bab ii kajian pustaka 2.1 tinjauan pustaka 2.1.1 konsep ...€¦ · pedoman penggolongan dan...

68
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pembangunan 1) Pengertian Pembangunan Pembangunan mempunyai pengertian yang sangat luas, secara sederhana pembangunan itu adalah perubahan kearah yang lebih baik dan lebih maju dari sebelumnya. Pembangunan dapat diartikan juga sebagai gagasan untuk mewujudkan sesuatu yang dicita - citakan. Pembangunan adalah suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka memperbaiki indikator sosial maupun ekonomi pada suatu wilayah dari waktu ke waktu (Sumodiningrat, 2009). Tiap-tiap Negara selalu mengejar pembangunan dengan tujuan semua orang turut mengambil bagian, sedangkan kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan itu, walaupun bukan satu-satunya. Hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah semata-mata fenomena ekonomi. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah mencakup masalah- masalah materi dan finansial dalam kehidupan. Pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses multi dimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial (Todaro and Smith, 2009). 2) Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan hakekat dari proses dan sifat pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsep Pembangunan

1) Pengertian Pembangunan

Pembangunan mempunyai pengertian yang sangat luas, secara sederhana

pembangunan itu adalah perubahan kearah yang lebih baik dan lebih maju dari

sebelumnya. Pembangunan dapat diartikan juga sebagai gagasan untuk

mewujudkan sesuatu yang dicita - citakan. Pembangunan adalah suatu proses

yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka memperbaiki indikator sosial

maupun ekonomi pada suatu wilayah dari waktu ke waktu (Sumodiningrat, 2009).

Tiap-tiap Negara selalu mengejar pembangunan dengan tujuan semua orang turut

mengambil bagian, sedangkan kemajuan ekonomi adalah suatu komponen

esensial dari pembangunan itu, walaupun bukan satu-satunya. Hal ini disebabkan

pembangunan itu bukanlah semata-mata fenomena ekonomi. Dalam pengertian

yang paling mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah mencakup masalah-

masalah materi dan finansial dalam kehidupan. Pembangunan seharusnya

diselidiki sebagai suatu proses multi dimensional yang melibatkan reorganisasi

dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial (Todaro and Smith, 2009).

2) Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

terjadi terus menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan hakekat dari

proses dan sifat pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi

bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting

yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal

dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti

pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Pembahasan tentang masalah pembangunan ekonomi memang bukanlah

suatu perkembangan baru dalam ilmu ekonomi karena studi tentang pembangunan

ekonomi tersebut telah menarik perhatian para pakar ekonomi sejak zaman kaum

merkantilis, kaum klasik, sampai Marx dan Keynes. Ahli - ahli ekonomi tersebut

telah mengemukakan teorinya tentang pembangunan ekonomi. Adam Smith

misalnya, yang terkenal dengan bukunya An Iquiry into The Nature and Cause

The Wealth of Nation (1776) mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi suatu

Negara sangat bergantung pada kemampuan Negara tersebut dalam menabung dan

berinvestasi. Smith juga memperhatikan ukuran pasar yang dimiliki suatu Negara

sebab luar pasar sangat mempengaruhi volume produksi yang akhirnya tergantung

pada tingkat pendapatan (Todaro dan Smith, 2009).

Ukuran pasar dapat mempengaruhi produktivitas dan pada gilirannya akan

mempengaruhi tingkat pendapatan. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan sangat

berpengaruh pada tingkat kemampuan untuk menabung dan dorongan

berinvestasi. Selain itu, dalam bukunya yang berjudul The Progress of Wealth

yang dikembangkan dari bukunya berjudul Principles of Political Economy

(1820), Thomas Robert Malthus mengemukakan salah satu gagasannya mengenai

konsep pembangunan, khususnya bidang ekonomi bahwa pembangunan ekonomi

dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan penduduk suatu negara

(Irawan, 2008).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas, bukan

hanya sekedar bagaimana menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun

saja, melainkan juga memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu

negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup

masyarakatnya. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai

suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk

suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem

kelembagaan. Pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam

pendapatan per kapita karena kenaikan itu merupakan penerimaan dan timbulnya

perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan

ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan

PDB/PNB. Kesejahteraan suatu negara sebagian bergantung pada kuantitas produk

yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya dan sebagian lagi pada nilai atas produk

tersebut. Malthus mendefenisikan masalah pembangunan ekonomi sebagai sesuatu

yang menjelaskan perbedaan Gross National Product potensial “kemampuan

menghasilkan kekayaan” dan Gross National Product aktual “kekayaan aktual”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam

berbagai kebutuhan, secara umum adalah sebagai berikut.

Adapun yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi menurut (Todaro and

Smith, 2009) adalah sebagai berikut:

a) Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri

melalui pembangunan sistem dan kelembagaan sosial dan ekonomi yang dapat

mengembangka rasa harga diri dan rasa hormat terhadap kemanusian.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

b) Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa yaitu tingkat pendapatan dan

konsumsi pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya melalui

proses pembanguan ekonomi.

c) Mengembangkan kebebasan untuk memilih dengan jalan memperluas

rangkaian kesempatan untuk memilih misalnya keanekaragaman jenis barang

konsumsi dan jasa yang tersedia.

3) Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan

nasional yang diselenggarakan pada semua bidang kehidupan. Pembangunan

kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya mendukung

percepatan pencapaian sasaran pembangunan nasional. Kesehatan umumnya

menjadi tujuan utama dan merupakan hasil suatu pembangunan kesehatan

(Depkes, 1999).

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan

profesionalisme, desentralisasi dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat

dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini. Upaya pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan

perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan

didukung oleh sistem pengamatan, informasi dan manajemen yang handal . Untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan

kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

a) Peningkatan kerjasama lintas sektor

b) Peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta

c) Peningkatan kesehatan lingkungan

d) Peningkatan upaya kesehatanya

e) Peningkatan sumber daya kesehatan

f) Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

g) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

h) Peningkatan lingkungan sosial budaya

4) Pembangunan Manusia

Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang

memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat dan

menjalankan kehidupan produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kekayaan

yang sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan

jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. Pembangunan manusia

dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of

people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan

sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Pada saat yang sama

pembangunan manusia dapat dilihat juga sebagai pembangunan (formation)

kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan, dan

keterampilan, sekaligus sebagai pemanfatan (utilization) kemampuan/ketrampilan

mereka. Konsep pembangunan di atas jauh lebih luas pengertiannya dibandingkan

konsep pembangunan ekonomi yang menekankan pada pertumbuhan (economic

growth), kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat, atau pegembangan sumber

daya manusia (UNDP, 1995).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal

pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan,

pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut

mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan

berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.

Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari

model pembangunan manusia.

b) Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk

mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua

hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut

harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari kesempatan

yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat

meningkatkan kualitas hidup.

c) Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya

untuk generasi-generasi yang aka datang. Semua sumber daya fisik, manusia,

dan lingkungan selalu diperbaharui.

d) Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan

menentukan (bentuk atau arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi

dan mengambil manfaat dari proses pembangunan. Paradigma pembangunan

manusia tidak berhenti sampai disana. Pilihan-pilihan tambahan yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti kebebasan politik,

ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif,

dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani hak-

hak asasi manusia merupakan bagian dari paradigma tersebut. Dengan

demikian, paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama

berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan,

pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas

mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan

politik.

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik

dari pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model

pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan

kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model

pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi

nasional (GNP). Pembangunan manusia terutama sebagai input dari proses

produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat

manusia sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan

dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index

(HDI) merupakan ukuran keberhasilan pembangunan aspek manusia dalam suatu

wilayah tertentu yang standarnya ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) melalui UNDP (United Nation of Development Program). Nilai IPM suatu

negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah

mencapai sasaran yang ditentukan, yaitu angka harapan hidup 85 tahun,

pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali) dan tingkat

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak.

Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan

yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. Penurunan beberapa komponen

IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap

perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek (Todaro dan Smith,

2009).

Saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Provinsi Bali berada di

peringkat ke-5 dengan angka 72,48 dan berada diatas nilai IPM nasional sebesar

68,90. Namun pertumbuhan IPM Provinsi Bali masih berada di bawah tingkat

nasional. Pertumbuhan IPM Provinsi Bali hanya 0,54 sedangkan di tingkat

nasional sebesar 0,86 (Tempo.co.id, 2015). Salah satu program yang di upayakan

oleh pemerintah Bali untuk meningkatkan IPM yaitu program Jaminan Kesehatan

Bali Mandara (JKBM), program JKBM ini di terapkan sejak tahun 2008 dan

mendapat dukungan pendanaan dari APBD Bali anggaran tahun 2008 sebesar Rp.

20 Miliyar, pada tahun 2010 APBD yang di anggarkan untuk JKBM ini sebanyak

Rp. 127 Miliyar. Program JKBM melibatkan 108 Puskesmas non perawatan dan

jejaring serta 22 puskesmas yang mempunyai fasilitas rawat inap, delapan Rumah

Sakit Umum Daerah, Rumah Sakit Indera, Rumah Sakit Jiwa Bangli dan RSUP

Sanglah Denpasar sebagai pusat rujukan. Dengan tercapainya status kesehatan

masyarakat yang optimal maka diharapkan akan mampu meningkatkan

produktifitas sehingga kesejahteraan masyarakat juga ikut meningkat.

2.1.2 Konsep Gangguan Jiwa (Skizofrenia)

1) Pengertian Skizofrenia

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan

bahwa skizofrenia adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”)

yang luas. Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang

fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak

wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear

consciousness) dan kemampuan intelektual dan biasanya tetap terpelihara,

walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Maslim,

2004).

Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis yang bervariasi, tetapi sangat

destruktif psikopatologinya mencakup aspek-aspek kognisi, emosi, persepsi dan

aspek-aspek perilaku lainnya. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum usia 25

tahun, dapat mengenai siapa saja dari kelompok sosial ekonomi manapun (Sadock

dan Sadock, 2007). Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang

mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret dan kesulitan dalam

memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah

(Stuart, 2007). Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi

area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan

menginterprestasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan beperilaku

dengan sikap yang dapat diterima secara sosial (Isaacs, 2005).

2) Etiologi

Menurut Maramis (2009), faktor-faktor yang berisiko untuk terjadinya

skizofrenia adalah sebagai berikut :

a) Biologik

(1) Keturunan

Penelitian tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan pada tahun 1930-

an, ditemukan bahwa kemungkinan seseorang akan menderita skizofrenia jika

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia. Kemungkinan seseorang

menderita skizofrenia berhubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan

tersebut. Faktor keturunan menentukan timbulnya skizofrenia, dibuktikan dengan

penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak

kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 – 1,8%, bagi

saudara kandung 7 – 15%, bagi anak dengan salah satu anggota keluarga yang

menderita skizofrenia 7 – 16%, bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40 –

68%, bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 – 15%, bagi kembar satu telur

(monozigot) 61 – 86%.

(2) Biokimia

Rumusan yang paling sederhana untuk mengungkapkan patofisiologi dari

skizofrenia adalah hipotesa dopamine. Hipotesa ini secara sederhana menyatakan

bahwa skizofrenia disebabkan karena terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik.

Hipotesis ini disokong dari hasil observasi pada beberapa obat anti psikotik yang

digunakan untuk mengobati skizofrenia dimana berhubungan dengan

kemampuannya menghambat dopamine (D2) reseptor. Hipotesis dopaminergik

tentang skizofrenia terus diperbaiki dan diperluas. Satu bidang spekulasi adalah

reseptor dopamine tipe 1 mungkin memainkan peranan dalam gejala negatif, dan

beberapa peneliti tertarik dalam menggunakan agonis D1 sebagai pendekatan

pengobatan untuk gejala tersebut (Sadock et.al, 2007).

(3) Endokrin

Skizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini

dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu

pubertas, waktu kehamilan atau peuerperium dan waktu klimakterium.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

mesolimbic overactivity =

positive symptoms of psychosis

Gambar 2.1 Bikomia Otak Pada Penderita Skizofrenia

(4) Faktor imunovirologi

Ada teori popular mengatakan bahwa perubahan patologi otak pada

individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajanan virus atau respon

imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak. Baru-baru ini para

peneliti memfokuskan infeksi pada ibu hamil sebagai kemungkinan penyebab

awal skizofrenia.

b) Psikososial

Skizofrenia ditinjau dari faktor psikososial sangat dipengaruhi oleh faktor

keluarga dan stressor psikososial. Pasien yang keluarganya memiliki emosi

ekspresi yang tinggi memiliki angka relaps lebih tinggi daripada pasien yang

berasal dari keluarga berekspresi yang rendah. Emosi ekspresi didefinisikan

sebagai perilaku yang intrusif, terlihat berlebihan, kejam, dan kritis. Disamping itu

stress psikologik dan lingkungan paling mungkin mencetuskan dekompensasi

psikotik yang lebih terkontrol. Pada negara industri sejumlah pasien skizofrenia

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

berada dalam kelompok sosio ekonomi rendah. Pengamatan tersebut telah

dijelaskan oleh hipotesis pergeseran ke bawah (downward drift hypothesis), yang

menyatakan bahwa orang yang terkena bergeser ke kelompok sosio ekonomi

rendah karena penyakitnya. Suatu penjelasan alternatif adalah hipotesis akibat

sosial, yang menyatakan stress yang dialami oleh anggota kelompok sosio

ekonomi rendah berperan dalam perkembangan skizofrenia. Beberapa pendapat

mengatakan bahwa penyebab sosial dari skizofenia di setiap kultur berbeda

tergantung dari bagaimana penyakit mental diterima di dalam kultur, sifat peranan

pasien, tersedianya sistem pendukung sosial dan keluarga serta kompleksitas

komunikasi sosial.

3) Sejarah Skizofrenia

Gangguan jiwa telah dikenal sejak zaman peradaban kuno di hampir

semua kebudayaan. Deskripsi tentang gangguan ini tercatat sebelum 2000 SM di

buku kuno Egyptian Book of Hearts, bagian dari Ebers papyrus. Gejala-gejala

psikologikal dikira muncul dari jantung dan uterus, dan berhubungan dengan

pembuluh darah, racun, atau setan. Deskripsi Hindu (1400 SM) dapat ditemukan

di Atharva Veda, salah satu teks pada agama Hindu. Veda ini berisi hymne dan

mantra dari India kuno. Tertulis bahwa kesehatan merupakan hasil dari

keseimbangan 5 elemen (Butha) dan 3 humor (Dosa) dan ketidakseimbangan

menghasilkan kegilaan. Teks Cina berjudul The Yellow Emperor's Classic of

Internal Medicine 1000 SM, menjabarkan gejala kegilaan, demensia, dan kejang.

Setan atau keadaan supernatural sering dikira sebagai penyebab tingkah laku

psikotik.

Plato, penulis abab ke-5 dan ke-4 SM mendukung konsep yang modern

tentang hubungan antara pikiran dan tubuh. Plato menemukan ide tentang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

ketidaksadaran dan proses mental yang tidak berlogika dan menyatakan bahwa

semua orang mempunyai kapasitas pemikiran yang irrasional. Sigmund Freud

(1856-1939) kemudian mengambarkan spekulasi Plato untuk mendukung teorinya

tentang proses ketidaksadaran sebagai fondasi gangguan mental. Hippocrates

menyingkirkan ide psikosis karena setan dan menganjurkan bahwa gangguan

seperti epilepsi, kebingungan, dan kegilaan semua berasal dari otak. Dalam usaha

menjelaskan gangguan mental dan fisik, beliau membuat dalil tentang kehadiran

"humors" di tubuh termasuk darah dan empedu. Fungsi mental dan fisik yang

optimal dapat tercapai jika humors ini berada dalam keadaan seimbang dan

harmonis.

Istilah skizofrenia berasal dari bahasa Jerman, yaitu Schizo adalah

perpecahan atau split dan Phenos adalah mind atau jiwa). Pada skizofrenia terjadi

suatu perpecahan pikiran, perilaku dan perasaan. Emil Kraeplin (1856-1926)

merupakan orang yang berjasa dalam sejarah modern psikiatri dalam hal

mengidentifikasi skizofrenia. Istilah dasar dari Emil Kraeplin untuk skizofrenia

adalah dementia praecox (demensia yang terjadi pada usia dini) ditandai dengan

proses kognitif yang makin lama makin memburuk dan disertai dengan gejala

klinis berupa halusinasi dan waham (Sadock et.al, 2007).

Eugene Beuler (1857-1939) mempunyai pandangan berbeda dengan

Kraeplin menyangkut dua poin utama, bahwa gangguan tersebut tidak selalu

terjadi pada usia dini dan gangguan tersebut tidak akan berkembang menjadi

demensia tanpa dapat dihindari. Dengan demikian istilah dementia praecox tidak

sesuai lagi dan pada tahun 1908. Bluer mengajukan istilahnya sendiri yaitu

skizofrenia yang berasal dari bahasa Yunani schizein yang artinya “membelah”

dan phren yang artinya “akal pikiran” untuk mencerminkan karakteristik utama

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

kondisi tersebut. Berbeda dengan kepribadian yang terpecah, Bleuler mengartikan

terpecahnya fungsi psikik. Dia memperkenalkan empat tanda penting berupa

“empat A”,yaitu: Afek tumpul, Asosiasi longgar, Ambivalensi dan Autisme.

Gejala lain dari skizofrenia seperti delusi, halusinasi, katatonia, negativisme dan

stupor dikenal sebagai gejala sekunder. Bleuler mencatat bahwa gejala sekunder

ini muncul seperti gejala lainnya (Sadock et.al, 2007).

4) Epidemiologi

Skizofrenia adalah masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi

kurang dari 1% dari populasi dunia. Prevalensi skizofrenia di seluruh dunia

diperkirakan 0,2-0,8% dalam setahun (Maramis, 2009). Berdasarkan jenis kelamin

prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat dalam onset dan

perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita

25 sampai 35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki dibandingkan

wanita. Prevalensi penyakit ini meningkat pada pasien dengan riwayat keluarga

skizofrenia (Sadock et.al, 2007).

Skizofrenia ditemukan dalam semua masyarakat dan wilayah geografis.

Angka kejadian dan tingkat prevalensinya lebih besar di perkotaan daripada di

pedesaan dan cenderung lebih berat pada negara maju dibandingkan negara

berkembang. Perbedaan ini sebelumnya telah dikaitkan dengan fenomena

penyimpangan sosial, dimana individu rentan terkena stres atau depresi dalam

melakukan aktivitas sosial maupun pekerjaan mereka (Sadock et.al, 2007).

5) Anatomi dan Patalogi

Pembesaran ventricular otak merupakan salah satu yang palin sering

menyebabkan gangguan pada pasien skizofrenia. Akan tetapi pembesaran pada

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

sulkus dan atrofi pada otak juga pernah dilaporkan. Pada pemeriksaan dengan

menggunakan MRI terdapat juga kemungkinan kerusakan pada daerah thalamus,

amygdale/ hippocampus, lobus temporal, dan basal ganglia. Pada peneliatan,

menunjukan sampel otak pasien skizofrenia postmortem ditemukan adanya

penurunan ukuran daerah tersebut. Ganglia basalis terlibat dalam pengendalian

gerakan dimana pada pasien skizofrenia mempunyai pergerakan yang aneh,

bahkan tanpa adanya gangguan pergerakan akibat medikasi. Gerakan aneh

termasuk berjalan yang kaku, menyeringai wajah, dan gerkan streotipik. Sehingga

ganglia basalis dilibatkan dalam patofisiologi skizofrenia. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa ukuran regio temporal yang berkurang pada skizofrenia dan

gangguan pada gyrus temporalis superior atau planum temporal berhubungan

dengan timbulnya halusinasi.

Gambar 2.2 Anatomi Patologi Otak Pada Skizofrenia

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

6) Jenis Skizofrenia

Menurut Maramis (2009) tipe-tipe skizofrenia adalah :

a) Skizofrenia Paranoid

Gejala-gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai dengan

waham-waham sekunder dan halusinasi. Baru dengan pemeriksaan yang teliti

ternyata ada juga gangguan proses berpikir, gangguan afek, emosi dan kemauan.

Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun, permulaannya mungkin

subakut, tetapi munkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering

dapat digolongkan schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak

congkak dan kurang percaya pada orang lain.

b) Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses

berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.

Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-

kanakan sering terdapat pada skizofrenia hebefrenik. Waham dan halusinasi

banyak sekali.

c) Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-35 tahun, dan biasanya akut serta

sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah

katatonikatau stupor katatonik. Stupor katatonik, penderita tidak menunjukkan

perhatian sama sekali terhadap lingkungannya. Emosinya sangat dangkal. Gejala

yang penting adalah gejala psikomotor seperti:

(1) Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

(2) Muka tanpa mimik, seperti topeng.

(3) Stupor, penderita tidak bergerak beberapa hari, bahkan kadang-kadang

sampai beberapa bulan.

(4) Bila diganti posisinya penderita menentang (negativism).

(5) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut

dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.

(6) Terdapat grimasm dan katalepsi.

d) Skizofrenia Simpleks

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas, gejala utama pada jenis

simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan namun gangguan

proses berpikir bisanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali

terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali, pada permulaan mungkin

penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari

pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan

akhirnya menjadi penganggur. Bila tidak ada orang yang menolongnya ia

mungkin akan menjadi pengemis, pelacur atau penjahat.

e) Skizofrenia Residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan gejala-gejala

berkembang ke arah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari

kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpulan afek, pasif dan tidak

ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta

buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

Menurut International Classification of Diseases (ICD) 10 edisi revisi

tahun 2007, berdasarkan epidemiologi tipe skizofrenia yang paling banyak di

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

dunia dijumpai adalah tipe paranoid. Di Rumah Sakit Jwa Provinsi Bali pun

didapatkan bahwa tipe paranoid merupakan tipe skizofrenia terbanyak yang

diderita pasien skizofrenia.

7) Gejala-Gejala Skizofrenia

Ada beberapa gejala positif dan negatif pada individu penderita skizofrenia

(Videbeck, 2008), yaitu:

a) Gejala Positif

(1) Halusinasi: persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi sensori yang

tidak terjadi dalam realitas.

(2) Waham: keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar

dalam realitas.

(3) Ekopraksia: peniruan gerakan dan gesture orang lain yang dialami klien.

(4) Flight of ideas: aliran verbalisasi yang terus menerus saat individu melompat

dari satu topik ke topik lain dengan cepat.

(5) Preserverasi: terus menerus membicarakan satu topik atau gagasan;

pengulangan kalimat, kata atau frase secara verbal, dan menolak untuk

mengubah topik tersebut.

(6) Asosiasi longgar: pikiran atau gagasan yang terpecah-pecah atau buruk.

(7) Gagasan rujukan: kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki makna

khusus bagi individu.

(8) Ambivalensi: mempertahankan keyakinan atau perasaan yang tampak

kontradiktif tentang individu, peristiwa atau situasi yang sama.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

b) Gejala Negatif

(1) Apatis: perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas dan peristiwa

disekelilingnya.

(2) Alogia: kecenderungan berbicara sedikit atau menyampaikan substansi makna

(miskin isi pikir).

(3) Afek datar: tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukan emosi atau

mood.

(4) Afek tumpul: rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang terbatas.

(5) Anhedonia: merasa tidak senang atau tidak gembira dalam mejalani hidup,

aktivitas dan hubungan.

(6) Katatonia: imobilitas karena faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh

periode agitasi atau gembira; klien tampak tidak bergerak, seolah-olah dalam

keadaan setengah sadar.

(7) Tidak memiliki kemauan: tidak adanya keinginan, ambisi atau dorongan untuk

bertindak melakukan tugas-tugas.

Adapun untuk membedakan skizofrenia gejala positif menonjol atau

skizofrenia gejala negatif menonjol, dapat menggunakan instrument Positive and

Negative Symptom Scale (PANSS).

8) Perjalanan Skizofrenia

Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:

a) Fase Prodromal

Biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan

ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala

tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini

akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka

akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase

prodromal semakin buruk prognosisnya.

b) Fase Aktif

Gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,

inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua

individu dating berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-

gejala tersebut dapat hilang spontan, suatu saat mengalami eksaserbasi atau

terus bertahan.

c) Fase Residual

Gejala-gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif/

psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala-gejala yang terjadi pada

ketiga fase di atas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif

berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan

dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial). Pada 29% - 70% kasus,

dapat mengalami remisi atau eksaserbasi akut kembali. Peningkatan

terjadinya remisi kemungkinan dipengaruhi oleh faktor psikopatologi,

psikososial, dan pengobatan yang diberikan (Sadock et.al., 2007).

9) Diagnosis

Salah satu instrumen sebagai alat bantu diagnostik skizofrenia di Indonesia

adalah dengan menggunakan PPDGJ-III, yaitu:

a) Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

(1) Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,

namun kualitasnya berbeda ; atau thought insertion or withdrawal, yaitu isi

yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi

pikirannyadiambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

thought broadcasting, yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya.

(2) Delusion of control yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy, yaitu waham tentang

dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang

”dirinya” dimana secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh / anggota gerak

atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus); delusional perception,

yaitu pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi

dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

(3) Halusinasi auditorik yaitu suara halusinasi yang berkomentar secara terus

menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien-pasien di

antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis

suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh;

(4) Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan

agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia

biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan

mahluk asing dan dunia lain).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

b) Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(1) Halusinasi yang menetap dan panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yangsetengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas,ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan terus-menerus.

(2) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme.

(3) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

(4) Gejala- gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan

respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuroleptika.

c) Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal).

d) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan

penarikan diri secara sosial (Maslim, 2003).

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

10) Diagnosis Banding

Skizofrenia harus dibedakan dengan semua kondisi yang menimbulkan

psikosis aktif. Semua kemungkinan-kemungkinan harus dengan hati-hati

disisihkan misalnya, gangguan skizoafektif, gangguan afektif berat, dan semua

kondisi organik yang sangat mirip dengan skizofrenia, misalnya stadium awal

Khorea Huntington, stadium awal penyakit Wilson, epilepsi lobus temporalis,

tumor lobus temporalis atau frontalis, stadium awal multiple sklerosis dan

sindrom lupus eritomatosis, porfilia, paresis umum, penyalahgunaan zat yang

kronik dan halusinasi alkoholik kronik.

11) Prognosis

Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis. Pasien secara

berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri, dan tidak berfungsi setelah

bertahun-tahun. Pasien dapat mempunyai waham dengan taraf ringan dan

halusinasi yang tidak begitu jelas (samar-samar). Sebagian gejala akut dan gejala

yang lebih dramatik hilang dengan berjalannya waktu, tetapi pasien secara kronis

membutuhkan perlindungan atau menghabiskan waktunya bertahun-tahun di

dalam rumah sakit jiwa. Secara keseluruhan harapan hidupnya pendek, terutama

akibat kecelakaan, bunuh diri, dan ketidakmampuannya merawat diri.

Sebelumnya, skizofrenia dibedakan antara skizofrenia proses (terjanya

berangsur-angsur, perjalanannya kronis deteriorasi) dan skizofrenia reaktif (awitan

cepat, prognosis lebih baik). Selain itu, skizofrenia juga dibedakan dengan gejala

positif (halusinasi, waham, perilaku aneh dll) yang biasanya berespons terhadap

antipsikoti konvensional dan gejala negatif (afek datar, miskin pembicaraan,

anhedonia, penarikan diri dari sosial, dll) yang tidak berespon terhadap

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

antipsikotik konvensional (berespon lebih baik terhaddap obat-obat antipsikotik

baru) Gambaran klinis yang dikaitkan dengan prognosis baik yaitu :

a) Awitan gejala-gejala psikotik aktif terjadi secara mendadak.

b) Awitan terjadi setelah umur 30 tahun, terutama pada perempuan.

c) Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik.

d) Kebingungan sangat jelas dan gambaran emosi menonjol, selama episode akut

(gejala positif) beberapa hal yang perlu ditanyakan yaitu :

(1) Kemungkinan adanya suatu stress yang mempersipitasi psikosi akut dan tidak

ada bukti gangguan susunan saraf pusat (SSP)

(2) Tidak ada riwayat keluarga yang menderita skizofrenia

Bentuk skizofrenia reaktif dan skizofrenia proses mungkin secara etiologi

berbeda. Meskipun ada veriabilitas yang besar, tipe disorganisasi secara umum

mempunyai prognosis yang buruk, tetapi tipe paranoid mempunyai prognosis

baik. Prognosis menjadi lebih buruk bila pasien menyalahgunakan zat atau

hidup dalam keluarga yang tak harmonis.

2.1.3 Permasalahan Sosial Ekonomi Pada Skizofrenia

Masalah kesehatan mental berdampak buruk tidak hanya pada satu segmen

tertentu, melainkan pada seluruh segmen dalam kehidupan. Terpisah dari

penderitaan subjektif yang dialami oleh orang-orang dengan gangguan mental,

dampak pada fungsi sosial dan pekerjaan, kesehatan fisik dan kematian sangatlah

besar. Ini tidak lain karena kesehatan mental itu sendiri sangatlah vital dan

menentukan taraf kehidupan. Mengingat tidak satupun orang imun terhadap

gangguan ini, pada akhirnya permasalahan mental pun menjadi tantangan besar

bagi perkembangan global (WHO, 2003).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Menurut Hudson (2005) status sosial ekonomi memiliki korelasi dengan

gangguan jiwa. Pendapat ini didasarkan pada sebuah studi yang meneliti 34.000

pasien dengan dua atau lebih rawat inap psikiatri di Massachusetts selama 1994-

2000. Kesimpulannya bahwa pengangguran, kemiskinan dan tunawisma

berkorelasi dengan resiko penyakit mental. Kondisi sosial ekonomi yang miskin,

resiko lebih tinggi adalah untuk cacat mental dan rawat inap psikiatri. Status sosial

ekonomi dinilai atas dasar pendapatan masyarakat, pendidikan dan status

pekerjaan. Studi ini memberikan bukti kuat bahwa status sosial ekonomi

berhubungan dengan perkembangan penyakit mental secara langsung, maupun

tidak langsung bersama-sama dengan kondisi stres ekonomi yang tidak

menguntungkan pada kelompok pendapatan rendah.

Hasil penelitian Santoso (2004) menunjukan bahwa gambaran beban

kemiskinan yang dapat menyebabkan stress berdasarkan urutan besarnya

penyebab adalah lingkungan pekerjaan (58,8%), kesesuaian pekerjaan (56,9%)

jumlah anggota keluarga (45,1%), pemilikan rumah (45,9%) dan pendapatan

(37,3%). Untuk dapat menekan kejadian strees yang disebabkan beban kemiskin

yang meliputi: kesesuaian pekerjaan, lingkunan pekerjaan, jumlah anggota

keluarga, kepemilikan rumah, dan pendapatan,

Gangguan jiwa yang serius mengganggu kemampuan orang untuk

melaksanakan aspek-aspek penting dari kehidupan sehari-hari, seperti perawatan

diri dan manajemen rumah tangga. Gangguan jiwa juga dapat mencegah orang

dari membentuk dan memelihara hubungan stabil atau menyebabkan orang salah

menafsirkan bimbingan orang lain dan bereaksi rasional. Masalah sosial yang

luas yang ditimbulkan mencakup diantaranya: ketergantungan besar pada

kesejahteraan dengan hilangnya harga diri, rasa percaya diri; ketidakmampuan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

bersosialisasi (menurunnya kemampuan berkomunikasi dan menjaga relasi

selama mengalami gangguan); dan penurunan fungsi sosial dalam jangka

panjang, khususnya bagi individu dengan gangguan yang sifatnya kronis atau

gangguan yang muncul kembali (Cassano & Fava, 2002).

Hasil studi Thornicroft et.al (2009) di Jerman, menemukan bahwa

penderita gangguan jiwa berat (skizofrenia) mengalami diskriminasi dalam

berbagai bidang kehidupan yaitu :

1) 47 persen responden pernah mengalami diskriminasi dalam membina

hubungan pertemanan.

2) 29 persen responden pernah mengalami diskriminasi oleh anggota keluarga.

3) 29 persen responden diperlakukan tidak adil saat bekerja.

4) 64 persen responden diperlakukan secara antipati dan diskriminasi saat mulai

bekerja, training atau pendidikan.

5) 72 persen responden merasa perlu menyembunyikan sakit yang dideritanya.

Meskipun banyak penderita gangguan jiwa berat (skizofrenia) mampu

bergaul baik dengan teman maupun keluarganya, namun hasil studi

mengemukakan sekitar 60-70 persen tidak menikah dan mengalami keterbatasan

teman (Barbato, 1997). Tahun 2002 laporan dari Australia menemukan bahwa

pada penderita skizofrenia 31 persen hidup sendiri, 59 persen mengalami

gangguan dalam bersosialisasi, 35 persen tidak pernah melakukan tatap muka

dengan relasi secara teratur, 39 persen tidak memiliki teman dekat untuk berbagi

dan 12 persen sama sekali tidak memiliki teman (Sane, 2002). Penderita

gangguan jiwa (skizofrenia) memiliki resiko lebih tinggi dalam melakukan

percobaan bunuh diri dibanding dengan populasi umum (CIHI, 2007).

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Terkait dengan isu kemiskinan ditemukan bahwa gangguan jiwa (neurosis)

yang dialami masyarakat miskin 2 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan

masyarakat yang tidak miskin. Masyarakat yang mempunyai persoalan dengan

kelaparan dan berhutang, memiliki potensi yang besar untuk mengalami

gangguan jiwa neurosis. Gangguan mental (neurosis) pada umumnya dialami

oleh masyarakat yang tinggal di daerah pemukiman yang miskin dan padat (Patel,

1999). WHO (2000) melaporkan bahwa Gangguan jiwa (neurosis) juga pada

umumnya dijumpai pada masyarakat yang tingkat penganggurannya tinggi dan

berpenghasilan rendah. Khusus gangguan jiwa psikosis masyarakat yang

memiliki status sosial ekonomi terendah mempunyai kecenderungan resiko

schizophrenia 8 kali lebih tinggi ketimbang masyarakat yang memiliki status

sosial tertinggi (Saraceno, 1997).

Indikator sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta, umur,

pendidikan, status perkawinan, aspirasi pendidikan, partisipasi sosial, hubungan

oraganisasi pembangunan, pemilikan lahan (asset), pemilikan sarana, serta

penghasilan sebelumnya. Status sosial ekonomi dalam masyarakat dapat

dimengerti dari apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui

kemampuan untuk mengusahakannya.

Orang dengan gangguan jiwa berat yang gejala psikotiknya sudah

terkontrol masih bisa bekerja, walaupun sebagian diantaranya mempunyai

keterbatasan dalam pilihan pekerjaan yang sesuai dengan kondisinya. Mereka

yang sudah mampu bekerja ini seringkali mengalami kesulitan ketika ingin

mendapatkan pekerjaan. Padalah bekerja agar menjadi mandiri merupakan salah

satu proses yang dapat mempercepat proses adaptasi penderita. Pemerintah

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

sebaiknya mendorong berkembangnya unit-unit usaha yang dijalankan oleh orang

dengan gangguan jiwa.

2.1.4 Pendampingan Pada Skizofrenia

Pendampingan adalah suatu upaya untuk memberikan bantuan atau

layanan dan dukungan yang bermanfaat dalam rutinitas tugas harian tanpa dibayar

bagi seseorang yang tidak mampu melakukannya. Orang yang menerima layanan

biasanya mengalami gangguan atau disabilitas untuk bisa menyelesaikan tugas

hariannya tersebut. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang bersifat kronis,

yang menyebabkan penderitanya mengalami keterbatasan kapasitas untuk

melakukan hubungan sosial, perawatan diri dan okupasional sehingga perlu

dibantu pendamping untuk kehidupannya sehari-hari (Chan, 2011). Menurut

(Ambari, 2010) peningkatan angka relapse pada pasien skizofrenia pasca

perawatan dapat mencapai 25% - 50% yang pada akhirnya dapat menyebabkan

keberfungsian sosialnya menjadi terganggu. Pendampingan keluarga diperlukan

untuk menekan sekecil mungkin angka relapse dan mengembalikan keberfungsian

sosialnya. Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap masalah skizofrenia

menunjukkan bahwa gangguan dan hendaya pada fungsi sosial berdampak pada

penurunan kualitas hidup, dan menyebabkan beban bagi kehidupan sebagian besar

anggota keluarga yang merawat pasien skizofrenia (Harvey dan Fielding, 2003).

Istilah pendamping atau caregiver didefinisikan sebagai keluarga, teman,

tetangga yang memberikan bantuan atau layanan dan dukungan yang bermanfaat

dalam rutinitas tugas harian tanpa dibayar bagi seseorang yang tidak mampu

melakukannya. Orang yang menerima layanan biasanya mengalami gangguan

atau disabilitas untuk bisa menyelesaikan tugas hariannya tersebut (Savage &

Bailey, 2004). Pendamping bertanggung jawab untuk mengatasi gejala yang

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

kronis dan tidak terprediksi (Mackay & Pakenham, 2012) serta berbagai

permasalahan lainnya seperti perubahan rutinitas keluarga, hubungan sosial,

permasalahan finansial, pengaturan waktu dan pekerjaan, serta kesehatan (Chan,

2011).

Namun untuk menjadikan seseorang menjadi pendamping memerlukan

suatu proses. Zarit (2005) melalui penelitiannya terhadap penderita demensia dan

pendampingnya menyatakan ada 3 poin agar intervensi dapat membantu untuk

pendamping menjalankan perannya dengan baik. Pertama adalah appraisal

(penilaian) terhadap penyakit atau gangguan. Pendamping sering salah paham

dengan perilaku penderita dan menganggapnya sebagai bentuk mencari perhatian

atau kemalasan. Penyediaan informasi tentang gangguan dan kenapa penderita

memunculkan perilaku tersebut akan membantu pendamping memahami situasi

yang terjadi. Kedua, banyak pendamping tidak mengetahui cara untuk mengatasi

berbagai permasalahan yang muncul akibat gangguan atau penyakit yang

mempengaruhi perilaku penderita, misalnya gelisah, tidak tidur pada malam hari

dan sebagainya. Ketrampilan pemecahan masalah (problem solving) yang

menjelaskan tentang identifikasi penyebab dan konsekuensi serta intervensi yang

bisa dilakukan untuk memutus atau memodifikasi hubungan tersebut. Ketiga

adalah dukungan sosial (social support). Banyaknya dukungan sosial yang

didapatkan dapat menurunkan tingkat beban subjektif pendamping. Dukungan

sosial dalam dijelaskan sebagai keberadaan orang, baik formal (tenaga

professional) maupun informal (keluarga, teman, kelompok) yang dapat diajak

berbicara atau bersosialisasi dan menerima perasaan positif dan dihargai dari

orang lain (Mackay & Pakenham, 2012). Dukungan sosial juga dapat berfungsi

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

sebagai pelindung dari efek buruk situasi yang menekan atau kehidupan penuh

tekanan (Kaufman, et al., 2010).

Proses pendampingan dirancang sebelum penderita akan pulang dari

rumah sakit. Program ini mengadopsi program BANGKIT yang dicetuskan oleh

Subandi (2006) yang lebih menekankan pada aspek psikologis. Pendampingan

yang direncanakan peneliti adalah lebih menekankan pada aspek kemandirian dan

produktifitas. Pada awal program ini peneliti akan memberikan materi kepada

pendamping. Materi dalam program ini disusun berdasar kebutuhan pendamping,

terdiri dari empat sesi yaitu pengetahuan tentang skizofrenia, ketrampilan

komunikasi, pemecahan masalah dan menjadi pendamping tangguh sehingga

penderita mampu mandiri dan produktif.

Intervensi diawali dengan memberi kesempatan dan mendorong

pendamping untuk bercerita tentang pengalaman yang bertujuan untuk

mendapatkan data kondisi pendamping dan mengurangi beban emosi, serta

mempersiapkan kondisi pendamping untuk mengikuti intervensi. Program ini

juga mencakup simulasi, role-play dan latihan sehingga pendamping mendapatkan

pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Program ini diberikan secara

individual agar dapat menyesuaikan dengan kondisi pendamping (Diana, 2014).

Lingkungan dan pendamping (keluarga) mempunyai andil yang besar

dalam mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita dengan gangguan jiwa.

Oleh karena itu pemahaman keluarga mengenai kondisi penderita serta kesediaan

keluarga dan lingkungan menerima penderita apa adanya dan memperlakukannya

secara manusiawi dan wajar merupakan hal yang mendasar dalam mencegah

kekambuhan penderita. Beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh pendamping

(keluarga) dalam merawat penderita gangguan jiwa di rumah:

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

1) Memberikan kegiatan/kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari-hari.

2) Berikan tugas yang sesuai dengan kemampuan penderita dan secara bertahap

tingkatkan sesuai perkembangan.

3) Menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri saat melakukan kegiatan,

meliputi kegiatan sehari-hari : makan, mandi, membersihkan rumah dll. Selain

itu juga mendampingi penderita melakukan kegiatan produktif seperti

beternak, bertani dsb.

4) Keluarga dan teman diminta untuk menyapa saat bertemu penderita dan

jangan mendiamkan penderita berbicara sendiri.

5) Mengajak dan mengikutsertakan penderita dalam kegiatan bermasyarakat

misal; kerja bakti.

6) Berikan pujian yang realitas terhadap keberhasilan penderita atau dukungan

untuk keberhasilan sosial penderita.

7) Mengontrol dan mengingatkan dengan cara yang baik dan empati untuk selalu

minum obat untuk prinsip benar, benar nama obat, benar dosis, benar cara

pemberian.

8) Mengenali adanya tanda-tanda kekambuhan seperti: sulit tidur, bicara sendiri,

marah-marah, senyum sendiri, menyendiri, murung dan bicara kacau.

9) Mengontrol suasana lingkungan yang dapat memancing terjadinya marah.

2.1.5 Pengobatan Pada Skizofrenia

Pengobatan antipsikotik yang diperkenalkan awal tahun 1950-an, telah

merevolusi penanganan skizofrenia. Kurang lebih dua sampai empat kali lipat

pasien mengalami relaps bila diobati dengan placebo dibandingkan mereka yang

diobati dengan obat antipsikotik. Namun, obat-obat ini hanya mengatasi gejala

gangguan dan tidak menyembuhkan skizofrenia. Obat antipsikotik mencakup dua

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

kelas utama yaitu antagonis reseptor dopamine (tipikal) dan antagonis serotonin

dopamine (atipikal).

Antagonis reseptor dopamin efektif dalam penanganan skizofrenia,

terutama dalam gejala positif. Obat ini memiliki dua kekurangan utama dalam

pengobatan skizofrenia. Pertama, hanya sebagian kecil (sekitar 25%) dapat

memulihkan fungsi mental secara bermakna. Tercatat bahwa hampir 50% pasien

yang menjalanin pengobatan masih tetap terganggu dalam hidupnya dengan

gejala-gejala dari skizofrenia tersebut. Kedua, antagonis reseptor dopamin

dikaitkan dengan adanya efek samping yang sangat menggangu dan serius. Efek

samping yang paling menggangu adalah akatisia dan gejala lir-parkinsonian

berupa rigiditas dan tremor (Maslim, 2007).

Tabel 2. 1

Golongan obat generasi pertama (tipikal)

Nama generik Nama dagang

Chlorpromazine HCl Chlorpromazine (CPZ), Largactil, Promactil,

Meprosetil, cepezet

Trifluoperazine HCl Stelazine, stelosi

Thioridazine HCl Melleril

Haloperidol Haldol, Govotil, Serenace, lodomer injeksi, haldol

decanoas injeksi

Tabel 2.2 Golongan obat generasi kedua (atipikal)

Nama generik Nama dagang

Risperidone Risperdal, Rizodal, Noprenia, neripros, zofredal

Clozapine Clozaril, clorilex, cycozam, sizoril

Quetiapine Serequel

Olanzapine Zyprexa injeksi, olandoz, onzapin

Antagonis serotonin dopamin memiliki efek samping ekstra piramidal

yang minimal atau bisa tidak ada, berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

yang berbeda dibandingkan antipsikotik standar. Obat ini juga memiliki efek

samping neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit dan lebih efektif dalam

menanggulangi gejala negatif skizofrenia, contohnya penarikan diri. Obat ini lebih

efektif dibandingkan dengan obat antagonis reseptor dopamin. Golongan ini juga

memiliki efektifitas yang sama dengan obat golongan antagonis reseptor dopamin

dalam menanggulangi gejala positif skizofrenia dan memiliki efek samping ekstra

piramidal yang lebih sedikit (Maslim, 2007).

Bentuk yang paling umum dari gejala ekstrapiramidal adalah sindrom

parkinson atau sering juga disebut parkinsonisme. Sindrom parkinson

(parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada

ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari

substansia nigra ke globus palidus/neostriatum (striatal dopamine deficiency).

Sindrom parkinson mempunyai manifestasi yang sama dengan penyakit

parkinson yaitu ditandai dengan berkurangnya mobilitas secara abnormal

(bradikinesia), kekakuan anggota gerak (rigiditas) dan postur yang tidak stabil

(Kruger, 2003). Selain masalah efek samping obat, penderita dengan gangguan

jiwa skizofrenia biasanya sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya

gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan (Keliat, 1996).

Saat di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pemberian dan pemantauan

minum obat adalah perawat. Pada klien yang sudah keluar dari rumah sakit maka

tugas perawat digantikan oleh keluarga. Seringkali klien tidak melanjutkan

pengobatannya karena merasa obat yang diminum tidak efektif atau efek obat

yang rendah dan ada juga yang menghentikan pengobatannya karena merasa

lebih baik (Sadock et.al., 2005).

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Meskipun diketahui dampak efektif dari medikasi, banyak pasien dengan

skizofrenia yang tidak mengikuti medikasi yang disarankan untuknya

(Zygmunt,dkk., 2002). Sebanyak 80% pasien dengan gangguan psikotik tidak

mengikuti program terapi medikasi mereka secara tuntas (Kemp, et.al., 1996).

Tingkat ketidakpatuhan terhadap obat pada pasien dengan skizofrenia rawat jalan

hanya mencapai 50% setelah dipulangkan dari rumah sakit (Babiker, 1986).

Ketidakpatuhan pasien terhadap medikasi itu sendiri seringkali menjadi penyebab

kegagalan penanganan gangguan skizofrenia (Nose, Barbui, & Tansella., 2003).

Klien yang sering mengalami kambuh biasanya kembali dirawat di rumah

sakit karena keluarga tidak dapat mengatasi klien. Namun jika klien datang

berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga

dari mereka akan sembuh sama sekali (“full remission or recovery”), sepertiga

yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun masih terdapat cacat

sedikit dan mereka masih harus sering periksa dan diobati selanjutnya (“social

recovery”), sisanya biasanya mereka tidak dapat berfungsi di masyarakat dan

mereka menuju kemunduran mental (Maramis, 2009). Pasien yang kambuh

membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali pada kondisi semula dan dengan

kekambuhan yang berulang, kondisi penderita bisa semakin memburuk dan sulit

untuk kembali ke keadaan semula, oleh karena itu kecenderungan pengobatan

skizofrenia saat ini tidak cukup hanya pada pengendalian gejalanya saja, tetapi

juga harus dapat mencegah kekambuhan penyakit sehingga dapat mengembalikan

fungsi pasien untuk produktif dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas

hidupnya. Young, dkk (1998) (dalam Joy, 2012) mengatakan bahwa keteraturan

meminum obat dan datang ke pelayananan kesehatan untuk kontrol rutin dapat

mempengaruhi kualitas hidup pasien skizofrenia.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Ada beberapa prinsip yang harus diikuti dalam pemberian obat yaitu :

a) Benar obat : adalah memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan yang

diberikan dari rumah sakit. b) Benar dosis : adalah dosis yang diberikan pada

pasien tertentu sesuai dengan penyakit dan kebutuhan penyembuhan. c) Benar

waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan pada waktu yang

telah dianjurkan untuk diminum oleh pasien. d) Benar rute/cara adalah disesuaikan

dengan obat yang telah diresepkan apakah diminum atau disuntikan. e) Benar –

benar diminum: memastikan bahwa obat yang diberikan benar-benar telah

diminum oleh pasien.

2.1.6 Partisipasi Sosial dan Ekonomi pada Skizofrenia

Pengobatan yang begitu modern sekarang ini ternyata memberikan

prognosis yang baik pada pasien Skizofrenia. Pemulangan pasien Skizofrenia

pada keluarga tergantung pada keparahan penyakit dan tersedianya fasilitas

pengobatan rawat jalan (Sadock. et.al., 1997). Biarpun pasien tidak sempurna

sembuh, penanganan dengan metode yang tepat membuat gangguan jiwa ini

menjadi controllable dan manageable meskipun dikatakan non-curable. Penderita

gangguan jiwa skizofrenia yang berulang kali kambuh dan berlanjut kronis serta

menahun maka selain program terapi, diperlukan program rehabilitasi (Hawari,

2003). Penelitian yang dilakukan oleh Barton (1970, dalam Hawari, 2003)

menunjukkan bahwa 50% dari penderita Skizofrenia kronis yang menjalani

program rehabilitasi dapat kembali produktif dan mampu menyesuaikan diri

kembali di keluarga dan masyarakat.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam

proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk

kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan

(Sumaryadi, 2010). Partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan,

menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian

saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga

berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan

mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya (Djalal dan Supriadi,

2001).

Keberfungsian sosial merupakan istilah lain dari partisipasi sosial dan

ekonomi dalam ilmu kesehatan, adalah salah satu tolok ukur dalam keberhasilan

terapi. Hal ini meliputi perawatan diri sehari-hari (mandi, makan, keramas,

menyikat gigi, berganti pakaian serta kemampuan pasien untuk minum obat),

aktivitas yang berguna secara sosial (bekerja atau bersekolah, berperan dalam

aktivitas kelompok serta melakukan pekerjaan rumah tangga), hubungan personal

dan sosial baik dengan keluarga maupun dengan pendukung terapi, serta berkaitan

dengan pekerjaan. Keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia dipengaruhi oleh

perjalanan penyakit itu sendiri, gejala penyakit yang tersisa, dukungan dari

lingkungan sosial serta pengobatan yang diterima oleh pasien. Meyer (2004)

menyatakan bahwa terapi psikososial dilaporkan juga membantu meningkatkan

performa fungsi pada pasien dan berkaitan dengan hal ini, rehabilitasi yang

sesegera mungkin, serta dukungan dari lingkungan dapat membantu

meningkatkan performa fungsi pada pasien skizofrenia.

Pendekatan yang bisa dilakukan untuk membantu pasien skizofrenia untuk

meningkatkan keberfungsian sosialnya, sehingga nantinya dapat meningkatkan

kualitas hidup pasien setelah keluar dari rumah sakit dan menurunkan

kemungkinan untuk kembali ke rumah sakit (Sarason, 1996). Salah satu cara

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

adalah melalui program intervensi keluarga. Intervensi keluarga perlu dilakukan

secara terstruktur dan dikoordinasikan dalam model perawatan yang menyeluruh

agar lebih efektif sehingga membantu pasien meraih penyesuaian sosial yang

maksimal (Nevid, 2003). Sekembalinya dari rumah sakit, pasien adalah bagian

dari masyarakat yang berkewajiban menjalankan fungsi sosialnya. Menurut

Khalimah (2007), gangguan keberfungsian sosial selalu dialami oleh pasien

skizofrenia yang dapat menyebabkan kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial,

termasuk bidang pekerjaan.

Menurut Sofa (2008) ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang

mengalami gangguan keberfungsian sosial: a) Apabila ada kebutuhannya yang

tidak terpenuhi. b) Keberfungsian sosial menjadi terganggu karena adanya

frustrasi dan kekecewaan. c) Apabila seseorang mengalami gangguan kesehatan,

kedukaan yang berat, penderitaan lain sebagai akibat bencana alam maka

keberfungsian sosialnya akan terganggu. Untuk meningkatkan dan

mengembalikan keberfungsian sosial pasien skizofrenia pasca perawatan

diperlukan sikap keluarga yang turut terlibat langsung dalam penangan, menjauhi

tindakan bermusuhan, ekspresi emosi yang rendah, kehangatan dan sedikit

memberikan kritik.

Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi

sosial dan ekonomi pasien skizofrenia adalah dengan dukungan keluarga melalui

proses pendampingan. Dukungan keluarga menurut (Francis dan Satiadarma,

2004) merupakan bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga

dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang

terdapat di dalam sebuah keluarga. Keberhasilan perawatan di rumah sakit yakni

pemberian obat akan menjadi sia-sia apabila tidak ditunjang oleh peran serta

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

dukungan keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Jenkins, dkk (2006)

menunjukkan bahwa family caregivers adalah sumber yang sangat potensial untuk

menunjang pemberian obat pada pasien skizofrenia. Nurdiana dkk (2007) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa keluarga berperan penting dalam menentukan

cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan oleh pasien di rumah sehingga

akan menurunkan angka kekambuhan.

Hasil penelitian tersebut dipertegas oleh penelitan lain yang dilakukan oleh

Dinosetro (2008), menyatakan bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam

menurunkan angka kekambuhan, meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya

serta pasien dapat beradaptasi kembali pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah

akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih

berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak

memiliki dukungan (Taylor, 1995). Seseorang dengan skizofrenia dengan

ketidakmampuannya melakukan fungsi sosial tentunya sangat memerlukan adanya

dukungan untuk menjadi individu yang lebih kuat dan menghargai diri sendiri

sehingga dapat mencapai taraf kesembuhan yang lebih baik dan meningkatkan

keberfungsian sosialnya. Melalui pendampingan oleh keluarga diharapkan mampu

meningkatkan fungsi sosial dan selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup

pasien dengan skizofrenia.

Keberfungsian sosial dapat dipengaruhi oleh berbagai hal selain dukungan

keluarga. Keberfungsian sosial pasien skizofrenia dapat juga dipengaruhi oleh

faktor usia. Menurut Wiramihardja (2005), keberfungsian sosial pasien

skizofrenia meningkat seiring usia yang disebabkan oleh penanganan yang

membantu mereka lebih stabil dan atau karena keluarga mereka belajar mengenali

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

simtom-simtom awal terjadinya atau kambuhnya gangguan. Lingkungan sosial

individu berperan dalam memulihkan dan memfasilitasi pasien skizofrenia pasca

perawatan mencapai taraf keberfungsian yang baik untuk jangka panjang

(Wiramihardja, 2005). Sedangkan lingkungan keluarga berperan dalam merawat

dan meningkatkan keyakinan pasien akan kesembuhan dirinya dari skizofrenia

sehingga pasien mempunyai motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi

diri, karena suasana di dalam keluarga yang mendukung akan menciptakan

perasaan positif dan berarti bagi pasien itu sendiri (Nurdiana dkk, 2007).

Keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia, dapat juga dipengaruhi oleh

kejiwaan pasien. Kepatuhan minum obat dan kontrol ke rumah sakit dapat

mempengaruhi kondisi kejiwaan yang selanjutnya akan mempengaruhi

keberfungsian sosial, sehingga pasien dapat melaksanakan tugas dan peran-peran

sosialnya.

2.1.7 Kualitas Hidup

1) Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai

keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah

penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks

budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan

individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri,

2009). Menurut WHO (dalam Bangun, 2008), kualitas hidup didefenisikan

sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari

konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan

standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan

konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan kepada karakteristik

lingkungan mereka.

Hornuist (dalam Vergi, 2013) mengartikan kualitas hidup sebagai tingkat

kepuasan hidup individu pada area fisik, psikologis, sosial, aktivitas, materi, dan

kebutuhan struktural. Ferrans mendefenisikan kualitas hidup sebagai perasaan

sejahtera individu, yang berasal dari rasa puas atau tidak puas individu dengan

area kehidupan yang penting baginya. Menurut Taylor, kualitas hidup

menggambarkan kemampuan individu untuk memaksimalkan fungsi fisik, sosial,

psikologis, dan pekerjaan yang merupakan indikator kesembuhan atau

kemampuan beradaptasi dalam penyakit kronis. Selanjutnya Padilla dan Grant

(dalam Kwan,2000) mendefinisikan kualitas hidup sebagai pernyataan pribadi dari

kepositifan atau negatif atribut yang mencirikan kehidupan seseorang dan

menggambarkan kemampuan individu untuk fungsi dan kepuasan dalam

melakukannya.

Kualitas hidup adalah gabungan berbagai aspek kehidupan yang terdiri

dari kesehatan jasmani, kesehatan mental, derajat optimisme, serta kemampuan

dalam berperan aktif dan menikmati aktivitas sosial sehari-hari yang berhubungan

dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial dan hobi (Wijaya,

2005). Kualitas hidup pada dasarnya bersifat istimewa pada masing-masing

individu. Kualitas hidup ini dapat mencerminkan perspektif biopsikososial pasien

terhadap penyakit mereka dan juga berhubungan secara paralel terhadap intervensi

multidisiplin yang dilakukan dalam sebuah pengobatan (Burckhardt dan

Anderson, 2003). Kelompok pasien yang memiliki penyakit yang sama dan tujuan

terapi yang sama dapat memiliki laporan kualitas hidup yang berbeda dikarenakan

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

oleh perbedaan harapan dan kemampuan beradaptasi dari masing-masing pasien

terhadap penyakit yang dideritanya.

2) Aspek-Aspek Kualitas Hidup

Menurut WHOQoL Group (dalam Lopers dan Snyder, 2004), kualitas

hidup memiliki enam aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis,

tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan, dan keadaan

spiritual. WHOQoL ini kemudian dibuat lagi menjadi instrument WHOQoL–

BREF dimana enam aspek tersebut dipersempit menjadi empat aspek yaitu

kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan

lingkungan (Power dalam Lopez dan Snyder, 2004). Kualitas hidup meliputi

beberapa aspek yaitu:

a) Kesehatan Fisik

Yang menyangkut kemampuan : a). Aktifitas sehari-hari, b). Ketergantungan

pada obat dan alat, c). Kelemahan dan kekuatan, d). Mobilitas, e). Rasa nyeri

dan ketidaknyamanan, f). Pola tidur dan istirahat, g). Kemampuan kerja.

b) Psikologis

Menyangkut faktor : a). Penampilan dan body image, b). Perasaan negatif, c).

Perasaan positif, d). Harapan pribadi, f). Keyakinan spiritual atau pribadi, g).

Proses pikir belajar, daya ingat dan konsentrasi.

c) Hubungan Sosial

Menyangkut faktor : a). Hubungan personal, b). Dukungan sosial, c). Aktifitas

seksual.

d) Aspek Lingkungan

Menyangkut masalah: a). Kemampuan finansial, b). Kebebasan, rasa aman

dan keselamatan secara psikis, c). Ketersediaan dan kualitas pelayanan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

kesehatan dan sosial, d). Lingkungan rumah, e). Kesempatan mendapat

informasi baru dan ketrampilan, f). Peran serta dalam aktifitas rekreasional, g).

Lingkungan fisik (polusi, aturan hukum, iklim, dan kebisingan), h).

Transportasi (WHO, 1996).

Menurut Depkes (2007) dikutip dari kualitas hidup menurut Jennifer J.

Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999), kualitas hidup

mencakup:

a) Gejala fisik

b) Kemampuan fungsional (aktivitas)

c) Kesejahteraan keluarga

d) Spiritual

e) Fungsi sosial

f) Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)

g) Orientasi masa depan

h) Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri

i) Fungsi dalam bekerja

3) Manfaat dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup telah digunakan dalam penelitian kesehatan

untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien, memfasilitasi perencanaan suatu

program, serta memonitoring kemajuan klinis dan hasil pengobatan. Sejumlah

penelitian membuktikan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup seseorang, yaitu: umur, jenis kelamin, beratnya psikopatologi, efek samping

obat, respon subyektif pasien terhadap obat dan penyesuaian psikososial pasien.

Aspek yang paling penting dari kualitas hidup adalah perasaan dan fungsi hidup

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

sehari- hari pasien, sehingga kebutuhan pasien dapat dilihat secara subyektif dari

kualitas hidup mereka (Tempier dan Pawliuk, 2001).

Kualitas hidup secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman positif

pengasuhan, pengalaman pengasuhan negatif, dan stres kronis. Sumber daya

ekonomi dan sumber daya sosial memiliki dampak langsung pada kualitas hidup.

Ferrans dan Powers (dalam Kwan, 2000). Empat domain yang sangat penting

untuk kualitas hidup yaitu kesehatan dan fungsi, sosial ekonomi, psikologis,

spiritual dan keluarga. Domain kesehatan dan fungsi meliputi aspek-aspek seperti

kegunaan kepada orang lain dan kemandirian fisik. Domain sosial ekonomi

berkaitan dengan standar hidup, kondisi lingkungan, teman-teman, dan

sebagainya. Domain psikologis/spiritual meliputi kebahagiaan, ketenangan

pikiran, kendali atas kehidupan, dan faktor lainnya. Domain keluarga meliputi

kebahagiaan keluarga, anak-anak, pasangan, dan kesehatan keluarga. Meskipun

sulit untuk membuang semua elemen kehidupan, keempat domain mencakup

sebagian besar elemen dianggap penting untuk kualitas hidup.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah:

a) Gender atau Jenis Kelamin

Ryff dan Singer (dalam Nofitri, 2009) mengatakan bahwa secara umum,

kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan

lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan

kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan

pekerjaan yang lebih baik.

b) Usia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (dalam Nofitri,

2009), individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, et.al. (dalam

Nofitri, 2009) menemukan adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap

kualitas hidup subjektif.

c) Pendidikan

Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, et.al. (dalam Nofitri, 2009) menemukan

bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat

pendidikan yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh

Noghani, et.al. (dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya pengaruh positif

dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

d) Pekerjaan

Moons, et.al. (dalam Nofitri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan

kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang

bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan

penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Wahl,

et.al. (dalam Nofitri, 2009) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan

dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.

e) Status pernikahan

Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu

yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dari individu yang

tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal Glenn

dan Weaver (dalam Nofitri, 2009). Demikian juga dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahl, et.al. (dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa baik

pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi

memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

f) Finansial

Baxter, et.al. (dalam Nofitri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor

ekonomi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara

subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani et.al. (dalam Nofitri, 2009)

juga menemukan adanya kontribusi dari faktor penghasilan terhadap kualitas

hidup subjektif.

g) Hubungan dengan orang lain

Baxter, et.al. (dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya faktor jaringan sosial

dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Kahneman, et.al. (dalam

Nofitri, 2009) mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat

dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling

mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas

hidup yang lebih baik baik secara fisik maupun emosional. Penelitian yang

dilakukan oleh Noghani, et.al. (dalam (Nofitri, 2009) juga menemukan bahwa

faktor hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi yang cukup besar

dalam menjelaskan kualitas hidup subjektif.

h) Standard referensi

Glatzer dan Mohr (dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa di antara

berbagai standard referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial

memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup yang dihayati secara

subjektif.

Terkait kualitas hidup pada penderita gangguan jiwa berat (skizofrenia)

dari beberapa hasil penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian

Nakamura, et.al., (2014) berjudul “Structural equation model factor related to

quality of life for community – dwelling schizophrenic patients in japan. Hasil

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

penelitian tersebut menyimpulkan bahwa status pernikahan dan umur

berhubungan dengan kualitas hidup penderita skizofrenia. Selain itu persepsi diri

(self efficacy), harga diri (self esteem) dan gejala penyakit juga berpengaruh.

Namun yang paling kuat mempengaruhi kualitas hidup penderita skizofrenia

adalah persepsi diri (self efficacy) yang berkaitan dengan kedudukan sosial di

masyarakat serta kemampuan yang dimiliki. Jadi untuk meningkatkan kualitas

hidup penderita skizofrenia disarankan untuk memberikan penguatan atau pujian

(positive feedback) tentang hal-hal positif serta meningkatkan keterampilan

sosialnya.

Penelitian Studzinska et.al. (2011) berjudul “The quality of life in patients

with schizophrenia in community mental health service –selected factors”. Hasil

penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penderita laki-laki, cerai atau tidak

menikah, tinggal bersama orang tua, kondisi sosial ekonomi yang buruk,

ketergantungan keuangan dan sering dirawat, memiliki kualitas hidup lebih

rendah. Jadi direkomendasikan bahwa kebijakan tentang pemberian pekerjaan

pada penderita skizofrenia yang status mentalnya stabil harus dilakukan, karena

penderita yang tidak berkerja dan kesulitan keuangan (miskin) berdampak pada

rendahnya kualitas hidup.

Penelitian Guo et.al (2010) berjudul “Effect of antipsychotic medication

alone vs combined with psychososial intervention on outcomes of early-stage

schizophrenia”. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa pasien skizofrenia yang

mendapat psikofarmaka dikombinasikan dengan terapi psikososial mengalami

tilikan, fungsi sosial dan kualitas hidup yang lebih baik dari yang hanya mendapat

terapi psikofarmaka. Selain mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi

sosial, pasien skizofrenia juga menghadapi masalah yang berhubungan dengan

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

keterampilan interpersonal dan sosial yang buruk dan mengalami defisit fungsi

kognitif, sehingga akhirnya mereka mengalami isolasi sosial dan memiliki

kualitas hidup yang buruk (Bustillo et al., 2000).

Penelitian Safitri (2010) tentang perbedaan kualitas hidup antara pasien

skizofrenia gejala positif dan gejala negatif menonjol. Simpulan penelitian yaitu

terdapat perbedaan kualitas hidup yang sangat bermakna antara pasien skizofrenia

gejala positif menonjol dan gejala negatif menonjol serta proporsi pasien

skizofrenia yang mempunyai kualitas hidup baik secara sangat bermakna lebih

banyak didapatkan pada kelompok pasien skizofrenia yang mempunyai gejala

positif menonjol daripada yang negatif menonjol.

Penelitian Patra and Mishra (2012) tentang hubungan psikopatologi

dengan kualitas hidup pada pasien dengan skizofrenia akut di India menemukan

adanya pengaruh gender, status pernikahan dan pendidikan terhadap kualitas

hidup. Demikian pula penelitian Aurigena et.al., (2014) tentang kualitas hidup

pasien dengan skizofrenia, dampak sosial ekonomi dan efek samping pengobatan

antipsikotik atipikal. Dikatakan efek samping pengobatan antipsikotik atipikal

berpengaruh terhadap kualitas hidup yakni berkiatan dengan mobilitas fisik.

Selain itu pasien dengan pendapatan rumah tangga yang rendah dan pengangguran

ikut mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dengan demikian disimpulkan,

dampak dari obat antipsikotik memperparah situasi sosial dan ekonomi pasien

dengan skizofrenia.

4) Penilaian Kualitas Hidup

Penilaian kualitas hidup menjadi penting dan seringkali membutuhkan

bagian dari penilaian kesehatan. Pada pasien dengan penyakit kronis, penilaian

kualitas hidup memberikan harapan yang berarti untuk menentukan dampak

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

penyakit tersebut terhadap kesehatan ketika tidak lagi memungkinkan untuk

sembuh. WHO menyusun WHOQOL-BREF yang merupakan versi singkat dari

WHOQOL-100. WHOQOLBREF terdiri dari 24 facets yang mencakup 4 domain

dan terbukti dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup seseorang. Keempat

domain tersebut adalah: a) kesehatan fisik (physical health) terdiri dari 7

pertanyaan; b) psikologik (psychological) 6 pertanyaan; c) hubungan sosial (social

relationship) 3 pertanyaan; dan d) lingkungan (environment) 8 pertanyaan.

WHOQOL-BREF juga mengukur 2 facets dari kualitas hidup secara umum yaitu:

a) kualitas hidup secara keseluruhan (overall quality of life); dan b) kesehatan

secara umum (general health).

Evaluasi sendiri oleh pasien skizofrenia mungkin kurang dapat dipercaya

karena adanya gejala psikopatologi dan rendahnya kesadaran akan penyakit yang

mereka miliki. Oleh karena itu, banyak penelitian yang menggunakan evaluasi

kualitas hidup secara obyektif, bergantung kepada hasil wawancara terhadap

psikiater atau perawat pasien tersebut (Tomida et al., 2010). Jika pasien

skizofrenia dalam keadaan sadar dan dapat mengekspresikan disfungsi sosial yang

dialaminya, penilaian kualitas hidup hendaknya ditentukan secara subyektif.

Lehman menunjukkan bahwa data kualitas hidup yang didapat dari pasien dengan

penyakit mental yang kronis juga dapat dipercaya dan menyimpulkan bahwa

evaluasi kualitas hidup secara subyektif dapat dilakukan pada pasien tersebut

(Tomida et a.l, 2010).

2.2 Teori-Teori Relevan

2.2.1 Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat

diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya-upaya kesehatan

tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

meliputi pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Depkes

RI, 2010).

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan diperlukan

fasilitas kesehatan, yaitu alat dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik peningkatan, pencegahan,

pengobatan, maupun pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, pembekalan

kesehatan, kesediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan

kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

(UU No. 36 Tahun 2009).

2.2.2 Ekonomi Kesehatan

1) Pengertian

Ekonomi kesehatan merupakan ilmu ekonomi yang diterapkan dalam

topik-topik kesehatan (Tjiptoherijanto, 1994). Mills dan Gillson (1999)

mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai penerapan teori, konsep dan

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan. Lubis (2009) menyatakan bahwa

ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu ekonomi dalam upaya

kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal.

2) Ruang Lingkup

Ekonomi kesehatan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :

a) Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan.

b) Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.

c) Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan.

d) Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.

e) Dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada

individu dan masyarakat.

3) Hubungan Ekonomi dan Kesehatan

Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara

kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan

sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan.

a) Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang tersebut

karena menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh

penghasilan, atau bekerja dengan efektif. Kesehatan yang lebih baik

memungkinkan seorang untuk memenuhi hidup yang lebih produktif.

b) Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan ancaman bagi

orang lain.

c) Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang lain.

Misalnya, AIDS.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

d) Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit akan

menyebabkan penurunan pendapatan keluarga, makanan dan perumahan yang

buruk bagi keluarga.

e) Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga yang

sakit akan kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan.

f) Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan

produktivitas.

Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat bagi

individu dan masyarakat keseluruhan jika membawa kesehatan yang lebih baik.

Status kesehatan penduduk yang baik meningkatkan produktivitas, meningkatkan

pendapatan per kapita, meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara (Murti, 2011).

4) Need, Demand dan Want

Need (kebutuhan) adalah kuantitas barang atau pelayanan yang secara

objektif dipandang terbaik untuk digunakan memperbaiki kondisi kesehatan

pasien. Need biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi kualitas pertimbangan dokter

tergantung pendidikan, peralatan, dan kompetensi dokter. Demand (permintaan)

adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien. Permintaan

tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti

pendapatan dan harga obat. Wants (keinginan) adalah barang atau pelayanaan

yang diinginkan pasien karena dianggap terbaik bagi mereka (misalnya, obat yang

bekerja cepat). Wants bisa sama atau berbeda dengan need (kebutuhan) (Murti,

2011).

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

5) Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi

lainya. Pelayanan kesehatan atau pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas

banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki,

memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seorang. Karena sifat yang sangat heterogen,

pelayaanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik

khusus pelayanan kesehatan sebagai berikut (Santerre dan Neun, 2000) :

a) Intangibility, tidak seperti mobil atau makanan, pelayanan kesehatan tidak

bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat,

mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan kesehatan.

b) Inseparability, produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara

simultan (bersama). Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian.

Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama

digunakan oleh pasien.

c) Inventory, pelayanan kesehataan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada

saat dibutuhkan oleh pasien nantinya.

d) Inkonsistency, komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima

pasien dari dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan

kesehatan yang digunakan antar pasien, bervariasi.

Sarana pelayanan kesehatan di Provinsi Bali relatif cukup banyak baik dari

segi jumlah maupun jenisnya. Sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah

(puskesmas) telah menjangkau keseluruhan kecamatan yang ada di

kabupaten/kota, bahkan jika digabungkan dengan puskesmas pembantu sebagai

jaringan pelayanannya, telah mampu menjangkau seluruh desa yang ada.

Perkembangan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan di sektor swasta juga

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

bekembang pesat dengan munculnya berbagai sarana pelayanan seperti rumah

sakit swasta, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta, klinik dan lain-lain

(Dinkes Bali, 2015).

6) Ciri-Ciri Sektor Kesehatan

Aplikasi ilmu ekonomi pada sektor kesehatan perlu mendapat perhatian

terhadap sifat dan ciri khususnya sektor kesehatan. Sifat dan ciri khusus tersebut

menyebabkan asumsi-asumsi tertentu dalam ilmu ekonomi tidak berlaku atau

tidak seluruhnya berlaku apabila diaplikasikan untuk sektor kesehatan (Lubis,

2011). Ciri khusus tersebut antara lain:

a) Kejadian penyakit tidak terduga, adalah tidak mungkin untuk memprediksi

penyakit apa yang akan menimpa kita dimasa yang akan datang, oleh karena

itu adalah tidak mungkin mengetahui secara pasti pelayanan kesehatan apa

yang kita butuhkan dimasa yang akan datang. Ketidakpastian (uncertainty) ini

berarti adalah seseorang akan menghadapi suatu risiko akan sakit dan oleh

karena itu ada juga risiko untuk mengeluarkan biaya untuk mengobati

penyakit tersebut.

b) Consumer Ignorance, konsumer sangat tergantung kepada

penyedia (provider) pelayanan kesehatan. Pada umumnya consumer tidak

tahu banyak tentang jenis penyakit, jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan

yang dibutuhkannya. Dalam hal ini provider yang menentukan jenis dan

volume pelayanan kesehatan yang perlu dikonsumsi oleh konsumer.

c) Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak, makan, pakaian, tempat tinggal

dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan dasar manusia yang harus

senantiasa diusahakan untuk dipenuhi, terlepas dari kemampuan seseorang

untuk membayarnya. Hal ini menyebabkan distribusi pelayanan kesehatan

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

sering sekali dilakukan atas dasar kebutuhan (need) dan bukan atas dasar

kemampuan membayar (demand).

d) Ekstemalitas, terdapat efek eksternal dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

Efek eksternal adalah dampak positif atau negatif yang dialami orang lain

sebagai akibat perbuatan seseorang. Misalnya imunisasi dari penyakit

menular akan memberikan manfaat kepada masyarakat banyak. Sehingga

imunisasi tersebut dikatakan mempunyai social marginal benefit yang jauh

lebih besar dari private marginal benefit bagi individu tersebut.

e) Pelayanan kesehatan yang tergolong pencegahan akan mempunyai

ekstemalitas yang besar, sehingga dapat digolongkan sebagai komoditi

masyarakat atau public goods. Program ini sebaiknya mendapat subsidi atau

bahkan disediakan oleh pemerintah secara gratis. Sedangkan untuk pelayanan

kesehatan yang bersifat kuratif akan mempunyai eksternalitas yang rendah

dan disering disebut dengan private good, hendaknya dibayar atau dibiayai

sendiri oleh penggunanya atau pihak swasta.

f) Non Profit Motive, secara ideal memperoleh keuntungan yang

maksimal (profit maximization) bukanlah tujuan utama dalam pelayanan

kesehatan. Pendapat yang dianut adalah orang tidak layak memeperoleh

keuntungan dari penyakit orang lain.

g) Padat Karya, kecendrungan spesialis dan superspesialis menyebabkan

komponen tenaga dalam pelayanan kesehatan semakin besar. Komponen

tersebut bisa mencapai 40%-60% dari keseluruhan biaya.

h) Mixed Outputs, yang dikonsumsi pasien adalah satu paket pelayanan, yaitu

sejumlah pemeriksaan diagnosis, perawatan, terapi dan nasihat kesehatan.

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Paket tersebut bervariasi antara individu dan sangat tergantung kepada jenis

penyakit.

i) Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi, dalam jangka pendek upaya

kesehatan terlihat sebagai sektor yang sangat konsumtif, tidak

memberikan return on investment secara jelas. Seringkali sektor kesehatan

ada pada urutan bawah dalam skala prioritas pembangunan terutama kalau

titik berat pembangunan adalah pembangunan ekonomi. Akan tetapi orientasi

pembangunan pada akhirnya adalah pembangunan manusia, maka

pembangunan sektor kesehatan sesuangguhnya adalah suatu investasi paling

tidak untuk jangka panjang.

j) Restriksi berkompetisi, terdapat pembatasan praktek berkompetisi. Hal ini

menyebabkan mekanisme pasar dalam pelayanan kaesehatan tidak bisa

sempurna seperti mekanisme pasar untuk komoditi lain. Dalam mekanisme

pasar, wujud kompetisi adalah kegiatan pemasaran (promosi, iklan dan

sebagainya). Sedangkan dalam sektor kesehatan tidak pernah terdengar

adanya promosi discount atau bonus atau banting harga dalam pelayanan

kesehatan. Walaupun dalam prakteknya hal itu sering juga terjadi dalam

pelayanan kesehatan.

k) Banyak teori dan praktek yang telah dikembangkan di bidang ini, walaupun

dalam banyak hal kerangka ilmu (body of knowledge) nya masih relatif kecil

dibandingkan dengan subdisiplin ekonomi yang lain (Lubis, 2009).

2.2.3 Psikologi Ekonomi

Psikologi ekonomi dimaknai dengan sebuah pemahaman yang muncul

dalam diri individu, berhubungan dengan segala pengalaman yang telah dijalani

dan segala perilaku yang muncul dalam sudut pandang ekonomi (Kirchler dan

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Holzl, 2003). Malakhov et.al., (1994) memberikan pemaknaan bahwa psikologi

ekonomi sebagai sebuah studi ilmu yang mempelajari sebuah hubungan antara

karakteristik psikologi yang terdapat pada individu maupun pada kelompok dalam

aktivitas ekonomi yang dilakukan. Studi terdapat pada sifat pembawaan dan

dinamika berpikir seorang individu maupun dalam kelompok yang berkaitan

dengan segala sesuatu yang bersifat proses ekonomi dan perilaku atas dasar

pemikiran tersebut.

Individu sebagai bagian dari sebuah kelompok sosial akan memberikan

pengaruh dalam perilaku yang akan dilakukannya. Proses interaksi antar individu

dalam sebuah kelompok akan memberikan nilai-nilai yang baru dalam

mempengaruhi individu dalam berperilaku. Psikologi ekonomi menunjukkan

bahwa dalam aktivitas ekonomi maupun mekanisme peraturan yang terbentuk

bukanlah berdasarkan pada hukum ekonomi yang ada. Aspek-aspek dari

kehidupan sosial dan manusia itu sendiri memiliki pengaruh yang besar dalam

proses munculnya sebuah perilaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa psikologi

ekonomi cenderung lebih memiliki pengaruh dalam sistem ilmu sosial. Area

keilmuan dalam psikologi ekonomi dijelaskan bahwa adanya sebuah relevansi

keilmuan dengan sosiologi, antropologi, hukum, dan di satu sisi dengan teori

pengambilan keputusan, cybernetic dan game theory di sisi lain.

Kirchler dan Holzl, (2003) menjelaskan bahwa area studi dalam psikologi

ekonomi, berkaitan dengan pengambilan keputusan, studi tentang memilih dan

mengambil keputusan oleh individu, interaksi sosial, pengulangan dari perspektif

teori permainan, topik yang berkaitan dengan perilaku keuangan termasuk dalam

keputusan berinvestasi, perilaku menabung, debit dan kredit dalam berumah

tangga, pasar uang. Psikologi ekonomi juga memberikan ruang studi terhadap

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

perilaku tentang perpajakan, pasar kerja, sosialisasi ilmu ekonomi dan teori

tentang peletakannya. Selain hal tersebut, aspek politik seperti pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan, pajak, dan kebijakan serta perubahan ikut dalam

kajian keilmuan psikologi ekonomi. Psikologi ekonomi memiliki dimensi yang

berbeda dengan perilaku konsumen, dikarenakan bahwa dimensi peilaku

konsumen terbatas pada sikap, perilaku, harapan konsumen dengan pemasaran

dan iklan.

Psikologi ekonomi merupakan ilmu yang didasarkan atas munculnya

relevansi konsep psikologi yang seyogyanya akan mempengaruhi perilaku

ekonomi yang muncul saat ini. Dasar paradigma dalam psikologi ekonomi adalah

tiga elemen mendasar yang akan membentuk sebuah skema dasar bahwa perilaku

ekonomi yang muncul berawal dengan adanya stimulus dan berlangsung adanya

proses mental dalam diri dengan hasil akhir berupa perilaku. Tiga elemen

mendasar tersebut berupa lingkungan yang bersifat objektif (termasuk pemasukan,

aset yang dimiliki, kesempatan bekerja, dan status sosial ekonomi) akan

memberikan sebuah pengaruh dalam proses mental yang dilakukan oleh individu.

Proses mental dalam hal ini akan membentuk perasaan yang nyaman sebagai

anggota dari masyarakat. Proses mental yang berjalan akan memunculkan sebuah

harapan dan sikap yang berkaitan dengan konteks ekonomi yang ada saat itu.

Sikap dan harapan-harapan yang muncul dalam sebuah proses mental akibat

adanya pengaruh dari lingkungan objektif yang melekat pada individu akan

membentuk sebuah perilaku ekonomi sebagai bentuk respon atas adanya stimulasi

awal (Antonides, 1991).

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

2.2.4 Teori Kesejahteraan

Kesejahteraan sosial dan ekonomi adalah salah satu aspek yang cukup

penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi.

Kondisi tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan

sosial dalam masyarakat. Selanjutnya percepatan pertumbuhan ekonomi

masyarakat memerlukan kebijakan ekonomi atau peranan pemerintah dalam

mengatur perekonomian sebagai upaya menjaga stabilitas perekonomian. Ekonom

Italia, Vilveredo Pareto, telah menspesifikasikan suatu kondisi atau syarat

terciptanya alokasi sumberdaya secara efisien atau optimal, yang kemudian

terkenal dengan istilah syarat atau kondisi pareto (Pareto Condition) (Swasono,

2005).

Kondisi pareto adalah suatu alokasi barang sedemikian rupa, sehingga bila

dibandingkan dengan alokasi lainnya, alokasi tersebut tidak akan merugikan pihak

manapun dan salah satu pihak pasti diuntungkan. Atas kondisi pareto juga dapat

didefinisikan sebagai suatu situasi dimana sebagian atau semua pihak tidak

mungkin lagi diuntungkan oleh pertukaran sukarela. Berdasarkan kondisi pareto

inilah, kesejahteraan sosial (Social Welfare) diartikan sebagai kelanjutan

pemikiran yang lebih utama dari konsep-konsep tentang kemakmuran (Welfare

Economics). Berdasarkan pada pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

kesejahteraan seseorang dapat terkait dengan tingkat kepuasan (Utility) dan

kesenangan (Pleasure) yang dapat diraih dalam kehidupannya untuk mencapai

tingkat kesejahteraannya yang diinginkan. Maka dibutuhkan suatu perilaku yang

dapat memaksimalkan tingkat kepuasan sesuai dengan sumber daya yang tersedia.

Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitanya, memiliki banyak

indikator keberhasilan yang dapat diukur. Kesejahteraan masyarakat menengah ke

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

bawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat ditandai oleh

terentaskannya kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas masyarakat.

Kesemuanya itu merupakan cerminan dari peningkatan tingkat pendapatan

masyarakat golongan menengah kebawah. Todaro and Smith (2009) secara lebih

spesifik mengemukakan fungsi kesejahteraan W (Welfare) dengan persamaan

sebagai berikut :

W = W (Y, I, P)

Keterangan :

W = Kesejahteraan (Welfere) Y = Pendapatan Perkapita

I = Ketimpangan P = Kemiskinan Absolut

Ketiga variabel ini mempunyai signifikan yang berbeda-beda, dan

selayaknya harus dipertimbangkan secara menyeluruh untuk menilaikesejahteraan

di Negara-negara berkembang. Berkaitan dengan fungsi persamaan kesejahteraan

diatas, diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan

pendapatan perkapita, namun berhubungan negatif dengan kemiskinan.

2.2.5 Teori Human Capital

Menurut Becker, (1993) human capital adalah bahwa manusia bukan

sekedar sumber daya namun merupakan modal (capital) yang menghasilkan

pengembalian (return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan kegiatan

investasi. Terdapat dua prinsip kunci dalam human capital yaitu:

1) Manusia merupakan aset yang memiliki nilai yang dapat ditingkatkan melalui

investasi, tujuan dari investasi ini adalah memaksimalkan nilai melalui

manajemen resiko.

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

2) Kebijakan human capital dalam organisasi harus disesuaikan dengan

dukungan misi organisasi yaitu misi, visi, tujuan dan strategi telah

didefenisikan sebagai arahan yang telah dirancang untuk dapat

diimplementasikan dan dinilai oleh sebuah standar, bagaimana konsep human

capital ini dapat membantu organisasi mencapai misinya.

Pendekatan modal manusia sebagai suatu sistem dirancang untuk

menciptakan keunggulan kompetitif yang bersinambung melalui pengembangan

karyawan. Tidak semua peran penting dalam suatu perusahaan memiliki derajat

yang sama dalam menciptakan kepuasan pelanggan dan pemegang saham. Namun

yang terpenting ketika menempatkan peran kinerja karyawan terhadap perusahaan

maka mereka harus memiliki kemampuan terbaiknya dalam memenuhi kebutuhan

pelanggan ketimbang karyawan di perusahaan pesaingnya.

Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan,

inovasi dan kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya sehingga dapat

menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan. Pembentukan nilai tambah yang

dikontribusikan oleh modal manusia dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya

akan memberikan sustainable revenue di masa akan datang bagi suatu organisasi.

Teori modal manusia telah menciptakan kerangka analitis seragam dan umumnya

berlaku untuk belajar tidak hanya kembali pada pendidikan dan pelatihan, tetapi

juga upah perbedaan dan upah profil dari waktu ke waktu. Aplikasi lainnya,

dikejar oleh berbagai ekonom, termasuk kerusakan kedalam komponen faktor

yang mendasari pertumbuhan ekonomi, migrasi, serta investasi dan penghasilan di

sektor kesehatan.

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

2.2.6 Teori Alokasi Waktu

Setiap rumah tangga masing-masing memiliki alokasi waktu yang

berbeda. Reynolds (1969) menyatakan bahwa selain keadaan sosial ekonomi

keluarga, alokasi waktu seseorang juga dipengaruhi oleh karakteristik yang

melekat pada setiap anggota rumah tangga yang dicirikan dengan faktor umur,

tingkat pendidikan atau keahlian yang dimiliki. Becker (1976) mengasumsikan,

bahwa ada tiga pilihan kegiatan dalam hubungan dengan penggunaan waktu, yaitu

consumption, labor force participation dan investment in human capital.

Pertama, seseorang memerlukan waktu untuk keperluan pokok

(consumption), seperti tidur, makan, istirahat dan semua waktu yang diperlukan

untuk berbagai kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan pasar (non labor

force participation) disebut non market consumption activity. Kedua, individu

memerlukan waktu untuk keperluan pasar (labor force participation). Jumlah jam

kerja yang dicurahkan oleh setiap individu di pasar kerja cukup bervariasi. Jumlah

ini sangat dipengaruhi oleh tingkat upah dan beberapa faktor lain dari masing-

masing individu sebagai upaya untuk mencapai tingkat utility tertinggi. Dalam

teori ini diasumsikan, banyaknya waktu yang dicurahkan individu untuk kegiatan

pasar kerja dipengaruhi oleh initial endowment dan tingkat upah di pasar kerja.

Semakin tinggi tingkat upah di pasar kerja pada suatu batas tertentu, semakin

besar jumlah waktu yang dialokasikan untuk pasar kerja. Pengalokasian waktu itu

harus mempertimbangkan kendala, bahwa satu hari hanya terdiri dari 24 jam.

Bersama kendala yang lain, kendala waktu dan selera rumah tangga

terhadap leisure akan menentukan kombinasi antara leisure dan komoditi pasar

yangmengoptimalkan kepuasan individu atau rumah tangga. Apabila individu

mengalokasikan seluruh waktunya untuk pasar kerja, maka total penghasilan yang

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

diperoleh dari kegiatan ini disebut labor income. Sebaliknya income yang tidak

diperoleh dari bekerja disebut non labor income. Sedangkan total dari dua

pendapatan di atas disebut full income (full wealth).

Ketiga, individu perlu waktu investasi dalam modal manusia (investment

in human capital). Pada bagian ketiga ini, individu berhadapan dengan dua

alternatif, memasuki pasar kerja atau tidak. Bila seseorang tidak memasuki pasar

kerja berarti sejumlah waktunya dikorbankan untuk memperoleh sejumlah

pendapatan. Namun dengan pilihan tersebut berarti akumulasi human capitalnya

menjadi lebih besar. Akumulasi kapital ini pada akhirnya akan meningkatkan

tingkat upah. Berkaitan dengan curahan waktu pada dasarnya rumah tangga

mengalokasikan waktunya untuk tiga kategori kegiatan, yaitu waktu untuk

aktivitas pasar, baik untuk usaha sendiri maupun diupah, waktu untuk aktivitas

rumah tangga, dan waktu untuk santai.

2.3 Keaslian Penelitian

Penelitian Ambari (2010) berjudul “Hubungan Antara Dukungan Keluarga

Dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizorenia Pasca Perawatan di Rumah

Sakit”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien Skizofrenia pasca perawatan di

rumah sakit. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa skala, yaitu

Skala Dukungan Keluarga dan Skala Keberfungsian Sosial. Skala diujicobakan

pada 30 subyek. Skala Dukungan Keluarga terdiri dari 14 aitem valid dan Skala

Keberfungsian Sosial terdiri dari 15 item valid. Sampel penelitian yang digunakan

adalah 30 pasien pasca perawatan RSJ Menur Surabaya. Teknik pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik nonprobability sampling yaitu purposive

sampling. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis regresi sederhana. Dari

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,836 dengan p = 0,00

(p<0,05). Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat

signifikan antara variabel dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial.

Sumbangan efektif dukungan keluarga terhadap keberfungsian sosial pada pasien

Skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit sebesar 69,9% dan faktor-faktor lain

memberi pengaruh sebesar 30,1%.

Perbedaan penelitian Ambari (2010) dengan peneliti adalah pada variabel

penelitian yaitu hanya mengaitkan dukungan keluarga dengan keberfungsian

sosial pada penderita skizofrenia. Namun memiliki kesamaan dalam hal

mengidentifikasi keberfungsian sosial pada penderita skizofrenia. Istilah

keberfungsian sosial yang digunakan dalam istilah kesehatan jiwa tidak

digunakan, namun menggunakan istilah partisipasi sosial ekonomi.

Penelitian Rosita (2011) berjudul “Keefektifan Konseling Eklektik untuk

Meningkatkan Kapasitas Fungsi Sosial dan Kualitas Hidup pada Pasien

Skizofrenia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan konseling

eklektik untuk meningkatkan kapasitas fungsi sosial dan kualitas hidup pasien

skizofrenia. Penelitian dilakukan di poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah

(RSJD) Surakarta. Populasi sumber (populasi terjangkau) adalah semua pasien

yang berobat ke poli rawat jalan RSJD Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi penelitian. Kriteria inklusi meliputi pasien skizofrenia dalam remisi

yang menderita skizofrenia <5 tahun yang ditegakkan berdasarkan kriteria PPDGJ

III oleh psikiater dengan nilai BPRS <20. Pasien berusia 20-45 tahun, mampu

membaca, menulis dan berkomunikasi dengan baik serta kooperatif, tidak

mengalami disfungsi kognitif (nilai SCoRSvI <2), bersedia mengikuti penelitian,

dan mendapat persetujuan dari anggota keluarga yang ditunjukkan dengan

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

penandatanganan surat persetujuan peserta penelitian (informed consent). Kriteria

eksklusi meliputi pasien skizofrenia dengankelainan organik (epilepsi, retardasi

mental), penyakit fisik yang berat, gangguan pendengaran, dan eksaserbasi akut

selama pengambilan data. Dengan purposive sampling, yakni sesuai dengan

kriteria tersebut, diperoleh 34 subjek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa konseling eklektik mempunyai efek yang secara statistik signifikan

terhadap peningkatan skor Social and Occupational Functioning Assessment

Scale (SOFAS). Kelompok subjek yang mendapatkan konseling eklektik rata-rata

mengalami peningkatan skor SOFAS sebesar 7.13 poin lebih tinggi daripada

subjek yang tidak mendapatkan konseling eklektik (b = 7.13; CI 95% 2.19 hingga

12.06; p=0.006). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Zimmer

et al. (2007) dan Ucok et al. (2002) yang menyimpulkan bahwa konseling eklektik

dapat meningkatkan kapasitas fungsi sosial pasien skizofrenia yang meliputi aspek

hubungan interpersonal, perbaikan emosi, dan aktivitas personal. Hasil penelitian

ini juga menunjukkan, konseling eklektik efektif untuk meningkatkan kualitas

hidup, yakni menurunkan skor Clinical Global Impression for Quality of Life

(CGI-QL) secara statistik signfikan. Kelompok subjek yang mendapatkan

konseling eklektik rata-rata mengalami penurunan skor CGIQL sebesar -1.19 poin

lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang tidak mendapatkan konseling

eklektik (b = -1.19; CI 95 % -2.12 hingga -0.26; p=0.014). Kesimpulan penelitian

ini bahwa peningkatan kapasitas fungsi sosial dapat meningkatkan kualitas hidup

pasien skizofrenia.

Perbedaan penelitian Rosita (2011) dengan peneliti adalah pada variabel

penelitian yaitu mengaitkan konseling eklektik untuk meningkatkan kapasitas

fungsi sosial dan kualitas hidup pada pasien skizofrenia. Namun memiliki

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

kesamaan dalam hal mengidentifikasi kapasitas fungsi sosial dan kualitas hidup

pada pasien skizofrenia. Istilah kapasitas fungsi sosial yang digunakan dalam

istilah kesehatan jiwa tidak digunakan, namun menggunakan istilah partisipasi

sosial ekonomi.

Penelitian oleh Rubbyana (2012) berjudul “Hubungan antara Strategi

Koping dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Skizofrenia Remisi Simptom”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

strategi koping dengan kualitas hidup pada penderita skizofrenia remisi simptom.

Jumlah subjek 20 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental

sampling. Kriteria untuk sampel penelitian yaitu (1) penderita yang didiagnosis

skizofrenia oleh dokter atau psikiater yang merawat, (2) dalam masa remisi

simptom yang ditentukan berdasarkan rendahnya skor tiap item skala BPRS. Alat

pengumpulan data yang digunakan adalah skala strategi koping terdiri dari 34

butir (α = 0,904), dan skala kualitas hidup penderita skizofrenia terdiri dari 30

butir (α = 0,844), yang merupakan terjemahan dari Self-report Quality of Life

Measure for People with Schizophrenia dibuat oleh Diane Wild (2010). Analisis

data dilakukan dengan menggunakan statistik korelasi product moment Pearson.

Diperoleh nilai korelasi sebesar 0.757 dengan taraf signifikansi 0.001. Hasil

perhitungan menunjukkan ada korelasi positif antara strategi koping dengan

kualitas hidup penderita skizofrenia remisi simptom.

Penelitian Safitri (2010) berjudul “Perbedaan Kualitas Hidup antara Pasien

Skizofrenia Gejala Positif dan Gejala Negatif Menonjol. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup antara pasien skizofrenia gejala positif

dan gejala negatif menonjol dan untuk mengetahui perbedaan proporsi pasien

skizofrenia dengan gejala positif dan negatif menonjol yang memiliki kualitas

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

hidup yang baik dan tidak baik. Penelitian ini merupakan penelitian observasional

analitik dengan pendekatan studi kontrol kasus yang dilaksanakan pada bulan

Mei- Juli 2010 di RSJD Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara

purposive sampling pada pasien skizofrenia yang pernah mengalami kekambuhan

kurang dari empat kali dengan status ekonomi yang tidak terlalu tinggi dan terlalu

rendah. Sampel dibedakan menjadi gejala positif menonjol dan negatif menonjol

dengan PANSS dan dinilai kualitas hidupnya dengan kuesioner WHO-QoL bref.

Diperoleh 128 data dan dianalisis menggunakan uji normalitas data Kolmogorov-

Smirnov, uji Mann-Whitney, dan uji Chi Kuadrat melalui SPSS 17.0 for Windows.

Hasil penelitian didapatkan (1) rerata kualitas hidup pasien skizofrenia dengan

gejala positif menonjol sebesar 108,94 ± 17,33 dan untuk gejala negatif menonjol

sebesar 63,70 ± 13,78 (2) hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p = 0,000 (3)

hasil uji Chi Kuadrat didapatkan nilai X2= 36,14 dengan p = 0,000 (OR = 52, 99%

CI = 11,37 – 239,70). Simpulan penelitian bahwa terdapat perbedaan kualitas

hidup yang sangat bermakna antara pasien skizofrenia gejala positif menonjol dan

gejala negatif menonjol serta proporsi pasien skizofrenia yang mempunyai

kualitas hidup baik secara sangat bermakna lebih banyak didapatkan pada

kelompok pasien skizofrenia yang mempunyai gejala positif menonjol daripada

yang negatif menonjol.

Perbedaan penelitian Safitri (2011) dengan peneliti adalah pada variabel

penelitian yaitu hanya mengaitkan perbedaan kualitas hidup antara gejala positif

dan gejala negatif menonjol pada pasien skizofrenia. Namun memiliki kesamaan

dalam hal mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien skizofrenia. Gejala positif

dan negatif ini memiliki kesamaan dalam kondisis kejiwaan pasien saat dilakukan

penelitian.

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

Penelitian Hudson (2005) berjudul “Sosioeconomic Status and Mental

Illness: Tests of the Social Causation and Selection Hypotheses”. Menurut

Hudson (2005) status sosial ekonomi memiliki korelasi negatif dengan gangguan

jiwa. Pendapat ini didasarkan pada sebuah studi yang meneliti 34.000 pasien

dengan dua atau lebih rawat inap psikiatri di Massachusetts selama 1994-2000.

Kesimpulannya bahwa pengangguran, kemiskinan dan tunawisma berkorelasi

dengan risiko penyakit mental. Kondisi sosial ekonomi yang miskin, risiko lebih

tinggi adalah untuk cacat mental dan rawat inap psikiatri. Status sosial ekonomi

dinilai atas dasar pendapatan masyarakat, pendidikan dan status pekerjaan. Studi

ini memberikan bukti kuat bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan

perkembangan penyakit mental secara langsung, maupun tidak langsung bersama-

sama dengan kondisi stres ekonomi yang tidak menguntungkan pada kelompok

pendapatan rendah.

Penelitian Santoso (2004) berjudul “Gambaran Faktor-Faktor Beban

Kemiskinan dengan Stress Kejiwaan Pasien Pasca Rawat Inap Pengguna Kartu

Sehat di Wilayah Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Jambi”. Hasil

penelitian menunjukan bahwa gambaran beban kemiskinan yang dapat

menyebabkan stress berdasarkan urutan besarnya penyebab adalah lingkungan

pekerjaan (58,8%), kesesuaian pekerjaan (56,9%) jumlah anggota keluarga

(45,1%), pemilikan rumah (45,9%) dan pendapatan (37,3%). Untuk dapat

menekan kejadian strees yang disebabkan beban kemiskin yang meliputi:

kesesuaian pekerjaan, lingkunan pekerjaan, jumlah anggota keluarga, kepemilikan

rumah, dan pendapatan, dapat disarankan kepada pemerintah untuk penyediakan

lapangan pekerjaan baru, membuat standarisasi lingkungan pekerjaan,

Page 68: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep ...€¦ · Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III menjelaskan bahwa ... Hipotesis ini disokong dari hasil observasi

memaksimalkan program keluarga berencana dan membuat program-program

yang dapat menurunkan angka kemiskinan.

Perbedaan penelitian Hudson (2005) dan Santoso (2004) dengan peneliti

adalah pada variabel penelitian yaitu hanya mengaitkan status sosial ekonomi

dengan dengan gangguan jiwa khususnya pada pasien skizofrenia. Namun

memiliki kesamaan dalam hal mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pada pasien

skizofrenia. Asumsi penelitian ini adalah seseorang dengan sosial ekonomi rendah

akan memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan jiwa namun sebaliknya

seseorang yang mengalami gangguan jiwa pada akhirnya akan mengalami

hambatan dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan dan sosial ekonominya.