan
(mencari bentuk pecahan yang senilai).
2. Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan
pecahan berpenyebut sama.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Menurut Robert E. Slavin (2005:256) model pembelajaran
kooperatif tipe NHT ini diantaranya menomori orang bersama.
Menomori orang bersama pada dasarnya adalah sebuah varian dari
Group Discussion; pembelokannya yaitu pada hanya ada satu siswa
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
22
yang mewakili kelompoknya tetapi tidak sebelumnya tidak diberi
tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang dilandasi
oleh teori belajar Konstruktivis. Numbered Head Together (NHT)
merupakan pendekatan struktural pembelajaran kooperatif yang
telah dikembangkan oleh Spencer Kagan, dll (Ibrahim, 2000:25).
Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang
lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan
struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together berkaitan erat dengan teori belajar
Konstruktivisme.
b. Langkah-langkahnya
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT
menurut Suprijono (2009:92) yaitu
1) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah
konsep yang di pelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu
kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok
berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap
kelompok terdiri dari 8 orang.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
23
2) Guru memberikan nomer 1-8 kepada tiap-tiap orang dalam
tiap-tiap kelompok.
3) Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa
pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok.
Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan
jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan
kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban
atas pertanyaan dari guru.
4) Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomer yang sama
dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi
jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal
itu dilakukan terus hingga semua peserta didik yang bernomer
yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran
memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan
jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih
mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban
pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada
Pelajaran Matematika Materi Pecahan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran ini
sebagai berikut:
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
24
a) Peserta didik dibagi dalam kelompok yang setiap kelompok
terdiri dari 4 peserta didik, setiap peserta didik dalam setiap
kelompok mendapat nomor yang berbeda.
b) Guru memberikan tugas atau lembar kerja siswa (LKS) dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau
mengetahui jawabannya.
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil memaparkan hasil kerja sama mereka.
e) Kemudian guru menunjuk nomor yang lain, untuk menanggapi
temannya yang telah memaparkan hasil kerjanya.
f) Kesimpulan.
Menurut Rofiah (2015) ada empat langkah-langkah
pembelajaaran kooperatif tipe Numbered Head Together yaitu:
(a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir
bersama, (d) Pemberian jawaban. Langkah-langkah tersebut
kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai
kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut
adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran
dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
25
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Penomoran / Numbering
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 anak.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda.
Langkah 3. Pertanyaan dan berpikir bersama / Head Together
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada
setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Langkah 4. Pemberian jawaban / Answering
Dalam tahap, ini guru menyebut salah satu nomor dan para
siswa dari setiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di
kelas.
Langkah 5.Memberi kesimpulan
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
26
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari
semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.
Langkah 6.memberikan penghargaan
Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-
kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi
kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.
6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator
a. Standar Kompetensi : 1. Menggunakan pecahan dalam
pemecahan masalah.
b. Kompetensi Dasar : 6.3 Menjumlahkan Pecahan
6.3 Mengurangkan Pecahan
c. Indikator :
1) Melakukan operasi hitung penjumlahan pecahan
berpenyebut sama.
2) Melakukan operasi hitung penjumlahan pecahan
berpenyebut berbeda.
3) Melakukan operasi hitung pengurangan pecahan
berpenyebut sama.
4) Melakukan operasi hitung pengurangan pecahan
berpenyebut berbeda.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
27
7. Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Menurut Estiningsih (1994) dalam buku Sukayati &
Suharjana (2009:6) alat peraga merupakan media pembelajaran
yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang
dipelajari. Contoh: papan tulis, buku tulis, dan daun pintu
berbentuk persegi panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada
saat guru menerangkan bangun geometri dalam persegipanjang.
Menurut Anitah (2008:3) peraga berasal dari kata raga yang
berarti jasad atau bentuk. Istilah alat peraga ini demikian melekat
pada banyak pendidik sampai kurun waktu yang cukup lama.
Bahkan sampai saat ini masih banyak orang menggunakan istilah
alat peraga secara silih berganti dengan istilah lain seperti alat
bantu, media, alat pelajaran, dan lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan dari pengertian alat peraga diatas
bahwa alat peraga yaitu media pembelajaran atau alat bantu yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari.
b. Blok Pecahan
Menurut Sukayati & Suharjana (2009:30) bilangan pecahan
lazim disebut pecahan, maka untuk selanjutnya yang dimaksud
pecahan adalah bilangan pecahan.
Alat peraga blok pecahan dapat digunakan untuk pembelajaran
pecahan di kelas III, IV, V, VI SD dalam konsep materi:
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
28
a) Pecahan
,
,
,
,
,
,
,
b) Pecahan senilai
c) Penjumlahan dan pengurangan pecahan
Gambar 2.1. Ilustrasi Gambar Blok Pecahan
a) Memperagaan konsep pecahan
Kosep pecahan yang dikenalkan kepada peserta didik dengan
urutan dari
an,
an, dan
an. Selanjutnya mengenalkan pecahan
an,
an,
an,
an, dan
an. Satu lingkaran utuh digunakan untuk
memperagakan bilangan 1.
Lingkaran utuh digunakan untuk
memperagakan bilangan 1.
Lingkaran yang dipotong menjadi 2
bagian sama digunakan untuk
memperagakan konsep
an. Masing-
masing melambangkan
dan dibaca
setengah/seperdua.
“1” disebut pembilang (merupakan 1
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
29
bagian potongan yang
diperhatikan/diambil).
“2” disebut penyebut (merupakan
banyaknya potongan yang sama dari
yang utuh)
Lingkaran yang dipotong menjadi 4
bagian sama digunakan untuk
memperagakan konsep pecahan
an.
Bila mengambil 2 potong maka
disebut
(dua per empat) dan bila
mengambil 3 potong maka disebut
(tiga per empat)
Peragaan dapat dilanjutkan untuk
an,
an,
an,
an,
an, dan
an.
b) Memperagakan penjumlahan pecahan
1. Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama.
Contoh
+
=
Kesimpulannya : penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama
dapat dilakukan dengan menjumlahkan pembilang dari kedua
pecahan tersebut, sedangkan penyebutnya tetap.
2. Penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
30
Contoh
Digabung
Di ubah
+
=
+
=
Kesimpulannya : penjumlahan dua pecahan tidak sama dan salah
satu penyebutnya merupakan kelipatan penyebut yang lain, dapat
dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu
kemudian baru dijumlahkan.
c) Memperagakan Pengurangan Pecahan
1. Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama
Contoh
Diambil
Sisa
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
31
Kesimpulannya : pengurangan pecahan yang berpenyebut sama
dapat dilakukan dengan mengurangkan pembilangnya, sedangkan
penyebutnya sama dengan kedua pecahan tersebut.
2. Pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama
Contoh
-
Diubah menjadi d
diambil diambil
=
sisa
Jadi:
-
=
-
=
=
Kesimpulannya: Pengurangan pecahan yang berpenyebut
tidak samadapat dilakukan dengan menyamakan penyebutnya
terlebih dahulu sehingga menjadi dua pecahan berpenyebut
sama, baru mengurangkan pembilangnya, sedangkan
penyebutnya sama dengan kedua pecahan tersebut.
2.2. Gambar Foto Alat Peraga Blok Pecahan
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
32
B. Penelitian Relevan
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilaksanakan
oleh Ari Fatma tahun 2012 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Koopeatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Pecahan Di Kelas V SDN 2 Karangnangka,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi pecahan di kelas lima.
Peneliti yang lain dilakukan oleh Septianti Nurjannah tahun 2015
dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika
Melalui Model Pembelajaran tipe Numbered Head Together
Menggunakan Media Kartu Bilangan Di Kelas IV SDN 1 Kalialang, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika
C. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
berbagai cara, model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
guna mencapai tujuan dan sarana pendidikan. Banyak model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru akan tetapi masih banyak dijumpai beberapa
guru yang masih bingung dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa SD, khususnya pada siswa kelas IVB SD
Negeri 1 Sambirata.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
33
Untuk memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan
kepada siswa, maka cara yang dapat ditempuh misalnya dengan
mengaktifkan mereka dalam kegiatan pembelajaran matematika secara
kelompok, adanya alat peraga dan menggunakan model pembelajaran
yang sesuai. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika, guru yang
baik harus menciptakan suasana pembelajaran matematika yang
menyenangkan. Siswa akan lebih termotivasi dalam pembelajaran
matematika apabila penyajiannya baik dan menarik. Dalam hal ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan alat peraga blok pecahan sangat membantu siswa
dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. Dengan hal seperti itu,
diharapkan hasil belajar matematika siswa dapat terus meningkat. Untuk
lebih jelasnya dibuat bagan kerangka berfikir dari penelitian ini sebagai
berikut
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
34
Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir
KONDISI AWAL
Hasil belajar matematika
siswa rendah
Tindakan Dalam pembelajaran guru
menggunakan model
pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan alat
peraga blok pecahan
Siklus 1 Dalam
pembelajaran
siswa
melaksanakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe
Numbered Head
Together (NHT)
dengan alat
peraga blok
pecahan
Siklus 2 Dalam
pembelajaran
siswa
melaksanakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe
Numbered Head
Together dengan
alat peraga blok
pecahan
Prestasi belajar
Matematika siswa
meningkat pada : sikap
disiplin dan prestasi
belajar siswa.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016
35
D. Hipotesis Tindakan
Untuk mengatasi masalah yang diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan alat peraga blok pecahan
dapat meningkatkan sikap disiplin siswa terhadap mata pelajaran
matematika materi pecahan kelas IVB SD Negeri 1 Sambirata.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan alat peraga blok pecahan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika materi pecahan kelas IVB SD Negeri 1 Sambirata.
Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016