bab ii kajian pustaka 2.1.1. -...

16
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2009: 46). Menurut Arends dalam Suprijono (2009: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide (Suprijono 2009: 46). Pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sebuah konsep yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan suatu kegiatan pembelajaran atau aktivitas belajar mengajar. 2.1.2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Reigeluth dalam Hamzah (2007) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagi indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Degeng (Hamzah: 2007) hasil belajar biasanya mengikuti pelajaran tertentu yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Upload: trinhkhuong

Post on 07-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Teori

2.1.1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2009: 46).

Menurut Arends dalam Suprijono (2009: 46), model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan

pengelolaan kelas.

Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat

membantu peserta didik mendapat informasi, ide ketrampilan, cara berpikir, dan

mengekspresikan ide (Suprijono 2009: 46).

Pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah sebuah konsep yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

suatu kegiatan pembelajaran atau aktivitas belajar mengajar.

2.1.2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar

mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,

(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).

Sedangkan menurut Reigeluth dalam Hamzah (2007) menyebutkan bahwa

hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagi indikator tentang nilai

dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Degeng (Hamzah:

2007) hasil belajar biasanya mengikuti pelajaran tertentu yang harus dikaitkan

dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

8

Anni dalam Deden, (2010) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang

dipelajari oleh pembelajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat menerapkan

pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor

dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa Faktor dari luar diri siswa

yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana,

2004 : 39).

Gagne dalam Hamzah (2007: 137) menyebutkan bahwa hasil belajar

merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan

berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran

tertentu. Sedangkan menurut Reigeluth dalam Hamzah (2007) menyebutkan

bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagi indikator

tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda.

Dengan (Hamzah: 2007) hasil belajar biasanya mengikuti pelajaran tertentu yang

harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui suatu kegiatan belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui suatu

kegiatan belajar.

Gagne dalam Suprijono, Agus (2009: 5) menyatakan bahwa hasil belajar

berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif bersifat khas.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

9

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasakan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

sebagai standar perilaku.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari setiap individu adalah

sebagai berikut :

1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri individu yang belajar)

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor

dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan

tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian,

pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal (faktor dari luar individu yang belajar)

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar

yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun

faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman

konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Dari beberapa pendapat, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua

faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor

dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah

sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang

mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak

pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak

pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

10

2.1.3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model belajar dengan sejumlah siswa

sebagai kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelasaiakan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Selama

kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

Menurut Slavin dalam Isjoni (2011: 15), pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok –

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 – 6 orang dengan struktur

kelompok heterogen.

Menurut Stahl dalam Isjoni (2011: 15), pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan hasil belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong -

menolong dalam perilaku sosial.

Menurut Trianto (2007: 41), pembelajaran kooperatif adalah

mempermudah siswa menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka

saling berdiskusi dengan temannya.

Berdasarkan pendapat, belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan

untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai

pendapat orang lain, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu

dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal pemecahan

masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan

karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas

yang dihadapinya.

Model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu

siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam

pembelajaraan kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga

memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang

berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Isjoni (2010: 18), adanya kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran

kooperatif.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

11

a. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif antra lain : a) saling ketergantungan

positif, b) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, c) siswa

dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, d) suasana kelas yang

rileks dan menyenangkan, e) terjalinnya hubungan yang hangat dan

bersahabat antara siswa dengan gurunya, dan f) memiliki banyak kesempatan

untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

b. Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor

dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu

sebagai berikut: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2) agar

proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan

fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3) selama kegiatan diskusi

kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang

dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal

ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Berdasarkan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebelum

pembelajaran berlangsung sebaiknya guru mempersiapkan pembelajaran secara

matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses belajar

mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran kooperatif

berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas, agar waktu yang

telah ditentukan tidak melebihi batas.

Ketika pembelajaran kooperatif berlangsung guru harus berusaha

menanamkan dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya

suasana kelas harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan

kepribadian siswa yang demokratis dan dapat diharapkan suasana yang terbuka

dengan kebiasaan-kebiasaan kerjasama, terutama dalam memecahkan kesulitan-

kesulitan.

Seorang siswa haruslah dapat menerima pendapat siswa lainnya, seperti

siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu siswa yang lainnya mendengarkan

dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada kekurangannya

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

12

maka perlu ditambah. Penembahan ini harus disetujui oleh semua anggota dan

harus saling menghormati pendapat orang lain.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan besar para siswa kearah

pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat

berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan

tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama pembelajaran

kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya.

Pengetahuan itu tidak lagi diperoleh dari gurunya. Seorang teman haruslah

memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan

pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi

kesalahan, dan saling membetulkan sama lainnya.

Melalui teknik saling menghargai pendapat orang lain dan saling

membetulkan kesalahan secara bersama mencari jawaban yang tepat dan baik,

dengan cara mencari sumber-sumber informasi dari mana saja seperti buku paket,

buku-buku yang ada diperpustakaan, dan buku-buku penunjang lainnya, dijadikan

pembantu dalam mencari jawaban yang baik dan benar serta memperoleh

pengetahuan tentang pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan

semakain luas dan semakin baik.

2.1.4. Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan

anggota tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali

dengan menyampaikan tujuan pembelajaran penyampaian materi, kegiatan

kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Trianto (2007: 52-53), pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga

membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran

dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

a. Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran kegiatan pembelajaran ini perlu

dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

13

jawaban.

b. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam

kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok lainnya ralatif

homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras,

agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relative sama, maka pembentukan kelompok dapat

didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:

1) Siswa dalam kelas terlebih duli diranking sesuai kepandaian dalam mata

pelajaran sains.tujuan adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan

sains dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok.

2) Menetukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok

menengah, dan kelompok bawah.

c. Menentukan Skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai

ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada

pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing

individu dapat dijadikan skor awal.

d. Pengaturan tempat duduk

Pengauran tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan

baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif

apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang

menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

e. Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe

STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan

untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

Trianto (2007: 54), langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD

ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri dari enam langkah

atau fase. Fase-fase tersebut sebagai berikut:

Fase 1 : Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

14

tersebut dan memotifasi siswa belajar.

Fase 2 : Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat

bahan bacaan.

Fase 3 : Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar

dan membantu setiap kelompok belajar.

Fase 4 : Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas mereka.

Fase 5 : Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari, masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 : Memberikan penghargaan hasil belajar individu dan kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang

sesuai dengan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Dengan sifat

masyarakat yang homogen ini dapat diterapkan dalam kerjasama kelompok untuk

dapat saling membantu antar anggota kelompok tersebut. Pembelajaran STAD ini

lebih mengutamakan pada kelompok dan perkembangan kemampuan siswa yang

terjadi secara terus-menerus sesuai dengan bahasan yang dipelajari. Dengan

penerapan model ini juga akan membantu dalam pemerataan kemampuan siswa

dalam pemahaman materi yang diberikan.

Berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dikemukakan di atas, dapat

disusun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1) Guru menyampaikan salam pembuka.

2) Guru melakukan apersepsi.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

4) Guru memberikan motivasi.

b. Kegiatan Inti

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

1) Tahap pertama (Penyajian Materi)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

15

a. Guru menyajiakn informasi kepada siswa dengan jalan

mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

2) Tahap kedua (Membentuk kelompok)

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan masing-masing

kelompok terdiri 4-5 siswa.

b. Dalam kerja kelompok, masing-masing kelompok akan mendapatkan

lembar diskusi untuk memecahkan suatu masalah

c. Setiap kelompok akan melakukan presentasi hasil diskusi.

3) Tahap keempat (Membimbing kelompok)

a. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas.

4) Tahap ketiga (Evaluasi)

a. Siswa akan mengerjakan soal yang diberikan guru.

b. Setelah selesai mengerjakan tes individu, maka akan dilakukan penilaian

dari nilai tes oleh guru.

5) Tahap kelima (Penghargaan kelompok)

a. Guru akan memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai

nilai tertinggi.

c. Penutup

a. Siswa dan guru, menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang telah dipelajari.

c. Guru menutup pembelajaran.

Menurut Ruhadi (2008) setiap penggunaan model pembelajaran, memiliki

kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan penggunaan pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Ada beberapa

kelebihan dalam menggunakan pembelajaran kooperatif STAD (Student Team

Achievement Division) yaitu:

1) Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi

atau kerjasama.

2) Siswa cenderung aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3) Mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

16

4) Kemampuan kerjasama siswa dapat terbangun.

5) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

Kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) yaitu:

1) Karena siswa tidak terbiasa dengan penggunaan pembelajaran tipe Student

Team Achievement Division (STAD) maka alokasi waktu tidak mencukupi.

2) Guru dituntut untuk bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas yang berkaitan

dengan kegiatan pembelajaran seperti koreksi pekerjaan siswa, melakukan

perubahan kelompok belajar.

3) Jika jumlah siswa terlalu banyak maka guru kurang maksimal mengamati

kegiatan belajar kelompok.

4) Jika ditinjau dari sarana kelas maka untuk membentuk kelompok kesulitan

mengatur dan mengangkat tempat duduk.

Berdasarkan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) adalah dalam pelaksanaan pembelajaran, guru

harus benar-benar memperhatikan waktu dengan baik agar pembelajaran dapat

terlaksana dengan baik tanpa mengganggu jam pelajaran selanjutnya. Kerjasama

antara siswa dan guru harus terjalin dengan baik agar pembelajaran lebih

menyenangkan dan terjalin suasana yang akrab. Untuk mempersiapkan

pengaturan kelas yang digunakan untuk belajar kelompok harus disiapkan dengan

rapi sebelum pelaksanaan pembelajaran agar siswa tetatp nyaman mengikuti

pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa Student Team Achievement Division (STAD)

merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan

campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan

pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

17

2.1.5. Pembelajaran IPA

Standar Isi IPA di SD yang terdapat dalam Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah”.

Pendidikan IPA di Sekolah Dasar berupa mata pelajaran yang mulai di

ajarkan pada kelas tinggi. IPA sebagai cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan.

Pendidikan IPA di SD dan MI diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang

lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3) Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Tujuan Mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006

adalah sebagai berikut:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

18

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009:4), merujuk pada pengertian

IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

a. Sikap

Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar.

b. Proses

Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi

penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi

pengukuran dan penarikan kesimpulan.

c. Produk

Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum atau dalil.

d. Aplikasi

Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat

unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses

pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam melalui pemecahan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

19

masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta

baru.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa

dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan

selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian

juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan

yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara

berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

1) Amurwani, Novie. 2009. Cooperative Learning Model STAD Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN

Pulowetan 2 Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. Skripsi Jurusan

Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah FIP Universitas Negeri Malang.

Aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Hasil belajar

sebelum tindakan nilai rata-rata siswa adalah 59,8. Hanya 11siswa (55%) yang

memiliki nilai ketuntasan. Sedangkan 9 siswa (45%) belum mencapai

ketuntasan sesuai standar ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh

lembaga sekolah yaitu 65%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I hasil

belajar mengalami peningkatan yaitu rata-rata siswa menjadi 74,04. Pada

siklus I terdapat 5 siswa (25%) belum mencapai KKM dan 15 siswa (75%)

sudah mencapai standar ketuntasan. Selanjutnya dilakukan tindakan pada

siklus II dan rata-rata hasil belajar siswa menjadi 80,5. Hal ini berarti 20 siswa

(100%) sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

2) Handayani, Nur Rini. Peningkatan hasil belajar IPA melalui pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada siswa kelas

IV SDN Tulungrejo 01 Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Dalam

penelitian ini menunjukkan mampu meningkatakan hasil belajar siswa. Hasil

penelitian yang diperoleh sebagai berikut"hasil belajar siswa dari rata-rata

perolehan pada pra tindakan 31,98 menjadi 37,28 pada siklus I dan pada siklus

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

20

II meningkat menjadi 60,28" hasil dari peningkatan poin pada pra tindakan

dan siklus I sama yaitu 21,14 kemudian pada siklus II meningkat menjadi

41,7" Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif pada pra tindakan memperoleh

skor 2, siklus I mendapat skor 9 dan siklus II mendapatkan skor 21" Untuk

ketrampilan kooperatif siswa pada pra tindakan memperoleh skor 1, siklus I

mendapat skor 5 dan untuk siklus II memperoleh skor 15" Berdasarkan

penelitian tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Tulungrejo 01 Kecamatan Nglegok

Kabupaten Blitar"

Penelitian yang pernah dilakukan dapat memberikan gambaran peneliti

untuk melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dalam

pembelajaran matematika. Dan dengan penelitian tersebut terbukti menguatkan

teori bahwa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

2.3. Kerangka Berfikir

Masalah yang ada pada pembelajaran IPA adalah IPA dianggap sebagai

mata pelajaran yang menghafalkan istilah-istilah latin yang sulit. Hal ini

disbabkan guru kurang kreatif dalam menggunakan media dan model

pembelajaran dan dalam pembelajaran guru cenderung lebih aktif sedangkan

siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diterangkan oleh guru.

Pembelajaran dengan metode konfensional seperti itu membuat siswa kurang

tertarik dan kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari sehingga hasil

belajar yang dicapai menjadi rendah.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) diharapka siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami materi yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan

masalah-masalah tersebut dengan anggota kelompoknya. Dengan melalui diskusi

ini akan terjalin dimana siswa saling berbagi pengetahuan dan pendapat yang

dimiliki sehingga terjadi pemahaman yang sama mengenai hal yang mereka

diskusikan. Dengan penerapan model pembelajaran ini diharapkan siswa menjadi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

21

lebih tertarik dan fokus dalam memahami materi yang diberikan sehingga hasil

belajar siswa akan meninggkat.

Kerangka berfikir dalam penilaian ini digambarkan sebagai berikut:

Kerangka berfikir

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dikemukakan

hipotesisnya sebagai berikut :

1) Hipotesis Nol

a) Ho : X1=X2 yaitu rata – rata hasil belajar IPA kelas eksperimen siswa

kelas VA SD Negeri Salatiga 06 sama dengan rata – rata hasil belajar IPA

kelas kontrol siswa kelas VB SD Negeri Salatiga 06. Artinya model

Kegiatan Belajar

Mengajar Kelas V

Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

3. Evaluasi

1. Ceramah

5. Penghargaan Kelompok

Hasil Belajar Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

3. Membimbing Kelompok

2. Membentuk Kelompok

4. Evaluasi

1. Penyajian Materi

2. Tanya Jawab

Hasil Belajar Pembelajaran Konvensional

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1014/3/T1_292008514_BAB II.pdfpengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran

22

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

tidak efektif digunakan dalam peningkatan hasil belajar matematika pada

siswa kelas V Sekolah Dasar.

2) Hipotesis Alternatif

b) Ha : X1> X2 yaitu rata – rata hasil belajar matematika kelas eksperimen

siswa kelas VA SD Negeri Salatiga 06 lebih tinggi dibandingkan rata –

rata hasil belajar IPA kelas kontrol siswa kelas VB SD Negeri Salatiga 06.

Artinya model pembelajaran kooperatif tipe Student team Achievement

Division (STAD) efektif digunakan dalam peningkatan hasil belajar IPA

pada siswa kelas V Sekolah Dasar.