bab ii kajian pustakarepository.uinbanten.ac.id/3843/4/bab ii.pdf · a. pengertian pendapatan...
TRANSCRIPT
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendapatan
Pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomis selama periode berjalan yang muncul
dalam rangkaian kegiatan biasa dari sebuah entitas ketika
arus masuk dihasilkan dalam penambahan modal, selain
berkaitan dengan kontribusi pemegang ekuitas.1
Pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan
atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penananaman modal.2
Peningkatan pada
jumlah aktiva atau penurunan kewajiban diperoleh dari
penyerahan barang/jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam
suatu periode.
1
Muhamad, Manajemen Keuangan Syari‟ ah, Analisis Fiqh dan
Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), 317. 2 Nelson Lam dan Peter Lau, Akuntansi Keuangan, Perspektif IFRS
(Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2014), 230-231.
21
Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan
kepada langganan atas penjualan barang atau penyerahan
jasa yang dilakukan. Masalah pendapatan berkaitan
dengan penentuan pendapatan yang harus dimasukkan dan
dilaporkan dalam suatu periode. Masalah ini penting
karena bila salah melakukannya maka penetapan laba
menjadi tidak benar.
Dalam lembaga keuangan atau perusahaan yang
profit oriented, pendapatan adalah unsur yang sangat
penting karena semakin besar pendapatan yang diperoleh,
semakin besar pula peluang suatu lembaga tersebut
mengembangkan usahanya.3 Sumber pendapatan dalam
Islam yang berasal dari faktor-faktor produksi, yaitu sewa,
upah, keuntungan dan profit.4
Pada lembaga keuangan bank, untuk mengetahui
dari mana saja pendapatan yang diperoleh bank dan biaya-
3
Elis Lutfiyatin, “Pembiayaan Murabahah dalam Meningkatkan
Pendapatan Operasional PT. Bank Syariah Mandiri KCP Wonocolosurabaya”.
(Master Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016),57. 4
Indah Fitriani Munawaroh Situmeamg, “Konsep Distribusi
Pendapatan Dalam Sistem Ekonomi Islam Menurut Perspektif Muhammad
Abdul Mannan” (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Negeri Sumatera Utara, 2018), 45.
22
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional dapat
dilihat pada laporan laba/rugi bank. Laba/rugi bank
merupakan pengurangan biaya-biaya atas pendapatan
operasional dan pendapatan operasional.5
B. Konsep Bagi Hasil
Konsep bagi hasil berlandaskan pada beberapa
prinsip dasar, yaitu:6
1. Pembiayaan bagi hasil tidak berarti meminjamkan
uang, tetapi merupakan partisipasi dalam usaha.
Dalam hal musyarakah, keikutsertaan aset dalam
usaha hanya sebatas proporsi pembiayaan masing-
masing pihak.
2. Investor atau pemilik dana harus ikut menanggung
risiko kerugian usaha sebatas proporsi
pembiayaannya.
5
Elis Lutfiyatin, “Pembiayaan Murabahah Dalam Meningkatkan
Pendapatan Operasional PT. Bank Syariah Mandiri KCP Wonocolosurabaya”.
(Master Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016),58. 6Ascarya dan Diana Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum,
(Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan 2005), 20-21.
23
3. Para mitra usaha bebas menentukan, dengan
persetujuan bersama, rasio keuntungan untuk masing-
masing pihak, yang dapat berbeda dari rasio
pembiayaan yang disertakan.
4. Kerugian yang ditanggung oleh masing-masing pihak
harus sama dengan proporsi investasinya.
C. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil adalah bentuk return dari kontrak
investasi, yakni yang termasuk ke dalam natural
uncertainty contract.7Natural uncertainty contract (NUC)
adalah kontrak yang menentukan secara pasti nilai
nominal dari keuntungan di awal kontrak perjanjian yang
artinya memberi kepastian pengembalian atau hasil.8
Adapun yang termasuk dalam pembiayaan ini adalah jual
beli murabahah, jual beli salam, jual beli istishna, ijarah
dan ijarah muttahiya bittamlik (IMBT).
7 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta:
UPP AMP YPKN, 2005), 101. 8 Atieq Amjadallah Alfie dan Maftuchatul Khanifah, “Pembiayaan
Natural Uncertanty Contract (NCC) dan Pembiayaan Natural Certanty
Contract (NUC) pada Profitabilitas Bank Umum Syariah”
24
Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada
pekerja/pedagang untuk dikelola, sedangkan keuntungan
dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama.
Keuntungan antara pemilik modal dan pengelola dalam
hal ini adalah bagi hasil. Sebab ada orang yang memiliki
modal tetapi tidak mempunyai keahlian dalam
menjalankan roda perusahaan. Ada juga yang mempunyai
modal dan keahlian, tetapi tidak mempunyai waktu.
Sebaliknya ada orang yang mempunyai keahlian dan
waktu, tetapi tidak memiliki modal.
Sebagai alternative system bunga dalam ekonomi
konvensional, ekonomi Islam menawarkan sistem bagi
hasil (profit and loss sharing) ketika pemilik modal
(surplus spending unit) bekerja sama dengan pengusaha
(deficit spending unit) untuk melakukan kegiatan usaha.
Apabila kegiatan usaha menghasilkan keuntungan dibagi
berdua, dan apabila kegiatan usaha menderita kerugian,
kerugian ditanggung bersama. Sistem bagi hasil menjamin
adanya keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi.
25
Sistem bagi hasil dapat berbentuk Musyarakah dan
Mudhrabah dengan berbagai variasinya.
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan
sistem ekonomi lainnya adalah terletak pada penerapan
bunga. Dalam Ekonomi Islam, bunga dinyatakan sebagai
riba yang diharamkan oleh syariat Islam. Sehingga dalam
ekonomi yang berbasis syariah, bunga tidak diterapkan
dan sebagai gantinya diterapkan sistem bagi hasil yang
dalam syariat Islam dihalalkan untuk diterapkan.
Bunga dan bagi hasil sama-sama memberi
keuntungan bagi pemilik modal, namun keduanya
mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan
tersebut dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil9
Hal Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
Penentuan
besarnya hasil
Sebelumnya Sesudah berusaha,
sesudah ada
untungnya
Yang ditentukan Bunga, Menyepakati
9 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta:
UPP AMP YKPN), 2005, 3.
26
sebelumnya besarnya nilai
rupiah
proporsi
pembagian untung
untuk masing-
masing pihak,
misal 50 : 50, 40 :
60, 35 : 65, dst
Jika terjadi
kerugian
Ditanggung
Nasabah saja
Ditanggung kedua
pihak, Nasabah
dan Lembaga
Dihitung
darimana?
Pasti: (%) kali
jumlah
pinjaman yang
telah pasti
diketahui
Proporsi (%) kali
jumlah untung
yang belum
diketahui = belum
diketahui
Titik perhatian
proyek/usaha
Besarnya bunga
harus dibayar
nasabah/pasti
diterima bank
Keberhasilan
proyek/usaha jadi
perhatian
bersama: Nasabah
dan Lembaga
Berapa
besarnya?
Berlawanan
dengan QS.
Luqman:34
Melaksanakan
QS. Luqman:34
Perbedaan antara sistem bagi hasil yang salah
satunya terdapat dalam akad mudharabah dan sistem
bunga, bahwa sistem bagi hasil sangat memperhatikan
keseimbangan atau keadilan antara pihak-pihak yang
bertransaksi yang tidak ada dalam sistem bunga. Dalam
aplikasinya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat
dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu:
27
28
1. Bagi Untung (Profit Sharing)
Sistem profit and loss sharing dalam
pelaksanaannya merupakan bentuk dari
perjanjian kerja sama antara pemodal
(investor) dan pengelola modal (enterpreneur)
dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi.
Kedua belah pihak akan terikat kontrak bahwa
di dalam usaha tersebut jika mendapat
keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai
nisbah kesepakatan di awal perjanjian, begitu
pula bila usaha mengalami kerugian akan
ditanggung bersama sesuai porsi.
Dalam sistem profit and loss sharing
jika terjadi kerugian maka pemodal tidak akan
mendapatkan pengembalian modal secara utuh,
sedang bagi pengelola tidak akan
mendapatkan upah dari kerjanya dan
keuntungan yang akan dibagikan adalah
seluruh pendapatan setelah dikurangi dengan
29
biaya-biaya operasional selama proses
usaha.10
Perhitungan menurut pendekatan ini
adalah perhitungan bagi hasil berdasarkan
pada laba dari pengelola dana, yaitu
pendapatan usaha dikurangi dengan biaya
usaha untuk memperoleh pendapatan
tersebut.11
2. Bagi Pendapatan (Revenue Sharing)
Revenue Sharing terdiri dari dua suku
kata yang berasal dari bahasa Inggris. Revenue
berarti penghasilan, hasil, atau pendapatan.
Sedangkan kata sharing merupakan bentuk
kata kerja dari kata share yang berarti bagi.
Jadi secara bahasa Revenue Sharing adalah
pembagian hasil, penghasilan, dan pendapatan.
Dalam kamus ekonomi, revenue dapat
diartikan sebagai total penerimaan dari hasil
10
Naf’an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2016), 83. 11
Neneng Nurhasanah, Mudharabah dalam Teori dan Praktik,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2015), 140.
30
usaha dalam kegiatan produksi. Revenue
meliputi total harga pokok penjualan (modal)
ditambah keuntungan dari hasil penjualan
(profit).
Dalam perbankan pengertian revenue
adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari
bunga hasil penyaluran dana atau penyediaan
jasa oleh bank. Sedangkan dalam perbankan
syariah, revenue adalah hasil yang diterima
oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke
dalam bentuk aktiva produktif, yaitu
penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini
merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva
produktif dengan hasil penerimaan bank.
Bank syariah memperkenalkan sistem
bagi hasil kepada masyarakat dengan istilah
Revenue Sharing yaitu sistem bagi hasil yang
dihitung dari total pendapatan pengelolaan dan
tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan
31
dana. Sampai saat ini seluruh perbankan
syariah di Indonesia masih menggunakan
sistem bagi hasil dengan konsep Revenue
Sharing.12
Perhitungan pendekatan ini adalah
perhitungan laba berdasarkan pada pendapatan
yang diperoleh dari pengelola dana, yaitu
pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan
biaya usaha untuk memperoleh pendapatan
tersebut.13
Prinsip bagi hasil merupakan
landasan operasional utama bagi produk-
produk pembiayaan mudharabah dan
musyarakah dalam perbankan syariah.
Perbankan syariah di Indonesia menggunakan
sistem bagi hasil dengan berdasarkan pada
sistem revenue sharing.14
12
Naf’an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2016), 84. 13
Neneng Nurhasanah, Mudharabah dalam Teori dan Praktik,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2015), 140. 14
Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah,
(Yogyakarta: UII Press, 2016), 100.
32
Bank Syariah dapat berperan sebagai pengelola
maupun sebagai pemilik dana, ketika bank berperan
sebagai pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung
oleh pihak bank. Begitu pula sebaliknya jika bank
berperan sebagai pemilik dana akan membebankan biaya
tersebut kepada pihak nasabah pengelola dana.
Sistem bagi hasil sudah pasti merupakan salah satu
praktik perbankan syariah. Namun sebaliknya, praktik
perbankan syariah belum tentu selurunya menggunakan
sistem bagi hasil.15
Karena selain sistem bagi hasil,
perbankan syariah juga masih menggunakan sistem jual-
beli dan sewa-menyewa dalam sistem operasionalnya.
15
Adiwarman A.Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan) –
Ed. 5 –Cet.11 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), 203.
33
D. Mudharabah
1. Definisi Mudharabah
Pengertian mudharabah dalam wacana fiqh
yaitu kontrak yang melibatkan antara dua kelompok,
yaitu pemilik modal (investor) yang mempercayakan
modalnya kepada pengelola (mudharib) untuk
digunakan dalam aktivitas perdagangan. Mudharib
dalam hal ini memberikan kontribusi pekerjaan,
waktu, dan mengelola usahanya sesuai dengan
ketentuan yang dicapai dalam kontrak, salah satunya
yaitu untuk mencapai keuntungan (profit) yang dibagi
antara pihak investor dan mudharib berdasarkan
proporsi yang telah disetujui bersama.16
2. Akad Mudharabah
Akad mudharabah adalah akad kerjasama
antara bank sebagai pemilik dana (shahib al maal)
dengan nasabah selaku mudharib yang mempunyai
keahlian atau keterampilan untuk mengelola suatu
16
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), 91.
34
usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari
penggunaan dana tersebut dibagi bersama
berdasarkan nisbah yang disepakati.
Ketentuan akad dalam produk penyaluran
dana adalah sebagai berikut :
a. Akad yang digunakan adalah akad mudharabah
musytarakah, yaitu perpaduan dari akad
mudharabah dan akad musyarakah.
b. Nasabah sebagai mudharib menyertakan modal
atau dananya dalam investasi bersama lembaga
keuangan syariah.
c. Nasabah sebagai pihak yang menyertakan modal
atau dananya (musytarik) memperoleh bagian
keuntungan berdasarkan porsi modal yang
disertakan.
d. Bagian keuntungan sesudah diambil oleh nasabah
sebagai musytarik dibagi antara nasabah sebagai
mudharib dengan lembaga keuangan syariah
sesuai dengan nisbah yang disepakati.
35
e. Apabila terjadi kerugian, maka nasabah sebagai
musytarik menanggung kerugian sesuai dengan
porsi modal atau dana yang disertakan.
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
a. Pelaku/Subjek Muamalat
1) Shahibul maal
Shahibul maal yaitu pemilik modal
atau barang yang kemudian akan
diserahkan kepada pengelola dengan suatu
perjanjian di awal.17
2) Mudharib
Mudharib yaitu orang yang bekerja
untuk mengelola modal atau barang yang
diterima dari pemilik modal atau barang.18
17
Sohari Sahrani dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), 199 18
Sohari Sahrani dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), 199
36
b. Objek Mudharabah
1) Modal
Terkait dengan modal disyaratkan
dalam bentuk uang, jelas jumlahnya, tunai
yang kemudian diserahkan kepada pemilik
modal.19
Modal yang ada harus diketahui
dengan jelas, untuk membedakan
penggunaan modal sebagai laba atau
keuntungan yang akan dibagikan kepada
kedua belah pihak dengan akad yang sudah
disepakati.20
2) Pekerja
Pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja bisa dalam bentuk keterampilan,
keahlian, selling skill, management skill
dan sebagainya.
19
Neneng Nurhasanah, Mudharabah Dalam Teori dan Praktis,
(Bandung: PT.Refika Aditama, 2015), 76 20
Sohari Sahrani dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), 199
37
Para fuqaha dalam hal ini tidak membenarkan
objek dalam akad mudharabah tersebut berupa
barang, karena barang tidak dapat ditaksir harganya
yang akan mengakibatkan ketidakpastian (gharar)
suatu barang atau modal mudharabah.21
c. Persetujuan/Sighat
Faktor ketiga, yaitu persetujuan antara
kedua belah pihak, dengan memenuhi syarat
sebagai berikut:
1) Pemilik dana setuju dengan perannya
sebagai pihak yang memberikan kontribusi
dana.
2) Pelaksana usaha setuju dengan perannya
sebagai pihak yang melakukan peneglolaan
dana.
3) Menggunakan prinsip an-taraddin minkum,
yaitu sama-sama rela.
21
Adiwarman A.Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih Dan Keuangan) –
Ed. 5 –Cet.10 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 205
38
4) Ada kesesuaian antara ijab dan qabulnya22
.
Melafalkan ijab antara shahibul maal
dengan mudharib.
d. Nisbah Keuntungan
Rukun yang membedakan akad
mudharabah dengan akad yang lainnya adalah
adanya nisbah dan ujrah, yang disyaratkan
keuntungan harus jelas dan bagian masing-
masing diambil dari keuntungan dagang.
4. Jenis-Jenis Mudharabah
Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat)
adalah akad kerja antara dua orang atau lebih,
yaitu antara shahibul maal selaku investor
dengan mudharib selaku pengusaha yang berlaku
secara luas atau dengan kata lain pengelola atau
(mudharib) mendapatkan hak keleluasaan dalam
22
Neneng Nurhasanah, Mudharabah Dalam Teori dan Praktis,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2015), 76
39
pengelolaan dana, jenis usaha, daerah bisnis,
waktu usaha, maupun yang lain.
b. Mudharabah muqayyadah (investasi terikat)
adalah kerja sama antara shahibul maal selaku
investor dengan mudharib selaku pengusaha,
investor memberikan batasan tertentu baik dalam
hal jenis usaha yang akan dibiayai, maupun
pembatasan lainnya. Mudharabah Muqayyadah
terbagi menjadi dua, yaitu:23
1. Mudharabah muqayyadah on balance
sheet, merupakan akad mudharabah
muqqayadah yang mana mudharib ikut
menanggung risiko atas kerugian dana
yang diinvestasikan oleh shahibul maal.
Dalam akad ini, shahibul maal
memberikan batasan secara umum,
misalnya batasan tentang jenis usaha,
23
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), 87-88.
40
jangka waktu pembiayaannya, dan sektor
usahanya.
2. Mudharabah muqayyadah of balance sheet
merupakan akad mudharabah muqayyadah
yang mana pihak shahibul maal
memberikan batasan yang khusus, baik
batasan tentang proyek yang diperbolehkan,
jangka waktu, serta pihak pelaksana
pekerjaan.
5. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan merupakan aktivitas bank
syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain
selain bank berdasarkan prinsip syariah.
Pembiayaaan yang diberikan oleh bank syariah
berbeda dengan kredit yang diberikan oleh bank
konvensional. Di dalam perbankan syariah, istilah
kredit tidak dikenal karena bank syariah memiliki
skema yang berbeda dengan bank konvensional
dengan menyalurkan dananya kepada nasabah
41
dalam bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan,
bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan
investasi yang diberikan bank kepada nasabah
dalam melakukan usaha.24
24
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 105-106.
42
Gambar 2.1
Alur Pembiayaan Akad Mudharabah25
25
Rizal Yaya, Dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta Selatan:
Salemba Empat, 2014), 114.
Bank Syariah
(Shahibul Mal)
1. Negoisasi dan
Akad Mudharabah
Nasabah (Mudharib)
2.
Pelaksanaan
usaha Produktif
3. Pembagian Hasil Usaha
Keuntungan dibagi sesuai nisbah
Kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung oleh Bank Syariah
4a. Menerima Porsi
Laba
4a. Menerima Porsi
Laba
5. Menerima
kembalian modal
43
6. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Mudharabah26
a. Bagi Bank
1) Sebagai salah satu bentuk penyaluran
dana.
2) Memperoleh pendapatan dalam bentuk
bagi hasil sesuai pendapatan usaha yang
dikelola nasabah.
b. Bagi Nasabah
Memenuhi kebutuhan modal usaha melalui
sistem kemitraan dengan bank.
7. Landasan Syariah
Islam mensyariatkan akad kerja sama
mudharabah untuk memudahkan manusia karena
sebagian dari mereka memiliki harta namun tidak bisa
mengelolanya dan disana ada juga orang yang tidak
memiliki namun mereka mampu mengelola dan
mengembangkannya.
26
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2014), 43.
44
Secara umum, landasan dasar syariah
mudharabah lebih mencerminkan anjuran utuk
melakukan usaha. Hal ini nampak dalam ayat berikut
ini :
....
....
“....Dan orang-orang yang berjalan di muka Bumi
mencari sebagian karunia Allah”(QS. Al-
Muzammil: 20)27
"Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah:10)28
27
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur‟ an Terjemah, 575. 28
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur‟ an Terjemah, 554.
45
8. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah
Landasan hukum mengenai keberadaan akad
mudharabah sebagai salah satu produk Perbankan
Syariah terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
yakni pada ketentuan Pasal 1 ayat (13) yang
mendefinisikan mengenai prinsip syariah di mana
Mudharabah secara eksplisit merupakan salah satu
akad yang dipakai dalam produk pembiayaan
perbankan syariah.
Di tahun 2008 secara khusus telah diatur
melalui Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008
tentang perbankan syariah, antara lain yakni pasal 1
angka 25 yang menyebutkan bahwa pembiayaan
adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil
dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
46
Pembiayaan berdasarkan akad mudharabah
juga telah diatur melalui fatwa DSN No.07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah
(qiradh). Latar belakang keluarnya fatwa yang
dimaksud adalah dalam rangka mengembangkan
dan meningkatkan dana Lembaga Keuangan Syariah
(LKS), pihak LKS dapat menyalurkan dananya
kepada pihak lain dengan cara mudharabah, yaitu
akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibal mal, LKS)
menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua
(amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku
penglelola dan keuntungan usaha dibagi di antara
mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak.
Pembiayaan mudharabah memiliki varian
lain, yakni pembiayaan mudharabah sebagaimana
telah diatur dengan fatwa Nomor 50/DSN-
MUI/III/2006 tentang akad mudharabah
47
musyarakah. Berdasarkan pada pemaparan di atas
secara singkat dapat ditambahkan bahwa terdapat
beberapa hukum dalam pembiayaan mudharabah
antara lain:29
1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode
tertentu.
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan dengan sebuah
kejadian di masa depan yang belum terjadi.
3. Pada dasarnya dalam mudharabah tidak ada
ganti rugi, karena akad ini bersifat amanah
kecuali akibat dari kesalahan disengaja,
kelalaian atau pelanggaran kesepakatan.
E. Mudharabah pada Pembiayaan
Jika melihat pada praktiknya, mudharabah pada
pembiayaan dapat dijelaskan sebagai berikut:30
29
Khotibul Umam, Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers), 2016, 135-136. 30
Ahmad Dahlan, Bank Syariah: Teori, Praktik, Kritik, (Yogyakarta:
Teras, 2012), 167
48
1. Aspek Jenis Usaha
Pada aspek jenis usaha dapat dilihat pada
negosiasi. Nasabah dari awal sudah mengajukan
proyeksi yang pasti telah ditentukan, bukan proposal
kosong. Tidak mungkin nasabah mengajukan
proposal pembiayaan dengan proyeksi yang tidak
ditentukan. Maka pada aspek jenis usaha termasuk
kategori mudharabah muqayyadah.
2. Tempat Usaha
Aspek tempat usaha sejatinya sudah
ditentukan oleh nasabah. Dan pada aspek ini, bank
secara pasti akan melakukan survai sebagai bagian
manajemen resiko bank. Atas dasar ini, pada aspek
tempat usaha termasuk kategori mudharabah
muqayyadah.
3. Aspek Waktu
Aspek waktu juga dapat dikatakan
mudharabah muqayyadah. Dikarenakan tidak
49
mungkin suatu proyek usaha kerjasama antara bank
dan nasabah tanpa ada batasan akhir waktu perjanjian.
F. Konsep dan Teori Laba
1. Pengertian Laba
Laba sebagai kenaikan modal (aktiva bersih)
yang berasal dari transaksi sampingan, transaksi yang
jarang terjadi dan dari semua transaksi atau peristiwa
lain yang mempunyai badan usaha selama satu
periode, kecuali kenaikan modal yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.31
Tentang definisi laba secara umum adalah
selisih antara pendapatan atas biaya-biayanya dalam
jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering
digunakan sebagai dasara untuk pengenaan pajak,
kebijakan dividen, pedoman investasi serta
pengambilan keputuan dan unsur prediksi.32
31
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, (Yogyakarta: BPFE-
UGM, 1992), 55. 32
Harnanto, Akuntansi Keuangan Menengah, (Yogyakarta: BPFE-
UGM, 2003), 444.
50
Dalam teori ekonomi dikenal pula istilah laba,
tetapi pengertian laba dalam teori ekonomi berbeda
dengan pengertian laba menurut akuntansi. Menurut
teori ekonomi, laba diartikan sebagai kenaikan dalam
kekayaan perusahaan. Adapun dalam akuntansi, laba
adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari
transaksi yang terjadi pada waktu tertentu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
pada periode tertentu.33
Laba atau rugi dimanfaatkan sebagai ukuran
dalam menilai prestasi suatu perusahaan atau sebagai
dasar ukuran openilaian yang lain, seperti laba per
lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian
pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Dengan mengelompokkan unsur-unsur tersebut,
perusahaan dapat memperoleh hasil pengukuran laba
yang tersedia, antara lain, laba kotor, laba operasional,
laba sebelum pajak dan laba bersih.
33
Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997), 99.
51
Laba adalah selisih bersih pendapatan atas
beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila
beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut
rugi. Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan
secara periodik (berkala).
Dalam menentukan tujuan laba, manajemen
sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor
berikut :34
1. Laba atau rugi yang dihasilkan dari volume
penjualan tertentu.
2. Volume penjualan yang diperlukan untuk
menutup semua biaya plus menghasilkan laba
yang mencukupi untuk membayar dividen serta
menyediakan dana bagi kebutuhan bisnis masa
depan.
3. Titik impas.
4. Kapasitas operasi yang dapat dicapai dengan
kapasitas operasi sekarang.
34 William, Akuntansi Biaya, (Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2006),
4.
52
5. Kapasitas operasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan laba.
6. Tingkat pengembalian atas modal yang
digunakan.
Laba atau rugi ini belum merupakan laba atau
rugi yang sebenarnya. Laba atau rugi yang
sebenarnya baru dapat diketahui apabila perusahaan
telah menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan.35
Laba bersih ditentukan dengan menggunakan
proses penandingan yang terdiri atas dua tahap
yaitu :36
1. Pendapatan dicatat selama periode
tertentu, laba bersih selama periode
tertentu akan menaikkan modal pemilik
pada periode tersebut.
2. Biaya-biaya yang digunakan untuk
memperoleh pendapatan ditandingkan
35
Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: Salemba Empat,
2005), 230.
36 Rusdi Akbar, Pengantar Akuntansi, (Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2004), 13.
53
terhadap pendapatan untuk menentukan
laba bersih atau rugi bersih.
2. Laba Ditinjau dari Perspektif Konvensional
M. Harley dan F. Keer menyatakan laba
dalam akuntansi konvensional adalah selisih antara
pendapatan dan beban. Pendapatan adalah
peningkatan dalam asset yang dihasilkan dari
penjualan barang atau jasa kepada pihak ketiga.37
3. Laba Ditinjau Dari Perspektif Islam
Kata laba dalam Al-Quran terdapat pada :
“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan
petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak
beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk” QS.
Al-Baqarah [2]: 16
37
M. Harvey dan F.Keer, Financial Accounting Theory and
Standards, 2nd
ed., (UK: Prentice Hall, 1984), 52.
54
Adapun dalam muamalat (hukum sipil yang
berkaitan dengan lingkup ekonomi dan sosial dari
aktivitas manusia) laba bersih adalah selisih
pendapatan dan beban. Laba ini campuran dari buruh
dan modal, yang datang dari aktivitas pembelian dan
penjualan.38
Dalam perspektif Islam, para ahli
membedakan antara gala (hasil) dan laba. Gala adalah
peningkatan dalam qorud al-tijarah atau aktiva lancar
non-kas. Hal ini tidak bisa disebut laba karena tidak
datang dari bagian rab-ul-mal (pemilik investasi).39
Laba diperoleh dari kombinasi dua atau semua modal,
buruh, dan risiko (jaminan).
Dari pengertian laba secara bahasa atau
menurut Al-Quran, As-Sunnah, dan pendapat ulama
fiqh dapat disimpulkan bahwa laba adalah
pertambahan pada modal pokok perdagangan atau
38
Hanada A. Al-Masri, Semantic and Cultural Loses in the
Translation of Literary Text, (Indiana: Purdue University, 1994), 3. 39
Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2016), 197.
55
tambahan nilai yang timbul karena barter atau
ekspedisi dagang.
4. Konsep Laba
Hendriksen menetapkan tiga konsep dalam
usaha mendefinisikan dan mengukur laba menuju
tingkatan bahasa, yaitu sebagai berikut :40
a. Konsep laba pada tingkat sintaksis (struktural).
Pada tingkat sintaksis, konsep laba dihubungkan
dengan konvensi (kebiasaan) dan aturan logis
serta konsisten dengan mendasar pada premis dan
konsep yang telah berkembang dari praktik
akuntansi yang ada. Ada dua penedekatan
pengukuran laba (income measurement) pada
tingkat sintaksis, yaitu pendekatan transaksi dan
pendekatan aktiva.
b. Konsep laba pada tingkat sematik (interpretative).
Pada konsep ini laba ditelaah hubungannya
dengan realita ekonomi. Dalam usahanya
40
Hendriksen dan S. Eldon, Teori Akuntansi Manajemen Edisi Ketiga
Terjemahan Gunawan H, (Jakarta: Erlangga, 1994), 338.
56
memberikan makna interpretatif dari konsep laba
akuntansi. Kedua konsep tersebut adalah konsep
pemeliharaan modal dan laba sebagai alat ukur
efisiensi.
c. Konsep laba pada tingkat pragmatis (perilaku)
dikaitkan dengan pengguna laporan keuangan
terhadap informasi yang tersirat dalam laba
perusahaan.
5. Teori Laba Islam
Pengertian laba secara bahasa atau menurut
Al-Quran, Sunnah dan pendapat ulama fiqih adalah
pertambahan pada modal pokok perdagangan atau
tambahan nilai yang timbul karena barter atau
ekspedisi barang.
Namun ada beberapa aturan tentang laba
dalam konsep Islam yang dikutip oleh Husein
Syahatah, yaitu :41
41
Husein Syahatah, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2001), 94.
57
a. adanya harta (uang) yang dikhususkan untuk
perdagangan;
b. modal dioperasikan secara interakif dengan dasar
unsur-unsur lain yang terkait untuk produksi;
c. memposisikan harta sebagai objek dalam
pemutarannya karena adanya kemungkinan
pertambahan atau pengurangan jumlahnya;
d. modal pokok dapat dikembalikan.
6. Sumber Laba Islami
Dengan prinsip dan tujuan bisnis yang telah
ditetapkan dalam kaidah muamalah, laba dalam Islam
tidak hanya berpatokan pada upaya memaksimalkan
laba, tetapi juga menyelaraskannya denga nilai
kualitas yang diharapkan secara fitrah kemanusiaan
dan Islam.42
42
Vinny Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, (Jakarta: Pustaka Setia,
2016), 208.
58
G. Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian terdapat persamaan tema
penelitian. Begitu pula dalam penelitian ini, peneliti
mendapatkan beberapa asumber yang terlebih dahulu
membahas terkait dengan pengaruh pendapatan bagi hasil
mudharabah terhadap laba bersih.
Penelitian terdahulu juga digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat persamaan atau perbedaan
antara penelitian yang akan dilakukan penulis dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berikut hasil
review terhadap penelitian terdahulu:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama, Judul,
dan Tahun
Persamaan dan
Perbedaan Hasil Penelitian
1. Rulan
Anggara,
“Pengaruh
Pendapatan
Bagi Hasil
Persamaan:
Obyek
penelitian ini
pendapatan bagi
hasil
Hasil analisa
koefisien
determinasi, pada
perhitungan SPSS
17.0 diperoleh r² (R
59
Mudharabah
Terhadap
Laba Bersih
Pada PT Bank
Muamalat
Indonesia Tbk
Periode 2011–
2016”
mudharabah
dan laba bersih.
Metode yang
digunakan
dalam penelitian
ini adalah
dengan
menggunakan
analisis regresi
sederhana.
Perbedaan:
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui
kontribusi
mudharabah
terhadap laba
bersih pada
Bank Muamalat
Square) sebesar
34,4% maka Ho
diterima, yang
artinya pendapatan
bagi hasil
mudharabah
berkontribusi
sebesar 34,4%
terhadap laba bersih
dan 65,6%
dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain
seperti produk
simpanan, produk
pembiayaan dan
yang lain selain
mudharabah.
- Pengujian secara
parsial diketahui
60
Indonesia.
Mengetahui
peran
pendapatan bagi
hasil
mudharabah
terhadap laba
bersih pada
Bank
Muamalat
Indonesia
periode tahun
2011-2016.
Penelitian ini
dilakukan pada
Bank Muamalat
Indonesia.
bahwa Pendapatan
bagi Hasil
Mudharabah tidak
memiliki pengaruh
terhadap laba bersih.
Dari hasil SPSS 17.0
hasil uji statistik uji t
tersebut menyatakan
bahwa thitung sebesar
408 sedangkan ttabel
sebesar 2.100,
thitung< ttabel maka Ho
diterima, yang
berarti bahwa
pendapatan Bagi
Hasil Mudharabah
tidak berpengaruh
terhadap Laba
Bersih secara
61
individu (parsial).
Berdasarkan analisa
regresi mengenai
pendapatan bagi
hasil mudharabah
terhadap laba bersih
tahun 2011-1016,
terlihat hasil statistik
ttabel pada tingkat
signifikasi 5% dari
nilai sig = 0,687 >
taraf signifikasi 0,05
(5%).
Maka dapat
disimpulkan dari
hasil uji
tersebut,bahwa
pendapatan bagi
hasil mudharabah
62
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap laba
bersih.43
2. Denty Fuji
Indiati
Mochtar Arief,
“Pengaruh
Pendapatan
Bagi Hasil
Pembiayaan
Mudharabah
Terhadap
Laba Bersih
Yang
Diperoleh Pt.
Bank Panin
Persamaan:
Obyek
Penelitian ini
pendapatan bagi
hasil pembiayaa
mudharabah
dan laba bersih.
Penelitian ini
dilakukan untuk
mengetahui
besarnya
pengaruh
pendapatan bagi
Hasil Pembiayaan
Mudharabah
berpengaruh secara
signifikan terhadap
Laba Bersih dengan
nilai thitung > ttabel
yaitu 6,542 > 2,160.
Adapun antara
Pendapatan Bagi
Hasil Pembiayaan
Mudharabah dan
Laba Bersih terdapat
hubungan yang
43
Rulan Anggara, “Pengaruh Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah
Terhadap Laba Bersih Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Periode 2011–
2016” (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sukabumi).
63
Syariah,Tbk”
2014
hasil
pembiayaan
mudharabah
terhadap laba
bersih yang
diperoleh PT.
Bank Panin
Syariah,
Perbedaan:
Penelitian ini
dilakukan pada
PT. Bank Panin
Syariah.
sangat kuat dan
searah. Maksudnya
adalah jika
Pendapatan Bagi
Hasil Pembiayaan
Mudharabah
meningkat, maka
laba bersih pun akan
meningkat.
Persentase
hubungan tersebut
dapat dilihat pada
analisis koefisien
determinasi yaitu
76,74% dan sisanya
23,26% dipengaruhi
variabel atau faktor
lain diluar variabel
pendapatan bagi
64
hasil pembiayaan.44
3. Desi Megawati
Suryandari
tahun 2018,
“Pengaruh
Pendapatan
Bagi Hasil
Mudharabah
dan
Musyarakah
terhadap Laba
Bersih pada
PT. Bank
Syariah
Bukopin, Tbk”.
Persamaan:
Obyek
penelitian ini
adalah laba
bersih.
Perbedaan:
Penelitian ini
dilakukan untuk
Menguji
pengaruh
pendapatan bagi
hasil
pembiayaan
mudharabah
dan
Hasil penelitian
tersebut adalah
bahwa pendapatan
bagi hasil
pembiayaan
mudharabah
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap laba bersih
Bank Syariah
Bukopin. Artinya
apabila pendapatan
bagi hasil
pembiayaan
mudharabah
44 Denty Fuji Indiati Mochtar Arief, “Pengaruh Pendapatan Bagi Hasil
Pembiayaan Mudharabah Terhadap Laba Bersih Yang Diperoleh Pt. Bank
Panin Syariah,Tbk”. (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Unversitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati).
65
pembiayaan
musyarakah
terhadap laba
bersih pada PT
Bank Syariah
Bukopin, Tbk
mengalami
penurunan maka
laba bersih akan
mengalami
kenaikan. Hal ini
disebabkan karena
pendapatan yang
diterima bank dari
bagi hasil
pembiayaan
mudharabah yang
dikelola bersama
nasabah mengalami
penurunan. Hal ini
dapat di buktikan
pada periode 2016
mengalami
penurunan sebesar
28% di bandingkan
66
tahun 2015. Pada
tahun 2015 sebesar
Rp 321.168 (dalam
jutaan rupiah)
sedangkan tahun
2016 sebesar Rp
266.659 (dalam
jutaan rupiah).
Pembiayaan
mudharabah ini
return tergantung
kepada kinerja
sektor riilnya bila
pendapatan usaha
besar pihak Bank
Syariah Bukopin
mendapat bagian
yang besar, akan
tetapi bila
67
pendapatannya kecil
maka bagiannya
sedikit juga. Nilai
thitung sebesar -2,098
dengan probabilitas
sebesar 0,042 yang
nilainya lebih kecil
dari 0,05.
Sedangkan hasil
thitung -2,098 < ttabel
1,682 ditunjukkan
dengan rumus df = n
– k dan α = 5%
(0,05). Dengan
demikian pengaruh
koefisien regresi
pendapatan bagi
hasil pembiayaan
mudharabah
68
terhadap laba bersih
adalah negatif dan
signifikan. Nilai
thitung sebesar 7,441
dengan probabilitas
sebesar 0,000 yang
nilainya lebih kecil
dari 0,05.
Sedangkan hasil
thitung 7,441 > ttabel
1,682 ditunjukkan
dengan rumus df = n
– k dan α = 5%
(0,05). Dengan
demikian pengaruh
koefisien regresi
pendapatan bagi
hasil pembiayaan
musyarakah
69
terhadap laba bersih
terdapat pengaruh
positif dan
signifikan.
Pendapatan bagi
hasil pembiayaan
musyarakah
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap laba bersih
Bank Syariah
Bukopin.45
4. Fitrini
Mansura, Reka
Maiyarni dan
Eko Prasetyo
Persamaan:
Obyek
Penelitian ini
adalah laba
Hasil penelitian ini
adalah variabel
perputaran modal
kerja terhadap laba
45 Desi Megawati Suryandari, “Pengaruh Pendapatan Bagi Hasil
Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap Laba Bersih pada PT.
Bank Syariah Bukopin, Tbk. (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Tulungagung, 2018), 94.
70
tahun 2017,
“Pengaruh
Modal Kerja,
Perputaran
Aset dan
Efektivitas
Penggunaan
Dana terhadap
Laba Bersih
bersih.
Perbedaan:
Obyek
penelitian yang
lainnya adalah
modal kerja,
perputaran aset
dan efektivitas
penggunaan
dana.
bersih menunjukkan
bahwa perputaran
modal kerja tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih. Hal ini
karena aset lancar di
perusahaan
perbankan tidak
begitu
mempengaruhi laba
bersih walaupun
pendapatan
perusahaan besar.
Variabel perputaran
aset tetap terhadap
laba bersih
menunjukkan bahwa
perputaran aset tetap
71
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih. Hal ini
karena aset tetap di
dalam perusahaan
perbankan tidak
begitu
mempengaruhi laba
bersih walaupun
pendapatan
perusahaan besar.
Variabel perputaran
total aset terhadap
laba bersih
menunjukkan bahwa
perputaran total aset
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih. Hal ini
72
karena total aset di
dalam perusahaan
perbankan tidak
begitu
mempengaruhi laba
bersih walaupun
pendapatan
perusahaan besar.
Variabel perputaran
modal kerja,
perputaran aset tetap
dan perputaran total
aset terhadap laba
bersih menunjukkan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih. Hal ini
karena aset di dalam
perusahaan
73
perbankan tidak
begitu
mempengaruhi laba
bersih walaupun
pendapatan
perusahaan besar.46
5. Fadhillah
Ramadhani
Nasution, Lisa
Marlina,
“Pengaruh
Biaya
Operasional
Terhadap
Laba Bersih
Pada Bank
Persamaan:
Obyek
penelitian ini
adalah laba
bersih.
Perbedaan:
Tujuan yang
ingin dicapai
dari penelitian
ini adalah untuk
Hasil analisis data
menunjukkan bahwa
secara parsial
variabel beban
bunga berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
laba bersih. Hal ini
menunjukkan bahwa
apabila beban bunga
46 Fitriani Mansura, Reka Maiyarni dan Eko PRasetyo, “Pengaruh
Modal Kerja, Perputaran Aset dan Efektivitas Penggunaan Dana terhadap Laba
Bersih” dalam Jurnal: Journal of Applied Accounting and Taxation, Vol. 2,
No.2, (Oktober2017), 93-100
74
Swasta
Nasional Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2009-
2011”
mengetahui dan
menganalisis
pengaruh beban
bunga, beban
administrasi dan
umum, serta
beban tenaga
kerja terhadap
laba bersih pada
bank swasta
nasional yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia (BEI).
naik maka laba
bersih akan naik
juga, demikian
sebaliknya.
Sedangkan variabel
beban administrasi
dan umum serta
beban tenaga kerja
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih. Hasil
analisis data
menunjukkan bahwa
secara simultan
variabel beban
bunga, beban
administrasi dan
umum, beban tenaga
kerja mempunyai
75
pengaruh signifikan
terhadap laba bersih
perusahaan bank
swasta nasional di
Bursa Efek
Indonesia.47
H. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pendapatan atau
kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Sifat
sementara dari hipotesis ini mempunyai arti bahwa suatu
hipotesis dapat diubah atau diganti dengan hipotesis lain
yang lebih tepat. Oleh karena itu, baru setelah hipotesis
lolos dari berbagai pengujian, maka hipotesis makin kuat
kedudukannya, dan lama kelamaan suatu hipotesis
berubah menjadi teori.48
47 Fadhillah Ramadhani Nasution dan Lisa Marlina, “Pengaruh Biaya
Operasional Terhadap Laba Bersih Pada Bank Swasta Nasional Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011”. 48
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metode Penelitian, (Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan YKPN, 2008), 19.
76
Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang
bersifa teoritis dan berdasarkan studi empiris yang pernah
dilakukan berkaitan berkaitan dengan penelitian di bidang
ini, maka akan diajukan hipotesis berikut:
H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara pendapatan bagi hasil
mudharabah terhadap laba bersih yang
diperoleh bank.
Ha : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan
antara pendapatan bagi hasil mudharabah
terhadap laba bersih yang diperoleh bank.