bab ii kajian pustaka a. 1. a. pengertian pendapatanrepository.uinbanten.ac.id/1670/4/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Paparan Teori
1. Konsep Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan, baik tunai
maupun tidak tunai yang merupakan hasil dari penjualan
barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu. Selain itu,
pendapatan ialah penerimaan dana sebagai hasil dari suatu
investasi.1
Dapat diartikan bahwa pendapatan adalah suatu yang
bernilai ekonomi yang diperoleh dari suatu kegiatan ekonomi
sehingga menghasilkan dalam hal ini uang. Pendapatan berbeda
dengan upah, pendapatan yang hasilnya tidak ditentukan oleh
waktu, sedangkan upah biasanya ditentukan oleh waktu dan
dirundingkan.
Dalam pengertian makro, pendapatan diartikan sebagai
keseluruhan penghasilan atau penerimaan yang diperoleh para
pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama kurun
waktu tertentu. Pendapatan adalah penghasilan yang diterima
1Sujana Ismaya, Kamus Perbankkan, (Bandung : Pustaka Grafika ), 235.
12
oleh seseorang dari usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam
jangka waktu tertentu yang dapat berupa barang dan jasa.2
Ada tiga sumber penerimaan pendapatan rumah tangga,
yaitu:
1) Pendapatan dari gaji dan upah
Pendapatan dari gaji dan upah adalah balas jasa
terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar gaji dan
upah seseorang teoritis sengat tergantung dari
produktivitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
produktivitas, diantaranya sebagai berikut:
a. Keahlian (skill) adalah kemampuan teknis yang dimiliki
seseorang untuk mampu menangani pekerjaan yang
dipercayakan.
b. Mutu Modal Manusia (Human Capital) adalah kapasitas
pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki
seseorang, baik karena bakat bawaan (inborn) maupun
hasil pendidikan dan latihan.
c. Kondisi Kerja (working Conditions) adalah lingkungan
dimana seseorang bekerja.3
2) Pendapatan Dari Asset Produktif
2 Lilis Susilawati, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
Sembako Yang Berlokasi Di Belakang Pasar Menurut Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Kasus di Pasar Jiput), Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut
Agama Islam Negeri,11. 3 Sulistiani, Pengaruh Pendapatan Limbah Industri Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Menurut Ekonomi Islam, Skripsi Fakultas Syari’ah Dan Eonomi Islam
Institus Agama Islam Negeri SMH Banten, Serang 2014, 17.
13
Asset produktif adalah asset yang memberikan
pemasukan atas balas jasa penggunaanya. Ada dua
kelompok asset produktif. Pertama, asset finansial (
financial asset ), seperti deposito yang menghasilkan
pendapatan bunga saham yang menghasilkan dividen dan
keuntungan atas modal (capital again) bila diperjualbelikan.
Kedua, asset bukan finansial (real asset) seperti rumah yang
memberikan penghasilan sewa.4
3) Pendapatan Dari Pemerintah
Pendapatan dari pemerintah atau penerima transfer
adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa
atau input yang diberikan. Di negara-negara yang talah
maju, penerimaan transfer diberikan misalnya dalam bentuk
tunjangan penghasilan bagi para penganggur (unemployment
compensation), jaminan sosial bagi orang-orang miskin dan
berpendapatan rendah.5
b. Distribusi Pendapatan dalam Islam
Selain pendapatan penting kita ketahui dari mana
asalnya baik halal dan haramnya, kita juga harus tahu kemana
4 Sulistiani, Pengaruh Pendapatan Limbah Industri Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Menurut Ekonomi Islam, Skripsi Fakultas Syari’ah Dan Eonomi Islam
Institus Agama Islam Negeri SMH Banten, Serang 2014, 17. 5Sulistiani, Pengaruh Pendapatan Limbah Industri Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Menurut Ekonomi Islam, Skripsi Fakultas Syari’ah Dan Eonomi Islam
Institus Agama Islam Negeri SMH Banten, Serang 2014, 17.
14
pendapatan kita distribusikan. Apakah di jalan Allah SWT atau
di jalan yang dilarang Allah SWT.
Distribusi menjadi posisi penting dari teori ekonomi
mikro Islam karena pembahasan distribusi berkaitan bukan saja
berhubungan dengan aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial
dan aspek politik.6
Dari paparan di atas bahwasanya distribusi pendapatan
sangatlah penting, karena dengan distribusi yang tepat akan
memberi dampak yang sangat baik bagi diri sendiri atau bahkan
baik juga pada orang lain. Distribusi dalam hal ini, seperti
membelanjakan pendapatannya sesuai kebutuhan dan halal
tentunya.
Distribusi harta tidak akan mempunyai dampak yanag
signifikan kalau tidak ada kesadaran antara sesama manusia
akan kesamaan hak hidup. Oleh karena itu dalam distribusi
pendapatan berhubungan dengan beberapa masalah:
1. Bagaimana mengatur adanya distribusi pendapatan.
2. Apakah distribusi pendapatan yang dilakukan harus
mengarah pada pembentukan masyarakat yang mempunyai
pendapatan yang sama.
3. Siapa yang menjamin adanya distribusi pendapatan ini di
masyarakat.
6 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Yogyakarta:
Ekonisia, 2004), 234.
15
Untuk menjawab masalah ini, Islam telah menganjurkan
untuk mengerjakan Zakat, Infaq dan Shodaqoh.7
Islam sangatlah memperdulikan kemashlahatan
ummatnya, sehingga dalam Islam dianjurkan berbagai kebaikan
dalam segala hal khususnya dalam hal ekonomi. Islam tidak
menutup mata terhadap ummatnya, sehingga apabila ada
ummatnya yang memiliki rezeki berlebih dianjurkan untuk
membagi terhadap sesama yang biasa kita tahu seperti zakat,
infaq, dan shodaqoh.
Selain distribusi pendapatan dalam Islam, distribusi
pendapatan juga dilihat dari segi pendapatan nasional. Jika
pendapatan nasional yang tetap (konstan) mengalami perubahan
dalam distribusinya diantara penduduk, maka permintaan dapat
berubah. Permintaan terhadap barang-barang yang diperlukan
mereka yang pendapatannya turun, berbeda dengan permintaan
terhadap barang-barang yang diperlukan mereka yang
pendapatannya naik. Maka perubahan dalam distribusi
pendapatan akan menggeser kurva-kurva permintaan terhadap
komoditi yang paling banyak dibeli rumah tangga dengan
pendapatan yang naik, ke kanan, dan akan menggeser kurva
permintaan terhadap komoditi yang paling banyak di beli oleh
mereka yang pendapatannya menurun, ke kiri.8
7 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, 235
8 Kadariah , Teori Ekonomi Mikro ( Jakarta: 1994 ), 6
16
Sama halnya dengan pendapatan istri dalam rumah
tangga, semakin banyak kebutuhan yang diperlukan semakin
banyak pula pendapatan yang harus diperoleh atau didapat.
2. Konsep Istri Yang Bekerja
Banyaknya perempuan yang melakukan aktivitas produktif
di luar rumah mengindikasikan ada pergeseran pandangan pada
masyarakat yang semula menganggap bahwa perempuan hanya
bekerja di rumah untuk melakukan tugas domestiknya. Hal ini
semakin didukung dengan adanya pencanangan dari pemerintah
mengenai peranan gender (Gender Mainstreaming) yang mencakup
segala aspek, antara lain aspek pendidikan, kesehatan, hukum
termasuk sarana fisik (Hadajadi, 2001) yang bertujuan semakin
memperdayakan wanita.9
Islam tidak melarang seorang wanita bekerja ataupun
berdagang bahkan sebaliknya Allah Azza Wa Jalla memerintahkan
pada hamba-Nya untuk beramal dan bekerja.10
Akan tetapi yang wajib diperhatikan ketika bekerja ataupun
berdagang adalah hendaknya interaksi diantara mereka harus dalam
9
Martia Ekadianti, Analisis Pendapatan Istri Nelayan Dalam Upaya
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Rembang., Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas
Diponegoro Semarang., p.., http://eprints.undip.ac.id/ 43801/1/11_EKADIANTI.pdf 10
Umdatul Hasanah, eva Syarifah Wardah, Eka Julaiha, Aang Saeful Milah,
Perempuan Dalam Sorotan Agama, Lembaga Penelitian Pengabdian Mahasiswa
Institut Agama Islam Negeri SMH Banten ( Banten : 2015)., 96
17
bentuk interaksi yang jauh dan terbebas dari semua penyebab
masalah dan yang menimbulkan perbuatan munkar.11
Dalam Islam semua ada aturan yang harus ditaati.
Begitupun dalam bekerja, wanita tidak boleh menghiraukan norma-
norma agama yang ada seperti bekerja yang halal, tidak
meninggalkan tugasnya sebagai Ibu dan Istri, harus menjaga
kehormatan dirinya dan keluarga selama bekerja atau di luar rumah.
Konsep Istri yang bekerja harus bisa mengatur waktu mulai
dari jam kerja agar tidak melalaikan tugas utamanya sebagai
seorang Istri dan juga Ibu bagi anak-anaknya.
3. Konsep Keluarga Sejahtera
a. Pengertian Keluarga
Payung hukum di Indonesia yang berkaitan dengan
pembangunan keluarga tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
yang menjelaskan tentang pengertian keluarga, pembangunan
keluarga, dan keluarga berkualitas seperti yang disebutkan pada
pasal 1 bahwa:
1. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami, istri, atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya (pasal 6).
11
Umdatul Hasanah, eva Syarifah Wardah, Eka Julaiha, Aang Saeful Milah,
Perempuan Dalam Sorotan Agama,100
18
2. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga
berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat (pasal
7).12
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1
Ayat 10 menyebutkan pengertian keluarga berkualitas.
Sebagai keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera,
sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertangung jawab, harmonis dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.13
b. Pengertian Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”, sejahtera ini
mengandung pengertian dari bahasa sansekerta “catera” yang
berarti payung. Dalam konteks ini orang yang sejahtera yaitu
orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,
ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman, tentram
baik lahir maupun batin.14
12
Herien Puspitawati, Pengertian Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga.,
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor 2015 (IPB Press Bogor 2010)., 1., http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/
images/karyailmiah/ketahanan.pdf 13
Herien Puspitawati, Pengertian Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga.,
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor 2015, 2 14
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung : Refika
Aditama, 2012),8.
19
Menurut IPM ( Indeks Pembangunan Masyarakat ) ada
tiga indikator yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Daya beli
masyarakat, jika ketiga sudah terpenuhi maka kesejahteraan
cukup tinggi.
Terdapat beragam pengertian mengenai kesejahteraan,
karena lebih bersifat subyektif dimana setiap orang dengan
pedoman, tujuan dan cara hidupnya yang berbeda-beda akan
memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang kesejahteraan
dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.
Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh
seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima.
Namun demikian tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri
merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari
besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi dari
pendapatan tersebut.15
Selain kesejahteraan keluarga adapula kesejahteraan
sosial yang mempunyai banyak pengertian yang dirumuskan,
baik oleh para pekerja sosial maupun institusi, diantaranya:
Kesejahteraan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (
PBB) dalam bukunya Adi Fahrudin yang berjudul Pengantar
Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial merupakan suatu
kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu
15
Euis Sunarti, Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah, Pengembangan,
Evaluasi, dan Keberlanjutannya. Fakultas Ekologi Manusia IPB ( Bogor : 2006), 25.
20
penyesuaian timbal balik dengan lingkungan sosial mereka.
Selain menurut PBB, Kesejahteraan sosial menurut Friedlander
adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan
sosial dan institusi yang dirancang untuk membantu individu-
individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup
dan kesehatan yang memadai.16
Dimensi kesejahteraan keluarga sangat luas dan
kompleks. Taraf kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang
terlihat (fisik dan kesehatan) tapi juga yang tidak dapat dilihat
(spritual). Oleh karena itu, terdapat beberapa istilah yang
digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga,
sebagai berikut:
a. Economical well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi;
indikator yang digunakan adalah pendapatan (GNP, GDP,
pendapatan perkapita perbulan, nilai asset).
b. Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial; indikator yang
digunakan diantaranya tingkat pendidikan (SD/MI-
SMP/MTs-SMA/MA-PT; pendidikan non formal paket A,
B, C; melek aksara dan buta aksara) dan status dan jenis
pekerjaan ( white collar = elit/ profesional/ buruh pekerja;
punya pekerjaan tetap atau pengangguran).
16 Iis Istianatul Maniroh, Hubungan Penjualan Kredit Baju Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat Ditinjau Dari Ekonomi Islam, Skripsi Fakultas Syari’ah
dan Ekonomi Islam Institus Agama Islam Negeri, 2014, 33.
21
c. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik; indikator
yang digunakan adalah status gizi, status kesehatan, tingkat
moralitas, tingkat morbiditas.
d. Psychological / spritual mental, yaitu kesejahteraan
psikologi; indikator yang digunakan adalah sakit jiwa,
tingkat stres, tingkat bunuh diri, tingkat perceraian, tingkat
aborsi, tingkat kriminal (perkosaan, pencurian/ perampokan,
penyiksaan/pembunuhan, penggunaan narkoba/NAPZA,
perusakan), tingkat kebebasan seks.13
c. Peran Istri Di Dalam Keluarga dan Kehidupan Sosial
Wanita pada hakikatnya selain seorang anak, wanita
juga terbentuk menjadi seorang istri dan juga seorang ibu.
Wanita berubah peran seiring berjalannya waktu, wanita akan
menjadi seorang istri yang terdapat keberkahan dan kedzaliman
di dalamnya.
Salah satu peran istri dalam berumah tangga adalah
seorang ibu. Dimana sebagai ibu, seorang istri adalah pendidik
pertama dan utama bagi anak-anaknya, khususnya pada masa-
masa balita. Dari sini dibutuhkan seorang penanggung jawab
utama terhadap perkembangan jiwa dan mental anak khususnya
dalam usia dini. Dan disini, agama menoleh kepada ibu yang
memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki sang ayah dalam
22
bidang tersebut. Akan tetapi, perlulah diperhatikan ini tidak
berarti bahwa suami tidak berkewajiban mendidik anak.17
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran
istri dalam rumah tangga sangat diperlukan baik dalam
mendidik anak dan juga dalam mengatur kehidupan dalam
rumah tangga.
4. Pandangan Islam Terhadap Istri Yang Bekerja Di Luar
Rumah
Istri mempunyai tugas memelihara rumah tangga namun
bukan berarti wanita tidak boleh bekerja, Islam tidak melarang
wanita bekerja tetapi Islam tidak mendorong hal tersebut. Dalam
bukunya, Syubhat Haula Al-Islam, Muhammad Quthbi
menjelaskan, “ Perempuan pada zaman Nabi pun bekerja, ketika
kondisi menuntut mereka untuk bekerja. Masalahnya bukan terletak
pada ada atau tidaknya hak mereka untuk bekerja, masalahnya
adalah bahwa Islam tidak cenderung mendorong wanita keluar
rumah kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang sangat perlu, yang
dibutuhkan oleh masyarakat, atau atas dasar kebutuhan wanita
tertentu. Misalnya, kebutuhan untuk bekerja karena tidak ada yang
membiayai hidupnya, atau karena yang menanggung hidupnya
tidak mampu mencukupi kebutuhannya.18
17
M. Quraish Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah dan Muammalah,
(Jakarta: 1999), cet. Ke-1, 290 18
M. Quraish Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah dan Muammalah, 290
23
Allah SWT berfirman dalam surat Ath-Thalaq ayat 7:
Yang artinya:
“ Hendaknya orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.”19
Dari ayat di atas sudah jelas, bahwa seorang suami boleh
saja memanjakan istrinya dengan memenuhi kebutuhan sesuai
kemampuan yang dia miliki, tidak memaksakan diri sehingga
memberikan kesusahan pada dirinya sendiri apalagi harus berbuat
yang dilarang Allah SWT.
Namun, seorang istri dilarang memaksa suami mencari
hutang dan pinjaman untuk memenuhi keinginan istri. Jika istri
sanggup bekerja (dengan izin suami) membantu suaminya untuk
meringankan beban nafkah suami maka hal tersebut diperbolehkan
dan akan mendapatkan dua pahala yaitu pahala kekeluargaan dan
19
Khadim Al Haramainy As Syarifain : Al-Qur’an Dan Terjemahannya,
(Jakarta: 1971)., 946
24
pahala sedekah.20
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa Islam
membenarkan kaum wanita aktif dalam berbagai aktivitas, atau
bekerja dalam berbagai bidang di dalam ataupun di luar rumah.
Cara bekerjanya itu dapat dilakukan baik secara mandiri, bersama
orang lain, dengan lembaga pemerintahan maupun swasta selama
pekerjaan tersebut dilakukan dalam suasana terhormat, sopan,
terhindar dari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut
terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Seorang istri dapat
melakukan hal tersebut selama tugas pokoknya sebagai istri tidak
terabaikan demikian.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya ini adalah penelitian yang sudah
dilakukan dan dianalisis kebenarannya. Penelitian untuk mempermudah
penulis dalam melakukan penelitian selanjutnya. Penelitian lain
dilakukan oleh Sulistiana tahun 2014 tentang Pengaruh Pendapatan
Limbah Industri Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Menurut
Ekonomi Islam di Desa Talagasari 05/02 Kecamatan Cikupa
Tanggerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendapatan limbah industri terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui kajian teori, observasi dan
analisis data berupa angket dan kuesioner dapat disimpulkan bahwa
20
Umdatul Hasanah, eva Syarifah Wardah, Eka Julaiha, Aang Saeful Milah,
Perempuan Dalam Sorotan Agama, Lembaga Penelitian Pengabdian Mahasiswa
Institut Agama Islam Negeri SMH Banten ( Banten : 2015)., 34
25
pengaruh pendapatan limbah industri terhadap kesejahteraan
masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan, hal ini dilihat dari
uji t diperoleh nilai t hitung > t tabel (13,574>2,021) hal ini berarti Ho di
tolak yang berarti bahwa usaha limbah industri pada pendapatan limbah
industri berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat yang
diukur dengan konsumsi keluarga.
Selain itu dari hasil pengolahan korelasi person produck
moment maka diperoleh nilai korelasi (R) sebesar 0,911 dimana angka
tersebut berada paada kisaran 0,80-1,000 yang artinya hubungan kedua
variabel sangat kuat. Pengujian hipotesis menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara pendapatan limbah industri (X)
terhadap kesejahteraan masyarakat (Y) atau koefisien determinasi
adalah 0,829 atau 82,9% dipengaruhi oleh pendapatan limbah industri
terhadap kesejahteraan masyarakat, sedangkan 17,1 % sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.21
Penelitian lain dilakukan oleh Ika Katika tentang Pengaruh
Dana Bergulir Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Menurut Perspektif
Islam di Desa Pabuaran Serang (Studi di Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan / Unit Pengelola
Kegiatan Desa Pabuaran Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang)
dengan hasil penelitian bahwa diketahui thitung 5,014 dengan
menggunakan α = 10% dengan menggunakan uji dua arah (two tailed)
21
Sulistiani,Pengaruh Pendapatan Limbah Industri Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Menurut Ekonomi Islam, Skripsi Fakultas Syari’ah Dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri SMH Banten, Serang 2014, 64
26
maka nilai α : 2 (10% : 2 = 5%) dan derajat kebebasan df (n-2) = 64 – 2
= 62, uji dilakukan dengan dua sisi. Maka diketahui nilai ttabel = 1,670.
Karena thitung lebih besar dari ttabel ( 5,014 > 1,670 ), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya dana bergulir
berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.
Penelitian yang dilakukan Efendi Feriyansah tentang Pengaruh
Pendapatan Suami Dan Pendapatan Istri Terhadap Ekonomi Keluarga
di Kaliboja (Studi Kasus di PT. Pagilaran Unit Kaliboja) dengan hasil
penelitian bahwa diketahui Variabel pendapatan suami (X1)
berpengaruh signifikan terhadap ekonomi keluarga (Y). persamaan
regresi yang diperoleh Y = 162.763,449 + 0,609 X1 – 0,045 X2.
Besarnya pengaruh pendapatan suami (X1) terhadap ekonomi keluarga
(Y) adalah Rp 0,609 (setiap pertambahan Rp 1 pendapatan suami). Dari
uji t dapat diketahui bahwa thitung 3,257 > ttabel 2,011. Artinya H0
ditolak dan H1 yang berbunyi “pendapatan suami berpengaruh
tetrhadap ekonomi keluarga” diterima.
Variabel pendapatan istri (X2) tidak berpengaruh terhadap
ekonomi keluarga (Y) karena setiap pertambahan Rp 1 pendapatan istri
(X2) akan menurunkan ekonomi keluarga (Y) sebesar Rp 0,045. Dari
uji t dapat diketahui bahwa thitung – 0,086 < ttabel 2,011. Artinya H0
diterima dan H1 yang berbunyi “pendapatan istri berpengaruh tetrhadap
ekonomi keluarga” ditolak. Pendapatan istri (X1) tidak berpengaruh
terhadap ekonomi keluarga (Y2) yang dilihat dari jumlah tabungan
perbulan dan 90 berkoefisien (-) bisa disebabkan karena hampir seluruh
pendapatan yang diterima oleh seorang istri digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti untuk belanja bulanan dan
27
memberi saku setiap harinya untuk anak. Sehingga hanya sedikit sekali
atau bahkan tidak ada sama sekali pendapatan istri yang di alokasikan
untuk tabungan.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Iis Istianatul Maniroh
tentang Hubungan Penjualan Kredit Baju Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Tinjau Dari Ekonomi Islam ( Studi Kasus di Pasar
Cisoka Tangerang). Setelah dilakukan uji statistik menggunakan SPSS
versi 16.o diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima maka terbukti bahwa adanya hubungan yang signifikan
antara jual beli baju kredit terhadap kesejahteraan masyarakat. Selain
itu, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan
SPSS versi 16.0 menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi ® sebesar
0,792 ini menunjukkan bahwa hubungan antara penjualan kredit baju
terhadap kesejahteraan masyarakat hubungannya adalah kuat, setelah
dilakukan melalui uji deteminasi penjualan kredit mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat sebesar 62,8% sedangkan sisanya 37,2%
ditentukan oleh variabel lain di luar model yang diteliti.
C. Hipotesis
Hipotesa merupakan jawaban sementara, yang masih perlu diuji
kebenarannya melalui fakta-fakta. Pengujian hipotesis dengan
menggunakan dasar fakta diperlukan suatu alat bantu, dan yang sering
digunakan adalah analisis statistik.22
22
Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya,( Jakarta:
Kencana,2009), ed.1,cet.6, 97
28
Ho = 0 terdapat pengaruh pendapatan istri terhadap kesejahteraan
ekonomi keluarga
Ho ≠ 0 tidak terdapat pengaruh pendapatan istri terhadap
kesejahteraan ekonomi keluarga
Berdasarkan perumusan masalah pada bab sebelumnya tersebut
di atas maka dapat di rumuskan hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
“Diduga ada pengaruh pendapatan istri terhadap kesejahteraan
ekonomi keluarga menurut perspektif ekonomi Islam.”