bab ii kajian pustaka

65
BAB II KAJIANPUSTAKA A. Kebijakan Publik Berbagai macam teori telah diungkapkan oleh para ahli dalam mendefinisikan secara luas tentang kebijakan publik, Teori-teori tersebut menunjukkan tentang pentingnya kebijakan publik dalam pelaksanaan kepemerintahan dalam perwujudan tujuan-tujuan kenegaraan. 1, Definisi Kebijakan Publik Kebijakan publik didefinisikan oleh Thomas RrDye dalam Parsons (2005:xi) mengemukakan bahwa kebijakan publik adaiah studi tentang apa yang dilakukan pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut. Pengertian dari Thomas R. Dye ini memiliki lingkup kajian yang luas., mencakup proses pembuatan, pelaksanaan serta hasil dari tindakan yang diambil pemerintah dalam masalah publik

Upload: ary-kurniawan

Post on 05-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yhu6jjhhyhyhh

TRANSCRIPT

BAB IIKAJIANPUSTAKAA. Kebijakan PublikBerbagai macam teori telah diungkapkan oleh para ahli dalam mendefinisikan secara luas tentang kebijakan publik, Teori-teori tersebut menunjukkan tentang pentingnya kebijakan publik dalam pelaksanaan kepemerintahan dalam perwujudan tujuan-tujuan kenegaraan.1, Definisi Kebijakan PublikKebijakan publik didefinisikan oleh Thomas RrDye dalam Parsons (2005:xi) mengemukakan bahwa kebijakan publik adaiah studi tentang apa yang dilakukan pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut. Pengertian dari Thomas R. Dye ini memiliki lingkup kajian yang luas., mencakup proses pembuatan, pelaksanaan serta hasil dari tindakan yang diambil pemerintah dalam masalah publikW.I. Jenkins dalam Wahab (2005:4) menerjemahkan kebijakan publik sebagai:"a set of interelated decisions taken by apolitical actor or group of actors concerning the selections of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power oh these actors to achieve" (serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berfceaaan dengan tujuan yang telah dipilih beserte cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut).Sementara Andersen yang dikutip oleh Wahab (2005:5) mendefinisifcan kebijaksanaan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi.Dari beberapa pengertian tersebut disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah pilihan tindakan yang sengaja dilakukan oleh para aktor pohtik yang memilki wewenang di dalamnya dalam menyelesaikan suatu masalah publik. Kebijakan publik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pilihan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dalam tugas pemerintah yang keluar dalam perangkat peraturan hukum yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo. Peraturan tersebut merupakan suatu contoh kebijakan publik yang diterapkan dalam rangka mengatasi kendaia kebocoran anggaran pendapatan dari sektor parkir yang sebelumnya menggunakan sistem konvensional atau bayar di tempal2. Tipologi Kebijakan PublikPara ilmuwan Politik dan ilmuwan Administrasi Publik telah mengembangkan sejumlah bentuk (tipologi) umum untuk mengeiompokkan kebijakan-kebijakan publik. Pengembangan bentuk pemahaman bentuk kebijakan publik sangat diperlukan karena akan membantu kita dalam mengetahui beberapa perbedaan antara kebijakan (policies) dan penggeneralisasian kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.Kebijakan dapat dikelompokkan berdasarkan dampak sosial dan hubungannya dengan pembentukan kebijakan (Agustino, 2008:91-93), yaitu:a. Kebijakan distributive adalah kebijakan dalam mengalokasikan pelayanan atau manfaat terhadap segmen tertentu dari masyarakat-individu, kelompok, perusahaan dan masyarakat. Kebijakan distributif biasanya melibatkan penggunaan dana publik untuk membantu kelompok., masyarakat atau perusahaan tertentu.b. Kebijakan redistributive termasuk usaha hati-hati yang dilakukan olehpemerintah untuk memindahkan alokasi dana dari kekayaan,pendapatan, pemilihan atau hak-hak diantara kelompok-kelompokpenduduk, misalnya dari kelompok kaya kepada kelompok miskin. Kebijakan ini biasanya terkait dengan kelompok profesi tertentu.c. Kebijakan regulatory adalah kebijakan tentang penggunaan pembatasan atau larangan perbuatan atau tindakan bagi orang atau kelompok orang. Kebijakan ini pada dasarnya bersifat mengurangi kebebasan untuk melakukan sesuatu atau memberlakukan larangan terhadap perilaku individu atau kelompok.d.Kebijakan self-regulatory adalah kebijakan yang membatasi atau mengawasi terhadap suatu kelompok yang dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada kelompok tersebut untuk mengatur dirinya sendiri dalam rangka melindungi atau mempromosikan kepentingan dari anggota kelompoknya.Tipologi di atas adalah sebagai acuan untuk menentukan posisi kebijakan implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo.3. Tahapan Kebijakan PublikAnalisis kebijakan diartikan sebagai serangakaian aktifitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis oleh Dunn dalam (Widodo,2006:20). Aktifitas politik itu nampak pada serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan. Maka dapat dikatakan bahwa dalam pembuatan kebijakan terdapat lima rangkaiantesatuan penting didalam analisiskebijakan publik yang perlu dipahami yaitu:a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk keagenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali,\sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.b. Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)Masalah yang telah masuk keagenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untukkemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, pada tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing' untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecabkan masalah. Pada tahap ml, masing-masing aktor akan "bermain" untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.c. Adopsi KebijakanDari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhimya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.d. Implementasi kebijakanSuatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elite, jika program tersebut tidak diimplementasikan, Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah hams diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana atau(implementators) namun beberapa yang lain mungkin akan ditentangoleh para pelaksana.e. Evaluasi kebijakanPada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.Untuk mengetahui hasil pilihan kebijakan tersebut mampu menyelesaikan masalah atau tidak, maka harus dilakukan tindakan nyata dari pilihan yang diambil, atau dalam artian dilakukan implementasi atas pilihan tersebut. Jika kebijakan publik hanya berhenti sampai pada tahap formulasi maka akan menjadi sia-sia karena tidak ada penerapan atas ide-ide pilihan solusi yang diambil untuk menyelesaikan masalah publik yang dihadapi. Kebijakan publik tidak akan memberikan dampak tertentu seperti yang diharapkan jika tidak diimplementasikan. Dipertegas oleh Chief J.O Udoji dalam Wahab (2005:59) bahwa pelaksanaan kebijakan adalah:"sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan".Penelitian tentang Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo berfokus pada implementasi. Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijaksanaan. Oleh karena itu pada kajian selanjutnya akan dibahas tentang teoii impiementasi kebijakan publik sebingga dapat digunakan untuk mendeskripsikan sejauh mana keberhasilan Impiementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus Parkir Berlangganan di Jalan Gajah Mada Sidoarjo)B. Implementasi Kebijakan PubiikImpiementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan publik yang dianggap paling penting diantara proses yang lainya Karena akan menjadi tidak berguna jika suatu kebijakan yang telah di formulasi sebagaimanapun bagusnya tidak diimplementasikan.1, Definisi ImplementasiProses implementasi kebijakan dirumuskan oleh Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2005:65) sebagai: "those actions by public or private individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions" atau bisa diterjemahkan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.Daniel A. Mazmanian dalam Wahab (2005:65) menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa implementasi adalah:

memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian .dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.Hal ini menjelaskan bahwa implementasi tidak bisa dilaksanakan sebelum tujuan dan sasaran dari kebijaksanaan ditetapkan dalam proses formulasi kebijakan.Secara lebih rinci Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (2005:68) menjelaskan implementasi sebagai:implementation is the carrying out of a basic policy decision, usually incorporated in a statue but which can also take the form of important axecutive orders or court decisions, Ideally, that decision identifies the problem(s) to be addressed, stipulates the objective(s) to be pursued, and, in a variety of ways, "structures " the implementation process. The process normally runs through a number of stages beginnning with passage of the basic statue, followed by the policy outputs (decisions) of the implementing agencies, the compliance of target groups with thoses decisions, the actual impacts --- both intended and unintended --- of those outputs, the perceived impacts of agency decisions, and, finally, important revisions (or attempted revisions) in the basic statute, (implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang higin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstnikturkan/mengatur prosess implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesediaan dilaksankannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata --- baik yang dikehendaki atau tidak --- dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk melakukan perbaikan-peibaikan) terhadap undang- undang/peraturan yang bersangkutan.Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses kebijakan. Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu proses kebijakan dimana tujuan serta dampak kebijakan dapat dihasilkan. Pentingnya implementasi kebijakan ditegaskan oleh pendapat Udoji dalam Wahab (2005:59) bahwa: "The execution of policies is as important if not more important than policy making. Policy will remain dreams or blue prints jackets unless they are implemented".Pendapat-pendapat diatas menunjukkan pentingnya implementasi yang merupakan suatu keharusan dalam usaha mencapai tujuan dad kebijakan publik. Namun Implementasi kebijakan publik tidak salamanya sesuai dengan yang diharapkan dalam keputusan pada proses formulasi kebijakan, karena implementasi tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan pelaksana yang memiliki wewenang dalam melaksanakan kebijakan, namun juga dipengaruhi oleh faktor-fektor lain yang menyangkut jaringan-jaringan politik, ekonomi, sosial yang secara langsung maupun tidak langsung memberi pengaruh terhadap proses pengimplementasian suatu kebijakan publik.Implementasi yang dimaksud dalam Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus Parkir Berlangganan di Jalan Gajah Mada Sidoarjo) adalah dengan melakukan penyediaan layanan parkir untuk masyarakat sidoarjo tanpa ada penarikan retribusi di tempat parkir kusus parkir berlangganan, karena telah membayar jenis parkir berlangganan ketikamelakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor dengan tarif sesuai Perda No 2 Tahun 2012 adalah Sepeda Motor sebesar Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah), Taxi, Station Wagon, Sedan, Jeep dan kendaraan sejenisnya sebesar Rp. 50.000^00 (lima puluh ribu rupiah), Bus, Truk, Mobil Barang dan kendaraan sejenisnya, sebesar Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah).2. Unsur-Unsur ImplementasiTachjan (2006i:26) menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi kebijakan yang mutlak harus ada yaitu:a. Unsur pelaksanab. Adanya program yang dilaksanakan sertac. Target group atau kelompok sasaran.Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan yang diterangkan Dimock & Dimock dalam Tachjan (2006:28) sebagai berikut:"Pelaksana kebijakan merupakan pihak-pihak yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran organisasional, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi, pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian, penggerakkan manusia, pelaksanaan operasional, pengawasan serta penilaian".Pihak yang terlibat penuh dalam implementasi kebijakan publik adalah birokrasi seperti yang dijelaskan oleh Ripley dan Franklin dalam Tachjan (2006:27):"Bureaucracies are dominant in the implementation of programs and policies and have varying degrees of importance in other stages of the policy process. In policy and program formulation and legitimation activities, bureaucratic units play a large role, although they are not dominant."Dengan begitu, unit-unit birokrasi menempati posisi dominan dalam implementasi kebijakan yang berbeda dengan tahap fomulasi dan penetapan kebijakan publik dimana birokrasi mempunyai peranan besar namun tidak dominan.Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-tindakan riil yang dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek. Hal ini dikemukakan oleh Grindle dalam Tachjan (2006:31) bahwa:Implementation is that set of activities directed toward putting out a program into effect". Menurat Terry dalam Tachjan (2006:31) program merupakan "A program can be defined as a comprehensive plan that includes fixture use of different resources in an integrated pattern and establish a sequence of required actions and time schedules for each in order to achieve stated objective. The make up of a program can include objectives, policies, procedures, methods, standards and budgets.

Maksudnya, program merupakan rencana yang bersifat komprehensif yang sudah. menggambarkan sumber daya yang akan digunakan dan terpadu dalam satu kesatuan. Program tersebut menggambarkan sasaran, kebijakan, prosedur. metode, standar dan budjet. Pikiran yang serupa dikemukakan oleh Siagian dalam Tachjan (2006:32-33) bahwa program hams memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a, Sasaran yang dikehendaki ,b. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaantertentu,c. Besarnya biaya yang diperiukan beserta sumbernya, d. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan dane. Tenaga kerja yang dibutuhkan baik ditinjau dari segi jumlahnya maupun dilihat dari sudut kualifikasi serta keahlian dan keterampilan yang diperlukanSelanjumya, Grindle daiam Tachjan (2006:35) menjelaskan bahwa isi program harus menggambarkan: "kepentingan yang dipengaruhi (interest affected), jenis manfeat (type of benefit), derajat perabahan yang diinginkan (extent of change envisioned), status pembuat keputusan (site of decision making), pelaksana program (program implementers) serta sumber daya yang tersedia (resources commited). Program dalam konteks implementasi kebijakan publik terdiri dari beberapa tahap yaitu:a. Merancang bangun (design) program beserta perincian tugas danperumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelasserta biaya dan waktu, b. Melaksanakan (application) program dengan mendayagunakanstruktur-struktur dan personalia, dana serta sumber-sumber lainnya,prosedur dan metode yang tepat, c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-saranapengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaankebijakanUnsur yang terakhir adalah target group atau kelompok sasaran, Tachjan (2006i:35) mendefinisikan bahwa: target group yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan, Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan berkaitan dengan kelompok sasaran dalam konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik yang dimiliki oleh rkelompok sasaran seperti: besaran kelompok, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman, usia serta kondisi sosial ekonomi mempengaruhi terhadap efektivitas implementasi.3. Model-Model ImplementasiImplementasi kebijakan publik akan lebih mudah dipahami apabila menggunakan suatu model atau kerangka pemikiran tertentu Tachjan (2006:36-37), Model yang dikemukakan oleh para ahli mendeskripsikan implementasi kebijakan publik dengan melihat beberapa kriteria yang dianggap berpengaruh dalam suksesnya implementasi kebijakan publik. Kriteria tersebut mendeskripsikan suatu keadaan dari obyek yang kita teliti dengan lebih sederhana. Implementasi kebijakan dijelaskan satu persatu sesuai dengan kriteria yang dianggap berpengaruh dalam implementasi. Kriteria satu dengan kriterian yang lain dalam suatu model kebijakan publik pasti memiliki kaitan sehingga pada akhirnya dapat dideskripsikan secara komprehensif dengan mengambil kesimpulan dari penjelasan berbagai kriteria tersebut. Kriteria yang disorot dalam menjelaskan implementasi kebijakan publik berbeda-beda.Ada berbagai model yang bisa digunakan dalam mendeskripsikan suatu implementasi. Salah satu model yang dapat digunakan dalam mendeskripsikan Implementasi Perda Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 adalah Model Implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh George C. Edward III yang menamakan model implementasi kebijakan pubiknya

dengan Direct and Indirect Impact On Implementation dalam Leo Agustino (2006 : 149) dimana terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu : (1) Komunikasi, (2) Sumberdaya, (3) Disposing (4) Struktur Birokrasi, 1. KomunikasiVariabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan, menurut George C. Eward HI, adalah komunikasi. Komunikasi, menurutnya lebih lanjut, sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi (atau pentransmisian informasi) diperlukan agar para pembuat keputusan di dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan (street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. SumberdayaVariabel atau faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah sumberdaya. Sumberdaya merupakan hal penting lainnya, menurut George C. Edward III dalam Leo Agustino (2006 ; 151) dalam mengimplementasikan kebijakan. Indikator sumber-sumberdaya terdiri dari beberapa elemeivyaitu:a. Staf: sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebagiankan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.b. Informasi: dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh terhadap hukum.a Wewenang: pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalammelaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi, dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak, efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan; tetapi di sisi lain, efektivitas akan menyurut manakala wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri atau xiemi kepentingan kelompoknya.d. Fasilitas: fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang hams dUakukannya, dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. 3. Disposisi atau SikapVariabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik, bagi George C, Edwards III, adalah disposisi Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah fektor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya hams mengetahui apa yang akandilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untukmelaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak tefjadi bias.Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurutGeorge C. Edward HI dalam Leo Agustino (2006 :152), adalah:a. Pengangkatan birokrat: disposisi atau sikap para pelaksanaakan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadapimplementasi kebijakan bila personil yang ada tidakmelaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan olehpejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan pengangkatanpersonil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yangmemiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan; lebihkhusus lagi pada kepentingan warga.b. Insentif: Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendukung yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.4. Struktur BirokrasiVariabel keempat, menurut Edward in, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemaban dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan mengbambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.Dua karakteristik, menurut Edward III, yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah: melakukan Standar Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan Fragmentasi. SOPs adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan/ administratur/ birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau standar minimum yang dibutuhkan warga). Sedangkan pelaksanaanfragmentasi adalah upaya peyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktiuvitas pegawai diantara beberapa unit kerja.Berfokus pada aspek implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo yang menyebutkan fakta-fakta yang dijelaskan dalam latar belakang mengenai kurangnya titik parkir, tindakan jura parkir yang kurang proaktif menjalankan peraturan tersebut, serta kurang mampunya koordinasi antara pelaksana lapangan (juru parkir) dengan pihak dinas perhubungan, sehingga menimbulkan adanya ketimpangan dalam struktur pelaksana kebijakan tersebut, terbukti adanya ketidakpatuhan juru parkir atas tugas yang diberikan dinas perhubungan kepadanya. Berahgkat dari alasan tersebut maka penelitian ini akan menjelaskan implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo menggunakan teori implementasi George Edaward HI. Teori ini diilih dengan didasarialasan bahwa fakta-fakta yang ditemukan dalam observasi awal penelitian menunjukkan kedekatannya dengan variabel yang dikemukakan oleh George Edward III tentang implementasi kebijakan.C. Kerangka BerfikirKerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang ingin dilakukan. Adapun kerangka konsep penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus Parkir Belangganan Di Jalan Gajah Mada Sidoarjo) adalah sebagai berikut:Parkir adalah saJah satu potensi besar mengingat tingginya jumlah kendaraan yang ada di Indonesia. Jumlahnya mencapai 85,601,351(http://www.bps.go.id). Maka penting bagi pemerintah untuk mampu mengelola potensi tersebut. Menanggapi peluang tersebut pemerintah menciptakan peraturan yang mengatur tentang perparkiran di Indonesia. Salah satunya adalah Undang-Undang.Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-undang tersebut mengatur tentang pengelolaan parkir yang menyebutkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah.Untuk membagi wewenang penyelenggaraan parkir antara pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana ditegaskan dalam (Mardiasmo, 2004:141) mengenai pihak yang berhak mengelola parkir dengan membagi jenis penerimaan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota. Undang-Undang tersebut menyebutkan salah satu jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota adalah Pajak Parkir.Peluang ini yang kemudian ditangkap oleh Kabupaten Sidoarjo untuk menggali potensi retribusi parkir sebagai upaya dalam mengelola sektor parkir agar dapat memberikan sumbangsih besar terhadap pendapatan daerah. Hingga pada tahun 2006 melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang retribusi parkir, ditetapkan peraturan daerah yang mengatur tentang retribusi parkir yang kemudian mengalami revisi menjadi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo yang ditetapkan pada tanggal 10 Februari 2012 yang salah satu pasalnya menyebutkan bahwa pembayaran parkir dapat dilakukan secara berlangganan.Namun dalam pelaksanaannya muncul berbagai kendala seperti kurangnya titik parkir, tindakan juru parkir yang menarik kendaraan berstiker parkir berlangganan, dan penafsiran berbeda mengenai pelaksanaan parkir berlangganan dimana .masyarakat menganggap bahwa peraturan daerah tentang parkir tidak mewajibkan membayar parkir secara berlangganan, namun pemerintah tetap mewajibkan pembayaan parkir berlangganan, serta juru parkir berlangganan yang memiliki anak buah.Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo dapat dideskripsikan melalui empat kriteria yang dianggap berpengaruh dalam implemenstasi kebijakan menurut George Edward HI. Model ini dirasa cocok oleh peneliti untuk lebih memudahkan dalam mendeskripsikan kebijakan publik yang dipilih. Hal tersebut sesuai dengan isi dari Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo yang di dalamnya memenuhi kriteria dalam empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan.Implementasi akan dilihat berdasarkan 4 variabel tersebut yang meliputi : (1) Komunikasi, (2) Sumberdaya, (3) Disposisi, (4) Struktur Birokrasi. Setelah melihat keadaan dilapangan dari sudut pandang keempat variabel tersebut maka akan dapat dideskripsikan mengenai Implementasi Perda Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo. Selanjutnya dapat dijadikan bahan evaluasi pelaksanaan dimasa yang akan datang.BAB III METODE PENELITIANMetode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011:3). Metode yang digunakan dalam penelitian berdasaikan tujuan penelitian ini adalah penelitian terapan. Menurut Gay dalam Sugiyono (2011:4) penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis dalam hal ini berkaitan dengan implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo.A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (descriptive research). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis (Zuriah,2006:49). Penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif ini karena dalam penelitian akan menjelaskan mengenai pengembangan dan memberikan gambaran pelaksanaan suatu aturan khususnya Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir di Sidoarjo.Penelitian ini merupakan penelitian kebijakan yang akan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih menguntungkan bagi masyarakat Sidoarjomengenai pelaksanaan parkir berlangganan yang selama ini masih dinilai merugikan masyarakat. Seperti penjelasan Putra dan Hendannan (2012:3) bahwa:"Penelitian kebijakan dapat digunakan untuk mengkaji secara mendalam dan objektif berbagai kebijakan. Kemudian berdasarkan kajian tersebut dapat direkomendasikan kebijakan yang lebih baik di masa depan yaitu kebijakan yang menguntungkan semiia pihak, terutama rakyat atau penduduk yang terkena dampak langsung dari kebijakan tersebut tersebut."Penelitian kebijakan dapat dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas, efektivitas, dan efisiensi kebijakan tersebut, juga untuk memperbaiki implementasi kebijakan itu (Putra dan Hendannan, 2012:27). Sesuai dengan pernyataan tersebut penelitian ini dilakukan pada saat kebijakan parkir berlangganan diimplementasikan sebagai upaya dalam melaksanakan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo.Dari sekian jenis penelitian deskriptif penelitian yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif; Misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi. Meskipun jumlah subyek cenderung sedikit, jumlah variabel yang ditiliti sangat luas. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian.B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi PenelitianPenelitian ini akan melihat implementasi parkir berlangganan di Jalan Gajah Mada yang merupakan salah satu sektor utama KabupatenSidoarjo yang di sepenjang jalannya terdapat fasilitas kawasan parkir berlangganan. Penelitian juga dilakukan dikantor bersama samsat di krian terkait dengan pihak yang melayani pembayaran parkir berlangganan dan juga di Kantor EHnas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo sebagai dinas pelaksana parkir berlangganan. 2. Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilakukan dengan mengikuti jadwal sebagaiD. Fokus PenelitianFokus dari penelitian ini adalah implementasi sebuah kebijakan publik. Perlu dicatat bahwa implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan. Hal ini dipertegas oleh Chief J.O Udoji dalam Leo Agustino (2006 :140) dengan mengatakan bahwa:"Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkanmungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan.Kebijakan-kebijakan hanya akaa sekedar berupa impian atau rencanabagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidakdiimplementasikan"^Implementasi yang dimaksud dalam penelitian yang berjudul Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkk Di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus Parkir Berlangganan di Jalan Gajah Mada Sidoarjo) adalah Pelaksanaan dari sebuah kebijakan pemerintah dalam program penyediaan layanan parkir bagi masyarakat sidoarjo tanpa ada penarikan di tempat parkir yang termasuk dalam kawasan parkir berlangganan.Implementasi Perda Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 dapat dilihat berdasarkan 4 variabel yang diungkapkan George Edward III dimana implementasi dapat dimulai dari kondisi abstrak dan sebuah pertanyaan tentang apakah syarat agar implementasi kebijakan dapat berhasil, menurut George C. Edwards III ada empat variabel dalam kebijakan publik yaitu Komunikasi (Communications), Sumber Daya (resources), sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure) (Mulyono, 2009):1. KomunikasiDalam penelitian ini komunikasi akan menjelaskan mengenai bagaimana bentuk sosialisasi dan pemberian tugas antara pihak penyedia kebijakan dan para pelaksana yang diantaranya Dinas Perhubungan dan petugas pelaksana lapangan atau disebut juru parkir berlangganan serta bentuk-bentuk sosialisasi kepada masyarakat mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo khusunya parkir berlangganan.2. Sumberdaya^Sumber daya akan menjelaskan mengenai kemampuan dalam pelaksana kebijakan parkir berlangganan, baik berupa luas area parkir, jumlah juru parlor, infonnasi tugas, wewenang yang diterima implementor parkir berlangganan di Jalan Gajah Mada Sidoarjo serta fasilitas yang diterima oleh stakeholder.3. Disposisi atau SikapDisposisi akan menjelaskan mengenai hal-hal yang terjadi dilapangan yang berhubungan dengan tindakan juru parkir apakah mampu menjalankan dengan baik atau ada suatu penyimpangan yang memberi dampak pada pelaksanaan parkir berlangganan yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, misahiya insentif dan proses pengangkatan personil.4. Struktur BirokrasiMembahas badan pelaksana suatu kebijakan parkir berlanggananmengenai pola hubungan dan aturan-aturan kewenangan dan larangan masing-masing pelaksana parkir berlangganan dalam pengertian apakahimpelementor menjalankan Standart Operating Prosedures (SOPs).SOPs adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pelaksanaparkir berlangganan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya padatiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau standarminimum yang dibutuhkan warga).E. Teknik Pengumpulan Data'Teknik pengumpulan data merupakan salah satu tahap terpenting dalam penelitian. Untuk mendapatkan data yang valid dan relevan dalam penelitian, peneliti menggunakan Penggalian data melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Deskripsi dari studi kasus tergantung dari keadaan kasus tetapi tetap mempertimbangkan waktu. Keuntungan yang peling besar dari desain ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah dari responden sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subyek secara jelas. Unit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah implementasi dari Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Parkir di Sidoarjo. teknik pengumpulan data akan dijelaskan sebagai berikut:1. WawancaraWawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi. Di samping akan mendapatkan gambaran yang menyeluruh, juga akan mendapatkan informasi yang penting (Blackdan Champion, 2001:306). Menurut Denzin dalam (Black dan Champion, 2001:306) "wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap muka dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain".Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Jenis wawancara mi terdapat pengaturan seluruh dimensi wawancara yang meliputi kondisi wawancara, urutan peitanyaan dan batasan rentang respon, pengaturan ciri-ciri wawancara dan yang diwawancarai dan pembatasan permasalahan yang diteliti (Black dan Champion, 2001:315). Dalam wawancara ini, peneliti telah menyiapkan pertanyaan tertulis (Sugiyono,2011:233). Pedoman wawancara adalah daftar yang berisikan pertanyaan atau pemyataan yang digunakan sebagai patokan dalam melaksanakan wawancara dengan responden. Dalam penelitian ini pedoman wawancara dibuat berdasarkan model implementasi oleh George Edward III yang mencakup empat variabel yang sasarannya adalah para stakeholder parkir berlangganan, misalnya pengguna parkir berlangganan yaitu mengenai intensitas berkunjung dan pelanggaran, juru parkir yaitu mengenai kesulitan dan proses pelayanan, pengawas yaitu mengenai pelanggaran dan penindakan terhadap pelanggaran, Kepala UPT Parkir yaitu mengenai rekruitmen juru parkir dan pengawas, Kepala Kantor Bersama Samsat yaitu mengenai pelayanan dan mekanisme pembayaran, sehingga diharapkan hasil wawancara dapat memberikan gambaran mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan ParkirDi Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus Parkir Berlangganan di Jalan Gajah Mada Sidoarjo).2. DokumentasiDokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240). Dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan pengumpul data yang utama (Zuriah,2006:191). Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen balk yang berada di Dinas Perhubungan Sidoarjo ataupun yang berada di luar, yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Misalnya data pengeluaran untuk seragam juru parkir sebagai bukti implementasi penyediaan fasilitas seragam bagi juru parkir, data titik parkir berlanggananan sebagai bukti penyediaan lahan parkir yang memadai bagi pengguna jasa parkir berlangganan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini dokumentasi diambil dari foto-foto dilokasi penelitian sebagai gambaran fasilitas parkir berlangganan yang mendukung dalam memberikan gambaran tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus Parkir Berlangganan di Jalan Gajah Mada Sidoarjo).3. ObservasiObservasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (SutrisnoHadi dalam Sugjyono, 2011:196). Observasi yang digunakan dalam penelitian mi adalah nonpartisipan, dimana peranan tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang diamati kurang dituntut (Black dan Champion, 2001:289). Observasi dilakukan dengan tak berstruktur, dalam melaksanakan observasi ini pengobservasi tidak menyediakan daftar terlebih dahulu tentang aspek-aspek yang akan diobservasi. Dalam hal ini pengobservasi mencatat semua tingkah laku yang dianggap penting dalam suatu periode observasi.Observasi dalam penelitian ini akan melihat mengenai tingkah laku juru parkir saat melakukan pelayanan terhadap pemakai parkir berlangganan. Sehingga dapat menjelaskan mengenai pelaksanaan kewajiban juru parkir dalam memberikan pelayanan seperti menyiapkan motor yang siap keluar dari areal parkir berlangganan serta tindakan juru parkir memungut atau tidak memungut bayaran pengguna jasa parkir berlangganan.Observasi juga akan melihat tindakan pengawas juru parkir saat melakukan pengawasan serta tindakan yang dilakukan apabila melihat juru parkir yang melanggar SOPs yang sudah ditetapkan. Sehingga dapat menggambarkan pelaksanaan tugas pengawas juru parkir.Pada Kantor Bersama Samsat akan melihat mengenai tindakan petugas pemberi layanan pembayaran parkir berlangganan serta fasilitas-fasilitas yang ada pada kantor sehingga diperoleh gambaran pelayanan yang diterima masyarakat saat melakukan pembayaran parkir berlangganan.F. Tcknik Analisis DataPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor dalam Moleong (2011:4) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif menggunakan analisis data dari wawancara yang dilakukan di Dinas Perhubungan Sidoarjo, Kantor Bersama Samsat dan lokasi parkir berlangganan di Jalan Gajah Mada Sidoarjo.Analisis data dalam penelitian merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan memerlukan ketelitian serta kekritisan dari para peneliti. Analisis data dalam penelitain kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Moleong (2011:248).Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui analisis kualitatif. Metode analisis kualitatif yang digunakan dalam suatu penelitian untuk memperoleh gambaran secara kualitatif dan akan menghasilkandata secara deskriptif melalui uraian. Adapun tahapan analisis data kualitatifdalam penelitian ini adalah:-1. Reduksi DataReduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono,2011:247). Dalam penelitian akan didapatkan banyak data yang belum terpilah dengan tepat untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditanyakan sejak awal. Data yang telah didapatkan hams digolongkan, dibuang yang tidak perlu dan diorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan.2. Penyajian DataBerupa sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.3. Menarik Kesimpulan atau VerifikasiKesimpulan dalam penelitian ini berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang menjadi jelas dilakukan dengan cara longgar, tetap terbuka, tetapi dirumuskan secara rinci dan mengakar dengan kokoh.G. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan infonnasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam penelitian Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Parkir Di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus Parkir Berlangganan di Jalan Gajah Mada Sidoarjo) instrument penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara.